Anda di halaman 1dari 18

RISIKO

OPERASIONAL
KADEK MARYO Y. CHARISMA PUTRA
NPM 19120043
RISIKO OPERASIONAL
Risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan
manusia, kegagalan sistem dan faktor eksternal seperti bencana alam, demontrasi
besar, dll.
Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain
bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa,
akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem
pengelolaan sumber daya manusia.
Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah yang berasal dari
kegagalan suatu proses atau prosedur. Risiko operasional merupakan risiko yang
mempengaruhi semua kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inherent dalam
pelaksanaan suatu proses atau aktivitas operasional.
JENIS KEJADIAN RISIKO OPERASIONAL
Jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak, yaitu :
1.Low Frequency/Low Impact(LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya rendah.
2.Low Frequency/High Impact(LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya sangat
besar.
3.High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya rendah.
4.High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya sangat
besar.
PERTAHANAN THREE LINES OF DEFENSE
Team ini bertugas dan berfungsi sebagai pagar dan pertahanan untuk prefentif, detektif
dan korektif action atas apa yang terjadi dalam proses operasional, yaitu
1.Pertahanan lapis pertama berfungsi sebagai mekanisme kontrol preventif.
1. Unit Bisnis/Supportsebagai risk taking unit yang mengelola risiko operasional
sehari-hari
2. Quality Assurance/ Internal Controldi setiap unit kerja
3. Fungsi Support
2.Pertahanan lapis kedua berfungsi sebagai mekanisme kontrol detektif.
3.Risk Management
4.Legal dan Compliance
5.Pertahanan lapis ketiga berfungsi sebagai mekanisme kontrol korektif.
Audit Internal (SKAI)
4 TAHAPAN SALING TERKAIT
1.Identification (Identifikasi)
Proses untuk melihat dan identifikasi secara kontinu atas paparan risiko operasional dan penerapan
manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang
terjadi.
2.Measurement (Pengukuran)
Proses menilai paparan risiko operasional pada produk, jasa, proses, dan sistem untuk mengetahui
profil risiko perusahaan secara kuantitatif serta efektifitas penerapan manajemen risiko operasional.
3.Monitoring (Pemantauan)
Proses untuk mengamati secara berkelanjutan atas paparan risiko operasional dan penerapan
manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang
terjadi.
4.Controlling (Pengendalian)
Proses kontrol atau pengendalian untuk memastikan risiko operasional berada pada tingkat yang
minimal dan masih dapat diterima oleh perusahaan.
PERANGKAT KERJA
Untuk membantu ke-4 tahapan proses tersebut diatas, kita dapat menggunakan
perangkat kerja Manajemen Risiko Operasional yang biasa dikenal sebagai berikut:
1.RCSA (Risk Control Self Assessment)
Perangkat untuk melakukan penilaian diri sendiri atas risiko dan kontrol yang ada di
unit kerja.
2.R/LED (Risk/ Loss Event Database)
Perangkat yang digunakan untuk mencatat data kejadian atau kerugian yang
disebabkan oleh risiko operasional.
3.KRI (Key Risk Indicator)
Perangkat untuk mengidentifikasi potensi risiko kritikal dengan memonitor indikator
yang berfungsi sebagai sinyal peringatan awal sebelum risiko tersebut terjadi.
KEGAGALAN PROSES INTERNAL
Risiko kegagalan proses internal merupakan risiko yang berkaitan dengan kegagalan
proses atau prosedur internal organisasi. Contoh risiko tersebut adalah :
◦ Risiko yang diakibatkan kurang lengkapnya dokumentansi atau dokumentasi yang
salah.
◦ Kesalahan transaksi.
◦ Pengawasan yang kurang memadai.
◦ Pelaporan yang kurang memadai sehingga kepatuhan terhadap peraturan internal
dan eksternaltidak dipenuhi.
RISIKO KEGAGALAN MENGELOLA
MANUSIA (KARYAWAN)
Karyawan merupakan aset penting bagi perusahaan, tetapi juga merupakan sumber
risiko operasional bagi perusahaan. Risiko dari karyawan tersebut akan terjadi baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Beberapa contoh risiko operasional yang
berkaitan atau bersumber dari manusia adalah :
1. Kecelakaan kerja, khususnya kecelakaan kerja karena kecerobohan atau kurang
pengalaman dari karyawan.
2. Terlalu gampang pada karyawan kunci tertentu, sehingga jika karyawan tersebut
meninggal atau berpindah kerja, perusahaan menghadapi masalah.
3. Integritas karyawan yang kurang, sehingga karyawan tersebut bisa menggelapkan
uang perusahaan, atau melakukan aktivitas yang berada di luar wilayah otoritasnya.
4. Risiko manusia tersebut mengharuskan perusahaan untuk mempunyai karyawan yang
memiliki kualifikasi, pengalaman, dan integritas yang diperlukan .
RISIKO SISTEM
Risiko yang berkaitan dengab kerusakan komputer akan semakin tinggi. Beberapa
risiko yang muncul berkaitan dengan sistem adalah :
1. Kerusakan data.
2. Kerusakan pemrograman.
3. Sistem keamanan yang kurang baik (misal, bisa dimasuki oleh hacker)
4. Penggunaan teknologi yang belum teruji.
5. Terlalu mengandalkan model tertentu untuk keputusan bisnis.
RISIKO EKSTERNAL
Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber dari luar organisasi,
dan di luar pengendalian organisasi. Kejadian semacam itu biasanya jarang terjadi,
tetapi mempunyai dampak yang cukup besar (frekuensi rendah/severity tinggi).
Beberapa contoh risiko eksternal adalah perampokan, serangan teroris, bencana
alam.
PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL
Salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional adalah dengan menggunakan
dua klasifikasi berikut ini :
1. Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko.
2. Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut.
Penentuan tinggi rendah severity atau frekuensi bisa dilakukan melalui berbagai cara. Sebagai contoh , severity
atau frekuensi yang lebih besar dibandingkan median atau rata – rata dari risiko yang ada (dalam daftar)
dikelompokkan ke dalam severity atau frekuensi yang tinggi, dan sebaliknya. Penentuan tinggi rendah tersebut
bisa dilakukan melalui perhitungan angka absolut atau bisa melalui surve terhadap manajer –manajer perusahaan.
1. Signifikansi (severity) rendah dan Likelihood (frekuensi) rendah : low control
Pengawasan yang terlalu berlebihan pada jenis risiko ini menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan
manfaatnya, sehingga akan lebih optimal jika bank tidak perlu melakukan pengawasan berlebihan.
2. Signifikansi (severity) tinggi dan Likelihood (frekuensi) rendah :detect and monitor
Tipe risiko seperti ini lebih ‘menantang’ untuk dihadapi. Jika risiko seperti ini muncul, perusahaan bisa mengalami
kerugian yang cukup besar, dan barangkali bisa mengakibatkan kebangkrutan. Tetapi frekuensi risiko tersebut
relatif jarang, sehingga tidak mudah ditemui / dikenali oleh bank. Karena itu risiko tipe ini paling sulit dipahami
karakteristiknya, dan sulit diprediksi kapan datangnya.
3. Signifikansi (severity) rendah dan Likelihood (frekuensi) tinggi : monitor
Tipe risiko semacam ini sering muncul tetapi besarnya kerugian relatif kecil. Biasanya risiko semacam ini muncul
sebagai akibat perusahaan menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, risiko semacam ini merupakan konsekuensi
perusahaan menjalankan bisnisnya.
4. Signifikasi (severity) tinggi dan Likelihood (frekuensi) tinggi: prevent at source
Tipe risiko ini praktis tidak relevan lagi dibicarakan, karena jika situasi semacam ini terjadi , berarti perusahaan
tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan bisa berakibat pada kebangkrutan.
MENGHITUNG KERUGIAN YANG
DIHARAPKAN
A. PERHITUNGAN LANGSUNG
Untuk menghitung kerugian yang diharapkan jika risiko tertentu muncul dapat menggunakan kerangka
probabilitas ( frekuensi ) dan severity.
Kerugian yang diharapkan = frekuensi ( probabilitas ) x severity ( besarnya kerugian )
B. PENDEKATAN ANALITIS UNTUK MENGHITUNG KERUGIAN YANG DIHARAPKAN
Dengan mengasumsikan distribusi tertentu ( biasanya normal ) dari kerugian yang akan terjadi. Keuntungan dari
distribusi normal adalah bisa melakukan berbagai hal hanya dengan mengetahui nilai yang diharapkan dan
standar deviasinya.
C. PENDEKATAN SIMULASI
Misalkan setelah mengevaluasi frekuensi munculnya kejadian yang merugikan dapat disimpulkan bahwa distribusi
Poisson bisa menjelaskan frekuensi munculnya kejadian yang merugikan, dengan nilai yang diharapkan adalah 5
kali terjadinya peristiwa tersebut disetiap bulannya. Kemudian melakukan evaluasi dan severity kerugian, dan
menyimpulkan bahwa distribusi normal bisa menjelaskan severity kerugian di masa lalu.
PERUBAHAN KARAKTERISTIK RISIKO
OPERASIONAL
Setiap risiko bisa berubah karateristiknya dari waktu ke waktu.
Misalkan pada jaman dulu pencatatan transaksi dilakukan secara manual ( karyawan
menuliskan harga dan jumlah unit yang diperdagangkan di kertas ), cara tersebut
dapat memunculkan risiko kesalahan pencatatan. Frekuensi kesalahan cukup sering
karena karyawan sering lelah namun biasanya mengakibatkan kerugian yang relative
kecil.
Sekarang ini sudah banyak cara manual seperti itu diganti dengan pencatatan
terkomputerisasi dengan demikian frekuensi kesalahan dapat diturunkan namun
akan muncul jenis risiko baru. Apabila terjadi kegagalan atau kelemahan pada
system computer maka kerugian yang muncul akan sangat besar. Contohnya,
serangan virus atau pembobolan terhadap system computer perusahaan mempunyai
frekuensi yang relative rendah. Tetapi jika hal tersebut terjadi, kerugian yang
timbul akan cukup besar.
PERUBAHAN KARAKTERISTIK RISIKO
OPERASIONAL
Faktor yang menyebabkan perubahan karateristik :
1. GLOBALISASI
Globalisasi keuangan dunia  didorong oleh liberalisasi ekonomi dunia. Liberalisasi
artinya penghilangan pembatas-pembatas aliran modal. Globalisasi juga semakin
meningkatkan frekuensi dan severity ( signifikansi ) dari suatu risiko, karena
kejadian di satu negara akan cepat merambat ke negara lain.
2. OTOMATISASI
Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer, perusahaan semakin lama
semakin mengandalkan teknologi komputer untuk melakukan banyak hal, termasuk
mengotomatisasi transaksi.
3.      TERLALU MENGANDALKAN TEKNOLOGI
Kemajuan teknologi memungkinkan organisasi melakukan banyak hal, seperti membantu membuat
basisi data, membantu perhitungan harga instrumen keuangan ( bahkan instrumen keuangan yang
sangat kompleks ). Di satu sisi, teknologi semacam itu bisa membantu proses bisnis menjadi lebih
cepat , lebih andal. Tetapi di lain pihak, situasi tersebut memunculkan risiko baru.
4.      OUTSOURCING
Outsourcing merupakan tren bisnis akhir – akhir ini. Outsourcing berarti menggunakan jasa pihak
luar untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan perusahaan. Outsourcing dilakukan dengan
pertimbangan efisiensi ( bisa menurunkan biaya ). Jika melakukan pekerjaan sendiri , karena
sesuatu hal ( misalkan keahlian yang tidak ada atau skala ekonomi yang kurang ), bagi perusahaan,
akan lebih menguntungkan jika menggunakan jasa dari pihak luar untuk pekerjaan tertentu.
5.  PERUBAHAN BUDAYA MASYARAKAT
Masyrakat semakin lama semakin pandai, semakin sadar kan hak dan kewajibannya. Kesadaran
tersebut cenderung meningkatakan risiko litigasi, dimana masyarakat akan berusaha menuntut
apabila merasa dirugikan. Perubahan budaya masyarakat bisa meningkatkan risiko gugatan hukum.
EVALUASI DAN KESIMPULAN
EVALUASI DIRI UNTUK MENGUKUR RISIKO OPERASIONAL :
Evaluasi diri ( self-assessment ) bisa dilakukan oleh anggota organisasi untuk melihat seberapa besar risiko operasional yang
dihadapi oleh organisasi.
KESIMPULAN :
Risiko operasional merupakan risiko yang paling tua, tetapi pemahaman terhadap karakteristik risiko operasional belum semaju
risiko lainnya. Pengeluaran risiko operasional bisa dilakukan dengan menggunakan matriks frekuensi.Karakteristik risiko
operasional bisa berubah tergantung beberapa hal, seperti penggunaan teknologi yang lebih intensif menggantikan tenaga
manual.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai