Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGAWASAN KUALITAS UDARA DI RS

Dosen Pengampu : Cut Saura Salmira, SKM., MKM.

Penyusun : Kelompok 4
1. Naomi Mei Roma Uli samosir (2102041047)
2. Nilfan Telaumbanua (21020420050)
3. Riski Elvi Yuna (2102041010)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
KATA PENGANTAR
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “pengawasamn kualitas
udara di Rumah Sakit” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Manajemen Sanitasi dan Lingkungan Rumah Sakit. Selain itu,
makalah ini bertujua menambah wawasan tentang kualitas udara di Rumah Sakit
bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Cut Saura Salmira, SKM.,
MKM, selaku dosen pengampu mata kuliah. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, 25 Mei 2023

Kelompok 4

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Pengawasan Udara
1.3 Manfaat Pengawasan Udara
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Udara dan Sanitasi
2.2 Kualitas Udara dalam Sanitasi Lingkungan
2.3 Parameter Udara
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai kompenen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan dukungan bagi makhluk hidup untuk secara optimal.
Pencemaran udara semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran menyebabkan
penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia (Depkes, 2004).
Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah lingkungan sehat
termasuk lingkungan rumah sakit. Rumah Sakit adalah sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat
menjadi tempat penular penyakit (penderita TB, BTA positif, hepatitis,
Pnuemonia, kulit) memungkinan besar sebagai penyebab Infeksi Silang
antara penderita dengan petugas, penderita dengan pengunjung (Kiki, 2012).
Kesehatan lingkungan rumah sakit upaya penyehatan udara yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan pengawasan kualitas udara
(KepMenKesNo.1204/MENKES/SK/X/2004).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1335/Menkes/Sk/X/2002
menyatakan bahwa kualitas udara ruang rumah sakit yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap
pasien, tenaga yang bekerja di rumah sakit maupun pengunjung rumah sakit.
Untuk mewujudkan rumah sakit yang aman, nyaman dan sehat, perlu di
lakukan pemantauan kualitas udara secara rutin yang telah ditetapkan
standar operasional prosedur pengambilan dan pengukuran sampel kualitas
udara ruangan rumah sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan

1.2 Tujuan pengawasan Kualitas Udara


Tujuan pengawasan kualitas udara di rumah sakit adalah untuk
memastikan bahwa lingkungan rumah sakit tetap aman dan bersih, serta
meminimalkan risiko penyebaran infeksi dan kontaminasi udara yang dapat
membahayakan kesehatan pasien, pengunjung, dan staf medis. Beberapa
tujuan spesifik pengawasan kualitas udara di rumah sakit meliputi:
 Pencegahan infeksi nosokomial: Udara di rumah sakit dapat
menjadi media penyebaran patogen berbahaya yang dapat
menyebabkan infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah
sakit). Pengawasan kualitas udara membantu mengidentifikasi,
mencegah, dan mengendalikan penyebaran mikroorganisme
seperti bakteri, virus, dan jamur yang dapat terdapat di udara.
 Kontrol partikel dan debu: Rumah sakit harus memastikan bahwa
partikel-partikel debu dan kontaminan lainnya di udara dijaga
pada tingkat yang minimal. Partikel-partikel ini dapat
mengandung kuman, serbuk, alergen, atau zat berbahaya lainnya
yang dapat menyebabkan masalah pernapasan atau reaksi alergi
pada pasien dan staf medis.
 Pengendalian kualitas udara dalam ruangan: Udara dalam ruangan
di rumah sakit harus dipantau dan dikontrol untuk memastikan
kualitasnya memenuhi standar kebersihan dan kesehatan yang
ditetapkan. Hal ini melibatkan pemantauan suhu, kelembaban,
sirkulasi udara, dan tingkat kebisingan agar pasien dapat pulih
dengan optimal dan staf medis dapat bekerja dengan nyaman.
 Pemantauan gas berbahaya: Beberapa ruang di rumah sakit
menggunakan gas medis atau bahan kimia yang dapat berpotensi
berbahaya jika terjadi kebocoran atau paparan berlebihan.
Pengawasan kualitas udara di rumah sakit melibatkan pemantauan
konsentrasi gas medis dan bahan kimia lainnya untuk memastikan
bahwa tingkatnya tetap aman dan sesuai dengan standar
keselamatan.
 Penilaian keefektifan sistem ventilasi: Sistem ventilasi di rumah
sakit sangat penting dalam menjaga sirkulasi udara yang baik,
menghilangkan kontaminan, dan mengatur suhu dan kelembaban.
Pengawasan kualitas udara melibatkan penilaian dan pemeliharaan
sistem ventilasi untuk memastikan bahwa berfungsi dengan baik
dan sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.

1.3 Manfaat Pengawasan Kualitas Udara


Pengawasan kualitas udara di rumah sakit sangat penting untuk menjaga
lingkungan yang aman dan sehat bagi pasien, staf medis, dan pengunjung.
Berikut ini beberapa manfaat penting dari pengawasan kualitas udara di
rumah sakit:
 Mencegah penyebaran penyakit: Udara di rumah sakit dapat
menjadi media penyebaran mikroorganisme berbahaya seperti
bakteri, virus, dan jamur. Dengan pengawasan kualitas udara yang
baik, sistem ventilasi dan filtrasi dapat membantu mengurangi
jumlah mikroorganisme patogen dalam udara, sehingga membantu
mencegah penyebaran penyakit antara pasien, staf, dan
pengunjung.
 Menjaga kebersihan udara di ruang operasi: Udara di ruang
operasi harus bebas dari partikel, debu, dan mikroorganisme yang
dapat menyebabkan infeksi pada pasien yang menjalani operasi.
Dengan pengawasan kualitas udara yang ketat, sistem filtrasi
udara di ruang operasi dapat memastikan bahwa udara bersih dan
steril, sehingga membantu mengurangi risiko infeksi pada pasien
selama operasi.
 Menyediakan lingkungan yang sehat bagi pasien yang rentan: Di
rumah sakit, terdapat pasien yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang lemah atau memiliki kondisi kesehatan yang rentan.
Kualitas udara yang buruk dapat memperburuk kondisi mereka
atau menyebabkan infeksi tambahan. Dengan memantau dan
mengontrol kualitas udara di ruang perawatan, terutama di unit
perawatan intensif dan kamar isolasi, rumah sakit dapat
memberikan lingkungan yang sehat dan bebas kontaminasi bagi
pasien yang paling rentan.
 Mengurangi risiko paparan bahan kimia berbahaya: Beberapa
rumah sakit menggunakan bahan kimia seperti zat sterilisasi,
desinfektan, atau bahan kimia medis lainnya. Jika tidak
dikendalikan dengan baik, bahan kimia ini dapat mencemari udara
dan berpotensi berdampak negatif pada kesehatan pasien dan staf
medis. Melalui pengawasan kualitas udara, rumah sakit dapat
mengidentifikasi dan mengurangi paparan terhadap bahan kimia
berbahaya serta memastikan ventilasi yang tepat untuk membuang
gas beracun.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Udara dan Sanitasi
Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara
kesehatan menurut WHO sanitasi lingkungan adalah upaya pengendalian semua
faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik kesehatan dan
daya tahan hidup manusia.Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai
faktor lingkungan fisik kimiawi dan biologi di rumah sakit yang menimbulkan
atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan
petugas penderita pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit.
Udara merupakan campuran gas yang terdapat di permukaan bumi yang
mengandung gas nitrogen, gas oksigen, uap air, gas karbon dioksida, dan gas-gas
lain. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan mahluk dan
keberadaan benda-benda lainnya. Sehingga udara merupakan sumber daya alam
yang harus dilindungi kualitasnya. Udara yang mempunyai kualitas yang baik
adalah udara dalam keadaan yang bersih dan mengandung macam- macam gas
dengan komposisi yang normal.
Udara dibedakan menjadi udara luar ruangan (outdoor air) dan udara
dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruangan sangat mempengaruhi
kesehatan manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan.
Menurut penelitian NIOSH dalam buku Candra (2007) menunjukkan bahwa
sumber pencemaran udara dalam ruangan yaitu pencemaran dari peralatan dalam
gedung 17%, pencemaran di luar gedung 11%, pencemaran akibat bahan bangunan
3%, pencemaran akibat mikroba 5%, gangguan Ventilasi 52% dan sumber yang
tidak diketahui 12%.

2.2 Kualitas Udara Dalam Sanitasi Rumah Sakit


 Standar baku mutu parameter mikrobiologi udara
Standar baku mutu parameter mikrobiologi udara menjamin
kualitas udara ruangan memenuhi ketentuan angka kuman dengan
indeks angka kuman untuk setiap ruang/unit
 Standar baku mutu parameter fisik udara
Standar baku mutu parameter fisik untuk udara menjamin kualitas
udara ruangan memenuhi ketentuan laju ventilasi, suhu,
kelembaban, tekanan, pencahayaan, kebisingan dan partikulat
sesuai dengan jenis ruangan.
 Standar baku mutu parameter kimia udara
menjamin kualitas udara dengan konsentrasi gas dalam udara
ruangan tidak melebihi konsentrasi maksimum.
 Persyaratan kesehatan udara
Kondisi kualitas udara ruang dan kegiatan di ruang bangunan dan
halaman di rumah sakit berpotensi menyebabkan penularan
penyakit. Untuk itu, ruang bangunan dan halaman di rumah sakit
harus memenuhi persyaratan kesehatan kualitas udara ruang sesuai
Permenkes no. 7 Tahun 2019 sebagai berikut:
1. Pemeliharaan kualitas udara ruangan rumah sakit untuk
menjamin agar udara tidak berbau (terutama bebas dari H2S
dan amoniak) dan tidak mengandung debu asbes.
2. Persyaratan pencahayaan ruang rumah sakit sebagai berikut:
- Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan
harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup
berdasarkan fungsinya.
- Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun
untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan
penerangan.
- Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum
dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar
dekat pintu masuk, saklar individu di tempatkan pada titik
yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
- Pengukuran pencahayaan ruangan dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan,
atau dapat dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar
yang telah memiliki akreditasi nasional (KAN)/ Komite
Akreditasi Nasional.
 Penyelenggaraan penyehatan udara
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan
penyehatan udara dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit, maka harus menjalankan upaya sebagai berikut:
- Kualitas udara ruangan harus selalu dipelihara agar tidak
berbau, tidak mengandung debu dan gas, termasuk debu
asbes yang melebihi ketentuan.
- Seluruh ruangan di rumah sakit didesain agar memenuhi
ketentuan penghawaan ruangan, terutama ruang-ruang
tertentu seperti ruang operasi, ruang intensif, ruang isolasi,
perawatan bayi, laboratorium, ruang penyimpanan B3, dan
ruangan lain yang memerlukan persyaratan khusus.
- Pengukuran mikrobiologi udara dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan peralatan laboratorium dan peralatan
ukur yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh laboratorium
luar yang telah terkreditasi secara nasional.
 Pengukuran mikrobiologi udara
- Sebagai salah satu metode investigasi bila terjadi wabah dan
lingkungan dianggap sebagai media transmisi/penularan
atau sumber infeksi. Hasil pemeriksaan tersebut menjadi
salah satu faktor yang menentukan program
penanggulangan wabah.
- Pengawasan/monitor adanya potensi tersebarnya mikroba
Membahayakan dan evaluasi keberhasilan proses
pembersihan. Misalnya rumah sakit menangani pasien
dengan antraks yang menggunakan peralatan rumah sakit
atau alat bantu pasien, kemudian dilakukan sterilisasi pada
alat. Sebelum digunakan untuk pasien lain maka dilakukan
uji sterilitas untuk memastikan spora antraks sudah musnah.
- quality assurance untuk evaluasi metode pembersihan yang
baru atau memastikan bahwa sistem atau alat baru bekerja
sesuai spesifikasinya.
 Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan tekanan udara ruangan
dapat dilakukan secara mandiri menggunakan peralatan ukur
kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh alat
ukur dari laboratorium luar yang telah terakreditasi nasional.
 Suhu dan kelembaban udara di area khusus harus dipantau secara
rutin setiap hari dan dibuktikan dengan laporan pemantauannya.
 Ruangan yang tidak menggunakan AC, maka pengaturan sirkulasi
udara segar dalam ruangan harus memadai.
 Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat
perhatianh yang khusus.
 Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan
dioperasikan sesuai buku petunjuk. Sehingga dapat menghasilkan
suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan
karyawan. Untuk rumah sakit yang menggunakan pengatur udara
(AC sentral harus diperhatikan cooling tower-nya agar tidak
menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air
Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan
bakteri atau jamur. AC ( Air Conditioner).
 Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis,
dan exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi.
 Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan
dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan
frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan
12 (dua belas) kali.
 Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual,
hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari
exhauster atau perlengkapan pembakaran.
 Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
 Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan. Suplai udara
untuk daerah sensitif: ruang operasi, perawatan bayi, diambil
dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya disediakan
2 (dua) buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50cm dari
lantai.
 Suplai udara di atas lantai.
 Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang
hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk
suplai udara ke WC, toilet, gudang.
 Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan
saringan 2 beds. Saringan I dipasang dibagian penerimaan udara
dari luar dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri)
dipasang 90%. Untuk mempelajari system ventilasi sentral dalam
gedung hendaknya mempelajari khusus central air conditioning
system.
 Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang
(cross ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
 Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih
tinggi daripada ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air
conditioner).
 Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air
conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas
lantai atau minimum 0,20 meter dari langit – langit.
 Pemantauan kualitas udara ruang minimal 1 (satu) kali setahun
dan jika perubahan penggunaan desinfektan dilakukan
pengambilan
sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu
dan gas).

2.3 Parameter Udara


Parameter merupakan sebuah indikator dari suatu distribusi yang
digunakan dalam sebuah pengukuran. Parameter yang perlu diukur didalam
kegiatan pengawasan kualitas udara adalah sebagai berikut:
- Parameter fisik meliputi suhu, kelembaban, kecepatan
angin, tekanan udara,pencahayaan.
- Parameter kimia meliputi Karbon monoksida, Karbon
dioksida, Timbal, Nitrogen Dioksida, Radon, Sulfur
Dioksida, Formaldehida, kadar debu.
- Parameter mikrobiologi meliputi kuman udara.
Alat ukur suhu = Termometer
Alat ukur kelembaban = Higrometer
Alat ukur kecepatan angin = Anemometer
Alat ukur tekanan udar = Barometer
Alat ukur pencahayaan = Lux meter

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kualitas udara merupakan faktor penting dalam kesehatan sanitasi rumah
sakit. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti
kegitan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Gas CO dan CO2
merupakan salah satu indikator dalam penilaian kesehatan lingkungan
sanitasi rumah sakit.

DAFTAR PUTAKA

https://repository.unmuhpnk.ac.id/622/2/BAB%20I
%20PENDAHULUAN.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/158/3/Bab%20II.pdf

https://journal.ikopin.ac.id/index.php/humantech/article/view/1928/1600

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4213/5/BAB%20II-
dikonversi.pdf

https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/
fileunduhan_1658478203_829878.pdf

PERTANYAAN KELOMPOK

Pertanyaan kel 1 (Sri sudewi sipahutar)


1. Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas udara ambien?
Jawabannya: Kualitas udara ambien dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
kondisi cuaca ( arah angin, kecepatan angin), suhu, curah hujan, bentang
alam dilokasi penempatan peralatan, kondisi peralatan dan aktivitas
kegiatan/usaha yang menghasilkan cemaran/emisi setempat.

Pertanyaan kel 3 (Amelia hidayasa)


2. Bagaimana solusi mengatasi kualitas udara yang buruk jika dalam kondisi
curah hujan yang berlebihan dan buruk?
Jawabannya :
- Periksa dan perbaiki sistem drainase
Pastikan saluran air dan parit tidak tersumbat sehingga air
dapat mengalir dengan lancar. Bersihkan saluran air yang
tersumbat atau terblokir untuk menghindari genangan air
yang berkepanjangan.
- Hindari pembuangan limbah yang salah
Pastikan limbah diproses dengan benar dan tidak
mencemari sumber air. Pembuangan limbah yang tidak
terkendali dapat menyebabkan pencemaran air dan
berkontribusi pada kualitas udara yang buruk.
- Pengendalian erosi
Pencegahan erosi tanah sangat penting dalam mengatasi
kualitas udara yang buruk akibat curah hujan berlebihan.
Tanah yang tererosi dapat mencemari air dan menyebabkan
endapan lumpur yang dapat mengganggu kualitas udara

Pertanyaan kel 1 ( Aisyah salsabila)


3. Bagaimana Rumah Sakit memastikan udara didalam bangunan RS mereka
berkualitas tinggi dan bagaimana cara RS agar tidak terkontaminasi udara
seperti bakteri dan virus?
Jawabannya :
- Sistem Ventilasi yang Efisien
Sistem ini biasanya terdiri dari filter udara tingkat tinggi
(misalnya, filter HEPA) yang dapat menghilangkan
partikel-partikel kecil, seperti bakteri, virus, dan debu dari
udara yang masuk ke ruangan.
- Kontrol Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban yang tepat dapat membantu
mengurangi pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah
penyebaran infeksi.
- Sterilisasi dan Pembersihan Rutin
Rumah sakit memiliki protokol pembersihan dan sterilisasi
yang ketat untuk menghilangkan kontaminan dari
permukaan dan udara di dalam ruangan. Ini melibatkan
penggunaan agen pembersih yang efektif dan alat-alat
sterilisasi seperti sinar ultraviolet (UV) atau ozon.
- Pemantauan dan Audit Kualitas Udara
Rumah sakit melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas
udara di dalam bangunan mereka. Ini melibatkan
pengambilan sampel udara, pengujian laboratorium, dan
audit sistem ventilasi untuk memastikan bahwa standar
kualitas udara terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai