Anda di halaman 1dari 10

“MUSLIMAH PERADABAN : MEWUJUDKAN GENERASI

CEMERLANG”

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai FMDKI 2017


“Inovasi Muslimah Dalam Ilmu Pengetahuan Dan Kemajuan Islam”

Disusun Oleh :
Fitria Damayanti

STMIK INDONESIA PADANG


PADANG
2017

Latar Belakang
Pada tanggal 9 Januari 2013, untuk pertama kalinya organisasi pekerja
internasional (ILO) meluncurkan laporan globalnya terkait pekerja rumah tangga
di seluruh dunia. Laporan yang bertajuk “Domestik workers around the world” itu
menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 53 juta pekerja rumah tangga di dunia di
mana 83 persennya adalah kaum perempuan dan anak perempuan, dan banyak di
antara mereka adalah pekerja migran. Luar biasa, artinya lebih dari 43 juta
perempuan telah dipekerjakan sebagai pengasuh, tukang masak, pembersih rumah,
dan pembantu rumah tangga. Jumlah ini melonjak sebesar 19 juta orang selama 18
tahun terakhir dari data pertengahan 1990-an. Bahkan menurut Martin Oelz, pakar
hukum perburuhan ILO, laporan yang berasal dari hasil survei 117 negara ini
sebenarnya belum mewakili angka sebenarnya dari seluruh pekerja domestik
seluruh dunia, angka sebenarnya bisa mencapai puluhan juta lebih besar. Laporan
ini menurutnya juga tidak memasukkan data pekerja anak domestik yang berusia
di bawah 15 tahun yang pernah dilaporkan ILO tahun 2008 berjumlah 7,4 juta
orang.1
Hidup di dalam sistem demokrasi sangat mahal bagi kaum perempuan.
Tidak terkecuali di Indonesia, negeri yang dianggap sebagai model demokratis
terbaik dari negeri Muslim. Realitas menunjukkan perempuan Indonesia masih
terbelenggu oleh kemiskinan. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Linda Amalia Gunter, pertengahan Mei lalu menyatakan saat
ini diperkirakan ada sekitar 7 juta perempuan di Indonesia yang berperan sebagai
kepala keluarga dan mereka hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan
di bawah US$ 1 dolar. Jumlah ini mewakili lebih dari 14% dari total jumlah
rumah tangga di Indonesia. Bahkan menurut aktivis LSM Pemberdayaan
Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), sebenarnya jumlah perempuan kepala
keluarga di Indonesia datanya jauh lebih besar melebihi yang tercatat oleh
pemerintah, yakni mencapai 10 juta orang.2
Fenomena di atas yang membuat penulis mengembangkan gagasan dari
gagasan yang pernah ada. Sehingga mampu menjawab seluruh fenomena di atas.
Di mana perempuan sebagai pencetak generasi cemerlang mampu
mengoptimalkan potensinya sehingga mampu menjadi Muslimah yang
berdedikasi untuk peradaban. Ini tentulah tidak mudah karena Muslimah hakikat
sejatinya adalah ibu dan rabbatul bayt menuntut perempuan harus mampu inovatif

Fika Komara. Muslimah Timur Jauh. Bandung : Sinergi Mandiri. 2016.


1

Halaman 101.
2
Ibid. Halaman 97.

1
dalam mengemban tugasnya. Mengemban tugas yang amat mulia atas nama Islam
bukan secara parsial namun komprehensif. Sehingga mampu membaca kerusakan
yang tengah terjadi saat ini. Dan mampu mengubahnya menjadi kebaikan karena
Islam dijadikan solusi atas seluruh permasalahan. Untuk itu, urgen bagi Muslimah
peradaban melihat kembali sejarah kejayaan Islam masa lampau. Sehingga
mampu menjadikannya motivasi besar agar dapat mengaktualisasikan dirinya
sebagai Muslimah terbaik untuk Islam.

Peran Muslimah Pengukir Sejarah Kejayaan Islam


Islam memelihara wanita dengan penuh perhatian yang menyeluruh dan
pertolongan Islam meninggikan kedudukannya, mengkhususkan dengan
kemuliaan dan kebaikan dalam interaksi sebagai anak perempuan, istri, saudari,
dan ibu. Islam adalah agama yang pertama kali menetapkan bahwa wanita dan
laki-laki diciptakan dari asal yang satu. Karena itu, laki-laki dan perempuan dari
sisi kemanusiaan kedudukannya sejajar. Allah berfirman, “Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya; dan dari keduanya Allah
mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (An-Nisaa’:1)
Terdapat banyak ayat-ayat lain yang menjelaskan ketetapan Islam terhadap dasar
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam nilai-nilai kemanusiaan secara
berserikat.3
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan pada
hakikatnya sama. Namun memiliki beberapa hak dan kewajiban yang berbeda
sebagaimana yang telah diatur di dalam Islam. Salah satunya ialah memiliki hak
yang sama untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Artinya Islam tidak pernah
melarang maupun mengekang perempuan untuk menuntut ilmu setinggi-
tingginya. Karena hakikat menuntut ilmu kewajiban bagi laki-laki maupun
perempuan. Dan inilah salah satu peran penting Muslimah yang kerap sekali
terbaikan.
Jika pada zaman Yunani kuno dan juga Barat sebelum kedatangan Islam di
mana perempuan hanya dijadikan objek seksualitas bahkan tidak jarang yang
3
Prof.Dr. Raghib As-Sirjani. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta
Timur : Pustaka Al-Kautsar. 2016. Halaman 73.

2
dikomersilkan. Karena sejatinya perempuan dianggap hina pada zaman itu dan
ketika Islam datang, kehormatan perempuan terangkat. Termasuk perempuan
diperbolehkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan dalam perannya memajukan
peradaban. Yang kelak dijadikan kiblat oleh dunia Barat. Kita dapat melihat
bagaimana kisah-kisah ilmuwan Muslimah di dalam Islam yang berperan penting
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga mampu mengoptimalkan
dirinya untuk kejayaan Islam dalam kurun waktu yang tidak singkat. Menjadikan
dunia berhutang budi pada peradaban Islam yang memiliki sumbangsih terbesar
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Diriwayatkan dari Atha’ bin Rabah, “Adalah Aisyah yang paling faqih
dan paling alim serta paling baik pendapatnya mengenai permasalahan hukum.
Adalah Aisyah tempat berguru kaum pria, dan banyak muridnya yang kemudian
terkenal menjadi guru dan generasi panutan.” Karena itu, nama Aisyah menjadi
harum semerbak, dan ditulis dengan tinta emas sejarah. Beliau berperan besar
dalam mentransmisikan hadist-hadist Rasulullah kepada generasi umat Islam.
Beliaulah sebetulnya sang pelopor yang memiliki peran besar dalam memajukan
keilmuan umat Islam. Dalam hal ini beliau mengatakan, “Sebaik-baik wanita
adalah wanita Anshar. Mereka tidak malu untuk belajar agama.” Aktivitas
Aisyah dalam periwayatan hadist sudah dibahas dalam periode Rasul. Pada masa
khulafaur rasyidin, aktivitas publik Aisyah terus berlanjut. Ia sering
menyampaikan gagasan-gagasannya kepada penguasa dalam urusan kenegaraan
dan dihadirkan dalam rapat-rapat kenegaraan baik di masa Abu Bakar, Umar
maupun Utsman. Termasuk manuver Aisyah mengoreksi penguasa di masa
kekhilafahan Ali bin Abi Thalib.4
Khaizuran adalah contoh Muslimah yang berani bercita-cita besar bukan
hanya untuk kesuksesan pribadinya, tapi untuk negara dan peradaban Islam.
Khalifah al-Mahdi menjadikan Khaizuran sebagai Ummul Walad bagi anak-
anaknya. Khaizuran menjadi ibu dari Musa dan Harun. Harun inilah yang
sekarang kita kenal sebagai Harun al-Rasyid yang kegemilangan ilmu
pengetahuan menjadi cirinya. Sebagai perempuan yang haus ilmu pengetahuan,
Khaizuran selalu menemani kedua putranya menuntut ilmu. Ia menemani mereka
4
Fika Komara. Menjadi Muslimah Negarawan. Jawa Tengah : Granada
Publisher. 2016. Halaman 51.

3
di Madinah dan rela menderita. Ia menempuh perjalanan jauh, ikut belajar dan
jauh dari keluarga. Khaizuran sangat serius dalam mendidik putra-putranya agar
layak memangku jabatan khalifah, karena menyadari perannya hanya menyiapkan
putra-putranya untuk berperan besar atas umat Islam, dan tetap legowo jika ada
sosok yang lebih baik untuk memimpin umat ini. Dengan keuletan, kepandaian,
dan kemauan keras, ia berhasil mendidik anak-anaknya menjadi pemimpin.5
Dari sekian banyak Muslimah yang menjadi mutiara ilmu umat Islam, ada
satu yang namanya sangat harum karena memiliki visi keilmuan Islam yang luar
biasa, dialah Fatimah al Fihriy Muslimah asal Tunisia, yang mendirikan masjid
yang dinobatkan sebagai universitas tertua di dunia di Tunisia, yakni Universitas
Al-Qarawiyyin. Pada tahun 1998, Guinness Book of World Record menetapkan
Universitas Al-Qawariyyin sebagai kampus/perguruan tinggi tertua dan pertama
di dunia yang memberikan gelar akademis. Al-Qawariyyin kemudian menjadi
salah satu tujuan sarjana dan cendikiawan Muslim dari Maroko, Jazirah Arab dan
bahkan Eropa dan Asia. Kajian ilmu sering dilakukan di sana. Dalam waktu
singkat, bahkan kota Fes, mampu bersanding dengan pusat ilmu tersohor pada
masa itu, yakni Cordova.6
Dr. Mohammad Akram Nadwi, seorang peneliti di Oxford Centre for
Islamic Studies yang telah menuliskan lebih dari 25 buku, di mana ia sendiri
terkejut pada penemuannya. Ketika ia memulai proyek penelitian tentang ulama
hadist perempuan, ia menduga hanya akan menemukan 20 atau 30 ulama
perempuan, cukup untuk mengisi sebuah kamus biografi bervolume tunggal.
Namun setelah 15 tahun penelitian itu berjalan, ternyata ia menemukan lebih dari
8.000 ulama perempuan, dan kamus biografinya sekarang sudah mencapai 40
volume. Dr. Akram yakin angka ini belum menunjukkan angka sesungguhnya
ulama perempuan sepanjang sejarah Islam. “If can find 8,000 in the sources,” he
notes, “it means that there were many, many more than that.”7
Sementara itu, di bidang sains dan teknologi, meski diyakini ada juga
banyak perempuan Muslimah yan terlibat, namun biografi mereka agak lebih sulit
dikumpulkan. Hal ini agak berbeda dengan bidang ilmu hadist, di mana setiap

5
Ibid. Halaman 52-53.
6
Ibid. Halaman 98-99.
7
Ibid. Halaman 96.

4
mata rantai hadist harus dilengkapi dengan biografi yang rinci. Namun cukuplah
untuk menyebut nama Maryam Ijliya al-Asturlabi, seorang perempuan astronom
yang dijuluki “al-Asturlabi” karena memiliki kontribusi luar biasa dalam
pengembangan Astrolab (sebuah alat penting dalam navigasi astronomis).8

Muslimah Peradaban Mewujudkan Generasi Cemerlang


Fragmen sejarah telah membuktikan bahwa perempuan di dalam Islam
memiliki andil yang besar dalam bidang ilmu pengetahuan demi kemajuan Islam.
Hal ini tidak lain karena Muslimah pada masa kejayaan Islam menjadikan Islam
sebagai landasan hidupnya serta solusi atas segala permasalahan yang ada.
Sehingga kita tidak hanya menemui mereka yang ahli di bidang agama bahkan
sekaligus ahli dalam bidang sains dan teknologi. Berbeda dengan Barat yang ahli
dalam bidang sains dan teknologi namun bertentangan dengan agama. Sehingga
ilmuwan Barat tidak pernah sejalan dengan kaum gerejawan. Ini mengindikasikan
bahwa hanya Islam yang datang sebagai agama yang komprehensif. Sehingga
siapapun yang mempelajari Islam dan mengamalkannya, ia tidak hanya akan
pandai dalam ilmu agama namun juga sains dan teknologi. Karena Allah telah
menjelaskan seluruhnya di dalam al-Qur’an. Sehingga siapapun yang
mengkajinya lebih dalam akan menemukan banyak hal yang sangat berkaitan erat
dengan perkembangan dunia.
Generasi hebat di dalam Islam tidak lahir karena semata-mata mencari
maanfaat duniawi. Namun mereka lahir karena kekuatan iman yang luar biasa
sehingga mendorong mereka melakukan berbagai pengkajian lebih dalam.
Sehingga menjadikan keimanan mereka lebih kuat dalam mengagumi kekuasaan
Allah atas seluruh makhluk. Tidak dipungkiri lagi bahwa inilah yang menjadi
alasan kenapa kaum Muslimin pada zaman kekayaan Islam menguasai berbagai
cabang ilmu. Karena mereka paham betul bahwa al-Qur’an tidak sekedar
dijadikan bacaan lantas diletakkan di tempat terasingkan. Namun al-Qur’an
mereka jadikan pedoman hidup yang diaplikasikan secara nyata. Hal inilah yang
membedakan Muslim pada masa kejayaan Islam dengan Muslim era ini. Era di

8
Ibid. Halaman 98.

5
mana kaum Muslimin terkotak-kota dalam sekat wilayah dan buruknya harus
merasakan pembantaian yang begitu keji.
Untuk itulah kita sebagai orang Islam, Muslimah pencetak generasi yang
kelak akan menaklukkan dunia serta menyatukan kekuatan di bawah panji Islam
perlu memahami secara mendasar dan menyeluruh. Menuntut aktif, produkti serta
inovatif dalam mengemban tugas mulia berlandaskan Islam. Sehingga dapat
mengembalikan kejayaan Islam. Untuk itu perlunya Muslimah memiliki visi
terbaik sebagai Muslimah peradaban, yakni : (1) Visi Keilmuan Islam, (2) Visi
Penggerak Opini, dan (3) Visi Pendidik Generasi. Ketiga visi inilah yang
mencakup peran Muslimah secara komprehensif sehingga mampu
mengaktualisasikan dirinya sebagai Muslimah peradaban demi mengembalikan
kejayaan Islam.

Gambar 1. Trilogi Visi9

Visi Keilmuan Islam, Muslimah dituntut aktif, produktif serta inovatif


untuk menjadikan Islam sebagai landasan dalam dunia keilmuwan. Aktif,
produktif serta inovatif menciptakan suasana keilmuan, motivasi serta sarana
keilmuan yang tidak bertentangan dengan Islam. Artinya Muslimah dapat
menggagas ide-ide yang dibolehkan di dalam Islam untuk kemudian menjadikan
visi ini mampu mengatasi segala bentuk masalah keilmuan yang tengah dikuasai
oleh sekulerisme saat ini. Sehingga umat paham bahwa Islam dengan cirinya yang
khas tidak dapat terpisahkan dari keilmuan. Dan ini akan menggambarkan secara
menyeluruh bagaimana luar biasnya keilmuan di dalam Islam. Dalam hal ini

9
Ibid. Halaman 15.

6
Muslimah bisa menciptakan suasana keilmuan yang lebih nyaman dan kondusif
serta tidak kaku dan membosankan. Juga memotivasi dengan kisah terbaik dalam
Islam. Serta menciptakan sarana keilmuan berbasis teknologi sehingga mudah
diaplikasikan.
Visi Penggerak Opini, Muslimah dituntut untuk mampu menguasai opini
publik. Sehingga umat tidak lagi buta akan kebenaran yang kerap sekali
dipermainkan oleh media saat ini. Di mana kepentingan-kepentingan penguasa
tengah mencengkram umat dengan berbagai opini negatif tentang Islam. Pasca
kejatuhan kejayaan Islam, perang opini adalah hal paling spektakuler yang
dilakukan oleh para pembenci Islam. Untuk itulah membutuhkan peran aktif
Muslimah yang cermat dalam memainkan opini publik atas nama Islam. Dalam
hal ini Muslimah juga dituntut produktif, misalnya dengan menyuarakan atribut
keislaman sehingga umat tidak lagi salah menilai Islam. Muslimah bisa
melakukan hal demikian dengan menjual pakaian Islam, buku-buku keislaman
bahkan makanan yang baik di dalam Islam sambil mengencarkan opini Islam di
berbagai media. Serta inovatif dalam menggerakkan opini dengan menampilkan
konten-konten syar’i sehingga menarik bagi umat.
Visi Pendidik Generasi, Muslimah peradaban selain perannya sebagai
keilmuan dan penggerak opini juga tidak melupakan hakikat sejatinya bahwa ia
adalah pencetak generasi. Karena ketiga visi tersebut adalah kewajiban seorang
Muslimah yang tidak dapat ditingggalkan. Dalam hal ini Muslimah dapat
mencontoh para Muslimah terbaik di dalam Islam yang mampu memainkan peran
multidimensi. Karena banyak sekali Muslimah terbaik yang melakukan banyak
hal untuk mendidik anak-anak mereka kelak. Tentunya harus memiliki persiapan
yang matang sebelum Muslimah akhirnya memutuskan untuk terikat dalam
pernikahan yang sah. Karena generasi emas hanya akan lahir dari persiapan yang
matang sejak awal. Serta didikan terbaik berlandaskan Islam akan mampu
melahirkan generasi emas sang penakluk dunia dengan Islam. Hal ini perlu
dijadikan perhatian besar bagi Muslimah agar mampu mewujudkan generasi
cemerlang yang bernapaskan Islam.
Ketiga visi di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena begitu
pentingnya peran Muslimah untuk mengembalikkan kejayaan Islam. Hal ini akan

7
terwujud bila pihak penguasa juga ikut andil dalam mengambil peran. Tidak lagi
membiarkan kehormatan perempuan tergadaikan termasuk kehormatan Muslimah.
Jika pada zaman kejayaan Islam ada yang berani mengganggu seorang Muslimah,
maka khalifah yang memimpin saat itu mengirimkan 90.000 pasukan untuk
membela kehormatan Muslimah tersebut. Maka hari ini sudah seharusnya
penguasa melakukan hal demikian. Karena begitulah yang diajarkan oleh baginda
Rasulullah sehingga kita mampu mengembalikkan kejayaan Islam seperti dahulu
kala. Dengan kegemilangan generasi cemerlang yang menguasai berbagai cabang
ilmu. Baik ilmu agama maupun sains dan teknologi.

Penutup
Muslimah mampu mengembalikan kejayaan Islam dengan
mengoptimalkan perannya. Perannya yang meliputi : (1) Visi Keilmuan Islam, (2)
Visi Penggerak Opini, dan (3) Visi Pencetak Generasi. Hal ini tidak terlepas dari
peran penguasa dan juga dukungan umat untuk dapat mengoptimalkan peran
Muslimah. Karena peran ini tidak akan mampu Muslimah jalankan dengan baik
jika tidak mendapatkan dukungan berupa tindakan nyata atas kehormatan
Muslimah dari penguasa. Dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam dengan
mewujudkan generasi cemerlang. Generasi cemerlang yang tidak hanya
menguasai sains dan teknologi juga ilmu agama. Sebagaimana firman Allah,
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menuyuruh kepada
makhruf dan mencgah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali
Imraan :110) bahwa kaum Muslimin adalah umat terbaik bukan hanya dalam
lingkup akhirat namun juga dalam lingkup dunia dengan potensi yang dimiliki.

8
Daftar Pustaka

As-Sirjani, Raghib. 2016. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta


Timur : Pustaka al-Kautsar.

Komara, Fika. 2016. Menjadi Muslimah Negarawan. Jawa Tengah : Granada


Publisher.

Komara, Fika. 2016. Muslimah Timur Jauh. Bandung : Sinergi Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai