Mutia Azzahra
Mutia Azzahra
UU No.22 Tahun
2009 mejadi
pedoman
penyelenggaraan
fasilitas publik
sehingga bagi
pengguna jalan
memperoleh
kepastian hukum
apabila terjadi
masalah.
Kurangnya dana
yang dimiliki
pemerintah
menyebabkan
kurang
maksimalnya
program fasilitas
publik (trotoar).
2 Prawiradika, G. Terhambatnya Teknik Peraturan Daerah
N. A.; Mangku, Penerapan pengumpulan Nomor 6 Tahun
D. G. S.; dan Peraturan Daerah data yang 2009 Tentang
Nomor 6 Tahun digunaka, yaitu
Ketertiban Umum
Suastika, I. N.
2009 Tentang teknik studi Terkait Parkir
(2020). Jurnal Ketertiban Umum dokumen, teknik
Kendaraan di
Komunitas disebabkan oleh observasi, danTempat Umum
Yustisia faktor internal dan wawancara. belum
Universitas faktor eksternal. terimplementasikan
Pendidikan Menggunakan dengan baik
Ganesha Program Faktor internal di jenis penelitian sehingga fasilitas
antaranya adalah hukum empiris, trotoar
Studi Ilmu
kurangnya fasilitas,yaitu penelitian disalahgunakan
Hukum. 3 (3). yang digunakan hukum yang karena kurangnya
dalam penerapan menganalisis dan pengetahuan
sehingga penerapan mengkaji masyarakat akan
sanksi tidak dapat berlakunya budaya hukum.
dilakukan, tidak hukum di dalam
dapat dilanjutkan masyarakat.
ke proses
pengadilan, Sifat penelitian
keterbatasan pihak yang digunakan
pengawasan, dan adalah deskriptif.
tidak tersedianya
tempat parkir.
Faktor eksternal di
antaranya tidak ada
akses jalan untuk
ke rumah
dikarenakan
padatnya rumah
masyarakat,
kebiasaan
masyarakat
memarkir
kendaraan di
tempat umum, dan
adanya kegiatan
upacara adat
sehingga
menggunakan
tempat umum,
yaitu trotoar
sebagai tempat
parkir.
3 Avianto, B. N. Disarankan adanya Menggunakan Pelayanan jalur
dan Fauziah, S. N. penguatan sistem metode survey ramah disabilitas di
(2020). Syntax pengawasan atau untuk trotoar Jalan
monitoring memperoleh Margonda Kota
Literate: Jurnal
terhadap fasilitas gambaran tentang
Depok masih
Ilmiah Indonesia. umum agar tetap pelayanan meretas berbagai
5 (9). diperuntukkan aksesibilitas kendala dan
seperti tujuan difabel. ketersediaan
semula, misalnya sarananya belum
trotoar khusus bagi efektif, terganggu
difabel memang oleh aktivitas non-
harus difabel yang
dipertahankan, digunakan untuk
jangan sampai berdagang, parkir
terganggu oleh kendaraan,
aktivitas lain. tumpukan sampah,
dan kurangnya
perhatian
pemerintah
terhadap perbaikan
serta pemeliharaan.
4 Kurniawan, F. Bagi bidang Menggunakan Pola persebaran
(2019). Jurnal pendidikan dengan pendekatan pedagang kaki lima
Muara Sains, membantu induktif, yaitu berbentuk
pemerintah langsung memanjang dan
Teknologi,
membuat pengamatan ke memiliki pola
Kedokteran, dan perencanaan kota lapangan. pelayanan menetap
Ilmu Kesehatan. 3 mengenai lokasi Melakukan dan setengah
(1), 171-182. berdagang. wawancara menetap, pola-pola
dengan pedagang ini banyak menjadi
Bagi pemerintah kaki lima. pilihan pedagang
melakukan Pengelolaan data kaki lima karena
perubahan desai diperoleh dari aksesibilitas yang
trotoar dengan dua bacaan jurnal tinggi sehingga
jalur yang memiliki sejenis dan isu berpotensi besar
lebar cukup dan terbaru. untuk
terpisah untuk mendatangkan
pejalan kaki. Perlu konsumen.
adanya pengawasan
sebagai tindak
lanjut peraturan
informal agar dapat
bermanfaat.
5 Wirahaji, I. B. Trotoar sebagai Metode penelitian Terdapat beberapa
(2020). Jurnal bagian yang ini dilakukan penyimpangan
Sewaka Bhakti. 5 terintegrasi dari dengan fungsi dan
(2), 33-47. infrastruktur jalan pengamatan geometrik trotoar
harus dapat (observasi) yang dapat
menunjang nilai langsung di membahayakan
estetika di kawasan lapangan dengan pejalan kaki dan
destinasi wisata. berjalan kaki. tidak mendukung
Penataan ulang nilai estetika.
trotoar seperti
tinggi trotoar, lebar,
paving stone, dan
kereb dengan cat
warna standar.
6 Fathimah, K. dan Tempat-tempat Menggunakan Kemampuan yang
Apsari, N. C. penyelenggaraan metode studi dimiliki oleh
(2020). Jurnal pelayanan publik kepustakaan. penyandang
seperti halnya Untuk disabilitas sangat
Kolaborasi
desain trotoar yang memperoleh data bertolak belakang
Resolusi Konflik. dibangun dengan yang diperlukan, dengan penyediaan
2 (2), 120-132. memperhatikan peneliti fasilitas atau
aksesibilitas para menggunakan kebijakan yang
penyandang dokumentasi dan diberikan untuk
disabilitas dapat studi literatur. pelayanan bagi
menerima dirinya penyandang
dan berusaha untuk disabilitas. Hal ini
mengembangkan berpengaruh
dirinya dan dapat terhadap
berpatisipasi atas kemandirian pada
dasar kesamaan remaja penyandang
dalam berbagai disabilitas dalam
aspek kehidupan di melakukan Activity
masyarakat. Daily Living
7 Saraswati, Z. F. Pengembangan Menggunakan Perencanaan
(2020). Jurnal jalur pejalan kaki metode penelitian prasarana jalur
Arsitektur. 10 (2), secara intrinsik deskriptif pejalan kaki harus
haruslah kuantitatif dan dilakukan
63-68
mengedepankan kualitatif. berdasarkan
kepentingan Penggambaran kebutuhan
pejalan kaki. Hal secara deskriptif pengguna ruang.
ini dapat dilakukan untuk Memperhatikan
dengan menggambarkan kinerja jalur pejalan
memperbaiki kondisi yang kaki dengan
kerusakan pada terjadi dalam mempertimbangkan
perkerasan jalur pengamatan. preferensi dan
pejalan kaki serta Pengamatan karakteristik
mengaplikasikan kualitatif pengguna.
kebutuhan ditujukan untuk
minimum lebar mengunggap
jalur pejalan kaki melalui model
yakni 1.5 tanpa matematis,
hambatan apapun pengamatan
(Dirjen Penataan kualitatif
Ruang, 2008). dilakukan untuk
Perlu mengeksplor
mempertimbangkan fenomena-
karakteristik dari fenomena yang
pengguna jalur tidak dapat
pejalan kaki dan dikuantifikasikan.
diperlukan
penelitian lanjutan
mengenai analisis
stakeholder yang
terkait dalam
pengembangan
jalur pejalan kaki.
Pembenahan kota
harus dilakukan
melalui
pengoptimalan
kawasan yang
kompak (compact)
dan efektif efisien.
Upaya pembenahan
ini juga harus
mempertimbangkan
semua aspek
termasuk
konektivitas untuk
semua moda travel
salah satunya
pedestrian.
ABSTRAK
Trotoar adalah fasilitas publik yang terintegrasi dengan jalan dan disediakan khusus bagi
pejalan kaki baik penyandang disabilitas maupun non-disabilitas. Metode yang digunakan
dalamBerdasarkan hasil penelusuran dari berbagai jurnal dan artikel mengenai fasilitas
trotoar ini menunjukkan bahwa kondisi trotoar yang masih belum memenuhi ketentuan
selayaknya trotoar dapat digunakan sesuai fungsinya. Namun dalam pembenahan jalur
trotoar tidak terlepas dari adanya eksternalitas negatif dikarenakan digunakan sebagai
tempat pedagang kaki lima dan parkir liar ini membahayakan pejalan kaki yang mungkin
harus melewati sisi jalan lalu lintas kendaraan yang dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan. Adanya fasilitas trotoar yang aman dan nyaman serta memenuhi ketentuan
dan penegasan hukum yang berlaku akan mampu memberikan eksternalitas yang positif
bagi pejalan kaki, terlebih lagi sebagai upaya pemerintah mengurangi polusi kendaraan.
Dengan didukungnya fasilitas trotoar dalam penataan suatu wilayah akan memberikan
dampak mobilitas yang baik bagi masyarakat yang menggunakannya.
Kata Kunci: Trotoar, Pejalan Kaki, Pemerintah, Eksternalitas
PENDAHULUAN
Pemerintah berperan penting dalam pemenuhan penyediaan barang publik
yang layak dan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang telah ditetapkan
terkait barang publik. Barang publik merupakan barang yang dapat digunakan
tanpa batas oleh setiap masyarakat guna memenuhi kebutuhannya dan dinikmati
tanpa mengeluarkan biaya. Suatu daerah khususnya perkotaan yang ramai akan
mobilitas penduduk tentu haruslah dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk
mendukung adanya mobilitas penduduk tersebut, salah satunya adalah adanya
sarana aksesibilitas pejalan kaki, yakni fasilitas trotoar yang memadai.
Trotoar menjadi wadah bagi pejalan kaki untuk melakukan mobilisasi dari
satu tempat ke tempat lain. Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaraan,
keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Trotoar juga berfungsi
memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh
lalu lintas pejalan kaki. Namun sering kali trotoar dimanfaatkan pedagang kaki
lima untuk berdagang, sehingga akses pejalan kaki hampir sepenuhnya hilang
(Kurniawan,2019).
Selain itu, trotoar merupakan bangunan pelengkap jalan yang menjadi
elemen estetika. Kondisi trotoar yang bersih, indah dan rapi, memberikan kesan
adanya penataan suatu kawasan. Sayangnya, perhatian yang diberikan pada trotoar
jalan raya masih rendah. Trotoar dibiarkan rusak, kotor, dan dijadikan sebagai
tempat parkir atau jalur alternatif sepeda motor dalam menembus kemacetan, atau
menjadi tempat berdagang oleh pedagang kaki lima (Wirahaji, 2020).
Merancang aksesibilitas ruang kota selayaknya juga melayani kepentingan
publik yang beragam perilakunya. Apalagi jika secara sadar fungsi ruang publik
kota yang menjadi tempat melarikan diri warga masyarakat dari kebosanan akan
rutinitas kehidupan di perkotaan. Tentu bukan saja di alami sekelompok warga
kota, tetapi berlaku menyeluruh. Dengan demikian adanya pemikiran perancangan
urban public space sudah selayaknya berlaku menyeluruh bagi semua masyarakat,
termasuk bagi penyandang difabel. Aksesibilitas merupakan kemudahan yang
disediakan bagi semua orang termasuk penyandang difabel guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan (Avianto, 2020).
Pelayanan jalur ramah disabilitas di trotoar masih meretas berbagai
kendala dan ketersediaan sarananya belum dikatakan efektif, terganggu oleh
aktivitas non-difabel yang digunakan untuk berdagang, parkir kendaran bermotor,
tumpukan sampah dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap upaya perbaikan
serta pemeliharaan. Oleh karena itu jalur khusus ini sangat tidak ramah bagi kaum
difabel baik dilihat dari aspek kemudahan dan aspek keamanannya. Sehingga hak
kaum difabel sebagai masyarakat masih belum terpenuhi dengan baik (Avianto,
2020).
TUJUAN
Berdasarkan pemaparan pada bagian pendahuluan mengenai fasilitas
trotoar sebagai aksesibilitas public maka paper ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mengelaborasi terkait peran pemerintah dalam penyediaan fasilitas trotoar
sebagai aksesibilitas publik.
2. Meneliti bentuk-bentuk eksternalitas yang timbul dari adanya penyediaan
fasilitas trotoar sebagai aksesibilitas publik.
3. Mengetahui terkait peluang pilihan publik akan potensi terjadinya konflik
serta pertentangan yang berpotensi muncul pada masyarakat.
METODE
Pembuatan paper ini diperoleh dengan metode studi literatur dari bacaan
jurnal sejenis dan analisis deskriptif. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data baik primer maupun sekunder yang mempunyai hubungan erat
dengan masalah yang diteliti yang kemudian diinterpretasikan secara deskriptif
guna memperoleh jawaban dan gambaran terkait permasalahan yang diteliti. Data
yang dianalisis bersumber dari penelusuran literatur online, yakni artikel dan/atau
jurnal yang membahas barang publik berupa fasilitas trotoar.
PEMBAHASAN
1. Penyediaan Fasilitas Trotoar sebagai Barang Publik Murni
Barang publik merupakan barang yang dapat digunakan tanpa batas
oleh setiap masyarakat guna memenuhi kebutuhannya dan dinikmati tanpa
harus mengeluarkan biaya. Barang publik tidak dapat disediakan oleh
mekanisme pasar, karena pelaku ekonomi pasar tidak ada yang bersedia
untuk menghasilkan barang tersebut. Adanya barang yang tidak dapat
disediakan melalui mekanisme pasar adalah disebabkan adanya kegagalan
pasar. terdapat perbedaan karakteristik antara barang publik yang
disediakan pemerintah dengan barang privat yang disediakan oleh swasta.
Berikut ini adalah karakteristik barang public terkait dengan
penggunaannya.
1) Non-Rivalry, bahwa suatu barang publik yang digunakan seorang
konsumen maka tidak akan mengurangi kesempatan bagi orang lain
untuj mengonsumsinya juga. Setiap orang dapat mengambil manfaat
dari barang public tersebut tanpa memengaruhi manfaat yang didapat
orang lain.
2) Non-Exclusive, bahwa suatu barang publik yang tersedia maka tidak
ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari
barang tersebut. Jadi, tidak ada yang dikecualikan dalam mengambil
manfaat atas barang publik.
Trotoar adalah jalur yang dibuat khusus untuk pejalan kaki yang
terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas kendaraan. Fasilitas trotoar
merupakan fasilitas publik yang tergolong dalam pelayanan barang publik.
Hal itu merujuk pada pasal 5 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang menyatakan bahwa pelayanan
publik meliputi pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan
oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari APBN dan/atau APBD. Maka dari itu, ketersediaan fasilitas trotoar
menjadi salah satu barang publik yang menjadi kewajiban pemerintah
pusat maupun daerah selaku penyelenggara pelayanan publik untuk
mewujudkannya barang publik tersebut. Terkait aspek kebijakan fasilitas
trotoar yang merupakan salah satu fasilitas pendukung jalan raya ini
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan bahwa ketersediaan trotoar harus memberikan
keamanan dan kenyamanan kepada pejalan kaki. Pejalan kaki yang artinya
tidak hanya diperuntukan bagi masyarakat normal tetapi juga bagi
penyandang disabilitas.
Prayuda, A. S.; Priyo, E.; Salsabila, L.; dan Kasiwi, A. (2020). ‘’Persepsi
Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro’’. Jurnal
Nasional Pariwisata. 12 (1).