Anda di halaman 1dari 3

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

Jum’at, 21/02/2020

 Dua pandangan tentang hakekat implementasi :


1) Dikotomis -> mulai implementasi ketika formulasi selesai
2) Kontinum -> implementasi dan formulasi tidak punya batas yang jelas. Formulasi masih
berlanjut selama implementasi. Implementor terlibat dalam proses formulasi

Model-model Implementasi

1. Studi Kasus :
- Mengkaji proses dan mekanisme implementasi secara mendalam
- Fokus pada keunikan proses, bukan generalisasi dari mekanisme implementasi.
2. Pendekatan Top-down :
- Melakukan eksplanasi kenapa suatu kebijakan berhasil atau gagal diimplementasikan
- Mengidentifikasi atau menguji variabel-variabel eksplanatori sehingga dapat melakukan
generalisasi
- Mengedepankan perspektif pembuat kebijakan
- Kebijakan diasumsikan sebagai given
3. Pendekatan Bottom-up :
- Melakukan elaborasi bagaimana keompok bawah terlibat dan memaknai proses
implementasi
- Mengedepankan perspektif pelaksana dibawah, klien, dan masyarakat
- Kebijakan diasumsikan sebagai variabel atau problematis
4. Aliran yang ke-empat adalah yang sifatnya mengintegrasikan antara top-down dan bottom-up

 Model studi kasus masih relevan untuk dilakukan, karena dipakai untuk menjelaskan
kompleksitas praktik implementasi
 Top-down dianggap punya kelemahan karena analis atau peneliti studi implementasi kurang
sensitif terhadap kelemahan dari pendekatan top-down itu sendiri.
Example: cenderung menyalahkan yang ada dibawah atau kelompok bawah. Kelompok bawah
itu sendiri adalah kelompok yang ada distruktur birokrasi terbawah (yang langsung berhubungan
dengan client atau client itu sendiri).
 Pendekatan bottom-up, kesalahan belum tentu dari mereka, malah harus dilihat perspektifdari
yang bawah terhadap proses implementasi itu sendiri. Yang problematis adalah kebijakannya.

BLACK-BOX PROSES IMPLEMENTASI

Keputusan Proses Implementasi Kinerja kebijakan


Kebijakan
KONDISI UMUM BAGI EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI

o Tujuan yang jelas (yang operasional, yang ukuran tujuannya terukur) dan konsisten
o Teori kasual yang memadai (harus rasional biar hasilnya bisa dijelaskan dengan akal sehat)
o Proses implementasi disusun secara legal untuk menjamin kepatuhan dari aparat
implementasi dan kelompok sasaran (setiap kebijakan harus punya legalitas)
o Keterampilan dan komitmen aparat implementasi (aparat punya keterampilan yang
memadai dan konkrit)
o Dukungan dari kelompok kepentingan dan pemegang kuasa
o Perubahan sesial ekonomi tak mempengaruhi dukungan politik dan teori kasual

Selasa, 25/02/2020

Top-down dan bottop up punya kelebihan dan kekurangan, biasanya ditemtukan dari faktor empiris dll.

1. Diskresi itu kebebasan utk menentukan


2. rules nya ada 5

bottom up dan top down saling melengkapi, ambiguitas lebih ke bottom up dan konflik lebih ke top
down

diskresi mengarah ke bottom up, bebas memilih suatu pilihan

rules lebih mengarah ke top down karna stricly mengatur organisasi

ada suatu waktu harus memakai top down dan ada suatu waktu memakai bottom up.

Dalam membuat kebijakan bisa bebas dari mana aja, ga Cuma lewat cara top down atau bottom up tapi
bisa dari kanan-kiri, samping, depan belakang

1. TOP DOWN
Kebijakan merupakan objek, proses implementasi, proses policy merupakan kata kerja.
Mencoba untuk membedakan kebijakan dam implementasi kebijakan. Kebijakan tujuannya
untuk dilaksanakan. Implementasi kebijkan bergantung pada pemerintah yang mengeluarkan
kebijakan. Pemerintah pusat harus mampu memastikan kebijakan berjalan dengan lancar dan
terkoordinasi satu sama lain melalui interaksi. Padahal interaksi dengan bagian bawah penting
sekali.

Kebijakan top down berhenti saat zaman reformasi pasca 1998. Ada dinamika reformasi yang
memberikan pemda untuk berkembang. Mengembankan daerah dengan ciri khas masing-
masing.
Kebijakan itu benar noun tapi noun yang dinamis karena kebijakan satu berbeda dengan
kebijakan ditempat lain.
Implementasi sebenarnya terkandung dalam formulasi. Proses kebijakan yang lengkap itu juga
bagaimana merancang proses implementasinya.

Top down bisa di pemerintah pusat maupun daerah. Yang dipelajari adalah top down sebagai
pengembangan implementasi. Karakter dari proses kebijakan adalah top down. Yang men-shape
kebijakan itu rakyat (policy shapping)
Bottom up itu meletakkan yang dibawah sebagai aktor penggerak, kalo top down melihat
implementor yang dibawah sebagai yang harus dikritisi.

2. Birokrasi harus netral dari politik.implementor melaksanakan kebijakan sesuai yang


diamantakan sesuai yang dibuat oleh politisi secara netral. Diskresi adalah kewenangan untuk
menafsirkan kebijakan ke langkah yang operasional. Diskresi harus dilakukan secara rasional dan
bebas dari kepentingan politik tapi dalam praktik susah memisahkan implementor dari
kepentingan politik.

Pork barrel : untuk menggambarkan proses yang ada di parlemen untuk mengumpulkan uang,
politisi bernegosiasi dengan eksekutif untuk membahas anggaran pembangunan

3. Bottom up hadir untuk menjawab permasalahan yang ada di top down. Top down seringkali
bersifat “given” dengan memberikan kebijakan yang ideal tapi tidak mempertimbangkan
preferensi nilai-nilai yang ada di masyarakat.
4. Ada 2 indikator kapan menggunakan top down atau bottom up : ambiguitas dan konflik
5.

Anda mungkin juga menyukai