Oleh :
Miftakhul Nurdiyanto, ST., CRMPA., CPGAM., CASP (Kelompok 2)
PP FKTSLRSI
Pencemaran Sungai
oleh Air Limbah
Fasyankes......
.Gangguan penyakit, Kematian biota air
dan gangguan estetika 3
Pencemaran Air Tanah oleh
Limbah Fasyankes
… Gangguan penyakit masyarakat (water
borne desease, bau dll …..
4
Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) gagal proses oleh bahan toksik
/ inhibitor air limbah Fasyankes
Ø Air hasil olahan IPAL tidak memenuhi syarat/
baku mutu 5
1. SUMBER, KARAKTERSITIK DAN VOLUME DAN DAMPAK/ RISIKO AIR
LIMBAH FASYANKES
Latar Belakang
Pengendalian pencemaran air oleh buangan air limbah berbasis
daya dukung lingkungan (carring capasity) telah bergeser ke
Air Limbah
pendekatan end of pipe tretment.
SAKIT
qlimbah infeksius,
CAIR qlimbah patologi,
qlimbah benda tajam,
GAS MEDIS
qLimbah farmasi,
qlimbah sitotoksis,
qlimbah kimiawi,
qlimbah radioaktif,
semua limbah yang berbentuk gas yang semua air buangan termasuk tinja yang qlimbah tabung gas/kontainer bertekanan, dan
berasal dari kegiatan pembakaran di berasal dari kegiatan rumah sakit yang qlimbah dari peralatan medis dengan
rumah sakit seperti insinerator, dapur, kemungkinan mengandung kandungan logam berat yang tinggi
perlengkapan generator, anastesi, dan mikroorganisme, bahan kimia beracun
pembuatan obat citotoksik dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan Limbah B3 dalam
PermenLHK No.56 Tahun 2015
Definisi Air Limbah :
1. Air limbah adalah air sisa dari suatu hasil usaha Dan/ atau kegiatan.
2. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas
hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
3. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam air limbah yang akandibuang atau dilepas ke dalam sumber
air dari suatu usaha dan atau kegiatan.
Sumber : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK
8
Karakteristik
Kualitas Air LImbah
Kualitas air limbah dibedakan dalam 3 karakter :
1. Karakter fisik :
Ø Terdiri : solid/padatan, temperatur, warna, bau
2. Karakter kimia :
Ø Terdiri : Zat organik, zat anorganik dan gas Polusi zat
organik, dinyatakan dalam : BOD (Biochemical Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand)
3. Karakter biologi :
Ø Mikroorganisme : bakteri, protozoa, parasit, fungi
CONTOH JENIS-JENIS “BAKTERI” CONTOH JENIS-JENIS “BAKTERI”
DALAM AIR LIMBAH DALAM AIR LIMBAH
CONTOH JENIS-JENIS “PROTOZOA” DALAM AIR LIMBAH
01
Karakteristik
LIMBAH CAIR
Ø pH Tinggi 02
Ø Bahan Kimia Toksik TANPA PENGOLAHAN
Ø Phosphat
1. Kualitas (karakteristik) 1. Desain Pipa Close 1. Kriteria desain 1. Nilai ekonomis/ efisiensi
2. Debit/Produksi roil/open rioll 2. Jenis proses/teknologi 2. Kualitas = kualitas air
3. Kapasitas olah IPAL bersih
2. Diameter pipa
(Hydraulic Capasity) 3. Sifat tidak mandatory
3. Bahan pipa 4. Jenis IPAL (konvensional, 4. Volume sesuai kebutuhan
4. Kemiringan pipa paket dll)
Dipengaruhi :
5. Asesoris jaringan pipa 5. Total Retention time
Ø Jenis/kelas RS
6. Elevasi tanah 6. Material /konstruksi
Ø Jenis dan bahan inputan bangunan/alat IPAL
Ø Kapasitas layanan (Jmlh 7. Kinerja/efisiensi % (Removal
TT) efficiency)
Ø Proses kegiatan RS
(laundry/dapur mandiri
atau out sourching dll)
2.1. SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DI FASYANKES
ASESORIS SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH :
1. Bak Pre treatment ( sumber : Laundry, dapur gizi)
2. Bak Kontrol
3. Bak pompa pengalir (Pumping station)
4. Bak Pengumpul (Collection Tank)
5. Jaringan Pipa ( Pipa : Cabang, lateral, Utama)
Pertimbangan :
Ø Jarak tertentu ( 20 – 25 1
meter) pada pipa
mendatar yang panjang 2
Ø Terdapat belokan
3
Ø Terdapat perbedaan
elevasi tanah 4
Ø Pertemuan pipa (dengan
Ø diameter yang berbeda
Gambaran Jaringan Pipa Penyaluran Air Limbah
Menentukan desain bak kontrol
B
Tampak Atas
Potongan A
Potongan B
Bak Penangkap Lemak ( Grease Trap)
2.2. SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI FASYANKES
TAHAPAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH
PRE PRIMARY SECONDARY TERTIARY
TREATMENT TREATMENT TREATMENT TREATMENT
Screening Sedimentasi Lumpur aktif Karbon
Equalisasi Flotasi Biofilter Sand filter
Grit Chamber Aerasi Membran Desinfeksi
bioreaktor
• Menghilangkan zat
Oil separator padat terlarut
• menghilangkan
bakteri dan kimia air
• Menyisihkan melalui pengendapan • Pengolahan biologi limbah
partikel kasar atau pengapungan untuk menghilamhkan
• menggunakan • menggunakan gaya materi terlarut dan
para-para/ saringan gravitasi tersuspensi organic
kasar (BOD, COD)
• menggunakan gaya
gravitasi dan sistem
pompa
PRE TREATMENT TERTIARY TREATMENT
Perangkap lemak
1 4
PRIMARY TREATMENT
2 3 SECONDARY TREATMENT
Proses pokok:
q Saringan kasar
q Bak pengendapan
awal
q Bak anaerob biofilter
q Bak aerob biofilter 1
&2
q Bak pengendapan
akhir
q Bak khlorinasi
q Bak stabilisasi
• Bak pengering lumpur bak berisi media saring tersusun seperti kerikil, pasir
dan ijuk yang disusun secara berurutan dari bawah bak
BAK PENGERING LUMPUR • Proses pengeringan dilakukan dengan cara memindahkan lumpur dari bak
sedimentasi dan pra sedimentasi dengan pompa dan disebarkan di atas media
bak pengering lumpur.
Mendisinfeksi air limbah dengan menggunakan zat klor, sebagai zat pengoksidasi dalam gas
Cl2, klor dioksida (ClO2), sodium hipoklorit (NaOCl), dan Calsium hipoklorit (Ca(Ocl)2 berupa
padat/granula/tablet dan cair
Cara klorinasi dapat menggunakan dozing pump (cair), injection (gas), kontak (tablet)
• Sinar ultra violet diabsorpsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada
permukaan sel, sehingga terjadi ikatan antara molekul-molekul timin yang bersebelahan dan
menyebabkan terbentuknya dimer timin sehingga fungsi asam nukleat terganggu dan
mengakibatkan kematian mikroorganisme
q Semakin tinggi kandungan bahan organik dan
anorganik, semakin tinggi pula kebutuhan dosis klor
aktif untuk mengoksidasi bahan organik dan
anorganik tersebut.
q Dosis klor ditentukan berdasarkan kebutuhan klor x
volume air limbah : 1000000
q Sisa klor dikendalikan pada 0,1 – 0,2 mg/l
Air Terolah, q Deklorinasi dapat dilakukan dengan mengalirkan
sisa klor 0,1-0,2 pada saluran terbuka
mg/l
Kebutuhan = Q inlet x Dosis Khlor diinginkan
Kaporit % kadar kaporit
Debit (M3/Hari)
IPAL
Kualitas Inlet Kualitas Outlet :
- Uji laboratorium
- Swapantau
Bahan :
- Listrik
Utilitas : - Desinfektan
- Air bersih
- Nutrient
- Fungsi Mesin Blower - Sparepart
- Mikroorganisme
- Fungsi Pompa - Olie
- Fungsi Panel listrik
- Fungsi mesin klorinasi Kinerja Sistem IPAL :
- Fungsi difuser, air lift
pump, piping dll - pH
- Disolved Oxygen
Ketentuan Teknis : - Suspenden Volume Index
(SVI30)
- Titik /tempat sampling - Return & Waste Sludge
- Titik koordinat - Tekanan Air Flow Blower
- Alat ukur debit
- SPO
- Sistem tanggap darura
3. Jenis IPAL Terpasang di Fasyankes
JENIS IPAL TERPASANG DI FASYANKES
Problem Pemilik
Ø KURANG PEMAHAMAN IPAL
Ø PERAWATAN IPAL BURUK
52
4. TUJUAN PENGOLAHAN IPAL DI FASYANKES
Tujuan Sistem Pengolahan Air Limbah
a. Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
b. Mengurangi jumlah padatan terapung
c. Mengurangi jumlah bahan organik
d. Membunuh bakteri patogen
e. Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun
f. Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan
g. Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap ekosistem
Target Teknologi Pengolahan Air Limbah
(Sebagai Sistem Dalam Mengurangi Risiko Cemaran Air Limbah)
https://dst.gov.in/new-advanced-oxidation-technology-can-enhance-waste-water-reuse-lower-cost
https://dst.gov.in/new-advanced-oxidation-technology-can-enhance-waste-water-reuse-lower-cost
5. PROBLEM RISIKO PENCEMARAN LINGKUNGAN IPAL
Problem Utama Pencemaran Lingk Akibat Air Limbah
Bak Pengolahan (IPAL)
Bak Pengumpul/ Transfer
Bak Kontrol / Sump pit
Instrumen ? Instrumen ?
Baku Mutu
Penc Air Tanah
Penc Air Tanah Penc Air Tanah Penc Air Permukaan (Kali/Sungai)
Pecah/ Kebocoran
Rembesan/ Kebocoran Rembesan/ Kebocoran Kegagalan Operasional dan
Pemeliharaan
Problem Kegagalan Pengelolaan IPAL
1. Kegagalan kinerja/ Teknis tangka dan peralatan MEP IPAL
2. Kegagalan pemenuhan baku mutu air limbah
Butuh Optimalisasi Operasional dan Pemeliharaan IPAL
3. Ketidaktaatan terhadap frekuensi uji kualitas air limbah
4. Ketidaktaatan pemenuhan persyaratan teknis IPAL
5. Konflik sosial
6. Kegagalan perizinan/Persetujuan teknis
7. Timbulnya kasus K3
8. Kegagalan kondisi kedaruratan
9. Gangguan bising, bau, estetika dll
6.PENYEBAB KEGAGALAN KINERJA IPAL
Penyebab Kegagalan Pencapaian Pemenuhan Baku Mutu IPAL
1. Kegagalan Desain (Perencanaan) 2. Kegagalan Operasional dan Pemeliharan
a. Kesalahan pemilihan system pengolahan Tidak menjaga lingkungan untuk hidup bagi mikro
b. Ketidak sesuaian Debit dengan kapasitas organisme pengurai (suhu, pH, bebas bahan toksik, nutrient,
olah IPAL (Q > Kap. IPAL) kebutuhan oksigen terlarut, tidak ada inhibitor/substansi
toksik), akibat :
c. Kesalahan pemilihan kriteria desain IPAL a. Penurunan kinerja peralatan ME (Blower, diffuser) –
(HRT/Hidraulic Retention Time- Waktu oxygen transfer tidak optimal dan tidak membentuk
Tinggal Air Limbah) – ketidak sesuaian biofloc/ biofilm secara maksimal)
kebutuhan volume (dimensi) unit operasi dan b. pH air limbah inlet melebihi standar (pH < 6 atau pH >
unit proses IPAL dengan standar 9)
d. Kesalahan pemilihan kapasitas ME ( meisn c. Bahan toksik pada air limbah inlet (bahan kimia :
blower, diffuser) Laboratorium, Laundry, Dapur gizi dll)
d. Tidak menjaga standar MLSS (Mix Liquor Suspended
Solid) – mengukur SV30 standar 250-400 ml/L dengan
tabung 1000 mL atau dengan perhitungan MLSS (ml/gr)
e. Tidak dilakukan Pengaturan return sludge (40%) dan
waste sluge (60%) dari bak aerasi
f. Tidak ada Program penambahan nutrient
Persyaratan dan Faktor Yang Mempengaruhi
Pengolahan Air Limbah Secara Biologi
a. Tingginya konsentrasi mikroorganisme dalam reactor (IPAL)
b. Waktu Kontak yang cukup antara influen limbah cair dengan mikroorganisme
c. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk bereaksi dengan mikroorganisme
d. Kemudahan pemisahan mikroorganisme dari effluen
Reaktor pertumbuhan tersuspensi
(suspended growth reactor)
Pemeriksaan
Pengamatan
Pengukuran
Incinerator
Kendaraan
Genset
Boiler
PENANGANAN RISIKO LIMBAH GAS DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Cara pengukuran kualitas limbah gas secara kualitatif di lapangan dapat menggunakan
2 cara :
Ø Pengukuran debu dengan HVS PM 2.5 dan 10 dan
Ø Pengukuran kualitas limbah gas menggunakan Multi Gas Detector untuk ambien dan
Flu Gas Analizer untuk di cerobong asap yang dapat mengukur gas NOx, SO2, NO2
dan CO di lapangan.
Untuk konfirmasi laboratorium guna mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka
dilakukan pengambilan sampel dengan alat Impanger yang kemudian dikirim filternya
untuk pemeriksaan laboratorium.
CARA MEMBUAT RENCANA DAN JADWAL PEMANTAUAN PENANGANAN
LIMBAH GAS
Membuat rencana, meliputi :
q Rencana kegiatan monitoring dibuat berdasarkan jenis data yang akan
dikumpulkan
q Rencana dibuat secara periodik (per bulan, per tri wulan, per semester dan
atau per tahun)
8d
Lantai Kerja
q Jumlah lubang sampling 1 buah (Lantai kerja
berukuran lebar 1,2 m dan mampu menampung 3
orang
q Tangga terbuat dari material yg kuat dan
mampu menahan beban minimal 500 kg
Titik Koordinat
q Terdapat sumber arus listrik
q Terdapat informasi titik koordinat
q untuk cerobong berbentuk bulat diameter 20-30
cm) dgn titik lintas 2-4 titik
1 2 3 4
KINERJA ALAT
SARANA & SUMBER TIDAK KUALITAS EMISI REGULASI &
PRASARANA BERGERAK PERIJINAN
Cerobong dan Semua sistem kinerja alat Hasil Uji emisi sesuai Ijin Incinerator (onsite), Ijin
fasilitasnya, Bahan bakar, sumber tidak bergerak baku mutu parameter Genset, Ijin Boiler,
wet scrubber dll (genset, boiler, yang ditetapkan/sesuai Implementasi SPO - SPO
incinerator) beroperasi regulasi dan juknis Pengelolaan
normal, burner, scruber, limbah gas.
panel listrik, Sensor
automatic dll
CARA MELAKUKAN TINDAK LANJUT APABILA DALAM PEMANTAUAN LIMBAH GAS
(EMISI) TERJADI PENCEMARAN LINGKUNGAN