Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

DOSEN PENGAMPU:
CUT SAURA SALMIRA, SKM., MKM (CSS)

KELOMPOK 5:
NONI OZILA KARFA (2102041006)
NAFTHALI VALLENT TARIGAN (2102041046)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat me
nyelesaikan penyusunan makalah dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul
“TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Manajemen Sanitasi dan Lingkungan Rumah Sakit yang telah memberikan tugas kepada kami.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak
lain yang berkepentingan pada umumnya.

Medan, 17 April 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. 1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
B. 1.2 Tujuan Teknologi Pengolahan Limbah Cair...........................................................................6
C. 1.3 Manfaat Teknologi Pengolahan Limbah Cair........................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................................7
D. Pengertian Limbah Cair..............................................................................................................7
E. Teknologi Pengolahan................................................................................................................7
F. Metode Pengelolahan limbah cair...........................................................................................10
G. Sistem Pengolahan Limbah Cair...............................................................................................11
H. Proses pengolahan limbah cair metode RBC pada RS..............................................................11
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
I. Kesimpulan..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. 1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah merupakan fasilitas publik yang tak mungkin dapat dipisahkan
dengan masyarakat, dan keberadaannya sangat diharapkan oleh masyarakat, karena sebagai
manusia atau masyarakat tentu menginginkan agar keseahatan tetap terjaga. Oleh karenaitu
rumah sakit mempunyai kaitan yang erat dengan keberadaan kumpulan manusia atau
masyarakat tersebut. Di masa lalu, suatu rumah sakit dibangun di suatu wilayah yang
jaraknya cukup jauh dari dareah pemukiman, dan biasanya dekat dengan sungai dengan
pertimbangan agar pengelolaan limbah baik padat maupun cair tidak berdampak negatip
terhadap penduduk, atau bila ada dampak negatip maka dampak tersebut dapat diperkecil.
Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, lokasi rumah sakit yang
dulunya jauh dari daerah pemukiman penduduk tersebut sekarang umumnya telah berubah
dan berada di tengah pemukiman penduduk yang cukup padat, sehingga masalah pencemaran
akibat limbah rumah sakit baik limbah padat atau limbah cair sering menjadi pencetus konflik
antara pihak rumah sakit dengan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Namun dengan semakin mahalnya harga tanah, serta besarnya tuntutan masyarakat
akan kebutuhan peningkatan sarana penunjang pelayanan kesehatan yang baik, dan di lain
pihak peraturan pemerintah tentang pelestarian lingkungan juga semakin ketat, maka pihak
rumah sakit umumnya menempatkan sarana pengolah limbah pada skala prioritas yang
rendah. Akibatnya, sering terjadi benturan perbedaan kepentingan antar pihak rumah sakit
dengan masyarakat atau pemerintah. Dengan adanya kebijakan legal yang mengharuskan
pihak rumah sakit agar menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang dihasilkan,
mengakibatkan biaya investasi maupun biaya operasional menjadi lebih besar.
Dengan pertimbangan alasan tersebut,maka berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995, tentang baku
mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit maka setiaprumah sakit diwajibkan menyediakan
sarana pengelolaan limbah cair maupun limbah padat agar seluruh limbah yang akan dibuang
ke saluran umum harus memenuhi baku mutu limbahcairyang telah ditetapkan.
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit
mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga
Kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro-organisme
patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena
potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka
4
setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar
yang berlaku.
Dengan adanya peraturan yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus
mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan teknologi
pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu
dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni
teknologi yang ada saat inimasih cukup mahal,sedangkan di lain pihak dana yang tersedia
untuk membangun unit alat pengolah air limbah tersebut sangat terbatas sekali. Untuk rumah
sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat pengolah air
limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe
kecil sampai dengan tipe sedang,sampai saat ini masih membuang air limbahnya ke saluran
umum tanpa pengolahan sama sekali.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologipengolahan air
limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya
untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk mencapai tujuan
tersebut,terdapat kendala yang cukup besar yakni kurangnya tersedianya teknologi
pengolahan yang baik dan harganya murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar
terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah sakit tidak/belum mampuuntuk
membangun unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sendiri,sehingga sampai saat ini
masih banyak sekali rumah sakit yang membuang air limbahnya ke saluran umum.

5
B. 1.2 Tujuan Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Adapun tujuan sederhana pengolahan limbah cair sendiri diketahui yakni untuk
menetralkan limbah cair dari sejumlah material zat-zat, baik yang bersifat kontaminan,
organic biodegradable maupun material tersuspensi.
Menghasilkan limbah sekali pakai tanpa menimbulkan kerugian atau masalah kepada
masyarakat dan mencegah polusi.

C. 1.3 Manfaat Teknologi Pengolahan Limbah Cair


Mengolah Air Limbah Menjadi Air yang Lebih Bersih
Karena air limbah telah dilkakukan proses penyaringan ketat sehingga air limbah
menjadi lebih bersih dan tidak berbahaya.
Menjaga Ekosistem
Pengolahan air limbah yang baik akan bermanfaat bagi ekosistem di air tersebut yang
tentunya tidak akan merusak ekosistem. Selain itu juga air tidak membahayakan masyarakat
yang masih menggunakan seperti sungai dalam beraktifitas.
Dapat Dimanfaatkan Kembali
Ketika air limbah telah diolah dengan baik sehingga air menjadi bersih kembali maka
suatu industri dapat memanfaatkan kembali air tersebut untuk proses industri. Hal ini juga
menjadi nilai lebih karena dapat mengurangi biaya dalam kebutuhan pembelian air bersih.

6
BAB II
PEMBAHASAN

D. Pengertian Limbah Cair


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001, tentang pen
gelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, pengertian limbah adalah sisa dari
suatu usaha dan atau kegiatan manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandan
g sudah tidak layak dan tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang.
Limbah cair adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan,
perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung ba
han-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta
mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Limbah cair terdiri dari bahan kimia organik d
an anorganik dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif te
rhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penangana
n terhadap limbah.
Pengolahan limbah adalah usaha untuk mengurangi atau menstabilkan zat-zat penc
emar sehingga saat dibuang tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan. Tujuan utam
a pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi kandungan bahan pencemar terutama se
nyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak da
pat diuraikan oleh mikroorganisme alami

E. Teknologi Pengolahan
Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Berdasarkan sistem yang digunakan dalam pengolahan limbah cair, teknologi peng
olahan limbah yang paling populer ada dua jenis, yaitu:
a. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

7
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) merupakan septik tank yang terdiri dari beberap
a ruang sebagai tempat terjadinya proses sedimentasi. Proses yang terjadi pada ruang perta
ma di unit ABR adalah proses pengendapan. Selanjutnya terjadi proses penguraian karena
terjadinya kontak antara limbah dengan akumulasi mikroorganisme. Waktu kontak yang di
tunjukkan dengan kecepatan aliran ke atas menjadi faktor penting yang harus diperhatikan
dalam desain. Apabila kecepatan aliran terlalu cepat maka proses penguraian tidak terjadi s
ebagaimana mestinya. Kecepatan waktu kontak tidak boleh lebih dari 2 m/jam.
Efisiensi pengolahan tergantung pada perkembangbiakan bakteri aktif. Hal ini men
jadi hal yang harus diperhatikan pada tahap permulaan penerapan ABR. Pencampuran yan
g terjadi antara limbah yang baru masuk dengan lumpur lama dari septik tank dapat memp
ercepat pencapaian kinerja pengolahan secara optimal. Prinsipnya adalah pengisian limbah
lebih baik dimulai dengan seperempat aliran harian dan jika memungkinkan dengan limba
h cair yang sedikit lebih keras. Kemudian pengisian dilanjutkan dengan menaikkan secara
perlahan dalam jangka waktu tiga bulan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi bakter
i untuk berkembang biak sebelum padatan tersuspensi keluar. Penurunan kadar COD dala
m proses degradasi adalah sebesar 60-90%.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan teknologi ABR untuk pen
golahan air limbah. Teknologi ABR memiliki kelebihan berupa teknologi yang sederhana
namun handal, tahan lama, dan efisien. Sedangkan kekurangan penggunaan teknologi ini a
dalah membutuhkan ruang yang besar dalam proses konstruksi, kurang efisien dalam peng

8
olahan limbah yang ringan dan butuh waktu yang panjang untuk proses pemasakan/pencer
naannya.
Perawatan unit ABR cenderung mudah untuk dilakukan. Pertama, dengan memper
hatikan permukaan air limbah dengan tujuan mencegah zat-zat dengan ukuran besar tidak
masuk ke dalam filter. Apabila terdapat zat yang masuk, maka proses pembersihan dilakuk
an dengan mengangkat dan membuang zat tersebut. Kemudian, dilakukan pengurasan seca
ra rutin setiap 1 hingga 3 tahun sekali. Pengurasan dilakukan dengan tujuan menjaga kualit
as lumpur sehingga dapat digunakan pada pengolahan air limbah berikutnya.

b. Rotating Biological Contactor (RBC)

Rotating Biological Contactor (RBC) merupakan proses pengolahan air limbah den
gan mikroorganisme yang melekat pada media berupa piring tipis (disk) berbentuk bulat y
ang dipasang berjajar dalam suatu poros dan diputar menggunakan reaktor khusus dimana
di dalamnya dialirkan air limbah secara kontinu. Media berupa lembaran plastik dengan di
ameter 2-4 meter dengan ketebalan 0,8 milimeter. Disk atau piring tersebut dilekatkan pad
a poros baja dengan panjang mencapai 8 meter, tiap poros yang telah dipasang media dilet
akkan dalam sebuah tangki atau bak reaktor RBC menjadi satu modul RBC.

Modul diputar dalam keadaan tercelup sebagian yakni sekitar 40% dari diameter di
sk. Kira-kira 95% dari seluruh permukaan media secara bergantian tercelup ke dalam air li
mbah dan berada di atas permukaan air limbah (udara). Kecepatan putaran bervariasi antar
9
a 1-2 rpm. Mikroorganisme tumbuh sendiri pada media dan mengambil makanan (zat orga
nik) di dalam air limbah dan mengambil oksigen dari udara untuk menunjang proses meta
bolismenya.
Penggunaan unit RBC pada pengolahan air limbah memiliki beberapa kelebihan da
n kelemahan. Kelebihan dari penggunaan unit RBC adalah pengoperasian dan perawatan a
lat yang mudah, konsumsi energi rendah, tahan terhadap fluktuasi beban pengolahan, reaks
i nitrifikasi lebih mudah terjadi, dan tidak terjadi bulking/buih. Sedangkan kelemahannya a
dalah sulitnya pengontrolan jumlah mikroorganisme, sensitif terhadap suhu, BOD olahan
masih tinggi, dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut dan bau.

F. Metode Pengelolahan limbah cair


Pengolahan limbah atau pembenahan air limbah, pada dasarnya adalah membuang
zat pencemar yang terdapat dalam air atau berubah bentuknya sehingga menjadi tidak
berbahaya lagi bagi kehidupan organisme. Metode atau cara pengolahan limbah pada
prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pengolahan secara fisik,
pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Pengolahan secara fisik. Pengolahan limbah yang dilakukan secara fisik digunakan untuk
mengolah limbah yang mengandung benda padat seperti serat, ampas, lumpur, bulu serta
kotoran padat lainnya cara ini disebut dengan cara pengolahan limbah secara mekanis
yang terdiri dari penyaringan, pengambilan buihnya, pengambangan dan sedimentasi.

2. Pengolahan secara kimiawi. Pengolahan secara kimiawi banyak dilakukan dengan cara
penambahan pereaksi kimia tertentu yang sesuai dengan karakteristik bahan limbah
seperti netralisasi, presipitasi dan pemisahan. Pengolahan secara kimiawi dapat berupa
pengentalan, penghilangan bau dan sterilisasi akan mematikan hama.

3. Pengolahan secara Biologi. Pada umumnya pengolahan secara biologi dipergunakan


untuk mereduksi atau menurunkan kadar pencemaran organik dalam air limbah dengan
menggunakan dan memanfaatkan keaktifan mikroorganisme. Misalnya dengan lumpur
aktif (activated sludge), saringan menetes (trickling filter), kolam stabilisasi dan
sebagainya

10
G. Sistem Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar yang
ada di dalam air limbah sampai batas yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan air
sesuai dengan syarat baku mutu yang diizinkan. Pengolahan limbah cair secara garis besar
dapat dibagi menjadi pemisahan padatan tersuspensi (solid-liquid separation), pemisahan
senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan terlarut.

Sistem pengolahan air limbah pada umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu
sistem anaerobik dan aerobik. Adapun penjelasan kedua sistem tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Sistem anaerobik
Pengolahan secara anaerobik adalah proses yang memanfaatkan reaksi
mikroorganisme untuk mengolah air limbah dalam kondisi tanpa oksigen terlarut. Sistem
anaerobik lebih sering digunakan karena sistem yang digunakan lebih mudah bila
dibandingkan dengan sistem aerobik. Beberapa teknologi yang umum digunakan untuk
pengolahan air limbah secara anaerobik antara lain septic tank, imhoff tank, anaerobic
baffle reactor (ABR), anaerobic filter, dan UASB.

2. Sistem Aerobik
Pengolahan air limbah secara aerobik adalah proses yang memanfaatkan
mikroorganisme untuk mengolah dan menguraikan zat organik pada air limbah dengan
oksigen terlarut. Teknologi yang biasanya digunakan pada sistem aerobik adalah Activated
Sludge, Aerated Pond, Trickling Filter, Rotating Biological Contactor, Fluidized Bed
Reactor, dan Sequenching Batch Reactor. IPAL Komunal yang menggunakan sistem
aerobik mempunyai kelebihan karena lumpur yang dihasilkan dari IPAL sudah stabil
karena adanya aktivitas mikroba aerob yang menguraikan zat organik pada air limbah.

H. Proses pengolahan limbah cair metode RBC pada RS


Pengolahan air limbah rumah sakit RBC meliputi bak pemisah, pengendap awal,
kontrol aliran, reaktor, pengendap akhir, klorinasi dan pengolahan lumpur. Berikut ini
penjelasannya:

11
 Bak Pemisah Pasir
Limbah rumah sakit akan masuk pertama kali ke dalam bak pemisah pasir yang
berfungsi untuk memisahkan kotoran pasir atau lumpur kasar. Sedangkan kotoran
lainnya yang mengambang tidak ikut masuk ke dalam sistem pengolahan RBC. Dalam
proses pengolahan limbah cair rumah sakit proses ini dilakukan pada pengolahan awal
dan dinamakan dengan sistem grit chamber.

 Bak Pengendap Awal


Proses selanjutnya yaitu pengendapan kotoran pasir, lumpur dan padatan tersuspensi
yang telah dipisahkan sebelumnya. Waktu yang diperlukan dalam bak pengendap awal
ini umumnya hanya 2 hingga 4 jam. Sistem pengendapan awal dalam proses
pengolahan limbah cair rumah sakit sistem RBC. Dibuat dari bak beton atau bak besi.
Konsep dari sistem ini sebetulnya untuk reaksi An Oxid dengan memanfaatkan bakteri
an organic untuk menguraikan sebagian organik. sehingga kinerja mesin Utama RBC
tidak berat.

 Bak Kontrol Aliran


Bak kontrol aliran ini berfungsi sebagai cadangan, jika debit air limbah lebih dari
kapasitas perencanaan, maka akan mengalir ke bak ini. Dengan kata lain, bak ini
digunakan untuk penyimpanan sementara, setelah debit air kecil maka akan ikut ke
proses selanjutnya. Sistem ini dinamakan dengan Dump Tank. Fungsinya dalam
pengolahan limbah cair rumah sakit yaitu jika sudah tidak ada limbah cair yang masuk
untuk diolah. Air yang ditampung pada bak ini dapat dialirkan sedikit demi sedikit.

 Contactor RBC
Pengolahan air limbah rumah sakit selanjutnya yaitu penguraian oleh bakteri dan
mikroorganisme sehingga senyawa organik dalam limbah akan berkurang. Waktu
tinggal di dalam bak contactor RBC ini sekitar 2,5 jam. Sistem kontak RBC ini
merupakan sistem utama dalam pengolahan limbah cair rumah sakit. pada unit ini lah
semua kandungan pengotor limbah akan di reaksikan dengan bakteri pengurai yang

12
menempel pada rotor disc. Kinerja dari putaran rotor disc harus diatur pada RPM
tertentu. Mutaran motor tidak boleh terlalu cepat karena dapat menghancurkan media
bekteri yang melekat pada media rotor disk ipal rumah saakit.

 Bak Pengendap Akhir


Bak pengendap akhir ini berfungsi untuk mengendapkan hasil olahan contactor RBC
dalam waktu sekitar 3 jam. Hasilnya sudah relatif terlihat jernih, namun masih perlu
sterilisasi. Penggunaan bak pengendap dalam sistem pengolahan limbah cair rumah
sakit sifatnya wajib. Lumpur yang masih terbawa akan mengendap pada unit ini.
secara periodik sludge tersebut dibuang atau dilakukan proses pengepresan. lumpur
yang dihasilkan sistem ipal rbc sangat sedikit sekali. umumnya lumpur akan dibuang
dalam periode enam bulan sekali.

 Bak Klorinasi
Bak klorinasi ini berfungsi untuk membuat hasil limbah lebih steril dari bakteri coli,
bakteri patogen atau virus lainnya. Proses ini dilakukan dengan cara diberi senyawa
klorin untuk membunuh bakteri patogen tersebut.

 Bak Pengolahan Lumpur


Bak ini menampung semua endapan dari proses-proses di atas lalu diaduk secara
perlahan dalam waktu yang lama. Setelah itu, hasilnya dipompa ke bak pengering
lumpur dan ditampung untuk selanjutnya dikirim ke pusat pengolahan lumpur.

13
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian rumusan masalah yang telah dibahas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa limbah dapat merusak lingkungan dan membuat lingkungan tercemar
maka dari itu perlu adanya pengolahan limbah dengan metode yang baik dan benar.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
346461482_Teknologi_dan_metode_pengolahan_limbah_cair_sebagai_pencegahan_pen
cemaran_lingkungan
http://www.water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/Limbah-modul_2.pdf
file:///C:/Users/hp/Downloads/PengolahanLimbahCairRS.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2021/03/limbah-cair.html
https://www.toyaartasejahtera.net/pengolahan-limbah-cair-rumah-sakit/
https://www.google.co.id/books/edition/
TEKNIS_PENGELOLAAN_KESEHATAN_LINGKUNGAN/
shceEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

15

Anda mungkin juga menyukai