Sebagai Tugas Seminar Akhir Dari Pelatihan Pengolahan Limbah Cair Domestik Di Fasyankes
Yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan Cikarang
Disusun Oleh:
AHMAD KHAIDIR, SKM.
IPAL Puskesmas Rimbo Tengah terletak di Jl. Poros Sungai Buluh Dusun Sungai Buluh
Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Adapun letak IPAL berada di
belakang gedung Puskesmas itu sendiri.
Luas IPAL adalah 1,5 x 9 m mulai dari bak awal hingga bak akhir. IPAL akan
tersambung dengan pipa-pipa di masing-masing ruangan pelayanan Puskesmas.
IPAL di Puskesmas Rimbo Tengah didirikan pada tahun 2021 yang langsung dikerjakan
oleh PT Cahaya Mas Cemerlang sebagai pihak ketiga dan Dinas Kesehatan Kab. Bungo
sebagai kuasa pengguna anggaran. Hingga saat ini kondisi IPAL masih baru dan belum serah
terima.
Pengolahan limbah cair di Puskesmas menggunakan sistem MBR dengan menggunakan
jasa/bantuan mikroorganisme (bakteri-bakteri) untuk mendegradasi limbah cair.
D. Jumlah tenaga
Jumlah tenaga dalam melakukan monitoring, perawatan hingga operasional IPAL
terdiri dari
2 orang sanitarian
1 orang cleaning service
E. Tujuan
Tujuan dari dilakukan praktek belajar mandiri adalah untuk meningkatkan kemampuan
petugas dalam melaksanakan monitoring, operasional dan evaluasi dalam pengolahan limbah
cair domestik di Puskesmas Rimbo Tengah.
BAB II
GAMBARAN EKSISTING IPAL LOKUS
PUSKESMAS RIMBO TENGAH
TABEL 1
Sumber penghasil limbah cair
No Aktivitas di Fasyankes (sumber Limbah B3 Cair Jenis limbah
Limbah
Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
1. Ruang KB cairan tubuh. chlorin dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci alat, bekas cuci
tangan
2. Ruang Gigi Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
cairan tubuh dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci alat, bekas cuci
tangan
3. Ruang Imunisasi Deterjen, sisa darah Limbah infeksius
dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci tangan
4. Ruang Laktasi Deterjen Limbah kimia: Air
Kotor, Air bekas
cuci tangan
5. Ruang Kebidanan Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
cairan tubuh dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci alat dan cuci
tangan
6. Ruang Anak Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
cairan tubuh dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci tangan
7. Ruang Gizi Deterjen Limbah kimia: Air
Kotor, Air bekas
cuci tangan
8. Ruang Farmasi Deterjen, sisa Limbah kimia: Air
farmasi Kotor, Air bekas
cuci alat dan cuci
tangan
9. Ruang Poli Umum Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
cairan tubuh dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci alat dan cuci
tangan
10. Ruang Unit Dots Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
cairan tubuh dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci tangan
11. Ruang Lansia Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
cairan tubuh dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci alat dan cuci
tangan
12. Ruang Laboratorium Deterjen, sisa darah, Limbah infeksius
cairan tubuh, urine, dan limbah kimia:
sisa farmasi Air Kotor, Air bekas
cuci alat dan cuci
tangan
13. Ruang Sterilisasi Deterjen Limbah kimia: Air
Kotor, Air bekas
cuci alat dan cuci
tangan
14. Ruang Pantry Deterjen, minyak Limbah domestik
dan lemak, dan limbah kimia:
Air Kotor, Air bekas
cuci peralatan
makan dan cuci
tangan
15. Ruang Laundry Deterjen Limbah kimia: Air
kotor, air bekas cuci
pakaian
16. WC Deterjen, Limbah kimia dan
karbol/lisol, chlorine domestik: Air kotor,
air bekas cuci
peralatan kebersihan
dan cuci anggota
badan
C. Karakteristik Limbah
Sesuai dnegan kondisi dilapangan, peserta melakukan swa pantau dan pemeriksaan
sampel limbah cair di laboratorium, dengan karakteristik limbah cair berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No.68 tahun 2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair, dengan
ringkasan lampiran sebagai berikut:
Sehingga didapatkan hasil monitoring limbah effluen sebagai berikut:
No. Parameter Hasil Keterangan
1 Suhu
2 pH
3 BOD
4 COD
5 TSS
6 Amoniak
7 Fosfat Total
8 E.Coli
9 Coliform
Belum ada dilakukan pengkuran terhadap indikator limbah cair dikarenakan IPAL
belum berfungsi secara maksimal dan dikarenakan belum ada penyerahan secara resmi ke pihak
Peskesmas Rimbo Tengah oleh pihak Dinas Kesehatan.
2. Sistem pengolahan
a. Bar Screen
Pada unit ini, air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
sampah yang berukuran besar seperti daun, kertas, plastik, dll
b. Fine screen
Air limbah dialirkan melalui saringan halus untk menyaring sampah yang berukuran kecil
seperti batu kerikil, pasir
c. Bak ekualisasi
Yaitu pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair masuk ke dalam proses
pengolahan utama, dalam tahap ini beban kandungan limbah cair akan direduksi yaitu
COD dan BOD. Tujuannya adalah menghomogenkan kondisi limbah cair dan
menetralkan pH limbah yang ada, setelah itu limbah cair siap diolah secara biologis.
d. Pompa
Pada sistem pengolahan limbah cair terdapat pompa celup yang berada di dalam bak
equalisasi yang mengalirkan air limbah dari bak penampung ke reaktor utama pada
pengolahan limbah cair.
e. Blower unit
Pada sistem ini memberikan udara O2 pada sistem MBR. Blower ini mempunyai kapasitas
yang lebih kecil, mencakup ruangan yang lebih kecil. Mesin blower terdiri dari 2 yang
mempunyai fungsi memberikan udara masing masing pompa 5 menit secara bergantian.
g. Control panel
Sistem kontrol panel yang berada sistem ini dikumpulkan pada satu rumah yang
dinamakan rumah panel, sistem ini bekerja pada sistem full otomatis dan bisa manual
on/off di dalam kotak panel.
h. Bak pengendapan akhir
Pada bak akhir ini, air limbah yang telah diolah dari bak reaktor di alirkan ke dalam bak
sedimentasi akhir
i. Bak indikator
Pada bak ini terdapat indikator berupa ikan yang digunakan sebagai indikator apakah air
limbah yang telah diolah atau dihasilkan sudah tidak mencemari biota atau lingkungan
sekitarnya. Dalam hal ini kolam belum diisii ikan sebagai indikator dikarenakan pengerjaan
belum selesai 100%. Disamping bak indikator terdapat bak chlorinasi
BAB III
A. Permasalahan
Petugas Sanitarian
B. Penanganan
Dari hasil kegiatan monitoring dan opersional yang telah dilakukan maka didapatkan
bahwa IPAL Puskesmas Rimbo Tengah masing berfungsi dengan baik, hanya terdapat beberapa
item permasalahan yang harus diperbaiki salah satunya adalah banyaknya wastafel yang bocor ,
kran yang macet, filter buangan air kamar mandi rusak, wastafel macet serta penyumbatan pada
closet
Oleh karena itu penanganan yang akan dilakukan adalah:
1. Melaporkan kepada Kepala Puskesmas untuk membuat rencana tindak lanjut
2. Merencanakan agenda perbaikan dengan operator IPAL terhadap kerusakan-kerusakan yang
bisa dilakukan.
3. Melaporkan kepada Dinas Kesehatan bagian Sapras tentang kerusakan-kerusakan IPAL
4. Sanitarian terus berupaya melakukan monitoring terhadap hasil influen dan efluen air limbah
cair.
5. Melakukan upaya perbaikan secepat mungkin untuk mencegah kerusakan yang lebih parah
lagi untuk menjaga kualitas baku mutu air limbah sesuai dengan persyaratan
BAB IV
Grase Trap
0.50 0.50
0.50
1.20
1.00
0.70
1.00 1.00
BAK EQUALISASI
2.50
2.00
1.50
2.00 2.00
2.00
1.00
Tampak Atas
1.00
Tampak Depan
Jika media yang dipakai mempunyai luas spesifik 10 m2/m3 , maka BOD
Loading per luas permukaan media = 0,42 kg BOD/m3 media per hari
8. Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob sebanding dengan jumlah BOD
yang dihilangkan.
Jadi kebutuhan teoritis = jumlah BOD yang dihilangkan = 0,45 kg/hari
Faktor keamanan ditetapkan kurang lebih 1,5
Kebutuhan oksigen teoritis = 1,5 x 0,45 kg/hari = 0,675 kg / hari
Temperatur udara rata-rata : 28 derajat Celcius
Berat udara pada suhu 28 C : 1,1725 kg/m3
Diasumsikan jumlah oksigen di dalam udara 23,2 %
Jadi jumlah kebutuhan udara teoritis = 0,675 kg/hari / (1,1725 kg/m3 x 0,232 g O2/g
Udara). = 2,48 m3/hari.
Efisiensi difuser : 2,5% (gelembung kasar)
Kebutuhan udara aktual : 2,48 m3/hari / 0,025 = 99,3 m3/hari = 4,12
m3/jam = 0,069 m3/menit.
Blower udara yang diperlukan : Kapasitas Blower 0,5 m3/menit, head = 2000 mm-
aqua, jumlah 2 unit.
Jumlah diffuse yang diperlukan = 500 liter/menit : 70 liter/menit per buah = 7,14 buah
Ditetapkan total jumlah difuser di bak biofilter aerob adalah 8 buah
Untuk mengantisipasi kenaikan beban air limbah yang berlebihan, di dalam bak
biofilter aerob yang ke dua dilengkapi juga dengan difuser dengan jumlah difuser 8
buah, jadi total difuser yang digunakan adalah 16 buah.
Pipa Chlorinasi
2.50
HONEYCOMB HONEYCOMB
1.20
2.00
TAMAN INDIKATOR
0.50
DIFUSER
2.96 0.99 1.98 1.48
C. Usulan Peralatan Monitoring Penunjang Operasional IPAL
Volume
No Uraian Harga Satuan Jumlah
Nilai Satuan
1. Pengertian Limbah bahan beracun dan berbahaya adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena atau
konsentrasinya secara langsung maupun tidak langsung dapatr mencermarkan dan
atau merusak lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup,kesehatan,kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
Meliputi :
1. Sampah terkontaminasi :
o Darah, nanah, urin, tinja, duh tubuh lain serta bahan-bahan yang kontak
dengannya, bekas pembalut luka, dahak, urin, biakan mikrobiologi.
2. Sampah tajam:
o Jarum suntik, pisau, pecahan kaca
3. Sampah infeksius:
o Bahan-bahan kimia atau farmasi (kaleng bekas, botol, kotak yang ED,
vaksin, reagen diisfektan seperti formaldehid, glutaraldehid, bahan-bahan
organik seperti aseton dan kloroform)
4. Sampah sitotoksik
o Obat-obat untuk kemoterapi
5. Sampah logam berat
o Air raksa, tensimeter, bahan-bahan bekas gigi, kadmium dan baterai bekas
6. Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat didaur ulang yang berbahaya dan dapat
meledak apabila dibakar.
2. Tujuan 1. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh limbah bahan beracun dan berbahaya
2. Sebagai acuan langkah-langkah pengendalian dan pembuangan limbah
berbahaya di Puskesmas
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Rimbo Tengah No. 26b Tahun 2016 tentang SPO
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, penunjang klinis dan administrasi
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah
2. PP.Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah berbahaya
3. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah di fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan
Sumber Daya Terbatas
5. Transportasi
a. Penangangkutan limbah ke luar Puskesmas menggunakan kendaraan khusus
b. Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan penganggkut
harus diletakkan dalam bak tertutup
c. Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan maupun binatang
d. Petugas yang menangani limbah harus menggunakan alat pelindung diri
yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang,
pelindung kaki/ sepatu boot dan sarung tangan khusus (disposible gloves
atau heavy duty gloves)
6. Lokasi Pengolahan limbah
Pengolahan limbah bahan beracun dan bebahaya dapat dilakukan di dalam
lokasi penghasil limbah atau di luar penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan
di dalam area pengahsil harus:
Daerah bebas banjir
Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter
Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk di luar aktivitas umum minimum
300 meter
Jarak dengan wilayah terlindungi seperti cagar alam,hutan lindung
minimum 300 meter.
7. Fasilitas pengolahan
System keamanan fasilitas
System pencegahan terhadap kebakaran
System penanggulangan keadaan darurat
System pengujian perlatan
Pelatihan karyawan
PEMANTAUAN PELAKSANAAN
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
PENANGANAN LIMBAH BERBAHAYA
No. Dokumen :
SPO No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 16 November 2021
Halaman :½
UPTD Puskesmas Mufazoh, S.Kep
Rimbo Tengah NIP. 197904272005012008
1. Unit terkait 1. Semua unit ruangan
2. Sanitarian
3. Petugas pemeliharaan
4. Rumah sakit AMP
2. Dokumen Ceklis pemantauan limbah medis, buku register ekspedisi limbah medis/
terkait laporan
3. Pengertian 1. Yaitu setiap kegiatan yang berkaitan dengan penanganan limbah berbahaya oleh
semua personil.
2. Limbah berbahaya Pemantauan prosedur penanganan bahan berbahaya adalah
kegiatan pemantauan rutin tentang bahan berbahaya di setiap unit ruangan
mulai dari cara menyimpan dan =pembuangan bahan berbahaya.
1. Pengertian Yaitu mengambil air bersih/ air minum untuk pemeriksaan bakteriologis
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Rimbo Tengah No. 8a tahun 2016 tentang Prosedur
Tetap Program Kesehatan Lingkungan.
4. Referensi 1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 psl 22 ayat (3) yang menyatakan P.A
meliputi pengamatan, pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan dan kehidupan manusia
2. Permenkes RI No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
3. Permenkes RI No. 416 tahun 1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih
5. Bahan dan Alat 1. Botol steril
2. Sarung tangan
3. Lampu bunsen
4. Alkohol 70%
5. Kapas steril
6. Pinset
7. Korek api
8. Kertas label dan balpoint
9. Tempat untuk botol sampel/ tas sampel
6. Langkah- 1. Petugas menuju lokasi sasaran
langkah 2. Petugas memakan sarung tangan
3. Menyalakan lampu bunsen
4. Kran dibuka, biarkan air mengalir selama 2-3 menit lalu kran ditutup kembali
5. Panaskan mulut kran dengan bunsen sehingga uap air keluar dari mulut kran
atau bersihkan mulut kran dengan alkohol 70%
6. Kran dibuka kembali dan biarkan air mengalir beberapa saat, ambil botol sampel
dan lewatkan mulut botol pada bunsen kemudian isi dengan sampel air sebanyak
100 ml atau sampai volume ¾ botol
7. Lewatkan mulut botol pada bunsen, tutup botol kembali
8. Beri label botol : jenis sarana, jenis pemeriksaan, lokasi pengambilan, jam
pengambilan, tanggal pengambilan, petugas pengambil, pH, suhu.
9. Botol disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung
10. Segera kirim ke laboratorium
7. Hal-hal yang Batas waktu penyimpanan sampel 24 jam jika lebih maka harus ditempatkan
perlu pada kulkas / coolder (pendingin)
diperhatikan
8. Unit terkait 1. Puskesmas
2. Laboratorium
3. Dinas Kesehatan
4. Sarana air
9. Dokumen 1. Hasil pemeriksaan laboratorium
terkait 2. Laporan hasil uji laboratorium
3. Laporan pengawasan sarana air
1. Pengertian Yaitu mengambil air bersih/ air minum untuk pemeriksaan kimiawi
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Rimbo Tengah No. 8a tahun 2016 tentang Prosedur
Tetap Program Kesehatan Lingkungan.
4. Referensi 1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 psl 22 ayat (3) yang menyatakan P.A
meliputi pengamatan, pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan dan kehidupan manusia
2. Permenkes RI No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
3. Permenkes RI No. 416 tahun 1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih
5. Bahan dan Alat 1. Alat pengambil sampel air bersih/ air minum dari plastik yang dapat ditutup
dengan kuat dan rapat, mudah dicuci, tidak mudah pecah, tidak menyerap zat-zat
kimia dari sampel dan tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel (contoh
jerigen plastik 1-5 liter sebaiknya berwarna putih)
2. Kertas label
3. Balpoint
6. Langkah- 1. Menentukan lokasi pengambilan sampel
langkah 2. Menyiapkan jerigen pengambil sampel air
3. Petugas menuju lokasi sasaran
4. Membilas jerigen menggunakan air sampel yang akan diambil sebanyak 3x
5. Mengambil sampel air sesuai dengan keperluan atau 2/3 botol, dengan
menghindari proses terjadinya aerasi
6. Tutup kembali derigen dengan kuat
7. Beri label pada jerigen sampel : jenis sarana, jenis pemeriksaan, lokasi
pengambilan, jam pengambilan, tanggal pengambilan, petugas pengambil, pH,
suhu
8. Kirim segera sampel ke laboratorium
7. Hal-hal yang 1. Apabila sampel di ambil beberapa titik, maka volume garis tiap titik harus
perlu sama
diperhatikan 2. Pada prinsipnya air yang akan diperiksa diusahakan mempunyai susunan
sama dengan air aslinya. Semua tindakan yang merubah susunan kimianya
harus dihindari, baik tempat pengiriman maupun peralatan serta cara
pengambilan sampel air.
1. Pengertian 1. Yaitu mengambil sampel air limbah untuk pemeriksaan BOD dan COD
2. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair
3. BOD adalah kebutuhan oksigen (Biologycal Oxygen Demand) kebutuhan
oksigen biokimiawi bagi proses deoksigenasi dalam suatu perairan atau air
limbah
4. COD adalah kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand) bagi
proses deoksigenasi dalam suatu perairan atau air limbah.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Rimbo Tengah No. 8a tahun 2016 tentang Prosedur
Tetap Program Kesehatan Lingkungan.
4. Referensi 1.
2. 2.
5. Bahan dan Alat 1.
6. Langkah- 1. Menentukan lokasi pengambilan sampel
langkah 2. Menyiapkan jerigen pengambil sampel air
3. Petugas menuju lokasi sasaran
4. Membilas jerigen menggunakan air sampel yang akan diambil sebanyak 3x
5. Mengambil sampel air sesuai dengan keperluan atau 2/3 botol, dengan
menghindari proses terjadinya aerasi
6. Tutup kembali derigen dengan kuat
7. Beri label pada jerigen sampel : jenis sarana, jenis pemeriksaan, lokasi
pengambilan, jam pengambilan, tanggal pengambilan, petugas pengambil, pH,
suhu
8. Kirim segera sampel ke laboratorium
7. Hal-hal yang 1. Apabila sampel di ambil beberapa titik, maka volume garis tiap titik harus
perlu sama
diperhatikan 2. Pada prinsipnya air yang akan diperiksa diusahakan mempunyai susunan
sama dengan air aslinya. Semua tindakan yang merubah susunan kimianya
harus dihindari, baik tempat pengiriman maupun peralatan serta cara
pengambilan sampel air.