Anda di halaman 1dari 18

MPI 4 Pengelolaan Limbah Medis Dan Situasi Khusus

284
285
Materi pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi khusus atau
darurat merupakan materi yang harus disampaikan dengan metode ceramah
interaktif dan tanya jawab serta studi kasus dan simulasi. Pengelolaan limbah
Fasyankes dalam situasi darurat seperti pada kondisi bencana alam, konflik,
sarana pengolah yang tidak berfungsi, dan kendala atau permasalahan
sistem. Limbah Fasyankes pada kondisi tersebut memerlukan prosedur
khusus untuk pengelolaannya. Situasi khusus atau darurat merupakan
kejadian di luar keadaan normal yang tidak diinginkan terjadi pada suatu
tempat yang cenderung membahayakan manusia dan merusak lingkungan
sekitarnya, kejadian ini berpotensi terjadi secara mendadak dan tidak
terduga, terjadi dimana saja dan kapan saja, mengganggu aktivitas normal,
berdampak negatif dan membutuhkan penanggulangan segera serta
sebagian bisa dicegah, sebagian lagi tidak.
Beberapa kejadian khusus atau darurat terjadi di Indonesia yang
hampir setiap tahun mengalami bencana alam yang memprihatinkan.
Bencana alam ini mengakibatkan banyak korban dan pengungsi akan tetapi
pemerintah dan beberapa bantuan kemanusiaan turut meringankan beban
masyarakat dalam penanganan bencana tersebut, termasuk salah satunya
dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan pada situasi bencana
sangat sulit dilakukan bila mengacu pada prosedur kondisi normal, demikian
halnya dalam menangani sampah medis dari pelayanan kesehatan di daerah
pengungsian. Limbah medis dengan volume yang cukup besar akan menjadi
tugas tambahan yang harus dikelola sesuai regulasi oleh penghasil baik oleh
pemerintah dan swasta maupun instansi lain, sehingga risiko kesehatan
dapat terkendali.
Permasalahan lainnya adalah pengelolaan limbah Fasyankes yang
pada kondisi normal dilakukan melalui kerja sama dengan perusahaan

286
pengangkut dan pengolah berpotensi terganggu pada kondisi khusus atau
darurat misalnya pada saat bencana. Hal ini dapat diakibatkan oleh jalan
yang tidak dapat diakses yang kemungkinan rusak karena bencana,
komunikasi yang tidak dapat dilakukan karena jaringan komunikasi yang
rusak, dan lain sebagainya. Hal ini mengakibatkan tidak beroperasinya
pengangkutan atau berkurangnya frekuensi pengangkutan dari Fasyankes
sebagai penghasil ke perusahaan pengolah limbah B3 medis. Selain itu
Fasyankes yang mengolah limbahnya secara mandiri juga berpotensi tidak
dapat mengolah limbahnya karena potensi kerusakan dari bencana baik
kerusakan pada alat pengolah seperti insinerator tahu autoklaf/microwave
dan kerusakan pada aliran listrik ke Fasyankes sehingga alat pengolah tidak
dapat difungsikan.
Pengelolaan limbah pada kondisi darurat bencana sangat berbeda
dengan pengelolaan limbah pada kondisi normal sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus. Limbah Fasyankes yang timbul dan tidak
dikelola pada saat kondisi bencana mengakibatkan timbunan limbah di
Fasyankes semakin besar, sehingga diperlukan upaya dalam pengelolaan
limbah Fasyankes pada kondisi khusus atau darurat.

287
1) Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pengelolaan
limbah medis dalam situasi darurat
2) Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Menyusun skenario pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi
darurat.
b. Melakukan skenario pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi
darurat.

288
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut:
a. Penyusunan skenario pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi
darurat.
b. Skenario pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi darurat.

289
290
Materi Pokok 1: Penyusunan Skenario Pengelolaan Limbah
Fasyankes Dalam Situasi Darurat

A. Pengertian
Setiap daerah memiliki potensi bencana atau kondisi kedaruratan yang
berbeda-beda. Misalnya daerah tertentu mungkin memiliki potensi terjadinya
konflik dan daerah lainnya mungkin memiliki potensi terjadinya bencana
seperti gempa bumi atau tsunami. Selain itu bencana lainnya seperti letusan
gunung berapi, banjir, dan kegagalan industri juga dapat mengakibatkan
korban yang memerlukan pelayanan kesehatan yang bisa jadi saat bencana
terjadi juga terkena dampaknya. Oleh karena itu perlu disusun skenario
dalam menghadapi kondisi tersebut sehingga dapat ditangani dengan baik.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun skenario
pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi darurat.

C. Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
Penyusunan skenario pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi darurat:
 Pengertian
 Struktur organisasi
 SDM
 Fasilitas
 Penyusunan skenario

D. Uraian Materi Pokok


“Sebelum mempelajari tentang penyusunan skenario pengelolaan limbah
Fasyankes dalam situasi darurat, apakah Anda pernah mengalami situasi
tersebut, cobalah mengingat dan ceritakan hal apa yang paling menarik
bagi Anda.”

Pengertian
Situasi khusus yang dimaksud adalah kondisi dimana pengelolaan limbah
Fasyankes terhenti akibat bencana atau kondisi darurat lainnya. Kondisi ini
dapat berupa berhentinya suatu sistem akibat dari permasalahan
291
pengelolaan limbah seperti kerusakan insinerator, kerusakan sarana
transportasi, rusaknya jalan akses untuk pengangkutan limbah dan faktor
lainnya.
Bencana merupakan kejadian yang mengganggu keadaan sehingga kondisi
normal berubah menjadi darurat hal ini menyebabkan tingkat penderitaan
yang melebihi kapasitas penyesuaian dari komunitas yang terdampak.
Pengelolaan sampah di daerah tanggap darurat adalah suatu kegiatan
penanganan sampah mulai dari identifikasi, pemilahan, pewadahan,
pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan, agar tidak
mencemari lingkungan serta agar masyarakat terhindar dari bahaya serta
faktor risiko penyakit yang ditimbulkan.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi ini melibatkan dinas terkait, yaitu dinas lingkungan hidup
dan kehutanan, dinas kesehatan, dan pihak lainnya termasuk pihak swasta
dalam pelaksanaan pengangkutan dan pengolahan akhir limbah. Dalam
menyusun struktur organisasi penanganan limbah medis dalam kondisi
darurat, maka perlu ada beberapa hal:
1. Pembagian peran dan tanggung jawab
Dalam rangka penanggulangan kondisi khusus atau darurat maka harus
ada kejelasan peran dan tanggung jawab sesuai kewenangan tugas dalam
pengelolaan limbah Fasyankes. Instansi yang memiliki tugas dan fungsi
melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan limbah
Fasyankes adalah dinas lingkungan hidup. Dinas lingkungan hidup baik
ditingkat provinsi/kabupaten/kota memiliki peran dan tanggung jawab
dalam keberlangsungan implementasi yang baik dari pengelolaan limbah
Fasyankes sesuai dengan tingkat kewenangannya.
Dinas kesehatan berperan sebagai pembina Fasyankes dan Fasyankes
bertanggung jawab mengelola limbah yang dihasilkannya. Pembagian
peran pengelolaan limbah Fasyankes pada kondisi darurat bencana
dilakukan mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota,
hingga provinsi dan pusat. Peran dan tanggung jawab ini juga disesuaikan
dengan satu garis komando oleh instansi pemerintah yang menanggulangi

292
bencana, sehingga untuk pengelolaan limbah masuk dalam sub klaster
kesehatan lingkungan.
2. Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektoral serta pihak swasta
Koordinasi dalam bentuk komunikasi yang baik antara semua pihak yang
terkait dengan pengelolaan limbah Fasyankes diperlukan pada situasi
darurat. Koordinasi dilakukan melalui komunikasi, baik secara langsung
misalnya pertemuan dan diskusi atau secara tidak langsung misalnya
korespondensi. Koordinasi dapat dilakukan lintas program dan sektor
serta pihak swasta. Pembagian peran dan kewenangan juga dapat
ditentukan melalui koordinasi ini.
3. Pembiayaan
Anggaran atau perencanaan pembiayaan pengelolaan limbah Fasyankes
dimulai dari pencegahan lalu pemilahan sampai dengan pemusnahan. Hal
ini diperlukan secara menyeluruh pada situasi darurat. Selain itu sumber
pembiayaan juga perlu dipertimbangkan agar dapat diakses pada kondisi
darurat. Alokasi dana yang baik dalam penganggaran dapat membagi
biaya pengelolaan limbah pada situasi khusus atau darurat. Alokasi
tersebut dapat dibebankan pada pihak Fasyankes, pemerintah atau
swasta.
4. Pelaksanaan RHA (Rapid Health Assessment)
Pengelolaan limbah Fasyankes pada situasi khusus atau darurat
memerlukan penilaian cepat atau RHA dalam rangka pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat. Penilaian cepat dilakukan agar diperoleh
informasi yang akurat terkait pengelolaan limbah Fasyankes pada situasi
khusus atau darurat. Hasil penilaian empat ini menggambarkan
permasalahan limbah yang ada dan rekomendasi yang dapat digunakan
sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi. Penilaian cepat dilakukan
melalui pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai
kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera
sebagai tanggap darurat dalam suatu kejadian bencana atau situasi
khusus pengelolaan limbah Fasyankes. Berdasarkan penilaian cepat
293
diharapkan untuk diperoleh dengan segera apa saja permasalahan
pengelolaan limbah Fasyankes yang terjadi saat itu. Penilaian cepat
dilakukan mulai dari sumber limbah medis sampai dengan pengolahan
akhir, sehingga dapat memudahkan dalam mencari solusi jangka pendek
dan menengah. Penilaian cepat ini juga menggali potensi dan kemampuan
Fasyankes serta peran pemerintah dan swasta dalam kontribusinya untuk
solusi dari permasalahan.
5. Inventarisasi
Inventarisasi jumlah Fasyankes dan potensi timbulan limbahnya di suatu
wilayah sangat penting untuk dilakukan pada situasi khusus atau darurat.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai
kondisi pengelolaan limbah Fasyankes dan timbunan limbah yang harus
segera dikelola. Hal ini juga dilakukan untuk mempersiapkan sarana dan
prasarana serta perhitungan kebutuhan biaya pengelolaan limbah
Fasyankes pada saat kondisi khusus atau darurat. Inventarisasi
perusahaan pengangkut dan pengolah limbah juga diperlukan untuk
mendukung pengelolaan limbah Fasyankes. Inventarisasi perusahaan
pengangkut dan pengolah di sekitar daerah yang mengalami kondisi
khusus atau kedaruratan berguna untuk memudahkan dan mempercepat
pengelolaan limbah Fasyankes pada kondisi darurat.
6. Alternatif Teknologi Pengolahan
Informasi mengenai teknologi pengolahan limbah alternatif sangat
diperlukan pada saat kejadian bencana atau situasi khusus di suatu
wilayah. Gambaran dan kemampuan teknologi alternatif pengolahan
limbah Fasyankes dapat digunakan untuk menghitung besarnya beban
biaya dan hal teknis lainnya yang diperlukan untuk mengelola limbah.

Sumber Daya Manusia (SDM)


Sumber daya manusia (SDM) terutama tenaga kesehatan sangat penting
dalam rangka menghadapi dan menanggulangi situasi khusus atau darurat
seperti bencana dan berhentinya sistem pengolahan limbah Fasyankes.
294
Kebutuhan SDM harus disesuaikan dengan luas wilayah terdampak dan
besarnya timbulan limbah pada Fasyankes. Penugasan SDM dilakukan
dalam rangka melakukan upaya pengelolaan limbah seperti penyimpanan
sementara, pengangkutan dan pengolahan akhir. Peningkatan kapasitas
SDM dalam pengelolaan limbah Fasyankes dan pembentukan Tim Gerak
Cepat (TGC) sangat diperlukan, pembentukan TGC memiliki pelatihannya
tersendiri. SDM yang melakukan pengelolaan kondisi khusus harus terbagi
secara jelas, sehingga peran masing-masing unit terkait seperti Puskesmas,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi dan Kabupaten/Kota, organisasi profesi serta BUMN dan swasta.

Fasilitas
Pemerintah daerah harus memiliki sistem inventarisasi sarana dan prasarana
pengelolaan limbah Fasyankes untuk situasi khusus atau darurat dan
berhentinya sistem yang mencakup sarana transportasi, buffer stock wadah
limbah medis, tempat penyimpanan sementara (TPS)/depo limbah medis dan
sarana pengolah. Selain itu juga dipersiapkan terkait dengan pengolahan
sementara berbiaya rendah yang dapat dilakukan. Hal ini mencakup metode,
prosedur, ketersediaan alat, bahan, dan lahan untuk melakukan pengolahan
tersebut.

Penyusunan Skenario Pengelolaan


Prosedur situasi khusus atau darurat dan berhentinya sistem merupakan hal
yang penting dalam pengelolaan limbah Fasyankes mulai dari pencegahan
dan pemilahan hingga pengangkutan dan pengolahan. Prosedur merupakan
instruksi tertulis yang dipakai untuk kegiatan baik rutinitas maupun kondisi
tertentu. Prinsip penyusunan prosedur harus memenuhi kaidah:

a. Mudah dipahami dan mampu dilaksanakan


b. Efisien dan efektif
c. Keselarasan dengan prosedur atau standar lain yang terkait
d. Sesuai dengan regulasi yang ada
295
296
Materi Pokok 2: Skenario Pengelolaan Limbah Fasyankes Dalam
Situasi Darurat

A. Pendahuluan
Pengelolaan limbah pada kondisi darurat bencana sangat berbeda dengan
pengelolaan limbah pada kondisi normal sehingga perlu mendapatkan
perhatian khusus. Limbah Fasyankes yang timbul dan tidak dikelola pada
saat kondisi bencana mengakibatkan timbunan limbah di Fasyankes semakin
besar, sehingga diperlukan upaya dalam pengelolaan limbah Fasyankes
pada kondisi khusus atau darurat. Hal ini berlaku baik untuk limbah domestik,
limbah medis padat, dan limbah cair. Dampak tidak terkelolanya limbah
tersebut dapat menjadi semakin besar dengan semakin banyaknya timbulan.
Limbah domestik yang tidak dikelola dapat menjadi tempat
perkembangbiakan vektor penyakit, mengakibatkan bau yang tidak sedap,
memperburuk estetika. Limbah medis padat yang tidak dikelola
mengakibatkan penularan penyakit seperti tertusuk jarum yang terinfeksi.
Limbah cair yang tidak dikelola dapat merembes ke sumber air yang
digunakan pada kondisi darurat sehingga mencemari dan menjadi faktor
risiko penyakit. Semua hal ini dapat dihindari dengan melakukan
implementasi pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi khusus atau
darurat sesuai dengan skenario/prosedur yang telah disusun di materi
sebelumnya.

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan skenario
pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi darurat.

C. Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi:
Skenario pengelolaan limbah Fasyankes dalam situasi darurat:
 Tidak ada pengolah
 Pengolah rusak
 Bencana/KLB

D. Uraian Materi Pook


Bencana
Pada saat bencana maka dilakukan pengelolaan limbah medis sebagai
berikut:

297
a. Tahap Pra Bencana
Dalam rangka penanggulangan pada kondisi khusus atau darurat maka
dilakukan persiapan pada kondisi pra kedaruratan (sebelum bencana),
pada kondisi ini dapat dilakukan beberapa hal, antara lain:
 Mitigasi/kesiapsiagaan bencana termasuk rencana kontingensi,
pengurangan korban yang berarti sedikit pasien sehingga sedikit juga
limbahnya (hal ini didukung dengan penyediaan jalur evakuasi yang
jelas, pelatihan masyarakat tangguh bencana, titik kumpul yang jelas,
akses Fasyankes rujukan saat bencana, dll)
 Koordinasi dan advokasi satu komando dengan pemangku
kepentingan terkait pengelolaan limbah Fasyankes, termasuk lintas
program dan lintas sektor serta pihak swasta.
 Melakukan identifikasi risiko dan potensi bahaya cemaran limbah
Fasyankes bila terjadi bencana.
 Perencanaan (penyediaan SDM, penyediaan tenaga cadangan bila
diperlukan, pembiayaan, sarana, prasarana, perlengkapan, serta
prosedur teknis untuk mekanisme pengelolaan limbah Fasyankes saat
bencana).
 Inventarisasi sarana, prasarana, dan perlengkapan pengelolaan
limbah Fasyankes.
 Pelatihan petugas pengelola limbah Fasyankes pada kondisi khusus
atau darurat.
b. Tahap Bencana
Tahap pengelolaan limbah Fasyankes saat bencana disebut juga tahap
tanggap darurat, semua yang telah dipersiapkan pada tahap pra bencana
dapat digunakan untuk melakukan tahap tanggap bencana ini, di
antaranya:
 Melakukan Rapid Health Assessment (RHA) meliputi jumlah
Fasyankes yang ada, jumlah pelayanan kesehatan/posko kesehatan
yang ada, jumlah timbulan limbah domestik dan medis, jumlah tenaga
yang tersedia, jumlah sarana dan prasarana serta peralatan
pengelola limbah Fasyankes. Penilaian awal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang didukung data-data yang diperlukan
untuk memulai kembali pengelolaan sementara limbah Fasyankes.
 Koordinasi pemangku kepentingan, termasuk lintas program dan
lintas sektor serta pihak swasta.
 Penerapan prosedur teknis, sesuai rencana/skenario yang sudah
ditetapkan menurut panduan/pedoman, pengalaman menunjukkan
bahwa daerah yang memiliki sistem pengelolaan limbah Fasyankes

298
dalam keadaan darurat yang baik akan cepat melakukan tanggap
darurat dalam penanganan limbah Fasyankesnya.
 RHA, koordinasi, dan penerapan prosedur memerlukan SDM terlatih
atau tim gerak cepat yang sudah dilatih sesuai bidangnya pada tahap
pra bencana.
 Penyiapan teknologi sederhana sementara atau memaksimalkan
fungsi sarana pengolah yang ada.
 Penyiapan sarana dan prasarana darurat atau kerja sama dengan
pihak pengelola limbah Fasyankes pada kondisi darurat.
 Sumber biaya kegiatan tanggap darurat dapat berasal dari APBN atau
APBD dan swasta/BUMN atau Fasyankes.
 Pelaporan pengelolaan limbah Fasyankes disampaikan melalui
sistem informasi dan pada saat koordinasi, minimal berupa:
 Jumlah timbulan limbah
 Jumlah limbah yang dikelola
c. Tahap Pasca Bencana
Tahap pasca bencana merupakan tahap untuk memastikan kinerja
pengelolaan limbah Fasyankes serta melakukan penyesuaian
pengelolaan limbah yang dilakukan secara sementara menjadi
permanen hingga pembangunan kembali, hal yang dilakukan pada tahap
pasca bencana antara lain:
 Pemantauan dan evaluasi pengelolaan limbah Fasyankes yang telah
dilakukan pada saat bencana.
 Pengelolaan limbah Fasyankes sesuai dengan ketentuan/peraturan
yang berlaku.
 Inventarisasi sarana tempat pengelolaan limbah Fasyankes yang
mengalami kerusakan dan menginformasikannya kepada pemangku
kepentingan.

Kondisi Saat Berhentinya Sistem


Kondisi saat berhentinya sistem dapat diakibatkan oleh permasalahan dalam
pengelolaan limbah seperti ketidakmampuan penerapan prosedur secara
normal pada kondisi khusus/darurat/bencana, transportasi atau
pengangkutan limbah yang terganggu dari penghasil ke pengolah, dan
pengolahan limbah yang tidak dapat dilakukan karena permasalahan
pengolah atau faktor lainnya. Tahapan yang harus dilakukan, yaitu:

299
a. Pelaksanaan prosedur
Penetapan dan pelaksanaan prosedur pengelolaan limbah pada kondisi
terhentinya sistem dimulai dari pencegahan dan pemilahan sampai
dengan pengolahan limbah sesuai dengan standar.
b. Pengolahan alternatif
Pemilihan teknologi pengolahan diutamakan dengan mengedepankan
pengolahan non insinerasi (disinfeksi, autoklaf, gelombang mikro, sumur
jarum, pemotong/penghancur jarum, penguburan, enkapsulasi, dan lain-
lain) sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengelolaan limbah dengan
metode insinerasi dapat bekerja sama dengan Fasyankes lain atau
perusahaan/industri yang memiliki fasilitas insinerator yang ditunjuk
pemerintah untuk mengolah limbah medis.
c. Koordinasi pemangku kepentingan
Koordinasi pemangku kepentingan dilakukan dengan lintas program dan
lintas sektor serta pihak swasta.
d. Pembiayaan
Sumber biaya kegiatan pasca bencana dapat berasal dari APBN atau
APBD dan swasta/BUMN atau Fasyankes.
e. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah Fasyankes pada
saat berhentinya sistem meliputi pengangkutan dan pengolahan limbah
Fasyankes serta melakukan evaluasi terhadap upaya-upaya yang sudah
dilakukan dan analisis penyebab terhentinya sistem untuk perbaikan ke
depannya.

“Setelah Anda mengetahui skenario dan implementasi dalam pengelolaan


limbah Fasyankes pada situasi khusus atau darurat maka anda sudah
berpartisipasi dalam persiapan penanggulangan bencana pada kondisi pra
bencana, semoga hal ini tidak perlu dilakukan pada saat anda bertugas.”

300
301

Anda mungkin juga menyukai