Suatu hari saya menerima telepon dari Cory, teman lama yang bermukim di Belanda. Dia
sangat aktif mengampanyekan isu hak asasi manusia. Dia bertanya apakah saya bersedia
berbicara tentang kekerasan seksual dari perspektif Islam. Sebab, tidak banyak ilmuwan
Islam berani mengupas topik ini di publik karena sering mendapatkan resistensi dari
kalangan fundamentalis. Saya jawab bahwa saya selalu terbuka untuk membincangkan
isu ini meski sering mendapat cibiran dari kelompok fundamentalis yang tidak setuju
pada pemenuhan hak-hak asasi manusia, terutama terkait hak-hak seksual. Biasanya, itu
karena mereka salah paham tentang makna hak-hak seksual dan karena pemahaman
keislaman mereka sudah bias nilai-nilai patriarki. Bahkan, berbagai mitos telah
menyelimuti pemahaman sebagian besar masyarakat terkait isu ini. Akibatnya, tidak
sedikit yang memandang tabu untuk membicarakan isu ini di ruang publik.
Saya diminta memberikan paparan dalam satu panel diskusi berjudul “The Role
of Ulema in Promoting Sexual and Reproductive Health in Indonesia”. Seluruh biaya
transportasi dan akomodasi saya selama mengkuti acara ini ditanggung oleh organisasi
Cory. Saya merasa aneh saja, hadir di sebuah acara internasional bukan mewakili negeri
sendiri, melainkan mewakili sebuah organisasi Belanda yang peduli pada upaya
penegakan hak-hak seksualitas perempuan.
Ini kunjungan kedua saya ke Denmark. Pada tahun 2000 saya pernah ke sini
dalam sebuah rangkaian studi hak asasi manusia. Sebetulnya, kunjungan saya yang
kedua ini juga terkait isu hak asasi manusia, khususnya hak asasi perempuan. Panitia
sungguh tepat memilih Kopenhagen, ibu kota Denmark, sebagai tempat pelaksanaan
2
acara ini. Kota ini dikenal luas sebagai kota yang indeks kebahagiaan penduduknya
paling tinggi. Ada sejumlah faktor yang membuat manusia bahagia, tapi faktor paling
mengemuka adalah relasi gender yang adil dan setara, baik dalam kehidupan keluarga
maupun masyarakat. Denmark merupakan salah satu negara yang dapat dicontoh dalam
hal keberhasilan mewujudkan prinsip keadilan dan kesetaraan gender di dunia.
Pernyataan paling populer dari organisasi Women Deliver adalah kesehatan ibu
merupakan hak asasi manusia paling dasar dan kebutuhan praktis untuk pembangunan
berkelanjutan. Slogan paling menonjol berbunyi: “Berinvestasilah kepada perempuan
maka Anda akan menggapai sukses sepenuhnya.”
Women Deliver yang didirikan oleh Jill Sheffield dan sejumlah tokoh politik dan
aktivis kemanusiaa pada 2007 dikembangkan oleh Katja Iversen, pakar internasional
tentang hak-hak perempuan. Kantor pusatnya bermarkas di New York City, Amerika
Serikat. Ini adalah organisasi advokasi global yang bekerja untuk menghasilkan
komitmen politik dan investasi keuangan untuk memenuhi target Millenium
Development Goals (MDG’s) yang sekarang berubah menjadi Suistanable Development
Goals (SDG’s). Tujuannya antara lain mengurangi angka kematian ibu dan mencapai
akses universal ke kesehatan reproduksi.
3
Berikutnya, Konferensi Women Deliver kedua berlangsung pada 7-9 Juni 2010
di Washington DC. Pesertanya sekitar 3.500 orang dari 146 negara. Konferensi ini
memungkinkan organisasi dan para pemangku kepentingan berkesempatan
berbagi praktik terbaik dan pelajaran yang diperoleh untuk memperjuangkan kesehatan
yang lebih baik bagi anak perempuan dan perempuan.
finalis. Para finalis ini diumumkan secara daring dan lebih dari 6.000 orang dipilih
menjadi juri untuk memilih lima puluh ide dan solusi paling menginspirasi.
Konferensi Women Deliver ketiga diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 28-
30 Mei 2013. Dihadiri lebih dari 4.500 peserta mewakili 149 negara, konferensi tersebut
adalah pertemuan terbesar dekade ini yang isunya berfokus pada kesehatan dan
pemberdayaan anak perempuan dan perempuan. Program ini menampilkan isu-isu yang
berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan anak perempuan dan perempuan,
dengan pembashasan khusus pada kerangka kerja pembangunan pasca-2015, dan lebih
dari 800 pidato serta presentasi diberikan pada enam sesi pleno dan 120 sesi panel
diskusi. Women Deliver 2013 ini cukup menarik perhatian media dari seluruh
dunia. Tercatat 415 wartawan hadir di konferensi dan ratusan lainnya mengikuti
pertemuan melalui webcast Women Deliver 2013. Konferensi ini menghasilkan lebih
dari 1.500 artikel yang ditulis di media global tentang kesehatan dan hak anak
perempuan dan perempuan.
Konferensi Women Deliver keempat yang saya hadiri berlangsung selama lima
hari, pada 15-19 Mei 2016 di Kopenhagen, Denmark. Konferensi ini diikuti 5.550 peserta
5
dari 165 negara. Tema sentral konferensi kali ini adalah pemberdayaan perempuan,
keadilan gender, mengurangi angka kematian ibu melahirkan, perbaikan
tingkat pendidikan, penghapusan kekerasan seksual bagi anak dan remaja, serta
mencegah perkawinan anak dan perkawinan paksa. Dibahas pula isu kesehatan dan
kesejahteraan anak perempuan dan perempuan dengan fokus pada kesehatan ibu serta
kesehatan seksual dan reproduksi.
Konferensi keempat ini dibuka oleh Perdana Menteri Denmark, Lars Lokke Rasmussen.
Sebelumnya, permaisuri Raja Denmark, Princess Mary menyampaikan kata sambutan,
dilanjutkan dengan diskusi panel oleh aktivis feminis perempuan dan laki-laki yang aktif
mendukung upaya pemberdayaan perempuan. Mereka berasal dari Afghanistan,
Norwegia, dan Rwanda. Acara ini dimoderatori Barca Dutt, pembawa acara televisi yang
terkenal dari India.
fatalnya lagi perbuatan biadab itu biasanya dilakukan oleh orang dekat, bahkan
pasangan intim sendiri. Satu dari dua perempuan yang terbunuh di seluruh dunia justru
dibunuh oleh pasangan atau anggota keluarganya. Sementara, kasus serupa pada laki-
laki terjadi hanya satu dari 20 pria yang terbunuh. Jadi, 10 kali lebih banyak terjadi pada
perempuan. Lalu, European Union Agency for Fundamental Rights menyebutkan 45-55
persen perempuan di Uni Eropa mengalami pelecehan seksual sejak usia 15 tahun.
Kedua, PBB menyebutkan, sekitar 87.000 perempuan pada 2017 dibunuh karena
identitas gendernya atau femicide. Lebih dari setengahnya justru dibunuh oleh
pasangannya sendiri atau anggota keluarga. Perempuan dengan risiko terbesar dibunuh
anggota keluarga atau pasangannya berada di Afrika.
Kelima, isu pernikahan anak. Menurut Bank Dunia, pernikahan anak paling
banyak terjadi di Afrika sub-Sahara di mana 3,4 juta anak perempuan menikah setiap
tahunnya.
Women Deliver memilih 100 Pemimpin Muda dari 6.000 pelamar beasiswa.
Mereka mewakili 68 negara berbeda. Para pemimpin muda ini dipilih berdasarkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mereka dalam mengadvokasi isu
kesehatan dan hak-hak reproduksi, serta pada potensi mereka untuk meningkatkan
upaya advokasi di komunitas lokal mereka.
Suatu hari saya mengajar di Kajian Gender UI lalu bertanya kepada mahasiswa S2 yang
saya hadapi, “Apakah kalian mengenali dengan baik tubuh kalian dan fungsinya,
khususnya terkait organ-organ reproduksi kalian?” Hampir semua menjawab belum
mengerti tentang tubuh sendiri, terutama terkait kesehatan reproduksi.
Saya tidak terkejut mendengar jawaban tersebut karena sejak lahir hampir
semua dari kita belum pernah diajarkan tentang pendidikan seksualitas yang
komprehensif, yaitu pendidikan yang mengajarkan tentang anatomi tubuh dan fungsi-
fungsinya, kesehatan reproduksi, moral agama, nilai-nilai kesusilaan terkait organ-organ
reproduksi, dan hak-hak seksual. Umumnya, masyarakat kita keliru memahami
pendidikan seksual ini. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kecabulan.
Kini kita hidup di abad ke-21 dengan seluruh kemajuan ilmu pengetahuan dan
kecanggihan teknologi manusia. Namun, ironisnya, isu seksualitas manusia masih
dianggap tabu untuk diperbincangkan di ruang publik. Tidak heran jika pemahaman
8
kebanyakan orang tentang isu ini sangat minim, bahkan di kalangan kaum terpelajar
sekalipun. Akibatnya, tidak banyak orang mengerti apa itu seksualitas, apa fungsi organ-
organ seksual manusia dan kesehatannya, apalagi berpartisipasi dan ikut andil dalam
upaya melindungi dan memenuhi hak-hak seksual sebagai bagian integral dari hak-hak
asasi manusia.
Seksualitas adalah bagian penting manusia, terlepas dari apakah orang itu
memilih untuk aktif secara seksual atau tidak. Sehat dan mampu mengekspresikan
seksualitasnya dengan bebas sangat penting bagi setiap orang agar ia mampu
berpartisipasi di arena ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Sejatinya, seksualitas
menunjukkan jati diri manusia yang paling dalam; seksualitas adalah esensi
kemanusiaan yang paling nyata.
antartubuh biologis semata, tidak perlu melibatkan perasaan, pikiran, emosi, dan hasrat
terdalam manusia. Lihat saja, relasi seksual dalam bahasa Indonesia disebut bersetubuh,
jadi hanya melibatkan tubuh jasmani.
Istilah kekerasan seksual akhir-akhir ini menjadi kosa kata baru yang menggema
di berbagai ruang publik kita. RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang telah diajukan
ke DPR selama kurang lebih enam tahun, tapi belum juga direspons, menyebutkan
paling tidak sembilan jenis kekerasan seksual: pelecehan seksual, eksploitasi seksual,
pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan aborsi, perkosaan, pemaksaan perkawinan,
pemaksaan pelacuran, perbudakan seksual, dan penyiksaan seksual.
Penyebab kekerasan seksual tidak pernah tunggal. Selalu ada sejumlah faktor
berkelindan di dalamnya. Pertama, ketidakadilan gender dalam relasi lelaki dan
10
perempuan atau dalam relasi suami-istri. Kedua, lemahnya perlindungan hukum kita.
Ketiga, dominasi nilai-nilai budaya patriarki atau jahiliyah. Keempat, interpretasi ajaran
agama yang masih bias gender.
Ringkasnya, konstruksi sosial mengenai relasi seksual dan perilaku seksual masih
sangat timpang karena sepenuhnya didominasi oleh ideologi dan sistem patriarki.
Sistem patriarki yang bersifat paternalistik masih membelenggu perempuan. Sistem
patriarki membenarkan laki-laki menguasai dan mengontrol kehidupan perempuan
dalam seluruh aspeknya: sosial, hukum, politik, moral, dan agama. Sistem ini pada
ujungnya melahirkan pembagian peran dan posisi yang sangat diskriminatif antara laki-
laki dan perempuan. Anehnya, masih banyak yang beranggapan, sistem yang timpang
itu merupakan takdir Tuhan.
Sementara, isu seksualitas juga bukanlah isu yang mudah dibahas secara terbuka
di masyarakat. Pandangan umum di masyarakat memandang seksualitas sebagai hal
yang tabu. Jika dibahas malah mendukung terjadinya perilaku seks yang terlarang dan
mendorong pornografi. Artinya, pandangan umum masyarakat kita terkait isu
seksualitas masih memprihatinkan. Menurut saya, hal itu disebabkan tingkat literasi
masyarakat yang sangat dangkal, terutama terkait literasi hak asasi manusia.
Selain itu, pandangan bias tersebut juga dipengaruhi oleh adanya sistem
pembagian biner yang memengaruhi pola berpikir manusia. Pola pikir biner adalah pola
pikir yang memperlihatkan sesuatu sebagai yang baik, wajar, dan alamiah, mulia, dan
seterusnya, tetapi dengan menegasikan dan menegatifkan yang lain sebagai sesuatu
yang tidak baik, tidak wajar, tidak alami, dan tidak mulia. Akibatnya, salah satu kategori
menghancurkan lainnya hingga terjadi perjuangan supremasi antarkategori. Artinya,
kalaupun pandangan Anda benar, tidak berarti pandangan orang lain harus salah. Bisa
jadi, ada dua pandangan yang benar. Karena itu, yang terbaik adalah membangun sikap
penghargaan terhadap sesama manusia, termasuk mereka yang berbeda. Selanjutnya,
12
jangan mengunci diri dalam sebuah kotak, seindah apa pun kotak itu, mari keluar
menghirup udara baru dan memperhatikan keunikan ciptaan Tuhan di antara sesama
manusia. Maha suci Tuhan dengan segala ciptaan-Nya.
Saya tiba di Bandar Udara Kopenhagen pada pagi buta sekitar pukul 5.00 waktu
setempat. Ini adalah bandar udara terbesar di antara negara-negara Nordik. Panitia
sudah terlihat di bandara. Mereka mengatur transportasi peserta yang datang dari
berbagai negara menuju ke hotel yang telah disiapkan.
Sejarah kota ini berawal dari perkampungan nelayan pada abad ke-10, lalu
Kopenhagen menjadi ibu kota Denmark-Norwegia pada awal abad ke-15. Pada awal
abad ke-17, di bawah Christian IV dari Jerman, Kopenhagen berkembang menjadi pusat
regional Eropa yang penting, mengonsolidasikan posisinya sebagai ibu kota Denmark
dan Norwegia dengan sumber daya dari kedua kerajaan.
Tokoh paling berjasa dalam sejarah Denmark adalah Uskup Absalon. Pada 1167
dia membebaskan Denmark dari para perompak Wendish. Uskup ini sangat layak diberi
penghargaan karena kegigihannya membangun semacam kastil yang sering juga disebut
Istana Christianborg di sebuah teluk kecil yang diperkuat dengan bangunan benteng dan
parit pertahanan.
Kopenhagen menjadi ibu kota Denmark pada 1445. Kota ini terus berkembang ke
sekitarnya dan mengalami kerusakan hebat selama konflik sipil dan agama dalam
reformasi Protestan. Kota ini kembali hancur berantakan ketika terjadi perang dengan
bangsa Swedia (1658-1660) dan pemboman oleh bangsa Inggris pada awal 1800-an.
Pertanian pada 1856, Sekolah Kopenhagen untuk Ekonomi dan Administrasi Bisnis pada
1917, dan Akademi Teknik Denmark pada 1957.
Kota ini disebut juga Paris di Skandinavia oleh sebagian penduduknya yang
berjumlah 1,3 juta jiwa. Kopenhagen membuat para pengunjung merasa takjub dengan
istana-istana, lorong-lorong, tempat berbelanja, dan gedung bursa saham yang
merupakan gedung tertua di dunia yang dihiasi spiral ekor naga, observatorium yang
diperindah dengan patung ahli perbintangan bangsa Denmark Tyeho Brahe, dan
museum-museumnya—termasuk Museum Nasional yang pernah menjadi istana
Prinsens, dan istana Rosenberg yang kini menjadi Museum khusus keluarga kerajaan.
Tempat bersejarah yang terkenal di Kopenhagen di antaranya, Taman Tivoli, Patung
Little Mermaid, Istana Amalienborg dan Christiansborg, Kastil Rosenborg, dan Gereja
Frederik.
Terus terang saya katakan, setiap kali menginjakkan kaki di kota Kopenhagen
terasa ada aura bahagia. Apakah itu berkaitan dengan kondisi kota ini yang selalu
mendapatkan predikat kota paling bahagia di dunia? Entahlah. Yang pasti, ini salah satu
kota terbaik bagi mereka yang suka bersepeda. Masyarakatnya suka naik sepeda ke
mana pun mereka pergi sambil menikmati pemandangan kota Kopenhagen yang sangat
layak disebut kota hijau karena keasriannya. Tidak perlu khawatir dengan keamanan
bersepeda karena ada jalur khusus untuk pesepeda kurang lebih sepanjang 395 km di
sekeliling Kopenhagen. Denmark setidaknya memiliki 10 ribu rute sepeda yang
membuat negara ini ramah untuk mereka yang suka naik sepeda. Karena saya tidak
mahir bersepeda, saya memillih menggunakan transportasi kereta atau di sini disebut S-
Train. Jaringan S-train di kota ini terkoneksi ke sejumlah kota di sekitarnya, sangat
nyaman, mudah dan murah.
desainer indie. Kota ini juga mulai menjadi tujuan utama bagi pecinta kuliner. Pasalnya,
di kota ini banyak dibuka restoran yang menyajikan beragam menu dari negara lain di
dunia. Hal yang paling menjadi panduan bagi masyarakat Denmark adalah konsistensi
menjalankan Hukum Jante sebagai pola pikir mereka. Hukum Jante yang dimaksud
adalah pola pikir untuk tidak menganggap orang lain lebih rendah dari diri sendiri.
Karena itu, masyarakat sungguh-sungguh menerapkan prinsip keadilan dan kesetaraan,
tidak arogan atau menganggap diri paling baik.
Denmark adalah negara berbentuk kerajaan dan merupakan negara Nordik terkecil yang
letaknya paling selatan. Negara ini menganut monarki konstitusional dan sistem
pemerintahan parlementer. Denmark memiliki satu pemerintah pusat dan
98 munisipalitas sebagai pemerintah daerah. Denmark telah menjadi anggota Uni Eropa
sejak 1973, tetapi sampai sekarang masih belum bergabung dalam Eurozone. Denmark
adalah salah satu pendiri NATO dan OECD. Denmark juga merupakan anggota OSCE.
Sebanyak 82% dari penduduk Denmark dan 90,3% suku Denmark adalah
penganut Kristen Protestan. Pada tahun 2010, sebanyak 548.000 orang (9,9% populasi
Denmark) adalah imigran ataupun keturunannya. Mayoritasnya (54%) berasal
dari Skandinavia atau belahan Eropa lain dan sisanya berasal dari negara-negara
di Asia dan Afrika.
Denmark sendiri selama ini dikenal memiliki pemerintahan yang stabil, angka
korupsi sangat rendah, dan akses penduduk yang luas terhadap fasilitas pendidikan dan
kesehatan yang berkualitas. Negara ini memang memiliki pajak yang tergolong tinggi di
16
Bagi orang Denmark, Natal adalah waktu paling "hyggelig" dalam setahun. Orang
Denmark juga sangat menghargai kebersamaan, baik bersama dengan keluarga maupun
teman. Menarik dicatat bahwa orang-orang Denmark umumnya dikenal memilih hidup
santai, mereka tidak gila kerja, seperti orang Korea atau Jepang. Santai, tapi tetap
disiplin dan produktif. Mereka hanya bekerja sampai pukul 5.30 sore dan aneh jika
seseorang bekerja di akhir pekan. Idenya adalah harus ada waktu untuk berkumpul
bersama keluarga, bermain, dan makan bersama—kalau bisa setiap hari. Dapat
disimpulkan bahwa orang-orang Denmark amat menghargai waktu libur mereka.
dan ketiga ditempati oleh negara tetangganya, Swedia dan Finlandia. Faktor apa yang
membuat negara-negara ini memiliki tingkat korupsi terendah? Jawabannya tiada lain
karena penerapan manajemen modern yang mengedepankan akuntabilitas dan
transparansi. Dengan begitu, masyarakat mendapatkan informasi terbuka tentang
pendapatan dan anggaran belanja pemerintah, dari mana uang datang dan untuk apa.
Manfaat yang mereka dapatkan meliputi subsidi perawatan anak dan asuransi
bagi para tenaga kerja. Pengangguran yang kehilangan pekerjaan tetap mendapatkan
80% gaji selama dua tahun. Warga Denmark mendapatkan gaji yang cukup tinggi,
bahkan gaji mereka berada di urutan tertinggi ke-6 di Eropa. Tidak hanya itu, rata-rata
jam kerja per minggu masyarakat Denmark hanya 37 jam dan mereka mendapatkan
libur 5 minggu per tahun. Mereka lebih suka hidup sederhana, hemat dan santai, jadi
tidak perlu harus gila kerja.
Penduduk beragama Islam di Denmark hanya sekitar 2-5% dari jumlah penduduk. Belum
ada data yang lengkap mengenai kapan dan bagaimana Islam pertama kali masuk ke
negara ini. Meski demikian, perkembangan Islam di Denmark sendiri tidak lepas dari
sejarah Denmark. Sekitar tahun 1536 Denmark menetapkan undang-undang yang
memberi kebebasan bagi warganya untuk memeluk agama yang mereka yakini. Adanya
undang-undang tersebut membuat banyak masyarakat yang pindah dari Katolik ke
Protestan. Sampai-sampai, pada 1849 Protestan menjadi agama resmi di Denmark.
Denmark dan negara Eropa lainnya menjadi tempat tujuan para imigran. Lama
kelamaan kaum imigran ini makin banyak dan bersamaan dengan hal ini agama-agama
minoritas pun mulai berkembang seperti Islam, Katolik, Hindu, Buddha, dan Yahudi.
Islam menduduki urutan kedua setelah Katolik di antara agama minoritas tersebut. Saat
ini, diperkirakan ada sekitar 260.000 umat Muslim di Denmark.
18
Awal kebangkitan Islam di negara tersebut adalah pada 1970-an. Saat itu kaum
Muslim tiba dari Turki, Pakistan, Maroko, dan bekas Yugoslavia untuk bekerja.
Selanjutnya, pada 1980-an dan 1990-an mayoritas pendatang Muslim merupakan
pengungsi dan pencari suaka dari Iran, Irak, Somalia, dan Bosnia. Diperkirakan kini etnis
asli Denmark yang telah memeluk Islam mencapai 2.800 orang. Sekitar tujuh puluh
orang etnis asli Denmark yang menjadi mualaf setiap tahun dan hal ini merupakan
sebuah sinyal kebangkitan umat Islam di Denmark.
Kedatangan saya kali ini ke Kopenhagen agak berkesan. Pasalnya, pada hari terakhir
acara, saya kedatangan tamu staf KBRI di hotel. Dia anggota jemaat Ahmadiyah. Dia
menerima kabar dari Jakarta bahwa saya sedang berada di Kopenhagen. Sebagai orang
yang selalu membuka diri untuk bersilaturahim dengan sesama Muslim, bahkan dengan
sesama manusia, saya merasakan banyak sekali manfaat dari sikap keterbukaan dan
positive thinking ini. Mengapa kita harus menutup diri dalam sebuah kotak? Apa
enaknya hidup dalam sekat-sekat yang membatasi pergaulan kita dengan sesama
manusia? Bagi saya, sepanjang prinsipnya adalah silaturahim, saling hormat, mengenal
untuk saling belajar dan saling membantu demi kemaslahatan bersama dan kebaikan
masyarakat, saya akan menerima pertemanan dan persahabatan dengan siapa pun.
Pangalaman selama ini mengungkapkan, ada banyak manfaat yang saya nikmati dengan
sikap terbuka dan toleran tersebut.
Pagi-pagi sekali tamu tersebut sudah berada di hotel menjemput saya untuk
berjalan-jalan berkeliling menikmati indahnya kota Kopenhagen. Kami mampir dulu ke
rumahnya yang tak terlalu jauh dari hotel tempat saya menginap. Saya senang
diperkenalkan kepada istri dan anak-anaknya. Ternyata istrinya putri dari tokoh
Ahmadiyah yang saya kenal baik di Jakarta. Begitu sempitnya dunia ini nyatanya.
Panjanglah percakapan kami karena rupanya dia sudah mengenal saya dari cerita orang
tuanya.
Tempat pertama yang kami kunjungi dalam acara keliling Kopenhagen adalah
Masjid Ahmadiyah yang dijadikan ikon pariwisata religi di Kopenhagen. Bentuknya
ikonik dan arsitekturnya sangat indah. Masjid ini terletak di tengah-tengah permukiman
masyarakat yang umumnya bukan Muslim. Masjid ini dilengkapi perpustakaan, ruangan
pertemuan, dan ruangan konseling, serta terbuka bagi siapa saja, termasuk bagi bukan
Muslim. Pengurus masjid yang saya temui ketika itu kebanyakan dari Pakistan.
Pada hari raya, penduduk di sekitar menyiapkan halaman rumah mereka sebagai
tempat parkir untuk kaum Muslim yang datang melaksanakan salat Idul Fitri dan Idul
Adha. Agar tidak mengganggu ketenangan penduduk di sekitar masjid, semua pengeras
20
suara hanya dipasang di dalam ruangan dan tidak sampai terdengar ke luar masjid.
Indahnya toleransi beragama.
Pada 6 Mei 2015 Pimpinan Pusat Jemaat Muslim Ahmadiyah, Khalifah Kelima,
Yang Mulia Hazrat Mirza Masroor Ahmad datang ke masjid ini menyampaikan Khutbah
Jumat. Orang-orang Ahmadi memanggilnya dengan sebutan Huzur.
Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan, “Untuk terus menerima nikmat Allah
yang Maha Kuasa, kita harus selalu berusaha meningkatkan kualitas perilaku dan
tindakan kita. Jika kita menjadi lalai terhadap agama kita, kita akan bertanggung jawab
karena membawa anak-anak kita menjauh dari agama dan karunia Allah.”