Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat tentang Qurban,

Ma’aasyiral mu’miniin rahimakumullaah.

Tidak lama lagi kita akan merayakan Iedul Adha, Hari Raya Qurban. Syari’at qurban ini telah dimulai
pada generasi pertama umat manusia, anak Adam as..

Syari’at qurban ini kemudian dilestarikan di dalam syari’at Nabi Ibrahim as., sebagaimana dapat kita lihat
di dalam Surah as-Shâffât ayat 102:

َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ّ َ َ َ َ َ َ ََ
َ َ َ
َ‫ت افعلَ ماَ تؤمر‬
َ ِ ‫ال يا أب‬ َ
َ ‫ق‬. ‫ك فانظرَ ماذا ترى‬
َ ‫ن أذبح‬ َ
َ ْ ‫ن أرى ِ ْفَ المن ِامَ أ‬ ََّ ْ ‫ع قالَ يا ب‬
َ ْ ‫ن ِإ‬ َّ َ‫غ َم َعه‬
ََ ْ ‫الس‬ َ ‫فل َّما َبل‬
َ ‫الصابر‬ َّ َ‫اّلل م َن‬ َ َ َ َ
َ‫ين‬ ِِ ِ َ َ ‫ن ِإنَ ش‬
‫اء‬ َ ْ ِ ‫َست ِجد‬

Artinya: Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama
(Ibrahim), (Ibrahim) berkata: Wahai puteraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu? (Ismail) menjawab: Wahai ayahku, laksanakanlah
apa yang diperintahkan (oleh Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-
orang yang bersabar.

Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa berqurban merupakan ujian dari Allah atas kesabaran kita.
Apakah kita bersabar ketika Allah menuntut kita untuk mengorbankan sebagian harta yang kita cintai,
sebagaimana Ibrahim dapat bersabar saat Allah menuntut ia mengorbankan harta kecintaannya, yaitu
putranya sendiri. Beruntunglah kita yang hanya diperintahkan untuk berqurban dengan hewan, dan
bukan dengan menyembelih darah daging sendiri.mestinya Malulah kita jika kita mampu namun enggan
untuk menyembelih sekadar seekor hewan qurban yang tiada seberapa berharga dibandingkan
pengorbanan nabi Ibrahim.

Dan Allah tidak akan pernah mensia-siakan kesabaran, ketaatan dan pengorbanan hamba-hambanya.
Allah SWT pun berfirman Surah as-Shâffât ayat 107-111:

َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َْ َ َ ََ
‫ ِإنهَ ِمنَ ِع َب ِادنا‬. ‫ي‬
َ َ‫ك نج ِزي المح ِس ِن‬
َ ‫كذ ِل‬. ‫يم‬
َ ‫ل ِإبر ِاه‬
َ ‫سَلمَ ع‬. ‫ين‬ َ ْ ِ ‫ َوت َركنا َعلي َِه‬. َ‫َوفديناهَ ِب ِذبحَ َع ِظيم‬
َ ‫ف اْل ِخ ِر‬
َ ‫ْالمؤمن‬
َ‫ي‬ ِ ِ
Artinya: Dan kami tebus anak itu (Ismail) dengan seekor sembelihan yan besar. Kami abadikan untuk
Ibrahim pujian yang baik di kalangan kaum-kaum sesudahnya. Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.
Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba
Kami yang beriman.

Betapa mulia, Allah SWT sendiri yang menyematkan predikat-predikat keagungan dan kemuliaan
kepada Ibrahim dan Ismail AS.

Jama’ah yang dirahmati Allah SWT.

Dalam syariat Islam, tradisi qurban para nabi di atas kemudian dilestarikan melalui firman Allah SWT
dalam Surah Al-Kautsar ayat 2:
َ‫فصلَ لربك وانحر‬

Artinya: Maka shalat (Iedul Adha)-lah kamu kemudian berqurbanlah.

Perintah Allah tersebut kemudian dipertegas oleh sabda Rasulullah Saw:

‫من وجد سعة و لم يضحَ فال يقربنَ مصالنا‬: ‫قال رسول هللا صل هللا عليه و سلم‬: ‫أن هريرة قال‬
َ ‫عن‬
(‫)رواه ابن ماجه و أحمد‬

Artinnya: Dari Abi Hurayrah ra, Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang mampu namun tidak
berqurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat (Iedul Adha) kami (HR. Ibnu Majah dan
Ahmad).

Dari hadits di atas, maka Imam Abu Hanifah, Imam Maliki ibnu Anas dan Imam Ahmad ibnu Hanbal
berpendapat bahwa berqurban wajib hukumnya bagi yang mampu. Adapun madzhab As-Syafi’i
menyatakan bahwa berqurban adalah sunnah mu’akkadah (sunnah yang sangat ditekankan), bahkan
termasuk fardhu kifayah.

Ma’aasyiral mu’miniin rahimakumullaah.

Tentang syariat qurban, beberap hal perlu kita garis bawahi dan perhatikan, antara lain:

Pertama, sebagaimana semua amal ibadah lainnya, ibadah qurban ada yang diterima oleh Allah SWT,
ada juga yang tidak diterima. Sebagaimana telah dikisahkan di dalam Surah Al-Mai`idah ayat 27 di awal
khutbah ini, bahwa Allah menerima qurban dari Habil dan tidak menerima qurban dari Qabil. Ayat di
atas diakhiri dengan firman Allah:

َ‫إنما يتقبلَ هللا من المتقي‬


Artinya: Sesunggunya Allah hanya menerima (qurbannya) orang-orang yang bertaqwa.

Prinsip taqwa dalam berqurban ini kembali dipertegas di dalam Surah Al-Hajj ayat 37:

ُ َّ ُ َ َ َ َ ُ ََ َ ََ َ
‫اّلل لحوم َها َولَ ِد َماؤهاَ َول ِكنَ َينالهَ التق َوى ِمنكم‬
َ ‫ال‬ َ ‫… َلنَ ين‬

Artinya: Daging hewan qurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi
yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kalian…

Qurbannya orang bertaqwa antara lain dan yang terpenting adalah ditandai dengan landasan niat untuk
mentaati perintah Allah semata, bukan untuk niat-niat duniawi lainnya. Maka ketika kita berqurban,
pastikan bahwa hanya keikhlasan yang ada di hati kita, hanya demi menggapai ridha Allah SWT. Taqwa
di sini juga berarti bahwa hewan qurban tersebut berasal dari harta yang halal. Karena, ibadah apa pun
yang dibiayai dari harta yang haram pasti tertolak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:

‫ال يقبل هللا عز و جل صدقة من غلول و ال صالة بغيَ طهور‬


(‫)رواه ابو داو َد‬
Artinya: Allah Azza wa Jalla tidak menerima shadaqah dari harta yang haram dan (tidak menerima)
shalat tanpa bersuci (HR. Abu Daud)

Kedua, tentang distribusi daging qurban, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 28:

ُُ َ َ َ َ
‫يم َِة اْلن َع ِامَ فكلوا ِمن َها‬
ََ َ َ ‫ف َأ َّيامَ َمع ُل‬
َ ‫وماتَ َع‬
‫ل َما َرزقهمَ ِمنَ ب ِه‬
َ َ
َ ْ ِ ‫اّلل‬
َِ ‫م‬
ُ َ َ ََ
َ ‫ع لهمَ َو َيذكروا اس‬َ ‫ِل َيش َهدوا من ِاف‬
َْ َ َْ َ
َ‫س الف ِقي‬َ ‫َوأط ِعموا الب ِائ‬

Artinya: (Tujuan ibadah haji dan qurban itu adalah) agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan, atas rizki yang
telah Allah berikan kepada mereka, yaitu berupa binatang ternak, maka makanlah sebagian darinya dan
berikanlah sebagian lainnya untuk dimakan oleh orang-orang yang papa lagi fakir.

Dari ayat di atas dapat kita ambil sebuah tuntunan bahwa orang-orang yang berqurban atau panitia
qurban harus memastikan bahwa qurban tersebut didistribusikan secara baik dengan prioritas pembagian
hasil qurban untuk para fakir miskin, disamping si empu qurban juga memiliki hak untuk menikmati
sebagian daging qurbannya. Ini adalah bentuk solidaritas sosial, agar pada Idul Adha, kita semua, tanpa
terkecuali, betul-betul dapat merayakannya dengan riang gembira dan penuh suka cita. Jangan sampai
pada Idul Adha nanti ada perut-perut lapar yang berangan-angan tentang nikmatnya daging qurban,
sementara perut kita kekenyangan setelah menyantap hidangan lezat hasil qurban.

Hal ketiga yang kiranya perlu kita ketahui adalah tentang wasiat Rasulullah Saw:

‫من باع جلد أضحيته فال أضحية له‬: ‫قال رسول هللا صل هللا عليه و سلم‬, ‫رض هللا عنه قال‬
َ ْ ‫ان هريرة‬
َ ‫عن‬
(‫البيهق‬
َْ ‫)رواه الحاكم و‬

Artinya: Diriwayatkan oleh Abi Hurayrah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang
menjual kulit hewan qurbannya maka sesunggungnya dia tidak berqurban (HR. Al-Hakim dan Al-
Bayhaqiy).

Wejangan Rasulullah di atas adalah sebuah tuntunan agar dalam berqurban kita harus total, optimal dan
sempurna, tidak setengah-setengah. Dengan demikian, ganjaran baik yang kita peroleh dari Allah pun
menjadi sempurna pula. Maka, tidak sah qurban seseorang yang kulit qurbannya dijadikan upah untuk
si tukang sembelih atau tukang jagal qurbannya.
Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah SWT.

Akhirnya, khatib berharap, semoga khutbah ini dapat membangkitkan kesadaran dan keinginan kita
untuk berlomba-lomba mempersembahkan qurban terbaik kita. Semoga Idul Adha nanti semakin
banyak saudara kita yang tersenyum bahagia karena menikmati hidangan daging qurban yang kita
sembelih, hanya untuk menggapai ridha Allah SWT. Amin yaa Rabbal ’aalamiin.

‫و تقبل منَ و منكم‬. ‫و نفعنَ و إياكم بما فيه من اْليات و الذكر الحكيم‬. ‫بارك هللا ىل و لكم فَ القرآن الكريم‬
‫إنه هو الغفور الرحيم‬, ‫أقول قوىل هذاَ فاستغفروه‬. ‫إنه هو السميع العليم‬, ‫تالوته‬.

Anda mungkin juga menyukai