Matthew A. Cavender
ABSTRAK
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada orang dewasa dan ditandai dengan resistensi insulin yang
mengakibatkan terjadinya hiperglikemia. Diabetes meningkatkan risiko kejadian mikrovaskuler
dan makrovaskuler. Akibatnya, pasien dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi meninggal
akibat penyakit kardiovaskular dan berisiko lebih tinggi terkena gagal jantung. Lama menderita
dan derajat kontrol glikemik merupakan prediktor signifikan untuk kejadian di masa depan.
Dengan demikian, identifikasi pasien yang berisiko diabetes, pradiabetes, dan diabetes onset baru
memungkinkan terapi intensif yang dapat mengurangi kemungkinan berkembangnya diabetes
dan mengurangi risiko komplikasi diabetes. Pasien dianggap menderita diabetes jika memiliki
glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL, tes toleransi glukosa oral dengan glukosa 2 jam postprandial
≥200 mg/dL, HbA1c ≥6,5%, atau glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL. Olahraga, penurunan
berat badan, dan metformin dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan merupakan strategi
efektif untuk mengurangi risiko diabetes pada pasien pradiabetes. Obat dari dua kelas yang
berbeda telah terbukti efektif dalam mengurangi kejadian kardiovaskular khususnya pada pasien
dengan diabetes. SGLT-2 inhibitor, liraglutide, dan semaglutide telah terbukti mengurangi
kejadian kardiovaskular pada pasien dengan diabetes. Karena tingginya derajat penyakit
kardiovaskular pada pasien dengan diabetes, upaya untuk menggunakan obat-obatan dengan
manfaat kardiovaskular yang terbukti disertai dengan modifikasi faktor risiko kardiovaskular
yang intensif, menawarkan kemampuan untuk mengurangi kejadian kardiovaskular pada
populasi pasien yang berisiko tinggi ini.
KATA KUNCI
Gagal jantung
HbA1c SGLT-2i
Troponin sensitivitas tinggi
GLP-1 agonis
Infark miokard
Pradiabetes
Diabetes Tipe 2
Diabetes dan Kejadian Kardiovaskular
Matthew A. Cavender
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Diabetes melitus adalah keadaan defisiensi insulin yang menyebabkan peningkatan glukosa
darah. Etiologi dari defisiensi insulin secara luas dapat diklasifikasikan menjadi diabetes tipe 1
atau diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 ditandai dengan proses autoimun yang mengakibatkan
disfungsi sel β dan produksi insulin yang tidak memadai. Bentuk diabetes ini sering muncul
selama masa kanak-kanak atau remaja, dan membutuhkan suplemen insulin karena produksi
insulin yang tidak memadai oleh pankreas.
Diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang dewasa dan ditandai dengan resistensi insulin.
Karena kebanyakan pasien dewasa menderita diabetes tipe 2, kelompok inilah yang akan
menjadi fokus bab ini. Semua mekanisme yang mendasari perkembangan resistensi insulin
belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Kemungkinan penyakit ini disebabkan oleh interaksi
berbagai faktor yang berbeda, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup, yang
semuanya berkontribusi pada perkembangan penyakit. Jelas bahwa obesitas memainkan peran
sentral dan menurunkan respons tubuh terhadap insulin. Penurunan respons tubuh terhadap
insulin dikenal sebagai resistensi insulin, dan pasien dengan resistensi insulin dianggap memiliki
pradiabetes. Pada pasien dengan pradiabetes, kadar insulin yang lebih tinggi diperlukan untuk
mempertahankan homeostasis glukosa. Peningkatan kebutuhan menyebabkan sel-sel β yang
memproduksi insulin pada organ pankreas bekerja di bawah tekanan. Pada akhirnya, pankreas
tidak lagi mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mempertahankan euglikemia, dan
dengan demikian, terjadi hiperglikemia. Pasien-pasien ini dianggap telah berkembang dari
pradiabetes menjadi diabetes tipe 2. Pada pasien diabetes tipe 2 yang berlangsung lama dan tidak
terkontrol dengan baik, produksi insulin dapat turun, memperburuk defisiensi insulin dan
produksi glukosa hepatik yang berlebihan, mengakibatkan fisiologi yang dapat menyerupai
diabetes tipe 1.
Penyakit diabetes tipe 2 meningkatkan risiko beberapa kejadian kesehatan yang merugikan,
termasuk kematian. Secara garis besar, komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi mikrovaskuler
atau makrovaskuler (Gambar 17.1). Gangguan mikrovaskuler termasuk retinopati (diabetes tetap
menjadi penyebab utama kebutaan), nefropati (yang dapat menyebabkan penyakit ginjal stadium
akhir), dan neuropati. Komplikasi makrovaskular dari diabetes mengacu pada kejadian yang
sebagian besar terlihat pada pembuluh darah yang lebih besar dan termasuk infark miokard,
stroke, dan penyakit arteri perifer. Pasien dengan diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk kejadian aterosklerosis dan iskemik.
Diabetes dan Kejadian Kardiovaskular
Matthew A. Cavender
EPIDEMIOLOGI
Diabetes dan Kejadian Kardiovaskular
Matthew A. Cavender
Prevalensi diabetes meningkat di seluruh dunia. Pada tahun 1980, diperkirakan 108 juta orang
menderita diabetes, dan itu mempengaruhi sekitar 4,3% dari populasi dunia. Selama 25 tahun
terakhir, tingkat diabetes telah tumbuh secara eksponensial, sehingga pada tahun 2014,
diperkirakan 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan mempengaruhi sekitar 9%
pria dan 8% wanita. Meskipun beberapa dari peningkatan ini diyakini sebagai akibat sekunder
dari penuaan populasi, peningkatan prevalensi obesitas secara keseluruhan dianggap sebagai
pendorong yang cukup besar untuk peningkatan prevalensi lebih dari empat kali lipat. Angka
kejadian diabetes diperkirakan akan terus meningkat, dan beberapa penelitian menunjukkan
bahwa >700 juta orang mungkin menderita diabetes pada tahun 2025.
Pasien dengan diabetes memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien tanpa diabetes. Saat mengevaluasi alasan perbedaan tingkat kematian, penyumbang
terbesar dari kematian pada pasien diabetes adalah kejadian kardiovaskular. Dengan demikian,
menargetkan kejadian kardiovaskular kemungkinan merupakan strategi yang paling efektif untuk
meningkatkan hasil pada pasien dengan diabetes. Meskipun tingkat komplikasi kardiovaskular
menurun, baik pada populasi umum dan pada pasien dengan diabetes, peningkatan besar jumlah
pasien dengan obesitas dan diabetes dapat mengancam penurunan jangka panjang pada tingkat
kejadian kardiovaskular.
MANIFESTASI KLINIS
Durasi diabetes dan derajat kontrol glikemik dengan diabetes merupakan prediktor signifikan
komplikasi diabetes di masa depan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
hemoglobin glikosilasi (HbA1c), yang merupakan penanda kadar glukosa selama 3 bulan
sebelumnya, memprediksi kejadian kardiovaskular pada pasien baik dengan dan tanpa diabetes.
Durasi diabetes juga merupakan prediktor independen yang signifikan dari komplikasi diabetes
di masa depan. Dengan demikian, identifikasi pasien yang berisiko diabetes, pradiabetes, dan
diabetes onset baru memungkinkan terapi intensif yang dapat mengurangi risiko komplikasi
jangka panjang dari diabetes.
American Diabetes Association (ADA) telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko penting
yang terkait dengan perkembangan diabetes: kurangnya aktivitas fisik; pasien dari ras atau etnis
Afrika Amerika, Latin, Amerika Asli, Asia Amerika, Kepulauan Pasifik; pasien dengan riwayat
keluarga diabetes (terutama mereka yang memiliki kerabat tingkat pertama yang menderita
diabetes); wanita yang sebelumnya didiagnosis dengan diabetes gestasional; pasien dengan
hipertensi; pasien dengan HDL rendah (<35 mg/dL) dan/atau trigliserida tinggi (>250 mg/dL);
pasien dengan bukti resistensi insulin (HbA1C ≥5.7%); pasien dengan gangguan toleransi
glukosa (glukosa 140-199 mg/dL pada tes toleransi glukosa 2 jam) atau gangguan glukosa puasa
(100-125 mg/dL); pasien dengan obesitas parah; pasien dengan akantosis nigrikans dan/atau
sindrom ovarium polikistik; pasien dengan hipertensi (≥140/90 mmHg atau dalam pengobatan);
dan pasien dengan penyakit kardiovaskular yang diketahui, semuanya merupakan prediktor
independen untuk menderita diabetes.
Diabetes dan Kejadian Kardiovaskular
Matthew A. Cavender
Pedoman saat ini merekomendasikan skrining diabetes pada pasien yang kelebihan berat
badan dan/atau obesitas dan memiliki setidaknya satu dari faktor risiko diabetes yang disebutkan
sebelumnya. Diagnosis diabetes memerlukan setidaknya satu dari empat temuan klinis yang
berbeda: (1) glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL; (2) tes toleransi glukosa oral (ekivalen dengan
75 g glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air) dengan glukosa 2 jam post prandial ≥200
mg/dL; (3) HbA1C ≥6,5%; atau (4) glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL.
Pasien dianggap memiliki pradiabetes jika HbA1c 5,7%-6,4% (kriteria tambahan untuk
pradiabetes termasuk glukosa plasma puasa 100-124 mg/dL atau tes toleransi glukosa dengan
glukosa 2 jam post prandial 140-199 mg/dL). Pasien dengan pradiabetes memiliki peningkatan
risiko terkena diabetes dari waktu ke waktu, dan pasien dengan tes lebih dekat ke kisaran atas
untuk pradiabetes memiliki risiko lebih besar daripada pasien dengan hasil tes yang lebih dekat
ke kisaran yang lebih rendah. Pasien dengan diabetes harus dianjurkan untuk memulai program
olahraga, penurunan berat badan, memulai terapi yang dirancang untuk memodifikasi faktor
risiko kardiovaskular, dan mengurangi risiko kejadian kardiovaskular. Studi sebelumnya telah
menunjukkan bahwa olahraga dan penurunan berat badan sangat berkhasiat dalam mengurangi
risiko terkena diabetes.
MANAJEMEN DAN TERAPI
Penatalaksanaan pasien dengan diabetes tergantung pada apakah pasien memiliki pradiabetes
dan/atau sensitivitas insulin atau telah berkembang menjadi diabetes tipe 2. Tujuan terapi untuk
pasien dengan pradiabetes fokus pada peningkatan kontrol faktor risiko dan mencegah
perkembangan dari resistensi insulin menjadi diabetes. Rekomendasi saat ini berfokus pada
terapi yang terbukti meningkatkan sensitivitas insulin. Olahraga dan penurunan berat badan
meningkatkan sensitivitas insulin dan telah terbukti menjadi strategi yang efektif untuk
mengurangi risiko perkembangan menjadi diabetes. Dalam uji coba terhadap 3234 pasien dengan
peningkatan glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa dengan glukosa 2 jam post prandial
tetapi tanpa diabetes, pasien yang diacak untuk program modifikasi gaya hidup dengan tujuan
penurunan berat badan ≥7% dan aktivitas fisik 150 menit per minggu memiliki insiden diabetes
yang lebih rendah. Dalam studi yang sama ini, pasien yang diacak dengan pemberian metformin
juga memiliki tingkat diabetes yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menjalani
perawatan biasa. Namun, kejadian diabetes dengan onset baru paling rendah ditemukan pada
pasien yang menerima intervensi gaya hidup. Jadi, pada pasien dengan pradiabetes, modifikasi
gaya hidup dan pemberian metformin merupakan dasar dari rekomendasi pengobatan saat ini.
Pada pasien dengan pradiabetes yang pernah mengalami stroke atau transient ischemic attack,
pengobatan dengan pioglitazone telah terbukti efektif dalam mengurangi perkembangan menjadi
diabetes dan mengurangi risiko stroke atau infark miokard di masa depan.
Pada pasien dengan diabetes, tujuan terapi fokus pada pencegahan komplikasi mikrovaskular
dan makrovaskular. Identifikasi dini retinopati melalui pemeriksaan mata diabetik, deteksi
nefropati dengan mikroalbumin urin, dan pemeriksaan kaki diabetik untuk mengidentifikasi
Diabetes dan Kejadian Kardiovaskular
Matthew A. Cavender
neuropati dan komplikasinya merupakan landasan untuk mencegah komplikasi mikrovaskuler
(Gambar 17.3). Kontrol glikemik dan obat penurun glukosa sangat penting dalam mencegah
komplikasi mikrovaskuler diabetes. Pada United Kingdom Prospective Diabetes Study
(UKPDS), kejadian mikrovaskuler seperti nefropati diabetik berkurang dengan kontrol glukosa
intensif. Meskipun penelitian ini dilakukan di era di mana obat-obat untuk diabetes terbatas, dan
faktor risiko kardiovaskular tidak dikontrol secara agresif, ada peran lanjutan untuk kontrol
glikemik dalam mengurangi komplikasi mikrovaskular.