Anda di halaman 1dari 15

Pembuatan Kapal Kayu

1. Pengertian Kapal Kayu

Kapal kayu adalah sebuah perahu yang terbuat dari tebangan pohon berongga,
. yang tentunya seluruh konstruksi badan kapal dibuat dari kayu. Kayu yang
digunakan dapat berupa kayu Sena, kayu Merbau, kayu Jati, jenis kayu yang
dipergunakan harus memenuhi persyaratan kayu yang dipergunakan untuk bagian-
bagian konstruksi kapal kayu, yaitu: Kualitas kayu yang baik; Kayu tidak celah
cacat dan tidak pecah-pecah; Kayu tidak berlubang pada lingkaran tahun; Kayu
harus tahan terhadap air,cuaca musim, jamur serangga; Kayu tidak mudah dimakan
tiram dan tidak mudah lengkung.
Perahu kayu adalah perahu tertua yang para arkeolog temukan, bermula dari
sekitar 8,000 tahun sampai Zaman Batu Neolitikum hingga sekarang. Kapal kayu
tradisional, dibangun secara tradisional berdasarkan pengalaman pembuatnya tanpa
dasar proses desain sebagaimana halnya kapal-kapal modern
Perahu atau kapal tradisional adalah salah satu sarana transportasi dan
penunjang mata pencaharian di danau , sungai dan di laut. Perahu tersebut dibuat
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh secara turun-temurun. Perkembangan
pengetahuannya didasarkan atas pengalaman di lapangan dan naluri dalam
beradaptasi terhadap lingkungannya. Dengan demikian perahu atau kapal
tradisional dari suatu daerah merupakan salah satu produk sarana yang
dikembangkan berdasarkan kemampuan penyesuaian terhadap lingkungan alam di
kawasan di mana pemilik atau pengrajian perahu tersebut tinggal. Proses adaptasi
tesebut diwarnai oleh adat istiadat dari penduduk setempat. Sesuai dengan
banyaknya suku yang berdiam di daerah pesisir atau banyaknya ragam adat istiadat
di Indonesia, hal ini akan menentukan beragamnya bentuk perahu tradisional baik
dari segi variasi ukuran maupun corak seni budayanya. Sebagian besar dari kapal-
kapal tradisional yang beroperasi di Indonesia adalah untuk kepentingan nelayan
atau kapal berjenis kapal ikan. Hal ini berkaitan langsung dengan mata pencaharian
sebagian besar penduduk yang berdiam di wilayah pesisir yang pada umumnya
berprofesi sebagai nelayan. Terdapat perbedaan bentuk dan ukuran antara kapal
kayu yang beroperasi di dekat pantai dengan yang beroperasi di laut bebas. Namun
beberapa perahu memiliki kesamaan bentuk di bagian lambung, yaitu berbentuk
huruf U.
Kapal ikan tradisional dibuat mengikuti rencana operasi penangkapan yang
ditentukan oleh jenis dan besar ukuran alat tangkap ikannya. Perkembangan alat
tangkap ikan mengikuti kebutuhan yang didasarkan perkembangan kondisi di
lapangan, misal penyesuaian alat tangkap berdasarkan kondisi lapisan air, yaitu alat
tangkap ikan untuk bagian di lapisan permukaan, di bagian dasar atau di antara
keduanya, kemudian kondisi dasar yang berpasir, berlumpur, atau berbatu karang.
Sedangkan berdasarkan jarak pelayaran, perahu atau kapal tradisional dapat dibuat
untuk keperluan operasi tangkap di dekat pantai atau di lautan bebas. Perahu atau
kapal ikan sebagai sarana alat tangkap ikan dibangun untuk mengakomodasi
kebutuhan-kebutuhan operasi tangkap sebagaimana diuraikan di atas.
Permasalahan yang ditemukan pada pembuatan kapal kayu adalah waktu
pengerjaan yang relatif panjang, sulitnya untuk mendapatkan bahan baku kayu
mengingat pemerintah sekarang gencar mengendalikan pencurian kayu, dibutuhkan
keahlian yang tinggi dari para pengrajin sehingga belakangan ini kapal kayu
digantikan dengan kapal serat kaca ataupun kapal besi.
Ukuran kapal biasanya kecil dan kebanyakan dipakai sebagai kapal
penangkap ikan, kapal penumpang dan kapal cargo antar pulau khususnya di
Indonesia bagian timur. Dibidang transportasi antar pulau, kebanyakan kapal
tradisional mengalami banyak penurunan karena peranannya digantikan oleh kapal
moderen seperti kapal ferry, dan super jet. Namun demikian kapal kayu tradisional
masih ada sejumlah rute pelayaran Indonesia bagian timur.
Pemanfaatan kayu untuk membuat kapal sudah lama dikenal antara lain : jati,
kulim, merbau dan tain-lain (dapat dilihat pada lampiran). Persyaratan kayu yang
dipakai untuk membuat kapal antara lain : Tahan terhadap serangan hama/serangga
Pengaruh suhu dan kelembaban udara harus sekecil mungkin. Serabut kayu harus
padat, dapat dilengkungkan dan tidak terlalu getas (tidak mudah patah ) Tahan
terhadap suhu sampai 110° C. Berat jenis maksimal 0,8 C. Kayu harus dalam
keadaan lurus dengan panjang sekurang-kurangnya 6 meter dan berdiameter 40 cm.
Karena persyaratan-persyaratan suiit dipenuhi kecuali kayu jati, maka alternatif lain
sebagai berikut:
Kelas awet I – III – Dibawah persyaratan tersebut, kayu hanya diperbolehkan untuk
pembuatan perahu kecil (kano).

2. Peranan Kapal Kayu


a. Bidang Perikananan.
Di bidang perikanan peranan kapal kayu tradisional masih penting karena modal
pembuatan kapal modern sangat mahal dan kebanyakan nelayan di Indonesia
khususnya di Indonesia bagian timur adalah nelayan kapal tradisional dengan
tingkat ekonomi yang sangat rendah . Jumlah kapal nelayan yang beroperasi di
Indonesia bagian timur adalah 10.615 kapal dengan kapasitas dari 5 GT – 10 GT.
Kecepatan kapal bervariasi antara 6 – 10 knot jumlah penagkapan kapal ikan
meningkat 6,4 % setiap tahun dari tahun 2002 -2007 adan 8,68 % dari tahun 2006
-2007. Kebanyakan dari kapal kapal tersebut kapal kayu tradisional yang di buat di
beberapa indoesia bagian timur seperti Bulukumba , Barru dan Majenne Sulawesi
Selatan dan sebagian dibuat dipulau Kalimantan.
b. Bidang Transportasi
Kapal layar adalah alat transportasi laut jenis kapal yang mempunyai layar.
Kapal ini digerakkan dengan memanfaatkan tenaga angin. Layar ini berfungsi untuk
menangkap tiupan angin pada kapal. Pada kapal layar tradisional, agar dapat
berlayar sangat mengandalkan dorongan angin yang ditangkap oleh layar berbentuk
segitiga. Bentuk dari layar ini bisa segitiga atau segiempat, namun pada perahu
tradisional umumnya berbentuk segitiga. Layar ini mampu membentuk sandeq
sampai berkecepatan 60 knot. Layar ini biasanya di pasang di berbagai macam-
macam perahu. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal layar pada
masa lampau umumnya adalah menggunakan kayu, bambu ataupun batang-batang
papirus seperti yang digunakan bangsa mesir kuno, kemudian digunakan bahan
bahan logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan kapal yang kuat. alat
transportasi laut baik untuk kepentingan militer maupun untuk kepentingan sipil.
Namun setelah saat itu, kapal layar mulai ditinggalkan seiring dengan adanya
Revolusi Industri yang diprakarsai oleh negara Inggris melalui penemuan mesin
uap oleh James Watt. Sejak Revolusi Industri, perkembangan mesin uap dan
pengolahan besi/baja meningkat pesat. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah
kapal bermesin dan sedikit demi sedikit penggunaan kapal layar mulai berkurang.
Kapal layar pada awalnya digerakkan oleh layar dan tenaga manusia sebagai
pendayung. Model kapal yang menggunakan pendayung sebagai tenaga geraknya
dapat dilihat pada kapal Viking, kapal Mesir Kuno, kapal Romawi Kuno, kapal
India Kuno sampai kapal Borobudur yang sudah menggunakan kapal layar. Namun
seiring dengan waktu, maka digunakan kapal layar bercadik seperti yang dijumpai
di Indonesia, kapal dengan menggunakan layar segitiga yang banyak digunakan
oleh bangsa-bangsa di daerah Timur Tengah, kapal dengan menggunakan layar
segiempat yang banyak digunakan oleh bangsa-bangsa Eropa menjelang masa abad
penjelajahan dan kapal layar lipat yang banyak dijumpai di Jepang dan China.

Cadik adalah bagian dari perahu yang di pasang secara sejajar di luar lambung
kapal, bisa berupa batangan atau lambung yang lebih sempit dari kapal itu sendiri.
Tujuannya adalah untuk menstabilkan kapal perahu layar. Cadik adalah teknologi
bahari khas penutur bahasa Austronesia.

Kapal layar masa kini pada umunya dilengkapi dengan mesin tempel sebagai tenaga
penggerak cadangan untuk menghadapi kemungkinan tidak adanya angin yang
cukup untuk menggerakkan layar di daerah tertentu agar dapat melanjutkan
pelayarannya. Mesin tempel adalah mesin penggerak pada perahu, ataupun kapal
kecil yang terdiri dari mesin penggerak, transmisi, propeler ataupun jet air. Mesin
ini ditempelkan pada buritan kapal layar. Selain berfungsi sebagai penggerak mesin
tempel juga digunakan untuk mengemudikan kapal layar dengan cara memutar
mesin beserta propeler pada suatu sumbu. Berbagai jenis penggerak bisa digunakan,
baik mesin 2 tak, mesin 4 tak ataupun menggunakan mesin diesel. Belakangan ini
dikembangkan juga mesin listrik untuk kapal layar ukuran kecil.
3. Kelebihan dan Kekurangan Kapal Kayu.
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan kapal kayu:
a. Kelebihan Memakai Kapal Kayu
1. Biaya yang lebih murah.
2. Proses pembuatanya yang cepat. Kuat tarik yang tinggi
3. Dapat meredam suara
4. Lebih memiliki tekstur yang baik dan indah
5. Memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung dan
sifat resonansinya
6. Ringan
7. Murah
8. Pengerjaan mudah

b. Kelemahan Memakai Kapal Kayu


1. Kecepatan kurang
2. Kekurangan dari kapal kayu tradisional adalah kecepatannya
lebih rendah terkait besarnya resistensi dan kecilnya
efisiensi propulsi untuk meningkatkan kecepatan, kapal kayu tradisional
yang ada di Indonesia kebanyakan mengunakan layar sebagai propulsi
tambahan dan side rudder (kemudi kapal) karena centre rudder tidak
efektif dalam sistem propulsi layar. Manuver kapal tradisional juga
tidak baik sebab ukuran rudder (kemudi kapal) sangat kecil
dibandingkan ukuran kapal. Dari sudut keamanan, kapal kayu
tradisional dapat mengalami kecelakaan pada saat berlayar dilaut
dengan ombak yang besar. Berdasarkan riwayat operasi kapal kayu
tradisional sering kecelakaan khususnya di laut gelombang yang besar.
Walaupun kondisi berbahaya ini tidak dapat dihindari karena tidak
adanya informasi yang terencana yang bisa dinilai dalam rangka
meningkatkan keamanan kapal saat beroperasi. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memperhatikan adanya fenomena capsizing atau
penyebab kapal tenggelam dari kapal tradisional saat berlayar dilaut.
3. Kayu bisa lapuk karena umur kayu dan pemakaian.
4. Kayu semakin susah dicari dan semakin mahal. Kayu adalah sumber
daya alam yang susah diperbaharui.
5. Penggunaan kayu yang intensif akan semakin menghabiskan kekayaan
hutan kita yang merupakan paru paru alam.
6. Tidak tahan lama
7. Susah dibentuk
8. Tidak tahan panas/ api
9. Kadar air tinggi
10. Mutu tidak seragam
11. Kuat tekan rendah
12. Kuat tarik terbatas
13. Serat yang tidak teratur
14. Cacat kayu
15. Lendutan bisa pada saat kayu dalam keadaan kelembaban tinggi.
16. Ukuran panjang kayu terbatas

Sehingga, untuk mengurangi kekurangan-kekurangan dari kapal kayu nelayan bisa


menggunakan kombinasi kayu dan serat plastik.Yang dimaksud dengan kombinasi disini
adalah pelapisan lambung kayu dengan serat plastik. Penggunaan bahan ini selain
sebagai pelapis juga sebagai pelindung kayu. Dengan dilapisinya kayu ini maka
keuntungan yang diperoleh adalah :

a. Kayu akan lebih awet.


b. Proses pelapukan atau pembusukan kayu akan berkurang.
c. Sifat muai-susut dari kayu akan berkurang.
d. Kayu tidak mudah terbakar.
Atau bisa juga Bahan kayu laminasi Terbuat dari beberapa lapisan kayu baik untuk
konstruksi melintang maupun memanjang, dan untuk kepentingan ini di pasaran
telah tersedia kayu lapis kelautan (marine plywood). Konstruksi balokpun dapat
dibuat dari beberapa lapisan kayu yang dirangkap dengan menggunakan lem
khusus. Tapi bagaimanapun juga.Secara umum, kapal yang terbuat dari bahan baik
semen beton, fibre glass maupun bahan aluminium, pemeliharaannya lebih mudah
daripada kayu dan baja.
Penyebab Kapal Kayu Tenggelam
Berbicara tentang kapal kayu sangan rentan akan capsizing dikarenakan
beberapa hal:
a) Kelebihan muatan
Setiap kapal yang beroperasi mempunyai kapasitas tertentu
mengenai jumlah muatan yang bisa ditampung dalam kapal tersebut. Oleh
karena itu, agar tetap aman, jumlah muatan kapal harus sesuai dengan
manifes normalnya. Kelebihan muatan akan menyebabkan overdraft atau
tidak leluasanya pengendalian kapal.
b) Keadaan cuaca
Faktor cuaca sangat memengaruhi perjalanan kapal. Dari laporan
KNKT disebutkan, sejumlah peristiwa kapal tenggelam karena faktor cuaca
buruk. Hempasan ombak dan gelombang tinggi mengakibatkan badan kapal
bocor sehingga berakibat fatal.
c) Medan/Lintasan
Selain cuaca, medan lautan juga memengaruhi keselamatan
perjalanan kapal. Sementara itu, kondisi di lautan seperti adanya karang,
batuan,ombak dan gunung es juga berisiko mengganggu perjalanan kapal.
Oleh karena itu, penting untuk menentukan posisi jalur aman yang bisa
dilintasi kapal.
d) Kondisi kapal
Kondisi kapal juga menjadi faktor penting yang menentukan
keselamatan berlayar. Saat berlayar, kapal harus dengan kondisi dan
perawatan yang baik. Kebocoran pada bodi kapal menyebabkan air masuk
ke dalam kapal. Oleh karena itu, perawatan dan adanya pompa air bisa
meminimalisasi air yang masuk ke dalam kapal jika terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan. Pompa air harus dalam kondisi baik agar berfungsi ketika
air masuk ke kapal. Selain perawatan pompa, yang harus diperhatikan
adalah perawatan mesin, kondisi bodi kapal, kemudi kapal, dan sistem
komunikasi kapal.
e) Kepiawaian nahkoda kapal
Nahkoda adalah orang yang mengemudikan kapal, mempunya peran
penting. Pengalaman dan kecekatan nahkoda menentukan keselamatan
perjalanan kapal. Nahkoda harus mengetahui kapasitas maksimal kapal
sebelum berlayar. Selain itu, kecepatan nakhoda dalam mengambil keputusan
juga berpengaruh terhadap kapal yang dikemudikannya.

4. Pembuatan Kapal

Dalam pembuatan kapal pada umumnya metode atau cara dalam proses
pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara
kedua berdasarkan tempat.

A. Berdasarkan sistem
Proses pembuatan kapal berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam:
1. Sistem seksi
Sistem seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian
konstruksi dari tubuh kapal dibuat seksi perseksi. (perbagian)
Contoh: seksi bulkhead (sekat kedap air)

Gambar 1.1: seksi bulkhead

Keuntungan dan kerugian sistem seksi:

Keuntungan:

a. Tiap seksi dapat dibangun dalam waktu yang bersamaan tergantung


kapasitas kerja bengkel.
b. Waktu pembangunannya lebih pendek.
c. Kualitas produksi lebih unggul disbanding sistem konfrensional.
d. Mutu dari tiap seksi dapat dikontrol secara rinci.

Kerugian/kekurangan sistem seksi:

a. Kekuatan pada kapal tergantung pada perencanaan pembagian badan kapal


menjadi beberapa seksi dan juga teknik penyambungan antara dua buah
seksi.
b. Pengerjaan lebih sulit karena dalam proses penggabungan antara seksi
memerlukan ketepatan ukuran yang prima.

2. Sistem block seksi

Sistem block seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagianbagian


konstruksi dari kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan seksiseksi sehingga
membentuk block seksi, contoh bagian dari seksi-seksi geladak, seksi lambung dan
bulkhead dibuat menjadi satu block seksi.

3. Sistem block

Sistem block adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi beberapa
block, dimana tiap-tiap block sudah siap pakai. (lengkap dengan sistem perpipaannya).

Pada bagian desain mencakup pekerjaan-pekerjaan antara lain penggambaran


bagian-bagian konstruksi dan perhitungan atau perancangan–perancangan,
selanjutnya gambar rencana gadinggading skala 1 : 1 di mould loft, penandaan
dalam proses pembuatan kapal dilakukan di bengkel.
B. Berdasarkan Tempat
Berdasarkan tempatnya, pembuatan kapal dibagi menjadi dua macam:
1. Fabrication adalah semua pekerjaan pembuatan kapal yang dikerjakan
diluar tempat peluncuran dimana badan kapal dimasukkan dalam air.

2. Erection adalah semua pekerjaan pembuatan kapal yang dikerjakan di


tempat dimana kapal akan diluncurkan. Dalam hal ini pembuatan baik
berupa seksi, block seksi, dan block semuanya dilakukan/dikerjakan di
tempat tersebut.

5. Pembuatan Kapal Kayu

Dalampembuatan kapal kayu sistem yang berlaku masih skala tradisional


dimana tahapan tahapan dalam proses pembuatan berdasarkan pada kebiasaan turun
temurun. Adapun proses dalam pembuatan kapal kayu antara lain :
a. Persiapan Bahan Baku
Sebagaimana telah diketahui secara umum bahwa bahan baku utama dari
pembuatan perahu atau kapal tradisional adalah kayu. Pemilihan bahan umumnya
sedapatkan mungkin diperoleh dari daerah di mana perahu dibangun. Hal ini
bertujuan menghemat biaya pembuatan. Jika untuk jenis kayu tertentu yang
dibutuhkan tidak diperoleh, akan didatangkan bahan kayu dari daerah lain. Seperti
kayu meranti yang tidak tumbuh di Pulau Jawa, jika dipertimbangkan perlu untuk
mendatangkan material tersebut karena tidak memperoleh substitusi material yang
tepat, maka kebutuhan kayu dapat dipenuhi dari daerah penghasil kayu tersebut,
misal Kalimantan, Sumatera, dll. Peraturan Kapal Kayu BKI 1996 pada halaman
lampiran, memberikan suatu informasi tentang daftar daerah penghasil berbagai
jenis kayu serta rekomendasi penggunaannya untuk bagian konstruksi tertentu
dalam kapal.
Bahan baku kayu yang telah didatangkan dari sumber bahan baku, akan
ditempatkan di lapangan atau tempat terbuka. Bahan kayu tersebut umumnya masih
bersifat mentahan, proses selanjutnya kayu akan dipotong, dibelah atau digergaji
dan diketam untuk keperluan konstruksi profil kerangka dan kulit lambung kapal.
Untuk jenis kayu jati, terdapat perbedaan kualitas antara kayu jati yang dijemur di
tempat terbuka dengan kayu jati yang berada di Tempat Penimbunan Kayu (TPK)
milik perhutani. Kayu dari TPK Perhutani ini adalah kayu jati yang ditebang setelah
satu tahun dimatikan pohonnya. Hal ini menyebabkan tekstur kayu mengeras dan
kandungan air di dalamnya telah mengering. Kayu jati ini memiliki kualitas terbaik,
umumnya digunakan untuk konstruksi bagian bawah kapal yang membutuhkan
ketahanan yang tinggi. Harga kayu jati ini dapat mencapai Rp. 12 juta/m 3 .
Gambar 3. Material kayu diletakkan di lapangan atau tempat terbuka sebelum diolah.

b. Perencanaan Gambar

Gambar 4. Design kapal kayu

Perencanaan gambar dalam pembuatan kapal kayu pada umumnya berdasarkan


kebiasaan.

Walaupun tak jarang pemesan menyertakan gambar atau hanya sekedara


wawancara dengan pengrajin kapal. Dan untuk lebih menyakinkan pemesan maka
dalam membuat kapal kayu ini, pihak pengrajin kapal terlebih dahulu di buat
perencaan gambar baik secara Hidrostatik dengan rinciannya secara detail, atau
bentuk gambar kapal secara umum.

c. Proses Pengolahan Kayu

Sebelum proses perakitan atau pembangunan kapal dilakukan, terlebih


dahulu dilakukan pengolahan kayu mentah yang telah disediakan. Tujuan dari
pengolahan kayu adalah untuk mendapatkan profil-profil konstruksi untuk
kebutuhan sistem kerangka dan papan-papan untuk kebutuhan kulit lambung
maupun geladak. Profil-profil konstruksi dan kulit tersebut dibentuk dengan cara
memotong, membelah, melakukan proses penyambungan, dan mengetam untuk
mendapatkan permukaan yang halus. Sebelumnya dilakukan pemrosesan terlebih
dahulu dari material mentah menjadi material siap untuk dibentuk, dengan
menggunakan alat mekanis bertenaga mesin. Setelah itu dilakukan pembentukan
profil konstruksi sesuai fungsinya. Pekerjaan detail konstruksi dapat secara manual
atau dipercepat dengan bantuan peralatan mekanis bertenaga listrik, seperti gergaji
listrik, alat ketam dan gerinda listrik, bor listrik, dan sebagainya. Penggunaan
teknologi mekanis sesuai perkembangannya untuk proses pengolahan kayu tidak
serta merta menghilangkan ciri khas utama dari kapal tradisional, karena
keberadaan alat tersebut bersifat mempercepat proses pengolahan bahan. Ciri khas
kapal tradisional masih tetap ada, di mana hal ini disebabkan karena secara umum
pola pembangunan kapalnya masih mengikuti cara yang lama, yaitu kapal dibangun
tanpa proses desain atau hanya berdasarkan pengalaman pembuatnya. Untuk profil
konstruksi gading yang melengkung, dibentuk dengan menggunakan beberapa
potong kayu. Bagian lengkung gading dapat diperoleh dari kayu yang melengkung
atau diperoleh melalui proses pengolahan terhadap suatu balok kayu. Khusus untuk
papan kulit, guna mendapatkan kelengkungan sesuai dengan yang diharapkan,
dilakukan proses pemanasan di atas api. Pemanasan dapat berlangsung hingga
beberapa jam, di mana lama waktu pemanasan ditentukan oleh jenis kayu dan
ukuran ketebalannya. Proses pemanasan ini baru berhenti setelah bentuk
kelengkungan papan sesuai dengan yang diharapkan. Selain pemanasan,
lengkungan kayu juga dapat diperoleh dengan penggunaan katrol.

Gambar 4. Proses pengolahan kayu untuk profil konstruksi dan kulit


Lambung

Gambar 5. proses pembentukan kulit


sesuai bentuk lengkungan, dengan cara pemanasan dan
penggunaan katrol.

Dalam melakukan pekerjaan hendaknnya persiapan dan perencanaan yang di


siapkan harus benar di sediakan.Karena agar proses pembuatan dapat berjalan
dengan baik, Adapun persiapannya sebagai berikut : Lokasi pembuatan
Material dan jenis kayu Peralatan dan sarana Tenaga kerja dan honor tenaga kerja
d. Peralatan untuk Pembuatan Kapal

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan perahu atau kapal


tradisional pada umumnya berkembang mengikuti perkembangan teknologi di
bidang peralatan mekanis, baik yang bertenaga mesin maupun peralatan-
peralatan yang menggunakan tenaga listrik sebagai sumber tenaga
penggeraknya. Contoh gergaji besar yang masih digunakan oleh pengrajin
perahu asal Brondong Lamongan Jawa Timur adalah gergaji Denso (chainsaw)
yang digerakan oleh mesin diesel. Sedangkan untuk penghalus permukaan
dapat digunakan mesin ketam listrik, gerinda, atau penggunaan mesin bor untuk
membuat lubang pasak atau paku, mesin bor besar untuk lubang poros, dan
sebagainya. Meskipun demikian untuk bagianbagian tertentu pengrajin masih
menggunakan peralatan manual, seperti palu, gada, kapak, parang, dan
sebagainya.

e. Pembuatan komponen utama kapal kayu

Gambar 6. Pemasangan Gading gading Kapal Kayu


Ada beberapa komponen utama yang harus di siapakan sebelum pembuatan kapal.
Komponen utama ini yang akan menentukan kestabilan dan standart dalam
pembuatan kapal. Maka Dalam proses pembuatan kapal kayu ini komponen inilah
yang Harus di buat terlebih dahulu.Ada pun komponen tersebut sebagai berikut :

1. Lunas
2. · Wrang
3. · Linggi / lunas batang
4. · Braket
5. · Gading

f. Proses Assemblay
Assemblay ini merupakan suatu proses penggabungan antara komponen
yang Satu dengan lainnya.Ada pun komponen tersebut adalah :

1. Wrang,gading,lunas,braket
2. Steering gear
3. Planking (perencanaan lambung kapal)
4. Akomodasi
5. Stringer
6. Balok geladak
7. Stifener sekat dan planking sekat

Proses Perakitan atau Pembangunan Kapal Kapal berukuran relative besar


umumnya memiliki struktur yang sedemikian komplek. Bagian yang satu terkait
mutlak dengan bagian yang lain dan merupakan g h i j k l suatu urutan yang harus
dikerjakan secara bertahap. Misal peletakan lunas, merupakan bagian awal yang
harus disediakan terlebih dahulu sebelum pemasangan gading atau kulit. Selain itu
bagian-bagian dari konstruksi profil dalam badan kapal juga bersifat spesifik baik
dari bentuk, ukuran maupun cara penanganannya. Perbedaan yang mencolok antara
kapal tradisional dengan kapal modern adalah proses perakitan profil gading
dengan kulit kapal. Untuk kapal tradisional pada umumnya pembentukan lambung
dimulai dari pemasangan kulit kapal setelah peletakan lunas, baru kemudian
dipasang gading dari sisi bagian dalam lambung kapal. Hal ini berlaku sebaliknya
untuk kapal-kapal modern, yaitu menyelesaikan terlebih dahulu sistem kerangka,
baru disusul dengan pemasangan kulit.
Proses perakitan atau pembangunan kapal tradisional untuk perahu
berbadan besar pada umumnya dimulai dari peletakan lunas. Profil lunas ini
memegang peranan penting terutama dalam perkiraan biaya produksi atau
pembuatannya, umumnya biaya produksi dapat diperkirakan menurut panjang
lunas. Untuk langkah berikutnya lunas ini akan disambung dengan profil kayu dari
linggi haluan dan buritan. Setelah linggi haluan dan buritan terpasang pada lunas,
tahap berikutnya dapat dilakukan pemasangan kulit lambung. Hingga ketinggian
tertentu sebelum pemasangan kulit sampai pada tinggi geladak maksimum,
pemasangan profil gading dapat dilaksanakan dari sisi dalam lambung kapal mulai
dari alas kapal. Penyempurnaan dari setiap bentuk gading dalam kapal dapat
berjalan seiring penyelesaian dari pemasangan kulit lambung. Setelah proses
perakitan lambung selesai (profil gading telah terpasang sempurna dengan kulit),
langkah selanjutnya adalah pembuatan konstruksi geladak. Keberadaan konstruksi
geladak ini akan memberikan kekuatan memanjang yang cukup besar dari kapal.
Konstruksi geladak dibangun dengan mempertimbangkan bukaan bukaan dalam
kapal, seperti ambang palka, bukaan kamar mesin, dan sebagainya. Setelah
konstruksi geladak selesai dibangun, proses selanjutnya a b dapat dimulai
pembangunan rumah geladak. Rumah geladak ini selain difungsikan sebagai ruang
navigasi, dengan perluasan tertentu dapat digunakan sebagai ruang akomodasi
ABK. Dalam pelaksanaannya, pembangunan kapal tradisional tidak selalu berada
pada satu tempat (galangan). Proses pembuatan bagian-bagian tertentu dapat
berlangsung ditempat lain. Misalnya pembangunan kapal ikan 50 GT di Kragan,
dapat berlangsung hingga pada penutupan geladak saja, sedangkan pembuatan
bangunan atas dan pemasangan mesin dapat dilakukan di Juwana. Demikian pula
untuk proses finishing, seperti pemasangan instalasi listrik, dapat dilaksanakan
ketika kapal sudah turun ke air. Bagian yang tidak kalah penting sebelum kapal
turun ke air adalah proses pemakalan. Tujuan dari kegiatan pemakalan ini adalah
untuk menjamin kekedapan antar sambungan papan. Guna mencapai tujuan itu,
biasanya pemakalan dilakukan dengan menggunakan kulit kayu yang ulet dan tahan
lama, misal kulit kayu gelam. Selain itu dapat pula digunakan bahan-bahan sintetik
sebagai pengganti kulit kayu.

Gambar a

gambar b
Gambar 7. Dua metode pembangunan lambung kapal, a) Metode
tradisional, b) Metode modern.

g. Pemasangan Sistim permesinan

Sebagai pendorong kapal maka penggunaan mesin pun harus terperhatikan


betul. Ada beberapa kriteria dalam pemasangan mesin untuk kapal kayu.
Diantaranya:

1. penggunaan mesin untuk penangkapan ikan yang membutuhkan


kecepatan atau Tenaga.
2. Penggunaan mesin untuk menarik beban kapal. Ada pun tahapan
pemasangan instalasi sistim permesinan adalah sebagai berikut :
3. Pembuatan lubang poros
Dalam pembuatan lubang harus benar benar sesuai dengan standar
dan ukuran dalam pembuatanya pun harus senter atau lurus.
4. Pemasangan pondasi mesin pemasangan pondasi mesin kapal
jangaan asal asalan dikarena fungsi pondasi juga menahan getaran
5. Penurunan mesin
6. Alligment poros
7. Pemasangan mesin induk
8. Pemasangan mesin bantu
9. Pemasangan sistim kemudi

h. Pemasangan Sistim kelistrikan

Ada pun sistim kelistrikan sebagai berikut :

1. Pemasangan kabel dan lampu – lampu penerang


2. Pemasangan lampu dan alat –alat navigasi

i. Pemasangan Sistim bahan bakar dan perpipaan

Sistem bahan bakar terdiri dari tanki tanki seperti tanki induk BBM, Tangki
Harian BBM, Tanki Oli.

Tahapan dalam pemasangan tanki antara lain :

1. Pembuatan tanki – tanki


2. Pemasangan tanki –tanki
3. Pemasangan instalasi perpipaan

j. Akomodasi dan out fitting

Ada pun pembuatan akomodasi dan out fitting adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan pintu dan jendela


2. Pembuatan tangga
3. Pembuatan tempat tidur
4. Pembuatan lemari dan laci
5. Pembuatan kamar mandi
6. Pembuatan dastiboard
7. Pembuatan penutup palkah

k. Finishing

Finishing merupakan proses treakhir dalam pembuatan bangunan kapal.


Untuk hasil lebih baik,maka proses yang di lakukan adalah :

1. Pemakalan dan pendempulan


2. Instalasi palkah
3. Pembersihan seluruh kapal
4. Pengetan seluruh kapal
l. Launcing and sea trial

Launcing ini di lakukan apabila kapal sudah siap di bangun,untuk hasil


terbaik di lakukan sea trial.Sea trial ini merupakan suatu proses uji coba kapal yang
sudah siap di bangun karena untuk mengetahui apakah kapal yang di buat sesuai
dengan keinginan.Untuk itu ada beberapa proses launcing dan sea trial ini sebagai
berikut:

1. Pasang keretan dan bangku


2. Peluncuran kapal
3. Uji coba L
4. Propeller matcing untuk menyesuaikan kecepatan Kapal yang
belum sampai kecepatannya.

Anda mungkin juga menyukai