Anda di halaman 1dari 1

Dimulai dari dari kapal generasi pertama yang hanya mampu mengangkut hingga 1.

000 teus, saat ini sudah mencapai generasi terakhir dengan muatan hingga 13.000 Teus.
Inefisiensi pelabuhan, yang dipicu rendahnya produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Jayapura, telah memaksa kapal sandar lebih lama. Penggunaan kapal tidak maksimal pada akhirnya melambungkan tarif pelayaran. Konsumen di Jayapura, juga kawasan lain di Indonesia bagian timur, akhirnya harus membeli barang-barang dengan harga lebih mahal. Sebagai perbandingan, Pelabuhan Jayapura membongkarmuat kapal ukuran 500 unit peti kemas ukuran 20 kaki (twenty-foot equivalent units/ TEUs) selama tiga hari. Terminal Peti Kemas Internasional Jakarta (JICT) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, mampu membongkar kapal sejenis dalam 14 jam.

Sebenarnya berbagai upaya untuk mempermudah pengiriman barang telah dimulai sejak permulaan abad ke-20. Sejak tahun 1920-an, upaya kontainerisasi sudah dimulai. Namun kala itu, ukuran kontainer masih relatif kecil untuk ukuran saat ini. Penyempurnaan demi penyempurnaan terjadi sampai Malcom McLean, seorang pengusaha transportasi US, menciptakan kontainer besar yang bisa dipindahkan dari kereta api, truk, dan kapal dengan mudah. Selama proses transfer dari satu alat angkutan ke alat angkutan lainnya, kontainer tidak perlu dibuka sama sekali. Efeknya: biaya transportasi lebih murah dan resiko kehilangan barang berkurang jauh. Berkat inovasi tersebut, pengiriman barang menjadi lebih murah, efektif, dan efisien. Inovasi kontainer juga berhasil menyelamatkan industri kapal dagang antar samudera. Industri ini sempat divonis akan mati. Fungsi kapal barang samudera diramalkan akan digantikan oleh pesawat terbang. Biaya pengiriman lewat laut dianggap cukup mahal, lama, dan beresiko. Satu-satunya jenis barang yang cukup efisien dikirim lewat laut adalah komoditi dalam jumlah besar. Alasan kelamnya masa depan industri ini adalah kesalahan asumsi yang dipakai untuk mengatasi masalah ini. Dalam rangka meningkatkan efisiensi pemakaian kapal, para pemain di industri ini berlomba-lomba meningkatkan kecepatan kapal sehingga barang diharapkan lebih cepat sampai ke tujuan. Sialnya, kapal adalah barang dengan investasi besar, dan sebagaimana halnya barangbarang kapital besar lainnya, biaya terbesar ada pada biaya penyusutan dan biaya bunga. Baiya tersebut akan terasa dampaknya bila barang tersebut tidak dipakai. Itulah yang terjadi ketika kapal harus merapat ke dermaga dan menunggu aktivitas bongkar muat. Inovasi kontainer berhasil menyelamatkan industri ini karena membalikkan asumsi sebelumnya. Bukan kapal yang lebih cepat yang dibutuhkan, tetapi waktu nganggur kapal yang harus dikurangi. Dengan kontainer, masalah tersebut berhasil dipecahkan dan industri yang hampir mati tersebut sekarang menjadi industri yang sangat penting dalam aktivitas perdagangan dunia.

Anda mungkin juga menyukai