Anda di halaman 1dari 15

ANILASA PENGARUH PENYEWAAN KAPAL (SHIP CHARTHERING) DAN

KEPEMILIKAN KAPAL (OWNER’S SHIP) TERHADAP BIAYA : STUDI KASUS TUG-


BARGE UNTUK PENGANGKUTAN NIKEL

PROPOSAL THESIS

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Magister Teknik Perkapalan

OLEH :

CHRIS JEREMY VERIAN SITORUS

D052211004

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER TEKNIK PERKAPALAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nikel menjadi komoditas primadona seiring dengan meningkatnya permintaan Nikel


dunia,hal ini membuat pemerintah untuk mendorong program hilirisasi industri dengan

mengurangi ekspor bahan mentah atau raw material, guna meningkatkan nilai
tambah di sektor industri dan daya saing perekonomian nasional.Nikel adalah salah
satu komponen penting untuk menunjang kehidupan manusia.adapun manfaat nikel
adalah sebagai bahan dasar peralatan dapur,pembuatan rangka otomotif,material
pembuatan kawat,bahan pelapis anti karat, dan sebagai bahan utama untuk kendaraan
masa depan yakni baterai kendaraan listrik.

Gambar 1.1 Negara Produsen Nikel Dunia (Metrik Ton)

Sumber United States Geological Survey (USGS),2021

Kandungan nikel di Indonesia terletak di Kalimantan Barat, Maluku, Papua, Sulawesi


Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara (Julzarika, 2017). Meski tersebar di empat
pulau besar di Indonesia, namun Pulau Sulawesi menyimpan potensi cadangan nikel terbesar
yaitu sebanyak 10.045.573 ton. Data ini diperkuat oleh rilis Metal Bulletin Resource tahun
2018, dimana 95% sumber utama nikel di Indonesia terkosentrasi pada tiga provinsi, yaitu
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.

Kebutuhan akan ketersediaan kapal untuk mengangkut dan mengirim barang dari
satu pelabuhan ke pelabuhan lain semakin tinggi seiring dengan meningkatnya kegiatan
Penambangan Nikel. Perusahaan pelayaran (shipping company) sebagai pemilik maupun
operator kapal dalam meningkatkan pelayanan kepada pelanggan atau pengguna jasa
(customer) dituntut harus mampu menyediakan kapal yang mempunyai performa yang baik
dari sisi operasional, memiliki teknologi yang modern, ramah lingkungan, memenuhi regulasi
yang ada, akan tetapi tetap harus dapat menghasilkan keuntungan (profit) yang maksimal
untuk perusahaan.

Di dunia pelayaran (shipping industry), terdapat empat macam aktifitas pasar di dunia
pelayaran (four shipping market) yang diperdagangkan pada berbagai komoditas (Stopford,
2003) yaitu:

• Pasar pengiriman barang (freight market) yaitu pasar atau transaksi yang
memperdagangkan aktifitas transportasi laut.

• Pasar jual beli (sale and purchase market) yaitu aktifitas yang memperdagangkan
atau transaksi jual beli kapal bekas.

• Pasar bangunan baru (newbuilding market) yaitu aktifitas perdagangan atau


transaksi pembangunan kapal baru.

• Pasar bekas (demolition market) yaitu aktifitas perdagangan atau transaksi


pembongkaran (scrap/recycle) kapal.

Empat macam aktifitas pasar pelayaran tersebut yang sering dilakukan oleh pemilik
kapal/perusahaan pelayaran (shipping company), dimana seluruhnya dihubungkan dengan
arus kas (cash flow) perusahaan seperti yang digambarkan pada gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.2 The Four Shipping Market (Stopford, 2003)

Berdasarkan empat aktifitas pasar di dunia pelayaran di atas, pengadaan kapal baik
pembangunan kapal baru (new building ship), pembelian kapal bekas (second-hand/used
ship), sewa kapal (charter ship) adalah aktifitas yang sering dilakukan oleh perusahaan
pelayaran (shipping company) untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar (market) agar
aktifitas rantai pasok barang (supply chain logistic) tetap berjalan dengan baik. Seorang
pemilik kapal (ship owner) maupun perusahaan pelayaran (shipping company) seringkali
dihadapkan dengan permasalahan untuk pengadaan kapal yang sesuai dengan kebutuhan
pangsa pasar 3 akan tetapi masih tetap aman dan layak (feasible) untuk keberlangsungan
finansial perusahaan, sehingga perusahaan masih dapat berjalan dan berkembang dengan
baik. Keputusan untuk melakukan pengadaan kapal yang seperti apakah ini yang seringkali
menjadi hambatan tersendiri bagi pemilik kapal (ship owner) atau perusahaan pelayaran
(shipping company) apabila tidak dilakukan analisa dan direncanakan dengan baik.

Kandungan Nikel Indonesia yang melimpah akan membuat permintaan akan


transportasi pengangkutan khususnya Tug-barge akan meningkat .Pada tesis ini akan dibahas
mengenai pengaruh komponen biaya dengan membandingkan sewa kapal ( Charter Ship)
terhadap pembangunan kapal baru (New Ship building) dan pembelian kapal bekas. sehingga
hasil dari tesis ini nantinya dapat bermanfaat bagi stakeholder khususnya pemilik kapal (ship
owner) atau perusahaan pelayaran (shipping company) dalam menjalankan roda bisnisnya.
1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana Pengaruh Biaya terhadap Sewa Kapal di bandingkan dengan Pembangunan


kapal baru dan pembelian kapal bekas dari sisi perusahaan pelayaran (shipping company)?

2. Seberapa besar pengaruh biaya Operasional kapal Jika suatu perusahaan Pelayaran
menyewa kapal selama 30 tahun dibandingkan dengan memilik kapal sendiri ditinjau dari
Pembelian kapal bekas maupun kapal baru?

1.3 Tujuan

1. Menghitung biaya - biaya untuk biaya moda dan biaya operasionalkhususnya pada kapal
Tug boat dan Tongkang

2. Menganalisa risiko finansial pada pengadaan kapal tunda baik bangunan baru (new
building), bekas (used) atau sewa (charter).

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi stakeholder khususnya


pemilik kapal (ship owner) atau perusahaan pelayaran (shipping company) yaitu dengan
mengetahui risiko operasional kapal yang dapat berdampak pada finansial perusahaan
apabila perusahaan tersebut akan melakukan pengadaan kapal baik pengadaan kapal
bangunan baru, bekas maupun sewa. Sehingga hasil penelitian yang diharapkan dapat
memberikan informasi kepada pemilik kapal atau pimpinan perusahaan pelayaran untuk
memutuskan kapan dan pengadaan kapal apa yang lebih layak (feasible) yang sesuai dengan
kondisi perusahaan untuk keberlangsungan perusahaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Tunda

Kapal tunda menurut fungsinya (Dep.Dik.Nas 2003) merupakan jenis kapal khusus
yang dapat digunakan untuk membantu manuver / pergerakan utamanya menarik atau
mendorong kapal besar yang akan bersandar maupun berlabuh di pelabuhan, lepas pantai
atau melalui sungai. Kapal tunda memiliki tenaga mesin yang besar bila dibandingkan dengan
ukuran kapalnya agar dapat mengarahkan kapal – kapal yang akan bersandar. Mesin induk
kapal tunda biasanya berkekuatan antara 500 s/d 2000 kW, kapal tunda yang lebih besar
digunakan dilaut lepas 20.000 kW untuk keselamatan biasanya digunakan minimum dua buah
mesin induk. Kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi, tergantung dari unit
penggeraknya, kapal tunda dengan penggerak konvensional memiliki baling-baling
dibelakang, efisien untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya. kapal tunda
dirancang untuk dapat melakukan bermacam pekerjaan seperti menarik, menggandeng,
menunda dan menambatkan kapal – kapal dan alat apung lainnya yang mempunyai bobot
yang jauh lebih besar, begitu pula dengan kontruksinya dirancang lebih kuat untuk menahan
getaran, kapal tunda dilengkapi dengan peralatan Tarik seperti towing hook, stabilizer
guilding ring, towing beam dan juga derek tambang Tarik pada geladak tengah.

Gambar 2.1 Kapal Tunda (Sumber : Wonuanews.com).


2.2 Kapal Tongkang

Kapal Tongkang merupakan suatu jenis kapal yang dengan lambung datar atau suatu
kotak besar yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang dan ditarik dengan kapal
tunda atau digunakan untuk mengakomodasi pasang-surut seperti pada dermaga apung.
(Wikipedia, 2020).

Gambar 2.2. Tongkang Sumber : Ktushipyard.com

Berdasarkan pengertian tersebut maka tongkang merupakan jenis kapal yang


digunakan untuk membawa barang, namun tongkang tidaklah dapat bekerja sendiri atau
tidak seperti kapal pada umumnya yang memiliki penggerak sendiri namun tongkang harus
ditarik bersama dengan kapal atau angkutan laut lainnya di air. Pada umumnya tongkang
digunakan pada perairan yang agak dangkal seperti sungai ataupun kanal. Namun pada saat
sekarang ini sebagian besar tongkang digunakan secara luas di pelabuhan. Tongkang telah
dioperasikan sebelum masa revolusi industri. Sebelum revolusi industri di Eropa, tongkang
digunakan sebagai alat transportasi utama untuk mengangkut barang melintasi tempat-
tempat yang dihubungkan oleh perairan atau dalam hal ini sebagai jembatan untuk melintasi
perairan. Tetapi setelah revolusi industry dan penemuan mesin uap, permintaan untuk
penggunaan tongkang sebagai moda alat pengangkut barang mulai berkurang karena
terkendala pada kecepatan. Namun pada zaman millennial ini, tongkang masih dapat
ditemukan karena tongkang 9 berkembang menjadi alat utilitas yang penting untuk
mengangku

2.3 Penyewaan Kapal

Dalam pengangkutan muatan atau barang, pada umumnya moda transportasi yang
digunakan dapat menggunakan moda milik sendiri, dan moda atas penyewaasn (Chartering).
Didalam angkutan laut beberapa jenis penyewaan kapal terbagi menjadi tiga jenis; bareboat
charter, time charter dan voyage charter. Berdasarkan Winjolst & Wrgeland (1997), deksripsi
mengenai sistem charter sebagai berikut:

a. Bareboat Charter, yaitu kapal disewa sebagai badan kapal saja, atau disebut juga dengan
sewa kapal kosong. Penyewa (charterer) menyediakan nakhoda serta ABK dan
mengoperasikan kapal seolah miliknya.

b. Time Charter, yaitu kapal dapat disewa oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu
teretentu. Dalam hal ini penyewa kapal membayar uang sewa dan biaya bunker. Dimana uang
sewa dapat dinyatakan dalam biaya sewa per hari, per bulan atau per tahun.

c. Voyage Charter, yaitu kapal disewa untuk melakukan pemuatan barang dari suatu tempat
ke tempat yang lain. Dalam kata lain pemilik kapal yang akan membayar semua biaya pada
saat kapal beroperasi, kecuali biaya bongkar muat. Pada metode charter seperti ini, penyewa
akan membayar uang tambang yang besarnya tergantung dari barang yang diangkut, yang
dinyatakan dalam jumlah ton atau jumlah tertentu dalam satu kali pelayaran
Gambar 2.2. Tanggungan Biaya pada proses Charter

Adapun pembagian tanggungan biaya dalam sistem penyewaan kapal terlihat pada
Gambar 2.3. Dan untuk pendekatan biaya total pada operasional kapal, salah satu
komponennya menggunakan sistem time charter hire sebagai pengganti fixed cost, karena
fixed cost akan dibayarkan tetap dalam jangka tertentu misal pertahun, dan fixed cost tidak
bergantung pada beroperasinya kapal atau kapal tidak beroperasi. Maka dalam perhitungan
total biaya kapal, dengan menjumlahkan biaya time charter, biaya pelabuhan dan biaya cargo
handling.

2.4 Biaya Transportasi Laut

Pada umumnya biaya transportasi laut terbagi kedalam empat kategori utama
(Wergeland, 1997), yaitu biaya modal (capital cost), biaya operasional (operational cost),
biaya pelayaran (voyage cost), dan biaya bongkar muat (cargo handling cost), berikut ini
penjelasan lebih lanjut pada biaya transportasi laut:

a. Biaya Modal (Capital Cost) Capital cost adalah harga kapal pada saat dibeli atau dibangun.
Biaya modal disertakan dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga
pinjaman dan pemngembalian modal tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut.
Pengembalian nilai capital ini direfleksikan sebagai pembayaran tahunan.
b. Biaya Operasional (Operational Cost) Operating cost adalah biaya-biaya tetap yang
dikeluarkan untuk aspek-aspek operasional sehari-hari untuk membuat kapal selalu dalam
keadaan siap berlayar. Operating cost terdiri dari biaya perawatan dan perbaikan, gaji ABK,
biaya perbekalan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi.

OC = M + ST + MN + I + AD

Keterangan:

OC = Operating Cost

M = Manning

ST = Stores

MN = Maintenance and repair

I = Insurance

AD = Administrasi

1) Manning Cost Manning cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk gaji termasuk
didalamnya adalah gaji pokok, tunjangan, asuransi sosial, dan uang pensiun kepada
anak buah kapal atau biasa disebut crew cost. Besarnya crew cost ditentukan oleh
jumlah dan struktur pembagian kerja, dalam hal ini tergantung pada ukuran-ukuran
teknis kapal. Struktur kerja pada sebuah kapal umumnya dibagi menjadi departemen,
yaitu deck department, engine department, dan catering department.

2) Store Cost, supplies and lubricating oils Jenis biaya pada kategori ini terbagi dala tiga
macam, yaitu marine stores (cat, tali, besi), engine room stores (spare part,
lubricating oils), dan steward’s stores (bahan makanan).

3) Maintenance and repair cost Merupakan biaya perawatan dan perbaikan mencakup
semua kebutuhan untuk mempertahankan kondisi kapal sesuai dengan standar
kebijakan perusahaan maupun persyaratan badan klasifikasi, biaya ini terbagi
menjadi tiga kategori, yakni survey klasifikasi, perawatan rutin dan perbaikan.
4) Biaya Asuransi Merupakan biaya asuransi yaitu komponen pembiayaan yang
dikeluarkan sehubungan dengan risiko pelayaran yang dilimpahkan kepada
perusahaan asuransi. Komponen pembiayaan ini berbentuk pembayaran premi
asuransi kapal yang besarnya tergantung kepada pertanggungan dan umur kapal. Hal
ini menyangkut sampai sejauh mana risiko yang dibebankan melalui klaim pada
perusahaan asuransi. Semakin tinggi risiko yang dibebankan, maka semakin tinggi
premi asuransi. Umur kapal juga mempengaruhi rate premi asuransi. Rate yang lebih
tinggi akan dikenakan pada kapal yang lebih tua umurnya. Biaya asuransi yang sering
digunakan adalah Hull and Machinery Insurance dan Protection and Indemnity
Insurance.

5) Biaya Administrasi Biaya administrasi diantaranya adalah biaya pengurusan surat-


surat kapal, biaya sertifikat dan pengurusannya, biaya pengurusan ijin kepelabuhanan
maupun fungsi administrative lainnya. Besarnya biaya ini tergantung kepada besar
kecilnya perusahaan dan jumlah armada yang dimiliki.

c. Biaya Pelayaran (Voyage Cost) Biaya pelayaran atau voyage cost adalah biaya variabel
yang dikeluarkan oleh kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Komponen biaya pelayaran
adalah biaya bahan bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, biaya pelabuhan, biaya
pandu dan biaya tunda.

VC = FC + PD + TP

Keterangan:

VC = Voyage Cost

FC = Fuel Cost

PD = Port Dues atau ongkos pelabuhan

TP = Pandu dan tunda


1) Biaya Bahan Bakar Konsumsi bahan bakar kapal tergantung pada beberapa variabel
seperti ukuran kapal, bentuk dan kondisi lambung, pelayaran bermuatan atau
ballast, kecepatan kapal, cuaca, jenis dan kapasitas mesin induk dan motor bantu,
dan kualitas bahan bakar. Biaya bahan bakar tergantung pada konsumsi harian
bahan bakar selama berlayar di laut dan di pelabuhan serta harga bahan bakar (Nur,
2014). Jenis bahan bakar yang dipakai ada 3 macam yaitu HSD, MDO dan MFO.

2) Biaya Pelabuhan Pada saat kapal berada dipelabuhan ,biaya – biaya yang dikeluarkan
meliputi port dues dan services charges. Port dues adalah biaya yang dikenakan atas
penggunaan fasilitas pelabuhan berupa fasilitas dermaga, tambatan, kolam labuh,
dan infrastruktur lainnya yang besarannya tergatung volume cargo, berat cargo,
gross tonnage dan net tonnage. Services charge meliputi jasa yang dipakai kapal
selama dipelabuhan termasuk pandu dan tunda.

Untuk lebih jelasnya, komponen pembentuk biaya transportasi laut dapat dilihat
pada berikut ini:

Gambar 2.3 Komponen Biaya Transportasi Laut


(Sumber : Maritime Economics 3rd Edition, 2009)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tahap Pengumpulan

Data Tahap pengumpulan data dalam Tugas Akhir ini dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Pengumpulan data secara langsung (Data Primer) Pengumpulan data secara langsung ini
dilakukan dengan metode:

• Wawancara Langsung Wawancara dilakukan terhadap semua pihak yang


berkepentingan dalam penulisan Tugas Akhir ini, antara lain Perusahaan Shipping
Company yang beregerak dalam bisnis pengangkutan Nikel

• Survey Kondisi Lapangan Survey kondisi lapangan dilakukan di wilayah tambang nikel
dan pabrik pengolahan nikel PT. IMIP di Morowali, serta di pelabuhan sebagai tempat
bongkar muat.

2) Pengumpulan data secara tidak langsung (Data Sekunder) Pengumpulan data secara
sekunder dilakukan dengan mengambil beberapa data yang disediakan oleh beberapa
instansi serta dari beberapa sumber dari internet.

3.2 Tahap Pengolahan Data

Tahap analisis dan pengolahan data adalah tahap mulai perhitungan untuk mengukur
seberapa besar permasalahan yang dihadapi untuk kemudian di analisis. Pada tahap ini dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Analisis biaya transportasi nikel


3.3 Diagram Alur Pikir (Flowchart)

MULAI

IDENTIFIKASI RUMUSAN
MASALAH

STUDI LITERATUR

Pengumpulan Data

ANALISA KOMPONEN BIAYA

PENGADAAN KAPAL BEKAS PENGADAAN KAPAL BARU PENGADAAN KAPAL SEWA

KESIMPULAN DAN
SARAN

SELESAI
Daftar Pustaka

Plomaritou,Evi .2016.A Review of Shipowner’s & Charterer’s Obligations in Various


Types of Charter Limassol : Frederick University.

Aws Al Hares.2020. Institutional Ownership and Cost of Capital: An International Study


Theoretical Economics Letters, 10, 1031-1043.

Adland Roar .2016.The influence of charterers and owners on bulk shipping freight
rates. Inggris: Elsevier

The economical operation of charter ships , Hoyt P. Stelle

Özgür Özpeynirci a , Koray Üçer b and Tunca Tabaklar c a .2014. Multimodal freight
transportation with ship chartering Department of Logistics Management, Faculty
of Economics and Administrative Sciences, İzmir University of Economics, İzmir
35330, Turkey.

Kussuma, Whidana Fajar .2018. Analisa Risiko Finansial Pada Pengadaan Kapal
(Bangunan Baru, Bekas dan Sewa).Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Selasdini,Vidya.2018. Charter Kapal. Jakarta : Penerbit Buku Maritim Djangkar.

Setiawan,Karina Novita Sari.2018. Analisis Skala Penambangan Mineral dan


Pengangkutan (Studi Kasus : Angkutan Nikel di Sulawesi Tenggara).Surabaya :
Jurnal Teknik ITS.

Anda mungkin juga menyukai