Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat dan penyertaannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah tentang “Abses Odontogenik”. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
menyusun makalah ini.

Penyusunan makalah ini telah diselesaikan dengan lancar, tetapi penulis


menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
jadi penulis mohon untuk memberikan masukan, kritik, dan saran yang
membangun demi perbaikan dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak


yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan penulis, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan tentang
masalah kesehatan.

Penulis,

drg. Nelly Magdalena Laiti Hebilen

1
DAFTAR ISI

                                                                                                                     

KATA PENGANTAR................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................3

B. Identifikasi Masalah.................................................................................................4

C. Rumusan Masalah....................................................................................................4

D. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4

E. Manfaat Penulisan....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................5

A. Defenisi Abses Odontogenik .................................................................................5


B. Etiologi Abses Odontogenik ..................................................................................6
C. Patofisiologi abses Odontogenik ...........................................................................7
D. Gejala dan tanda abses Odontogenik .....................................................................13
E. Faktor resiko Abses Odontogenik .........................................................................16
F. Komplikasi .............................................................................................................16
G. Tes dan diagnose abses Odontogenik ....................................................................16
H. Penatalaksanaan abses Odontogenik .....................................................................17
I. Perawatan dan pengobatan ....................................................................................19
J. Pencegahan ...........................................................................................................20

BAB III PENUTUP....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya

lubang yang berisi nanah (pus) dalam jaringan yang sakit. Dental abses artinya

abses yang terbentuk didalam jaringan periapikal atau periodontal karena

infeksi gigi atau perluasan dari ganggren pulpa. Abses yang terbentuk merusak

jaringan periapikal, tulang alveolus, tulang rahang terus menembus kulit pipi

dan membentuk fistel. (Abses subkutan Odontogenik).

C. Abses gigi terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut

atau dalam gigi, Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal

dalam mulut. Yaitu bakteri coccus aerob gram positif, coccus anaerob gram

positif dan batang anaerob gram negatif. Bakteri terdapat dalam plak yang

berisi sisa makanan dan kombinasi dengan air liur. Bakteri-gakteri tersebut

dapat menyebabkan karies dentis, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai

jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal

dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen.

D. Abses dental ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus,

karies dentin, invasi bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus,

Haemophilis influenzae), impaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini

dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar sehingga terjadi gigi goyang.

Terjadinya abses terutama yang telah menyebar ke jaringan sekitarnya,

misalnya yang telah berpenetrasi ke subkutan (abses subkutan) tentunya

sangat memberi pengaruh yang sangat fatal untuk anak, tidak hanya terhadap

3
keadaan umum anak tetapi juga perkembangan dari rahang dan gigi-

geliginya.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dalam makalah ini penulis mengangkat Abses

Odontogenik.

C. Rumusan Masalah

1. Mengetahui pengertian Abses Odontogenik

2. Mengetahui etiologi Abses odontogenik

3. Mengetahui patofisiologi Abses Odontogenik

4. Mengetahui gejala dan tanda Abses Odontogenik

5. Mengetahui factor resiko Abses Odontogenik

6. Mengetahui penatalaksanaan Abses Odontogenik

7. Mengetahui perawatan dan pengobatan Abses Odontogenik

8. Mengetahui pencegahan Abses Odontogenik

D. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan

bakteri penyebab penyakit periodontal kronis dengan menggunakan metode

polymerase chain reaction (PCR).

E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar masyarakat/ penghuni Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Tarakan dapat mengetahui tentang pentingnya

pengenalan masalah Abses Odontogenik.

a.

4
a. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Abses Odontogenik


Abses subkutan odontogenik sebenarnya adalah komplikasi daripada

karies gigi. Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah

atau hancur). Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan

menginfeksi bagian pulpa gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke akar gigi dan

tulang yang mendukung gigi.

Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari

jaringan tubuh yang mati, bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel

darah putih) dan pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit

gigi. Jika struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini

akan meluas terus menerus sehingga mejalar kejaringan yang lain.

Abses Gigi adalah suatu keadaan yang dapat ditemukan pada gigi

seseorang dimana gigi tersebut mendapatkan infeksi dari bakteri yang

menyebabkan jaringan di gusi seseorang tersebut menjadi rusak sehingga

terbentuk pus pada gigi berlubang. Kondisi ini juga dapat mengakibatkan

seseorang merasakan sakit gigi yang berat, pembengkakan pada area gusi atau

bahkan menjadi demam.

Jika seseorang memiliki ini, disarankan agar segera pergi kedokter gigi

untuk mendapatkan perawatan. Jika penyakit ini tidak segera diobati, kondisi

penyakit ini akan cenderung semakin memburuk dan dapat pada kondisi parah

5
dapat menyebabkan seseorang menjadi kehilangan gigi pada area yang terkena

abses gigi tersebut. Seseorang yang terkena abses gigi jarang mendapatkan

komplikasi. Meskipun demikian, penyakit abses gigi ini tergolong dalam

penyakit yang serius dan dapat mengancam jiwa seseorang.

Gejala utama dari abses gigi ini adalah, sakit berdenyut yang parah.

Rasa sakit ini biasanya datang secara tiba-tiba, dan keadaan ini akan secara

bertahap memburuk selama beberapa jam kedepan bahkan beberapa hari

kedepan hingga nantinya akan menyebabkan gigi seseorang menjadi lembut

dan sensitif.

B. Etiologi Abses Odontogenik


Paling sedikit ada 400 kelompok bakteri yang berbeda secara

morfologi dan biochemical yang berada dalam rongga mulut dan gigi.

Kekomplesan flora rongga mulut dan gigi dapat menjelaskan etiologi spesifik

dari beberapa tipe terjadinya infeksi gigi dan infeksi dalam rongga mulut,

tetapi lebih banyak disebabkan oleh adanya gabungan antara bakteri gram

positif yang aerob dan anaerob. Dalam cairan gingival, kira-kira ada 1.8 x

1011 anaerobs/gram. Pada umumnya infeksi odontogen secara inisial

dihasilkan dari pembentukan plak gigi. Sekali bakteri patologik ditentukan,

mereka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi lokal dan menyebar/meluas

seperti terjadinya bacterial endokarditis, infeksi ortopedik, infeksi pulmoner,

infeksi sinus kavernosus, septicaemia, sinusitis, infeksi mediastinal dan abses

otak.

6
Infeksi odontogen biasanya disebabkan oleh bakteri endogen. Lebih

dari setengah kasus infeksi odontogen yang ditemukan (sekitar 60%)

disebabkan oleh bakteri anaerob. Organisme penyebab infeksi odontogen yang

sering ditemukan pada pemeriksaan kultur adalah alpha-hemolytic

Streptococcus, Peptostreptococcus, Peptococcus, Eubacterium, Bacteroides

(Prevotella) melaninogenicus, and Fusobacterium. Bakteri aerob sendiri jarang

menyebabkan infeksi odontogen (hanya sekitar 5%). Bila infeksi odontogen

disebabkan bakteri aerob, biasanya organisme penyebabnya adalah species

Streptococcus. Infeksi odontogen banyak juga yang disebabkan oleh infeksi

campuran bakteri aerob dan anaerob yaitu sekitar 35%. Pada infeksi campuran

ini biasanya ditemukan 5-10 organisme pada pemeriksaan kultur.

Penyebab utama seseorang terkena penyakit Abses gigi adalah ketika

bakteri menginfeksi dan menyebar di dalam gigi, gusi atau jaringan

disekitarnya.

Ada banyak bakteri yang hidup dalam mulut kita. Bakteri yang

terdapat dalam mulut kita akan bergabung dengan sisa-sisa makanan yang

telah kita makan sehingga terbentuk plak gigi. Bakteri yang berada pada plak

akan mengubah karbohidrat menjadi energi yang mereka gunakan untuk

mereproduksi zat asam.

C. Patofisiologis Abses Odontogenik

Abses periapikal dan abses periodontal mempunyai cara berbeda yang

ditempuh oleh bakteri untuk menginfeksi gigi, Bagaimanapun, abses

7
periapikal jauh lebih sering dibandingkan dengan abses periodontal. Abses

periapikal.

Ketika suatu abses periapikal terjadi, bakteri menginfeksi gigi 

akibat karies dentin (lubang kecil, disebabkan oleh kerusakan jaringan gigi)

yang terbentuk dari lapisan keras bagian luar gigi (email). Karies dental

memecahkan email dan lapisan jaringan lunak di lapisan

bawah (tulang gigi), dan dengan cepat mencapai pulpa, yang

dikenal sebagai pulpitis. Selanjutnya bakteri menginfeksi pulpa sampai

mencapai tulang gigi (tulang alveolar), sebagaimana bentuk dari abses

periapikal.

Infeksi gigi merupakan suatu hal yang sangat mengganggu, infeksi

biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah

mendekati ruang pulpa, kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan

akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi gigi dapat

terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis

menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi.

Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang

terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan

atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut.

Penjalaran infeksi odontogen akibat dari gigi yang nekrosis dapat

menyebabkan abses, abses ini dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang

memberikan prognosis baik) dan penjalaran berat (yang memberikan

prognosis tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat

ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran

8
tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa,

abses sub gingiva, dan abses sub palatal, sedangkan yang termasuk penjalaran

yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar

mulut.

Abses Periodontal terjadi ketika bakteri menginfeksi gusi,

menyebabkan penyakit gusi (yang dikenal sebagai periodontitis). Periodontitis

menyebabkan radang di dalam gusi, yang dapat membuat jaringan yang

mengelilingi akar gigi (ligamen periodontal) terpisah dari dasar tulang

gigi. Perpisahan ini menciptakan suatu celah kecil yang dikenal sebagai

suatu poket periodontal, yang sulit untuk dibersihkan, dan menyebabkan

bakteri masuk dan menyebar. Abses Periodontal dibentuk oleh bakteri dalam

poket periodontal. Abses Periodontal selalu terjadi akibat hasil dari:

1. Penanganan gigi yang menciptakan poket periodontal secara kebetulan.

2. Penggunaan antibiotik yang tidak diperlakukan untuk periodontitis, yang

dapat menyembunyikan suatu abses, dan

3. Kerusakan pada gusi, walaupun tidak terdapat periodontitis.

Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung

melalui beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah

(hematogen), transmisi melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan

langsung infeksi dalam jaringan

1. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)

Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di

sekitarnya merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini

meningkatkan kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari

9
daerah yang terinfeksi ke dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi

dan inflamasi juga akan semakin meningkatkan aliran darah yang

selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya organisme dan toksin

masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang berasal dari rongga

mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang

menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan

vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan

tekanan dan edema menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan

karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di

dalamnya dapat berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran

infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala atau faring

sebelum tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap infeksi

tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena

jugularis internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat

membuat sedikit kerusakan. Namun, saat berada di dalam darah,

organisme yang mampu bertahan dapat menyerang organ manapun

yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu. 

2. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)

Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut

kaya dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat

dengan mudah menjalar ke kelenjar limfe regional. Pada rahang

bawah, terdapat anastomosis pembuluh darah dari kedua sisi melalui

pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis tersebut tidak

ditemukan pada rahang bawah. Kelenjar getah bening regional yang

10
terkena adalah sebagai berikut: Banyaknya hubungan antara berbagai

kelenjar getah bening memfasilitasi penyebaran infeksi sepanjang rute

ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau leher atau melalui duktus

torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya.

3. Perluasan langsung infeksi dalam jaringan 

Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material

septik atau organisme ke dalam tulang atau sepanjang bidang fasial

dan jaringan penyambung di daerah yang paling rentan. Tipe terakhir

tersebut merupakan selulitis sejati, di mana pus terakumulasi di

jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk ruang

(spaces), menghasilkan tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh

barier anatomik. Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi

merupakan ruang potensial yang normalnya teriis oleh jaringan ikat

longgar. Ketika terjadi infeksi, jaringan alveolar hancur, membentuk

ruang sejati, dan menyebabkan infeksi berpenetrasi sepanjang bidang

tersebut, karena fasia yang meliputi ruang tersebut relatif padat.

Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu: Perluasan di

dalam tulang tanpa pointing Area yang terkena terbatas hanya di dalam

tulang, menyebabkan osteomyelitis. Kondisi ini terjadi pada rahang

atas atau yang lebih sering pada rahang bawah. Di rahang atas, letak

yang saling berdekatan antara sinus maksila dan dasar hidung

menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam penyebaran infeksi

melalui tulang. Perluasan di dalam tulang dengan pointing

Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi

11
perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan

lunak dan kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini

membentuk abses bukal, palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses

infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan edema di mata. Di

rahag bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal. Apabila

pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau

pusa terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau

peritonsilar.

Perluasan sepanjang bidang fasial Menurut HJ Burman, fasia

memegang peranan penting karena fungsinya yang membungkus

berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta karena adanya

ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga infeksi

dapat menurun. Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang

penting, sesuai dengan klasifikasi dari Burman:

• Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda

• Regio submandibula

• Ruang (space) sublingual

• Ruang submaksila

• Ruang parafaringeal

Penting untuk diingat bahwa kepala, leher, dan mediastinum

dihubungkan oleh fasia, sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar

hingga ke dada. Infeksi menyebar sepanjang bidang fasia karena

mereka resisten dan meliputi pus di area ini. Pada regio infraorbita,

edema dapat sampai mendekati mata. Tipe penyebaran ini paling

12
sering melibatkan rahang bawah karena lokasinya yang berdekatan

dengan fasia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan

kegawatan infeksi odontogenik adalah:

o Jenis dan virulensi kuman penyebab.

o Daya tahan tubuh penderita.

o Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.

o Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.

o Adanya tissue space dan potential space.

D. Gejala dan tanda Abses Odontogenik

Gejala utama abses gigi adalah nyeri pada gigi yang terinfeksi, yang

dapat berdenyut dan keras. Pada umumnya nyeri dengan tiba-tiba, dan secara

berangsur-angsur bertambah buruk dalam beberapa jam dan beberapa hari.

Dapat juga ditemukan nyeri menjalar sampai ketelinga, turun ke rahang dan

leher pada sisi gigi yang sakit.

Pembentukan abses ini melalui beberapa stadium dengan masing-masing

stadium mempunyai gejala-gejala tersendiri, yaitu:

1. Stadium subperiostal dan periostal

• Pembengkakan belum terlihat jelas.

• Warna mukosa masih normal

• Perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat

• Palpasi sakit dengan konsistensi keras

13
2. Stadium serosa

Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika serosa dari

tulang dan pembengkakan sudah ada mukosa mengalami hiperemi dan

merah. Rasa sakit yang mendalam Palpasi sakit dan konsistensi keras,

belum ada fluktuasi

3. Stadium sub mucous

• Pembengkakan jelas tampak

• Rasa sakit mulai berkurang

• Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat

• Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit

• Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi

4. Stadium subkutan

Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit. Warna kulit ditepi

pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat Konsistensi sangat lunak

seperti bisul yang mau pecah. Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi

tidak nyata.

Gejala-gejala umum dari abses adalah:

• Gigi terasa sensitif kepada air dingin atau panas. 

• Rasa pahit di dalam mulut. 

• Nafas berbau busuk. 

• Kelenjar leher bengkak.

• Bahagian rahang bengkak (sangat serius).

• Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang menggigil

• Denyut nadi cepat/takikardi

14
• Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas (malaise)

• Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi trismus

• Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut

• Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis bakteri dapat

menyebabkan pembengkakan dan peradangan di ujung akar.

Gejala utama dari penyakit abses gigi yaitu adanya rasa sakit yang

berdenyut secara intens di area gigi atau gusi seseorang. Seperti yang telah di

katakana sebelumnya bahwa rasa sakit pada gigi seseorang tersebut biasanya

datang secara tiba-tiba dan juga secara bertahap dapat menjadi memburuk jika

seseorang tersebut tidak segera mendapatkan perawatan dari ahlinya.

Selain rasa sakit tersebut, ada juga tanda seperti nanah yang muncul pada area

sekitar gigi seseorang. Kadang-kadang rasa sakit ini dapat juga menjalar ke

telinga seseorang, selanjutnya rahang bawah dan juga leher pada sisi yang

sama dengan gigi yang terkena penyakit abses gigi tersebut. Ada juga yang

dapat menyebabkan pembengkakan parah pada wajah seseorang. Penyakit ini

juga dapat menyebar jika tidak diobati.

Tanda dan gejala abses gigi lainnya adalah sebagai berikut:

1. Gigi menjadi Sensitif terhadap suhu panas dan dingin

2. Gigi menjadi Sensitif terhadap tekanan, seperti misalnya mengunyah atau

menggigit

3. Demam

4. Terjadi pembengkakan pada wajah atau pipi seseorang

5. Perih pada bagian gigi

15
6. Pembengkakan di kelenjar getah bening pada bagian bawah rahang atau di

leher 

7. Adanya cairan yang berasa dan berbau busuk dalam mulut 

8. Terhentinya rasa sakit jika abses pecah

E. Faktor resiko Abses Odontogenik

1. Kesehatan gigi yang buruk: Perawatan gigi yang buruk seperti

tidakmenyikat gigidua kali sehari dantidakmembersihkan gigi dengan

benangdapat meningkatkan risikokerusakan gigi, penyakit gusi, abses

gigi, dan komplikasi.

2. Pola makan tinggi gula: Seringmakan dan minummakanan yang

kayagula, sepertipermen dansoda, dapat menyebabkan gigi berlubang

dan berubah menjadi abses gigi.

F. Komplikasi

Abses gigi tidak akan hilang tanpa pengobatan. Jika abses pecah, rasa

sakit mungkin menurun secara signifikan tapi Anda masih perlu melakukan

pengobatan. Jika abses tidak mengering, infeksi dapat menyebar ke rahang

dan ke area lain dari kepala dan leher. Anda bahkan mungkin beresiko terkena

sepsis, yaitu infeksi mengancam jiwa yang menyebar ke seluruh tubuh Anda.

Jika Anda memiliki sistem imun yang lemah dan abses gigi tidak diobati,

resiko penyebaran infeksi menjadi lebih meningkat.

G. Tes dan diagnosa Abses Odontogenik

Selain memeriksa gigi dan daerah sekitarnya, dokter gigi Anda juga akan:

16
1. Menekan gigi Anda: Gigi yang memiliki abses pada akarnya biasanya

sensitif terhadap sentuhan atau tekanan.

2. Menganjurkan X-ray: X-ray dari gigi yang sakit dapat membantu

mengidentifikasi abses. Dokter gigi juga dapat menggunakan X-ray untuk

menentukan apakah infeksi telah menyebar, dan menyebabkan abses di

daerah lain. Pemeriksaan x-ray secara periapikal dan panoramik perlu

dilakukan sebagai skrining awal untuk menentukan etiologi dan letak fokal

infeksi. 

3. Tes Serologi

Tes Serologi yang paling sering digunakan adalah tes fiksasi komplemen

dan tes aglutinasi. Kedua tes ini digunakan untuk mengetahui etiologi.

H. Penatalaksanaan Abses Odontogenik

Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gigi adalah mengikuti

perawatan gigi dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dalam

beberapa kasus, pembedahan, atau kedua-duanya dimana terperinci di bawah

ini:

1. Prosedur Dental

• Langkah utama yang paling penting dalam penatalaksanaan abses gigi

adalah incisi abses, dan drainase nanah yang berisi bakteri.

Prosedur ini pada umumnya dilakukan apabila sudah di anaestesi lokal

terlebih dahulu, sehingga area yang sakit akan mati rasa. 

Jika abses periapikal, abses akan dipindahkan melalui perawatan

saluran akar untuk mengeluarkan abses dan membuang jaringan yang

17
rusak dari pulpa. Kemudian ditumpat untuk mencegah infeksi

peradangan lebih lanjut.

• Jika abses periodontal, maka abses akan dikeluarkan, dan secara

menyeluruh membersihkan periodontal pocket. Kemudian melicinkan

permukaan akar gigi dengan scaling dan marginal gingiva untuk

membantu penyembuhan dan mencegah infeksi/peradangan lebih

lanjut.

• Jika merupakan abses periapikal dan infeksi berulang, maka harus

membuang jaringan yang rusak

• Jika abses periodontal dan infeksi berulang, maka perawatannya

dengan memindahkan poket periodontal dan membentuk kembali

jaringan gingiva. 

• Dalam stadium periostal meningkat tinggi dan sub periostal dilakukan

trepanasi untuk mengeluarkan abses dan gas gangren yang terbentuk,

kemudian diberikan obat-obatan antibiotik, antiinflamasi, antipiretik,

analgesik dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan abses tidak

meluas dan dapat sembuh.

• Dalam stadium serosa dianjurkan untuk kumur-kumur air garam

hangat dan kompres hangat, supaya abses masuk ke arah rongga mulut.

• Dalam stadium submukosa dan subkutan dimana sudah terjadi

fluktuasi maka dilakukan insisi dan dimasukkan kain gaas steril atau

rubber-dam sebagai drainase, kemudian diberikan obat-obatan

antibiotika, antiinflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia.

Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya

18
dilakukan sesudah pembengkakan sembuh dan keadaan umum

penderita membaik. Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh

dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan

dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.

I. Perawatan dan pengobatan

Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghilangkan infeksi. Untuk mencapai

hal ini, dokter gigi Anda mungkin akan:

1. Membuka dan mengeringkan abses: Dokter gigi akan membuat potongan

kecil ke abses untuk membuat nanah keluar, dan kemudian area dicuci

dengan garam (saline).

2. Melakukan kanal akar: Prosedur inidapat membantu menghilangkan

infeksi dan menyelamatkan gigi Anda. Untuk melakukan hal ini, dokter

akan mengebor gigi dan menghilangkanjaringan pusat yang sakit (pulp)

dan saluran air abses. Dokter kemudian mengisi dan menyegel ruang pulpa

dan saluran akar gigi, serta menutup gigi dengan untukmeningkatkan

kekuatan gigi, terutama untukgigi geraham.

3. Mencabut gigi: Jika gigi yang terinfeksi tidak bisa diselamatkan, dokter

Anda mungkin akan mencabut gigi dan mengeringkan abses untuk

menyingkirkan infeksi.

4. Meresepkan antibiotik: Jika infeksi hanya terjadi pada daerah bengkak,

Anda mungkin tidak perlu antibiotik. Tapi jika infeksi telah menyebar ke

gigi di dekatnya, rahang atau daerah lain, dokter gigi Anda akan cenderung

meresepkan antibiotik untuk menghentikannya dari penyebaran lebih

19
lanjut. Dokter juga merekomendasikan antibiotik jika Anda memiliki

sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Pada masa penyembuhan, dokter gigi mungkin akan menyarankan beberapa

tips untuk mengurangi ketidaknyamanan:

 Berkumur dengan air garam hangat.

 Memakai obat penghilang rasa sakit, sepertiacetaminophen (Tylenol) dan

ibuprofen (Advil, MotrinIB) sesuai kebutuhan.

J. Pencegahan

Menghindari kerusakan gigi sangat penting untuk mencegah abses gigi.

Perawatan gigi yang dapat Anda lakukan adalah:

 Menggunakan air minum fluoride.

 Menyikat gigi setidaknya 2 kali sehari dengan pasta gigi fluoride.

 Gunakanbenang gigiataupembersihinterdentaluntuk membersihkansela-

sela gigi setiap hari.

 Mengganti sikat gigi setidaknya setiap 3 atau 4 bulan.

 Mengkonsumsi makanan sehat, membatasi gula dan makanan ringan.

 Rutin memeriksa gigi ke dokter.

 Menggunakan antiseptik atau obat kumurf luoride untuk menambahkan

lapisan perlindungan terhadap lapisan gigi.

Jika seseorang terindikasi terkena penyakit abses gigi ini maka

segeralah untuk mendatangi dokter gigi atau ahlinya. Pertama-tama seorang

20
dokter gigi biasanya akan mulai untuk menguras nanah yang ada di sekitar

gigi jika seseorang tersebut memiliki nanah di sekitar giginya, hal ini adalah

perawatan dan pengobatan yang sesuai dengan gejala dari penyakit tersebut.

Proses pengurasan ini dilakukan dengan lancing abses atau dengan

cara pengeboran lubang kecil di gigi untuk membiarkan nanah keluar.

Kadang-kadang jika infeksi, akan diresepkan obat antibiotik beberapa hari

setelah menguras nanah tadi. Proses ini bertujuan untuk membersihkan infeksi

yang tersisa. Namun, dalam banyak kasus antibiotik sangat jarang diperlukan.

Jika ada keterlambatan seorang dokter gigi dating ke tempat pasien,

dokter atau perawat biasanya akan memberikan antibiotik. Tujuannya adalah

agar mencegah kemungkinan abses semakin memburuk atau menyebar.

Namun, obat antibiotik tidak akan menghilangkan nanah pada gigi pasien dan

juga tidak dapat menyembuhkan abses. Penderita penyakit ini biasanya masih

perlu untuk mengunjungi dokter gigi untuk benar-benar membersihkan abses

giginya.

Dalam mengobati abses gigi mungkin perlu adanya obat penghilang

rasa sakit seperti ibuprofen atau parasetamol sampai abses dapat dikeringkan

dan diperlakukan. Parasetamol dan ibuprofen dapat di konsumsi oleh pasien

secara bersamaan jika nyeri tidak kunjung reda. Namun, pada beberapa orang

mungkin juga membutuhkan obat penghilang rasa sakit yang kuat dimana ini

harus dengan resep dokter.

21
Ketika area abses dalam proses penyembuhan, dokter gigi juga

biasanya merekomendasikan untuk membilas mulut dengan air garam hangat

dan menggunakan obat penghilang rasa sakit non-resep.

22
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Abses subkutan Odontogenik merupakan komplikasi dari abses dari gigi yang

tidak maupun terlambat dirawat secara prosedur dental sehingga menyebar ke

daerah subkutan yang dapat menimbulkan fistel pada permukaan kulit

2. Etiologi dari abses odontogenik sendiri yaitu bakteri endogen terutama bakteri

anaerob dan jaran ditemukan oleh karena bakteri aerob. Penyebaran bakteri ini

karena abses periodontal maupun abses periapikal tetapi kebanyakan karena

abses periapikal. Sedangkan penyebarannya dapat secara hematogen, limfogen

maupun penyebarab secara langsung pada jaringan sekitar.

3. Penyebaran abses odontogen menjadi abses subkutan sangat dipengaruhi oleh

keadaan umum anak misalnya daya tahan tubuh anak dan virulensi dari bakteri

4. Pencegahan terjadinya abses subkutan pada anak sangat perlu karena

perluasan abses dapat menggangu kondisi dari gigi-gigi permanen yang akan

erupsi.

5. Prinsip perawatan abses subkutan yaitu melakukan insisi pada abses kemudian

dilakukan drainase, yang kemudian dilakukan pencabutan dari gigi yang

menjadi penyebab primer abses.

6. Prognosis dari abses subkutan adalah baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani T, Yanti LA, Effendi S. Penatalaksanaan Abses Leher Dalam


Multipel. 2012;2.

Dewantara IPS, Putra IDGAE, Sucipta IW. Penanganan Abses Parafaring


dengan Pendekatan Transoral. Medicina (B Aires). 2017;48(1):62–6.

Fachruddin D. Abses Leher Dalam. In: Iskandar M, Soepardi AE, editors.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007. p. 226–30.

Indrayani LW, Putra IDAE, Saputra KAD, Suardana W. Karakteristik


Penderita Abses Peritonsil di RSUP Sanglah Denpasar Periode Tahun
2010-2014. Medicina (B Aires). 2018;49(2):161–5.

Hapsari LP. Profil Mikroorganisme pada Abses Leher Dalam akibat Infeksi
Odontogenik di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2010-2015. Univ Gadjah Mada.
2016.

Novialdi, Pulungan MR. Pola Kuman Abses Leher Dalam. Bagian Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. :1–9.

Novialdi, Prijadi J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Peritonsil.


Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Peritonsil. 2014;1–10.

Palmasari A, Hadi P. Tatalaksana Ulkus yang Disebabkan oleh Pecahnya


Abses Peritonsilar. 2011.

Rahman S. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Leher Dalam. In:


Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan
Tenggorok. Padang; 2013.

Soepardi AE, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta; 2007.

Surarso B. Abses Leher Dalam. In: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan


IX Ilmu Kesehatan THT-KL. Surabaya; 2011. p. 123–32.

24

Anda mungkin juga menyukai