Anda di halaman 1dari 15

1.

Pengertian Kasus Konfirmasi adalah seseorang yang dinyatakan positif


terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium RT-PCR

Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2 :


1. kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
2. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

Kriteria ISPA Berat atau Pneumonia Berat,yaitu


a. pasien Remaja atau Dewasa
 Demam atay dalam pengawasan infeksi saluran nafas
 Ditambah satu dari: frekunesi nafas> 30 kali/menit atau
distress pernafasan berat atau saturasi oksigen (SpO2) <
90% pada udara kamar
b. Pasien Anak
 Batuk atau kesulitan bernafas
 Ditambah satu dari sianosis sentral atau SpO2 < 90%
atau distress pernafasan berat (mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat) atau tanda pneumonia berat
(tidak mampu menyusu atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, kejang)
 Tanda lain pneumonia yaitu : tarikan dinding dada,
takipnea
<2 bulan, ≥60 kali/menit
2-11 bulan, ≥50 kali/menit
1-5 tahun, ≥40 kali/menit
>5 tahun, ≥30 kali/menit

Isolasi adalah proses mengurangi resiko penularan melalui


upaya memisahkan individu yang sakit baik yang sudah
dikonfirmasi laboratorium atau memiliki gejala Covid-19
dengan masyarakat luas

Isolasi Mandiri adalah isolasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri


dan dilakukan di rumah sendiri dengan memenuhi kriteria mampu
melaksanakan isolasi mandiri

Isolasi Kolektif adalah isolasi yang dilakukan oleh pemerintah dan


dilakukan di fasilitas isolasi yang dibuat oleh pemerintah

Pemantauan Kesehatan adalah pemantauan pada kasus konfirmasi


Covid-19 dengan gejala ringan sampai sedang. Dalam pemantauan,
yang diamati oleh petugas kesehatan adalah suhu tubuh, gejala
ISPA, dan sesak. Pemantauan dilakukan sehari 2 kali, yaitu pagi dan
sore hari.

Kriteria orang yang bisa melakukan isolasi mandiri


1. KASUS KONFIRMASI, yang;
 Telah melakukan pemeriksaan fisik ke Rumah Sakit
Rujukan Covid-19 dan dinyatakan tanpa gejala ISPA dan
tanpa demam (suhu tubuh<37,5oC) oleh Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
 Pasien tidak memiliki penyakit komorbid (penyakit kronis)
atau populasi rentan (anak-anak, lanjut usia, dan ibu hamil)
 Selama di rumah bersedia untuk tidak keluar rumah dan
selalu memakai masker sesuai Protokol Pencegahan
Penularan Covid-19
 Salah satu anggota keluarga mampu sebagai Pendamping
Karantina Mandiri (PKM)
 Pemantauan kesehatan dilakukan oleh DPJP rumah sakit
rujukan Covid-19 atau petugas puskesmas setempat yang
telah ditunjuk/didelegasi oleh DPJP rumah sakit
 Pelaku isolasi mandiri mampu menilai kesehatan dirinya
sendiri (suhu tubuh, gejala ISPA, dan sesak) dan
melaporkan tiap hari, 2 (dua) kali sehari, pagi dan sore
ke DPJP atau petugas puskesmas setempat yang telah
ditunjuk
2. KONDISI RUMAH
 Mempunyai kamar tidur sendiri (tidak berbagi dengan
anggota keluarga yang lain)
 Ada jendela yang bisa dibuka dan cukup pencahayaan
dari sinar matahari
 Tidak berada di lingkungan pemukiman padat penduduk
3. SOSIAL
 Mendapatkan izin secara tertulis dari Kepala
Lingkungan/Dusun dan Kepala Desa/Lurah
 Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat mengetahui dan
mengawasi pelaksanaan isolasi mandiri
 Tetangga dan masyarakat sekitar mengetahui dan bersedia
ikut mengawasi pelaksanaan isolasi mandiri

Kasus Konfirmasi yang harus melakukan isolasi kolektif


 Tidak ada gejala ISPA, demam, atau sesak
 Kasus Konfirmasi tidak mampu memenuhi persyaratan
isolasi mandiri (kondisi rumah dan sosial)
 Selama karantina tidak boleh keluar fasilitas isolasi kolektif
dan selalu memakai masker sesuai Protokol Pencegahan
Penularan Covid-19
 Pemantauan kesehatan dilakukan oleh petugas
isolasi kolektif
 Selama isolasi, keluarga tidak boleh masuk ke
dalam fasilitas isolasi kolektif

Rumah Sakit Darurat adalah fasilitas kesehatan yang disediakan


oleh pemerintah dengan pelayanan kesehatan dasar untuk pasien
kasus konfirmasi dengan gejala ISPA ringan sampai sedang atau
kasus konfirmasi dengan penyakit komorbid atau populasi rentan

Rumah Sakit Rujukan Covid-19 adalah fasilitas kesehatan yang


disediakan oleh pemerintah atau swasta dengan pelayanan
kesehatan tingkat lanjut untuk pasien kasus probable dan
konfirmasi Covid-19 dengan gejala ISPA berat
2. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penanganan
Kasus Konfirmasi COVID-19

3. KEBIJAKAN Surat Keputusan Pemimpin UPT BLUD Puskesmas Gerung Nomor


4. PROSEDUR KASUS MEMENUHI SYARAT KONFIRMASI COVID-19
1. PEMERIKSAAN RT-PCR SELANG 24 JAM dan ASSESEMENT DPJP
 Dilakukan pemeriksaan swab nasopharyng dan
tenggorok untuk diperiksa RT-PCR
 Pemeriksaan dilakukan 2 (dua) kali selang 24 jam
 Dilakukan assesement oleh Dokter Penanggung jawab
Pasien (DPJP) di Rumah Sakit Rujukan Covid-19/FKTRL
2. JIKA HASIL ASSESEMENT DPJP TIDAK ADA GEJALA ISPA
 Pasien harus menjalani isolasi selama minimal 10 hari
 Isolasi dapat dilaksanakan di fasilitas isolasi kolektif atau
melakukan isolasi mandiri jika memenuhi syarat isolasi
mandiri
3. JIKA HASIL ASSESEMENT DPJP TERDAPAT GEJALA ISPA RINGAN-
SEDANG ATAU TERDAPAT PENYAKIT KOMORBID (PENYAKIT
KRONIS) ATAU POPULASI RENTAN (ANAK-ANAK, LANJUT USIA,
IBU HAMIL)
 Pasien harus menjalani isolasi selama minimal 10 hari
ditambah 3 hari bebas gejala ISPA
 Isolasi dilaksanakan di Rumah Sakit Darurat dengan
Pelayanan Kesehatan Dasar yang disediakan oleh
pemerintah
4. JIKA HASIL ASSESEMENT DPJP TERDAPAT GEJALA ISPA BERAT
 Pasien harus menjalani perawatan di ruang perawatan
isolasi sampai hasil follow up swab negatif 1 (satu) kali dan
ditambah 3 (tiga) hari bebas gejala ISPA
 Perawatan isolasi harus dilaksanakan di Rumah Sakit
Rujukan Covid-19 dengan Pelayanan Kesehatan Tingkat
Lanjut baik milik pemerintah maupun swasta
 Setelah selesai perawatan di rumah sakit rujukan Covid-19,
pasien harus melanjutkan isolasi mandiri di rumah selama
7 hari

PERSIAPAN ISOLASI MANDIRI


1. KASUS KONFIRMASI TANPA GEJALA ISPA, BEBAS PENYAKIT
KOMORBID, DAN BUKAN KELOMPOK POPULASI RENTAN (ANAK-
ANAK, LANJUT USIA, IBU HAMIL)
 Kasus Konfirmasi melakukan pemeriksaan kesehatan oleh
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) di Rumah Sakit
Rujukan Covid-19. Jika hasil assesement DPJP tanpa gejala
ISPA, bebas penyakit komorbid, dan bukan kelompok
populasi rentan, maka DPJP memberikan penjelasan bahwa
harus menjalani isolasi selama minimal 10 hari
 Jika Kasus Konfirmasi memilih menjalani isolasi mandiri dan
memenuhi syarat untuk isolasi mandiri, maka membuat
pernyataan untuk melaksanakan isolasi mandiri (tidak keluar
kamar) selama 10 hari, selanjutnya disebut pelaku isolasi
mandiri
 Pelaku isolasi mandiri memberikan data pribadi dan tempat
dilakukan isolasi mandiri
 Petugas puskesmas/Dinas Kesehatan setempat setuju untuk
dilakukan isolasi mandiri
 Pelaku isolasi mandiri diajarkan cara menggunakan masker
 Pelaku isolaasi mandiri diajarkan cara cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun selama minimal 20 detik dengan benar
setiap kali setelah batuk, bersin, setelah BAK/BAB, sebelum
makan, setelah memasang/melepas masker
 Pelaku isolasi mandiri diajarkan cara melaporkan
kesehatannya secara harian atau jika mucul gejala ISPA atau
demam atau sesak
2. KONDISI RUMAH
 Dinas Kesehatan melalui puskesmas setempat melakukan
penilaian kelayakan rumah untuk isolasi mandiri
 Hasil penilaian dijadikan dasar untuk memberikan
persetujuan isolasi mandiri
3. SOSIAL
 Dinas Kesehatan melalui puskesmas memberikan informasi
tentang pelaksanaan isolasi mandiri kepada Kepala
Lingkungan/Dusun dan Kepala Desa/Lurah
 Dinas Kesehatan melalui puskesmas setempat memberikan
penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat untuk
menghilangkan stigma Covid-19
 Tetangga dan masyarakat sekitar siap untuk mengawasi
dan memberikan dukungan kepada pelaku isolasi mandiri
dan keluarganya.

PELAKSANAAN ISOLASI MANDIRI


1. PELAKU ISOLASI MANDIRI
 Pelaku isolasi mandiri melakukan pemeriksaan
kesehatannya sendiri, antara lain suhu tubuh, batuk, nyeri
tenggorokan, sesak, dan gangguan pencernaan, setiap hari,
sebanyak 2 (dua) kali sehari, pagi dan sore
 Pelaku isolasi mandiri melaporkan hasil pemeriksaan
kesehatannya ke DPJP atau petugas puskesmas yang
ditunjuk melalui media elektronik yang ada
 Pelaku isolasi mandiri melakukan wawancara secara online
atau telepon dengan DPJP atau petugas puskesmas yang
ditunjuk
 Pelaku isolasi mandiri dianggap selesai isolasi atau sembuh
jika selama 10 hari tidak muncul gejala ISPA atau demam
atau sesak dan pelaku isolasi mandiri telah diperiksa ulang
oleh DPJP rumah sakit rujukan Covid-19
2. KONDISI RUMAH
 Kamar pelaku isolasi mandiri setiap hari dibersihkan dan
dilap/dipel dengan desinfektan
 Jendela kamar selalu dibuka sehingga memungkinkan
udara segar dan sinar matahari masuk ke dalam kamar
3. SOSIAL
 Dinas kesehatan melalui puskesmas setempat
melakukan pengawasan pelaksanaan isolasi mandiri
 Tetangga dan masyarakat sekitar ikut mengawasi dan
memberikan dukungan kepada keluarga yang
melakukan isolasi mandiri

EVALUASI ISOLASI MANDIRI


1. PELAKU ISOLASI MANDIRI
DPJP atau petugas puskesmas harus melakukan
kunjungan rumah, jika:
 pelaku isolasi mandiri tidak melapor kondisi kesehatannya
selama 3 hari berturut-turut atau tidak dapat dihubungi
baik dengan online maupun telefon
 muncul gejala ISPA atau demam atau sesak
Rumah Sakit penanggung jawab pasien atau Puskesmas yang
ditunjuk harus melakukan evakuasi dari isolasi mandiri, jika
 pasien tidak taat isolasi atau keluar rumah, untuk
selanjutnya dipindahkan ke fasilitas isolasi kolektif
 muncul gejala ISPA atau demam atau sesak
 jika muncul gejala ISPA ringan-sedang atau demam ringan
atau sesak ringan, maka pelaku isolasi dirujuk ke Rumah
Sakit Darurat
 jika muncul gejala ISPA berat atau demam tinggi atau sesak
berat, maka pelaku isolasi dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan
Covid-19
2. KONDISI RUMAH
 Jika kondisi rumah berubah menjadi tidak memenuhi
syarat, pasien dipindahkan ke karantina kolektif
3. SOSIAL
 Jika pasien tidak taat isolasi mandiri, tetangga/kepala
lingkungan/kepala desa/lurah dapat melaporkan
kepada puskesmas setempat atau dinas kesehatan
setempat
 Jika masyarakat keberatan dengan pelanggaran isolasi
mandiri oleh pasien atau keluarga pasien, rumah sakit
penanggung jawab pasien/puskesmas/Dinas Kesehatan
setempat memindahkan pasien ke fasilitas isolasi kolektif

PELAKSANAAN ISOLASI DI FASILITAS ISOLASI KOLEKTIF


1. PELAKU ISOLASI KOLEKTIF
 Isolasi kolektif dilakukan untuk pasien kasus konfirmasi
tanpa gejala ISPA atau demam atau sesak tetapi tidak dapat
melakukan isolasi mandiri karena tidak memenuhi syarat
rumah dan sosial
 Pelaksanaan isolasi kolektif dilakukan di fasilitas isolasi
kolektif yang dibuat oleh pemerintah dengan pelayanan
kesehatan minimal (pemantauan suhu tubuh dan gejala
ISPA)
 Pelaku isolasi kolektif dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh
petugas fasilitas isolasi kolektif atau petugas puskesmas
setempat, antara lain suhu tubuh, batuk, nyeri tenggorokan,
sesak, dan gangguan pencernaan, setiap hari, sebanyak 2
(dua) kali sehari, pagi dan sore
 Keluarga pelaku isolasi dilarang masuk ke fasilitas
isolasi kolektif
 Selama menjalani isolasi, pelaku isolasi kolektif tetap
melaksanakan protokol kesehatan Covid-19
 Pelaku isolasi kolektif dianggap selesai isolasi atau sembuh
jika selama 10 hari tidak muncul gejala ISPA atau demam
atau sesak dan pelaku isolasi kolektif telah diperiksa ulang
oleh DPJP rumah sakit rujukan Covid-19
2. KONDISI FASILITAS ISOLASI KOLEKTIF
 Kamar pelaku isolasi kolektif setiap hari dibersihkan dan
dilap/dipel dengan desinfektan
 Jendela kamar selalu dibuka sehingga memungkinkan
udara segar dan sinar matahari masuk ke dalam kamar
 Secara periodik dilakukan disinfeksi umum
 Pembatasan ketat keluar masuk orang ke fasilitas
isolasi kolektif

5. UNIT TERKAIT 1. Rumah sakit se-Provinsi NTB


2. Dinas Kesehatan Provinsi NTB
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-NTB
4. Rumah sakit darurat Covid-19 se-Provinsi NTB
5. Tempat isolasi kolektif se-Provinsi NTB
6. Puskesmas se-Provinsi NTB
7. Satgas Penanganan Covid-19 se-Provinsi NTB
KRITERIA MENGIKUTI ISOLASI MANDIRI

Kriteria kelayakan pasien:


1. Klinis (harus diisi oleh dokter)
Kriteria Ya Tidak
Tidak ada gejala ISPA (batuk, sesak napas, demam, dll)
Tidak memiliki penyakit komorbid (diabetes, kardiovaskular, kanker,
PPOK, AIDS, autoimun, gangguan jiwa, dll)
Hasil rontgen dada dalam batas normal

2. Non-klinis
Kriteria Ya Tidak
Berusia 16-60 tahun
Tidak memiliki hambatan komunikasi (mampu berbahasa Indonesia
yang lancar baik lisan maupun tulisan)
Memiliki 1 kamar tidur yang terpisah dari anggota keluarga lainnya dan
mempunyai kamar mandi dalam serta memiliki jendela dan ventilasi
yang baik
Bersedia untuk mengisolasi diri di rumah selama minimal 10 hari dan
kembali ke dokter pemeriksa pada hari ke 10
Bersedia dan mampu menghindari kontak langsung dengan orang
serumah, termasuk menyediakan masker
Memiliki telefon yang sewaktu-waktu dapat dihubungi oleh petugas
Bersedia untuk melakukan pelaporan ke petugas kesehatan secara
berkala setiap hari, 2 (dua) kali sehari, melalui telepon atau online
Memiliki termometer (alat pengukur suhu badan) dan jam untuk
mengukur kecepatan nadi
Mampu menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, air
secara mandiri
Memiliki minimal 1 (satu) orang Pendamping Isolasi Mandiri
Bersedia untuk dikunjungi oleh petugas (rumah sakit/puskesmas/dinas
kesehatan/satgas penanggulangan Covid-19)
Kesimpulan: layak/tidak layak* untuk melakukan isolasi mandiri
*) coret yang tidak perlu
Mataram, 2020
Petugas
( )
LAMPIRAN

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN ISOLASI MANDIRI


Hak pasien isolasi mandiri
- Mendapatkan penjelasan mengenai protokol isolasi mandiri
- Mendapatkan konsultasi kesehatan berkala dan pengobatan apabila
diperlukan sesuai protokol isolasi mandiri
- Mendapatkan pelayanan emergensi oleh rumah sakit pengampu apabila
dibutuhkan sesuai protokol
Kewajiban pasien isolasi mandiri
- Tinggal di rumah, tidak bepergian keluar rumah dan tetap berada di kamar
- Menghindari kontak dengan anggota rumah yang lain dengan jarak minimal 2 meter
- Selalu menggunakan masker apabila terpaksa berinteraksi dengan orang serumah
- Melaporkan kondisi kesehatan secara berkala yang meliputi suhu tubuh dan laju
nadi, maupun keluhan lainnya setiap hari, minimal 2 (dua) kali sehari, pagi dan
sore

PERLENGKAPAN ISOLASI MANDIRI


Alat yang wajib disiapkan oleh pasien isolasi mandiri:
- Termometer
- Telefon yang bisa dihubungi
- Masker kain/bedah
- Antiseptik dan desinfektan
- Alkes sederhana lain bila diperlukan

KRITERIA GAGAL ISOLASI MANDIRI


Pasien dinyatakan gagal mengikuti isolasi mandiri apabila terjadi salah satu dari hal-hal
berikut:
- Tidak melakukan pelaporan kondisi kesehatan kepada pihak rumah sakit maksimal
2 (dua) hari berturut-turut atau 3 (tiga) hari tidak berurutan
- Melanggar isolasi mandiri (keluar rumah)
- Timbul gejala yang memerlukan perawatan rumah sakit (perburukan klinis)
- Laporan dari masyarakat
Apabila pasien dinyatakan gagal menjalani isolasi mandiri, maka pasien akan dialihkan ke
tempat isolasi kolektif setempat atau mendapatkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit.
CATATAN

Yang perlu diperhatikan selama isolasi mandiri:

a. Tinggal di rumah, dan jangan pergi bekerja dan ke ruang publik.


b. Gunakan kamar terpisah di rumah dari anggota keluarga lainnya. Jika
memungkinkan, upayakan menjaga jarak setidaknya 2 meter dari anggota keluarga
lain.
c. Gunakan selalu masker selama masa isolasi diri.
d. Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala klinis seperti batuk atau
kesulitan bernapas dan laporkan kepada dokter isolasi mandiri/via telefon.
e. Hindari pemakaian bersama peralatan makan (piring, sendok, garpu, gelas), dan
perlengkapan mandi (handuk, sikat gigi, gayung) dan linen/seprai.
f. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mengonsumsi makanan
bergizi, melakukan kebersihan tangan rutin, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir serta keringkan, lakukan etika batuk/bersin.
g. Berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi.
h. Jaga kebersihan rumah dengan cairan desinfektan.
i. Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit memburuk (seperti sesak
nafas atau demam tinggi) untuk dirawat lebih lanjut.

Tindakan pencegahan:

a. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.
b. Tutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, dengan tisu atau lengan atas bagian
dalam yang tertekuk. Segera buang tisu ke tempat sampah yang tertutup dan
bersihkan tangan dengan sabun dan air atau hand sanitizer.
c. Jaga jarak sosial setidaknya jarak 2 (dua) meter dengan anggota rumah yang lain dan
gunakan masker (minimal masker kain 3 lapis) apabila terpaksa keluar kamar
d. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum mencuci tangan.

Referensi : Formulir dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB bekerja sama dengan
Universitas Mataram
(KOP SURAT)
SURAT PENYATAAN

Yang bertanda-tangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :
Jabatan : Kepala Lingkungan/Dusun ........................................................
Kelurahan :
Kabupaten/Kota :
Dengan ini memberikan persetujuan
kepada: Nama :
Alamat :
untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dalam pengawasan rumah sakit .............................
serta bersedia untuk mendukung proses tersebut hingga yang bersangkutan dinyatakan
sembuh.

Mataram, ..................................................
Yang membuat pernyataan, Pendamping Isolasi
Mandiri, Kepala Lingkungan/Dusun ........................
Materai+stempel

( ) ( )

Mengetahui,
Tim Isolasi Mandiri RS.........................

( )
SURAT PENYATAAN
KESEDIAAN MELAKUKAN ISOLASI MANDIRI DALAM SUPERVISI RS .................

Yang bertanda tangan di bawah


ini: Nama :
Umur :
Jenis kelamin:
NIK :
No HP :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk dilakukan tindakan isolasi mandiri di rumah dan akan mematuhi
segala aturan yang ditetapkan oleh rumah sakit .............. (pengampu) dan Pemerintah
sampai tindakan ini dinyatakan berakhir.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila saya terbukti
melanggar aturan yang ditetapkan, saya bersedia untuk menerima konsekuensi sesuai
aturan yang diberlakukan oleh rumah sakit............................(pengampu)

Mataram, 2020
Pendamping Isolasi Mandiri, Yang membuat pernyataan

( ) ( )

Mengetahui

Ketua Satgas COVID RS................(Pengampu)

( )
SURAT PENYATAAN
KESEDIAAN PENDAMPING ISOLASI MANDIRI

Yang bertanda tangan di bawah


ini: Nama :
Umur :
No HP :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi pendamping isolasi mandiri dari
pasien: Nama :
Umur :
No HP :
Alamat :

Yang akan melakukan tindakan isolasi mandiri di rumah di bawah pengawasan RS


......................(Pengampu) sampai pasien yang bersangkutan dinyatakan sembuh.
Pendamping isolasi mandiri bersedia untuk melakukan membantu melakukan pengawasan
pasien selama isolasi, membantu menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan dan air,
serta kebutuhan lainnya yang sewaktu-waktu diperlukan.

Mataram, 2020
Pasien Yang membuat pernyataan

( ) ( )
SELESAI ISOLASI/ ALIH STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19
PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19
RAWAT

3 HARI BEBAS
GEJALA
Ya ADA ASSESEMENT
GEJALA DPJP

RT-PCR
NEGATIF 1X Tidak

Ya MEMENUHI Tidak
ISOLASI RS GEJALA ISOLASI
SYARAT
RUJUKAN BERAT KOLEKTIF
ISOLASI
MANDIRI

Tidak
Ya
PENGUKURAN SUHU
ISOLASI RS DAN GEJALA ISPA
DARURAT ISOLASI
MANDIRI OLEH PETUGAS 2X
SEHARI

PEMANTAUAN PENGUKURAN SUHU


OLEH DPJP DAN GEJALA ISPA
MANDIRI 2X SEHARI

10 HARI Ya
GEJALA PENGAWASAN SELESAI
Tidak 10 HARI ISOLASI TIDAK ADA
FKTP/FKRTL ISOLASI
BERTAMBAH & 3 HARI TANPA GEJALA
BERAT GEJALA

Tidak
Ya

Anda mungkin juga menyukai