Anda di halaman 1dari 10

OPEN ACCESS

Indonesian Journal of Spatial Planning


P-ISSN: and E-ISSN: 2723-0619 Vol 2, No 2,2021, pp – pp
http://journals.usm.ac.id/index.php/ijsp

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU MOBIL SATU GARASI PROVINSI


DKI JAKARTA
(Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi)

Wajoerinia, Andarina Aji Pamurtib


a
Universitas Semarang; Jl. Soekarno Hatta; riniwahjoe@gmail.com
b
Universitas Semarang; Jl. Soekarno Hatta; andarina.ajip@gmail.com

Info Artikel:
• Artikel Masuk: 31/08/21 • Artikel diterima: 31/09/21 • Tersedia Online: 31/12/21

ABSTRAK
Kebijakan mengenai kepemilikan kendaraan bermotor disertai dengan kepemilikan garasi telah tertuang
Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 140. Namun karena berbagai kendala,
peraturan yang terbit pada tahun 2014 belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi jumlah
kendaraan bermotor. Satu diantara metode yang sangat berguna dalam kajian kebijakan adalah Institutional
Analysis Development (IAD) yang dikembangkan oleh Elinor Ostrom pada tahun 1994. kebijakan terkait
kepemilikan garasi bagi pemilik kendaraan bermotor khusus nya mobil terdapat tumpang tindih dengan kebijakan
yang kedudukannnya diatasnya yang saling terkait. kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antar
stakeholder terkait implementasi sementara itu jika dirinci lebih lanjut, terdapat kemungkinan konflik kepentingan
dan potensi yang dapat dikembangkan melalui interaksi antar stakeholer. Masalah yang ada berakar dari
ketiadaan aturan teknis dan kurangnya koordinasi antar sektor pemerintahan baik dalam skala nasional maupun
lokal (provinsi). Kedua akar masalah tersebut menghasilkan permasalahan yang terjadi saat ini seperti perbedaan
peraturan dan kepentingan antar Lembaga. Kemudian belum adanya mekanisme kontrol perizinan dan
pengawasan yang terstruktur dan terintegrasi antar Lembaga.
Kata Kunci : Kebijakan; Kelembagaan; Stakeholder

ABSTRACT
The policy regarding motorized vehicle ownership along with garage ownership has been stipulated in DKI Jakarta
Regional Regulation (Perda) Number 5 of 2014 Article 140. However, due to various obstacles, the regulations
issued in 2014 have not shown significant results in reducing the number of motorized vehicles. One method that
is very useful in policy studies is the Institutional Analysis Development (IAD) which was developed by Elinor
Ostrom in 1994. The policies related to garage ownership for owners of motorized vehicles, especially cars,
overlap with policies whose positions above are interrelated. the possibility of a conflict of interest between
stakeholders related to the implementation, meanwhile, if further detailed, there is a possibility of a conflict of
interest and the potential that can be developed through interaction between stakeholders. The problem is rooted
in the absence of technical regulations and the lack of coordination between government sectors both on a
national and local (provincial) scale. These two root causes result in current problems such as differences in
regulations and interests between institutions. Then there is no mechanism for licensing control and supervision
that is structured and integrated between institutions.
Keyword: Policy; Institutional; Stakeholders

1. PENDAHULUAN timbul di satu unit ataupun jaringan akan


mempengaruhi sistem tersebut. Faktor-faktor
Permasalahan transportasi di Indonesia
yang mempengaruhi timbulnya masalah-
merupakan permasalahan yang tak ada
masalah pada transportasi darat di Indonesia
ujungnya khususnya permasalahan transportasi
sangat beragam, antara lain ledakan penduduk,
darat yang cukup kompleks. Hal ini dikarenakan
tingginya jumlah kendaraan bermotor,
transportasi merupakan suatu sistem yang
kurangnya kesadaran masyarakat, serta
saling berkaitan, maka suatu masalah yang
lemahnya penegakan hukum.
1
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

Pertumbuhan penduduk yang tinggi menguasai garasi untuk menyimpan


khususnya di kota – kota besar berbanding lurus kendaraannya yang dibuktikan dengan surat
dengan kepemilikan kendaraan pribadi yang bukti kepemilikan garasi dari kelurahan
semakin meningkat. Salah satu akibat yang setempat. (4) Surat bukti kepemilikan garasi
ditimbulkan dari meningkatnya jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi
kendaraan bermotor ialah kemacetan. syarat penerbitan Surat Tanda Nomor
Kemacetan merupakan permasalahan yang Kendaraan Bermotor. (5) Ketentuan lebih lanjut
paling mengganggu kenyamanan pengguna mengenai kepemilikan kendaraan bermotor
transportasi darat. Kemacetan dapat diatur dengan Peraturan Gubernur.
mengurangi efektifitas kerja, memperlambat Kebijakan mengenai kepemilikan kendaraan
manusia untuk melakukan aktifitas, bermotor disertai dengan kepemilikan garasi
meningkatkan polusi udara, dan merupakan telah tertuang Peraturan Daerah (Perda) DKI
pemborosan bahan bakar yang semakin hari Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 140.
semakin menipis. Kemacetan lalu lintas Pemerintah Daerah DKI Jakarta berharap
disebabkan ruas-ruas jalan sudah tidak mampu dengan adanya kebijakan ini masyarakat yang
menampung luapan arus kendaraan yang semakin banyak menggunakan kendaraan
datang serta luasan dari jalan tidak seimbang pribadi berpindah ke moda transportasi publik,
dengan jumlah kendaraan yang melintas. Hal ini sehingga kemacetan yang disebabkan
terjadi juga karena pengaruh hambatan samping banyaknya kendaraan bermotor dapat dihindari.
yang tinggi, sehingga mengakibatkan Namun karena berbagai kendala, peraturan
penyempitan ruas jalan, seperti parkir dibadan yang terbit pada tahun 2014 belum
jalan, berjualan di trotoar dan badan jalan, dsb. menunjukkan hasil yang signifikan dalam
Selain itu juga kemacetan juga sering terjadi mengurangi jumlah kendaraan bermotor.
akibat manajemen transportasi yang kurang Dengan demikian tanpa adanya dukungan
baik. kebijakan dari pihak lain, kondisi kemacetan
Dampak lain yang ditimbulkan oleh akan menjadi masalah yang mengancam dan
peningkatan jumlah kendaraan adalah berlarut-larut.
ketersediaan lahan parkir. Terbatasnya lahan
parkir membuat pemerintah setempat dituntut 2. DATA DAN METODE
untuk mengatur terkait lahan parkir. Fenomena
Pendekatan tradisional untuk mengerti
ini terjadi di Kota Jakarta, banyak dijumpai pada
kebijakan publik dibagi dalam beberapa tahapan
perumahan – perumahan dengan parkir
yaitu identifikasi permasalahan, pengaturan
kendaraan pribadi yang tidak tertata dengan
agenda, formulasi, adopsi, implementasi dan
baik sehingga menyusahkan pergerakan
evaluasi kebijakan. (Koontz, 2003).
kendaraan yang lain jika melewati jalan tersebut,
Mengidentifikasi permasalahan yang
hal ini dikarenakan tidak adanya lahan parkir
menyebabkan kurang optimalnya penerapan
pada setiap rumah sehingga kendaraan pribadi
kewajiban penyediaan parkir bagi kendaraan
khususnya mobil diparkir di depan rumah
baru di Provinsi DKI Jakarta merupakan bagian
dengan posisi zig-zag. Permasalahan tersebut
dari kajian dari kebijakan itu sendiri. Prosesnya
memaksa pemerintah Provinsi DKI Jakarta
membutuhkan langkah kerja yang terstruktur
menetapkan aturan mengenai kewajiban pemilik
agar tetap memperhatikan kaidah ilmiah dan
kendaraan bermotor harus punya garasi
memberikan hasil yang dapat dipertanggung
tertuang dalam Pasal 140 perda tentang
jawabkan.
transportasi tersebut. Bunyi pasal tersebut yakni
Satu diantara metode yang sangat berguna
sebagai berikut: (1) Setiap orang atau badan
dalam kajian kebijakan adalah Institutional
usaha pemilik kendaraan bermotor wajib
Analysis Development (IAD) yang
memiliki atau menguasai garasi. (2) Setiap
dikembangkan oleh Elinor Ostrom pada tahun
orang atau badan usaha pemilik kendaraan
1994. IAD adalah instrumen yang dapat
bermotor dilarang menyimpan kendaraan
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
bermotor di ruang milik jalan. (3) Setiap orang
kebijakan, menginisiasi perubahan kebijakan
atau badan usaha yang akan membeli
dan mendesain intervensi kebijakan baru (Polski
kendaraan bermotor wajib memiliki atau
& Ostrom, 1999). IAD adalah analisis yang

2
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

dapat bersifat multi dimensi yang menjelaskan


tindakan aktor dalam 3 jenis, yaitu operasional,
pilihan bersama dan pilihan konstitusional
(Ostrom, 2005). Analisis multi dimensi ini
dibutuhkan karena implementasi kebijakan
kewajiban penyediaan parkir bagi kendaraan
baru di Provinsi DKI Jakarta ini membutuhkan
kerja sama dari semua pihak. Kerja sama ini
bukan hanya melibatkan lembaga dalam
pemerintahan, baik secara vertikal maupun
horizontal, namun juga melibatkan pihak swasta
dan masyarakat. Metode ini akan membantu
memahami situasi sosial yang rumit dan
menjabarkannya ke dalam beberapa aspek Gambar 2. Kerangka Pikir (Peneliti, 2021)
yang dapat dikelola secara efisien (Polski &
Ostrom, 1999). Oleh karena itu, metode yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan harus mampu mengakomodir
keputusan – keputusan yang diambil setiap 3.1. Kebijakan Satu Mobil Satu Garasi pada
aktornya. Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun
2014 tentang Transportasi
Kebijakan satu mobil satu garasi memaksa
setiap orang yang akan membeli kendaraan
wajib menyerahkan bukti kepemilikan garasi
dari kelurahan setempat dan di izinkan untuk
membeli kendaraan. Jika, kriteria tersebut tidak
dipenuhi maka masyarakat tidak dapat memiliki
kendaraan. Jadi, untuk mengurus STNK perlu
Gambar 1. Kerangka Kerja Analisis adanya bukti kepemilikan garasi. Tetapi, pada
Kelembagaan (Ostorm, 2005) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum untuk
Diagram diatas memperlihatkan bahwa kepemilikan kendaraan bermotor peraturan
keputusan dari yang diambil oleh setiap aktor hanya faktur kendaraan, cek fisik, dan KTP.
tergantung pada partisipasi aktor lainnya dan Realitanya, peraturan daerah dengan
adanya faktor eksogen seperti kondisi sosial keadaan saat ini masyarakat untuk dapat
masyarakat, peraturan – peraturan dan kondisi membeli kendaraan bermotor menyerahkan
fisik alam. Keputusan yang diambil akan bukti kepemilikan lahan parkir. Tetapi,
menciptakan interaksi antar aktor sehingga kepemilikan lahan parkir dapat dimanipulasi
menghasilkan outcome yang akan berdampak karena tidak adanya pengawasan dari
pada implementasi kebijakan. interaksi antar showroom/leasing. Sehingga, hal ini membuat
aktor tidak dapat dilepaskan dari peraturan yang masyarakat tidak berfikir kembali untuk
mengikat sehingga interaksi antar peraturan membeli kendaraan lagi. Jika hal ni dibiarkan
juga perlu mendapat perhatian karena menjadi akan mengakibatkan meningkatnya jumlah
faktor eksogen yang sangat berpengaruh kendaraan bermotor di jalanan. Selain itu,
disamping faktor lainnya. Interaksi antar aktor lahan parkir di ruang jalan dipergunakan untuk
dan outcome yang dihasilkan serta interaksi parkir kendaraan bermotor sehingga
antar peraturan itulah yang akan menjadi fokus menghambat lalu lintas. Peraturan Daerah
pembahasan dalam rangka identifikasi nomor 5 tahun 2014 dengan Undang-Undang
permasalahan kelembagaan yang nomor 22 tahun 2009 terdapat perbedaan satu
menyebabkan tidak optimalnya penerapan dengan lainnya. Undang-undang nomor 22
peraturan kewajiban penyediaan parkir bagi tahun 2009 tidak mendukung Peraturan Daerah
mobil baru di Provinsi DKI Jakarta. nomor 5 tahun 2014. Perbedaan tersebut

3
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

meliputi persyaratan untuk menerbitkan STNK Aktor Terkait Peran


dan BPKB. menjual
People/Actor, adalah pihak-pihak yang Swasta (Dealer/Leasing) kendaraan
terkait dalam kelembagaan dan pelaksana dari bermotor
setiap kebijakan yang telah ditetapkan Masyarakat Pro Perda Objek
(Williamson, 2000). Identifikasi aktor terkait Umum pelaksanaan
menjadi sangat penting karena pelaksanaan Perda nomor 5
seluruh kebijakan akan sangat dipengaruhi tahun 2014
oleh kewenangan dan kepentingan antar aktor. Kontra Perda Objek
pelaksanaan
Identifikasi terhadap seluruh aktor terkait
Perda nomor 5
implementasi Perda DKI Jakarta nomor 5 tahun tahun 2015
2014 menjadi sangat penting mengingat Aktor Terkait Peran
dampak kebijakan yang sangat luas dan
Pemerintah Kementerian Regulator
melibatkan banyak pihak. Identifikasi aktor
Pusat Perhubungan transportasi di
tersebut juga akan membantu mengidentifikasi tingkat nasional
kemungkinan adanya konflik kepentingan antar Kepolisian Penerbit STNK
aktor. Berikut adalah identifikasi aktor terkait Republik dan BPKB
implementasi Perda DKI Jakarta nomor 5 tahun Indonesia
2014: Kementerian Regulator
Perindustrian industri di tingkat
Tabel 1. Aktor terkait Implementasi nasional
Kebijakan Satu Mobil Satu Garasi (hasil Pemerintah Dinas Pelaksana
analisis, 2021) Provinsi Perhubungan Perda nomor 5
DKI dan tahun 2014
Jakarta Transportasi
Aktor Terkait Peran
Satuan Polisi Penegak aturan
Pemerintah Kementerian Regulator Pamong dalam lingkup
Pusat Perhubungan transportasi di Praja Pemerintah
tingkat nasional Daerah
Kepolisian Penerbit STNK Dinas Cipta Perencana Tata
Republik dan BPKB Karya, Tata Ruang yang di
Indonesia Ruang dan dalamnya terkait
Kementerian Regulator Permukiman lokasi parkir
Perindustrian industri di tingkat BPKAD Mengatur pajak
nasional kendaraan
Pemerintah Dinas Pelaksana bermotor
Provinsi Perhubungan Perda nomor 5 Kelurahan Mengeluarkan
DKI dan tahun 2014 surat bukti
Jakarta Transportasi kepemilikan
Satuan Polisi Penegak aturan garasi
Pamong dalam lingkup menjual
Praja Pemerintah Swasta (Dealer/Leasing) kendaraan
Daerah bermotor
Dinas Cipta Perencana Tata Masyarakat Pro Perda Objek
Karya, Tata Ruang yang di Umum pelaksanaan
Ruang dan dalamnya terkait Perda nomor 5
Permukiman lokasi parkir tahun 2014
BPKAD Mengatur pajak Kontra Perda Objek
kendaraan pelaksanaan
bermotor Perda nomor 5
Kelurahan Mengeluarkan tahun 2015
surat bukti
kepemilikan 3.2. Analisis Kebijakan
garasi
Kebijakan satu mobil satu garasi adalah
kebijakan publik yang perlu dikaji lebih lanjut.

4
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

Pendalaman ini dimaksudkan untuk melihat No Peraturan Isi tentang Keterangan


peraturan lain yang terkait serta interaksinya Peraturan
baik secara vertikal dengan peraturan pada penertiban
tingkat pemerintahan diatasnya ataupun secara STNK
horizontal dengan kebijakan lain yang 2 UU No 22 • Pasal 68 • Dalam
Tahun ayat 1 undang –
dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI
2009 menyatakan undang
Jakarta. Analisis ini diperlukan untuk
bahwa menyataka
membandingkan antara satu kebijakan dengan Setiap n bahwa
kebijakan lain untuk mengidentifikasi Kendaraan setiap
permasalahan – permasalahan yang muncul Bermotor kendaraan
karena perbedaan aturan. yang bermotor
dioperasikan wajib
Tabel 2. Kebijakan Satu Mobil Satu Garasi di Jalan memiliki
dan Peraturan Lain secara Vertikal (hasil wajib STNK, jika
analisis, 2021) dilengkapi dikaitkan
dengan dengan
Surat Tanda kebijakan
No Peraturan Isi tentang Keterangan
Nomor nomer 5
Peraturan
Kendaraan tentang
1 Peraturan • Pasal 140
Bermotor pembuatan
Daerah ayat 1 setiap
dan Tanda STNK tidak
Provinsi orang atau
Nomor adanya
Daerah badan
Kendaraan kewajiban
Khusus usaha Bermotor. harus
Ibu Kota pemilik
memiliki
Jakarta kendaraan
garasi. Hal
Nomor 5 bermotor
ini secara
Tahun wajib tersirat
2014 memiliki bahwa
Tentang atau kebijakan
Transport menguasai
nomer satu
asi garasi
tidak
• Pasal 140 sejalan
ayat 2 dengan
Setiap orang Undang –
atau badan undang
usaha atau
pemilik kebijakan
kendaraan diatasnya.
bermotor 3 Peraturan • Pasal 66 • Jika
dilarang Pemerinta ayat 1 dikaitkan
menyimpan h nomor Setiap jalan dengan
kendaraan 43 tahun dapat kebijakan
bermotor di 1993 dipergunaka nomer satu
ruang milik
n sebagai pasal 140
jalan
tempat ayat 2
• Pasal 140 berhenti bahwa
ayat 4 Surat atau parkir kebijakan
bukti serta tersebut
kepemilikan menyimpan tidak
garasi kendaraan mendukun
sebagaiman bermotor g kebijakan
a dimaksud apabila tidak diatasnya
pada ayat dilarang oleh bahwa
(3) menjadi rambu- setiap jalan
syarat rambu atau dapat

5
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

No Peraturan Isi tentang Keterangan No Peraturan Isi tentang Keterangan


Peraturan Peraturan
marka atau diperhguna Nomor 5 berfungsi kebijakan
tanda – kan Tahun sebagai nomer satu
tanda lain sebagai 2012 bukti pasal 140
atau di tempat Tentang legitimasi ayat 3
tempat – berhenti Registrasi pengoperasi bahwa
tempat atau dan an ranmor penertiban
tertentu menyimpa Identifikasi • Pasal 79 garasi
n Kendaraa ayat ayat 1 termasuk
kendaraan n menyatakan kepemilika
bermotor. Bermotor bahwa n STNK,
Sehingga penertiban tidak
kendaraan STNK terdiri sejalan
bermotor atas : dengan
khusus nya 1. Mengisi peraturan
mobil tidak formulir kapolri
perlu permoh dimana
diadakann onan; STNK
ya di 2. Melamp sebagai
garasi irkan bukti
cukup tanda legitimasi
diletakkan bukti pengopera
di setiap identita sian
jenis jalan s ranmor
yang tidak kepend bukan
dilarang udukan penertiban
oleh rabu – atau pengadaan
rambu atau KTP garasi.
marka.
4 Permenpri • Pasal 8 ayat • Jika Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
n No 61/ 5 dikaitkan kebijakan terkait kepemilikan garasi bagi pemilik
M – IND/ Perusahaan dengan kendaraan bermotor khusus nya mobil terdapat
PER/ 8/ industri kebijakan
2015 ayat
tumpang tindih dengan kebijakan yang
kendaraan nomer satu
5 bermotor pasal 140 kedudukannnya diatasnya yang saling terkait,
roda empat/ ayat 1 hal antara lain:
lebih dan ini tidak • Pada Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 5
perusahaan berbanding Tahun 2014 menyatakan bahwa penertiban
industri lurus, garasi termasuk dalam penertiban STNK,
sepeda dimana sedangkan dalam peraturan Kapolri Nomor 5
motor yang kebijakan Tahun 2012 yang memiliki wewenang dalam
melakukan pertama menertibkan STNK, menyebutkan dalam
penambaha tidak penertiban STNK hanya dipelrukan formulir
n rencana mendukun
produksi g terhadap
penertiban dan kartu idenitas.
penambah • Pada peraturan Permenprin No 61/ M – IND/
an rencana PER/ 8/ 2015 ayat 5 menyatakan bahwa
produksi perusahaan industri kendaraan bermotor
perusahaa khususnya mobil melakukan penambahan
n industri rencana produksi setiap tahunnya, hal ini di
kendaraan mendukung kebijakan Perda Provinsi DKI
bermotor Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 dengan tujuan
roda 4 atau untuk mengurangi kendaraan bermotor di
lebih
Provinsi DKI Jakarta.
5 Peraturan • Pasal 37 • Apabila
Kapolri ayat 2 STNK dikaitkan

6
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

Tabel 3. Kebijakan Satu Mobil Satu Garasi No Peratura Isi tentang Keterangan
dan Peraturan Lain secara Horizontal (hasil n Peraturan
analisis, 2021) pengendalian bermotor
parkir. dapat
No Peratura Isi tentang Keterangan berpakir di
n Peraturan jalan
kolektor
1 Peraturan • Pasal 140
Daerah dan jalan
ayat 1 setiap
Provinsi lokal.
orang atau
Daerah badan usaha
Khusus pemilik Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
Ibu Kota kendaraan kebijakan terkait kepemilikan garasi bagi pemilik
Jakarta bermotor kendaraan bermotor khusus nya mobil terdapat
Nomor 5 wajib memiliki tumpang tindih dengan kebijakan yang
Tahun atau kedudukannnya yang setara dan saling terkait,
2014 menguasai antara lain pada Perda Provinsi Jakarta tentang
Tentang garasi
perpakiran menunjukkan bahwa jalan kolektor
Transport • Pasal 140
asi dan jalan lokal dapat digunakan parkir.
ayat 2
Setiap orang
Sedangkan pemahaman masyarakat saat ini,
atau badan bahwa jalan lokal khususnya tidak hanya
usaha pemilik sebagai tempat parkir namun sebagai tempat
kendaraan penyimpanan mobil mereka bagi yang tidak
bermotor memiliki garasi sebagai tempat penyimpanan.
dilarang
menyimpan 3.3. Analisis Stakeholder
kendaraan
Analisis ini bermaksud untuk
bermotor di
ruang milik
mengidentifikasi interaksi antar aktor terkait
jalan kepentingan dan kewenangannya serta konflik –
• Pasal 140 konflik yang mungkin terjadi. Konflik antar aktor
ayat 4 Surat sangat mungkin terjadi karena banyak kasus
bukti membuktikan bahwa hambatan terbesar dalam
kepemilikan implementasi suatu kebijakan adalah adanya
garasi perbedaan kepentingan antar aktor. Perbedaan
sebagaimana ini dapat disebabkan oleh faktor regulasi,
dimaksud ekonomi ataupun sosial masyarakat.
pada ayat (3) Berdasarkan identifikasi aktor yang telah
menjadi
dilakukan sebelumnya, maka dilakukan
syarat
penertiban identifikasi kepentingan dan kewenangan antar
STNK aktor dan memetakannya. Berikut adalah
2 Peraturan • Pasal 11 ayat • Jika identifikasi kepentingan dan kewenangan antar
Daerah (1) dikaitkan aktor:
Provinsi Penggunaan dengan kepentingan dan kewengan masing-masing
Daerah ruang milik kebijakan aktor dipetakan dalam kuadran kewenangan
Khusus jalan untuk nomer 1 dan kepentingan berdasarkan PMBOK 5th
Ibu Kota fasilitas parkir bisa Edition (Project Management Institute, 2013).
Jakarta hanya dapat dikatakan
Nomor 5 diselenggarak bahwa
Tahun an di jalan tidak
2012 kolektor dan adanya
Tentang jalan lokal keselaras
Perpakira berdasarkan an.
n kawasan Kendaraa
(zoning) n

7
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

Tinggi terjadi saat ini seperti perbedaan peraturan dan


Satpol PP Polri
Kelurahan Dishubtrans
kepentingan antar Lembaga. Kemudian belum
adanya mekanisme kontrol perizinan dan
pengawasan yang terstruktur dan terintegrasi
Kewenangan antar Lembaga. Permasalahan yang terjadi
DCKTRP Kemenhub Kemenperin
Swasta BPKAD
antar aktor juga dipengaruhi oleh peraturan yang
menaunginya. Polri tidak dapat memasukan
Masyarkaat Pro Perda kepemilikan garasi sebagai syarat penerbitan
Masyarakat Kontra Perda STNK dan BPKB karena tidak tercantum dalam
Rendah Kepentingan Tinggi Peraturan Kapolri Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.
Gambar 3. Analisis Stakeholder dalam Begitu pula dengan kebijakan satu mobil satu
Implementasi Kebijakan Satu Mobil Satu Garasi garasi yang cenderung kontradiktif dengan
(Peneliti, 2021) target Kementerian Perindustrian yang tertuang
dalam Permenprin No 61/ M – IND/ PER/ 8/
Gambar diatas memperlihatkan bahwa terdapat 2015 ayat 5. Konflik antar aktor juga terjadi
kemungkinan terjadinya konflik kepentingan karena perbedaan kepentingan. Polri
antar aktor terkait implementasi sementara itu membutuhkan penerbitan STNK dan BPKB
jika dirinci lebih lanjut, terdapat kemungkinan yang menjadi sumber pemasukan negara
konflik kepentingan dan potensi yang dapat melalui PNBP. Sementara itu BPKAD
dikembangkan melalui interaksi antar aktor. membutuhkan pajak mobil baru untuk
menambah PAD. Perbedaan kepentingan ini
3.4. Analisis Interaksi Kelembagaan membuat antar lembaga tidak dapat saling
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkoordinasi. Masalah – masalah tersebut
sebelumnya yaitu analisis kebijakan dan analisis pada akhirnya mengakibatkan implementasi
stakeholder, diketahui potensi dan kebijakan satu mobil satu garasi tidak dapat
permasalahan dalam implementasi kebijakan maksimal.
satu mobil satu garasi. Permasalahan tersebut
tidak dapat dibahas sebagai bagian yang saling Tabel 4. Pemetaan Permasalahan (hasil
terpisah namun memiliki keterkaitan satu analisis, 2021)
dengan lainnya. Pohon masalah adalah satu
diantara metode untuk mengkaji permasalahan
secara lebih terstruktur

Gambar 4. Pohon Masalah Implementasi


Kebijakan Satu Mobil Satu Garasi (Peneliti,
2021)
Gambar diatas memperlihatkan bahwa
masalah yang ada berakar dari ketiadaan aturan
teknis dan kurangnya koordinasi antar sektor
pemerintahan baik dalam skala nasional
maupun lokal (provinsi). Kedua akar masalah
tersebut menghasilkan permasalahan yang

8
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

Selain permasalahan diatas, juga terdapat 5. REFERENSI


potensi yang dapat dimanfaatkan dalam
Amin, A., dan Thrift, N. (1995): Globalisation,
implementasi kebijakan satu mobil satu garasi,
institutional `thickness’ and the local
diantaranya adalah:
economy’’, in Managing Cities: The New
a. Terdapat potensi integrasi perizinan antara
Urban Context, (P. Healey, S. Cameron, S.
Dishubtrans, Polri dan BPKAD dengan
Davoudi, S. Graham, dan A. Madani-Pour,
menyamakan kepentingan dan peraturan.
Ed.), Sussex: John Wiley & Sons, Inc.
b. Polri dan Satpol PP dapat bertindak sebagai
Arnstein, S. R. (1969): A Ladder Of Citizen
pengawas sekaligus melakukan penindakan
Participation, Journal of the American
jika terjadi pelanggaran, dibutuhkan
Planning Association, 35(4), 216–224,
peraturan khusus yang menaungi potensi ini
https://doi.org/10.1080/019443669089772
seperti penerapan kebijakan Ganjil – Genap.
25.
c. Pihak swasta dapat dijadikan sebagai
Asian Development Bank (2011): Parking Policy
partner dalam verifikasi kepemilikan garasi.
in Asian Cities, Asian Development Bank.
d. Masyarakat perlu diikutsertakan dalam
Clingermayer, J. C., dan Feiock, R. C. (2001):
pengawasan kebijakan tersebut karena
Institutional Constraints and Policy Choice :
masyarakat (RT/RW) dapat memantau terus
An Exploration of Local Governance,
menerus dan memiliki pengetahuan yang
Albany: Suny Press.
lebih mendalam terkait wilayahnya. Perlu
Koontz, T. (2003): An introduction to the
adanya mekanisme khusus dalam
institutional analysis and development
pengawasan yang menyertakan
(IAD) framework for forest management
masyarakat.
research, First Nations and Sustainable
Forestry: Institutional Conditions for
4. SIMPULAN
Success, Columbus, diambil dari
Dampak lain yang ditimbulkan oleh http://www.forestry.ubc.ca/fnconditions/_d
peningkatan jumlah kendaraan adalah ocuments/TomKoontzPaper.pdf.
ketersediaan lahan parkir. Terbatasnya lahan Ostrom, E. (1990): Governing The Commons,
parkir membuat pemerintah setempat dituntut Cambridge: Cambridge University Press.
untuk mengatur terkait lahan parkir. Fenomena Ostrom, E. (2005): Understanding Institutional
ini terjadi di Kota Jakarta, banyak dijumpai pada Diversity, Princeton University Press, New
perumahan – perumahan dengan parkir Jersey: Princeton University Press,
kendaraan pribadi yang tidak tertata dengan https://doi.org/10.1007/s11127-007-9157-
baik sehingga menyusahkan pergerakan x.
kendaraan yang lain jika melewati jalan tersebut, Polski, M. M., dan Ostrom, E. (1999): An
hal ini dikarenakan tidak adanya lahan parkir Institutional Framework for Policy Analysis
pada setiap rumah sehingga kendaraan pribadi and Design by, Development, An
khususnya mobil diparkir di depan rumah secara Institutional Framework for Policy Analysis
tidak teratur. Permasalahan tersebut memaksa and Design by.pdf.
pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan Project Management Institute (2013): A Guide to
aturan mengenai kewajiban pemilik kendaraan the Project Management Body of
bermotor harus punya garasi tertuang dalam Knowledge, 5th ed., Project Management
Pasal 140 perda tentang transportasi tersebut. Institute.
Namun dalam implementasinya, peraturan Ruttan, V. W., dan Hayami, Y. (1984): The
tersebut tidak dapat berjalan maksimal karena Journal of Development Toward a theory of
terdapat permasalahan – permasalahan induced institutional innovation, The
diantaranya adalah perbedaan kebijakan baik di Journal of Development Studies, (June
tingkat nasional ataupun tingkat provinsi, serta 2014), 37–41,
perbedaan kepentingan antar aktor. https://doi.org/10.1080/002203884084219
14.
Verma, N. (Ed.) (2007): Institutions and
Planning, Amsterdam: Elsevier.
Williamson, O. E. (1985): The Economic

9
Wahjoerini, Pamurti
Indonesian Journal of Spatial Planning, Vol 2, No 2, 2021, 1-10

Institutions of Capitalism: Firms , Markets ,


Relational Contracting, New York: Collier
Macmillan Publisher.
Williamson, O. E. (2000): New Taking
Institutional Economics : Ahead Looking,
38(3), 595–613.

10

Anda mungkin juga menyukai