Anda di halaman 1dari 133

PELATIHAN Pengelolaan Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BW Kemayoran Hotel Jakarta Pusat, Tanggal 6 Maret 2024

Oleh :
Miftakhul Nurdiyanto, ST., CRMPA., CPGAM., CASP (Kelompok 2)
PP FKTSLRSI
Pencemaran Sungai
oleh Air Limbah
Fasyankes......
.Gangguan penyakit, Kematian biota air
dan gangguan estetika 3
Pencemaran Air Tanah oleh
Limbah Fasyankes
… Gangguan penyakit masyarakat (water
borne desease, bau dll …..
4
Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) gagal proses oleh bahan toksik
/ inhibitor air limbah Fasyankes
Ø Air hasil olahan IPAL tidak memenuhi syarat/
baku mutu 5
1. SUMBER, KARAKTERSITIK DAN VOLUME DAN DAMPAK/ RISIKO AIR
LIMBAH FASYANKES
Latar Belakang
Pengendalian pencemaran air oleh buangan air limbah berbasis
daya dukung lingkungan (carring capasity) telah bergeser ke
Air Limbah
pendekatan end of pipe tretment.

Pendekatan pengolahan air limbah saat ini telah


diintegrasikan dengan pendekatan waste minimation,
termasuk di Fasyankes

Bagaimana mengelola limbah cair


di fasyankes?
Lingkungan Hidup
limbah padat dari dapur, perkantoran, taman,
NON-MEDIS dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
LIMBAH RUMAH PADAT apabila ada teknologinya

SAKIT
qlimbah infeksius,
CAIR qlimbah patologi,
qlimbah benda tajam,
GAS MEDIS
qLimbah farmasi,
qlimbah sitotoksis,
qlimbah kimiawi,
qlimbah radioaktif,
semua limbah yang berbentuk gas yang semua air buangan termasuk tinja yang qlimbah tabung gas/kontainer bertekanan, dan
berasal dari kegiatan pembakaran di berasal dari kegiatan rumah sakit yang qlimbah dari peralatan medis dengan
rumah sakit seperti insinerator, dapur, kemungkinan mengandung kandungan logam berat yang tinggi
perlengkapan generator, anastesi, dan mikroorganisme, bahan kimia beracun
pembuatan obat citotoksik dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan Limbah B3 dalam
PermenLHK No.56 Tahun 2015
Definisi Air Limbah :
1. Air limbah adalah air sisa dari suatu hasil usaha Dan/ atau kegiatan.
2. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas
hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
3. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam air limbah yang akandibuang atau dilepas ke dalam sumber
air dari suatu usaha dan atau kegiatan.
Sumber : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK

8
Karakteristik
Kualitas Air LImbah
Kualitas air limbah dibedakan dalam 3 karakter :
1. Karakter fisik :
Ø Terdiri : solid/padatan, temperatur, warna, bau
2. Karakter kimia :
Ø Terdiri : Zat organik, zat anorganik dan gas Polusi zat
organik, dinyatakan dalam : BOD (Biochemical Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand)
3. Karakter biologi :
Ø Mikroorganisme : bakteri, protozoa, parasit, fungi
CONTOH JENIS-JENIS “BAKTERI” CONTOH JENIS-JENIS “BAKTERI”
DALAM AIR LIMBAH DALAM AIR LIMBAH
CONTOH JENIS-JENIS “PROTOZOA” DALAM AIR LIMBAH

CONTOH JENIS-JENIS “PROTOZOA” DALAM AIR LIMBAH


11
Sumber Limbah Cair Fasyankes (RS) :

1. Pelayanan Medis (IGD, Ranap.


Rajal, OK, ICU dll)
2. Pelayanan Penunjang
(Laboratorium, radiologi,
farmasi, Dapur Gizi, Laundry
dll) Limbah cair Limbah cair (Dapur
3. Pelayanan Umum (Perkantoran, (Laundry) Gizi)
Masjid, Ruang Tunggu dll) Karakteristik yang Karakteristik yang
4. TPS Limbah B3 diperhatikan : pH Tinggi diperhatikan : Organik
5. Air limbah Wet Scrubber (toksik), Bahan tinggi, lemak organic,
Insinerator kimia/detergent (B3), padatan kasar/sampah
6. Pencucian ambulans dll phosphate, Mikroorganisme
Pathogen
SATUAN PRODUKSI AIR LIMBAH
PERKIRAAN JUMLAH AIR LIMBAH YANG DIHASILKAN OLEH
FASYANKES (EKSISTING) :
1. Perhitungan Berdasarkan Satuan :

2. Perhitungan berdasarkan volume penggunaan air bersih actual


(CATATAN/REKENING AIR) :
Diasumsikan 80 % Dari jumlah pemakaian air bersih menjadi
air limbah
Sumber : Morimura dan Soufyan “ Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing”
REGULER COVID-19
SUMBER
JENIS LIMBAH KARAKTERISTIK JENIS LIMBAH KARAKTERISTIK
Ruang Poliklinik §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia, §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia,
§Air cucian alat mikroorganisme §Air cucian alat mikroorganisme pathogen
§Antiseptik pathogen, kimiawi §Antiseptik (+virus corona), kimiawi
§Antibiotik toksik, antibiotik, §Antibiotik toksik, antibiotik, berbau
§Cairan obat berbau §Cairan obat
Ruang Isolasi §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia, §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia,
§Air cucian alat/pakaian mikroorganisme §Air cucian alat/pakaian mikroorganisme pathogen
§Air mandi pasien pathogen, kimiawi §Air mandi pasien (+virus corona), kimiawi
§Antiseptik toksik, antibiotik, §Antiseptik toksik, antibiotik, berbau
§Antibiotik berbau §Antibiotik
§Cairan obat §Cairan obat
Ruang Perawatan §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia, §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia,
§Air cucian alat mikroorganisme §Air cucian alat mikroorganisme pathogen,
§Air mandi pasien pathogen, kimiawi §Air mandi pasien kimiawi toksik, antibiotik,
§Air mandi petugas toksik, antibiotik, §Air mandi petugas berbau
§Antiseptik berbau §Antiseptik
§Antibiotik §Antibiotik
§Cairan obat §Cairan obat
REGULER COVID-19
SUMBER
JENIS LIMBAH KARAKTERISTIK JENIS LIMBAH KARAKTERISTIK
Ruang Gawat §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia, §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia,
Darurat §Air cucian alat mikroorganisme pathogen, §Air cucian alat mikroorganisme pathogen
§Antiseptik kimiawi toksik, antibiotik, §Antiseptik (+virus corona), kimiawi
§Antibiotik berbau §Antibiotik toksik, antibiotik, berbau
§Cairan obat §Cairan obat
Ruang §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia, §Cairan tubuh, darah Zat organik, Ammonia,
Laboratorium §Air cucian alat mikroorganisme pathogen, §Air cucian alat mikroorganisme pathogen
§Antiseptik kimiawi toksik, logam §Antiseptik (+virus corona), kimiawi
§Reagensia berat §Reagensia toksik, lpgam berat
§Solvent §Solvent
Ruang §Air cucian alat Kimiawi toksik, logam
Radiodiagnostik §Air cucian film berat
Klinik dan ruang • Cairan tubuh Zat organik, ammonia, • Cairan tubuh Zat organik, ammonia,
pengujian patologi • Air cuci alat mikroorganisme pathogen, • Air cuci alat mikroorganisme pathogen
• Solvent organik kimiawi toksik, logam • Solvent organik (+virus corona), kimiawi
• Fosfor berat, pH fleksibel • Fosfor toksik, logam berat, pH
fleksibel
REGULER COVID-19
SUMBER
JENIS LIMBAH KARAKTERISTIK JENIS LIMBAH KARAKTERISTIK
Laundry §Air cucian linen, Zat organik, kimiawi §Air cucian linen, Zat organik, kimiawi toksik,
§Sisa disinfektan toksik, logam berat, §Sisa disinfektan logam berat, deterjen,
deterjen, Ammonia, Ammonia,
mikroorganisme pathogen, mikroorganisme pathogen
suhu tinggi (+virus corona), suhu tinggi
Dapur • Air cuci bahan Zat organik, minyak/
pangan lemak, pembersih ABS
• Minyak/lemak
• Air cuci alat
Identifikasi Risiko Kegagalan Teknis dan Manajemen
Pengelolaan Limbah Cair Fasyankes
Ø Kegagalan kinerja/ Teknis proses fasilitas limbah
Ø Ketidaktaatan terhadap baku mutu limbah
Ø Ketidaktaatan terhadap frekuensi uji kualitas limbah
Ø Ketidaktaatan persyaratan teknis fasilitas
Ø Konflik social
Ø Kegagalan perizinan/Pertek
Ø Kejadian kasus K3
Ø Kegagalan kesiapsiagaan kondisi kedaruratan
RISIKO LIMBAH CAIR DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

PENYEBAB KUALITAS LIMBAH CAIR FASYANKES TIDAK MEMENUHI BAKU MUTU


AIR LIMBAH (DOMESTIK)
Hal ini bisa disebabkan karena :
1.Beban air limbah inlet fasyankes yang terlalu berat (terjadi shock loading – volume
dan kualitas)
2.Kapasitas olah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dibawah dari volume (debit)
limbah cair yang diolah (dihasilkan) fasyankes sehingga kinerja pengolahan IPAL tidak
maksimal,
3.Tidak dilakukan operasional dan pemeliharaan system dan kinerja IPAL secara
baik
4.Pengolahan akhir IPAL tidak dilakukan desinfeksi menggunakan bahan desinfektan
yang ditentukan sehingga berpotensi risiko infeksi/ kesehatan masyarakat oleh
bakteri Coliform/ E Coli
Risiko Pencemaran
Akibat Kegagalan Pengolahan Limbah Cair Fasyankes
PROSES IPAL TERGANGGU

01

Karakteristik
LIMBAH CAIR
Ø pH Tinggi 02
Ø Bahan Kimia Toksik TANPA PENGOLAHAN
Ø Phosphat

Ø MO Pathogen PENCEMARAN AIR


03 PERMUKAAN
04 Air sungai berbusa akibat
TANPA PENGOLAHAN kandungan
detergen yang tinggi dalam
air limbah
PENCEMARAN AIR
PENYAKIT INFEKSI/K3 TANAH
(Penyakit Akibat Kerja dan
Kecelakaan Kerja)
Penggunaan Baku Mutu Air Limbah Fasyankes
(PermenLHK No. 68 Tahun 2016)
Penggunaan
Baku Mutu Air Limbah Fasyankes
(PermenLH : Nomor 5 Tahun 2014)
2. SISTEM PENGELOLAAN IPAL FASYANKES
Di bagi atas :
1. Sistem penyaluran air limbah
Pengaturan pengaliran air limbah dari sumber ke unit pengolahan air limbah (IPAL)
2. Sistem pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah yang sarat materi pencemar untuk dihasilkan kualitas yang
memenuhi baku mutu air limbah (efluen)
3. Sistem pengolahan lanjut air limbah
Pengolahan kembali air hasil olahan untuk kegunaan pemanfaatan kembali /daur
ulang (recycling)
Sistem Penyaluran Dan Sistem Pengolahan Air
Limbah Fasyankes
SISTEM PENGOLAHAN AIR SISTEM
SUMBER DAN VOLUME AIR SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH (TERMASUK PRA PENGOLAHAN LANJUT
LIMBAH LIMBAH TREATMENT)

1. Kualitas (karakteristik) 1. Desain Pipa Close 1. Kriteria desain 1. Nilai ekonomis/ efisiensi
2. Debit/Produksi roil/open rioll 2. Jenis proses/teknologi 2. Kualitas = kualitas air
3. Kapasitas olah IPAL bersih
2. Diameter pipa
(Hydraulic Capasity) 3. Sifat tidak mandatory
3. Bahan pipa 4. Jenis IPAL (konvensional, 4. Volume sesuai kebutuhan
4. Kemiringan pipa paket dll)
Dipengaruhi :
5. Asesoris jaringan pipa 5. Total Retention time
Ø Jenis/kelas RS
6. Elevasi tanah 6. Material /konstruksi
Ø Jenis dan bahan inputan bangunan/alat IPAL
Ø Kapasitas layanan (Jmlh 7. Kinerja/efisiensi % (Removal
TT) efficiency)
Ø Proses kegiatan RS
(laundry/dapur mandiri
atau out sourching dll)
2.1. SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DI FASYANKES
ASESORIS SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH :
1. Bak Pre treatment ( sumber : Laundry, dapur gizi)
2. Bak Kontrol
3. Bak pompa pengalir (Pumping station)
4. Bak Pengumpul (Collection Tank)
5. Jaringan Pipa ( Pipa : Cabang, lateral, Utama)

Grease Trap Tetap Bak kontrol Bak kontrol Bak Pengumpul


Dijaga dengan sentuhan
MENENTUKAN SISTEM PENYALURAN :
Menentukan jalur pemipaan (pipa penyaluran air limbah menuju IPAL)
dan diameter Pipa Hal yang harus dipertimbangkan :

Ø Pipa berada di belakang bagian muka/front bangunan


Ø Pipa penyaluran tertutup
Ø Dilengkapi kelengkapan : bak kontrol, pumping station, lift
station ( dengan submersible pump)
Ø Kemiringan pipa minimal 0,5 s/d 1 %
Ø Tentukan sistem penyaluran : gravitasi, pompanisasi atau
kombinasi
Sistem Penyaluran Air Limbah
q Jaringan pipa air limbah terdiri dari:
Ø Pipa kolektor (lateral) sebagai pipa penerima
dari Septik tank dialirkan ke pipa utama.
Ø Pipa utama (main pipe) sebagai pipa
penerima aliran dari pipa kolektor untuk
disalurkan ke IPAL.
q Untuk jaringan pipa dengan diameter :
Ø Ø < 150 mm, jarak manhole < 50 m
Ø Ø 200 mm s/d 400 mm, jarak manhole 75 m
Ø Ø 500 mm s/d 1000 mm, jarak manhole
100 m
Ø Ø > 1000 mm, maka jarak manhole
Ø maksimum 150 m sd 200 m
Persyaratan Pembuatan Bak Kontrol (Dia. Pipa <150 mm)

Pertimbangan :
Ø Jarak tertentu ( 20 – 25 1
meter) pada pipa
mendatar yang panjang 2
Ø Terdapat belokan
3
Ø Terdapat perbedaan
elevasi tanah 4
Ø Pertemuan pipa (dengan
Ø diameter yang berbeda
Gambaran Jaringan Pipa Penyaluran Air Limbah
Menentukan desain bak kontrol
B

Tampak Atas
Potongan A
Potongan B
Bak Penangkap Lemak ( Grease Trap)
2.2. SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI FASYANKES
TAHAPAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH
PRE PRIMARY SECONDARY TERTIARY
TREATMENT TREATMENT TREATMENT TREATMENT
Screening Sedimentasi Lumpur aktif Karbon
Equalisasi Flotasi Biofilter Sand filter
Grit Chamber Aerasi Membran Desinfeksi
bioreaktor
• Menghilangkan zat
Oil separator padat terlarut
• menghilangkan
bakteri dan kimia air
• Menyisihkan melalui pengendapan • Pengolahan biologi limbah
partikel kasar atau pengapungan untuk menghilamhkan
• menggunakan • menggunakan gaya materi terlarut dan
para-para/ saringan gravitasi tersuspensi organic
kasar (BOD, COD)
• menggunakan gaya
gravitasi dan sistem
pompa
PRE TREATMENT TERTIARY TREATMENT
Perangkap lemak

1 4
PRIMARY TREATMENT
2 3 SECONDARY TREATMENT

aerasi Lumpur aktif


biofilter
sedimentasi
SIFAT PADA PROSES PENGOLAHAN LIMBAH
CONTOH PENGOLAH LIMBAH SISTEM LUMPUR AKTIF

Email : air@webmail.bppt.go.id website : www.kelair.bppt.go.id


Proses pengolahan polutan organik terlarut
maupun tidak terlarut dalam limbah cair
menjadi flok mikroba tersuspensi yang dapat
dengan mudah mengendap melalui teknik
pemisahan antara padat dan cair dengan
sistem gravitasi (Eckenfelder, 1989)
Prinsipnya adalah melewatkan air buangan dengan kecepatan rendah melalui kolom berisi
materi terkemas yang akan menjadi bidang lekat mikroorganisme.

Air buangan mengalir dari bawah keatas


dalam kolom melewati rongga diantara
media, dan berkontak dengan lapisan
biologi berupa bakteri anaerob yang
tumbuh dan tertahan pada permukaan
media padat dan pada rongga rongga
tersebut.
PROSES PENGOLAHAN GABUNGAN AEROB - AN AEROB

Proses pokok:
q Saringan kasar
q Bak pengendapan
awal
q Bak anaerob biofilter
q Bak aerob biofilter 1
&2
q Bak pengendapan
akhir
q Bak khlorinasi
q Bak stabilisasi
• Bak pengering lumpur  bak berisi media saring tersusun seperti kerikil, pasir
dan ijuk yang disusun secara berurutan dari bawah bak
BAK PENGERING LUMPUR • Proses pengeringan dilakukan dengan cara memindahkan lumpur dari bak
sedimentasi dan pra sedimentasi dengan pompa dan disebarkan di atas media
bak pengering lumpur.

• Proses stabilisasi lumpur dilakukan dengan cara memberikan suplai udara


(oksigen) untuk menciptakan proses penguraian senyawa organik dan
BAK STABILISASI LUMPUR anorganik sehingga struktur materi lumpur akan lebih stabil.dengan
menggunakan mesin blower ke dalam badan lumpur secara merata.

• Proses kerjanya adalah lumpur cair dimasukkan ke dalam mesin press


dengan menggunakan pompa.
MESIN PENGERING LUMPUR • Lumpur cair ditekan/press secara mekanik sehingga kandungan air
terpisah, sementara lumpurnya akan mengering sampai membentuk cake.
Proses menghancurkan atau mencegah pertumbuhan mikroba untuk menonaktifkan mikroba
secara fisika, kimia atau biologis dengan cara mengubah atau menghancurkan struktur atau
fungsi penting dalam mikroba, meliputi denaturasi dari: protein, asam nukleat, dan lipid.

 Mendisinfeksi air limbah dengan menggunakan zat klor, sebagai zat pengoksidasi dalam gas
Cl2, klor dioksida (ClO2), sodium hipoklorit (NaOCl), dan Calsium hipoklorit (Ca(Ocl)2 berupa
padat/granula/tablet dan cair
 Cara klorinasi dapat menggunakan dozing pump (cair), injection (gas), kontak (tablet)

• Ozon mampu membunuh mikroorganisme melalui oksidasi langsung dengan merusak


dinding bagian luar sel mikroorganisme (cell lysis) sekaligus membunuhnya, proses
oksidasi oleh radikal bebas: hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical (OH) dengan
potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V)

• Sinar ultra violet diabsorpsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada
permukaan sel, sehingga terjadi ikatan antara molekul-molekul timin yang bersebelahan dan
menyebabkan terbentuknya dimer timin sehingga fungsi asam nukleat terganggu dan
mengakibatkan kematian mikroorganisme
q Semakin tinggi kandungan bahan organik dan
anorganik, semakin tinggi pula kebutuhan dosis klor
aktif untuk mengoksidasi bahan organik dan
anorganik tersebut.
q Dosis klor ditentukan berdasarkan kebutuhan klor x
volume air limbah : 1000000
q Sisa klor dikendalikan pada 0,1 – 0,2 mg/l
Air Terolah, q Deklorinasi dapat dilakukan dengan mengalirkan
sisa klor 0,1-0,2 pada saluran terbuka
mg/l
Kebutuhan = Q inlet x Dosis Khlor diinginkan
Kaporit % kadar kaporit

Contoh: Debit air limbah 500 m3/hari,


konsentrasi sisa khlor diinginkan = 1,0 mg/lt,
menggunakan kaporit 70 %
Kebutuhan=( 500.000 lt x 1,0 mg/lt ): 70/100
Kaporit = 714.286 mg = 714,286 gr
Perizinan

Debit (M3/Hari)
IPAL
Kualitas Inlet Kualitas Outlet :
- Uji laboratorium
- Swapantau

Bahan :
- Listrik
Utilitas : - Desinfektan
- Air bersih
- Nutrient
- Fungsi Mesin Blower - Sparepart
- Mikroorganisme
- Fungsi Pompa - Olie
- Fungsi Panel listrik
- Fungsi mesin klorinasi Kinerja Sistem IPAL :
- Fungsi difuser, air lift
pump, piping dll - pH
- Disolved Oxygen
Ketentuan Teknis : - Suspenden Volume Index
(SVI30)
- Titik /tempat sampling - Return & Waste Sludge
- Titik koordinat - Tekanan Air Flow Blower
- Alat ukur debit
- SPO
- Sistem tanggap darura
3. Jenis IPAL Terpasang di Fasyankes
JENIS IPAL TERPASANG DI FASYANKES

Bangunan IPAL Konstruksi Beton


JENIS IPAL TERPASANG DI FASYANKES

Bangunan IPAL Paket di Bawah dan Atas Tanah


Kriteria Ideal IPAL
• Mutu output ekselen dan stabil
• Pengoperasian simple/ mudah
• Biaya operasi tidak mahal
• Kebutuhan lahan minimal
• Terhindar bau, bising dan kotor
• Peralatan IPAL awet
• Konstruksi/ pemasangan mudah
• Upgrade kapasitas mudah
• Investasi terjangkau
• Higienis dan tidak mengganggu estetika Apakah IPAL kita
• Sudah teruji di banyak rumah sakit memenuhi kriteria
• Pelayanan saat operasi dari rekanan ideal?....
mudah.
MASALAH YANG SERING MUNCUL
PADA FASILITAS PENGOLAHAN LIMBAH

1. Mutu output jelek/ tidak stabil


2. Terlalu banyak alat, sulitkan operator
3. Peralatan fasilitas pengolahan sering trouble/
ganti
4. Maintenance sulit, bergantung rekanan
5. Biaya operasi/ perawatan mahal
6. Memakan lahan luas/ ganggu estetika
7. Timbul gangguan bau, bising dan kotor
8. Saat konstruksi/ pemasangan sulit
9. Upgrade kapasitas rumit
10.Investasi terlalu mahal
11.Saat trouble, respon rekanan tidak cepat
51
APLIKASI DI LAPANGAN BANYAK IPAL BERMASALAH

Problem Pengadaan dan


Pembangunan
Ø PRODUK IPAL BANYAK MASALAH
Ø REKANAN KURANG FAIR
Ø AFTER SALES BURUK

Problem Pemilik
Ø KURANG PEMAHAMAN IPAL
Ø PERAWATAN IPAL BURUK

52
4. TUJUAN PENGOLAHAN IPAL DI FASYANKES
Tujuan Sistem Pengolahan Air Limbah
a. Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
b. Mengurangi jumlah padatan terapung
c. Mengurangi jumlah bahan organik
d. Membunuh bakteri patogen
e. Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun
f. Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan
g. Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap ekosistem
Target Teknologi Pengolahan Air Limbah
(Sebagai Sistem Dalam Mengurangi Risiko Cemaran Air Limbah)

https://dst.gov.in/new-advanced-oxidation-technology-can-enhance-waste-water-reuse-lower-cost
https://dst.gov.in/new-advanced-oxidation-technology-can-enhance-waste-water-reuse-lower-cost
5. PROBLEM RISIKO PENCEMARAN LINGKUNGAN IPAL
Problem Utama Pencemaran Lingk Akibat Air Limbah
Bak Pengolahan (IPAL)
Bak Pengumpul/ Transfer
Bak Kontrol / Sump pit

Instrumen ? Instrumen ?
Baku Mutu
Penc Air Tanah
Penc Air Tanah Penc Air Tanah Penc Air Permukaan (Kali/Sungai)

Pecah/ Kebocoran
Rembesan/ Kebocoran Rembesan/ Kebocoran Kegagalan Operasional dan
Pemeliharaan
Problem Kegagalan Pengelolaan IPAL
1. Kegagalan kinerja/ Teknis tangka dan peralatan MEP IPAL
2. Kegagalan pemenuhan baku mutu air limbah 
Butuh Optimalisasi Operasional dan Pemeliharaan IPAL
3. Ketidaktaatan terhadap frekuensi uji kualitas air limbah
4. Ketidaktaatan pemenuhan persyaratan teknis IPAL
5. Konflik sosial
6. Kegagalan perizinan/Persetujuan teknis
7. Timbulnya kasus K3
8. Kegagalan kondisi kedaruratan
9. Gangguan bising, bau, estetika dll
6.PENYEBAB KEGAGALAN KINERJA IPAL
Penyebab Kegagalan Pencapaian Pemenuhan Baku Mutu IPAL
1. Kegagalan Desain (Perencanaan) 2. Kegagalan Operasional dan Pemeliharan
a. Kesalahan pemilihan system pengolahan Tidak menjaga lingkungan untuk hidup bagi mikro
b. Ketidak sesuaian Debit dengan kapasitas organisme pengurai (suhu, pH, bebas bahan toksik, nutrient,
olah IPAL (Q > Kap. IPAL) kebutuhan oksigen terlarut, tidak ada inhibitor/substansi
toksik), akibat :
c. Kesalahan pemilihan kriteria desain IPAL a. Penurunan kinerja peralatan ME (Blower, diffuser) –
(HRT/Hidraulic Retention Time- Waktu oxygen transfer tidak optimal dan tidak membentuk
Tinggal Air Limbah) – ketidak sesuaian biofloc/ biofilm secara maksimal)
kebutuhan volume (dimensi) unit operasi dan b. pH air limbah inlet melebihi standar (pH < 6 atau pH >
unit proses IPAL dengan standar 9)
d. Kesalahan pemilihan kapasitas ME ( meisn c. Bahan toksik pada air limbah inlet (bahan kimia :
blower, diffuser) Laboratorium, Laundry, Dapur gizi dll)
d. Tidak menjaga standar MLSS (Mix Liquor Suspended
Solid) – mengukur SV30 standar 250-400 ml/L dengan
tabung 1000 mL atau dengan perhitungan MLSS (ml/gr)
e. Tidak dilakukan Pengaturan return sludge (40%) dan
waste sluge (60%) dari bak aerasi
f. Tidak ada Program penambahan nutrient
Persyaratan dan Faktor Yang Mempengaruhi
Pengolahan Air Limbah Secara Biologi
a. Tingginya konsentrasi mikroorganisme dalam reactor (IPAL)
b. Waktu Kontak yang cukup antara influen limbah cair dengan mikroorganisme
c. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk bereaksi dengan mikroorganisme
d. Kemudahan pemisahan mikroorganisme dari effluen
Reaktor pertumbuhan tersuspensi
(suspended growth reactor)

Reaktor pertumbuhan melekat


(Attached growth reactor)
Proses pertumbuhan sel bakteri
Pengolahan Biologi
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth
reactor)
Pada proses pengolahan ini, mikroorganisme yang bertanggung jawab
terhadap konversi kandungan organik serta kandungan lainnya menjadi
biosolid dan gas, terdapat dalam keadaan tersuspensi cairan.

2. Reaktor pertumbuhan melekat (Attached growth reactor)


Adalah proses pengolahan dimana mikroorganisme yang bertanggung
jawab terhadap konversi kandungan tersebut diatas, melekat pada media
saring seperti batu, slag, keramik maupun plastik. Proses pengolahan ini
dikenal juga sebagai fixed-film process.
KONDISI LINGKUNGAN AIR LIMBAH
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi
kinerja proses pengolahan secara biologi,
terutama pada proses biologi aerob.

Faktor-faktor yang mempengaruhi secara


dominan adalah sebagai berikut :
Ø Kadar oksigen terlarut
Ø pH air buangan
Ø Kandungan nutrien
Ø Kondisi pembebanan (organik maupun
hidraulik)
Ø Senyawa-senyawa beracun (inhibitor)
Contoh : Media Pertumbuhan bakteri (biofilm)
Contoh : Program Penambahan (Seeding) Nutrien dan Bakteri
Contoh : Pengukuran SVi30 (Suspended Volume Index_30 menit)
Pembentukan Biofloc IPAL
RUMUS SVI 30

Ø Jika SVI 80 mL/g atau kurang, lumpur akan


sangat padat dan akan mengendap dengan
cepat.
Ø Jika SVI antara 100 dan 200 mL/g, lumpur
akan mengendap lebih lambat, sehingga
memerangkap lebih banyak partikel selama
proses pengendapan.
Ø Jika SVI di atas 250 ml/g, lumpur akan
mengendap dengan sangat lambat dan tidak
dapat memadat dengan baik. Hasilnya adalah
tekstur lumpur yang ringan dan halus.
Return Sludge dan Waste Slude Dari Bak Aerasi
7. LANGKAH EVALUASI KEGAGALAN KINERJA IPAL
Langkah Evaluasi Desain IPAL
Caranya : Melakukan verifikasi dan hitung ulang desain IPAL eksisting

1. Verifikasi system pengolahan : Pastikan Unit operasi


dan proses IPAL terangkai secara berurutan…. Unit Operasi dan proses IPAL
Sistem Lumpur Aktif Secara
Umum :
1. Saringan Kasar (bar Screen)
2. Bak Pengendap Awal (Pre
Sedimentation/ Settling Tank)
3. Bak Equalisasi (Equalization Tank)
4. Bak Aerasi (Aeration Tank)
5. Pengendapan Akhir
(Sedimentation/ Settling Tank)
6. Bak Lumpur (Sludge Digester)
7. Bak Klorinasi (Chlorination Tank)
8. Bak Effluent (Effluent Tank)
Langkah Evaluasi Desain IPAL
Caranya : Melakukan verifikasi dan hitung ulang desain IPAL eksisting
2. Verifikasi Kesesuaian Debit dan Kapasitas olah IPAL :
a. Cek kapasitas olah (C) IPAL dengan melihat dokumen perhitungan teknis IPAL dari
konsultan/vendor IPAL ( Cek di desain kriteria - m3/hari)
b. Hitung debit air limbah (Q) actual yang dihasilkan, dengan cara :
Ø Melihat catatan dari flow meter inlet IPAL , dan atau
Ø Melihat catatan rekening air bersih (konversi air bersih menajdi air limbah 80-90%)
Ø Perhitungan Q dengan melihat jumlah TT dan BOR rumah sakit
c. Bandingkan debit air limbah (Q) tercatat yang masuk IPAL dan kapasitas olah (C)
IPAL, apabila :
Ø (C) > (Q) desain kapasitas olah IPAL sesuai (hitung dengan asumsi BOR 100%)
Ø (C) < (Q) desain kapasitas olah IPAL tidak sesuai (hitung dengan asumsi BOR
100%) – Perlu penambahan kapasitas IPAL – dipastian kebutuhan volume (dimensi)
bak dan HRT (waktu tinggal air limbah dalam bak) tidak sesuai standar
Contoh Perhitungan : Verifikasi Kesesuaian Debit dan Kapasitas olah IPAL
Kriteria Desain IPAL :
SATUAN PRODUKSI AIR LIMBAH
PERKIRAAN JUMLAH AIR LIMBAH YANG DIHASILKAN OLEH
FASYANKES (EKSISTING) :
1. Perhitungan Berdasarkan Satuan :
Ø RUMAH SAKIT MEWAH > 1000 LITER PER BED
Ø RUMAH SAKIT MENENGAH 500 – 1000 LITER PER BED
Ø RUMAH SAKIT UMUM 350 – 500 LITER PER BED

2. Perhitungan berdasarkan volume penggunaan air bersih


actual (CATATAN/REKENING AIR) :

Diasumsikan 80 % Dari jumlah pemakaian


air bersih menjadi air limbah
Sumber : Morimura dan Soufyan “ Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing”
Langkah Evaluasi Desain IPAL
Caranya : Melakukan verifikasi dan hitung ulang desain IPAL eksisting

3. Verifikasi Kesesuaian kapasitas ME dengan desain :


a. Cek jenis blower yang direkomendasikan dalam dokumen perencanaan apakan
root blower atau ring blower atau diafragma aerator dll.
b. Hitung kapasitas alir udara blower (air flow- M3/menit) blower terpasang dengan
cara :
Ø Melihat spesifikasi blower pada brosur atau
Ø Melihat plate specification yang tertempel pada body blower
c. Bandingkan air flow- AF (m3/menit) blower dengan kebutuhan udara blower-P
(m3/menit) dalam dokumen perhitungan IPAL, apabila :
Ø (AF) > (P) desain kapasitas olah IPAL sesuai
Ø (AF) < (P) desain kapasitas olah IPAL sesuai – Perlu penambahan penggantian
atau penambahan mesin blower
8. LANGKAH OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN IPAL
Tujuan Operasional dan
Pemeliharaan IPAL
1. Melaksanakan pentaatan terhadap
standar /ketentuan/peraturan IPAL
2. Mempertahankan/ menjaga
optimalisasi kinerja sistem/ efisiensi
proses IPAL
3. Menganalisis efektifitas dan efisiensi
penggunaan sumber daya
pengoperasian dan pemeliharaan
IPAL
Dimana Program Operasional dan Pemeliharaan (O/M) Air
Limbah diterapkan?
O/M

Sumber : SISTEM SISTEM SISTEM PENGOL


AIR LIMBAH PENYALURAN PENGOLAHAN LANJUT

Mempertahankan : Mempertahankan : Mempertahankan : Mempertahankan :


Ø Kualitas AL inlet normal (tdk Ø Pentaatan SOP, MEP awet, tdk Ø Konstribusi Economy
Ø Kualitas normal ( tidak ada pengenceran Air hujan mengganggu bising/bau/estetika cyrculer : Pemanfaatan
ada inhibitor, pH dll) dan Tidak terjadi kasus K3 dan kembali air limbah sesuai
Tinggi/Rendah, Ø Kuantitas : tdk terjadi over kedaruratan standar/baku mutu
pengenceran Air hujan capasity debit oleh rembesan Ø Kinerja system pengolahan tetap (penyiraman, pencucian
dll) air hujan, optimal : memenuhi baku mutu air dll)
Ø Tdk terjadi Pencemaran air limbah
tanah (kebocoran air limbah
pada asesoris : Bak Kontrol , BAKU MUTU :
Sump pit/bak Ø PermenLHK No. 68 Tahun 2016 : Baku Mutu Air
pengumpul/transfer, pipa dll) Limbah Domestik
Ø PermenLH No. 5 Tahun 2014 : Baku Mutu Air Limbah
Contoh : Bagan Alir Proses IPAL
Permasalahan Kegagalan OP IPAL Fasyankes
Operasional dan Pemeliharaan IPAL Fasyankes
1. Persyaratan Pra Operasional dan Pemeliharaan IPAL :
Ø Pastikan bahwa kapasitas IPAL sesuai dengan debit air limbah yang masuk
Ø Pastikan kualitas BOD inlet sesuai dengan desain perencanaan
Ø Pastikan system/ teknologi IPAL sesuai standar/ ketentuan
Ø Pastikan tidak ada air limbah toksik dari sumber kegiatan tertentu
Ø Pastikan target pengolahan air limbah/IPAL (pembuangan dan atau pemanfaatan
kembali/recycling)
2. Memelihara perizinan IPAL – Laksanakan setiap kewajiban dalam izin
IPAL
3. Analisis riwayat kinerja IPAL (time series data uji outlet IPAL) –
Parameter Baku Mutu dan Parameter Operasional
4. Kelengkapan fasilitas K3 dan PPI di area IPAL
Kegiatan Operasional IPAL Fasyankes
Pengecekan

Pemeriksaan

Pengamatan

Pengukuran

Terhadap : Proses Bioogi, Peralatan dan Fasilitas IPAL …..


Tahapan Operasional IPAL Fasyankes
1. Siapkan check list kesiapan alat, material dan bahan IPAL
2. Periksa kesiapan/kinerja peralatan-mesin-fasilitas IPAL dengan check list :
Ø Pastikan : pH normal, tidak ada inhibitor, lemak/minyak,
Ø Mesin blower (beroperasi 24 jam, tekanan, olie, indikasi suara kerusakan, kelistrikkan dll)
Ø Pompa (sumbatan, kerusakan, kelistrikkan)
Ø Saringan kasar (tumpukkan sampah ikutan, kerusakkan dll)
Ø Sumbatan diffuser (tekanan bubble udara, jumlah sumber bubble dll)
Ø Air lift pump (aliran waste sludge dan return sludge)
Ø Dozing pump (pompa klorinasi)
Ø Kesiapan dan ketersediaan bahan desinfektan, olie dan MSDS/SDS nya
3. Lakukan pemeriksaan parameter system IPAL SVi30 pada bak aerasi - kinerja
4. Pengecekkan indikasi warna, padatan/MLSS, bulking, busa dll
5. Pengamatan visual fisik air limbah outlet
6. Pengisian check list dan pelaporan
Unit Pengolahan Parameter operasi

PARAMETER OPERASI Lumpur Aktif


( Aerasi)
OL Beban organik (organic
loading)
MLVSS Padatan organik tercampur
Menunjukkan kondisi pengoperasian pada (Mix Liquor Volatile Suspended
suatu unit pengolahan: Solid)
F/M Rasio Food/Microorganism
Unit Pengolahan Parameter operasi DO Oksigen terlarut
Ekualisasi Q Beban hidrolis air limbah OUR Laju pernafasan
mikroorganisme (Oxygen
Pengendapan OR Beban permukaan (overflow Uptake Rate)
rate) BOD : N : Rasio nutrien
Q Beban hidrolis air limbah P
SA Usia lumpur (Sludge age)
Koagulasi Q Beban hidrolis air limbah
SVI Indeks volume lumpur
Q kimia Debit bahan kimia (koagulan)
yang ditambahkan Lumpur Aktif OR Beban permukaan
( Sedimentasi)
Flokulasi Q Beban hidrolis air limbah
Q kimia Debit bahan kimia (koagulan) Q RES Debit lumpur resirkulasi
yang ditambahkan
Q WAS Debit lumpu dibuang
Penyesuaian pH Q kimia Debit bahan kimia (koagulan)
Presipitasi Q kimia Debit bahan kimia (koagulan)
yang ditambahkan
yang ditambahkan
Sumber : Polaris Consultan
Unit Pengolahan Parameter operasi

PARAMETER OPERASI Lumpur Aktif


( Aerasi)
OL Beban organik (organic
loading)
MLVSS Padatan organik tercampur
Menunjukkan kondisi pengoperasian pada (Mix Liquor Volatile Suspended
suatu unit pengolahan: Solid)
F/M Rasio Food/Microorganism
Unit Pengolahan Parameter operasi DO Oksigen terlarut
Ekualisasi Q Beban hidrolis air limbah OUR Laju pernafasan
mikroorganisme (Oxygen
Pengendapan OR Beban permukaan (overflow Uptake Rate)
rate) BOD : N : Rasio nutrien
Q Beban hidrolis air limbah P
SA Usia lumpur (Sludge age)
Koagulasi Q Beban hidrolis air limbah
SVI Indeks volume lumpur
Q kimia Debit bahan kimia (koagulan)
yang ditambahkan Lumpur Aktif OR Beban permukaan
( Sedimentasi)
Flokulasi Q Beban hidrolis air limbah
Q kimia Debit bahan kimia (koagulan) Q RES Debit lumpur resirkulasi
yang ditambahkan
Q WAS Debit lumpu dibuang
Penyesuaian pH Q kimia Debit bahan kimia (koagulan)
Presipitasi Q kimia Debit bahan kimia (koagulan)
yang ditambahkan
yang ditambahkan
Sumber : Polaris Consultan
Peralatan, Fasilitas IPAL Fasyankes

Berbagai Jenis Blower IPAL


Peralatan, fasilitas IPAL Fasyankes

Berbagai Jenis Diffuser IPAL


Peralatan, Fasilitas IPAL Fasyankes

Panel Listrik IPAL dan Komponen elektrikalnya


Kegiatan Pemeliharaan IPAL Fasyankes

Pembersihan Perbaikan Penggantian Pengisian

Terhadap : Bangunan, Lingkungan, Peralatan dan Fasilitas IPAL …..


Pemasangan
Diffuser Dalam
Bak Aerasi IPAL
Kegunaan diffuser
(coarse / fine bubble) :
Ø Meningkatkan oxygen
transfer/ oksigen yang
terinjeksi ke badan air
limbah
Ø Bisa fungsi
pengadukkan
Tahapan Pemeliharaan IPAL Fasyankes
1. Lihat/ Reviuw Jadwal pemeliharaan IPAL
2. Pemeliharaan peralatan-mesin-fasilitas IPAL :
Ø Mesin blower (pengisian olie, Pembersihan olie rembes, reposisi belt/sabuk, pembersihan mesin
dll)
Ø Pompa (pembersihan sampah sumbatan, pembersihan sistem kelistrikkan)
Ø Saringan kasar (pengangkatan sampah ikutan, reposisi dll)
Ø Over haul bak/reactor IPAL (Bak Equalisasi, Bak Aerasi, Bak sedimentasi, bak klorinasi, bak
efluen dll)
Ø Air lift pump (pemeliharaan aliran lumpur cair)
Ø Dozing pump (pembersihan, pengecekan nozzle dan slang)
Ø Panel listrik (pembersihan, pengencangan koneksi kabel/baut, penggantian kabel/MCB dll)
3. Pembersihan area IPAL (sampah, kotoran, serangga, lawa-lawa dll)
4. Pembersihan bak pra-treatment (laboratorium, dapur gizi, bak control) dan bak
control/pengumpul/pumping station
5. Pengisian checklist pemeliharaan dan pelaporan
Inspeksi Pemeliharaan IPAL Fasyankes
Jadwal Pemeliharaan IPAL Fasyankes
No Obyek Pemeliharaan Frekuensi Obyek Pemeliharaan
1 Pembersihan (kotoran, 1 kali/ hari- Bangunan IPAL
sampah) minggu
1 kali/ Panel llistrik, mesin blower, noozle dozing
minggu-bulan pump, pompa, saringan, tangka pre-
treatment
2 Perbaikan Insident Kerusakaan pada seluruh mesin/alat
3 Penggantian (spare Rutin/ Insident Kerusakaan minor pada seluruh mesin/alat
part)
4 Pengisian Sesuai Olie blower, pelumas mesin/pompa, tangko
spesifikasi alat desinfektan
dan kondisonal
9. STRATEGI PENGELOLAAN IPAL
Penaatan Kualitas Limbah Cair (IPAL) FASYANKES

Melakukan monitoring dan


5 pemeliharaan terhadap fungsi dan
kinerja mesin dan alat penunjang
Pengelolaan IPAL dilakukan oleh tenaga terlatih proses IPAL secara continue
4

3 Melakukan swapantau harian air limbah


dengan parameter minimal DO, suhu dan pH
Menggunakan laboratorium yang telah terakreditasi
secara nasional
2

1 Melakukan pemeriksaan Effluen limbah cair di laboratorium setiap 1


(satu) kali per bulan
STRATEGI PENGELOLAAN IPAL
Pokok- Pokok Program Operasional dan Pemeliharaan Air Limbah Fasyankes

Kategori Aspek Pengelolaan Identifikasi Sifat Pengelolaan


1. Sistem : 1. Bersifat Mandatory :
• SVi30, kandungan DO, pH, Sisa Klor dll (Swapantau) Mengacu pada peraturan perundangan dan ketentuan yang
• Kualitas air limbah (inlet dan outlet) berlaku :
• Permen LHK No. 68 Tahun 2016
• Permen LHK No. 5 Tahun 2014
2. Teknis : • Permenkes No. 7 Tahun 2019
• Kegiatan sampling (Uji laboratorium) dan pencatatan Meliputi : Debit, Kualitas outlet IPAL, Izin IPAL, Fasilitas teknis
debit (bak samping, titik kordinat, papan nama proses/bak, K3)
• Cek fungsi (blower, pompa, panel, piping dll)
• Penggunaan sumber daya (listrik, air bersih, desinfektan,
olie, bahan seeding dll) 2. Bersifat Voluntary :
• Cek kondisi lapangan (sumbatan sampah, sedimen, vektor Mengacu pada kebutuhan Fasyankes dengan
dll) mempertimbangkan kemampuan sumber daya, seperti :
• Jumlah Tenaga/staf di Unit Sanitasi/ Unit IPAL
• Kemampuan anggaran Fasyankes
3. Administrasi: • Tuntutan pimpinan Fasyankes
• Laporan (internal dan eksternal) • Tuntutan kebutuhan penelitian institusi Pendidikan/Penelitian
• Izin/ Pertek IPAL ( baru/ perpanjangan)
Program Strategis Manajemen Air Limbah
1. Program Pentaatan terhadap : 3. Program Kesiapan
• Frekuensi sampling menghadapi :
• Parameter dan Baku mutu air limbah • Tuntutan hukum
• Ketentuan teknis • Kondisi darurat
• Fasilitas keselamatan kerja dan infeksi
• Pelaporan
• Perizinan

2. Program Pemenuhan Kebutuhan :


• Organisasi (Unit Kerja) RS
• Bahan dan alat operasional dan
pemeliharaan
• Kapasitas petugas limbah
• Tuntutan Masyarakat
CARA MELAKSANAKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI TERHADAP
SETIAP JENIS RISIKO KESLING LIMBAH CAIR
Pemantauan dilaksanakan dengan ketentuan :
Ø Frekuensi pemantauan sesuai peraturan perundangan ( 1 kali/bulan)
Ø Jenis Parameter yang dipantau sesuai dengan baku mutu limbah cair yang
berlaku
Ø Mengirim sampel ke laboratorium yang terakreditasi KAN

Evaluasi dilakukan dengan cara :


Ø Evaluasi terhadap pentaatan frekuensi sampling yakni 1 kali/bulan
Ø Evaluasi terhadap jumlah parameter yang pantau yakni sesuai dengan baku
mutu (pH, TSS, BOD, COD, Ammoniak, Lemaka/Minyak dan Coliform)
Ø Evaluasi terhadap hasi uji laboratorium yakni membandingkan dengan baku
mutu
PEMANTAUAN HARIAN PARAMETER PENGAMBILAN

Debit Baca Debit Air LImbah


Melalui flow meter
pH Celupkan sensor/probe pH
meter lalu baca pH air
melalui pH meter

Suhu Gunakan termometer untuk


mengukur suhu air
Waktu Catat jam dan tanggal
pelaksanaan pengambilan
Lokasi Catat lokasi pengambilan
sampel (inlet/outlet IPAL)
10. PENGELOLAAN LIMBAH GAS
Apa saja jenis
sumber
bergerak (SB)
dan sumber
tidak
bergerak
(STB) di
Fasyankes?
Sumber Emisi Limbah Gas Di Fasyankes :
1. Mesin Insinerator (Alat Pembakar/ Pengolah Limbah Medis)
2. Mesin generator set
3. Mesin boiler
4. Kendaraan operasional RS

Incinerator
Kendaraan

Genset
Boiler
PENANGANAN RISIKO LIMBAH GAS DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

(IDENTIFIKASI) JENIS RISIKO AKIBAT KEGAGALAN PENANGANAN


LIMBAH GAS DI FASYANKES

Identifikasi risiko penganan limbah gas fasyankes :


q Risiko pencemaran air udara (gas buang/emisi dan
partikulat dll)
q Risiko keluhan penyakit (air borne desease) pada
permukiman sekitar sumber emisi
q Risiko keselamatan kerja (K3)
CARA MELAKUKAN PENGENDALIAN DAN PENANGANAN RISIKO LIMBAH GAS
(EMISI)
Ø Pemilihan sumber-sumber emisi dengan jenis low emission
Ø Pemilihan lokasi penempatan sumber emisi yang tepat ( di zona service/
utilitas)
Ø Pemilihan teknologi yang tepat (indicator system terpenuhi : Insinerator
suhu bakar 1 > 800 oC, Suhu Bakar 1 > 1.000 oC dst)
Ø Mengatur jadwal pengoperasian atau jadwal test drive untuk genset
Ø Membuat cerobong dengan ketinggian sesuai peraturan perundangan dan
ketentuan teknis ( missal :Cerobong incinerator minimal 14 meter, atau
ketentuan teknis : Diatas ketinggian bangunan tertinggi di sekitar sumber
emisi)
Ø Memasang alat pengendali pencemaran udara, misal: pemasangan alat wet
scrubber untuk cerobong incinerator dll)
MELAKSANAKAN PEMANTAUAN
PARAMETER YANG DIUJIKAN DALAM MENGUKUR KUALITAS LIMBAH GAS
(EMISI GAS BUANG) DI FASYANKES
Minimal parameter :
debu/partikulat (PM), Carbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Sulfur dioksida
(S)2), Nitrogen Monoksida (SOx)

Cara pengukuran kualitas limbah gas secara kualitatif di lapangan dapat menggunakan
2 cara :
Ø Pengukuran debu dengan HVS PM 2.5 dan 10 dan
Ø Pengukuran kualitas limbah gas menggunakan Multi Gas Detector untuk ambien dan
Flu Gas Analizer untuk di cerobong asap yang dapat mengukur gas NOx, SO2, NO2
dan CO di lapangan.

Untuk konfirmasi laboratorium guna mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka
dilakukan pengambilan sampel dengan alat Impanger yang kemudian dikirim filternya
untuk pemeriksaan laboratorium.
CARA MEMBUAT RENCANA DAN JADWAL PEMANTAUAN PENANGANAN
LIMBAH GAS
Membuat rencana, meliputi :
q Rencana kegiatan monitoring dibuat berdasarkan jenis data yang akan
dikumpulkan
q Rencana dibuat secara periodik (per bulan, per tri wulan, per semester dan
atau per tahun)

Membuat Jadwal Pemantauan :


Ø Membuat tabel jadwal yang berisi : aspek yang di pantau, frekuensi
pemantauan, bulan pemantauan, PIC pemantau
Membuat tabel jadwal pemantauan/monitoring kualitas limbah gas (emisi) selama 1 tahun, dimana frekuensi
pemantauan (fisik kimia) dilakukan setiap 6-12 bulan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
(PermenLHK Nomor 11 Tahun 2021)
LANGKAH PEMANTAUAN KUALITAS EMISI GAS BUANG/DEBU PADA CEROBONG
EMISI APABILA UJI EMISI DILAKUKAN OLEH PIHAK III (LAB LINGKUNGAN)?
a. Menyusun perencanaan : menentukan titik sampel, tanggal sampel, parameter/baku
mutu uji, laboratorium yang digunakan, menyiapkan kesiapan fasiltas kerja sampling,
petugas pendamping fasyankes
b. Mengajukan surat permohonan sampling ke Laboratorium lingkungan yang di rujuk
(harus terakreditasi KAN)
c. Melaksanakan pengambilan sampel emis di lokasi sampling yang ditentukani dengan
lama pengujian sesuai metode/standar baku mutu sampai selesai
d. Pencatatan kondisi lapangan (arah angin, kecepatan angin, suhu cerobong, kecepatan
aliran emisi cerobong)
e. Mengambil dokumentasi proses pengambilan sampel (foto, video dll)
f. Membuat Berita Acara pengambilan sampel emisi yang ditantatangani petugas
fasyankes dan petugas laboratorium
LANGKAH MENGANALISIS RISIKO LIMBAH DAN PELAPORANNYA BERDASARKAN
HASIL PENGUKURAN/ UJI LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN EMISI GAS BUANG

1. Disiapkan baku mutu limbah emisi yang ditentukan


2. Dilihat hasil uji laboratorium emisi yang diuji/ukur
3. Bandingkan hasil uji laboratorium dengan baku mutu emisi
4. Apabila terdapat parameter melebihi baku mutu, maka dapat dianalisis bahwa parameter ini
berpotensi menyebabkan risiko limbah gas (emisi). Analisis ini bisa ditambah dengan
melakukan wawancara dengan penduduk sekitar sumber emisi tentang kemungkinan
gangguan dan keluhan akibat pembuangan emisi sumber-sumber di fasyankes
5. Pelaporan disampaikan kepada pimpinan fasyankes dengan berisi :
Ø Berisi informasi jumlah sampel, periode pengambilan sampel, dan laboratorium rujukan
Ø Menyajikan hasil uji laboratorium dan baku mutu nya
Ø Menyajikan analisis hasil uji dan potensi risikonya
Ø Menyampaikan rekomendasi tindak lanjut (penanganan/pengendalian)
01 Pengelolaan Fasilitas :
• Cerobong mesin insinerator harus dilengkapi dengan alat untuk menangkap
debu seperti alat wet scrubber
• Cerobong dilengkapi dengan fasilitas penunjang uji emisi
• Menyusun dan menjalankan program pemeliharaan Sumber gas buang tidak
Penaatan
bergerak
Pelaporan • Penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan
02 Penaatan Pelaporan :
a) LAPORAN INTERNAL : Bulanan, Semester & Tahunan : Evaluasi Pengelolaan
limbah gas
b) LAPORAN EKSTERNAL :
• Dokumen Lingkungan (UKL-UPL/RKL-RPL) Tiap 6 bulan
• Hasil pemantauan dilaporkan periodik 6 bulan kepada KLHK dan DLH

Pengelolaan 03 Pemeriksaan Lab:


Fasilitas
a) Pemeriksaan laboratorium emisi gas buang dan udara ambien luar
b) Pengujian emisi gas buang dilaksanakan oleh laboratorium yang telah
terakreditasi nasional
c) Uji emisi gas buang dari cerobong insinerator, cerobong mesin boiler 6 bulan
sekali
d) Uji emisi gas buang kendaraan & udara ambien minimal setiap 1 (satu) kali
setahun
q Tinggi cerobong harus sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan dilengkapi dengan topi diatasnya, terbuat
dari bahan yang kuat dan anti korosif.
q Lubang sampling (port sampling) untuk lokasi
uji/pengukuran emisi cerobong. Ketentuan lokasi
pemasangan lobang sampling pada cerobong sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang pengendalian pencemaran udara.
q Fasilitas kerja bagi petugas sampling, seperti tangga dan
pagar pengamannya serta lantai kerja yang dicat
dengan warna terang, misalnya warna kuning.
q Ditulis nomor kode cerobong.
q Papan tulisan titik kordinat cerobong menggunakan
Global Positioning Sistem (GPS).
Lobang
sampling
2d

8d
Lantai Kerja
q Jumlah lubang sampling 1 buah (Lantai kerja
berukuran lebar 1,2 m dan mampu menampung 3
orang
q Tangga terbuat dari material yg kuat dan
mampu menahan beban minimal 500 kg
Titik Koordinat
q Terdapat sumber arus listrik
q Terdapat informasi titik koordinat
q untuk cerobong berbentuk bulat diameter 20-30
cm) dgn titik lintas 2-4 titik
1 2 3 4
KINERJA ALAT
SARANA & SUMBER TIDAK KUALITAS EMISI REGULASI &
PRASARANA BERGERAK PERIJINAN

KONDISI BAIK BERFUNGSI SESUAI BAKU MUTU

Cerobong dan Semua sistem kinerja alat Hasil Uji emisi sesuai Ijin Incinerator (onsite), Ijin
fasilitasnya, Bahan bakar, sumber tidak bergerak baku mutu parameter Genset, Ijin Boiler,
wet scrubber dll (genset, boiler, yang ditetapkan/sesuai Implementasi SPO - SPO
incinerator) beroperasi regulasi dan juknis Pengelolaan
normal, burner, scruber, limbah gas.
panel listrik, Sensor
automatic dll
CARA MELAKUKAN TINDAK LANJUT APABILA DALAM PEMANTAUAN LIMBAH GAS
(EMISI) TERJADI PENCEMARAN LINGKUNGAN

q Mengkaji peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku


terkait penanganan limbah padat
q Mengidentifikasi jenis risiko akibat kesalahan prosedur
q Menganalisis penyebab dan dampak risiko (parameter emisi
yang belebih dari baku mutu)
q Menyampaikan rekomendasi/tindak lanjut perbaikan
q Menyusun laporan
CARA MELAKSANAKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI TERHADAP RISIKO DARI
LIMBAH GAS (EMISI) DI FASYANKES
Pemantauan dilaksanakan dengan ketentuan :
Ø Frekuensi pemantauan sesuai peraturan perundangan (Permen LHK Nomor 11 taun 2021)
Ø Prosedur dan tahapan pemantauan sesuai dengan SPO/SOP atau peraturan perundangan yang
berlaku
Ø Pemantauan terhadap legalitas/perizinan fasilitas/sumber emisi, khususnya insinerator
Ø Pemantauan dilakukan terhadap frekuensi,parameter, dan ketaatan penyampaian laporan emisi
ke instansi terkait

Evaluasi dilakukan dengan cara :


Evaluasi terhadap hasil monitoring emisi dilakukan dengan cara :
Ø Membandingkan hasil uji laboratorium dengan baku mutu
Ø Melakukan survey lapangan dan wawancara terkait dengan jenis gangguan dan keluhan akibat
limbah Gas (emisi) yang dihasilkan fasyankes
Kesimpulan :
1. Pengelolaan air limbah fasyankes meliputi system penyaluran dan system
pengolahan air limbah
2. Keberhasilan kinerja IPAL sangat tergatung dari ketepatan dalam
perencanaan desainnya
3. Keberlanjutan kinerja IPAL Fasyankes akan ditentukan oleh ketepatan
pengoperasian dan pemeliharaan
4. Pencemaran lingkungan limbah gas lebih mudah dideteksi dengan parameter
gas dan partikulat serta bau
5. Pemilihan teknologi yang tepat untuk mesin penghasil emisi akan memperkecil
potensi pencemaran, termasuk kelengkapan alat pengendali partikulat (wet
scrubber)
PENUGASAN PESERTA :
Studi Kasus : Tugas
Ø Dinkes Kab Pandeglang pada 2024 ini akan 1. Saudara sebagai TSL diminta untuk menghitung berapa
membangun puskesmas baru dengan layanan rawat kapasitas olah IPAL yang tepat berdasarkan proyeksi
inap. Berdasarkan perencanaan puskesmas akan rencana pengembangan ke depan
dibangun dengan 50 tempat tidur.(TT) 2. Fasilitas apa saja (pre treatment, alat penunjang, fasilitas
Ø Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa kebutuhan
K3 dll) yang Perlu direncanakan untuk dilengkapi pada
air bersih untuk puskesmas adalah 500 liter/TT/Hari
IPAL yang akan dibangun tersebut, sebutkan untuk :
Ø Di Puskesmas akan dibangun IPAL yang akan segera
di lelangkan, sehingga diperlukan berapa data Fasilitas/ alat system penyaluran air limbah dan
kapasitas olah IPAL yang akan di lelangkan tersebut. fasilitas/alat system pengolahan air limbah
Ø Sesuai master plan, pada tahun 2027 puskesmas 3. Ketika IPAL sudah terbangun nantinya, Saudara di minta
akan dikembangkan dengan menambah bangunan menyusun program operasional dan pemeliharaan IPAL.
rawat inap dengan 50 TT lagi. Program apa saja yang akan Saudara susun?
Ø Pada tahun 2024 ini juga di puskesmas akan 4. Menurut Saudara, apa dampak lingkungan penggunaan
diadakan incinerator limbah medis dengan incinerator limbah medis? Dan lebih efisien mana
kapasitas 10 kg/hari, meskipun di Kab pengolahan limbah medis menggunakan incinerator atau di
Pandenglang teah tersedia perusahaan serahkan/ MoU ke pihak III (transporter dan pengolah)?
pengangkut/pengolah limbah B3

Anda mungkin juga menyukai