Terhadap Penyakit
Jantung
Mata Kuliah : Metodologi Keperawatan
Dosen Pengampu : Dr.Megawati,S.Kep.Ns,M.Kes
Disusun Oleh : Kelompok 5 (1C D3 Keperawatan)
PENGERTIAN DM TERHADAP JANTUNG
IDefinisi Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis dan gangguan
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kombinasi
keduanya.
Epidemiologi
Prevalensi penderita DM di dunia saat ini adalah ± 195 juta jiwa dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Sekitar 97%
diantaranya adalah penderita DM tipe 2. Jumlah ini akan meningkat menjadi ± 330-500 juta pada tahun 2030. Kenaikan ini
akan berdampak pada peningkatan jumlah penderita diabetes dengan penyakit kardiovaskular.
Di Amerika,DM tipe 2 sekarang epidemi, terjadi peningkatan kasus sebanyak 61% dari tahun 1990-2001, dan pada tahun
2005 ada sekitar 21 juta jiwa penderita DM tipe 2, epidemi dari DM juga terus bertambah di negara berkembang. Di
Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan sekitar ± 8,4 juta penderita DM dan diperkirakan pada tahun 2030 nanti menjadi ±
21,3 juta.Meningkatnya kasus DM berhubungan dengan perubahan gaya hidup yang menyebabkan kelebihan berat badan
dan penurunan aktifitas fisik, perubahan lingkungan ini diikuti dengan adanya predisposisi genetik, meningkatnya resistensi
insulin yang akhirnya menimbulkan kerusakan beta sel yang progresif.
Prevalensi diabetes secara spesifik meningkat dengan bertambahnya umur terutama pada dekade 7 dan 8 pada wanita
maupun pria. Prevalensi DM pada kelompok umur < 60 thn sekitar < 10 %, dan pada kelompok umur 60-69 thn 10-20%,
pada yang lebih tua sekitar 15-20 %, diperkirakan ada sekitar 30-40 % yang punya resiko suatu saat menjadi diabetes.
Prevalensi IGT meningkat secara linier dengan umur, prevalensi ganguan hoemostasis glukosa ini pada umur pertengahan
sekitar 15 % dan pada yang lebih tua antara 35-40%.
Dua penelitian cohort besar yaitu Multipel Risk Faktor International Study dengan
5000 populasi laki-laki yang diikuti selama 12 tahun, menunjukkan angka kematian
pada pasien DM meningkat lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan pasien non
DM, dan The Chicago Heart Association Project in Industry Study yang diikuti
selama 22 tahun juga menunjukkan hal yang sama.
PENYEBAB DIABETES MELITUS TERHADAP JANTUNG
KORONER
Diabetes merupakan penyakit yang dapat dikendalikan oleh beberapa tindakan seperti
konsumsi obat dan pola hidup yang sehat. Namun, dalam kondisi kadar gula darah yang
normal atau terkendali pun tetap dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan
stroke. Hal tersebut dikarenakan seseorang dengan diabetes, umumnya juga memiliki
kondisi tubuh seperti:
• Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung.
Menurut penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah tinggi
dan kurangnya insulin dengan peningkatan resiko penyakit jantung.
• Kadar kolesterol dan trigliserida tinggi
Penyebab paling umum penyakit jantung pada seseorang yang memiliki diabetes dalah
pengerasan pembuluh darah atau aterosklerosis yang terjadi karena penumpukan
kolesterol dalam pembuluh darah yang mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke jantung.
Seseorang dengan diabetes sering juga memiliki kadar kolesterol LDLdan trigliserida
yang tinggi. Profil kolesterol yang buruk pada penderita diabetes dapat menyebabkan
terjadinya penyakit jantung koroner.
• Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung dan sangat lekat
hubungannya dengan penurunan sensitifitas insulin.
• Kurang beraktifitas fisik
Kurangnya berolahraga dapat meningkatkan resiko penurunan sensitifitas insulin dan
penyakit kardiobaskular. Berolahraga memiliki banyak manfat seperti mencegah
terjadinya diabetes tipe dua, kenaikan tekanan darah dan mengurangi resiko terjadinya
penyakit jantung dan stroke.
● Gula darah yang tidak terkendali
Gula darah yang terlalu tinggi atau diatas rentang normal dapat menyebabkan gula darah
naik ke kondisi yang berbahaya.
● Merokok
Seorang yang merokok memiliki resiko tinggi mengalami penyakit jantung dan stroke.
Terlepas memiliki diabetes atau tidak.
Tanda dan Gejala
Ada dua faktor ata gejala pada DM terhadap Jantung yaitu:
• Kardiovaskular Tipikal
• Kardiovaskular Atipikal
rasa tertekan/ berat di daerah retrosternal menjalar ke lengan kiri, leher,
rahang, area interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat
berlangsung intermiten/ beberapa menit atau persisten (> 20 menit).
Keluhan angina tipikal sering disertai keluhan penyerta seperti
diaphoresis, mual/ muntah, nyeri abdominal, sesak napas, dansinkop.
Presentasi angina atipikal yang sering dijumpai antara lain nyeri di
daerah penjalaran angina tipikal, rasa gangguan pencernaan
(indigestion), sesak napas yang tidak dapat diterangkan, atau rasa lemah
mendadak yang sulit diuraikan
Patofisiologi DM terhadap Jantung Koroner
Patofisiologi Komplikasi Penyakit Jantung Koroner pada Diabetes
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa DM memberikan dampak komplikasi pada mikrovaskular maupun
makrovaskular, komplikasi mikrovaskular berupa nefropati, neuropati dan retinopati, sedangkan makrovaskular berupa
aterosklerosis koroner, serebral dan arteri perifer.
Komplikasi pada penyakit kardio vaskular sangat berpengaruh pada tingkat morbiditas dan mortalitas pasien DM. Dari
berbagai penelitian disebutkan bahwa DM berhubungan langsung dengan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas terutama penyakit jantung koroner (PJK).Penyebab komplikasi PJK pada pasien DM bersifat multi faktorial,
melibatkan interaksi komplek dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia, hiperlipidemia, stres oksidatif, resistensi
insulin / hiperinsulnemia, dan / atau hiperproinsulinemia serta perubahan-perubahan pada proses koagulasi dan
fibrinolisis. Patofisiologi terjadinya komplikasi kardiovaskular pada diabetes didasari pada terjadinya abnormalitas
fungsi endothel dan otot polos pembuluh darah, dimana akan mempermudah terjadinya trombosis yang berperan besar
pada proses aterosklerosis dan komplikasi-komplikasi yang lain.
1. Diabetes, Hiperglikemia dan Nitrit Oxide (NO)
Pada keadaan normal sel endotel secara aktif mengeluarkan bahan aktif Nitric Oxide (NO), zat ini secara simultan
dihasilkan oleh Endothelial NO synthase (eNOS) dengan mengoksidasi 5 elektron dari guanidine-nitrogen L-arginine.
Ketersediaan NO secara terus menerus merupakan kunci dari pembuluh darah yang normal. NO bekerja sebagai
vasodilator pembuluh darah dan melindungi endothel pembuluh darah dari kerusakan endogen seperti, aterosklerosis
dengan memberikan signal untuk mencegah interaksi platelet dan leukosit dengan dinding pembuluh darah, juga
mencegah proliferasi dan migrasi otot polos pembuluh darah. Sebaliknya pada keadaan NO yang berkurang akan
meningkatkan aktifitas transkripsi proinflamasi faktor yaitu Nuclear Factor kappa B (NF-κB), yang menyebabkan
terpaparnya melekul adhesi leukosit dan mensekresi kemokin dan sitokin, keadaan ini akan menimbulkan migrasi dari
monosit dan sel otot polos pembuluh darah ke bagian intima dan membentuk sel busa (foam cells) , yang mendasari
awal perubahan morfologi terjadinya aterosklerosis. Ketersediaan NO Sangat bergantung pada keseimbangan antara
produksi oleh eNOS dan pemecahannya yang disebabkan radikal bebas. 8,9,10
Konsentarsi glukosa intrasel dari sel endotel dicerminkan oleh glukosa ekstrasel. Bukti dari banyak penelitian
menunjukkan bahwa keadaan hiperglikemia akan menurunkan NO endotel, yang mengakibatkan penurunan efek
vasodilatasi pembuluh darah.
Hiperglikemia akan meningkatkan produksi beberapa zat reaktif oksigen (anion superoxide) yang akan menginaktifkan
NO ke bentuk peroxynitrite. Hiperglikemia awalnya akan meningkatkan produksi anion superoxide melalui transfer
oksigen dari mitokondria. Superoxide anion ini kemudian merangsang endotel membentuk elemen-elemen sel yg nantinya
akan menghasilkan radikal bebas. Sebagai contoh aktifitas anion seperoxide terhadap Protein C Kinase (PCK), dan
sebaliknya juga, aktifitas dari PCK ini juga akan merangsang pembentukan anion superoxide berikutnya. Aktifitas PKC
berakibat pada regulasi dan aktifasi pada NAD(P)H yang berikutnya menghasilkan anion superoxide, anion superoxide
akan mengaktifkan jalar hexosamine yang akan menurunkan aktifitas NOS dan akhirnya akan mengganggu keseimbangan
NO dan menginaktifkan efeknya.
Peningkatan anion superoxide dari mitokondria juga akan meningkatkan produksi Advanced Glycation End Products
(AGEs) intraseluler. Protein ini akan berefek pada fungsi seluler dimana AGEs akan meningkatkan produksi radikal bebas.
AGEs di bagian lain juga akan merangsang Receptor AGEs (R-AGEs) , keadaan ini juga akan meningkatkan produksi
anion superoxide. Hiperglikemia juga merangsang molekul stres oksidatif melalui peningkatan dimethylarginine yang
merupakan zat kompetitif dari NOS. Hipeglikemia juga meningkatkan produksi “second messenger diacylglycerol “dari
lipid yang akan mengaktifasi PCK, aktifasi jalar ini akan menginhibisi jalur phosphatidylinositol 3 kinase, dengan
demikian akan mengurangi aktifitas Akt kinase dan aktifitas “ phosporilasi” pada NOS, sehingga produksi NO berkurang.
Suatu enogenous kompetitor terhadap NO telah diketahui yang nantinya memperantarai suatu kerusakan fungsi
vasodilator endothel yaitu Asimetrical Dimethilarginin (ADMA). Peningkatan secara langsung disebabkan oleh adanya
resistensi insulin. Akumulasi dari ADMA ini akan membuat kerja NO melemah.
2. Diabetes, Asam Lemak Bebas dan Gangguan Endothel
Jumlah asam lemak bebas / Free Fatty Acid (FFA) dalam sirkulasi pasien diabetes
meningkat disebabkan pelepasan dari jaringan adiposa dan menurunnya pengambilan dari
otot skeletal. Peninggian dari FFA bebas ini menyebabkan gangguan pada endothel melalui
beberapa mekanisme termasuk peninggian produksi radikal bebas, aktifitas PKC dan
dislipidemia itu sendiri. Hal ini telah dibuktikan dengan memberi FFA melalui infus pada
binatang percobaan yang berakibat menurunnya vasodilatasi pembuluh darah, dan dengan
menginfus kembali dengan anti oxidan membuat vasodilatasi kembali.
FFA akan mengaktifasi sumber enzimatik oxidan intraselular, termasuk Pkc, NADPH
oxidase dan eNOS yang menghasilkan peningkatan dari superoxide yang akhirnya
menurunkan aktifitas dari NOS.
Respon dari liver terhadap meningkatnya FFA dengan meningkatkan produksi VLDL
dan ester colesterol dan akhirnya akan meningkatkan trigliserida dan berkurangnya aktifitas
lipoprotein lipase sehingga menimbulkan hipertrigliserida yang khas pada penderita diabetes.
Gangguan dari lipid ini menyebabkan perubahan pada morfologi dari LDL yang sangat
aterogenik (small dense LDL). Hipertrigliserida, rendahnya HDL dan tingginya LDL
berhubungan dengan ganguan fungsí dari endotel.
3. Diabetes, Endotel dan Vasokontriktor
Pada penderita diabetes disfungsi endotel tidak hanya disebabkan oleh menurunnya NO saja,
tetapi juga disebabkan oleh meningkatnya sintesa zat-zat vasokontriksi prostanoids dan endotelin.
Pada keadaan hiperglikemia ekspresi dan jumlah siklooksigenase-2 mRNA meningkat dan keadaan ini
telah dibuktikan pada beberapa penelitian.
Pada keadan produksi endotelin yang berlebihan akan merangsang proses inflamasi yang
menyebabkan vasokontriksi dan proliferasi otot polos pembuluh darah.
2.2. Insulin
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit (subkutan). Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena
secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang), tetapi dapat juga
diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah harian. Untuk menyuntik insulin kombinasi kerja cepat dan menengah atau panjang, diperlukan teknik khusus
untuk mencampur kedua macam insulin tersebut dalam satu semprit. Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula
mengenai rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dapat dipakai lebih dari satu kali
(sampai satu minggu) oleh pasien yang sama. Jarum suntik dapat dipakai sampai dirasakan tidak nyaman lagi.
Harus diperhatikan benar konsentrasi insulin (U40, U100). Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap (U40 atau U100), tidak berganti-
ganti, dengan semprit yang sesuai (semprit U40 untuk insulin U40, semprit U100 untuk insulin U100).
THANK
GUYS