Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga

seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

sesuai dengan kebutuhan. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu

pengetahuan dan keterampilan. Dari sisi lain, memasuki era globalisasi, era

milenium ketiga, bangsa Indonesia perlu memiliki kemampuan daya komparatif

dan daya saing yang tinggi. Kemampuan tersebut memiliki ciri‐ciri antara lain,

mampu memanfaatkan, menguasai dan mengembangkan IPTEK, yang

memerlukan penguasaan matematika.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki peran penting

dalam segala aspek kehidupan memiliki peranan penting dalam disiplin ilmu yan

lainnya dan dan dapat membantu dalam menyelesaikan berbagai permasalaha

dalam kehidupan. Tujuan diajarkannya matematika adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, karakkter, kepribadian,akhlak mulia, dan serta

keterampilan untuk hidup mandiri untuk menjadi bekal dalam kehidupan nyata.

Hal tersebut menunjukan, bahwa pentingnya menguasai matematika se dini

mungkin.

1
Namun pandangan yang berkembang selama ini, matematika masi menjadi

pelesit bagi siswa. Hasil survei Programme for International Student Assessment

(PISA) 2018 yang diterbitkan pada maret 2019 lalu memotret sekelumit masalah

pendidikan Indonesia. Dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan

matematika, skor Indonesia tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari

79 negara. Tahun 2018 Soal ujian nasional (UN) di Indonesia mulai memakai

Higher Order Thinking Skills (HOTS), sebuah turunan metode belajar yang

dicetuskan oleh Benjamin Bloom lewat teori “Taksonomi Bloom”. Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Muhadjir Effendy khawatir skor PISA

Indonesia semakin merosot jika tidak melakukan adaptasi.

Sikap adalah kecenderungan prilaku dalam melakukan suatu hal dengan

caranya sendiri pada orang lain, gagasan serta benda (Purnomo, 2016) Sikap

peserta didik dan pada pembelajaran adalah salah satu faktor penentu berhasil

atau tidak pembelajaran, utamanya pembelajaran matematika. Saat peserta didik

mempunyai sikap yang positif pada pembelajaran matematika maka ia pasti

memandang pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang bisa

memberikan manfaat serta pelajaran yang menarik untuk diikuti. Sebaliknya pula,

saat peserta didik berpandangan buruk pada pembelajaran matematika maka ia

cenderung memandang pembelajaran matematika tidak akan memberikan manfat

serta pembelajaran yang tidak menarik untuk diikuti pembelajarannya (Hartati,

2015). Hal itu akan membuat peserta didik merasa malas dan jenuh dalam

pembelajaran matematika sehngga berdampak pada hasil belajarnya.

2
Sifat terhadap pembelajaran Matematika dapat memengaruhi hasil belajar

matematika siswa karena dengan respon yang kurang baik berlebih cenderung

membuat siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran. Respon yang tidak baik

dapat memberikan pengaruh yang positif serta negatif. Respon memberikan

dampak positif jika masih bisa dikatakan msih dalam kendali serta masih wajar,

hal tersebut dikarenakan kerja fisik serta intelektual peserta didik oleh perasaan

kewaLebih lanjut lagi jika sikap memberikan pengaruh yang negatif akan terjadi

saat tingkat sikap secara berlebih serta tidak bisa dikendalikan.

Respon yang kurang baik tersebut bisa memberikan pengaruh peserta didik

untuk susah memiliki konsentrasi yang baik. Peserta didik yang mempunyai

tingkat sikap yang berlebih memiliki perasaan pesimis untuk memecahkan

permasalahan matematika serta tidak memiliki motivasi dalam mengupayakan

untuk menyelesaikannya. Respon yang kurang baik yang berlebihan pun selalu

memandang matematika adalah pelajaran yang harus dihindari serta ditakuti

Berdasarkan hal tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti telah mengkaji Pengaruh Sikap Siswa pada

Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika Pasca Pandemi

Siswa Kelas VII SMP 6 Enrekang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitiini yaitu :

1. Bagaimanakah gambaran sikap pada pembelajaran matematika siswa kelas

VII SMP 6 Enrekang ?

3
2. Bagaimanakah gambaran hasil belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP

N 6 Enrekang?

3. Apakah terdapat pengaruh sikap siswa pada pembelajaran matematika

terhadap hasil belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP 6 enrekang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan gambaran sikap pada pembelajaran matematika siswa

kelas VII SMP 6 Enrekang

2. Mendeskripsikan gambaran hasil belajar aritmatika sosial siswa kelas VII

SMP 6 Enrekang

3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh sikap siswa pada pembelajaran

matematika terhadap hasil belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP 6

Enrekang

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki dan

mengevaluasi kualitas pembelajaran khususnya pada pelajaran

matematika.

2. Bagi Guru

Memberi wawasan pada guru tentang pentingnya mengetahui tingkat

sikap matematika dan sikap siswa pada pembelajaran matematika,

4
sehingga siswa kesulitan-kesulitan yag dialami siswa dalam pembelajaran

matematika dapat diminimalisir.

3. Bagi Siswa

Memberikan Informasi kepada siswa bahwa memiliki rasa cemas yang

tinggi dan sikap negatif pada pembelajaran memiliki pengaruh negatif

pada prestasi belajar utama pada pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai

gambaran pengaruh sikap matematika dan sikap siswa pada pembelajaran

terhadap hasil belajar matematika siswa, bagi dunia pendidikan dan

memperkaya hasil penelitian yang ada.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Sikap Siswa pada Pembelajaran Matematika

Sikap adalah hal yang tidak bisa lepas dalam kehidupan seorang individu, jika

tidak ada sikap makan akan susahbahwa seseorang itu berfungsi sebagaimana

seorang individu. Sikap sangat dibutuhkan untuk manusia dalam memberikan

penilaian serta untuk meyakini suatu hal dalam bertingkah laku seperti senang

atau tidak dalam melaksanakan aktivitas yang lebih lanjut. Bersamaan dengan

sikap dapat mencerminkan bagaimana seseorang tersebut (Karim, 2015). Menurut

Thurstone (Hamalik, 2010) sikap adalah tingkatan afeksi yang baik ataupun buruk

yang memiliki hubungan pada aspek psikologi. Aspek psikologi tersebut memiliki

makna sebagai kalimat, slogan, simbol, institusi, orang dan juga ide yang

dinampakkan supaya orang agar bisa menjadi pembeda antara pengaruh yang baik

serta buruk. Hal tersebut bermkana mengenai baik memiliki arti senang

selanjutnya buruk memiliki arti menolak/tidak senang.

Menurut Hamalik (2010) sikap adalah ikatan mengenai permasalahan senang

ataupun menolak/tidak senang pada sebuah objek ataupun seseorang pada

keadaan yang senang ataupun tidak senang. Sikap muncul dikarenakan sebuah

pengaruh serta banyak pula diberikan pengaruh lingkungan sekitar (2002).

Berdasarkan hal tersebut, sikap bisa timbul oleh 4 cara, yakni:

6
a. Adopsi, yaitu peristiwa-peristiwa serta kejadian yang terjadi berulang-ulang

secara menerus serta berulang, kemudian tahap demi tahap dikumpulkan oleh

seseorang memberikan pengaruh pada sikap seseorang tersebut.

b. Diferensiasi, yaitu kemajuan intelegensi, bertambahnya suatu pengalaman

akan hal-hal yang berlaku maka di anggap sejenis serta sekarang dipandang

lepas dari sebangsanya.

c. Integrasi, yaitu sikap yang terjadi dengan memiliki tahapan-tahapan, dimulai

dalam sebuah pengalaman yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain,

hingga di akhir timbul sikap itu sendiri.

d. Trauma, yaitu pengalaman yang tidak disangka-sangka, secara tiba-tiba yang

mengakibatkan kesan secara dalam pada jiwa individu itu sendiri.

Sikap memiliki peranan yang sangat penting dalam belajar matematika.

Pertama, suatu sikap dianggap sebagai tujuan dalam pembelajaran matematika.

Kedua, sikap positif terhadap matematika menyebabkan siswa mau belajar

matematika (Neale dalam Susilo, 2015). Pada pembelajaran matematika, sikap

memiliki makna yaitu cara seorang individu dalam memberikan tanggapan pada

pembelajaran matematika yang ada diluarbataupu dilingkungan sekolah Dan juga

sikap peserta didik pembelajaran matematika juga sebagai penentu apakah peserta

didik yang bersangkutan memandang secara negatif ataupun positif pada

pembelajaran matematika.

7
Robbins dan Timothy (Purnomo, 2016) membedakan sikap terbagi menjadi 3

aspek yakni: aspek kognitif atau cognitive component, aspek afektif atau affective

component, serta aspek perilaku atau behavioral component.

a. Aspek kognitif terdidi atas indikator kesadaran untukdalam mencapai

prestasi kepada pembelajaran matematika serta sadar akan manfaat

pembelajaran matematika.

b. Aspek afektif terdiri dari indikator aktif dalam memelajari pelajaran

matematika serta aktif menyelesaikan tugas dalam pembelajaran matematika.

c. Aspek perilaku terdiri atas indikator serius saat memelajari pembelajaran

matematika serta serius juga mendalami pengetahuan mengenai

pembelajaran matematika

d. Menurut Hartati (2015) sikap peserta didik dalam pembelajaran matematika

bisa terbagi menjadi 2 yakni:

1) Peserta didik yang memiliki sikap positif pada pembelajaran matematika,

yaitu:

a) Senang serta antusias pada pembelajaran matematika.

b) Mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sunguh.

c) Turut serta dalam pembelajaran dengan serius.

d) Memberikan respon positif pada permasalahan serta tantangan yang

dihadapi saat mempelajari matematika.

e) Membina hubungan baik sesama guru mata pelajaran matematika.

8
2) Peserta didik yang mempunyai sikap buruk pada pembelajaran

matematika, yakni:

a) Tidak menyukai pembelajaran matematika.

b) Tidak bersungguh-sungguh saat menyelesaikan engerjakan pekerjaan

rumah yang diberi oleh guru

c) Tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran

matematikaBelajar saat jika ulangan sudah dekat saja.

d) Malas latihan dalam menyelesaikan masalah matematika.

e) Tidak bisa menjaga hubungan biak dengan guru matematika.

Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) Ada lima pengertian sikap menurut

Jalaluddin Rakhmat diantaranya adalah :

a. Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bisa bertindak, berpikir dan juga

merasa bahwa dirinya paling baik dalam menghadapi objek, ide dan juga

situasi ataupun nilai. Sikap bukanlah perilaku menurut Jalaluddin namun

kecenderungan untuk perilaku dengan menggunakan metode tertentu saja

terhadap objek sikap. Objek sendiri bisa berbentuk apa saja yakni orang,

tempat, gagasan, ataupun situasi dalam kelompok.

b. sikap memiliki daya penolong atau motivasi yang bisa dianggap sesuai

ataupun tepat. Sikap bukan hanya sekedar rekaman dari kejadian yang sudah

dilewati atau sudah berlalu. Tetapi,sikap bisa menentukan apakah orang harus

berpihak pada suatu hal ataupun menjadi seseorang yang memiliki sisi minus

9
atau plus dalam diri, selain itu sikap menentukan apa yang disukai,

diharapkan, dan diinginkan, serta lebih sering mengesampingkan apa yang

tidak diinginkan, dan apa yang harus mereka hindari atau tidak disukai.

c. sikap cenderung lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik

kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan, karena

itulah sikap jarang berubah.

d. Sikap bisa dijadikan bahan evaluatif untuk seseorang, dimana sikap mungkin

bisa menjadi hal tersebut bisa menyenangkan ataupun tidak menyenangkan.

Karena itulah sikap seringkali membuat seseorang menjadi defensif atau lebih

terbuka.

e. sikap seringkali berasal dari pemikiran yang salah paham dimana sikap tidak

dibawa sejak lahir namun sikap berasal dari lingkungan dan juga pengalaman

seseorang. Bukan hanya dari lahir atau dibawa berdasarkan genetik.

Berdasarkan pernyataan sebelumnya bisa ditarik kesimpulan bahwa sikap

peserta didik pada pelajaran matematika merupakan hal yang dirasakan seorang

individu atau sering bersikap yang negatif ataupun positif pada situasi ayaupun

sebuah objek, dimana hal tersebut yakni peserta didik bisa menerima serta

menolak pembelajaran matematika atas dasar penilaian tersendirinya pada

pembelajaran matematika itu tidak penting atau penting

2. Hasil Belajar Matematika

10
Belajar adalah sebuah kegiatan yang dilaksnakan dalam menggapai sebuah

kemajuan baik dari segi kognitif, maupun psikologi. Belajar tidak hanya meliputi

mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat,

penyesuaian, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Belajar mengandung

pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga

perbaikan perilaku. Belajar merupakan kegiatan bagi siswa dan merupakan proses

dari perkembangan kehidupan manusia, melalui belajar manusia mengalami

perubahan dalam kehidupannya. Menurut Bruner (Trianto, 2012), belajar adalah

proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada

pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya. Hilgard & Brower (Hamalik,

2004) memaparkan bahwa belajar adalah sebuah perubahan pada sikap melalui

praktek, pengalaman, serta aktivitas.

Sedangkan Slameto (2010) menjelaskan bahwa belajar merupakan sebuah

upaya yang dikerjakan seseorang dalam mendapatkan sebuah perubahan sikap

yang maju secara menyeluruh yang merupakan hasil dari usaha seseorang tersebut

pada interaksi pada lingkungan disekitarnya. Lebih lanjut Winkel (2004) lebih

lanjut lagi memaparkan bahwa belajar merupakan sebuah kegiatan mental

ataupun psikis yang berjalan dalam interaksi secara aktif pada lingkungan yang

mengakibatkan sbeuah perubahan pada nilai sikap, keterampilan, pemahaman,

serta pengetahuan. Perubahan itu sendiri memiliki sifat secara berbekas serta

relatif. Berdasarkan hal terseut, belajar adalah proses atau usaha yag dilakukan

11
seseorang untuk menghasilkan perubahan tigkah laku, pemahaman, pengetahuan,

dan keterampilan sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Belajar matematika adalah belajar konsep dimulai dari benda-benda real

kongkrit secara intutif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi konsep itu

diajarkan lagi dalam bentuk yang lebih abstrak dengan mengunakan notasi yang

lebih umum dipakai dalam matematika (Ruseffendi, dalam Fimansyah, 2015).

Menurut Fimansyah, (2015) mengemukakan belajar matematika yaitu suatu

proses untuk memahami suatu konsep (materi) tentang matematika harus

memahami konsep (materi) sebelumnya, karena pada pembelajaran matematika

memerlukan tahapan-tahapan dari hal-hal yang lebih mudah menuju hal-hal yang

lebih sulit, hal ini untuk mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep

atau materi.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah melalui proses belajar. Hasil

belajar bukan hanya sesuatu hal yang berdiri secara mandiri. Artinya hasil belajar

adalah kesatuan faktor yang memiliki pengaruh pada peserta didik, Pengaruh itu

bisa diperoleh dari dalam peserta didik tesebut atau merupakan faktor internal

serta dapat pula diperoleh dari luar peserta didik atau merupakan faktor eksternal.

Faktor internal peserta didik tersebut terdiri atas mampu berpikir kritis,

kecerdasan, cara belajar, kemandirian belajar dan kesehatan, serta motivasi.

Sedangkan faktor eksternal tHamalik (2002) mengatakan hasil belajar nampak

sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan

terukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan

12
tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih

baik. Hasil belajar merupakan akhir dari proses belajar, jadi seseorang bila ingin

mencapai hasil belajar sudah pasti melalui proses belajar. Belajar atau tidaknya

ditentukan dari sejauh mana siswa itu berupaya dalam menjalani kegiatan belajar

tersebut.

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar

setelah melakukan proses belajar. Perolehan aspek perubahan perilaku tersebut

tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran,

perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melakukan

aktifitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar juga adalah

hasil yang dicapai oleh peserta didik berupa angka atau skor setelah

menyelesaikan tes yang diberikan. Untuk mengetahui tercapainya tujuan

pembelajaran, maka pendidik dapat melihat hasil belajar yang diperoleh

pembelajar. Oleh karena itu, hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau

patokan untuk mengembangkan keterampilan dalam proses pembelajaran (Amin,

2016).

Hasil belajar matematika adalah hasil akhir yang dimiliki oleh siswa berupa

kemampuan-kemampuan dalam menguasai, memahami konsep dalam pelajaran

matematika sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan

konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya yang menggunakan

istilah serta didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat untuk membantu

manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan

13
alam setelah melalui proses belajar (Hartati, 2015). Menurut Slameto, (2010) hasil

belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mendapat perlakuan

pembelajaran. Belajar sendiri adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika yaitu hasil akhir yang dimiliki atau diperoleh siswa setelah ia

mengalami proses belajar matematika yang ditandai dengan skala nilai berupa

huruferdiri dari lingkungan masyarakat, sekolah ataupun keluarga. (Egok, 2016).

atau simbol atau angka, dan hal ini biasa dijadikan tolak ukur berhasil atau

tidaknya siswa tersebut dalam pembelajaran matematika.

B. Penelitian Sebelumnya

1. Purnomo, (2016), hasil penelitiannya yaitu ada pengaruh yang signifikan

sikap peserta didik dalam pelajaran matematika terhadap prestasi belajar

matematika di SMP Negeri 2 Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,

dengan besarnya pengaruh yang ssikap peserta didik dalam pembelajaran

matematika terhadap prestasi belajar matematika yakni 45,6%

2. Susilo & Agustin, (2015), hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif

dan signifikan antara sikap siswa pada matematika terhadap hasil belajar

mate-matika dengan tingkat interpretasi sedang . Dengan koefisien

determinasi d = 0,2256 berarti hasil belajar matematika dipengaruhi sebesar

14
22,56% oleh sikap siswa pada matematika, sisa-nya 77,44% dipengaruhi oleh

faktor lain.

3. Sirajuddin, Arsyad, & Ma’rufi, (2019), hasil penelitiannya yakni ada

pengaruh positif sikap pada pembelajaran matematika terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas VIII MTs di Kota Belopa. Artinya, semakin baik

sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika maka semakin baik pula

hasil belajar matematikanya.

C. Defenisi Operasional

Sikap siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar merupakan

tingkahlaku yang dipilih siswa dalam pengaturan diri untuk memilih keadaan

seperti menerima, menghargai, merespon dan bertanggung jawab dalam belajar

dari berbagai macam peristiwa dan situasi yang terjadi pada saat proses belajar

mengajar berlangsung. Sikap siswa yang dapat diketahui pada saat belajar adalah

memperhatikan media pembelajaran, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

guru, mengikuti praktikum dengan sungguh-sungguh, serius dalam mengikuti

pembelajaran, kerjasama dalam praktikum, diskusi dalam kelompok berjalan

secara efektif dan kondusif dan mampu menyimpulkan hasil pembelajaran.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan

belajar. Dalam pengertian lain, hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, aspresiasi, dan keterampilan.

15
D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika saat ini masih belum mencapai tujuan yang

diinginkan, hal ini terlihat dari masih rendahnya capaian hasil belajar siswa. Hasil

belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelaran.

Rendahnya capaian hasil belajar matematika siswa dipengaruh oleh banyak faktor

salah satunyanya sikap matematika dan sikap siswa pada pembelajaran.

Sikap merupakan kecenderungan dari individu menyikapi sebuah objek

tersendiri, yakni hasil dari interaksi antar aspek konatif, kognitif serta afektif yang

memiliki peran saat berperilaku memahami serta merasakan suatu hal. Aspek

kognitif terdiri dari kepercayaan, pandangan, pengetahuan pada sebuah objek

sikap. Aspek afektif terdiri dari hal yang dirasakan seperi suka atau tidak suka dan

senang tidak, emosi yang dipunyai individu dan penilaiannya pada sebuah objek

sikap. Selanjutnya aspek konatif terdiri dari kecendrungan dalam bersikap serta

berprilaku dengan cara tersendiri yang memiliki kaitan pada objek sikap. Sikap

siswa pada pembelajaran matematika adalah segala tingkah laku yang di lakukan

siswa dalam proses pembelajaran matematika. sikap siswa dalam pembelajaran di

kelompokkan menjadi sikap positif dan sikap negatif. Siswa yang memiliki sikap

positif cenderung mendekati, menyenangi dan memiliki motivasi tinggi dalam

pembelajaran matematika. sedangkan sikap negatif cenderung untuk menjauhi,

menghindari, membenci dan tidak menyukai pembelajaran matematika.

Sikap peserta didik yang baik pada pembelajaran di sekolah adalah sebuah hal

yang mendasar pada kegiatan pembelajran di kelas. Peserta diidk yang

16
mempunyai sikap positif selalu memberikan perhatian berlebih saat pembelajaran

dikelas Beda dengan peserta didik yang mempunyai sikap buruk, peserta didik

tersebut selalu bertindak acuh tak acuh saat pembelajaran matematika serta tidak

bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu, sikap

yang dimiliki peserta didik ]saat belajar mengajar matematika bisa memberikan

pengaruh pada hasil belajar matematika peserta didik itu sendiri.

E. Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh sikap siswa pada pembelajaran matematika terhadap hasil

belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP 6 Enrekang

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan ex post

fakto. Penelitian ex post fakto merupakan penelitian yang dilakukan setelah suatu

kejadian itu terjadi. Menurut Sappaile (2010) Penelitian ex post facto bertujuan

meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau tidak diberi

perlakuan oleh peneliti. Penelitian ini dikatakan penelitian ex post fakto, karena

dalam penelitian ini peneliti ingin mengkaji pengaruh sikap matematika dan sikap

siswa pada pembelajaran matematika terhadap hasil belajar matematika siswa

kelas VIII SMP 6 Enrekang, tanpa dilakukan perlakuan terlebih dahulu.

2. Waktu Penelitian

Penelitan ini akan dilaksanakan di sekolah SMPN 6 Enrekang yang ada di Kec.

Enrekang, Desa Ranga. Waktu peneliatian ini dilaksanakan di semester ganjil

tahun ajaran 2021/2022.

B. Variabel dan Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yakni variabel terikat dan variabel bebas.

Variabel bebas merupakan variabel yang memberikan pengaruh atau menjadi

sebab akibat timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2012). Variabel bebas pada

penelitian ini yakni Motivasi (X1) Konsentrasi (X2) Intelajensi (X3) Bakat (X4).

Variabel terikat merupakan variabel yang diberikan pengaruh ataupun juga

18
variabel yang sebagai akibat timbulnya variabel bebas (Sugiono, 2012). Variabel

terikat pada penelitian ini yaitu hasil belajar matematika (Y).

X : Sikap X3 : Intelejensi

X1 : Motivasi X4 : Bakat

X2 : Konsentrasi Y : Hasil Belajar

Secara umum, korelasi dari variabel terikat serta variabel bebas dapat

dideskripsikan seperti gambar dibawah ini:

X1

Y
X2

X3

X4

19
Figure 1 Desain penelitian
Keterangan:

X : Sikap X3 : Intelejensi

X1 : Motivasi X4 : Bakat

X2 : Konsentrasi Y : Hasil Belajar

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari objek yag akan diteliti, sedangkan

sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi fokus penelitian. Sugiyono

(2012) Memaparkan bahwa populasi merupakan wilayah tergeneralisasi yang

terdiri dari objek serta subjek yang memiliki kualitas serta karakter tersendiri yang

diterapkan oleh peneliti dalam mempelajari serta menyimpulkan sesuatu.

Sedangkan menurut Jaya (2010) populasi adalah keseluruhan objek penelitian

yang menjadi perhatian kita. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII

SMP 6 Enrekang

Sampel adalah himpunan unit observasi (bagian dari populasi) yang memberikan

keterangan atau data untuk suatu penelitian, terdiri dari nilai atau ukuran peubah-

peubah yang bersifat terbatas jumlahnya (Nurdiani, 2014). Kelancaran sebuah

penelitian tidak lepas dari ke sampel yang ditentukan. Sampel yang baik yaitu

sampel yang refresentasif artinya yang dianggap cukup mewakili karakteristik

20
tertentu yang dimiliki populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan simple random sampling yaitu menetapkan kelas yang merupakan

subjek dalam penelitian ini dengan acak dengan mengambil tiap-tiap1 kelas dari

ketiga sekolah populasi.

D. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian. Instrumen sangat terpenting pada penelitian,

karea data berkualitas yang didapatkan peneliti sangat ditentukan dengan

instrumen yang dipakai. Pada penelitian ini,instrumen yang di gunakan terbagi

dua yaitu intrumen tes dan instrumen non tes. Tes di gunakan untuk mengukur

hasil belajar matematika siswa. Sedangkan non tes digunakan untuk mengukur

sikap matematika dan sikap siswa pada pembelajaran matematika. Uraian dari

instrumen yang digunakan sebagai berikut.

1. Tes Hasil Belajar Matematika

Tes hasil belajar matematika digunakan untuk mengukur hasil belajar matem

atika yang di capai siswa dalam kurung waktu tertentu. Tes hasil belajar

matematika yang dipakai pada penelitian ini dibuat dalam bentuk bentuk Multiple

Choice/pilihan ganda. Uno & Koni, (2012) memaparkan bahwa tes Multiple

Choice merupakan sebuah tes yang berisi tentang informasi yang setengah

setengah serta cara dalam melengkapkannya yaitu menentukan sebuah pilihan

yang sudah disediakan.

2. Angket Sikap Siswa pada Pembelajaran Matematika

21
Angket siswa pada pembelajaran matematika bertujuan untuk mengukur sikap

yang dimiliki siswa dalam belajar matematika. ada tiga komponen yang akan di

ukur pada angket sikap siswa pada pembelajaran matematika yaitu

a. Aspek kognitif terdidi atas indikator kesadaran untukdalam mencapai prestasi

pada pembelajaran matematika serta sadar akan manfaat pembelajaran

matematika.

b. Aspek afektif terdiri dari indikator aktif dalam memelajari pelajaran

matematika serta aktif menyelesaikan tugas dalam pembelajaran matematika.

c. Aspek perilaku terdiri atas indikator serius saat memelajari pembelajaran

matematika serta serius juga mendalami pengetahuan mengenai pembelajaran

matematika

Angket sikap siswa pada pembelajaran matematika dalam penelitian ini dipakai

skala likert 4 titik yakni skala likert yang disusun dengan cara meniadakan

pilihan ragu-ragu. Dalam penggunaan Skala Likert 4-titik akan dijadikan

pedoman bagi seluruh pernyataan dalam angket. Responden akan diberikan

sebuah pernyataan dengan nilai tiap butirnya dari interval A-D. Skor serta

kategori penilaian angket dengan memakai skala likert 4 titik bisa diperoleh

dibawah ini:

Tabel 1. Skor serta pengkategorian ppemberian nilai angket dengan

menggunakan skala likert 4-titik

No Kategori Skor

22
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

E. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran untuk melihat tepatan dan kecermatan dari

instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya. Sehingga item-item yang

dikembangkan dapat mengukur apa yang hendak diteliti. Validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi bertujuan

menunjukkan sejauh mana item-item instrumen yang dilihat dari isinya dapat

mengukur variabel penelitian yang akan diteliti. Validitas isi instrumen

ditentukan melalui pendapat ahli. Sehingga item-item yang dikembangkan

dapat mengukur apa yang hendak diteliti. Validasi isi istrumen dalam

penelitian ini ilakukan oleh 2 orang ahli/pakar. Dari hasil penilaian validator,

untuk mengukur tingkat kesahian instrumen menggunakan rumus validasi isi

Gregory sebagai berikut.

D
𝑉aliditas isi=
A +B +C+ D

Keterangan:

A = Sel yang menunjukkan kedua penilai/pakar menyatakan tidak

23
relevan

B dan C = Sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antar penilai/pakar

D = Sel yang menunjukkan relevansi kedua pakar/penilai untuk

validitas isi.

Kriteria validitas isi yaitu

0,8 – 1 = Validitas sangat tinggi

0,6 – 0,79 = Validitas tinggi

0,4 – 0, 59 = Validitas sedang

0,2 – 0,39 = Validitas rendah

0,0 – 0,19 = Validitas sangat rendah

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam peneliti terbagi 2 yaitu tes dan non tes.

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar

matematika siswa. teknik tes dipakai dalam mengumpulkan data tentang hasil

belajar matematika siswa. teknik non tes digunakan untuk mengumpulkan data

tentang sikap matematika dan sikap siswa pada pembelajaran matematika.

G. Teknik Analisis Data

24
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu

analisis statistika deskriptif dan analisis statistika inferansial. Analisis

statistika deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran dari tiap-tiap

variabel yang di teliti. Analisis data statistika inferensial digunakan untuk

menguji hipotesis yang telah di rumuskan sebelumnya. Berikut uraian lengkap

teknik analisis data yang digunakan.

1. Analisis Statistika Deskriptif

Analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel yang meliputi penyajian data, ukuran tendensi sentral dan

ukuran penyebaran. Penyajian data menggunakan tabel distributif frekuensi

dan histogram. Ukuran tendensi sentral meliputi mean, median dan modus.

Ukuran penyebaran meliputi simpangan baku (standar deviasi) dan varians.

a. Data hasil belajar matematika

Data hasil belajar peserta diidk yang diperoleh dengan menggunakan tes

hasil belajar matematika di analisis, kemudian di kelompokkan ke lima

kategori. Penentuan kategori hasil belajar peserta didik berdasarkan

Departemen Pendidikan Nasional bisa terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Pengkategorian hasil belajar matematika

Tingkat penguasaan Kategorikan

25
0≤HB<55 Sangat rendah

55≤𝐻𝐵<65 Rendah

65≤𝐻𝐵<80 Sedang

80≤𝐻𝐵<90 Tinggi

90≤𝐻𝐵≤100 Sangat tinggi

b. Data sikap siswa terhadap Matematika

Data sikap matematika siswa yang di peroleh dengan menggunakan

angket sikap matematika selanjutnya di analisis, kemudian di

kelompokkan ke lima kategori. Penentuan kategorisasi sikap matematika

bisa terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 3. Uji normatif pengkategorian sikap siswa pada pembelajaran Matematika

N Rentan Normal Kategori

x<μ−2,5(𝜎)
1. Sangat baik

2. μ−2,5(𝜎)≤x<μ−1,5(𝜎) Baik

3. μ−1,5(𝜎)≤x<μ−0,5(𝜎) Cukup baik

4. μ−0,5(𝜎)≤x<μ+0,5(𝜎) Kurang baik

26
x≥μ+0,5(𝜎)
5. Tidak baik

Keterangan:

M : 3 × Skor Minimal Ideal

SD : 1/6 (Maksimal Ideal – Minimal Ideal)

2. Analisis statistika inferensial

Analisis statistika inferensial digunakan dalam melakukan pengujian

hipotesis penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. Statistika inferensial

digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan analisis regresi

linear sederhana dan regresi linear berganda. Regresi linear digunakan untuk

menguji hipotesis I dan hipotesis II, sedangkan regresi linear berganda di

gunakan untuk menguji hipotesis III. Namun, sebelum melaksanakan

pengujian hipotesis, perlu dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas, uji

linieritas serta uji heterokedastisitas. Uraian tentang uji hipotesis dan uji

prasyarat sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk melihat apakah data tentang

kecemasan matematika, sikap siswa pada pembelajaran matematika dan

hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Uji normalitas data perlu dilakukan agar

peneliti dapat menetukan jenis statistik apa yang akan digunakan. Jika data

yang akan diolah berasal dari populasi yang berdistribusi normal,

27
sebaiknya gunakan statistik parametrik untuk melakukan inferensi

statistik. Namun jika data tidak berdistribusi normal, gunakan statistik

nonparametrik (Nasrum, 2018). Uji normalitas data pada penelitian ini

menggunakan kolmogorov-smirnov dengan bantuan program SPSS.

Kriteria pengambilan keputusan pada uji normalitas yaitu:

1) Data berdistribusi normal, jika nilai probabilitas ≥0,05

2) Data berdistribusi tidak normal, jika nilai probabilitas <0,05

b. Uji Linieritas

Uji linieritas adalah digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh linear atau tidak. Uji lenearitas dilakukan dengan menggunakan

Deviation from Linearity yaitu gambaran hubungan linear variabel X

terhadap Y. Kriteria pengambilan keputusan yaitu

1) Jika nilai probabilitas Deviation from Linearity ≥ 0,05 maka variabel

X memiliki hubungan linear dengan Y

2) Jika nilai probabilitas Deviation from Linearity < 0,05 maka variabel

X memiliki hubungan linear dengan Y

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dalam satu pengamatan terhadap

pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah model yang

homodestisitas atau varians dari suatu pengamatan kepengamatan lain

tetap. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik plot

28
antara nilai prediksi varibael dependen yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu dalam grafik scatter plot antara ZPRED dengan

SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang terprediksi dan sumbu X adalah

residual yang telah di-studentised. Kriteria pengambilan keputusan uji

heterokestisitas sebagai berikut.

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (Bergelombang, melebar kemudian menyempit)

maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas begitupun

sebaliknya

2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar keatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

d. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi.

Analisis regresi digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional antara

variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan banyak variabel ada dua

jenis analisis regresi yang digunakan yaitu analisis regresi linear sederhana

dan analisis regresi linear berganda. analisis regresi linear sederhana

digunakan untuk menguji hipotesis I dan hipotesis II, sedangkan analisis

regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis III.

Menghindari kesalahan dalam perhitungan manual maka uji hipotesis

dilakukan dengan bantuan program aplikasi Statistika Product and Service

29
Solution (SPSS).

1) Uji Hipotesis I

Uji hipotesis I dilaksanakan agat bisa menilai apakah ada

pengaruh atau tidak kecemasan matematika dengan hasil belajar

matematika. Analisis regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis

I yaitu analisis regresi linear sederhana. Persamaan regresi linear

ganda yang digunakan adalah

𝑌= 𝛽0 + 𝛽1𝑋1+ е

Dimana β0, β1 danβ2 merupakan parameter

Dengan fungsi tafsiran:

𝑌̂= 𝛽̂0+ 𝛽̂1𝑋1

Dimana :

𝑌 = Variabel hasil belajar aritmatika sosial siswa (nilai yang

diprediksikan)

𝛽̂0 = Konstanta regresi (Estimator untuk β0).

𝛽̂1 = koefisien regresi kecemasan matematika (Estimator untuk β1).

𝑋1 = kecemasan matematika

Kriteria dalam menentukan hasil uji hipotesis 1 yakni:

a. Jika nilai thiung ≥ ttabel atau nilai probabilitas ≤0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh kecemasan

matematika terhadap hasil belajar aritmatika sosial siswa kelas VII

30
SMP N 6 Enrekang.

b. Jika nilai thiung < ttabel atau nilai probabilitas >0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat pengaruh kecemasan

diri terhadap hasil belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP N 6

Enrekang.

2) Uji hipotesis II

Uji hipotesis II dilakukan untuk dapat melihat hubungan antara sikap

siswa pada pembelajaran matematika dengan hasil belajar matematika.

Analisis regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis II yaitu analisis

regresi linear sederhana. Persamaan regresi linear yang sederhana adalah.

Persamaan regresi linear sederhan yang digunakan adalah

𝑌= 𝛽0 + 𝛽2𝑋2+ е

Dimana β0, β2 merupakan parameter

Dengan fungsi tafsiran:

𝑌̂= 𝛽̂0+ 𝛽̂2𝑋2

Dimana :

𝑌 = Variabel hasil belajar aritmatika sosial siswa (nilai yang

diprediksikan)

𝛽̂0 = Konstanta regresi (Estimator untuk β0).

𝛽̂2 = Koefisien regresi sikap siswa pada pembelajaran matematika


(Estimator untuk β2).

𝑋2 = Sikap siswa pada pembelajaran matematika

31
Kriteria dalam menentukan hasil uji hipotesis II yakni:

a) Jika nilai thiung ≥ ttabel atau nilai probabilitas ≤0,05 maka H0 ditolak

serta H1 bisa diterima, hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat

pengaruh sikap siswa pada pembelajaran matematika terhadap hasil

belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP N 6 Enrekang

b) Jika nilai thiung < ttabel atau nilai probabilitas >0,05 maka H0 diterima

serta H1 ditolak, hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat

pengaruh sikap siswa pada pembelajaran matematika terhadap hasil

belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP N 6 Enrekang

3) Uji Hipotesis III

Uji hipotesis III dilakukan untuk dapat melihat hubungan antara

kecemasan matematika dan sikap siswa pada pembelajaran matematika

dengan hasil belajar aritmatika sosial siwa. Analisis regresi yang digunakan

yaitu analisis regresi linear berganda. Persamaan regresi yang digunakan

adalah

Persamaan regresi linear ganda yang digunakan adalah

𝑌= 𝛽0 + 𝛽1𝑋1+ 𝛽2𝑋2+ е

Dimana β0, β1 danβ2 merupakan parameter

Dengan fungsi tafsiran:

𝑌̂= 𝛽̂0+ 𝛽̂1𝑋1+ 𝛽̂2𝑋2

32
Dimana :

𝑌 = Variabel hasil belajar aritmatika sosial siswa (nilai yang

diprediksikan)

𝛽̂0 = Konstanta regresi (Estimator untuk β0).

𝛽̂1 = koefisien regresi kecemasan matematika (Estimator untuk β1).

𝑋1 = kecemasan matematika

𝛽̂2 = Koefisien regresi sikap siswa pada pembelajaran matematika

(Estimator untuk β2).

𝑋2 = Sikap siswa pada pembelajaran matematika

Kriteria pengambilan keputusan yaitu:

a) Jika nilai Fhiung ≥ Ftabel atau nilai probabilitas ≤0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh kecemasan

matematika dan m sikap siswa pada pembelajaran terhadap hasil

belajar aritmatika sosial siswa kelas VII SMP N 6 Enrekang.

b) Jika nilai Fhiung < Ftabel atau nilai probabilitas >0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat kecemasan matematika

dan sikap siswa pada pembelajaran terhadap hasil belajar aritmatika

sosial siswa kelas VII SMP N 6 Enrekang.

33

Anda mungkin juga menyukai