Anda di halaman 1dari 27

MPI 5 Pemantauan, Evaluasi, Dan Pelaporan Pengelolaan Limbah

Fasyankes

302
303
Pelaksanaan pengelolaan limbah medis Fasyankes tidak terbatas
hanya seputar pengelolaan limbahnya saja tetapi termasuk sistem dan
kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan limbah
Fasyankes. Sistem dan kegiatan tersebut diperlukan untuk mengetahui
kinerja pengelolaan limbah Fasyankes serta uraian data dan informasinya.
Kegiatan pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes mencakup berbagai
indikator operasional agar sistem tetap berjalan secara berkelanjutan,
mengetahui penggunaan sumber daya, dan pemanfaatan peringatan dini
(early warning) bila ditemukan gejala kegagalan sistem. Kegiatan evaluasi
merupakan keberlanjutan dari kegiatan pemantauan untuk dapat menjaga
keluaran kegiatan tetap baik, yaitu berupa evaluasi kinerja pengelolaan
limbah Fasyankes, baik yang menyangkut aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Pemantauan yang ditindaklanjuti dengan evaluasi dapat mengukur sejauh
mana efektivitas dan efisiensi yang dihasilkan. Pelaporan merupakan hasil
dari pemantauan dan evaluasi yang sebelumnya dilakukan kemudian
dijadikan data yang dikirimkan sebagai laporan yang nantinya akan diubah
menjadi informasi sehingga dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan
dan penentuan program selanjutnya. Manfaat pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes:
1. Memudahkan identifikasi penaatan Fasyankes terhadap peraturan
mengenai kesehatan dan lingkungan seperti standar dan persyaratan
terkait pengelolaan limbah Fasyankes.
2. Mendorong Fasyankes untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan dan
pemantauan limbahnya sebagai upaya perbaikan yang berkelanjutan
(continual improvement).
3. Mengetahui kecenderungan pengelolaan dan pemantauan limbah medis
Fasyankes, sehingga memudahkan instansi luar untuk melakukan

304
pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan dalam penyelesaian
permasalahan pengelolaan limbah Fasyankes serta perencanaan
pengelolaan limbah Fasyankes dalam skala yang lebih besar.
4. Mengetahui kinerja pengelolaan limbah Fasyankes bagi kepentingan
internal untuk pengembangan program penilaian peringkat kinerja
pengelolaan lingkungan.

305
1) Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes.

2) Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
a. Melakukan pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes.
b. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes.
c. Melakukan pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes.

306
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
a. Pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes.
b. Evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes.
c. Pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes.

307
308
Materi Pokok 1: Pemantauan Pengelolaan Limbah Fasyankes

A. Pendahuluan
Pemantauan adalah rangkaian kegiatan pengawasan yang dilaksanakan
secara periodik terhadap berbagai aspek kegiatan pengelolaan limbah
Fasyankes wsehingga pengambilan langkah pemecahan masalahnya dapat
dilakukan secara efektif dan efisien. Kegiatan pemantauan pengelolaan
limbah Fasyankes mencakup berbagai indikator operasional agar sistem
tetap berjalan secara berkelanjutan, mengetahui penggunaan sumber daya,
dan pemanfaatan peringatan dini (early warning) bila ditemukan gejala
kegagalan sistem. Tujuan pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes
adalah:
1. Untuk mengetahui penaatan pelaksanaan pengelolaan limbah
Fasyankes terhadap prosedur yang telah ditetapkan.
2. Untuk mengetahui data keluaran (output) kegiatan pengelolaan limbah
Fasyankes.
3. Untuk mengetahui penggunaan sumber daya pengelolaan limbah
Fasyankes.
4. Untuk mengetahui kinerja operasional dan pemeliharaan fasilitas
pengelolaan limbah Fasyankes.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes.

C. Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
1. Titik kritis
2. Parameter
3. Instrumen

309
D. Uraian Materi
“Sebelum mempelajari tentang pemantauan, apakah Anda pernah terlibat
dalam pelaksanaan pemantauan, cobalah mengingat dan ceritakan
pengalaman Anda.”

Titik kritis pemantauan


Kegiatan pemantauan dilakukan secara rutin oleh Fasyankes dengan
menentukan titik kritis pemantauan. Titik kritis pemantauan biasanya berupa
lokasi/tempat atau proses/tahap yang berisiko dalam pengelolaan limbah
Fasyankes. Lingkup data yang dipantau untuk pengelolaan limbah medis
padat meliputi tahap pengurangan, pemilahan dan pewadahan,
pengumpulan dan penyimpanan, pengangkutan, serta pengolahan dan
pasca pengolahan. Titik kritis dalam pemantauan dapat berupa, misalnya
pemilahan limbah domestik dengan limbah medis, proses pengumpulan
limbah dari sumber ke TPSLB3, lama penyimpanan limbah, parameter emisi
udara bila mengolah dengan insinerator sendiri, parameter tingkat sterilitas
bila mengolah sendiri menggunakan autoclave/microwave, dan seterusnya.
Lingkup data yang dipantau untuk pengelolaan limbah cair Fasyankes
termasuk tetapi tidak terbatas pada penyaluran, kualitas dan kuantitas air
limbah inlet IPAL, serta kualitas dan kuantitas air limbah outlet IPAL.
1. Parameter pemantauan
Parameter pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes umumnya berupa
satuan yang dapat diukur. Parameter pemantauan pengelolaan limbah
cair yang wajib adalah suhu, pH, BOD, COD, TSS, minyak dan lemak,
amoniak, total coliform, dan debit. Sedangkan parameter pemantauan
pengelolaan limbah medis padat antara lain:
a. Kesesuaian pemilahan berdasarkan wadah dengan jenis limbahnya.
b. Jumlah timbulan limbah medis (kg/bulan).
c. Jumlah limbah medis yang dilakukan pengurangan (kg/bulan).
d. Jumlah limbah medis yang diolah (kg/bulan).
e. Satuan timbulan limbah medis (kg/tempat tidur/hari).
310
f. Persen limbah medis yang diolah (limbah medis yang diolahtimbulan
limbah medis×100%).
g. Jumlah kantong limbah yang digunakan (lembar/bulan).
h. Jumlah safety box yang digunakan (kotak/bulan).
i. Suhu pada autoclave/microwave saat proses pengolahan limbah
(derajat Celcius).
j. Tekanan pada autoclave saat proses pengolahan limbah (atmosfer).
k. Hasil uji laboratorium mikrobiologi sebelum dan setelah proses
pengolahan dengan autoclave/microwave (cfu).

2. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam pelaksanaan


kegiatan pemantauan antara lain:
a. Metode pemantauan data primer:
 Pengukuran dengan alat ukur/instrumen
 Uji laboratorium
 Pencatatan kondisi dan kasus penanganan limbah medis
 Observasi lapangan
b. Metode pemantauan data sekunder:
 Pengumpulan data laporan aspek-aspek terkait
 Studi pustaka/referensi/laporan kajian

3. Instrumen pemantauan
Instrumen pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes dapat berupa
instrumen formulir/kuesioner/daftar cek serta peralatan untuk
pengambilan sampel dan pemeriksaan. Instrumen pemantauan berbentuk
formulir/kuesioner/daftar cek yaitu berupa pertanyaan/lembar isian yang
harus dilengkapi untuk memudahkan peserta latihan dalam
mengaplikasikan kegiatan kerjanya. Pengisian formulir/kuesioner/daftar
cek ini diharapkan dapat memberikan gambaran kegiatan dan
pemantauan serta evaluasi kegiatan kerja. Instrumen pemantauan
dibedakan menjadi instrumen pemantauan internal dan instrumen
311
pemantauan eksternal. Instrumen pemantauan internal dapat berupa
formulir swapantau air limbah, neraca limbah medis, dan log book limbah
medis. sedangkan instrumen pemantauan eksternal dapat berupa formulir
pengisian dokumen setiap triwulan (3 bulanan) dan laporan implementasi
UKL-UPL (RKL-RPL) setiap semester (6 bulanan).
Instrumen pemantauan internal disesuaikan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh Fasyankes, sehingga apa saja yang dipantau bisa berbeda
antara satu Fasyankes dengan Fasyankes lain. Acuan dari instrumen
pemantauan internal adalah peraturan yang berlaku dan instrumen
pemantauan eksternal. Hasil dari pemantauan internal akan digunakan
untuk evaluasi internal dan sebagai bahan melakukan perencanaan
kegiatan, penentuan prioritas, dan perencanaan penganggaran terkait
dengan pengelolaan limbah Fasyankes.
Instrumen pemantauan eksternal merupakan instrumen yang hasilnya
akan digunakan sebagai laporan kepada pihak lain di luar Fasyankes.
Instrumen pemantauan eksternal sebaiknya tidak jauh berbeda dengan
instrumen pemantauan internal. Dalam pelaksanaan pemantauan,
peralatan pengambilan sampel dan pemeriksaan seperti ember, jeriken
dan botol sampel, alat pelindung diri (APD), flow meter, pH meter,
termometer, dan sebagainya diperlukan untuk pemantauan yang nantinya
akan dimasukkan ke dalam formulir/kuesioner/daftar cek.

“Setelah anda mengetahui mengenai pemantauan, maka anda akan siap


untuk melakukan pemantauan dalam pelaksanaan kegiatan pada saat
anda bertugas”

312
313
Materi Pokok 2: Evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes

A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan pengukuran kinerja pengelolaan
limbah Fasyankes untuk mengetahui aspek kecenderungan, titik kritis, dan
penaatan pengelolaan Fasyankes dibandingkan dengan ketentuan yang
berlaku. Kegiatan evaluasi merupakan keberlanjutan dari kegiatan
pemantauan untuk dapat menjaga keluaran kegiatan tetap baik, yaitu berupa
evaluasi kinerja pengelolaan limbah Fasyankes, baik yang menyangkut
aspek kuantitatif maupun kualitatif. Pemantauan yang ditindaklanjuti dengan
evaluasi dapat mengukur sejauh mana efektivitas dan efisiensi yang
dihasilkan. Tujuan evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes adalah:
1. Untuk mengetahui kinerja penaatan prosedur, data kegiatan, dan
penggunaan sumber daya dalam pengelolaan limbah Fasyankes.
2. Untuk menganalisis efektivitas dan efisiensi pelaksanaan teknis dan
administratif pengelolaan limbah Fasyankes.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan evaluasi
pengelolaan limbah Fasyankes.

C. Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 2:
1. Penaatan
2. Evaluasi
3. Rekomendasi

D. Uraian Materi
“Sebelum mempelajari tentang evaluasi, apakah Anda pernah terlibat dalam
melaksanakan evaluasi, cobalah mengingat dan ceritakan pengalaman
Anda.”

314
Penaatan
a. Pemeriksaan sampel harian limbah cair
Pemeriksaan sampel harian dilakukan setiap hari untuk mengetahui
kondisi terkini air limbah pada instalasi pengolah air limbah (IPAL) dan
sebagai salah satu cara untuk antisipasi/pencegahan sebelum IPAL
mengalami masalah. Sampel yang diambil berasal dari air limbah pada
outlet IPAL. Adapun parameter yang diperiksa dalam pemeriksaan
harian adalah debit, pH, dan suhu serta waktu dan lokasi pengambilan
sampel sebagai berikut:

Tabel 33 Parameter pemeriksaan harian

Parameter Pengambilan Pemeriksaan


Catat debit air dari flow
Baca debit air melalui flow
Debit meter dalam satuan
meter
liter/hari
Celupkan sensor/probe pH
pH meter lalu baca pH air Catat pH air dari pH meter
melalui pH meter
Gunakan termometer infra Catat suhu air dari
Suhu merah untuk mengukur suhu termometer dalam satuan
air derajat Celcius
Waktu Catat jam dan tanggal
Catat lokasi pengambilan
Lokasi
sampel (outlet IPAL)

Petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD) pada setiap


pengambilan dan pemeriksaan sampel. Teknologi terkini dapat
digunakan untuk mendukung pengambilan sampel harian dan otomatis
menunjukkan angka untuk parameter tersebut.

b. Pemeriksaan sampel bulanan limbah cair


Pemeriksaan sampel bulanan dilakukan setiap bulan untuk mengetahui
kondisi terkini air limbah pada instalasi pengolah air limbah (IPAL) dan
sebagai salah satu cara untuk antisipasi/pencegahan sebelum IPAL
mengalami masalah. Sampel yang diambil berasal dari air limbah pada
inlet dan outlet IPAL. Adapun parameter yang diperiksa dalam

315
pemeriksaan bulanan adalah debit, pH, BOD, COD, TSS, minyak dan
lemak, amoniak, dan total coliform serta waktu dan lokasi pengambilan
sampel sebagai berikut:

Tabel 34 Parameter pemeriksaan bulanan

Parameter Pengambilan Pemeriksaan


BOD Inlet ● Buat surat pengantar
COD ● Ambil air limbah dari ke Dinas Lingkungan
TSS inlet menggunakan Hidup setempat.
Minyak dan ember kemudian ● Pastikan sampel air
lemak dimasukkan ke dalam yang akan diuji
jeriken (2 liter) dan langsung diantar ke
kocok (agar jeriken (maksimal 2 jam dari
homogen) lalu air waktu pengambilan
kocokan dibuang. sampel).
● Ambil air limbah dari
inlet menggunakan
ember kemudian
dimasukkan ke dalam
jeriken hingga hampir
penuh lalu ditutup rapat.
● Jerigen diberi identitas
(waktu, lokasi, dan
nama Fasyankes).
Outlet
● Disinfeksi mulut keran
outlet menggunakan
Amoniak alkohol 70% atau
dibakar dengan korek
(bila keran bukan
plastik) sebelum
pengambilan sampel
lalu buka keran dan
biarkan air mengalir
sekitar 1 menit.
● Alirkan air limbah dari
keran outlet ke dalam
jeriken (2 liter) dan
kocok (agar jeriken
homogen) lalu air
kocokan dibuang.
● Alirkan air limbah dari
keran outlet ke dalam
jeriken hingga hampir
penuh lalu ditutup rapat.

316
Parameter Pengambilan Pemeriksaan
● Jeriken diberi identitas
(waktu, lokasi, dan
nama Fasyankes).

Inlet ● Buat surat pengantar


● Ambil air limbah dari ke Dinas Lingkungan
inlet menggunakan Hidup setempat.
ember dan bakar mulut ● Pastikan sampel air
botol kaca steril yang akan diuji
(terapkan prinsip steril) langsung diantar ke
kemudian air limbah (maksimal 2 jam dari
tadi dimasukkan ke waktu pengambilan
dalam botol (100 sampel).
mililiter) hingga penuh
(pastikan botol tidak
tersentuh ember).
● Botol diberi identitas
(waktu, lokasi, dan
nama Fasyankes) dan
masukkan ke dalam
cooler box yang dingin.
Total Outlet
coliform ● Buka keran outlet air
limbah alirkan air
limbah dan biarkan air
mengalir sekitar 1 menit
kemudian bakar mulut
botol kaca steril
(terapkan prinsip steril)
lalu masukan air limbah
melalui keran outlet ke
dalam botol (100
mililiter) hingga penuh
(pastikan botol tidak
tersentuh keran).
● Botol diberi identitas
(waktu, lokasi, dan
nama Fasyankes) dan
masukkan ke dalam
cooler box yang dingin.

Waktu Catat jam dan tanggal


Catat lokasi pengambilan
Lokasi
sampel (outlet IPAL)

Petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD) pada setiap


pengambilan dan pemeriksaan sampel.

317
c. Pemeriksaan sampel pengolahan limbah padat medis
Pemeriksaan sampel pengolahan limbah padat medis dilakukan
terhadap limbah padat medis yang diolah secara mandiri oleh
Fasyankes. Pengolahan limbah padat medis dan pemeriksaan
sampelnya dilakukan sesuai dengan tabel berikut:

Tabel 35 Pemeriksaan sampel pengolahan limbah padat

Pengolah Pemantauan
Insinerator Uji emisi
Autoklaf Spora Bacillus stearothermophilus (1 x 104 spora/ml)
Gelombang mikro Spora Bacillus stearothermophilus (1 x 101 spora/ml)
Iradiasi frekuensi Spora Bacillus stearothermophilus (1 x 104 spora/ml)
Disinfeksi Kimia Spora Bacillus Subtillis (1 x 101 spora/ml)
Solidifikasi Uji kuat tekan dan TCLP (Toxicity Characteristic
Leaching Procedure)

Evaluasi
Evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes dilakukan melalui tahapan:
a. Analisis hasil pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes menjadi
evaluasi
Data hasil pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes perlu diolah dan
dianalisis agar dapat menjadi informasi. Informasi yang berasal dari data
pemantauan pengelolaan limbah Fasyankes merupakan bentuk evaluasi
yang dapat dinilai dan ditindaklanjuti sehingga dapat dibuatkan
rekomendasi. Analisis data hasil pemantauan pengelolaan limbah
Fasyankes menjadi informasi sebagai bahan evaluasi dilakukan dengan
metode:
 Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan prosedur
operasional standar yang ditetapkan, disebut juga sebagai evaluasi
prosedur. Hal ini dapat dilakukan dengan cara survey/observasi di
lapangan dilengkapi dengan daftar cek pengelolaan limbah
Fasyankes yang sesuai prosedur. Langkah yang dilakukan adalah
menyiapkan daftar cek, melakukan survey/observasi pengelolaan

318
limbah Fasyankes di lapangan, membandingkan daftar cek dengan
hasil observasi, bila ditemukan ketidaksesuaian antara daftar cek
dengan hasil observasi maka diidentifikasi penyebabnya dan
ditentukan rekomendasinya. Metode ini sangat efektif untuk
melakukan koreksi dan memastikan prosedur dijalankan sesuai
standar. Tahap pelaksanaan dan prosedur yang dibandingkan
yaitu:
a) Tahap Pengurangan
b) Tahap Pemilahan dan pewadahan
c) Tahap Pengumpulan dan penyimpanan
d) Tahap Pengangkutan
e) Tahap Pengolahan

 Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan standar baku


mutu, disebut juga sebagai evaluasi standar baku mutu atau
evaluasi kinerja. Standar baku mutu ini digunakan untuk mengukur
kinerja dan penaatan terkait dengan keberhasilan dari kegiatan
pengolahan limbah medis. Apabila pengolahan limbah medis
dilakukan dengan insinerasi maka standar baku mutu emisi
insinerator digunakan untuk membandingkan kualitas emisi gas
buang insinerasi. Apabila limbah medis diolah menggunakan
metode non insinerasi maka standar baku mutu digunakan
terhadap kualitas limbah medis pasca pengolahan, misalnya limbah
medis yang telah diolah dengan autoklaf atau oven gelombang
mikro dilakukan uji spora sesuai peraturan yang berlaku. Ukuran
evaluasi yang digunakan adalah bila hasil uji emisi insinerasi atau
hasil uji limbah pasca pengolahan non insinerasi sesuai dengan
standar baku mutu maka pengolahan limbah dinyatakan berhasil
dan sebaliknya. Standar baku mutu tersebut juga dapat digunakan
sebagai standar kinerja pengolahan limbah medis terkait dengan
proses legal.

319
 Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan spesifikasi dan
panduan pengguna, disebut juga sebagai evaluasi kerja alat. Dalam
pengolahan limbah medis baik secara insinerasi maupun non
insinerasi, evaluasi ini biasanya digunakan untuk mengecek proses
kerja alat insinerator, autoklaf, atau oven gelombang mikro.
Produsen insinerator, autoklaf, atau oven gelombang mikro pada
umumnya mencantumkan/menyertakan spesifikasi dan panduan
pengguna bersama dengan produknya. Standar spesifikasi dan
panduan pengguna yang tercantum inilah yang dijadikan acuan
dalam mengevaluasi kerja alat pengolah limbah. Aspek yang
dievaluasi untuk mengukur kesesuaian kerja alat pengolah limbah
antara lain:
a) Suhu proses pengolahan dalam satuan derajat Celcius untuk
insinerator, autoklaf, atau oven gelombang mikro.
b) Durasi proses pengolahan dalam satuan menit untuk
insinerator (ruang bakar kedua retensi 2 detik) autoklaf, atau
oven gelombang mikro.
c) Tekanan saat proses pengolahan dalam satuan atmosfer/psi
untuk autoklaf.
d) Pengumpan limbah medis untuk insinerator, autoklaf, atau
oven gelombang mikro.
e) Kelistrikan untuk insinerator, autoklaf, atau oven gelombang
mikro.
f) Bahan bakar untuk insinerator.
 Membandingkan pelaksanaan di lapangan dengan variabel atau
komponen lain yang terkait. Evaluasi ini diterapkan untuk
mengetahui keterkaitan antara pengolahan limbah medis dengan
variabel atau komponen lain yang terkait. Misalnya kemampuan
anggaran, kemampuan kelistrikan, kapasitas sumber saya, dan
variabel atau komponen lainnya. Tujuannya untuk mengetahui
apakah terjadi penyimpangan (kondisi tidak normal) yang tidak
320
sesuai sehingga hal ini bisa segera ditindaklanjuti dan diperbaiki
untuk memastikan kinerja optimal salam pengolahan limbah medis.

Data hasil pemantauan pengelolaan limbah cair dilakukan analisis


sebagai evaluasi pengelolaan limbah cair, beberapa analisis untuk
evaluasi pengelolaan limbah cair antara lain kesesuaian dengan baku
mutu, kesesuaian kapasitas dengan timbulan air limbah, grafik dan
gambaran hasil uji swapantau dan uji bulanan, fungsi dan kondisi IPAL
secara umum, dan lain-lain.

b. Penilaian evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes


Evaluasi ini dilakukan setiap semester (setiap enam bulan sekali),
penilaian evaluasi ini dilakukan melalui:
 Evaluasi kecenderungan adalah evaluasi untuk melihat
kecenderungan (tren) perubahan kualitas lingkungan dalam suatu
rentang waktu dan ruang tertentu sebagai acuan peringatan dini
(early warning) agar dapat segera dilakukan tindakan dini (early
response) apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan penanganan
limbah medis di Fasyankes.
 Evaluasi tingkat kritis dilakukan dengan membandingkan kualitas
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan Fasyankes dengan
standar baku mutu sesuai peraturan yang berlaku.
 Evaluasi penaatan dilakukan terhadap tingkat kepatuhan
Fasyankes dalam memenuhi berbagai ketentuan dan komitmen
yang terdapat di dalam dokumen lingkungan.

c. Tindak lanjut evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes


Tindak lanjut evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes dilakukan sebagai
bagian dari:
 Identifikasi penaatan Fasyankes terhadap peraturan yang berlaku
seperti standar pengelolaan limbah medis.
321
 Evaluasi kinerja pengelolaan dan pemantauan limbah medis
sebagai upaya perbaikan secara menerus (continual improvement).
 Informasi kecenderungan pengelolaan dan pemantauan limbah
medis Fasyankes, sehingga memudahkan instansi yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan
serta menanggulangi permasalahan pengelolaan limbah medis.
Informasi ini juga berguna sebagai dasar perencanaan pengelolaan
limbah medis dalam skala yang lebih besar.
 Informasi kinerja pengelolaan limbah medis oleh Fasyankes untuk
program akreditasi serta penilaian peringkat kinerja pengelolaan
lingkungan.
 Dokumentasi bagi Fasyankes, dokumentasi dilakukan sehingga
data yang ada mudah dimengerti dan disajikan dalam bentuk narasi
(singkat, padat dan jelas) dielngkapi tabel dan grafik serta gambar
atau foto.

“Setelah Anda mengetahui mengenai evaluasi maka Anda akan siap untuk
melakukan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan pada saat Anda
bertugas.”

322
323
Materi Pokok 3: Pelaporan Pengelolaan Limbah Fasyankes

A. Pendahuluan
Pelaporan merupakan hasil dari pemantauan dan evaluasi yang sebelumnya
dilakukan kemudian dijadikan data yang dikirimkan sebagai laporan yang
nantinya akan diubah menjadi informasi sehingga dapat digunakan dalam
pengambilan kebijakan dan penentuan program selanjutnya. Tujuan
pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes adalah:
1. Untuk memberikan data dan informasi pengelolaan limbah Fasyankes.
2. Untuk memenuhi ketentuan pengelolaan limbah Fasyankes sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan pelaporan
pengelolaan limbah Fasyankes.

C. Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 3:
1. Sistem informasi kelola limbah medis (Sikelim)

D. Uraian Materi
Sebelum mempelajari tentang pelaporan, apakah Anda pernah terlibat dalam
melakukan pelaporan, cobalah mengingat dan ceritakan pengalaman Anda.
Mekanisme pelaporan pengelolaan limbah medis di rumah sakit dibagi
menjadi pelaporan internal dan eksternal:

Pelaporan internal
Pelaporan internal ditujukan kepada pimpinan Fasyankes dengan tujuan
menyampaikan informasi tentang kinerja pelaksanaan pengelolaan limbah
medis. Pelaporan internal yang disampaikan ke pimpinan diharapkan
menjadi pertimbangan bagi pimpinan untuk menentukan tindakan/aksi serta

324
kebijakan, program, perencanaan, pendanaan, atau kegiatan lebih lanjut
untuk mendukung pengelolaan limbah Fasyankes. Pelaporan ini dilakukan
minimal setiap triwulan (setiap tiga bulan) atau setiap ada permasalahan
yang harus segera diselesaikan atau ditindaklanjuti.

Pelaporan Eksternal
Pelaporan eksternal pengelolaan limbah Fasyankes disusun untuk
memenuhi kewajiban capaian indikator kinerja dan ketentuan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pelaporan eksternal pengelolaan limbah Fasyankes
pada umumnya disampaikan kepada instansi pemerintah yang memiliki
kewenangan di bidang kesehatan atau lingkungan. Laporan ini merupakan
data dan informasi yang penting bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan
pengelolaan limbah Fasyankes dan untuk merencanakan program terkait
pengelolaan limbah Fasyankes. Laporan ini juga digunakan untuk
mengetahui dan mengatasi kendala di Fasyankes dalam melaksanakan
pengelolaan limbah Fasyankes, sehingga dapat diberikan rekomendasi dan
bantuan apabila diperlukan. Pelaporan eksternal kepada instansi pemerintah
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu laporan secara luring berbasis kertas dan
daring berbasis digital.

Laporan luring berbasis kertas dilakukan dengan menggunakan surat resmi


dan dokumen yang sudah dicetak. Laporan luring yang wajib dipenuhi dan
dilaporkan ke instansi pemerintah antara lain:
a. Laporan rutin yang ditujukan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan atau Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan setiap 3 bulan.
b. Laporan implementasi RKL-RPL/UKL-UPL Fasyankes yang dilakukan
setiap semester.

Laporan secara daring berbasis digital dilakukan secara elektronik


menggunakan situs atau aplikasi tertentu yang terhubung dengan internet.
Pengguna di Fasyankes mendapatkan akun dari Dinas Kesehatan Provinsi
325
yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan atau Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan tergantung sistem informasi yang
digunakan untuk pelaporan. Pelaporan eksternal secara daring berbasis
digital yang wajib dipenuhi dan dilaporkan ke instansi pemerintah adalah:
a. Sistem informasi kelola limbah medis (Sikelim)
Sistem informasi kelola limbah medis merupakan sistem informasi yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan untuk pelaporan pengelolaan limbah
Fasyankes. Tangkapan layar Sikelim dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Sistem ini ditujukan kepada rumah sakit dan puskesmas untuk
pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes yang berupa limbah domestik,
limbah medis padat, dan limbah cair, serta aspek manajemen dari
Fasyankes tersebut. Pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes melalui
Sikelim dilakukan setiap bulan. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten
kota dapat mengakses sistem informasi ini menggunakan akun yang
telah disesdiakan. Panduan penggunaan sistem informasi kelola limbah
medis dapat diakses pada menu dokumen di situs Sikelim dalam bentuk
dokumen dan video.

Gambar 24 Sistem informasi kelola iklim (Sikelim)

326
b. Sistem Informasi Pelaporan Elektronik Lingkungan Hidup (Simpel)
Sistem informasi ini dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Sistem informasi ini digunakan untuk pelaporan
pengelolaan lingkungan, termasuk di dalamnya pengelolaan limbah
padat, cair dan udara.
c. Manifes Elektronik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Festronik)
Festronik adalah sistem pemantauan yang dibuat oleh KLHK untuk
memantau kegiatan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3), khususnya kegiatan pengangkutan limbah B3. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat pengelolaan
limbah B3 yang tidak sesuai dengan peraturan. Festronik merupakan
bentuk transformasi dari manifes pengangkutan limbah B3 berbasis
kertas. Aplikasi dibuat daring agar dapat diakses kapanpun dan
dimanapun. Pelaporan dilakukan oleh Fasyankes setiap limbah B3
diangkut keluar Fasyankes.

“Setelah Anda mengetahui mengenai pelaporan maka Anda akan siap


untuk melakukan pelaporan dalam pelaksanaan kegiatan pada saat
Anda bertugas.”

327
328

Anda mungkin juga menyukai