Anda di halaman 1dari 29

SPESIFIKASI TEKNIS

REHABILITASI AULA SMP NEGERI 4

A. LATAR BELAKANG

Pemerintah Kota Parepare melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan


Pekerjaan Rehabilitasi AULA SMP Negeri 4 TA 2021.

Pekerjaan Rehabilitasi AULA SMP Negeri 4 merupakan salah satu hal yang selalu beriringan
dengan kemajuan Pendidikan dan merupakan fasilitas penting bagi Siswa(i) agar dapat
melakuakan aktifitas dengan tenang. Aula SMP Negeri 4 sebagai tempat pertemuan
mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang Pendidikan.

B. . URAIAN UMUM
1. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Rehabilitasi AULA SMP Negeri 4 yang terletak di
Kelurahan Lapadde, Kecamatan Ujung Kota Parepare Tahun Anggaran 2021.
2. Pekerjaan dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dalam uraian dan syarat-syarat tertulis
ini, gambar- gambar kerja serta revisi, ataupun tambahan-tambahan yang telah mendapat
pengesahan.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor diwajibkan mencocokkan dahulu ukuran satu sama
lain, bila terjadi ketidaksesuaian, harus segera memberi tahu pengawas lapangan.
4. Sumber pendanaan khusus untuk Pekerjaan Rehabilitasi AULA SMP Negeri 4 dengan
pagu anggaran sebesar Rp. 149.775.000,- ( Seratus Empat Sembilan Puluh Sembilan Juta
Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah ).yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) Kota
Parepare.
5. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen.
Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan pekerjaan konstruksi:
a. Pemerintah Daerah Kota Parepare
b. SKPD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Parepare.
c. PPK Rehabilitasi AULA SMP Negeri 4 T.A. 2021.
d. Jangka waktu pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi 30 (Tiga Puluh) hari kalender.

C. STANDAR RUJUKAN
1. Menurut Dokumen Barang dan Jasa, antara lain :
a. Dokumen Lelang
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat / spesifikasi teknis
c. Gambar Kerja (Bestek)
d. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
e. Perubahan-perubahan dalam pelaksanaan (bila ada) yang telah disyahkan oleh Pemberi
Tu gas dan instansi yang berwenang / unsur terkait.
2. Menurut syarat dan ketentuan sebagai berikut :
a. Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1971
b. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 disingkapt PPBBI.
c. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982.
d. Peraturan Semen Portland (NI-8).
e. Standard Industri Indonesia (SII).

D. KUASA PENYEDIA
1. Di lokasi pekerjaan, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menunjuk seorang kuasa Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi atau biasa disebut Site Manager yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dengan kualifikasi seperti
tercantum dalam LDP.
2. Meskipun demikian tanggung jawab sepenuhnya tetap pada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
3. Apabila pelaksana yang ada kurang mampu atau tidak cukup cakap dalam memimpin jalannya
pelaksanaan pekerjaan, maka Penyedia Jasa Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis berhak
mengusulkan untuk disediakan penggantinya.
4. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi bertanggung jawab penuh atas keamanan di lokasi pekerjaan antara
lain : kehilangan, kebakaran, kecelakaan (baik barang maupun jiwa).

E. TENAGA PERSONIL

Tenaga personil yang diperlukan untuk melaksanakan pengadaan pekerjaan konstruksi :


Posisi / Jabatan Pengalaman
No. Jumlah Sertifikat Kompetensi
Kerja
1 Pelaksana 1 Org 0 Tahun STM Bangunan
SKT Pelaksana Bangunan Gedung
2 Ahli K.3 / Pelaksana 1 Org ≥ 3 Tahun Strata Satu ( S.1 )
Ahli Muda K.3 Konstruksi

F. PERALATAN UTAMA

Peralatan utama diperlukan untuk melaksanakan pengadaan pekerjaan konstruksi :

No. Jenis Peralatan Jumlah Kapasitas Minimal Keterangan

1 Mole Beton 1 Unit Min 0,3-0,6 m


3 Milik Sendiri / Sewa
2 Mesin Las 1 Unit - Milik Sendiri / Sewa
3 Alat Pertukangan 1 Unit - Milik Sendiri / Sewa

G. UKURAN POKOK DAN BATAS DAERAH KERJA


1. Ukuran pokok dicantumkan dalam gambar bentuk, ukuran yang belum tercantum dalam gambar bestek
dapat ditanyakan pada Penyedia Jasa Konsultan Perencana dan atau Penyedia Jasa Konsultan
Pengawas
2. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus memeriksa kecocokan semua ukuran di dalam gambar, apabila
terjadi ketidakcocokan wajib segera memberitahukan kepada Penyedia Jasa Konsultan Pengawas atau
Penyedia Jasa Konsultan Perencana untuk minta pertimbangan. Apabila terjadi kesalahan pelaksanaan di
luar ijin atau pertimbangan Penyedia Jasa Konsultan Pengawas atau Penyedia Jasa Konsultan Perencana,
maka menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
3. Apabila dalam gambar Bestek terlukis, sedang pada Spesifikasi Teknis tidak tertulis, maka gambar yang
mengikat.
4. Apabila dalam Spesifikasi Teknis tertulis sedangkan di dalam gambar tidak tertulis, maka SpesifikasiTeknis
yang mengikat.
5. Jika terdapat perbedaan gambar bestek dan gambar detailnya maka kontraktor wajib minta
dipertimbangkan kepada Direksi Teknis, konsultan pengawas atau perencana.
6. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada kelainan atau perbedaan seperti
tersebut di atas ditempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan
7. Batas daerah kerja adalah batas lahan yang ada.
H. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
a. Penetapan Resiko
Resiko keselamatan konstruksi untuk pekerjaan ini adalah RESIKO KESELAMATAN KONTRUKSI SEDANG .

b. Indetifikasi Bahaya
           
DESKRIPSI RISIKO
No.
IDENTIFIKASI BAHAYA Tingkat
URAIAN PEKERJAAN
(Skenario Bahaya) Resiko

I. Pekerjaan Persiapan      
  1 Pengukuran      
Batuk & Sesak Napas Akibat
      a. 2
Debu
      b. Terluka Akibat Alat Kerja  
II. PEKERJAAN KOLOM PEDESTAL      
1 Pek. Pondasi Poer      
      a. Terluka Akibat Alat Kerja 3
      b. Batuk & Sesak Napas akibat Debu  
      c. Iritasi Kulit Terhadap Semen  
2 Pek. Kolom & Balok Baja      
      a. Terluka Akibat Alat Kerja 8
      b. Terjepit bahan Material  
Iritasi Kulit Terhadap Bahan
      c.  
Kimia
II. PEKERJAAN ATAP      
      a. Terluka Akibat Alat Kerja 10
      b. Jatuh Dari Ketinggian  
      c. Terjepit bahan Material  
           
BAB. II

SPESIFIKASI PROSES/KEGIATAN
1. Uraian Umum
Kegiatan : Pengelolaan Pendidikan Sekolah Dasar

Pekerjaan : Rehabilitasi AULA SMP Negeri 4

a. Pekerjaan ini adalah Rehabilitasi AULA SMP Negeri 4 yang berlokasi di


Pasar Senggol. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga
kerja (tenaga ahli, tukang, buruh dan lainnya), bahan bangunan dan
peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
termaksud.
b. Termasuk dalam lingkup pekerjaan adalah pekerjaan Persiapan, Pekerjaan
Air Kerja, Listrik Kerja , Direksi keet, Gudang , Papan nama proyek, untuk
itu kontraktor pelaksana dalam penawaran biaya totalnya sudah harus
memperhitungkan pekerjaan tersebut
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam Spesifikasi
Teknis, Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan
serta Addendum yang disampaikan selama pelaksanaan.
d. Metode Pembayaran mengacu pada kontrak unit price (harga satuan) yaitu
kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap, untuk
setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat sementara, pembayarannya didasarkan
Pada hasil pengukuran bersama atas volume Pekerjaan yang benar-benar
telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

2. PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN


a. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mempelajari dengan seksama
gambar kerja dan RKS Pelaksanaan beserta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
b. Kontraktor diwajibkan mengukur ulang dan mengecek seluruh besaran yang ada,
kemudian mencocokan hasil pengukuran dengan gambar kerja dan hasilnya
dikoordinasikan dengan pengawas.
c. Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Pengawas setiap ada perbedaan ukuran
diantara gambar-gambar, perbedaan antara gambar kerja dan RKS, perbedaan volume di
lapangan dengan BOQ untuk mendapatkan keputusan. tidak dibenarkan sama sekali bagi
kontraktor memperbaiki sendiri perbedaan tersebut diatas. Akibat-akibat dari kelalaian
kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Setiap perubahan
kontraktor wajib membuat berita acara perubahan pekerjaan dan di setujui oleh Pihak Direksi
dan Pejabat Pembuat Komitmen.
d. Daerah area kerja akan diserahkan kepada Kontraktor (selama pelaksanaan) dalam
keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa Kontraktor mengetahui
benar-benar mengenai :
e. Letak bagian/area bangunan yang akan dibangun.
f. Batas-batas serta lingkup maupun keadaannya pada waktu itu.
g. Keadaan kontur, topgrafi dan situasi lainnya di lapangan.
h. Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu
membuat, memasang serta memesan maupun menyediakan bahan-bahan bangunan alat- alat
kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan
pelaksanaan.
i. Kontraktor wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar-gambar
kerja (Shop Drawing), time schedule pelaksanaan, target progress pelaksanaan dan RKS
ditempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh Pemilik atau Pengawas.
j. Atas perintah Pengawas kepada Kontraktor dapat dimintakan membuat gambar-
gambar penjelasan dan perincian bagian-bagian khusus. Semuanya atas beban
Kontraktor. Gambar tersebut setelah disetujui oleh Pengawas, secara tertulis akhirnya menjadi
gambar perlengkap dari gambar-gambar pelaksanaan. Setiap pekerjaan yang akan dimulai
pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan, Kontraktor diwajibkan membuat
request sheet dan berhubungan dengan Pengawas untuk ikut menyaksikan sejauh tidak
ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan /persetujuannya.
k. Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari Pengawas dianggap
berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis dan distujui oleh pihak direksi dan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
l. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini harus benar-
benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang sesuaikan standard/
peraturan-peraturan yang dipergunakan didalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas
harus mendapatkan pengesahan/persetujuan dari Pengawas dan dari pihak direksi sebelum
akan dimulai pelaksanaannya.
m.Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/perapihan, harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Kontraktor yang benar-benar ahli.
n. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
o. Cara-cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi
syarat-syarat teknis, dan dapat dipertanggung jawabkan.
3. J A D W A L
Paling lambat 2 (dua) minggu setelah dinyatakan sebagai Pemenang Pelelangan, Kontraktor
diharuskan mengajukan :
a. Jadwal waktu (Time Schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan secara
Diagram Panah (Network Planning) dan diagram balok (Barchart).
b. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.
c. Jadwal Pengadaan Bahan.
Bagian-bagian yang disebutkan diatas 1 s/d 3 harus mendapat persetujuan dari
Pengawas dan pihak Direksi serta Pejabat Pembuat Komitmen, sebagai dasar/patokan
Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dan Kontraktor wajib mengikutinya. Kelalaian
dalam memasukan bagian-bagian dimaksud 1 s/d 3 tersebut diatas dapat
menyebabkan pekerjaan menantikan sementara. Akibat dari penghentian sementara ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor seluruhnya.

4. PEIL DAN PENGUKURAN


a. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Pengawas bagian pekerjaan yang akan
dimulai, untuk dicek terlebih dahulu ketentuan peil-peil dan ukuran-ukurannya.
b. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan segera melaporkan secara tertulis kepada Pengawas setiap terdapat
selisih/perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya.
Tidak dibenarkan Kontraktor membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa
persetujuan Pengawas.
c. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil- peil dan
ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
d. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian
pekerjaanselanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu
diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir
dan Pengawas berhak untuk membongkar pekerjaan dan mengganti dengan yang baru atas
biaya Kontraktor.
e. Alat ukur yang dipakai minimal adalah waterpas .
f. Rencana Peil + 0.00 berada pada +1.00 dari elevasi tanah eksisitng.

5. PEMAKAIAN UKURAN
a. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum
dalam Rencana Kerja & Syarat dan gambar-gambar berikut tambahan dan
perubahannya.
b. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagian-bagiannya dan memberitahukan Pengawas tentang setiap perbedaan yang
ditemukannya didalam RKS dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan.
Kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah
ada persetujuan tertulis dari Pengawas Proyek dan pihak Direksi yang ditentukan oleh
Pemberi Tugas.
c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya diwajibkan
mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.
6. LAPANGAN KERJA
a. Kontraktor wajib menyediakan perlengkapan kantor direksi pengawas.
b. Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang dianggap perlu Kontraktor harus
membuat gudang.
c. Penggunaan bangunan yang ada di lapangan, hanya dilakukan dengan izin dari Pihak Direksi.
7. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN
a. Selama berlangsungnya pembangunan pelaksanaan fisik proyek ini, kebersihan halaman
dan lingkungan terutama jalan-jalan disekitar proyek, kantor, gudang, los kerja dan bagian
dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan bekas,
tumpukan tanah dan lain-lain. Khusus kebersihan lingkungan terutama jalan-jalan
disekitar proyek, yang harus dibersihkan adalah adanya kotoran yang diakibatkan oleh
keluar masuknya kendaraan proyek ini. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan
Pengawas memberi perintah penghentian seluruh pekerjaan. Akibat dari hal ini seluruhnya
menjadi tanggungan Kontraktor.
b. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang-gudang maupun yang berada di
halaman bebas harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan
keamanan pekerjaan/umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan
penelitian bahan-bahan oleh Pengawas maupun oleh Pemilik Proyek.
c. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh Pengawas dan Pihak Direksi pada
waktu pelaksanaan.
8. ALAT-ALAT KERJA DAN ALAT-ALAT BANTU
a. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, misalnya : beton molen, steger,
mesin-mesin dan alat-alat lain yang diperlukan.
b. Bila pekerjaan telah selesai, Kontraktor diwajibkan segera menyingkirkan alat-alat
tersebut, pada butir 1 Pasal ini, serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan
membersihkan bekas-bekasnya.
c. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksud pada butir
1 Pasal ini. Kontraktor harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada
kondisi apapun, seperti tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hujan dan lain-lain.

9. PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAIN DISEKITARNYA


a. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas, jalan,
saluran dan lain-lain yang ada dilapangan pekerjaan dan lingkungan selama hal tersebut
diatas tidak termasuk didalam pekerjaan.
b. Kontraktor juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang
disebabkan oleh operasi Kontraktor. Segala biaya untuk pemasangan kembali beserta
perbaikan-perbaikannya adalah menjadi beban Kontraktor.

10. KECELAKAAN DAN KESEHATAN


a. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban
Kontraktor.
b. Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK terisi menurut kebutuhan, lengkap
dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam soal-soal mengenai pertolongan pertama.
c. Terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala pembiayaannya
menjadi beban Kontraktor.
d. Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis ABC (segala jenis
api), pasir dalam bak kayu, galah-galah dan lain sebagainya.
e. Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
f. Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka kontraktor harus mengikuti semua
ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah CQ
Undang-Undang keselamatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua perubahan-
perubahannya yang hingga kini tetap berlaku.

11. PENGAMANAN
a. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya ialah
mengenai :
 Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/ kecerobohan yang disengaja
ataupun tidak.
 Penggunaan sesuatu yang keliru/salah.
 Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.
b. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas Kontraktor harus melaporkan
kepada Pengawas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan selesaikan
persoalannya lebih lanjut.
c. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas Kontraktor harus mengadakan
pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara area proyek
dan sebagainya.
d. Setiap pekerja harus memakai alat-alat pengaman seperti helm, penggantung dan lain-
lain yang dianggap perlu.
e. Kontraktor harus menyediakan jaring-jaring pengaman dalam pelaksanaannya, agar
supaya keselamatan lingkungan dapat terjamin dengan baik.

12. PENGAWASAN
a. Setiap saat Pengawas harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan, Pemborong harus mengadakan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
b. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetap luput dari pengawasan Pengawas
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera
dibuka sebagian atau seluruhnya.
c. Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja normal sehingga
diperlukan pengawasan oleh Pengawas, maka segala biaya untuk itu menjadi beban Kontraktor.
Permohonan oleh Kontraktor untuk mengadakan pemeriksaan tersebut harus dengan surat
disampaikan kepada Pengawas Proyek yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
d. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan petugas-petugas
Pengawas adalah terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum/dimasukan didalam gambar-
gambar dan RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan dari padanya haruslah seizin
Pemilik Proyek.

13. PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG


a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka
ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/kualitas bahan dan barang yang
digunakan.
b. Setiap barang dan bahan yang ada digunakan harus disampaikan kepada Pengawas oleh
Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Pemilik Proyek. Waktu penyampaiannya
dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya dimulai.
c. Setiap usulan penggunaan nama dan pabrik serta pembuatan dari suatu bahan dan barang
harus mendapat rekomendasi dari Pengawas berdasarkan petunjuk dalam RKS serta
gambar-gambar dan risalah penjelasan selanjutnya usulan tersebut diteruskan untuk
mendapatkan perstujuan dari Pemilik Proyek.
d. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan atas
biaya Kontraktor setelah disetujui oleh Pemilik Proyek atau Pengawas, maka bahan dan
barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
e. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Pengawas untuk dijadikan dasar
penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh baik
kualitas maupun sifatnya.
f. Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor harus sudah memasukan sejauh
keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat
jumlah tersebut, Kontraktor tetap bertangung jawab pula atas biaya pengajuan bahan dan
barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemilik Proyek atau Pengawas.

14. RENCANA KERJA DAN SYARAT SERTA GAMBAR KERJA


a. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada RKS ini.
b. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan RKS, Kontraktor
diwajibkan mengajukan pertanyaan tertulis kepada Pengawas dan Kontraktor
diwajibkan pula mentaati dan mengikuti keputusan Pengawas Proyek yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas.
c. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang
berlaku, dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran skala dari
gambar-gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus mengambil dari pekerjaan yang sudah
selesai.
d. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar atau diperlukan gambar
tambahan/gambar detail untuk membesarkan gambar-gambar, atau untuk
memungkinkan Kontraktor melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, maka Kontraktor harus dapat membuat gambar tersebut dan dibuat 3 (tiga)
rangkap gambar atas biaya Kontraktor.
e. Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-gambar, RKS atau
Dokumen Kontrak lainnya, yang berlainan dan atau penjelasan-penjelasannya
bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain,
tetapi untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau hal yang menyangkut kelainan harus
diinformasikan kepada Pengawas untuk mendapatkan keputusannya.
f. RKS, Daftar Volume Pekerjaan (BQ), gambar serta Berita Acara penjelasan Pekerjaan
adalah bagian yang saling melengkapi satu sama lain dan sesuatu yang termuat didalamnya
bersifat mengikat.

15. PENJELASAN PERBEDAAN DOKUMEN


a. Bila ada perbedaan ukuran dan atau penjelasan-penjelasan atau tidak sesuai antara
gambar yang berlainan bidang/jenisnya, maka pekerjaan tidak boleh laksanakan dan
harus diinformasikan kepada Pengawas untuk mendapatkan kepastian mengenai gambar yang
dipergunakan.
b. Jika suatu pekerjaan tidak terdapat dalam ketentuan uraian rencana kerja dan syarat- syarat
tetapi terdapat dalam gambar kerja, maka yang terakhir tersebut berlaku penuh. Sedangkan
bila terjadi perbedaan ukuran dan material antara gambar kerja dan gambar kerja yang lebih
detail, maka yang digunakan sebagai patokan adalah pada gambar detail. Apabila dalam
pelaksanaan ketentuan tersebut diatas masih terdapat keragu- raguan, maka akan ditetapkan
berdasarkan nilai teknis yang lebih tinggi.

16. GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)


a. Kontraktor harus membuat gambar pelaksanaan guna pelaksanaan di lapangan yang
harus dibuat berdasarkan gambar-gambar kerja dan disampaikan kepada Pengawas
untuk mendapat persetujuan.
b. Pekerjaan Kontraktor belum dapat dimulai sebelum gambar pelaksanaan disetujui
Pengawas.
c. Pengawas harus mempunyai waktu yang cukup untuk meneliti gambar pelaksanaan
yang diusulkan oleh Kontraktor.
d. Persetujuan terhadap gambar pelaksanaan bukan berarti menghilangkan tanggung
jawab pihak Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Kelambatan atas
proses ini tidak berarti Kontraktor mendapat perpanjangan waktu pelaksanaan.
e. Gambar tersebut diatas harus dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya dan semua biaya
pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

17. GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA


a. Gambar-gambar yang dapat berubah dengan perintah tertulis Pemilik Proyek
berdasarkan pertimbangan Pengawas.
b. Perubahan rancangan ini harus digambarkan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
Pemilik Proyek, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar-gambar dan gambar
perubahan rancangan.
c. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar
asli).
d. Gambar perubahan yang disetujui oleh Pemilik Proyek atau Pengawas kemudian
dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.

18. GAMBAR YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN


a. Kontraktor pada akhir pekerjaannya harus membuat gambar-gambar terakhir sesuai
dengan yang terpasang atau yang telah dilaksanakan (as built drawing/as installed
drawing).
b. Gambar yang sesuai dengan kenyataan tersebut harus disetujui Pengawas.
c. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut (gambar asli) dan semua
biaya pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

19. KERUSAKAN BAGIAN PEKERJAAN OLEH PELAKSANA / KONTRAKTOR


a. Setiap bagian pekerjaan yang berhubungan dari Kontraktor satu dengan Kontraktor lain,
harus selalu dalam koordinasi yang baik, agar kerusakan dari masing-masing bidang
pekerjaannya dapat dihindari.
b. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari Kontraktor yang bersangkutan
diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan
disetujui Pemilik Proyek atau Pengawas secara tertulis.

20. PENYERAHAN PERTAMA


Pada akhirnya pekerjaan menjelang penyerahan pertama :
a. Semua bangunan sementara dibongkar setelah mendapat ijin dari Pemilik Proyek atau
Pengawas.
b. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih utuh tanpa cacat.
c. Kontraktor diwajibkan menyerahkan kepada Pemilik Proyek atau Pengawas berupa :
 3 (tiga) set gambar "as built drawing" dan seluruh pekerjaan yang
dilaksanakannya termasuk gambar perubahan dari rencana dan telah
ditandatangani oleh pihak terkait.
 3 (tiga) album photo berwarna dokumentasi pekerjaan.
d. Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan, sampah dan lain-lain yang tidak
berguna pada pelaksanaan pembangunan.
21. UNSUR PEKERJAAN YANG DISEBUTKAN KEMBALI
Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini ada bagian-bagian/bab-bab yang
menyebutkan kembali setiap unsur pekerjaan pada item/ayat lain, maka ini bukan berarti
menghilangkan item/ayat tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan.
22. BROSUR / KATALOG
Kontraktor harus mengajukan kepada Pengawas brosur/catalog, sertifikat, spesifikasi
teknis dan contoh material yang akan digunakan. Material tidak boleh dipesan sebelum
brosur, sertifikat, persyaratan teknis dan contoh material tersebut disetujui oleh Pengawas.
23. JAMINAN / GARANSI
Kontraktor wajib dan menyerahkan sertifikat / kartu jaminan untuk material-material
atau alat-alat yang mendapat garansi /jaminan dari agen atau suplier atau distributor
yang memproduksi material/alat tersebut ke Pengawas, yang kemudian untuk diserahkan
kepada pemilik.
BAB. III

METODE KONSTRUKSI / METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


PASAL 1
PEKERJAAN PENGUKURAN & PEMASANGAN BOUWPLANK

1 Lingkup Pekerjaan ini meliputi :


a. Pekerjaan Pengukuran
2 Uraian Pelaksanaan

a. Pekerjaan Pengukuran
 Sebelum memulai pekerjaan ini, Pemborong diwajibkan mempelajari
dengan seksama rencana tapak dan titik mula/awal pembangunan dan
referensi koordinat, pengukuran sesuai dengan peteunjuk Konsultan
Pengawas atau seperti yang tercantum dalam gambar kerja
 Bila ada ketidaksesuaian ukuran dilapangan terhadap gambar kerja,
Pemborong diwajibkan memberitahukan hal tersebut kepada Konsultan
Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesaian yang
terbaik
 Jumlah BM/patok ukur yang harus dibuat oleh Pemborong minimum 2
(dua) buah, lokasi penanaman sesuai petunjuk Konsultan Pengawas
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu dan atau terganggu selama
pembangunan berlangsung
 Patok ukur dibuat tertancap kuat ditanah dengan bagian yang muncul diatas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil P +/- 0.00 sesuai dengan
gambar kerja. Diatasnya dicantumkan indikasi peil P +/- 0.00 sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas
 Untuk daerah yang mempunyai perbedaan elevasi sangat tajam, diperlukan
patok ukur tambahan yang dapat dipakai sebagai patokan elevasi - elevasi
didaerah tersebut
 Patok ukur dibuat permanen, tidak dapat diubah, diberi tanda yang jelas dan
dijaga keutuhannya sampai pembangunan selesai. Pembongkaran hanya
dapat dilakukan bila ada instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas

PASAL 2
PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG

1 Lingkup Pekerjaan ini meliputi :


a. Beton Mutu K.225
b. Pek. Pembesian
c. Pek. Bekisting Struktur
2 Uraian Pelaksanaan

a. Pekerjaan Persiapan

- Semua pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan,


tenaga kerja, pengangkutan yang dibutuhkan serta pelaksanaan
pekerjaan beton struktur yang meliputisemua elemenstruktur gedung
mulai dari poer dan sloof sampai ke atap gedung, sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar rencanadan memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam peraturan
- Pemborong harus mengadakan penyediaan - penyediaan dan
persiapan- persiapan serta melakukan semua pekerjaan yang perlu
untuk menerima atau ikut serta dengan pekerjaan lain

- Pemborong harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat-alat


yang terpasang, selubung- selubung dan sebagainya yang tertanam
didalam beton

b. Pengecoran Beton

- Kualitas beton yang harus dicapai dalam pekerjaan struktur beton ini
adalah K.175. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-
ketentuan SNI 2847:2013

- Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya


membuat kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data
pelaksanaan dilain tempat dengan mengadakan Trial Mix

- Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-


ketentuan dalam SNI 2847
: 2013, mengingat bahwa 32/C faktor yang sesuai disini adalah sekitar
0,52-0,55 maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan
menurut SNI 2847 : 2013

- Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas


beton yang dibuat dengan disahkan oleh Direksi Lapangan/ Konsultan
Pengawas, laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga
karakteristiknya

- Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang


disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas atas biaya
Pemborong. Pengujian kubus selanjutnya secara periodik mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam SNI 2847 : 2013

- Jika perlu digunakan juga pembuatan kubus percobaan umur 7 (tujuh)


hari dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari 65%
kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil tekan benda uji tidak
memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan
pengujian beton ditempat dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam SNI
2847 : 2013
- Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah yang tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka

- Pengadukan beton dalam angker tidak boleh kurang dari 75 detik


terhitung setelah seluruh komponen adukan masuk ke dalam mixer

- Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran harus


dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya degradasi
komponen-komponen beton.

- Harus menggunakan vibrator untuk pemadatan beton yang


memenuhi ketentuan dalam SNI
2847 : 2013

- Penempatan siar-siar pelaksanaan sepanjang tidak ditentukan lain


dalam gambar struktur, harus mengikuti ketentuan dalam SNI 2847 :
2013 dan sebelum pengecoran beton dilaksanakan Pemborong harus
membuat gambar pelaksanaan (shop drawing) siar-siar tersebut yang
telah disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas

- Siar-siar tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air semen yang
diberi campuran bahan pengikat (calbond atau sejenis) atas persetujuan
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas

- Selama pelaksanaan pengecoran beton berlangsung, harus diperhatikan


letak penulangan agar tidak berubah tempatnya. Jika kelalaian akan hal ini
terjadi sehingga menyebabkan perubahan kekuatan konstruksi maka segala
resiko yang timbul akibatnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pemborong

- Pengecoran tidak diperkenankan selama hujan turun, air semen atau


spesi tidak boleh dihamparkan pada siar-siar pelaksanaan. Air semen atau
spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum
pekerjaan dilanjutkan. Pengecoran yang sudah dimulai pada suatu bagian
tidak boleh terputus sebelum selesai

- Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan
beton, pemasangan instalasi-instalasi yang harus ditanam, penyokongan
dan pengikatan serta penyiapan permukaan-permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran harus mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan/Konsultan Pengawas

- Sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran


harus bersih dari zat-zat asing yang akan mempengaruhi/emngurangi
kekuatan hasil pengecoran. Beton tidak diperkenankan berhubungan dengan
air yang mengalir sebelum beton tersebut cukup keras

- Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton,


untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan
dicor. Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat
berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-
penahan jarak tersebut adalah bagian pekerjaan itu

- Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas akan memeriksa hasil pekerjaan


pembetonan terhadap kemungkinan adanya cacat-cacat. Apabila terdapat
cacat pada pkerjaan pembetonan maka Pemborong harus memperbaikinya
kembali atas biaya Pemborong

- Bentuk atau cara-cara perbaikan cacat pada pekerjaan pembetonan


tersebut adalah menjadi wewenang Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas
dan Pemborong wajib melaksanakannya

c. Pemadatan Beton

- Beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator concrete selama


pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak acuan maupun posisi tulang

- Pemborong harus menyediakan vibrator concrete untuk menjamin


efisiensi tanpa adanya penundaan. Pada waktu pengecoran balok, kolom,
pelat, vibrator concrete harus dapat masuk ke dalam bekisting sehingga
didapatkan pemadatan yang baik. Waktu pengecoran, vibrator concrete tidak
boleh mengenai baja tulangan yang dapat menyebabkan perpindahan posisi
tulangan.
- Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara
horizontal setelah beton dipadatkan diratakan dengan baik, beton harus
dibiarkan sampai mengeras

d. Beton Pada Suhu Udara Tinggi

- Pemborong harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap


kemungkinan beton mengalami perubahan akibat suhu udara yang tinggi,
terutama terhadap sifat plastis dan kekuatan beton tersebut

- Pada suhu udara yang terlalu tinggi, konsultan pengawas dapat


menunda pengecoran atau menginstruksikan pemborong untuk melakukan
tindakan- tindakan tertentu sebelum pengecoran dilakukan
- Apabila suhu udara sekeliling melebihi 32 0C, suhu beton harus diusahakan
serendah mungkin dengan cara menghindari penyinaran langsung matahari
terhadap agreat dan mixer atau dengan menggunakan air pencampur yang
dingin. Acuan (Bekisting) harus disemprot dahulu dengan air untuk
menurunkan suhunya, dengan memperhatiakan aliran keluarnya air tersebut
dari dalam acuan.
- Apabila diangggap perlu Konsultan Pengawas dapat meminta monitoring
terhadap suhu beton maupun suhu udara sekeliling.
- Apabila suhu udara siang ternyata terlalu tinggi. Pemborong
harus melaksanakan pengecoran pada malam hari. Beton harus dicor secepat
mungkin setelah mengadukan untuk menghindari pengaruh panas matahari
setting time beton

- Untuk pengecoran beton dalam volume yang besar, Pemborong


harus memperhitungkan kemungkinan crack akibat suhu yang tingi dari
beton

e. Construction Joint

- Posisi pengaturannya harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.


Siar dalam kolom sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan bidang
bawah dari balok tertinggi. 3. Siar dalam balok dan pelat ditempatkan
ditengah-tengah bentang.

- Siar vertikal dinding sebaiknya dihindari, siar harus dibuat sekecil mungkin
dan atas persetujuan Konsultan Pengawas. Sebelum pengecoran baru,
permukaan dari beton lama harus dibersihkan terlebih dahulu dari
segala macam kotoran dan dikasarkan. Kotoran - kotoran disingkirkan dengan
cara penyemprotan permukaan dengan air dan menyikat sampai aggregat
kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih, bubur semen ( grout )
yang tipis dilapiskan merata keseluruh permukaan.

- Pemborong harus memasang water stop untuk semua siar pelaksanaan pada
pelat basement dan dinding yang berada dibawah muka air tanah.

f. Pemeliharaan Beton ( Curing )

- Beton harus dilindungi selama berlangsung proses pengerasan terhadap


matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengrusakan
secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya

- Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah,


selam 24 hari dengan menyemprotkan air atau menggenagi dengan air
pada permukaan beton tersebut ataupun dengan menutupi dengan karung
goni basah
- Metode pemeliharaan beton harus diajukan oleh Pemborong pada
Konsultan Pengawas untuk disetujui. Selain menggunakan air, apabila
diperlukan pemeliharaan beton dapat dilakukan dengan campuran
kimia untuk pemeliharaan beton. Campuran kimia ini harus benar-benar
telah dibersihkan pada saat pekerjaan finishing dimulai

g. Test Material

- Test mutu beton maupun material - material beton harus dilaksanakan


oleh laboratorium independen yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Pengujian slump dan kubus beton harus memenuhi syarat SK-
SNI T-15-1991

- Untuk pengujian mutu beton dilapangan digunakan pengujian slump


dengan menggunakan kerucut Abrams. Selam pelaksanaan harus ada
pengujian slump, ketinggian slump yang diisyaratkan oleh SNI 2847 : 2013
berkisar antara 7,5 cm sampai dengan 15 cm. Cara pengujian slump adalah
sebagi berikut : adukan beton diambil saat sebelum dituangkan kedalam
cetakan beton (bekisting), cetakan slump dibasahi dan ditempatkan diatas
kayu yang rata atau plat baja. Masukan adukan beton ke dalam cetakan dalam
3 lapis yang kira-kira sama tebalnya. Setiap lapis dipadatkan dengan
menusuk- nusuk tongkat pemadat d. 16 mm panjang 60 cm dengan ujungnya
yang bulat ( seperti peluru ) masing - masing 25 kali . Ratakan permukaan
adukan beton dan biarkan selam 30 detik. Selam waktu menunggu ini
cetakan dan plat slump dibersihkan dari adukan beton yang berjatuhan.
Angkat setakan perlahan-lahan. Dalam pengangkatan posisi cetakan harus
dijaga tetap dalam keadaan vertikal. Ukur penurunan dari adukan beton (
slump ), pengukuran dilakukan pada 4 titik, yang nilai penurunan diambil
harga rata-rata.
- Sedangkan pengujian mutu beton dilaoboratorium digunakan test kuat
tekan yang berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm

- Pengambilan adukan beton, pencetakan dan curingnya harus dibawah.


Konsultan Pengawas.Prosedurenya harus memenuhi syarat-syarat SNI 2847 :
2013. 7. Pengambilan beton kubus uji dilakukan sedekat mungkin pada lokasi
yang akan dicor, untuk menggunakan concrate pump, kubus diambil setelah
beton pompa.
- Untuk pembuatan campuran beton dilapangan, maka pengambilan kubus
uji sebagai berikut: 3 kubus uji harus diambil dari setiap 5 meter kubik
beton yang dicor, serta 1 slump test untuk setiap sample test. Jumlah
minimal kubus coba yang harus diambil adalah 20 buah. Kubus itu
dipergunakan untuk test kekeutan 3,7 dan 28 hari.
- Konsultan Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk
membuat uji coba dari adukan yang dibuat. Semua biaya untuk pembuatan
dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab Pemborong.

- Kubus coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu kode yang ada
menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan bagian struktur yang
bersangkutan dan lain - lain setelah selesai percobaan

- Cara pembuatan kubus beton adalah sebagai berikut : Isi cetakan dengan
adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis diisi kira- kira 1/3 isi cetakan.

- Masing- masing lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25


kali secara merata. Kemudian ratakan permukaan beton. Biarkan beton dalam
cetakan selam 24 jam dan letakkkan pada tempat yang bebas getaran. Setelah
waktu 24 jam. Keluarkan benda uji dari cetakan dan rendam benda uji
kedalam bak yang berisi air, agar proses pemotongan (curing) beton
berlangsung dengan baik, maka perendam dilakukan sampai batas
pengujian kuat tekan.
h. Core Test

- Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat kekuatan,


Konsultan Pengawas berhak meminta core test untuk struktur - struktur
beton yang tidak memenuhi syarat- syarat tersebut. Peralatan coring dan
metoda - metodanya harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

- Seluruh biaya pengambilan pengambilan sample untuk core test dan biaya
pengetesannya menjadi tanggung jawab Pemborong.

i. Evaluasi hasil test

- Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat, Pemborong


dapat membongkar dan mengganti seluruh volume beton yang dicor dan
segal biaya yang menjadi konsekwensinya adalah tanggung jawab Pemborong

- Sebelum melakukan pembongkaran struktur Pemborong dapat


mengusulkan untuk melakukan core tset pada struktur - struktur yang sudah
selesai di cor. Pemborong juga dapat mengusulkan untuk melaksanakan
loading test pada struktur tertentu. Metoda pelaksanaan loading test
harus terlebih dahulu disetujui oleh Konsultan Pengawas.

- Semua biaya pengetesan, pembongkaran maupun pengecoran kembali


menjadi tanggung jawab Kontraktor.

j. Pembongkaran Dan Pemasangan Baja Tulangan

- Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat
pada ukuran posisi pembengkokan sesuai dengan gambar dan tidak
menyimpang dari SNI 2847 : 2013. 2. Pembengkokan itu dilakukan tenaga
yang ahli, dengan menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat, patah, retak-retak dan sebagainya.

- Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Pemborong harus


membuat rencana kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan
(bar cutter dan bar bending schedulle), yang sebelumnya harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

- Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil sesuai dengan


gambar dan sudah diperhitungkan terhadap toleransi penurunannya.
Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton decking) sesuai
dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum didalam gambar
atau dalam spesifikasi ini, maka dapat digunakan SNI 2847 : 2013 sesuai tabel
berikut ini.

Bagian Kontruksi Tebal Selimut Beton


Minimum ( Cm )
Kolom 3.0

Pembengkokan kembali besi ulir tidak diperkenankan. Apabila baja polos


yang sudah dicor beton, jari-jari pembengkokan minimal harus dua kali
diameter dari tulangan tersebut. Semua pemotongan, pembengkokan dan
toleransi pembengkokan haru sesuai dengan SNI 2847 : 2013. Semua
tulangan harus diikat dengan baik dengan kawat beton

- Pemotongan atau ketentuan penempatan sambungan harus disesuaikan


dengan gambar atau ditempat yang ditentukan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Tulangan yang telah terpasang tetapi belum dicor harus
dilindungi sepenuhnya terhadap korosi, sesuai pengarahan yang diberikan
oleh Konsultan Pengawas.

- Apabila tulangan selesai dipasang, pemborong harus melaporkannya kepada


Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui. Pemborong tidak
diperkenankan melakukan pengecoran sebelum tulangan yang terpasang
diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, tidak boleh diubah tanpa
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

k. Bekisting yang digunakan

- Acuan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimum 9 mm.


Atau material lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Acuan yang
dipakai harus bersih dari segala macam kotoran, apabila akan digukana
kembali acuan harus bersih, acuan yang sudah rusak dan tidak lurus lagi
tidak diperkenankan dipakai kembali.

- Untuk mengejar kecepatan pengecoran, disyaratkan agar Pemborong


membuat panel-panel bekisting yang standar untuk acuan bagian konstruksi
yang tipikal. Semua Bekisting dibuat dengan Ukuran sesuai dengan Type
Balok dan Kolom Rencana.

l. Waktu untuk melepas Bekisting

- Acuan dapat dilepaskan dari beton apabila pembongkarannya


dapat dipastikan tidak mengakibatkan kerusakan beton, dan acuan
tersebut sudah mudah dilepaskan dari beton. Waktu untuk melepas acuan
dan perancah tergantung dari cuaca, metoda pemeliharaan beton,
kekuatan beton type dari struktur dan beban rencana. Dalam segala hal,
waktu untuk melepas acuan dan perancah tidak kurang dari
- Pekerjaan pembongkaran acuan harus dilaporkan dan disetujui
sebelumnya oleh Konsultan Pengawas.

Unsur Struktur Umur


Kolom yang tidak dibebani 1 hari

PASAL 4
PEKERJAAN URUGAN ALAS & LANTAI RABAT
1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi :
a. Pek. Urugan Pasir Alas bawah Lantai
b. Pek. Lantai Rabat Beton
2 Uraian Pelaksanaan

a. Untuk pemasangan langsung di atas tanah, yang akan dipasang rabat harus
dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat
sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum.

b. Pasir urung bawah lantai yang disyaratkan merupakan permukaan yang


keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang
dapat mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan pasir urug minimum 7 cm
atau sesuai dengan gambar, disiram dengan air sehingga diperoleh kepadatan
yang maksimal.
c. Lantai beton rabat dicor 5 cm minimum atau sesuai dengan gambar dengan
adukan beton minimal K.100. Lantai beton rabat permukaannya dibuat
rata, dengan memperhatikan kemiringan daerah basah dan teras.

PASAL 5
PEKERJAAN BESI BAJA WF
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi :
a. Pek. Lantai Batu Alam Coral Sikat
2. Uraian Pelaksanaan
a. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin pengawas, dan menggunakan mesin las listrik .
b. Kawat las yang dipakai adalah harus merk  "Kobesteel" atau yang setaraf.
c. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman.
d. Semua pekerjaan pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada beban bajanya.
e. Elektrode las yang dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat tetap
menjamin komposisi dan sifat-sifat dari electrode selama masa penyimpanan.
f. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan electrode tersebut.
g. Teknik atau cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu
dan kualtias dari las yang dikerjakan.
h. Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran yang memberi
pengaruh besar pada kawat las.  Permukaan yang akan dilas juga harus bersih
dari aspal, cat, minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar, bekas
potongan api harus digurinda dengan rata.  Kerak bekas pengelasan harus
dibersihkan dan disikat.
i. Pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal lebih rendah
0°F. Pada temperatur 0°F, permukaan las dari titik dimulainya las sampai sejauh
7.5 m juga dijaga temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan.
j. Pemberhentian las harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak
akan berputar atau berbengkok.
k. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu
kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapis terdahulu harus
dibersihkan dari kerak-kerak las atau  slag dan percikan-percikan logam yang
ada. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama
sekali.
3. Sambungan
a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus mampu memikul gaya-gaya yang
bekerja, selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan
batang.
b. Hanya diperkenankan 1 (satu) sambungan dalam 1 (satu) bentang.  Yang
dimaksud dengan 1 bentang adalah panjang komponen batang baja dimana
hanya ujung-ujungnya terdapat sambungan dengan menggunakan bolt.
c. Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul atau
full penetration butt weld.
4. Lubang - Lubang Baut
a. Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya.
Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan tanpa
seijin pengawas.
b. Pembuatan   lubang baut harus memakai bor.   Untuk konstruksi yang tipis
(maksimum 10 mm), boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan
api sama sekali tidak diperkenankan.
c. Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru.
d. Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan.  Mutu baut
yang digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar perencanaan.
e. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
f. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang akan
mengurangi kekuatan baut itu sendiri.  Untuk itu   diharuskan menggunakan
pengencang baut yang khusus dengan momentorsi   yang sesuai dengan buku
petunjuk untuk mengencangkan masing-masing baut.
g. anjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih
terdapat paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa
menimbulkan kerusakan pada ulir baut tersebut.
h. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya.
i. Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang
sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya
baut yang tidak dapat dikencangkan.

5. Pemasangan percobaan atau Trial Erection


a. Bila dipandang perlu oleh MK, Kontraktor wajib melaksanakan pemasangan
percobaan dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen yang
tidak cocok atau yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi dapat ditolak
oleh MK dan pemasangan percobaan tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan
MK.
6. Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus di cat. Permukaan profil harus dibersihkan
dari semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya dengan cara mencuci
dengan white spirit atau solvent lain yang cocok. Karat dan kerak harus
dihilangkan dengan cara menggosok dengan wire brush mekanik.
b. Paling lambat 2 jam setelah pembersihan ini, pengecatan dasar pertama sudah
harus dilakukan. Baja yang akan ditanam didalam beton tidak boleh dicat.
c. Sebelum    mulai    pengecatan, Kontraktor    harus memberitahukan kepada
pengawas untuk mendapatkan persetujuannya untuk aplikasi dari semua bahan
cat.
d. Cat dasar pertama adalah cat zinchromat primer 2 (dua) kali di Workshop
dengan menggunakan   kuas (brush). Cat dasar ini setebal 2 (dua) kali 50
mikron.
e. Cat finish dilakukan 2 (dua) kali di lapangan setebal 30 mikron, setelah semua
konstruksi selesai terpasang dengan menggunakan kuas (brush).
f. Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat ulang sesuai
dengan persyaratan cat yang digunakan.

PASAL 6
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan ini meliputi :

a. Pek. Rangka Atap Baja Ringan


b. Pek. Atap Multi Roof
c. Pek. Nok Atap Multi Roof

2. Uraian Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan persiapan seperti pemotongan, penyiapan perlengkapan
pemasangan seperti baut dan peralatan lain yang diperlukan, disiapkan
terlebih dahulu di bawah. Semua perlengkapan itu mengikuti petunjuk
pabriknya dan dengan kualitas yang memenuhi syarat
b. Semua tata cara pemasangan atap zincalum harus sesuai dengan petunjuk
pabriknya. Kontraktor harus mengikuti petunjuk tersebut dan menunjukkan
kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
c. Perakitan Kuda-kuda dan Jarak pemasangan dilaksanakan sesuai dengan
Gambar rencana, begitu juga dengan pemasangan Gording harus sesuai
dengan Pedoman yang telah ditetapkan.
d. Setelah perakitan dan pemasangan Rangaka Atap selesai barulah
dipasang Atap, perabung dan kelengkapannya.
e. Setelah perakitan dan pemasangan Rangka Atap selesai barulah
dipasang Atap, Nok dan kelengkapannya.

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

WIDIN WJJAYA, S. Sos, MSP


NIP. 19770606 200701 1 022
PEMERINTAH KOTA PAREPARE
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Kota Parepare Sulawesi Selatan 91121

Berdasarkan hasil penetapan tingkat resiko keselamatan konstruksi untuk


pelaksanaan pekerjaan:

Nama Paket Pekerjaan : Rehabilitasi Aula SMP 4 Kota Parepare

Nilai Paket Pekerjaan : Rp. 149.775.000.-

Lokasi Pekerjaan : Kelurahan Lapadde, Kecamatan Ujung


Kota Parepare

Maka dengan ini menetapkan bahwa tingkat Resiko Keselamatan Konstruksi


Untuk paket pekerjaan sebagaimana dimaksud diatas adalah :

RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI SEDANG

Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Nama : WIDIN WJJAYA, S. Sos, MSP

Tanda Tangan :

Keterangan :
Resiko yang dimaksud adalah Resiko Keselamatan Konstruksi untuk
menetukan Kebutuhan Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas
Keselamatan Konstruksi, tidak menetukan Kompleksitas atau segmentasi
pasar Jasa Konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai