Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Transportasi Laut


Transportasi adalah suatu sistem perpindahan orang, barang, atau informasi
dari satu tempat ke tempat lain. Ini merupakan elemen kunci dalam menjaga
konektivitas antarwilayah, mendukung perdagangan, dan memfasilitasi mobilitas
manusia. Dalam ranah transportasi, terdapat berbagai mode yang digunakan, salah
satunya adalah transportasi laut. Transportasi laut merujuk pada pergerakan kapal
atau perahu di perairan, seperti laut, sungai, dan danau. Ini adalah salah satu mode
transportasi yang paling penting dan digunakan secara luas di seluruh dunia
(Bhagya, 2021).
Transportasi laut memiliki cakupan yang luas, mencakup perpindahan
orang, barang, dan sumber daya lainnya melalui jalur air. Kapal-kapal berfungsi
sebagai sarana utama untuk mengangkut berbagai jenis kargo, mulai dari
kontainer besar hingga muatan cair, dalam jumlah besar. Kinerja transportasi laut
ini mencakup rute internasional yang panjang, seperti lintasan Surabaya-
Balikpapan, hingga rute lokal yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di
dalam negeri.
Keunggulan transportasi laut terletak pada kapasitas angkutnya yang besar
dan efisiensinya dalam mengatasi jarak perjalanan yang jauh. Kapal penumpang
juga memberikan layanan untuk mobilitas manusia dengan kenyamanan yang
signifikan. Selain itu, transportasi laut memiliki peran strategis dalam
perdagangan internasional, membuka jalur distribusi global dan mendukung
ekonomi dunia (Awwalin, 2022).
Namun, seperti halnya setiap mode transportasi, transportasi laut juga
menghadapi tantangan, termasuk aspek keamanan, dampak lingkungan, dan
efisiensi operasional. Pengelolaan rute, kepatuhan terhadap regulasi maritim, serta
inovasi dalam teknologi dan desain kapal menjadi fokus penting dalam
pengembangan transportasi laut yang berkelanjutan.
Dengan terus berkembangnya teknologi dan perubahan dalam tuntutan
pasar, transportasi laut terus mengalami evolusi untuk memenuhi kebutuhan yang
berkembang. Melalui integrasi konsep keberlanjutan, keamanan, dan efisiensi,
transportasi laut terus menjadi tulang punggung dalam mendukung konektivitas
global dan pertumbuhan ekonomi (Andrew Pradana Putra et al., 2022).
Transportasi laut memiliki sejumlah kelebihan yang menjadikannya salah
satu mode transportasi yang penting dan digunakan secara luas di seluruh dunia.
Berikut adalah beberapa kelebihan utama dari transportasi laut:
1. Kapasitas Angkut Besar
Kapasitas angkut besar merupakan salah satu keunggulan utama
transportasi laut yang memainkan peran penting dalam mendukung aliran
perdagangan global dan distribusi barang. Kemampuan kapal laut untuk
membawa volume kargo yang besar menjadi pendorong utama pilihan
bisnis dan industri untuk menggunakan transportasi ini.
Salah satu aspek kunci kapasitas angkut besar adalah penggunaan
kapal kontainer. Kapal-kapal kontainer modern dapat membawa ribuan
kontainer standar dalam satu perjalanan, memungkinkan pengangkutan
barang secara efisien dan dalam jumlah yang signifikan. Contohnya, kapal
kargo kontainer kelas ultra besar (ULCV) seperti Triple-E class yang
dioperasikan oleh Maersk Line dapat membawa lebih dari 18.000 kontainer
TEU (Twenty-Foot Equivalent Unit). Dengan kapasitas sebesar itu, kapal-
kapal tersebut memfasilitasi perdagangan global dan distribusi massal
barang-barang konsumen dan industry (Erwin, 2022).
Selain itu, kapasitas angkut besar juga memungkinkan transportasi
sektor komoditas primer, seperti batu bara atau bijih besi, yang umumnya
diangkut dalam jumlah besar. Kapal bulk carrier yang dirancang untuk
mengangkut muatan curah seperti ini dapat membawa jutaan ton barang
dalam satu perjalanan, memberikan efisiensi dalam pergerakan sumber daya
alam dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Contoh kasus yang mencolok adalah pengangkutan minyak mentah.
Kapal tanker yang mampu mengangkut minyak dalam jumlah besar menjadi
tulang punggung industri minyak dan gas. Misalnya, kapal VLCC (Very
Large Crude Carrier) memiliki kapasitas angkut hingga lebih dari 300.000
ton minyak mentah. Kemampuan angkut besar ini memungkinkan
transportasi minyak mentah secara efisien dan ekonomis dari produsen
minyak ke fasilitas pengolahan dan distribusi di seluruh dunia.
Dengan kapasitas angkut yang besar, transportasi laut memberikan
kontribusi besar terhadap ketahanan rantai pasok global dan memungkinkan
distribusi barang dalam jumlah besar secara efisien, yang pada gilirannya
mendukung pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional
(Wahyuni et al., 2020).
2. Efisiensi Energi
Efisiensi energi merupakan aspek kritis dari transportasi laut, yang
menjadi salah satu keunggulan utama dibandingkan dengan beberapa mode
transportasi lainnya. Transportasi laut dikenal memiliki jejak karbon yang
lebih rendah per ton mil dibandingkan dengan transportasi darat atau udara,
dan ini sebagian besar disebabkan oleh efisiensi energi yang tinggi dari
kapal-kapal laut (Anggrahini et al., 2022).
Salah satu contoh signifikan dari efisiensi energi dalam transportasi
laut adalah desain kapal yang dirancang untuk mengurangi konsumsi bahan
bakar. Kapal-kapal modern menggunakan teknologi canggih seperti baling-
baling penghemat energi, sistem manajemen bahan bakar yang cerdas, dan
desain hydrodynamis untuk mengoptimalkan efisiensi gerak di perairan.
Contohnya, kapal-kapal kontainer yang dilengkapi dengan teknologi
efisiensi energi dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon
secara signifikan dibandingkan dengan kapal-kapal yang lebih tua.
Selain itu, penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan ramah
lingkungan menjadi fokus pengembangan dalam transportasi laut. Kapal-
kapal yang beralih ke bahan bakar alternatif seperti LNG (Gas Alam Cair)
atau metanol dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya.
Contoh terkini adalah kapal penumpang dan kapal kargo yang menggunakan
teknologi Dual-Fuel, yang memungkinkan beralih antara bahan bakar
konvensional dan bahan bakar alternatif untuk mengoptimalkan efisiensi
dan meminimalkan dampak lingkungan (Koswara & Faridah, 2022).
Program pengelolaan energi juga menjadi bagian integral dari upaya
untuk meningkatkan efisiensi. Ini mencakup pemantauan dan analisis
konsumsi bahan bakar, penggunaan teknologi otomatisasi untuk
mengoptimalkan kecepatan dan rute kapal, serta pelatihan awak kapal untuk
praktik-praktik pengoperasian yang efisien.
Dengan terus berkembangnya teknologi, upaya untuk meningkatkan
efisiensi energi dalam transportasi laut terus dilakukan untuk mengurangi
dampak lingkungan dan mengoptimalkan kinerja operasional. Ini bukan
hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga dapat mengurangi biaya
operasional, memberikan keuntungan ekonomis kepada pemilik kapal dan
operator. Efisiensi energi yang tinggi menjadikan transportasi laut sebagai
pilihan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan (Sappe et al., 2020).
3. Konektivitas Global
Konektivitas global adalah salah satu kelebihan utama transportasi
laut yang menjadikannya tulang punggung dalam mendukung perdagangan
internasional dan pertukaran sumber daya di seluruh dunia. Kemampuan
kapal laut untuk menghubungkan pelabuhan-pelabuhan dari berbagai benua
memainkan peran sentral dalam integrasi ekonomi global
(Aidina & Suwandi, 2023)
.
Salah satu aspek utama dari konektivitas global adalah sistem jalur
pelayaran yang kompleks. Rute-rute kapal laut yang melintasi samudera dan
laut membentuk jaringan yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama
di seluruh dunia. Sebagai contoh, Rute Pelayaran Utara (Northern Sea
Route) di wilayah Arktik menjadi semakin relevan karena pencairan es yang
meningkat, membuka jalur lebih pendek antara Eropa dan Asia Timur.
Rute-rute ini menghadirkan kemungkinan alternatif yang strategis untuk
mengoptimalkan waktu dan biaya pengiriman (Sunarto, 2020).
Selain itu, kapal-kapal kontainer yang menghubungkan pelabuhan-
pelabuhan di berbagai benua mendukung aliran barang-barang konsumen
dan produk industri secara efisien. Kapal-kapal ini membentuk jaringan
distribusi global yang vital bagi rantai pasok industri dan perdagangan.
Sebagai contoh, rute lintasan Surabaya-Balikpapan di Indonesia dapat
menghubungkan pelabuhan utama di Pulau Jawa dengan wilayah timur
Indonesia, mendukung pertukaran barang dan memperkuat konektivitas
antarwilayah di negara tersebut.
Selain konektivitas fisik, transportasi laut juga memungkinkan
pertukaran budaya dan informasi. Pelabuhan-pelabuhan besar menjadi pusat
pertemuan berbagai budaya dan pasar yang menghubungkan orang-orang
dari berbagai latar belakang. Konektivitas ini tidak hanya tentang barang
fisik, tetapi juga pertukaran gagasan, teknologi, dan pengaruh budaya.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
memperkuat konektivitas global dalam transportasi laut. Sistem manajemen
pelayaran dan logistik yang terintegrasi memungkinkan pengelolaan rantai
pasok secara real-time, meminimalkan kesalahan dan mengoptimalkan
kinerja secara keseluruhan.
Dengan terus berkembangnya konektivitas global melalui transportasi
laut, perdagangan internasional, pertukaran budaya, dan pertumbuhan
ekonomi di seluruh dunia terus didorong. Transportasi laut tetap menjadi
tulang punggung dalam memfasilitasi konektivitas yang semakin penting
dalam dunia yang terus berubah ini.
4. Fleksibilitas Rute
Fleksibilitas rute adalah karakteristik krusial dari transportasi laut
yang memberikan keunggulan dalam menavigasi tantangan dan
memaksimalkan efisiensi operasional. Kapal-kapal laut memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan rute pelayaran mereka dengan lebih
mudah dibandingkan dengan mode transportasi lainnya, memungkinkan
mereka untuk mengoptimalkan perjalanan dan menghindari hambatan
potensial seperti cuaca buruk atau perubahan kondisi lalu lintas
(Muhammad et al., 2022).
Salah satu contoh fleksibilitas rute yang signifikan adalah kemampuan
kapal-kapal untuk menghindari zona cuaca buruk atau badai. Kapten kapal
dapat menyesuaikan jalur pelayaran mereka untuk mengambil rute yang
lebih aman dan menghindari risiko cuaca ekstrem, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan keselamatan awak kapal dan muatan. Sebagai contoh,
kapal-kapal yang melintasi Samudera Atlantik sering kali mengubah rute
mereka untuk menghindari badai tropis atau kondisi cuaca yang tidak aman.
Selain itu, fleksibilitas rute juga memungkinkan kapal untuk
menghindari masalah lalu lintas di perairan tertentu. Dalam situasi di mana
ada terlalu banyak kapal yang bersamaan berada di jalur tertentu, kapten
kapal dapat memilih untuk mengambil rute alternatif yang lebih terbuka dan
kurang padat. Ini membantu menghindari kemacetan dan meningkatkan
efisiensi perjalanan.
Contoh nyata dari fleksibilitas rute dapat ditemukan dalam kebijakan
pelayaran yang melibatkan jalur bebas es di wilayah Arktik. Seiring
perubahan iklim dan pencairan es, jalur pelayaran ini menjadi lebih terbuka
dan dapat diakses oleh kapal-kapal. Fleksibilitas ini membuka jalur
alternatif untuk menghubungkan pelabuhan di Eropa dan Asia Timur,
menyediakan opsi rute yang lebih pendek dan mengurangi waktu
perjalanan.
Teknologi modern juga berkontribusi pada fleksibilitas rute dengan
menggunakan sistem navigasi canggih dan data cuaca real-time.
Penggunaan teknologi ini memungkinkan kapal untuk membuat perubahan
rute secara dinamis berdasarkan informasi terbaru, meningkatkan efisiensi
pelayaran dan keselamatan (Muhammad et al., 2022).
Dengan memanfaatkan fleksibilitas rute, transportasi laut dapat
mengoptimalkan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan operasional,
menjaga keselamatan, dan meningkatkan efisiensi pengangkutan barang dan
penumpang di seluruh dunia.
5. Stabilitas Tarif
Stabilitas tarif adalah karakteristik unik dalam transportasi laut yang
membedakannya dari beberapa mode transportasi lainnya. Kapal-kapal laut
cenderung menawarkan stabilitas tarif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mode transportasi lainnya, seperti udara atau darat. Ini membantu
menciptakan kepastian biaya bagi pelaku bisnis yang terlibat dalam
perdagangan internasional dan pengangkutan laut (Habibi, 2018).
Salah satu alasan utama di balik stabilitas tarif dalam transportasi laut
adalah adanya perjanjian jangka panjang antara pemilik kapal dan penyewa
jasa angkut. Dalam industri pelayaran, kontrak jangka panjang atau
perjanjian jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya dapat mencakup
kesepakatan tarif yang stabil, seringkali dalam beberapa tahun ke depan. Ini
memberikan kepastian biaya yang diperlukan bagi perusahaan untuk
merencanakan dan mengelola anggaran logistik mereka.
Contoh dari stabilitas tarif dalam transportasi laut dapat ditemukan
dalam industri pengangkutan kontainer. Beberapa operator kapal kontainer
menawarkan perjanjian jangka panjang dengan pelanggan mereka, yang
mencakup tarif tetap atau formula tarif yang jelas. Hal ini memungkinkan
perusahaan perdagangan dan industri untuk merencanakan biaya
pengangkutan mereka dengan lebih baik dan menghindari fluktuasi yang
tiba-tiba.
Selain itu, stabilitas tarif dalam transportasi laut juga tercermin dalam
kurangnya volatilitas harga yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal
seperti fluktuasi harga bahan bakar. Beberapa perjanjian jangka panjang
mencakup mekanisme penyesuaian tarif terhadap perubahan harga bahan
bakar, yang membantu menciptakan stabilitas biaya yang diinginkan oleh
para pemangku kepentingan.
Ketidakpastian dan fluktuasi tarif yang lebih rendah dalam
transportasi laut juga dapat meningkatkan daya tawar perusahaan dalam
negosiasi kontrak jangka panjang. Dengan menetapkan tarif yang stabil,
pemilik kapal dapat menjaga kepuasan pelanggan mereka dan membangun
hubungan bisnis jangka panjang yang lebih kuat (Bhagya, 2021).
Namun, penting untuk dicatat bahwa stabilitas tarif tidak selalu
berlaku untuk semua rute dan sektor dalam transportasi laut. Sejumlah
faktor seperti kapasitas pasar, permintaan, dan variabilitas biaya operasional
dapat mempengaruhi tingkat stabilitas tarif. Meskipun demikian, secara
umum, transportasi laut sering dianggap sebagai pilihan yang lebih dapat
diandalkan dalam hal stabilitas tarif, memberikan keuntungan bagi
perusahaan dan industri yang terlibat dalam kegiatan perdagangan
internasional.
6. Pelayanan Kapal Penumpang
Pelayanan kapal penumpang merupakan aspek yang signifikan dalam
transportasi laut, yang memainkan peran penting dalam memberikan
pengalaman yang nyaman dan aman bagi penumpang selama perjalanan
laut. Pelayanan ini tidak hanya mencakup kenyamanan fisik, tetapi juga
kualitas layanan, fasilitas, dan keamanan bagi para penumpang.
Salah satu aspek kunci dalam pelayanan kapal penumpang adalah
kenyamanan dan fasilitas yang disediakan. Kapal penumpang modern
dilengkapi dengan kabin-kabin yang nyaman, restoran, ruang hiburan, dan
fasilitas lainnya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi
penumpang. Sebagai contoh, kapal pesiar mewah menawarkan berbagai
fasilitas seperti kolam renang, spa, teater, dan restoran mewah untuk
menciptakan pengalaman liburan yang istimewa (Koswara & Faridah, 2022).
Keamanan juga merupakan aspek kritis dalam pelayanan kapal
penumpang. Kapal-kapal dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang
canggih, termasuk pelampung, alat pemadam kebakaran, dan peralatan
penyelamatan lainnya. Sistem keselamatan ini dirancang untuk menghadapi
situasi darurat dan memastikan evakuasi yang aman jika diperlukan.
Selain itu, pelayanan kapal penumpang mencakup juga kualitas
layanan dari awak kapal. Kru kapal, termasuk koki, pramugari, dan staf
lainnya, berperan penting dalam memberikan pengalaman positif bagi
penumpang. Layanan pelanggan yang ramah, pelayanan makanan yang
baik, dan perhatian terhadap kebutuhan khusus penumpang adalah contoh
pelayanan kapal penumpang yang berkualitas.
Beberapa kapal penumpang juga menawarkan program hiburan
selama perjalanan. Ini bisa mencakup pertunjukan teater, konser musik,
seminar, atau kegiatan rekreasi lainnya. Program-program ini bertujuan
untuk meningkatkan pengalaman penumpang selama perjalanan dan
menjadikan perjalanan laut lebih dari sekadar moda transportasi.
Pelayanan kapal penumpang juga melibatkan aspek logistik, seperti
proses check-in yang efisien, pengaturan pelabuhan yang nyaman, dan
keteraturan dalam jadwal pelayaran. Keandalan jadwal dan kepatuhan
terhadap waktu keberangkatan dan kedatangan adalah faktor kunci yang
memengaruhi kepuasan penumpang.
Seiring dengan perkembangan teknologi, pelayanan kapal penumpang
semakin mengintegrasikan inovasi digital, seperti aplikasi pemesanan tiket
online, layanan wifi, dan sistem informasi pelayaran. Ini membantu
meningkatkan kenyamanan dan keterhubungan penumpang selama
perjalanan.
Dengan pelayanan kapal penumpang yang baik, transportasi laut
menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang mencari pengalaman
perjalanan yang lebih santai dan terintegrasi. Dengan menyediakan fasilitas,
layanan, dan kenyamanan yang baik, kapal penumpang dapat meningkatkan
citra transportasi laut sebagai moda yang lebih dari sekadar sarana
perpindahan, tetapi juga sebagai pengalaman perjalanan yang
menyenangkan (Muhammad et al., 2022).
7. Pengembangan Ekonomi di Pelabuhan
Pengembangan ekonomi di pelabuhan adalah fenomena yang penting
dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya. Pelabuhan
tidak hanya berfungsi sebagai tempat bongkar muat kargo dan penumpang,
tetapi juga menjadi pusat kegiatan ekonomi yang mendukung pekerjaan,
investasi, dan pertumbuhan ekonomi local (Yuliani & Lestari, 2019)
.
Salah satu aspek kunci dalam pengembangan ekonomi di pelabuhan
adalah menciptakan lapangan kerja. Pelabuhan yang sibuk membutuhkan
tenaga kerja yang besar, baik untuk kegiatan operasional pelabuhan itu
sendiri maupun untuk mendukung sektor-sektor terkait seperti logistik,
transportasi darat, dan jasa kepelabuhanan. Misalnya, aktivitas operasional
di pelabuhan, seperti bongkar muat, pergudangan, dan keamanan pelabuhan,
menciptakan lapangan kerja langsung bagi komunitas lokal.
Selain itu, pelabuhan juga menjadi pusat logistik yang
mengintegrasikan rantai pasok regional. Keberadaan pelabuhan yang efisien
membantu mengoptimalkan distribusi barang ke dan dari wilayah
sekitarnya. Aktivitas ekonomi terkait transportasi dan logistik, seperti
perusahaan pengiriman, agen pelayaran, dan perusahaan angkutan darat,
tumbuh dan berkembang di sekitar pelabuhan.
Investasi dalam infrastruktur pelabuhan juga dapat menjadi katalisator
utama dalam pengembangan ekonomi lokal. Peningkatan kapasitas
pelabuhan, modernisasi fasilitas, dan pemberdayaan teknologi
memungkinkan pelabuhan untuk menangani volume yang lebih besar dan
meningkatkan efisiensi operasional. Contohnya adalah pembangunan
dermaga baru, penggunaan sistem otomasi, dan pengembangan fasilitas
penanganan kargo yang modern.
Pengembangan ekonomi di pelabuhan sering kali mencakup
pengembangan kawasan industri dan perdagangan di sekitarnya. Pelabuhan
yang berkembang dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi yang menarik
investasi dari sektor-sektor terkait, seperti industri manufaktur, perakitan,
atau pengolahan produk-produk yang diimpor atau diekspor melalui
Pelabuhan (Wahyuni, 2020).
Contoh sukses pengembangan ekonomi di pelabuhan dapat ditemukan
di berbagai tempat di seluruh dunia. Misalnya, Pelabuhan Rotterdam di
Belanda menjadi pusat logistik dan distribusi terbesar di Eropa, memberikan
dampak positif terhadap ekonomi Belanda secara keseluruhan. Di
Singapura, Pelabuhan Keppel di Pulau Jurong telah menjadi pusat industri
maritim dan aktivitas perdagangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi
negara tersebut.
Namun, sambil mendukung pertumbuhan ekonomi, perlu diingat
bahwa pengembangan pelabuhan juga dapat menimbulkan tantangan seperti
dampak lingkungan, masalah transportasi, dan ketidaksetaraan sosial. Oleh
karena itu, pengelolaan yang bijaksana dan berkelanjutan diperlukan untuk
memastikan bahwa pengembangan ekonomi di pelabuhan memberikan
manfaat jangka panjang tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat setempat.
2.1.2 Kapal Penumpang
Kapal penumpang adalah jenis kapal yang dirancang khusus untuk
mengangkut orang dari satu tempat ke tempat lain melalui laut. Fungsi utama
kapal penumpang adalah menyediakan sarana transportasi bagi penumpang
dengan memberikan kenyamanan dan keamanan selama perjalanan laut. Kapal
penumpang dapat memiliki berbagai ukuran dan fasilitas tergantung pada
tujuannya, mulai dari kapal pesiar mewah hingga feri yang menghubungkan
pelabuhan-pelabuhan (Subrata, 2022).
Secara umum, kapal penumpang dilengkapi dengan kabin-kabin atau ruang
penumpang yang dirancang untuk memberikan kenyamanan kepada penumpang
selama perjalanan. Fasilitas seperti restoran, kafe, pusat perbelanjaan, kolam
renang, teater, dan ruang rekreasi lainnya dapat disediakan tergantung pada tipe
kapal dan kelas layanan. Kapal penumpang juga dilengkapi dengan fasilitas
keamanan, termasuk alat penyelamat, pelampung, dan sistem evakuasi untuk
memastikan keselamatan penumpang dalam keadaan darurat.
Kapal penumpang dapat dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk kapal
pesiar, feri, kapal laut berpenumpang, dan kapal penumpang cepat. Kapal pesiar
biasanya dirancang untuk memberikan pengalaman liburan yang mewah,
sementara feri digunakan untuk mengangkut penumpang antar pelabuhan dengan
waktu perjalanan yang lebih singkat. Kapal penumpang laut berpenumpang
umumnya melayani rute-rute tertentu dengan jadwal tetap, sementara kapal
penumpang cepat dirancang untuk memberikan perjalanan cepat antara pelabuhan
dengan kecepatan yang lebih tinggi (Sinaga, 2020).
Pengoperasian kapal penumpang melibatkan berbagai aspek, termasuk
navigasi, keamanan, manajemen penumpang, dan pemeliharaan kapal. Kapten
kapal dan kru yang terlatih bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan
penumpang selama perjalanan laut. Dalam industri kapal pesiar, staf hiburan dan
layanan pelanggan juga menjadi bagian integral untuk memberikan pengalaman
liburan yang menyenangkan kepada penumpang.
Selain fungsi transportasi, kapal penumpang juga memainkan peran dalam
mendukung sektor pariwisata dan perdagangan internasional. Kapal pesiar,
misalnya, sering menjadi destinasi wisata sendiri, membawa penumpang untuk
mengeksplorasi berbagai pelabuhan dan tujuan wisata. Kapal penumpang juga
berkontribusi pada konektivitas global dengan menghubungkan pelabuhan di
berbagai negara dan memfasilitasi pertukaran budaya, barang, dan layanan.
Kapal penumpang memiliki beberapa fungsi utama yang melibatkan
pengangkutan orang dari satu tempat ke tempat lain melalui laut. Berikut adalah
beberapa fungsi utama kapal penumpang:
1. Transportasi Penumpang
Fungsi utama kapal penumpang adalah sebagai sarana transportasi
untuk membawa orang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Kapal
penumpang dapat melayani rute-rute tertentu, seperti jalur lintasan
antarpelabuhan atau rute pelayaran wisata.
2. Pariwisata dan Rekreasi
Beberapa kapal penumpang, khususnya kapal pesiar, dirancang untuk
memberikan pengalaman liburan yang mewah dan rekreasi kepada
penumpang. Kapal pesiar menawarkan fasilitas hiburan, restoran, kolam
renang, spa, dan kegiatan rekreasi lainnya untuk menciptakan suasana
liburan yang nyaman.
3. Pertemuan dan Konferensi
Beberapa kapal penumpang dapat digunakan untuk menyelenggarakan
pertemuan, konferensi, atau acara khusus. Ruang konferensi, auditorium,
dan fasilitas lainnya dapat disediakan untuk keperluan ini.
4. Pengangkutan Kendaraan
Kapal penumpang yang melayani rute feri atau kapal penumpang
cepat dapat memiliki fasilitas untuk mengangkut kendaraan, seperti mobil
atau sepeda motor. Ini memberikan opsi transportasi yang fleksibel kepada
penumpang.
5. Pendidikan dan Penelitian
Kapal penumpang juga dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan
dan penelitian. Misalnya, kapal penelitian dapat membawa penumpang yang
terlibat dalam eksplorasi laut, penelitian kelautan, atau ekspedisi ilmiah.
6. Pertukaran Budaya
Kapal penumpang yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di
berbagai negara berperan dalam mendukung pertukaran budaya. Penumpang
dapat berinteraksi dengan budaya dan tradisi baru saat mengunjungi
berbagai destinasi.
7. Eksplorasi dan Petualangan
Beberapa kapal penumpang berfokus pada eksplorasi dan petualangan,
membawa penumpang ke tujuan-tujuan yang unik dan terpencil, seperti
wilayah Arktik atau Antartika.
8. Hubungan Bisnis dan Pelayanan Khusus
Kapal penumpang dapat digunakan untuk tujuan bisnis, seperti
menyelenggarakan perjalanan bisnis atau menghubungkan pelabuhan yang
memiliki hubungan bisnis. Beberapa kapal penumpang juga dilengkapi
dengan fasilitas untuk menyediakan pelayanan khusus, seperti kapal
kesehatan atau kapal pelayaran yang membawa penumpang ke lokasi ibadah
tertentu (Rasyid & Wagola, 2021)
.

2.1.3 Biaya Transportasi Maritim


Perhitungan biaya transportasi maritim melibatkan sejumlah aspek yang
kompleks, mencakup biaya-biaya yang terkait dengan operasional kapal,
pemeliharaan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi efisiensi dan
keberlanjutan operasi. Dalam tinjauan pustaka mengenai perhitungan biaya
transportasi maritim, beberapa aspek kunci yang dapat dipertimbangkan meliputi:

1. Biaya Bahan Bakar Kapal


Biaya bahan bakar adalah salah satu komponen terbesar dalam
perhitungan biaya transportasi maritim. Biaya ini sangat dipengaruhi oleh
harga bahan bakar minyak dunia dan efisiensi konsumsi bahan bakar kapal.
Kapal modern biasanya dilengkapi dengan teknologi yang mendukung
efisiensi bahan bakar, seperti mesin yang lebih efisien dan sistem
manajemen bahan bakar.

2. Biaya Operasional Kapal


Biaya operasional mencakup berbagai elemen, termasuk gaji awak
kapal, biaya asuransi, biaya administratif, dan pembelian peralatan
operasional. Pengelolaan biaya operasional yang efisien melibatkan
penggunaan teknologi otomasi, manajemen sumber daya manusia yang
baik, dan kebijakan operasional yang efektif.
Biaya bahan bakar kapal adalah salah satu komponen utama dalam
perhitungan biaya transportasi maritim, dan memiliki dampak signifikan
terhadap ekonomi dan keberlanjutan operasi kapal. Biaya bahan bakar kapal
sangat dipengaruhi oleh harga bahan bakar minyak dunia, yang dapat
bervariasi secara signifikan. Dalam upaya untuk mengelola dan mengurangi
biaya ini, industri maritim telah mengadopsi berbagai strategi
(Puriningsih & KA, 2018)
.
Pertama, teknologi efisiensi bahan bakar telah menjadi fokus utama
dalam mengurangi biaya bahan bakar kapal. Kapal-kapal modern dilengkapi
dengan mesin yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi konsumsi bahan
bakar. Contoh teknologi ini termasuk penggunaan mesin dual-fuel yang
memungkinkan penggunaan bahan bakar yang lebih bersih, sistem propulsi
yang lebih efisien, dan teknologi pemantauan bahan bakar yang canggih
untuk mengoptimalkan penggunaan bahan bakar.
Selain itu, beberapa kapal telah beralih ke penggunaan bahan bakar
alternatif yang lebih bersih, seperti LNG (Gas Alam Cair) atau metanol.
Kapal-kapal yang menggunakan bahan bakar alternatif ini memiliki tingkat
emisi yang lebih rendah dan membantu memenuhi regulasi lingkungan yang
semakin ketat. Sebagai contoh, kapal penumpang dan kapal pesiar modern
semakin mempertimbangkan penggunaan LNG sebagai bahan bakar utama
untuk mengurangi dampak lingkungan dan mematuhi regulasi internasional
yang mendorong pengurangan emisi (Rusmin et al., 2023).
Upaya untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar juga mencakup
pengembangan teknologi layar kargo, seperti layar angin atau layar foil
yang dapat membantu mengurangi beban pada mesin dan, akibatnya,
mengurangi konsumsi bahan bakar. Teknologi ini sedang diuji dan
diterapkan pada beberapa kapal untuk mengevaluasi dampak positifnya
terhadap efisiensi operasional.
Penting untuk mencatat bahwa perubahan harga bahan bakar dapat
secara signifikan mempengaruhi biaya operasional kapal. Oleh karena itu,
perusahaan pelayaran sering menggunakan instrumen keuangan, seperti
kontrak berjangka (futures contracts), untuk melindungi diri dari fluktuasi
harga bahan bakar.
Dalam konteks penelitian atau tinjauan pustaka, analisis biaya bahan
bakar kapal juga dapat mencakup pemahaman tentang kebijakan energi,
regulasi lingkungan, dan dinamika pasar minyak dunia yang memengaruhi
harga bahan bakar. Studi kasus tentang implementasi teknologi efisiensi
bahan bakar atau penggunaan bahan bakar alternatif pada kapal-kapal
tertentu dapat memberikan wawasan praktis tentang strategi yang berhasil
dalam mengelola biaya bahan bakar kapal secara efektif
(Efendi & Budiman, 2022)
.
3. Biaya Perawatan dan Perbaikan:
Biaya operasional kapal mencakup sejumlah aspek yang diperlukan
untuk menjalankan dan memelihara operasi kapal secara efektif. Faktor-
faktor ini melibatkan biaya-biaya yang terkait dengan keberlanjutan
operasional kapal, manajemen sumber daya manusia, administrasi, dan
berbagai elemen lain yang mendukung aktivitas harian kapal. Tinjauan lebih
rinci terhadap biaya operasional kapal dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi ekonomi dan
efisiensi operasi kapal (Priadi et al., 2022).
Salah satu komponen utama biaya operasional kapal adalah gaji dan
kompensasi untuk awak kapal. Peningkatan produktivitas dan efisiensi
pekerjaan awak dapat mengurangi biaya ini. Misalnya, program pelatihan
dan pengembangan dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan dan
keahlian awak kapal, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efisiensi
operasional dan mengurangi biaya terkait manajemen sumber daya manusia.
Biaya administratif juga merupakan bagian integral dari biaya
operasional kapal. Ini mencakup biaya-biaya administrasi umum seperti
pemeliharaan dokumen, pemrosesan logistik, dan keperluan administratif
lainnya. Penggunaan teknologi informasi dan sistem manajemen terintegrasi
dapat membantu mengotomatisasi beberapa tugas administratif, mengurangi
biaya, dan meningkatkan efisiensi proses (Kundori & Pranyoto, 2023).
Pemeliharaan dan perbaikan kapal adalah faktor penting lainnya
dalam biaya operasional. Strategi pemeliharaan preventif dapat membantu
menghindari kegagalan sistem yang dapat menyebabkan downtime dan
biaya perbaikan yang besar. Penjadwalan perawatan rutin, pemantauan
kondisi mesin secara terus-menerus, dan pembaruan teknologi dapat
meningkatkan keandalan dan ketersediaan kapal.
Biaya asuransi adalah aspek lain yang signifikan dalam biaya
operasional kapal. Perusahaan pelayaran harus membayar premi asuransi
untuk melindungi kapal dan kargo dari risiko-risiko tertentu, seperti
kerugian, kerusakan, atau kecelakaan laut. Manajemen risiko yang baik
dapat membantu mengurangi risiko insiden dan, oleh karena itu,
mengoptimalkan biaya asuransi (Mutiara Dewi & Hanty, 2022).
Contoh praktis dari efisiensi operasional kapal dapat ditemukan dalam
implementasi sistem manajemen energi yang canggih. Kapal-kapal modern
sering dilengkapi dengan sistem otomasi dan pemantauan energi yang
memungkinkan identifikasi dan pengoptimalan penggunaan energi.
Misalnya, penggunaan teknologi pemantauan kinerja kapal dapat membantu
mengidentifikasi area-area di mana efisiensi dapat ditingkatkan, seperti
pengaturan kecepatan atau manajemen beban mesin.
Secara umum, pengelolaan biaya operasional kapal memerlukan
pendekatan yang holistik, mengintegrasikan inovasi teknologi, manajemen
sumber daya manusia, dan kebijakan operasional yang efektif. Dengan
memahami dan mengoptimalkan setiap komponen biaya operasional,
perusahaan pelayaran dapat mencapai efisiensi dan keberlanjutan yang lebih
baik dalam operasi mereka.
4. Biaya Kepatuhan Regulasi:
Biaya perawatan dan perbaikan adalah komponen penting dalam biaya
operasional kapal yang berkaitan dengan pemeliharaan kelayakan dan
keandalan kapal. Faktor-faktor ini mencakup segala sesuatu mulai dari
pemeliharaan rutin hingga perbaikan struktural yang lebih signifikan.
Penting untuk memahami bahwa investasi yang baik dalam perawatan dan
perbaikan dapat meningkatkan umur operasional kapal dan mencegah
kegagalan yang dapat menyebabkan kerugian waktu dan biaya yang lebih
besar (Lussy, 2018).
Pemeliharaan rutin adalah bagian integral dari strategi manajemen
biaya perawatan dan perbaikan. Ini mencakup pemeriksaan berkala terhadap
semua sistem dan peralatan kapal, termasuk mesin, peralatan navigasi, dan
peralatan keselamatan. Program pemeliharaan rutin membantu
mengidentifikasi potensi masalah sebelum mereka menjadi serius,
menghindari kegagalan sistem yang tidak terduga, dan memastikan bahwa
kapal beroperasi dengan efisiensi tinggi.
Perawatan mesin adalah aspek utama dalam biaya perawatan kapal.
Sistem-sistem mesin, seperti mesin propulsi, generator listrik, dan peralatan
bantu lainnya, memerlukan pemeliharaan berkala agar tetap dalam kondisi
optimal. Pemantauan kondisi mesin secara terus-menerus dengan
menggunakan sensor dan teknologi pemantauan kesehatan kapal dapat
membantu mencegah kerusakan dan mengoptimalkan performa.
Pemeliharaan struktural melibatkan perawatan dan pemantauan
kondisi fisik kapal. Hal ini mencakup pemeriksaan dan perawatan terhadap
lambung kapal, sistem pengecatan, dan struktur lainnya untuk mencegah
korosi dan kerusakan struktural. Inspeksi reguler oleh petugas teknis atau
insinyur kapal diperlukan untuk menentukan kebutuhan perbaikan atau
penggantian komponen tertentu.
Perbaikan kapal terjadi ketika terjadi kerusakan atau keausan yang
memerlukan intervensi lebih lanjut. Contoh perbaikan meliputi perbaikan
mesin, perbaikan struktural akibat tabrakan atau korosi yang signifikan, dan
pembaruan peralatan untuk mematuhi regulasi keselamatan terbaru.
Perbaikan juga dapat melibatkan penggantian komponen yang sudah usang
atau tidak efektif untuk memastikan kapal tetap beroperasi dengan
keandalan maksimal.
Dalam konteks penelitian, studi kasus tentang praktik terbaik dalam
manajemen biaya perawatan dan perbaikan pada kapal-kapal spesifik dapat
memberikan wawasan tentang strategi yang berhasil dalam meminimalkan
biaya dan meningkatkan ketersediaan kapal. Selain itu, penelitian dapat
mencakup evaluasi teknologi baru atau inovasi dalam pemeliharaan kapal
untuk mengidentifikasi cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi dan
mengurangi biaya (Bhagya, 2021).
5. Biaya Investasi dan Amortisasi:
Biaya kepatuhan regulasi dalam konteks biaya transportasi maritim
merujuk pada biaya yang diperlukan untuk mematuhi berbagai regulasi dan
standar keamanan maritim yang ditetapkan oleh badan regulasi
internasional. Kapal-kapal harus mematuhi sejumlah peraturan yang
dikeluarkan oleh organisasi seperti International Maritime Organization
(IMO) untuk memastikan keselamatan operasional, perlindungan
lingkungan, dan perlindungan terhadap kecelakaan laut. Pemahaman dan
kepatuhan terhadap regulasi ini memerlukan alokasi sumber daya dan biaya
yang signifikan.
Contoh konkret dari biaya kepatuhan regulasi termasuk biaya
pelatihan dan sertifikasi awak kapal. Awak kapal harus mendapatkan
pelatihan yang memadai sesuai dengan regulasi STCW (Standards of
Training, Certification, and Watchkeeping for Seafarers) yang ditetapkan
oleh IMO. Pelatihan ini mencakup aspek-aspek seperti keselamatan
pelayaran, tanggap darurat, dan kepatuhan terhadap peraturan internasional.
Biaya kepatuhan juga mencakup implementasi dan pemeliharaan
peralatan keamanan di kapal. Ini termasuk peralatan keselamatan seperti
pelampung, alat pemadam kebakaran, sistem navigasi, dan peralatan
komunikasi. Kapal harus dilengkapi dengan teknologi dan peralatan yang
sesuai dengan standar keamanan internasional, dan peralatan ini harus
diperiksa dan diuji secara berkala untuk memastikan kelayakan dan
kepatuhan (Lussy, 2018).
Regulasi emisi merupakan aspek penting dari kepatuhan regulasi di
sektor transportasi maritim. Peraturan seperti MARPOL (International
Convention for the Prevention of Pollution from Ships) menetapkan batasan
emisi untuk kapal-kapal yang beroperasi di perairan internasional.
Pemenuhan regulasi ini dapat memerlukan investasi dalam teknologi
pengurangan emisi, seperti scrubber gas buang atau beralih ke bahan bakar
yang lebih bersih, yang dapat meningkatkan biaya operasional.
Selain itu, biaya kepatuhan juga mencakup biaya administratif yang
terkait dengan pemenuhan regulasi, seperti biaya sertifikasi dan audit oleh
otoritas maritim. Kapal harus memastikan bahwa mereka memiliki
dokumen-dokumen dan izin yang diperlukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Penting untuk dicatat bahwa biaya kepatuhan dapat bervariasi
tergantung pada rute operasional kapal, jenis kapal, dan regulasi yang
berlaku di wilayah tersebut. Kapal-kapal yang beroperasi di perairan
internasional atau melewati beberapa yurisdiksi mungkin menghadapi lebih
banyak peraturan untuk dipatuhi, sehingga biaya kepatuhan menjadi lebih
kompleks.
Dalam tinjauan pustaka, penelitian dapat mengeksplorasi dampak
ekonomi dan operasional dari regulasi kepatuhan, mengidentifikasi
tantangan yang dihadapi oleh industri maritim dalam pemenuhan regulasi,
dan mengevaluasi solusi atau strategi terbaik untuk mengelola biaya
kepatuhan tersebut. Studi kasus tentang kapal-kapal yang berhasil mematuhi
regulasi sambil tetap efisien secara ekonomi dapat memberikan wawasan
berharga bagi industri.
Biaya investasi dan amortisasi dalam konteks biaya transportasi
maritim mencakup pengeluaran awal untuk akuisisi kapal baru, teknologi
terkini, atau peralatan lain yang diperlukan untuk operasional kapal. Biaya
ini kemudian diamortisasi selama masa penggunaan kapal. Investasi ini
sangat penting karena dapat mempengaruhi efisiensi operasional, tingkat
keamanan, dan keberlanjutan operasi kapal.
Salah satu contoh utama biaya investasi adalah akuisisi kapal baru.
Pembelian kapal baru melibatkan pengeluaran yang signifikan, termasuk
harga kapal, biaya peralatan tambahan, dan biaya pengiriman. Investasi ini
perlu dipertimbangkan dengan cermat, mengingat faktor-faktor seperti
ukuran kapal, teknologi terkini, dan kapasitas angkut yang sesuai dengan
kebutuhan operasional dan permintaan pasar.
Teknologi terkini juga menjadi faktor penting dalam biaya investasi.
Misalnya, investasi dalam teknologi efisiensi bahan bakar, seperti mesin
yang lebih efisien atau sistem manajemen bahan bakar yang canggih, dapat
meningkatkan kinerja kapal dan mengurangi biaya bahan bakar dalam
jangka panjang.
Biaya investasi juga melibatkan perolehan peralatan keselamatan dan
peralatan navigasi yang memenuhi standar regulasi internasional. Peralatan
seperti pelampung, sistem pencegahan kebakaran, dan peralatan komunikasi
harus memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan maritim yang
ditetapkan oleh badan regulasi, seperti IMO. Investasi ini mendukung
kepatuhan terhadap regulasi dan meningkatkan tingkat keamanan
operasional.
Amortisasi merujuk pada proses menyebarkan biaya investasi selama
masa penggunaan kapal. Ini memungkinkan perusahaan pelayaran untuk
mencatat biaya investasi tersebut sebagai beban selama beberapa tahun,
sehingga meminimalkan dampaknya pada laba dan arus kas tahunan.
Misalnya, jika sebuah kapal memiliki umur ekonomi 20 tahun, biaya
investasi awal dapat dipecah dan diamortisasi selama periode tersebut.
Contoh lain dari biaya investasi dan amortisasi adalah pengenalan
teknologi ramah lingkungan. Investasi dalam teknologi pengurangan emisi
atau beralih ke bahan bakar alternatif yang lebih bersih dapat meningkatkan
kinerja lingkungan kapal. Meskipun biaya investasi awal mungkin tinggi,
manfaat jangka panjang dapat mencakup pengurangan biaya bahan bakar
dan mematuhi regulasi lingkungan yang semakin ketat.
Dalam penelitian atau tinjauan pustaka, analisis biaya investasi dan
amortisasi dapat mencakup studi kasus tentang kapal-kapal yang telah
mengadopsi teknologi terkini, mengevaluasi dampaknya terhadap efisiensi
operasional dan biaya jangka panjang. Memahami strategi perusahaan
pelayaran dalam mengelola biaya investasi dan mengukur dampaknya
terhadap kinerja operasional dapat memberikan wawasan berharga dalam
konteks industri maritim yang terus berkembang
(Andrew Pradana Putra et al., 2022)
.
6. Biaya Lingkungan:
Biaya lingkungan dalam konteks biaya transportasi maritim mencakup
pengeluaran yang terkait dengan dampak kapal terhadap lingkungan. Dalam
era keberlanjutan dan perhatian yang meningkat terhadap masalah
lingkungan, biaya ini melibatkan investasi dalam teknologi dan praktik
operasional yang bertujuan untuk mengurangi jejak lingkungan kapal,
seperti emisi gas rumah kaca dan dampak terhadap ekosistem laut.
Salah satu aspek utama biaya lingkungan adalah biaya pengurangan
emisi. Kapal-kapal modern sering kali menghadapi tekanan untuk mematuhi
regulasi ketat terkait emisi seperti yang ditetapkan oleh IMO melalui
MARPOL Annex VI. Investasi dalam teknologi pengurangan emisi, seperti
penggunaan scrubber gas buang atau konversi ke bahan bakar yang lebih
bersih seperti LNG, dapat memerlukan pengeluaran yang signifikan.
Meskipun biaya awalnya tinggi, manfaatnya mencakup pengurangan
dampak lingkungan dan pemenuhan regulasi yang semakin ketat
(Wahyuni et al., 2020)
.
Penting untuk memperhitungkan biaya lingkungan yang lebih luas,
termasuk dampak ekologis dari bahan bakar dan limbah kapal. Bahan bakar
fosil yang digunakan oleh kapal dapat menyebabkan polusi udara dan air,
serta meningkatkan risiko tumpahan minyak. Oleh karena itu, biaya
lingkungan juga mencakup biaya pembersihan dan pemulihan lingkungan
yang terkena dampak negatif dari operasional kapal.
Biaya lingkungan juga dapat melibatkan biaya dalam rangka
mematuhi regulasi perlindungan satwa laut dan ekosistem laut. Sebagai
contoh, kapal-kapal yang melewati area yang dilindungi atau habitat hewan
laut tertentu mungkin harus membayar biaya atau mematuhi batasan
operasional yang ditetapkan untuk melindungi keanekaragaman hayati.
Pentingnya biaya lingkungan semakin muncul dalam konteks
keberlanjutan perusahaan pelayaran. Perusahaan yang memprioritaskan
tanggung jawab lingkungan dapat menghadapi biaya tambahan untuk
mengimplementasikan praktik-praktik berkelanjutan, seperti pengelolaan
limbah yang lebih baik, penggunaan bahan bakar yang lebih bersih, dan
partisipasi dalam program-program perlindungan lingkungan.
Dalam tinjauan pustaka, penelitian dapat menggali dampak praktik-
praktik berkelanjutan terhadap kinerja lingkungan dan biaya jangka panjang
perusahaan pelayaran. Studi kasus tentang kapal-kapal yang sukses
mengadopsi teknologi hijau atau program keberlanjutan dapat memberikan
wawasan praktis tentang bagaimana biaya lingkungan dapat dikelola dan
diintegrasikan ke dalam strategi operasional dan keberlanjutan perusahaan
(Anggrahini et al., 2022).
7. Biaya Logistik dan Distribusi
Biaya logistik dan distribusi dalam konteks transportasi maritim
melibatkan sejumlah aspek yang berkaitan dengan pengelolaan kargo,
pemrosesan di pelabuhan, dan distribusi barang ke destinasi akhir. Dalam
industri maritim, biaya ini mencakup berbagai elemen yang memengaruhi
efisiensi dan keandalan rantai pasok (Koswara & Faridah, 2022).
Salah satu aspek utama biaya logistik dan distribusi adalah biaya
terminal pelabuhan. Kapal penumpang dan kargo memerlukan fasilitas
terminal yang dapat menangani bongkar muat dan distribusi kargo dengan
efisien. Investasi dalam infrastruktur terminal yang modern dan efisien
dapat meningkatkan throughput, mengurangi waktu tunggu, dan
meminimalkan biaya operasional keseluruhan.
Biaya distribusi juga mencakup biaya penanganan kargo di pelabuhan.
Pelabuhan yang efisien dalam menangani kargo dapat mengoptimalkan
waktu perputaran kapal, mempercepat proses distribusi, dan mengurangi
biaya penyimpanan dan penanganan.
Biaya logistik yang terkait dengan distribusi kargo melibatkan
transportasi dari dan ke pelabuhan. Kapal penumpang dan kargo harus
dihubungkan dengan sarana transportasi darat dan mungkin juga
transportasi udara untuk mencapai destinasi akhir. Biaya ini mencakup
pengiriman darat, pengelolaan gudang, dan integrasi dengan berbagai
modus transportasi.
Penting untuk memahami bahwa biaya logistik dan distribusi dapat
bervariasi tergantung pada rute perjalanan, lokasi pelabuhan, dan tujuan
akhir kargo. Rute-rute yang lebih padat lalu lintas dan memiliki infrastruktur
logistik yang baik cenderung memiliki biaya distribusi yang lebih rendah.
Perusahaan pelayaran juga dapat menghadapi biaya tambahan terkait
dengan ketidakpastian dan risiko dalam rantai pasok mereka. Misalnya,
biaya asuransi untuk melindungi kargo dari risiko kehilangan atau
kerusakan selama transportasi maritim adalah bagian integral dari biaya
logistik dan distribusi (Sappe et al., 2020).
Dalam tinjauan pustaka, penelitian dapat mengeksplorasi
perbandingan biaya logistik dan distribusi di berbagai pelabuhan atau rute
perjalanan. Analisis kinerja pelabuhan, efisiensi operasional, dan kebijakan
distribusi dapat menjadi fokus penelitian untuk mengidentifikasi praktik
terbaik dan cara untuk mengoptimalkan biaya distribusi. Studi kasus tentang
perusahaan pelayaran yang berhasil mengelola biaya logistik dan distribusi
dengan efisien dapat memberikan wawasan berharga bagi industri maritim
secara keseluruhan.

2.1.4 Perencanaan dan Pengelolaan Rute Pelayaran


Perencanaan dan pengelolaan rute pelayaran adalah aspek kritis dalam
operasional kapal yang mempengaruhi biaya transportasi, efisiensi, dan keamanan
perjalanan. Proses ini melibatkan evaluasi dan penyesuaian rute kapal untuk
meminimalkan biaya operasional, menghindari risiko cuaca buruk, dan mematuhi
peraturan pelayaran yang berlaku (Muhammad et al., 2022).
Faktor cuaca merupakan salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan
rute pelayaran. Cuaca yang buruk dapat memperburuk kinerja kapal,
meningkatkan konsumsi bahan bakar, dan memperpanjang waktu perjalanan. Oleh
karena itu, perusahaan pelayaran menggunakan data cuaca real-time dan prakiraan
cuaca untuk menentukan rute yang optimal. Pemilihan rute yang memanfaatkan
arus laut, angin, dan kondisi cuaca yang menguntungkan dapat membantu
mengurangi konsumsi bahan bakar dan waktu perjalanan.
Lalu lintas kapal juga merupakan faktor penting dalam perencanaan rute.
Terutama di perairan yang padat lalu lintas, perusahaan pelayaran harus
mempertimbangkan kepadatan kapal, mengidentifikasi jalur pelayaran yang aman,
dan menghindari kemacetan di jalur tertentu. Penggunaan sistem manajemen lalu
lintas kapal (Vessel Traffic Management System) membantu memonitor lalu
lintas kapal dan memberikan informasi real-time kepada kapten kapal untuk
menghindari tabrakan atau konflik dengan kapal lain (Aidina & Suwandi, 2023)
.
Peraturan pelayaran juga memiliki dampak signifikan pada perencanaan
rute. Kapten kapal harus mematuhi regulasi internasional dan nasional yang
berlaku, seperti regulasi Keselamatan Maritim SOLAS (International Convention
for the Safety of Life at Sea) dan MARPOL untuk mengurangi dampak
lingkungan. Penyesuaian rute dapat diperlukan untuk mematuhi zona larangan,
menghindari area dengan risiko tinggi, atau memenuhi persyaratan lain yang
ditetapkan oleh badan regulasi maritim (Yuliani & Lestari, 2019)
.
Selain itu, aspek keamanan juga menjadi perhatian dalam perencanaan rute.
Rute yang aman melibatkan evaluasi risiko terhadap kejahatan maritim, seperti
perompakan dan tindak kejahatan lainnya. Pemilihan rute yang melewati zona
aman, penggunaan sistem pemantauan keamanan, dan koordinasi dengan badan
keamanan maritim dapat membantu melindungi kapal dan kargo.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki hubungan yang terkait dengan penelitian


terdahulu, bedanya dilihat pada permasalahan yang diangkat pada metode
yang digunakan di dalam penelitian yang relevan tersebut diantaranya
sebagai berikut :

2.2.1 Jurnal Rujukan Chairul Insani Ilham & Wawan Darwan (2015)
Penjelasan secara ringkas dari jurnal penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.1
dibawah ini.

Tabel 2.1
Rujukan penelitian untuk variabel biaya operasional penyebrangan
Sumber Chairul Insani Ilham & Wawan Darwan (2015)
Penelitian
Judul Keseimbangan Antara Pendapatan Dengan Biaya
Operasional Kapal Penyeberangan Lintas Jangkar-
Kalianget.
Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam
menganalisis produktivitas lintasan transportasi barang
dan penumpang Jangkar-Kalianget. Pendekatan ini
Metode Analisis memungkinkan penelitian untuk mengumpulkan dan
menganalisis data kuantitatif, yang dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang kinerja operasional dan
keuangan dari layanan transportasi laut yang diuji.
1. Produktivitas Lintasan: Menilai kinerja lintasan
transportasi dalam hal pendapatan dari
pengangkutan penumpang dan barang.
2. Pendapatan: Menganalisis pendapatan yang
dihasilkan dari layanan transportasi, termasuk
pendapatan dari penumpang dan pendapatan dari
pengangkutan barang.
Variabel
3. BEP (Break Even Point): Menentukan titik impas
Penelitian
dalam hal faktor beban, menunjukkan kapan
perusahaan mencapai titik impas dari segi
penuhannya.
4. Biaya Operasional dan Pendapatan Vessel (BOK>
Revenue): Mengevaluasi hubungan antara biaya
operasional kapal dan pendapatan yang dihasilkan
oleh kapal tersebut.
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog/
Jurnal
article/view/126
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas
lintasan Jangkar-Kalianget mengalami penurunan
pendapatan, baik dari sektor penumpang maupun
pengangkutan barang, sebesar 16,6 persen. Analisis
proyeksi menunjukkan bahwa BEP load factor
sebesar 21 persen dicapai pada tahun 2011. Namun,
pada tahun 2012, perusahaan mengalami kerugian
dalam pendapatan operasional transportasi karena
penurunan produktivitas transportasi kapal.
Hubungan antara penelitian ini dan "Analisis
Perhitungan Biaya Transportasi Kapal Penumpang
Tujuan Surabaya-Balikpapan" dapat ditemukan
Hubungan
melalui beberapa persamaan tema dan fokus
dengan penelitian
penelitian seperti analisis biaya operasional kapal
ini
penumpang, maka dapat terdapat kesamaan dengan
penelitian sebelumnya yang mengevaluasi biaya
operasional dan pendapatan kapal.

2.2.2 Muhammad Hadid, Priyo Wibisono (2022)


Penjelasan secara ringkas dari jurnal penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.2
dibawah ini.

Tabel 2.2
Rujukan penelitian untuk variabel biaya operasional
Sumber Muhammad Hadid, Priyo Wibisono (2022)
Penelitian
Analisis Biaya Operasional Kapal untuk Penentuan Tarif
Judul Transportasi Sungai dan Pesisir di Kabupaten Paser,
Kalimantan Timur
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis berdasarkan
Regulasi Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 66 tahun 2019. Metode ini melibatkan
penilaian terhadap Biaya Operasional (BOK) dan jarak
yang ditempuh oleh layanan transportasi sungai dan
pantai. Analisis juga mencakup pemikiran terhadap faktor
beban (load factor) sebesar 60%. Selain itu, penelitian ini
melibatkan penentuan tarif untuk layanan transportasi
sungai dan pantai yang menghubungkan Tanah Grogot
(Senaken), Muara Paser, dan Tanjung Aru.
Variabel 1. Biaya Operasional (BOK): Evaluasi biaya operasional
Penelitian yang melibatkan berbagai faktor seperti bahan bakar,
pemeliharaan kapal, dan biaya operasional lainnya.
2. Jarak Tempuh: Variabel ini mengukur jarak yang
ditempuh oleh layanan transportasi sungai dan pantai
dalam menentukan tarif.
3. Kapasitas Kapal: Kapasitas kapal diukur dalam Gross
Tonnage (GT) dan mencakup kemampuan untuk
menampung penumpang dan kendaraan bermotor roda
dua.
4. Tarif Transportasi: Penelitian ini memfokuskan pada
penetapan tarif transportasi untuk rute Tanah Grogot
(Senaken) – Muara Paser dan Senaken – Tanjung Aru,
khususnya untuk penumpang dan kendaraan bermotor
roda dua.
Jurnal Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 20, Nomor 4,
November 2022
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biaya Operasional
(BOK) per tahun untuk transportasi sungai dan pantai di
Paser Regency sebesar Rp. 874,495,665. Tarif transportasi
untuk rute Tanah Grogot (Senaken) – Muara Paser adalah
Rp. 19,101 untuk penumpang dan Rp. 14,824 untuk
kendaraan bermotor roda dua/motor. Sementara itu, tarif
untuk rute Senaken – Tanjung Aru adalah Rp. 47,752
untuk penumpang dan Rp. 37,061 untuk kendaraan
bermotor roda dua/motor.
Hubungan Kedua penelitian, baik yang membahas rute Jangkar-
dengan penelitian Kalianget maupun transportasi di Paser Regency, memiliki
ini fokus pada penetapan tarif transportasi dengan
mempertimbangkan biaya operasional dan faktor-faktor
lain yang memengaruhi keberlanjutan layanan. Keduanya
juga mencoba untuk menyesuaikan tarif dengan regulasi
yang berlaku. Meskipun konteksnya berbeda, keduanya
mengeksplorasi bagaimana tarif dapat dihitung untuk
mendukung keberlanjutan dan aksesibilitas transportasi di
wilayah masing-masing.
Sumber : Muhammad Hadid, Priyo Wibisono (2022)

2.2.3 Jurnal Maslina, Muhammad Fauzan (2016)


Penjelasan secara ringkas dari jurnal penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.4
dibawah ini.

Tabel 2.4
Rujukan penelitian untuk variabel Teknis Operasional
Sumber Maslina, Muhammad Fauzan (2016)
Penelitian
Analisa Biaya Operasional Kapal Klotok Terhadap
Judul Keselamatan Transportasi Air Pada Pelabuhan
Penyebrangan Balikpapan-Penajam
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
melakukan analisis perhitungan berdasarkan data primer.
Pendekatan ini melibatkan peninjauan langsung terhadap
kondisi objek penelitian, yaitu kelengkapan alat
keselamatan dan prosedur keselamatan transportasi air
pada kapal klotok di Pelabuhan Penyebrangan
Balikpapan-Penajam. Wawancara dengan motoris dan
penumpang kapal klotok juga dilakukan untuk
mendapatkan data yang relevan. Analisis biaya
operasional kapal dan biaya penerapan keselamatan
transportasi air dihitung untuk mengevaluasi dampak
finansial dari langkah-langkah keselamatan tersebut.
Variabel 1. Biaya Operasional Kapal Klotok: Meliputi biaya
Penelitian bahan bakar, pemeliharaan, gaji awak kapal, dan biaya
operasional lainnya yang terkait dengan operasional
kapal klotok.
2. Biaya Keselamatan Transportasi: Biaya yang terkait
dengan penyediaan alat keselamatan penumpang dan
penerapan prosedur keselamatan transportasi air,
seperti pelampung, tali keselamatan, dll.
3. Pendapatan Transportasi Air atau Kapal Klotok:
Pendapatan yang dihasilkan dari layanan transportasi
air menggunakan kapal klotok.
Jurnal Vol. 2 No. 1 (2016): Jurnal Penelitian TRANSUKMA
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini tidak disediakan dalam abstrak.
Namun, dari metodologi yang diuraikan, penelitian ini
kemungkinan akan memberikan informasi tentang
seberapa besar biaya operasional kapal klotok, berapa
biaya keselamatan transportasi air yang dikeluarkan, dan
bagaimana hal ini mempengaruhi pendapatan dari
transportasi air.

Hubungan Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian


dengan penelitian "Analisis Perhitungan Biaya Transportasi Kapal
ini Penumpang Tujuan Surabaya-Balikpapan" dalam
fokusnya pada analisis biaya transportasi. Meskipun
konteks dan objek penelitian berbeda, keduanya mencoba
untuk menggali aspek finansial dalam operasional kapal
dan mengevaluasi apakah peningkatan biaya untuk
keselamatan transportasi memberikan manfaat yang
sebanding atau lebih besar daripada biaya operasional.
Dengan demikian, keduanya dapat memberikan wawasan
tentang efisiensi dan keberlanjutan operasional dalam
konteks transportasi air.
Sumber : Maslina, Muhammad Fauzan (2016)

2.2.4 Jurnal Rujukan Ramadhani, Achmad Mahdor Alfarizi (2016)


Penjelasan secara ringkas dari jurnal penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan tergambar pada tabel 2.5
dibawah ini.

Tabel 2.5
Rujukan penelitian untuk variabel biaya operasional
Sumber Ramadhani, Achmad Mahdor Alfarizi (2016)
Penelitian
Analisis Dan Perhitungan Biaya Operasional Kapal
Judul Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat Studi Kasus : Km.
Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok.
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis yang
melibatkan survei langsung ke lokasi penelitian, dengan
fokus pada pengumpulan data terkait biaya operasional
kapal cepat KM. Expres Bahari. Analisis biaya
operasional kapal dilakukan untuk menilai sejauh mana
biaya tersebut memengaruhi penentuan tarif. Dalam
konteks ini, penelitian ini mungkin juga melibatkan
analisis faktor muat atau Load Factor untuk menentukan
tarif yang sesuai.

Variabel 1. Biaya Langsung: Mencakup biaya yang langsung


Penelitian terkait dengan operasional kapal, yang dibagi menjadi
biaya tetap dan biaya tidak tetap.
2. Biaya Tidak Langsung: Biaya yang tidak langsung
terkait dengan operasional kapal, yang juga dibagi
menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap.
3. Faktor Load Faktor: Menentukan sejauh mana kapal
dimanfaatkan dalam hal muatan atau penumpang, yang
dapat mempengaruhi pengaturan tarif.
Jurnal https://www.teknika-ftiba.info/teknika/index.php/1234/
article/view/41
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya langsung
dominan dipengaruhi oleh biaya tidak tetap, sementara
biaya tetap memiliki kontribusi yang lebih kecil. Faktor
load faktor mencapai 70%, dengan tarif sebesar Rp
151.600. Namun, informasi lebih lanjut mengenai hasil
penelitian ini tidak diberikan dalam abstrak.
Hubungan Kedua penelitian ini memiliki fokus pada analisis biaya
dengan penelitian operasional kapal dan penentuan tarif yang sesuai dengan
ini faktor muat atau Load Factor. Meskipun konteksnya
berbeda, yaitu KM. Expres Bahari yang beroperasi di
lintasan Palembang-Muntok dan penelitian sebelumnya
yang tidak secara spesifik menyebutkan rute tertentu,
keduanya mencoba untuk mengevaluasi sejauh mana
biaya operasional dapat diimbangi dengan tarif yang
efisien dan sesuai dengan permintaan pasar. Dengan
demikian, keduanya dapat memberikan wawasan yang
berguna terkait strategi penetapan tarif dan keberlanjutan
operasional kapal penumpang.
Sumber : Ramadhani, Achmad Mahdor Alfarizi (2016)
DAFTAR PUSTAKA

Aidina, L., & Suwandi. (2023). Analisis Proses Pengiriman Barang Ekspor Melalui Transportasi
Laut (Studi Kasus PT. Mitra Kargo Indonesia Semarang). Sanskara Manajemen Dan Bisnis,
1(03), 182–191. https://doi.org/10.58812/SMB.V1I03.146

Andrew Pradana Putra, Mey Krisselni Sitompul, Tri Mardalena, & Romadani. (2022).
Analisis Keterkaitan Transportasi Laut Dengan Pelabuhan Kargo Teluk Dalam
Untuk Menunjang Kegiatan Perekonomian Masyarakat Penyalai Kecamatan
Kuala Kampar Provinsi Riau. Jurnal JALASENA, 3(2), 57–71.
https://doi.org/10.51742/JALASENA.V3I2.544

Anggrahini, W., Andromeda, V. F., Abritia, R. N., & Sandika Putra, I. M. W. (2022).
Strategi Transportasi Laut Untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Di
Karimunjawa. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, 24(1), 11–20.
https://doi.org/10.25104/TRANSLA.V24I1.1947

Awwalin, R. (2022). DESAIN KONSEPTUAL PERENCANAAN TRANSPORTASI


LAUT WATERBUS. Wave: Jurnal Ilmiah Teknologi Maritim, 16(2), 51–58.
https://doi.org/10.29122/JURNALWAVE.V16I2.5471

Bhagya, T. G. (2021). Algortitma Genetik Pada Penjadwalan Transportasi Kapal Laut


(Studi Kasus PT. Pelni). JOURNAL OF INDUSTRIAL AND MANUFACTURE
ENGINEERING, 5(2). https://doi.org/10.31289/JIME.V5I2.5952

Efendi, A., & Budiman, D. (2022). Analytical Hierarcy Process (AHP) Pada
Perbandingan Penetapan Pemilihan Moda Transportasi Udara dan Moda
Transportasi Laut. Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah
Buton, 8(3), 796–806. https://doi.org/10.35326/PENCERAH.V8I3.2481

Erwin, R. (2022). Tanggung Jawab Negara Untuk Mencegah Terjadinya Kecelakaan


Kapal Transportasi Laut Menurut Hukum Internasional Dan Hukum Nasional.
Supremasi : Jurnal Hukum, 4(2), 177–199.
https://doi.org/10.36441/SUPREMASI.V4I2.716

Habibi. (2018). Kegagalan Sistem Keselamatan Transportasi Laut di Indonesia. Jurnal


Aplikasi Pelayaran Dan Kepelabuhanan, 8(2), 95–106.
https://doi.org/10.30649/JAPK.V8I2.46

Koswara, I. Y., & Faridah, H. (2022). Sosialisasi Kebijakan Pidana dalam Mencegah
Terjadinya Kecelakaan Transportasi Laut Demi Keselamatan dan Keamanan
Pelayaranan Nasional. JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 12(2),
110–116. https://doi.org/10.30999/JPKM.V12I2.2106

Kundori, K., & Pranyoto, P. (2023). Implementasi Kebijakan Transportasi Laut dalam
Rangka Pengembangan Sistem Logistik Nasional. Majalah Ilmiah Bahari Jogja,
21(1), 52–60. https://doi.org/10.33489/MIBJ.V21I1.317

Lussy, K. (2018). Pengaruh Penempatan Dan Kompetensi Karyawan Terhadap Kinerja


Karyawan Pada Perusahaan Daerah Panca Karya Ambon Bagian Transportasi
Laut. JURNAL MANEKSI, 7(1), 26–38. https://doi.org/10.31959/JM.V7I1.88

Muhammad, I., Sabaruddin, S., & Hakim, R. (2022). Kajian Tingkat Kepuasan Dan
Pengembangan Prasarana Transportasi Laut Di Kota Tidore Kepulauan. Jurnal
Simetrik, 11(2), 485–494. https://doi.org/10.31959/JS.V11I2.857

Mutiara Dewi, A., & Hanty, F. (2022). Kualitas Sumber Daya Manusia Transportasi
Laut Di Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Pelabuhan Pintar. Majalah Ilmiah
Bahari Jogja, 20(2), 204–210. https://doi.org/10.33489/MIBJ.V20I2.298

Priadi, A. A., Ari, B., Sugiarto, R., & Nurullah, P. (2022). Biaya Logistik Sektor
Transportasi Laut Dan Pengaruhnya Terhadap PDB Nasional. Jurnal
Transportasi Multimoda, 19(2), 25–34.
https://doi.org/10.25104/MTM.V19I2.2042

Puriningsih, F. S., & KA, S. (2018). Pengembangan Transportasi Laut dalam Upaya
Meningkatkan Konektivitas di Wilayah Nusa Tenggara Timur. Warta Penelitian
Perhubungan, 29(2), 241–252. https://doi.org/10.25104/WARLIT.V29I2.366

Rasyid, M., & Wagola, E. S. (2021). Sistem Pendukung Keputusan Dalam Pemilihan
Alat Transportasi Laut Di Kabupaten Buru Menggunakan Ahp ( Analytic
Hierarchy Process). Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 9(1), 10.
Https://Doi.Org/10.24912/Jitiuntar.V9i1.9025

Rusmin, M., Sukowati, D. G., & Tehupeiory, P. (2023). Peranan Transportasi Laut
Dalam Mendukung Pergerakan Orang Di Pulau Dum Distrik Kepulauan Kota
Sorong. Musamus Journal of Civil Engineering, 5(01), 1–5.
https://doi.org/10.35724/MJCE.V5I01.5025

Sappe, A. R., Manaf, M., & Syafri, S. (2020). Peran dan Strategi Transportasi Laut
Terhadap Konektivitas Antarwilayah di Kabupaten Banggai Laut Provinsi
Sulawesi Tengah. Urban and Regional Studies Journal, 2(1), 1–7.
https://doi.org/10.35965/URSJ.V2I1.199

Sinaga, R. (2020). Evaluasi Kemanfaatan Kegiatan Pembangunan Sektor Transportasi


Laut Revisi Anggaran Tahun 2015. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, 18(1), 8–
15. https://doi.org/10.25104/TRANSLA.V18I1.1394

Subrata, T. (2022). TINDAK PIDANA KORUPSI TERHADAP TRANSPORTASI


LAUT. Jurnal Ilmiah Hukum Dan Keadilan, 9(1), 104–117.
https://doi.org/10.59635/JIHK.V9I1.188

Sunarto, S. (2020). Evaluasi Kemanfaatan Kegiatan Pembangunan Sektor Transportasi


Laut di Kawasan Barat Indonesia. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, 17(2), 85–
96. https://doi.org/10.25104/TRANSLA.V17I2.1415

Wahyuni, T. I. E. (2020). Analisis Perkembangan Transportasi Laut Dalam Wilayah


Sulawesi Untuk Mendukung Tol Laut. Venus, 7(13), 61–74.
Https://Doi.Org/10.48192/Adr.V7i13.242

Wahyuni, T. I. E., Sunusi, S., Jaya, I., & B. N., S. (2020). Analisis Perkembangan
Transportasi Laut Dalam Wilayah Sulawesi Untuk Mendukung Tol Laut. Jurnal
Venus, 7(13), 61–74. Https://Doi.Org/10.48192/Vns.V7i13.242

Yuliani, A., & Lestari, E. M. (2019). Evaluasi Pelayanan Transportasi Laut Dalam
Rangka Mendukung Pariwisata Di Wilayah Nusa Tenggara Barat. Warta
Penelitian Perhubungan, 26(4), 241.
https://doi.org/10.25104/WARLIT.V26I4.903

Anda mungkin juga menyukai