Anda di halaman 1dari 15

UJIAN TENGAH SEMESTER

NAMA : MUTIA AZZAHRA


NPM : 10090219037
KELAS : D – EKONOMI PEMBANGUNAN
MATA KULIAH : EKONOMI PUBLIK
HARI/TANGGAL : SENIN/22 MARET 2021
Soal Ujian
Pikirkan bahwa saudara/I akan memberi ide usulan untuk penyediaan satu barang
publik atau barang yang berkarakteristik semi publik. Kemudian lakukan langkah-
langkah berikut:
1. Cari 5-10 literatur jurnal yang bereputasi (dapat diunduh melalui
identifikasi google scholar). Lakukan review literatur dengan cakupan isi
terdiri dari; apa yang menjadi point penting temuan literatur tersebut,
metode apa yang digunakan serta simpulan penting apa yang disajikan.
Format review literatur mengikuti matriks berikut.
2. Susunlah conceptual paper berdasarkan literature tersebut maksimal 10
halaman. Tulisan tersebut harus dapat menjawab hal-hal berikut (dijawab
secara implisit dalam makalah ilmiah tidak perlu dijawab satu persatu
berdasarkan poin yang disebutkan):
a. Mengapa barang yang Anda pilih termasuk barang publik atau semi
publik?
b. Bagaimana peran pemerintah dari penyediaan barang tersebut? Apakah
ada pembagian peran antara swasta (individu) terkait dengan
penyediaan barang publik tersebut?
c. Bentuk-bentuk eksternalitas apa saja yang dapat timbul dari
penyediaan barang publik tersebut?
d. Apakah terdapat peluang pilihan publik berpotensi konflik?
e. Pertentangan-pertentangan apa saja yang berpotensi muncul pada
masyarakat.
Tabel 1
No. Penulis dan Temuan-temuan Metode yang Simpulan Utama
Penerbit Penting Digunakan
(lengkap dengan dalam Literatur
volume dan
Tahun terbit)
1 Kaunang, H. A. Pemerintah perlu Metode penelitian Penerapan hukum
M. (2019). Lex Et mengevaluasi yang digunakan Undang-Undang
Societatis. 7 (11). kebijakan fasilitas adalah penelitian Nomor 22 Tahun
pejalan kaki berupa deskriptif. 2009 tentang Lalu
penindakan represif Adapun metode Lintas dan
dan prefentif, pendekatan yang Angkutan Jalan
karena trotoar digunakan adalah sebagai tanggung
sebagai fasilitas yuridis normatif, jawab pemerintah
publik tidak sesuai artinya terhadap
dengan pembahasan penyalahgunaan
pemanfaatannya. terhadap masalah trotoar dan
yang ada, peneliti perlindungan
Masyarakat dapat akan melihat pada hukum terhadap
menginformasikan ketentuan hak dan
kepada pemerintah peraturan keselamatan
setempat apabila perundang- pejalan kaki dan
terjadi undangan yang penyandang cacat
penyalahgunaan ada kaitannya di trotoar.
hak untuk dengan judul.
dilakukan
penindakan hukum.

UU No.22 Tahun
2009 mejadi
pedoman
penyelenggaraan
fasilitas publik
sehingga bagi
pengguna jalan
memperoleh
kepastian hukum
apabila terjadi
masalah.

Kurangnya dana
yang dimiliki
pemerintah
menyebabkan
kurang
maksimalnya
program fasilitas
publik (trotoar).
2 Prawiradika, G. Terhambatnya Teknik Peraturan Daerah
N. A.; Mangku, Penerapan pengumpulan Nomor 6 Tahun
D. G. S.; dan Peraturan Daerah data yang 2009 Tentang
Nomor 6 Tahun digunaka, yaitu
Ketertiban Umum
Suastika, I. N.
2009 Tentang teknik studi Terkait Parkir
(2020). Jurnal Ketertiban Umum dokumen, teknik
Kendaraan di
Komunitas disebabkan oleh observasi, danTempat Umum
Yustisia faktor internal dan wawancara. belum
Universitas faktor eksternal. terimplementasikan
Pendidikan Menggunakan dengan baik
Ganesha Program Faktor internal di jenis penelitian sehingga fasilitas
antaranya adalah hukum empiris, trotoar
Studi Ilmu
kurangnya fasilitas,yaitu penelitian disalahgunakan
Hukum. 3 (3). yang digunakan hukum yang karena kurangnya
dalam penerapan menganalisis dan pengetahuan
sehingga penerapan mengkaji masyarakat akan
sanksi tidak dapat berlakunya budaya hukum.
dilakukan, tidak hukum di dalam
dapat dilanjutkan masyarakat.
ke proses
pengadilan, Sifat penelitian
keterbatasan pihak yang digunakan
pengawasan, dan adalah deskriptif.
tidak tersedianya
tempat parkir.

Faktor eksternal di
antaranya tidak ada
akses jalan untuk
ke rumah
dikarenakan
padatnya rumah
masyarakat,
kebiasaan
masyarakat
memarkir
kendaraan di
tempat umum, dan
adanya kegiatan
upacara adat
sehingga
menggunakan
tempat umum,
yaitu trotoar
sebagai tempat
parkir.
3 Avianto, B. N. Disarankan adanya Menggunakan Pelayanan jalur
dan Fauziah, S. N. penguatan sistem metode survey ramah disabilitas di
(2020). Syntax pengawasan atau untuk trotoar Jalan
monitoring memperoleh Margonda Kota
Literate: Jurnal
terhadap fasilitas gambaran tentang
Depok masih
Ilmiah Indonesia. umum agar tetap pelayanan meretas berbagai
5 (9). diperuntukkan aksesibilitas kendala dan
seperti tujuan difabel. ketersediaan
semula, misalnya sarananya belum
trotoar khusus bagi efektif, terganggu
difabel memang oleh aktivitas non-
harus difabel yang
dipertahankan, digunakan untuk
jangan sampai berdagang, parkir
terganggu oleh kendaraan,
aktivitas lain. tumpukan sampah,
dan kurangnya
perhatian
pemerintah
terhadap perbaikan
serta pemeliharaan.
4 Kurniawan, F. Bagi bidang Menggunakan Pola persebaran
(2019). Jurnal pendidikan dengan pendekatan pedagang kaki lima
Muara Sains, membantu induktif, yaitu berbentuk
pemerintah langsung memanjang dan
Teknologi,
membuat pengamatan ke memiliki pola
Kedokteran, dan perencanaan kota lapangan. pelayanan menetap
Ilmu Kesehatan. 3 mengenai lokasi Melakukan dan setengah
(1), 171-182. berdagang. wawancara menetap, pola-pola
dengan pedagang ini banyak menjadi
Bagi pemerintah kaki lima. pilihan pedagang
melakukan Pengelolaan data kaki lima karena
perubahan desai diperoleh dari aksesibilitas yang
trotoar dengan dua bacaan jurnal tinggi sehingga
jalur yang memiliki sejenis dan isu berpotensi besar
lebar cukup dan terbaru. untuk
terpisah untuk mendatangkan
pejalan kaki. Perlu konsumen.
adanya pengawasan
sebagai tindak
lanjut peraturan
informal agar dapat
bermanfaat.
5 Wirahaji, I. B. Trotoar sebagai Metode penelitian Terdapat beberapa
(2020). Jurnal bagian yang ini dilakukan penyimpangan
Sewaka Bhakti. 5 terintegrasi dari dengan fungsi dan
(2), 33-47. infrastruktur jalan pengamatan geometrik trotoar
harus dapat (observasi) yang dapat
menunjang nilai langsung di membahayakan
estetika di kawasan lapangan dengan pejalan kaki dan
destinasi wisata. berjalan kaki. tidak mendukung
Penataan ulang nilai estetika.
trotoar seperti
tinggi trotoar, lebar,
paving stone, dan
kereb dengan cat
warna standar.
6 Fathimah, K. dan Tempat-tempat Menggunakan Kemampuan yang
Apsari, N. C. penyelenggaraan metode studi dimiliki oleh
(2020). Jurnal pelayanan publik kepustakaan. penyandang
seperti halnya Untuk disabilitas sangat
Kolaborasi
desain trotoar yang memperoleh data bertolak belakang
Resolusi Konflik. dibangun dengan yang diperlukan, dengan penyediaan
2 (2), 120-132. memperhatikan peneliti fasilitas atau
aksesibilitas para menggunakan kebijakan yang
penyandang dokumentasi dan diberikan untuk
disabilitas dapat studi literatur. pelayanan bagi
menerima dirinya penyandang
dan berusaha untuk disabilitas. Hal ini
mengembangkan berpengaruh
dirinya dan dapat terhadap
berpatisipasi atas kemandirian pada
dasar kesamaan remaja penyandang
dalam berbagai disabilitas dalam
aspek kehidupan di melakukan Activity
masyarakat. Daily Living
7 Saraswati, Z. F. Pengembangan Menggunakan Perencanaan
(2020). Jurnal jalur pejalan kaki metode penelitian prasarana jalur
Arsitektur. 10 (2), secara intrinsik deskriptif pejalan kaki harus
haruslah kuantitatif dan dilakukan
63-68
mengedepankan kualitatif. berdasarkan
kepentingan Penggambaran kebutuhan
pejalan kaki. Hal secara deskriptif pengguna ruang.
ini dapat dilakukan untuk Memperhatikan
dengan menggambarkan kinerja jalur pejalan
memperbaiki kondisi yang kaki dengan
kerusakan pada terjadi dalam mempertimbangkan
perkerasan jalur pengamatan. preferensi dan
pejalan kaki serta Pengamatan karakteristik
mengaplikasikan kualitatif pengguna.
kebutuhan ditujukan untuk
minimum lebar mengunggap
jalur pejalan kaki melalui model
yakni 1.5 tanpa matematis,
hambatan apapun pengamatan
(Dirjen Penataan kualitatif
Ruang, 2008). dilakukan untuk
Perlu mengeksplor
mempertimbangkan fenomena-
karakteristik dari fenomena yang
pengguna jalur tidak dapat
pejalan kaki dan dikuantifikasikan.
diperlukan
penelitian lanjutan
mengenai analisis
stakeholder yang
terkait dalam
pengembangan
jalur pejalan kaki.

8 Wijaya, A. dan Perencanaan jalur Penelitian ini Sebagai daerah


Sari, S. O. (2020). pedestrian harus dilakukan melalui dengan mobilitas
Arteks: Jurnal terintegrasi dengan studi kasus dan tinggi, maka
fungsi-fungsi pengumpulan fasilitas jalur
Teknik Arsitektur.
komersil dan sistem data melalui pejalan kaki
5 (1). transportasi umum survei, observasi memiliki peran
di sekitar area dan pemetaan penting untuk
perumahan dan kondisi fisik menunjang
fungsi-fungsi lain kawasan sekitar aktivitas utamanya.
(perbelanjaan, stasiun kereta api, Mengenai kriteria
ibadah dan terminal dan desain sistem jalur
kesehatan dan lain- pasar tradisional. pejalan kaki
lain), dengan menjadi lebih dapat
perencanaan titik- dilalui dengan
titik simpul berjalan kaki dan
aktivitas sebagai responsif, yang
generator kawasan, berorientasi pada
agar ruang terbuka pengguna trotoar.
menjadi aktif.

Pembenahan kota
harus dilakukan
melalui
pengoptimalan
kawasan yang
kompak (compact)
dan efektif efisien.
Upaya pembenahan
ini juga harus
mempertimbangkan
semua aspek
termasuk
konektivitas untuk
semua moda travel
salah satunya
pedestrian.

9 Prayuda, A. S.; Pedestrian yang Menggunakan Kebijakan penataan


Priyo, E.; ideal akan metode penelitian pada kawasan
Salsabila, L.; dan memenuhi 9 aspek kualitatif. Teknik Malioboro, masih
(Ceccon and pengumpulan menjadi polemik
Kasiwi, A. (2020).
Zampieri, 2016), data berasal dari pada masyarakat.
Jurnal Nasional yaitu sumber sekunder Kebijakan penataan
Pariwisata. 12 keterhubungan, yang didapat pada kawasan
(1). jelas jalurnya, secara tidak Malioboro, belum
nyaman, layak, langsung serta sepenuhnya
menyenangkan, data-data yang memliki grand
aman dari adanya didapat dari designe penataan
masalah sosial, penelitian- yang belum
aman dilewati, penelitian disahkan.
mudah dijangkau, sebelumnya yang
dan digunakan sudah melakukan
untuk semua orang observasi.
atau universal.
Penyediaan Fasilitas Trotoar sebagai Sarana Aksesibilitas Publik bagi Setiap
Penggunanya untuk Kesejahteraan Masyarakat suatu Daerah
Mutia Azzahra
Universitas Islam Bandung
mutiaazzahra2000@gmail.com

ABSTRAK
Trotoar adalah fasilitas publik yang terintegrasi dengan jalan dan disediakan khusus bagi
pejalan kaki baik penyandang disabilitas maupun non-disabilitas. Metode yang digunakan
dalamBerdasarkan hasil penelusuran dari berbagai jurnal dan artikel mengenai fasilitas
trotoar ini menunjukkan bahwa kondisi trotoar yang masih belum memenuhi ketentuan
selayaknya trotoar dapat digunakan sesuai fungsinya. Namun dalam pembenahan jalur
trotoar tidak terlepas dari adanya eksternalitas negatif dikarenakan digunakan sebagai
tempat pedagang kaki lima dan parkir liar ini membahayakan pejalan kaki yang mungkin
harus melewati sisi jalan lalu lintas kendaraan yang dapat mengakibatkan terjadinya
kecelakaan. Adanya fasilitas trotoar yang aman dan nyaman serta memenuhi ketentuan
dan penegasan hukum yang berlaku akan mampu memberikan eksternalitas yang positif
bagi pejalan kaki, terlebih lagi sebagai upaya pemerintah mengurangi polusi kendaraan.
Dengan didukungnya fasilitas trotoar dalam penataan suatu wilayah akan memberikan
dampak mobilitas yang baik bagi masyarakat yang menggunakannya.
Kata Kunci: Trotoar, Pejalan Kaki, Pemerintah, Eksternalitas

PENDAHULUAN
Pemerintah berperan penting dalam pemenuhan penyediaan barang publik
yang layak dan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang telah ditetapkan
terkait barang publik. Barang publik merupakan barang yang dapat digunakan
tanpa batas oleh setiap masyarakat guna memenuhi kebutuhannya dan dinikmati
tanpa mengeluarkan biaya. Suatu daerah khususnya perkotaan yang ramai akan
mobilitas penduduk tentu haruslah dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk
mendukung adanya mobilitas penduduk tersebut, salah satunya adalah adanya
sarana aksesibilitas pejalan kaki, yakni fasilitas trotoar yang memadai.
Trotoar menjadi wadah bagi pejalan kaki untuk melakukan mobilisasi dari
satu tempat ke tempat lain. Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaraan,
keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Trotoar juga berfungsi
memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh
lalu lintas pejalan kaki. Namun sering kali trotoar dimanfaatkan pedagang kaki
lima untuk berdagang, sehingga akses pejalan kaki hampir sepenuhnya hilang
(Kurniawan,2019).
Selain itu, trotoar merupakan bangunan pelengkap jalan yang menjadi
elemen estetika. Kondisi trotoar yang bersih, indah dan rapi, memberikan kesan
adanya penataan suatu kawasan. Sayangnya, perhatian yang diberikan pada trotoar
jalan raya masih rendah. Trotoar dibiarkan rusak, kotor, dan dijadikan sebagai
tempat parkir atau jalur alternatif sepeda motor dalam menembus kemacetan, atau
menjadi tempat berdagang oleh pedagang kaki lima (Wirahaji, 2020).
Merancang aksesibilitas ruang kota selayaknya juga melayani kepentingan
publik yang beragam perilakunya. Apalagi jika secara sadar fungsi ruang publik
kota yang menjadi tempat melarikan diri warga masyarakat dari kebosanan akan
rutinitas kehidupan di perkotaan. Tentu bukan saja di alami sekelompok warga
kota, tetapi berlaku menyeluruh. Dengan demikian adanya pemikiran perancangan
urban public space sudah selayaknya berlaku menyeluruh bagi semua masyarakat,
termasuk bagi penyandang difabel. Aksesibilitas merupakan kemudahan yang
disediakan bagi semua orang termasuk penyandang difabel guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan (Avianto, 2020).
Pelayanan jalur ramah disabilitas di trotoar masih meretas berbagai
kendala dan ketersediaan sarananya belum dikatakan efektif, terganggu oleh
aktivitas non-difabel yang digunakan untuk berdagang, parkir kendaran bermotor,
tumpukan sampah dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap upaya perbaikan
serta pemeliharaan. Oleh karena itu jalur khusus ini sangat tidak ramah bagi kaum
difabel baik dilihat dari aspek kemudahan dan aspek keamanannya. Sehingga hak
kaum difabel sebagai masyarakat masih belum terpenuhi dengan baik (Avianto,
2020).
TUJUAN
Berdasarkan pemaparan pada bagian pendahuluan mengenai fasilitas
trotoar sebagai aksesibilitas public maka paper ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mengelaborasi terkait peran pemerintah dalam penyediaan fasilitas trotoar
sebagai aksesibilitas publik.
2. Meneliti bentuk-bentuk eksternalitas yang timbul dari adanya penyediaan
fasilitas trotoar sebagai aksesibilitas publik.
3. Mengetahui terkait peluang pilihan publik akan potensi terjadinya konflik
serta pertentangan yang berpotensi muncul pada masyarakat.

METODE
Pembuatan paper ini diperoleh dengan metode studi literatur dari bacaan
jurnal sejenis dan analisis deskriptif. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data baik primer maupun sekunder yang mempunyai hubungan erat
dengan masalah yang diteliti yang kemudian diinterpretasikan secara deskriptif
guna memperoleh jawaban dan gambaran terkait permasalahan yang diteliti. Data
yang dianalisis bersumber dari penelusuran literatur online, yakni artikel dan/atau
jurnal yang membahas barang publik berupa fasilitas trotoar.

PEMBAHASAN
1. Penyediaan Fasilitas Trotoar sebagai Barang Publik Murni
Barang publik merupakan barang yang dapat digunakan tanpa batas
oleh setiap masyarakat guna memenuhi kebutuhannya dan dinikmati tanpa
harus mengeluarkan biaya. Barang publik tidak dapat disediakan oleh
mekanisme pasar, karena pelaku ekonomi pasar tidak ada yang bersedia
untuk menghasilkan barang tersebut. Adanya barang yang tidak dapat
disediakan melalui mekanisme pasar adalah disebabkan adanya kegagalan
pasar. terdapat perbedaan karakteristik antara barang publik yang
disediakan pemerintah dengan barang privat yang disediakan oleh swasta.
Berikut ini adalah karakteristik barang public terkait dengan
penggunaannya.
1) Non-Rivalry, bahwa suatu barang publik yang digunakan seorang
konsumen maka tidak akan mengurangi kesempatan bagi orang lain
untuj mengonsumsinya juga. Setiap orang dapat mengambil manfaat
dari barang public tersebut tanpa memengaruhi manfaat yang didapat
orang lain.
2) Non-Exclusive, bahwa suatu barang publik yang tersedia maka tidak
ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari
barang tersebut. Jadi, tidak ada yang dikecualikan dalam mengambil
manfaat atas barang publik.
Trotoar adalah jalur yang dibuat khusus untuk pejalan kaki yang
terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas kendaraan. Fasilitas trotoar
merupakan fasilitas publik yang tergolong dalam pelayanan barang publik.
Hal itu merujuk pada pasal 5 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang menyatakan bahwa pelayanan
publik meliputi pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan
oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari APBN dan/atau APBD. Maka dari itu, ketersediaan fasilitas trotoar
menjadi salah satu barang publik yang menjadi kewajiban pemerintah
pusat maupun daerah selaku penyelenggara pelayanan publik untuk
mewujudkannya barang publik tersebut. Terkait aspek kebijakan fasilitas
trotoar yang merupakan salah satu fasilitas pendukung jalan raya ini
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan bahwa ketersediaan trotoar harus memberikan
keamanan dan kenyamanan kepada pejalan kaki. Pejalan kaki yang artinya
tidak hanya diperuntukan bagi masyarakat normal tetapi juga bagi
penyandang disabilitas.

2. Eksternalitas pada Pembangunan dan Pembenahan Fasilitas Trotoar


Fasilitas trotoar sangat penting untuk menunjang kegiatan publik
maka dari itu perlu adanya dukungan baik dari pemerintah maupun
masyarakatnya dalam pembangunan dan penataan fasilitas trotoar ini.
Namun, ketika pembenahan telah selesai dilakukan seperti pada trotoar di
Malioboro yang ramai dan dijadikan tempat parkir yang kemudian
dipindahkan berdampak pada hilangnya mata pencaharian tukang parkir
dan para wisata mengeluh akan tempat parkir yang menjadi jauh dari
Malioboro sehingga harus berjalan kaki terlebih dahulu. Trotoar yang
ramai pejalan kaki menjadi kawasan penjual kaki lima dan parkir liar yang
dapat membahayakan pejalan kaki karena ketika luas trotoar yang semakin
sempit akan membuat pejalan kaki melewati batas dan berjalan di sisi jalur
kendaraan yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Adapun eksternalitas positif yang dihasilkan dalam pembenahan
fasilitas trotoar dari berbagai aspek, yakni tata wilayah kota menjadi lebih
rapi, nyaman bagi para pejalan kaki baik disabilitas maupun non-
disabilitas, dan bernilai estetika, serta dapat dijadikan sarana pedagang
kaki lima asalkan sesuai dengan kesepakatan peraturan dan izin
pemerintah, seperti kawasan Malioboro yang menjadi pusat perbelanjaan
dengan konsep pedestrian area.

3. Potensi Konflik dalam Penyediaan Fasilitas Trotoar


Konflik dalam masyarakat tidak dapat dihindarkan terkait penyediaan
fasilitas trotoar ini dikarenakan kurang tegasnya penerapan hukum dan
aturan terkait fasilitas barang publik ini sehingga masih banyak yang
menyalahgunkan trotoar tidak hanya digunakan pejalan kaki tetapi juga
seperti pedagang kaki lima, parkir liar, jalan berlubang, hingga adanya
tumpukan sampah, serta pembangunan trotoar yang tidak memenuhi
kriteria ideal sebagaimana layaknya trotoar yang aman dan nyaman. Tidak
adanya kelengkapan trotoar bagi penyandang disabilitas, mengingat fungsi
trotoar adalah untuk semua pejalan kaki tanpa membeda-bedakan kondisi
dari pejalan kaki itu sendiri, termasuk pejalan kaki penyandang disabilitas
maka trotoar perlu didesain khusus.
4. Upaya-upaya yang Dilakukan Terhadap Fasilitas Trotoar
 Pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan fasilitas pejalan kaki
berupa penindakan represif dan prefentif, karena trotoar sebagai
fasilitas publik tidak sesuai dengan pemanfaatannya (Kaunang,
2019).
 Disarankan adanya penguatan sistem pengawasan atau monitoring
terhadap fasilitas umum agar tetap diperuntukkan seperti tujuan
semula, misalnya trotoar khusus bagi difabel memang harus
dipertahankan, jangan sampai terganggu oleh aktivitas lain
(Avianto, 2020).
 Bagi bidang pendidikan dengan membantu pemerintah membuat
perencanaan kota mengenai lokasi berdagang. Dan bagi pemerintah
melakukan perubahan desai trotoar dengan dua jalur yang memiliki
lebar cukup dan terpisah untuk pejalan kaki. Perlu adanya
pengawasan sebagai tindak lanjut peraturan informal agar dapat
bermanfaat (Kurniawan, 2019).
 Trotoar sebagai bagian yang terintegrasi dari infrastruktur jalan
harus dapat menunjang nilai estetika di kawasan destinasi wisata.
Penataan ulang trotoar seperti tinggi trotoar, lebar, paving stone,
dan kereb dengan cat warna standard (Wirahaji, 2020).
 Tempat-tempat penyelenggaraan pelayanan publik seperti halnya
desain trotoar yang dibangun dengan memperhatikan aksesibilitas
para penyandang disabilitas dapat menerima dirinya dan berusaha
untuk mengembangkan dirinya dan dapat berpatisipasi atas dasar
kesamaan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat
(Fathimah dan Apsari, 2020).
 Perencanaan jalur pedestrian harus terintegrasi dengan fungsi-
fungsi komersil dan sistem transportasi umum di sekitar area
perumahan dan fungsi-fungsi lain (perbelanjaan, ibadah dan
kesehatan dan lain-lain), dengan perencanaan titik-titik simpul
aktivitas sebagai generator kawasan, agar ruang terbuka menjadi
aktif (Wijaya, 2020).
 Perlu mempertimbangkan karakteristik dari pengguna jalur pejalan
kaki dan diperlukan penelitian lanjutan mengenai analisis
stakeholder yang terkait dalam pengembangan jalur pejalan kaki
(Saraswati, 2020).
 Pedestrian yang ideal akan memenuhi 9 aspek (Ceccon and
Zampieri, 2016), yaitu keterhubungan, jelas jalurnya, nyaman,
layak, menyenangkan, aman dari adanya masalah sosial, aman
dilewati, mudah dijangkau, dan digunakan untuk semua orang atau
universal (Prayuda, 2020)
DAFTAR PUSTAKA
Avianto, B. N. dan Fauziah, S. N. (2020). ‘’Pelayanan Aksesibilitas Jalur Ramah
Disabilitas di Trotoar Jalan Margonda Kota Depok’’. Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia. 5 (9).

Fathimah, K. dan Apsari, N. C. (2020). ‘’Aksesibilitas Sebagai Bentuk


Kemandirian Disabilitas Fisik dalam Mengakses Fasilitas Pelayanan
Publik Ditinjau dari Activity Daily Living’’. Jurnal Kolaborasi Resolusi
Konflik. 2 (2), 120-132.

Kaunang, H. A. M. (2019). ‘’Tanggung Jawab Hukum Pemerintah dalam


Ketersediaan Fasilitas Masyarakat Pejalan Kaki dan Penyandang Cacat
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009’’. Lex Et Societatis. 7
(11).

Kurniawan, F. (2019). ‘’Pola-Pola Pemanfaatan Trotoar Oleh Pedagang Kaki


Lima di Jalan Mangga Besar-Jakarta’’. Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan. 3 (1), 171-182.

Prawiradika, G. N. A.; Mangku, D. G. S.; dan Suastika, I. N. (2020). ‘’Penegakan


Hukum Terhadap Pelanggaran Parkir Kendaraan di Tempat Umum
Ditinjau dari Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 Tentang
Ketertiban Umum di Kabupaten Buleleng’’. Jurnal Komunitas Yustisia
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum. 3 (3).

Prayuda, A. S.; Priyo, E.; Salsabila, L.; dan Kasiwi, A. (2020). ‘’Persepsi
Wisatawan Terhadap Penataan Kawasan Pedestrian Malioboro’’. Jurnal
Nasional Pariwisata. 12 (1).

Saraswati, Z. F. (2020). ‘’Konsep Penataan Jalur pejalan Kaki di Kawasan Taman


Gajah, Kota Bandar Lampung’’. Jurnal Arsitektur. 10 (2), 63-68

Wijaya, A. dan Sari, S. O. (2020). ‘’Analisis Kriteria Desain Jalur Pedestrian


Kawasan Stasiun Kereta Api Padalarang’’. Arteks: Jurnal Teknik
Arsitektur. 5 (1).

Wirahaji, I. B. (2020). ‘’Evaluasi Kondisi Trotoar Sebagai Jalur Pejalan Kaki


(Pedestrian) dalam Mendukung Kawasan Wisata’’. Jurnal Sewaka
Bhakti. 5 (2), 33-47.

Anda mungkin juga menyukai