Anda di halaman 1dari 3

Risiko Operasional

Risiko Operasional terjadi karena masalah operasional merupakan peristiwa kerugian yang dihadapi
perusahaan saat kegiatan dimulai bahkan sebelum dimulai. Masalah operasional tersebut misalnya
memasang peralatan, menyusun sistem gaji, mengawasi karyawan, mengawasi kegiatan produksi, dll.

Risiko operasional adalah segala kemungkinan kerugian yang akan dihadapi perusahaan berkaitan
dengan kegiatan operasional perusahaan

Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak, yaitu :

1. Low Frequency/Low Impact(LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya rendah.


2. Low Frequency/High Impact(LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.
3. High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya rendah.
4. High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya sangat besar.

Karena itu untuk memastikan bahwa manajemen risiko operasional berjalan dengan baik dan kontinu,
biasanya akan dibentuk pertahanan yang disebut three lines of defense. Team ini bertugas dan berfungsi
sebagai pagar dan pertahanan untuk prefentif, detektif dan korektif action atas apa yang terjadi dalam
proses operasional, yaitu

 Pertahanan lapis pertama berfungsi sebagai mekanisme kontrol preventif.


1) Unit Bisnis/Supportsebagai risk taking unit yang mengelola risiko operasional sehari-hari
2) Quality Assurance/ Internal Controldi setiap unit kerja
3) Fungsi Support
 Pertahanan lapis kedua berfungsi sebagai mekanisme kontrol detektif.
1) Risk Management
2) Legal dan Compliance
 Pertahanan lapis ketiga berfungsi sebagai mekanisme kontrol korektif.
Audit Internal (SKAI)

Manajemen Risiko Operasional terdiri dari 4 tahapan yang saling terkait, dimulai dari identifikasi,
pengukuran, pemantauan dan pengendalian.

1. Identification (Identifikasi)

Proses untuk melihat dan identifikasi secara kontinu atas paparan risiko operasional dan penerapan
manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang
terjadi.

2. Measurement (Pengukuran)

Proses menilai paparan risiko operasional pada produk, jasa, proses, dan sistem untuk mengetahui profil
risiko perusahaan secara kuantitatif serta efektifitas penerapan manajemen risiko operasional.

3. Monitoring (Pemantauan)
Proses untuk mengamati secara berkelanjutan atas paparan risiko operasional dan penerapan
manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang
terjadi.

4. Controlling (Pengendalian)

Proses kontrol atau pengendalian untuk memastikan risiko operasional berada pada tingkat yang
minimal dan masih dapat diterima oleh perusahaan.

Untuk membantu ke-4 tahapan proses tersebut diatas, kita dapat menggunakan perangkat kerja
Manajemen Risiko Operasional yang biasa dikenal sebagai berikut:

1. RCSA (Risk Control Self Assessment)

Perangkat untuk melakukan penilaian diri sendiri atas risiko dan kontrol yang ada di unit kerja.

2. R/LED (Risk/ Loss Event Database)

Perangkat yang digunakan untuk mencatat data kejadian atau kerugian yang disebabkan oleh risiko
operasional.

3. KRI (Key Risk Indicator)

Perangkat untuk mengidentifikasi potensi risiko kritikal dengan memonitor indikator yang berfungsi
sebagai sinyal peringatan awal sebelum risiko tersebut terjadi.

Terdapat 6 Jenis Resiko Oprasional

Beberapa jenis risiko operasional menurut Fahmi (2010) adalah antara lain:

1. Manual Risk

Dalam manual risk, ada beberapa hal yang dapat terjadi seperti dalam membuat pembukuan secara
manual yang ditulis menggunakan kertas – membuatnya terancam saat kantor Anda kebanjikan,
kebakaran, atau ada kesalahan dalam pelatakkannya sehingga tidak dapat atau hampir tidak mungkin
untuk diganti. Karena menulisnya secara manual, tentu dapat terjadi kesalahan dalam menulis data dan
informasi mengenai bisnis Anda. Selain itu, saat mengirimkan dokumen menggunakan pos atau jasa
pengiriman surat, tetap ada kemungkinan dokumen tersebut dapat rusak atau hilang.

Cara mengatasi hal ini adalah untuk mengandalkan teknologi modern. Dengan menggunakan menaruh
semua data yang dimiliki data bisnis Anda dalam sebuah perangkat, bencana yang dapat merusak
selembar kertas tidak akan mengancam data Anda untuk hilang atau rusak. Mengirim semua dokumen
menggunakan email juga dapat menghindarkan hal-hal yang tidak ingin terjadi.

2. Computer Risk
Walau teknologi memang sekarang sudah makin canggih, fakta tersebut tidak menutupi
kemungkinan akan terjadinya error. Dari apabila ada perubahan dalam program yang bisnis Anda
pakai, kualitas IT yang kurang mahir, pergantian perangkat komputer saat diperlukan, dan apabila
perangkat-perangkat bisnis Anda diserang oleh virus.

Salah satu usaha yang dapat Anda lakukan untuk menghindari hal tersebut adalah dengan
mempekerjakan IT yang overqualified untuk memerangi lawan elektronik bisnis Anda.

3. Pegawai Outsourcing

Saat mempekerjakan pegawai outsourcing, ada beberapa hal yang dapat berakhir dengan salah. Karena
bukan pegawai tetap, mereka akan bekerja sebatas masa kontrak kerja saja – membuatnya tidak
mempunyai rasa tanggung jawab sepenuh hati dalam melakukan pekerjaan untuk bisnis Anda.

Karena itu, rahasia perusahaan selama mereka bekerja untuk bisnis Anda juga dapat dibocorkan kepada
publik saat kontrak mereka sudah selesai.

4. Kecelakaan Kerja

Tentu hal ini adalah hal yang harus diperhatikan karena sangat mungkin terjadi. Jika tidak mempunyai
sistem manajemen kerja yang baik untuk mengatasi hal tersebut, bisnis Anda juga dapat menjadi
sorotan dari pers – membuat nama bisnis Anda mempunyai reputasi yang negatif.

Siapkan sistem manajemen kerja yang baik agar saat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, Anda dapat
memastikan keselamatan pegawai serta bisnis Anda.

5. Globalisasi dalam Konsep dan Produk

Efek globalisasi tentu memiliki pengaruh besar bagi konsep pada seluruh sektor bisnis, baik dari segi
finansial dan nonfinansial. Maka itu, penciptaan konsep produk yang dibuat harus bisa mengikuti alur
globalisasi tersebut agar dapat diterima di pasaran dengan baik.

Yang bisa Anda lakukan adalah terus mengikuti perkembangan tren dan mengimplementasikan tren-
tren positif yang cocok untuk bisnis Anda.

6. Kesalahan Produksi Barang dan Tidak Adanya Kesepakatan tentang Penukaran Produk

Walau berharap ini tidak akan terjadi pada produk bisnis Anda, hal ini tetap mungkin dapat terjadi. Saat
ada produk yang tidak laku dan bisnis Anda tidak memiliki perjanjian dapat ditukar, tentu bisnis Anda
akan mengalami kerugian yang tidak diinginkan.

Selain itu, saat produk-produk Anda sudah diproduksi dan ternyata ada sisa, bisnis Anda terpaksa
menjualnya dengan harga yang lebih murah untuk menghindari masa kadaluarsa agar bisnis Anda tidak
mengalami kerugian.

Anda mungkin juga menyukai