Anda di halaman 1dari 14

ESENSIA, Vol. 16, No.

1, April 2015

FEMINISME ISLAM DI INDONESIA

Nafsiyatul Luthfiyah
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
nailalhusna38@gmail.com

Abstrak
Women condition seems far from the ideal in Indonesia, but they have relatively no terrible experiences such as extreme circumsition,
“purdah”, seclusion, inequality, injustice of inheritance and marriage-divorce cases, felt by some of their Muslim women abroad.
The factors contributed to the mischief include the truth claim on religious dogma among the misinformation Muslims experts and
those who plan the anti Islam propaganda. In contrast, Indonesian women are proud in that the Islamic values and Indonesian
culture do not oppose women role, opportunity and progress. As the result, Indonesia has rich history of women leaders and heros,
among others, Laksamana Malahayati, Panglima Armada Aceh, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Nyi Ageng Serang, Raden Ajeng
Kartini, and Rasuna Said. Nowadays, Indonesia has various women field and occupation, such as the government, ministry,
parliament members, army forces, teacher, professor and academic position. Until recently, it includes feminist group that became
one of interesting topics in Indonesian public.

Keyword: Islamic teaching, Indonesian culture, Feminism


Keadaan wanita di Indonesia memang tidaklah sempurna, akan tetapi meraka di sini relative tidak mengalami apa yang diderita
oleh saudara-saudara kaum wanita Muslim dibelahan dunia Islam lain: sirkumsisi, purdah danpingitan, ketidak setaraan derajat
dengan kaum pria, ketidakadilan hukum waris dan kawin cerai serta nestapa lain yang sering kali diatas namakan sebagai
kebenaran yang berasaldari dogma agama yang baikolehkalangan Muslim yang kurang memahami agamanya sendiri maupun
oleh mereka yang memanfaatkan hal-hal yang menyedihkan tersebut dalam propaganda anti-Islam Kita sangat beruntung dan
pantas bersyukur bahwa nilai-nilai ajaran Islam maupun nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia tidaklah menghambat, bahkan
sebaliknya mendorong dan memberi peluang serta kesempatan seluas-luasnya bagi peran kaum wanita di Indonesia demi kemajuan,
yang bukan hanya terbatas bagi kaum wanita sendiri, melainkan untuk seluruh bangsa. Oleh karena itu kita mempunyai banyak
pemimpin wanita dan pahlawan wanita yang namanya diabadikan dalam sejarah bangsa, antara lain seperti Laksamana
Malahayati, Panglima Armada Aceh, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Nyi Ageng Serang, Raden Ajeng Kartini, Rasuna Said dan
lain-lain. Pada saat ini kita juga mempunyai banyak pemimpin wanita mulia dari lurah wanita hingga menteri wnaita, anggota
DPR/MPR wanita, perwira angkatan bersenjata wanita, guru wanita dan guru besar wanita bahkan banyak professor-profesor
yang wanita, bahkan wakil rektor wanita pada perguruan tinggi. Sehingga muncullah golongan feminisme yang menjadi
perbincangan dikalangan masyarakat.

Kata Kunci: ajaran Islam, budayabangsa Indonesia, danfeminisme

Pendahuluan kini, cita-cita untuk menciptakan dunia yang egaliter

D
i dalam masyarakat muslim Indonesia, Islam bagi sesama manusia, laki-laki dan perempuan,
menjadi kerangka normatif bangsa karena belum terealisasi sepenuhnya. Hal ini dikarenakan
pemeluknya yang mayoritas. Oleh karena itu, sosialisasi gender yang bias ini tidak hanya dilakukan
konstruksi gender dan konstruksi seksualitas banyak oleh adat atau budaya, melainkan juga diperkuat oleh
dipengaruhi oleh pemikiran dan pemahaman agama “agama”.1
yang berkembang di masyarakat. Ketika pemahaman Penulisan tentang wanita Islam yang akhir-akhir
agama yang bias gender terjalin berkelindan dengan ini semakin bertambah jumlahnya masih jarang
kebudayaan yang patriarkis, maka hampir pasti feno- melewati kecenderungan penyamarataan dan abstraksi
mena ketidakadilan terhadap perempuan menemukan yang berlebihan serta menunjukkan ketertutupan
ruangnya: di ruang publik maupun domestik, di terhadap dinamika dan keanekaragaman kenyataan
ruang sosial maupun privat. Di ruang-ruang itu lah yang pada umumnya mencirikan baik gambaran
perempuan didefinisikan, dihadirkan dan diperlakukan.
Di Indonesia, gerakan feminis untuk mewujud- Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender Di
1

kan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan Pesantren Studi Kuasa Kiai Atas Wacana Perempuan
telah diperjuangkan sejak lama. Akan tetapi hingga (Yogyakarta:LKiS, 2011) v.
Feminisme Islam di Indonesia -- Nafsiyatul Luthfiyah

awam dan popular maupun tradisi “ilmiah” entah akan mengalami hal serupa.Apabila berbicara tentang
di dunia Islam maupun di Indonesia, padahal Islam kehidupan wanita Islam Indonesia, maka hal ini
Indonesia justru merupakan salah satu unsur Islam berarti setiap harus membicarakan di satu pihak
dunia yang paling menarik perhatian, bukan hanya tentang nilai-nilai ajaran Islam yang menjadi norma
karena memiliki jumlah penganut Islam terbesar di kehidupan umat, khususnya yang menyangkut kaum
antara semua negara yang ada, melainkan juga karena wanita, dan lain pihak setiap orang harus memper-
perkembangan khas yang dialami Islam di negeri ini tahankan adat kebiasaan dan nilai budaya yang
dalam interaksi berabad-abad antara teks dan konteks; membentuk tradisi dalam kehidupan wanita di
perkembangan begitu menarik dalam bidang Indonesia, termasuk wanita Islamnya.
pemikiran sosial, politik, budaya dan kemasyarakatan,
termasuk di dalamnya bidang kewanitaan; perkem- Sejarah Feminisme dalam Agama
bangan yang belum lagi usai dan sempurna.2 Gerakan feminis dimulai sejak akhir abad ke-
Kajian buku sebelumnya tentang Membincang 18, namun diakhiri abad ke-20, suara wanita di
Feminisme: Diskursus Gender Perspektif Islam ini, bidang hukum, khususnya teori hukum, muncul dan
mengingatkan kembali akan kebutuhan Wahyu berarti. Hukum feminis yang dilandasi sosiologi
dalam membangun wacana keperempuanan, baik feminis, filsafat feminis, dan sejarah feminis meru-
untuk kepentingan teori maupun aksi. Untuk me- pakan perluasan perhatian wanita di kemudian hari.
mahami Wahyu yang berkaitan dengan dunia Di akhir abad ke-20, gerakan feminis banyak dipandang
perempuan, juga dibutuhkan penguasaan metodologi, sebagai sempalan gerakan Critical Legal Studies, yang
sejarah, psikologi, bahasa, dan sastra Arab, logika, pada intinya banyak memberikan kritik terhadap
al-Qur’an dan Sunnah, tidak secara parsial. logika hukum yang selama ini digunakan, sifat
Kajian ini mengenai feminism Islam di Indonesia manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap
tentu saja tidak bermaksud memungkiri beberapa politik, ekonomi, peranan hukum dalam membentuk
studi dan tulisan yang pernah ada. Akan tetapi studi pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki
dan tulisan yang ada pada hakikatnya amatlah “sunyi oleh ketentuan hukum secara tidak mendasar.
informasi” dan lebih dari itu sama sekali tidak mampu Affaf Lutfi al-Sayyid Marsot mendasarkan
mengimbangi gambaran yang berlaku mengenai pandangannya tentang posisi perempuan pada
keberadaan dan kegiatan wanita Islam Indonesia. sebuah penelitian historis abad ke-18, ke-19, dan ke-
Gambaran yang berlaku ini bersifat jauh dari tepat, 20. Ia menunjukkan bahwa posisi perempuan
terlalu menyamaratakan semua perempuan Muslim kurang ditentukan oleh praktik-praktik sosial. Hanya
di daerah, zaman, dan keadaan sosial mana pun, dalam konteks sejarah yang dikaji dengan cermatlah
dan cenderung mencampuradukkan gagasan abstrak para feminis dapat menganalisi faktor-faktor yang
dan kenyataan hidup. memihak kepada kederajatan (dalam terjemahan
Kelangkaan informasi tersebut secara tidak ini, kadang-kadang digunakan istilah persamaan
langsung dapat menumbuhkan kesalahpahaman atau kesataraan). Perempuan dan faktor-faktor yang
bagi mereka yang hendak melakukan kajian tentang menghalangi kesedarajatan itu muncul ke permukaan.
Islam di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan Faktor-faktor ini mempunyai kaitan erat dengan
dunia kaum wanita. Hal ini bisa dimengerti mengingat struktur politik. Keberdayaan ekonomi yang dimiliki
informasi tentang gerakan-gerakan wanita Muslim perempuan Muslim dan menyoroti perbedaan antara
yang ada di pusat-pusat dokumentasi dan informasi ideal dan praktik dalam masyarakat Islam.3
serupa dari Indonesia, dengan sendirinya mudah Meskipun ditemukan fakta bahwa Islam mem-
menumbuhkan kesesatan. Dari sumber ajaran agama berikan kapasitas ekonomi kepada perempuan dalam
yang sama, orang akan menduga situasi yang dialami hubungannya dengan kepemilikian dan pengelolaan
kaum perempuan di setiap negeri dari dunia Islam harta. Namun dalam praktik pada periode-periode
tertentu kapasitas ini tidak diberikan. Sebagai contoh,
al-Qur’an dengan jelas menetapkan bahwa perempuan
2
Lies M. Marcoes-Natsir, Johan Hendrik Meuleman,
Kumpulan Makalah Seminar Wanita islam Indonesia Dalam
Kajian Tekstual dan Kontekstual (Jakarta: Seri INIS XVIII, 3
Mai Yamani, Feminisme dan Islam: Perspektif Hukum
1993). dan Sastra, Purwanto, Nuansa Cendekia, 2000, 4.
ESENSIA, Vol. 16, No. 1, April 2015

dapat menerima waris (biasanya bagian perempuan by focusing the oppressed citizenry’s attention on some
separuh dari pria), di banyak masyarakat Muslim, afterlife spiritual kingdom where their erathlymiseries would
bagian mereka ditiadakan. Kepemilikan mereka end.” Dengan cara yang sama, kaum laki-laki bisa
diubah menjadi wakaf, wakaf.Mahar, yang secara sah menggunakan agama untuk memperoleh keuntungan
menjadi hak pengantin perempuan, dalam praktik dari kaum perempuan. Sebagaimana halnya dengan
sering ditahan oleh keluarga. Selain itu, karena tidak pendirian Durkheim yang diikuti banyak sosiologi
ada kepemilikan bersama dalam Islam, hak miliki sesudahnya pendirian Marx juga menghasilakan
istri, dalam beberapa hal, digunakan secara tidak sah banyak sekali karya tulis pengikut dan sampai ada
oleh suami seolah-olah miliknya sendiri.4 kesimpulan yang sama mengenai kemampuan agama
Ada ungkapan bahwa perempuan adalah sahabat menundukkan kaum perempuan.
terbaik agama, namun agama bukan sahabat terbaik Setelah Plato, tokoh dunia kuno lainnya yang
bagi perempuan. Ungkapan tersebut apabila dicari pemikiran-pemikiran dan pendapatnya diketahui
rujukan dalam sejarah agama manapun, tampaknya ialah murid Plato, Aristoteles. Di dalam bukunya, Politik,
memiliki kandungan kebenaran. Bagaimana hal itu ia mengungkapkan pikiran-pikiran yang mengenai
bisa terjadi? Apakah agama merupakan institusi yang perbedaan antara wanita dan pria, dengan gigih ia
tidak tahu diri, mengkhianati sahabat terbaiknya? menentang gurunya, Plato. Aristoteles percaya bahwa
Di dalam literatur-literatur sosiologi agama, jawaban perbedaan antara wanita dan pria bukan saja menyang-
untuk pertanyaan tersebut kiranya telah banyak kut kuantitas kemampuan-kemampuannya tetapi
disediakan. juga dalam kualitasnya. Ia mengatakan bahwa sifat
Emile Durkheim mendefinisikan agama sebagai kemampuan-kemampuan wanita dan pria berbeda,
“organized system of beliefs and rituals that focuses on the dan fungsi-fungsi yang diberikan oleh alam kepada
sacred” atau sistem terorganisasi mengenai kepercayaan masing-masingnya dan hak-hak yang telah ditetapkan
dan ritual yang berfokus pada yang suci. Apa yang untuk mereka, berbeda dalam banyak segi. Menurut
dimaksud Durkheim dengan yang suci adalah berbagai Aristoteles, kecemerlangan dalam moral pria dan
aspek realitas yang melampaui pemahaman sederhana wanita juga berbeda dalam banyak hal. Suatu perilaku
manusia, terjadi dari kategori-kategori khusus yang tertentu mungkin dipandang sebagai kebajikan bagi
berdiri sendiri dan memiliki arti masing-masing. pria, tetapi mungkin tidak diajukan bagi si wanita,
Durkheim mengkontraskan yang suci dengan profan, dan demikian pula, suatu perilaku atau pembawaan
yang berarti aspek-aspek biasa dalam kehidupan tertentu mungkin merupakan hal yang terpuji dan
manusia sehari-hari. Pertanyaan biasa diajukan kepada hebat bagi seorang wanita, namun tidak dianggap patut
pendirian ini adalah apa hubungan antara agama bagi si pria. Pandangan-pandangan Aristoteles meng-
yang memusatkan diri pada hal-hal yang suci dengan hapus pandangan Palto dan para pemikir yang datang
peran gender yang pasti lebih banyak berhubungan sesudahnya lebih memilih pandangan Aristoteles
dengan kehidupan sehari-hari.5 dari pada Plato.6
Dengan cara analisis yang berbeda sama sekali, Bagaimana dengan Islam? Apakah agama rahmat
Karl Mark juga bisa sampai pada kesimpulan yang sama bagi alam semesti ini juga dalam praktiknya menjadi
tentang fungsi agama sebagai alat yang dipergunakan musuh bagi kaum perempuan pemeluknya? Secara
untuk membentuk peran gender. Agama dalam pen- hiperbolik Seyyed Hossein Nasr7 menyatakan bahwa
dirian Marx yang sangat terkenal adalah candu bagi
masyarakat. Agama kerap digunakan untuk membius 6
Morteza Mutahhari, Wanita dan hak-haknya dalam
sebagian besar masyarakat hingga mereka tunduk Islam, (Bandung: Pustaka, 1986),139-140
dan patuh terhadap kepentingan dan nilai-nilai yang 7
Husein adalah salah satu dari ulama yang sedang
dianut oleh penguasa. Agama adalah “mind-deadening ikut melakukan pembaruan ini dengan mengusung isu
sosial institution that was used to keep the public passive wacana kesetaraan dan keadilan gender dengan paradigm
feminism Islam (fiqh/hukum Islam). Karena menurut
Husein, “kehidupan masyarakat Indonesia sangat dipenga-
4
Mai Yamani, Feminisme dan Islam, 4-5. ruhi oleh sikap beragama masyarakatnya, pola tradisi,
5
KH. Husein Muhammad, Islam Agama Ramah kebuadayaan dan pola hidup masyarakat Indonesia banyak
perempuan Pembelaan Kiai Pesantren, (Yogyakarta: LKIS, dipengaruhi oleh norma-norma keagamaan, lebih khusus
2007), XIV dari teks-teks keagamaan, karena pengaruh agama
Feminisme Islam di Indonesia -- Nafsiyatul Luthfiyah

hutan telah ditebang habis untuk mencetak buku 1993 tidak membahas mengenai peran perempuan,
yang mengungkapkan penindasan yang dilakukan melainkan berhubungan dengan pesantren dan
muslim terhadap kaum perempuannya. Namun, yang ajaran-ajaran agama secara umum.
menjadi persoalan adalah apakah memang demikian Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di Indonesia
substansi Islam? Apakah Islam memang hendak masih memainkan peran penting dan memiliki
meminggirkan kaum perempuan? Apabila demikian, kekuatan yang strategis. Selain karena menjadi anutan
maka tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Islam agama mayoritas penduduk Indonesia dan diyakini
juga berbagi keprihatinan dan cita-cita dengan gerakan (oleh sebagian tokoh Islam) mampu menjadi alternatif
feminis. Hanya saja, ketika merumuskan apa yang dari segala sistem yang kini di nilai gagal dalam
menjadi sumber dari marginalisasi itu, bagaimana membangun tatanan peradaban dunia yang manusiawi
menghilangkannya serta bagaimana kondisi ideal dan berkeadilan, juga kelompok Islam masih
yang dicita-citakan, kadangkala sumber-sumber Islam memegang kendali pada wilayah kekuasaan politik
berseberangan dengan feminism. kenegaraan dan wilayah sosial kebudayaan di
Kesadaran Sayyed Hossein Nasr akan penindasan masyarakat. Islam masih menjadi faktor penting yang
perempuan muncul ketika pada tahun 1993 harus dipertimbangkan untuk sebuah proses perubah-
diundang dalam seminar tentang perempuan dalam an di Indonesia. Perubahan yang dimaksud adalah
pandangan agama-agama oleh P3M dan diskusi- perubahan sosial-kebudayaan di masyarakat. Oleh
diskusi yang dilakukannya dengan Masdar F. Mas’udi. karena itu, penilaian dan penafsiran kembali, bahkan
Sebelumnya Husein mengaku bahwa dia belum pada tingkat tertentu, dekonstruksi terhadap tafsir-
memiliki kesadaran akan adanya penindasan terhadap tafsir dan pemahaman keislaman yang bias gender
perempuan. Tulisan-tulisan Husein sebelum tahun menjadi sangat penting untuk dilakukan. Upaya ini
dilakukan untuk sekedar pada tingkatan wacana
terhadap kebudayaan sangat besar,maka akan sangat tandingan, melainkan harus dapat menawarkan dan
strategis kalau kajian-kajia masalah perempuan juga dilihat membangun paradigma dan tafsir baru yang bisa
dari sisi agama, dan sebetulnya tidak hanya masalah- dijadikan pedoman dan rujukan bagi masyarakat. Hal
masalah lain ini disebabkan karena pemahaman kita ini adalah agenda mendasar yang terabaikan dari
terhadap teks-teks agama, analisis kita terhadap agama projek pembaharuan Islam dalam transformasi
masih konservatif dalam beragama, itulah penyebab dari menuju demokrasi dan keadilan gender karena
ketimpangan sosial dan pemahaman yang bias”. Jadi memang agenda ini tidak mudah dilakukan. Selain
konsentrasi Husein pada feminism adalah pengaruh agama karena ajaran agama Islam telah menjadi ortodoksi
terhadap perempuan.
yang kokoh, jelas, tegas, penerus, penjaga dan pem-
Pemahaman “agama” terhadap perempuan, bagi
belanya dalam khazanah ilmu-ilmu keislaman, juga
Husein masih sangat bias, masih menomorduakan, serta
memarginalkan. Agama disini di manifestasikan dalam
pembaruan dalam bidang ini berkaitan dengan
penafsiran terhadap teks; banyak orang yang menganggap otoritas keagamaan. Basis material pembaruan ini
bahwa teks itu sama dengan agama, yang memiliki sakra- adalah literatur keislaman klasik yang tertulis dalam
litas dan keabadian. Husein memilih untuk menganalisa bahasa Arab, yang tentu saja membutuhkan kemam-
agama dan perempuan karena dia punya keyakinan puan intelektual khusus, baik pada penguasaan
bahwa agama tidak mungkin melakukan penindasan linguistik Arab, maupun ilmu-ilmu metodologis
marginalisasi dan kekerasan terhadap siapapun termasuk seperti ilmu tafsir, ushul fiqh, ilmu hadis, analisis sejarah
perempuan. Menurut Husein, ketika orang mengatakan dan kemampuan untuk mengkomplikasikan, mem-
bahwa teks agama menerangkan terjadinya penindasan bandingkan, dan pada akhirnya merekonstruksi
maka berarti orang tersebut sudah melakukan justifiksi kembali ajaran-ajaran Islam itu ke dalam bangunan
bahwa agama yang melakukan kekerasan terhadap perem- paradigm tafsir baru.
puan. Lebih lanjut, Husein mempertanyakan apakah
Sama halnya dengan feminisme, Islam yang
benar agama melakukan itu, apakah agama itu memang
berkembang hingga sekarang juga harus diakui
diskriminatif, misalnya teks agama mengatakan perem-
puan harus dirumah saja, apakah betul bahwa agama
memiliki banyak cabang pemikiran mengenai relasi
memasung perempuan melakukan aktivitas, dan bukan antara laki-laki dan perempuan, mulai yang menolak
hanya pada masalah-masalah amaliyah saja tapi juga pada adanya fakta relasi yang timpang (atau secara diam-
masalah-masalah ibadah. diam atau terang-terangan menikmati relasi yang
ESENSIA, Vol. 16, No. 1, April 2015

demikian) hingga aliran yang menyatakan bahwa Sejarah perempuan dari waktu ke waktu adalah
memang terdapat ketimpangan dalam relasi dan gambaran yang tidak selalu mengenakan. Ada
berupaya untuk menghilangkannya. Seyyed Hossein masanya ketika perempuan diperlakukan cukup
Nasr mencatat bahwa dua dekade lampu merupakan istimewa, seperti dicontohkan dalam kehidupan
masa di mana pemikiran terakhir ini mulai menge- perempuan kerabat Nabi Muhammad Saw. Namun
muka, dan memberinya nama feminisme Islam. dalam catatan sejarah berikutnya, perempuan diper-
Hanya saja, kalau Nasr lebih melihat kaum perem- lakukan penuh nestapa seperti tumbuhnya lembaga
puan sendiri yang memperjuangkan kepentingan- harem di beberapa kerajaan Islam. Gambaran sejarah
nya, sesungguhnya banyak juga di antara kaum laki- tersebut adalah bukti bahwa seksualitas merupakan
laki yang ikut serta dalam perjuangkan itu.8 konstruksi sosial terhadap entitas seks yang mengatur
Walaupun pendapat bersifat pluralistik, namun body functions (fungsi-fungsi tubuh), sama dengan
satu hal yang menyatukan mereka adalah keyakinan gender sebagai konstruksi sosial yang mempolakan
mereka bahwa masyarakat dan tatanan hukum social function(fungsi-fungsi sosial). Fungsi-fungsi
bersifat patriaki. Aturan hukum yang dikatakan tubuh dan fungsi-fungsi tubuh dan fungsi-fungsi
netral dan objektif sering kali hanya merupakan sosial seringkali dibekukan dan dibakukan.
kedok terhadap pertimbangan politis dan sosial yang
kemudian oleh idiologi pembuat keputusan, dan Reinterpretasi Feminisme dalam Islam
idiologi tersebut tidak untuk kepentingan wanita. Pada 1990-an, feminisme memperlihatkan suatu
Sifat patriaki dalam masyarakat dan ketentuan hukum keinginan baru dan mengembirakan untuk
merupakan penyebab ketidakadilan, dominasi dan melakukan kritisisme-diri. Usaha-usaha menuju
subordinasi terhadap wanita, sehingga sebagai kon- pada teori-teori dan konsep-konsep yang mencakup
sekuensinya adalah tuntutan terhadap kesederajatan segala hal dan komitmen-komitmen ideologis
gender. Kesederajatan gender tidak akan dapat sebelumnya untuk menguniversalkan perspektif-
tercapai dalam struktur institusional ideologis yang perspektif dari apa yang selalu berubah menjadi
saat ini berlaku. sekedar sebuah kelas, kebudayaan, ras tunggal dan
Feminis menitikberatkan perhatian pada analisis tertentu telah mencapai titik nadirnya. Sebaliknya,
peranan hukum terhadap bertahannya hegemoni setidaknya dalam teori, dengan lebih melibatkan
patriarkhi. Segala analisis dan teori yang kemudian seluruh perempuan melalui penerimaan akan
dikemukakan oleh feminis diharapkan dapat secara keberagamaan identitas dan harga diri masing-
nyata diberlakukan, karena segala upaya feminis masing perempuan, kelompok feminis terdorong
bukan hanya untuk menghiasi lembaran sejarah untuk menghormati perbedaan, menegaskan kekhasan
perkembangan manusia, namun lebih kepada upaya masing-masing pengalaman dan perjuangan
manusia untuk bertahan hidup. Timbulnya gerakan perempuan dan membenarkan pemahaman diri dan
feminis merupakan gambaran bahwa ketentuan yang analisis diri yang dibangun masing-masing. Saat ini,
abstrak tidak dapat menyelesaiakn ketidaksetaraan. feminisme semakin berkembang dan melibatkan
Terlebih lagi, penafsiran agama sangat dipenga- banyak aliran, baik konservatif dan radikal, religious
ruhi oleh berbagai macam kepentingan para pemeluk dan ateis, heteroseksual dan non-heteroseksual, kulit
agama membangun lingkungan sosial dan kebudaya- putih dan non-kulit putih, parsial dan holistik,
an. Persoalannya, seringkali penafsiran itu dinilai individualistik dan sosial; dan para feminis banyak
sebagai kebenaran itu sendiri. Sesungguhnya, apa bermunculan dari utara dan selatan. Jadi, pertanyaan
yang dianggap sebagai “”kebenaran sehari-hari”, dan apakah dapat menegaskan sebuah aliran feminisme
“kesahihan tafsir agama” yang berkembang di baru yang mengindentifikasikan dirinya sendiri atau
masyarakat merupakan konstruk yang terbentuk diidentifikasi oleh yang lainnya sebagai ‘feminisme
secara ideologis dengan muatan kepentingan tertentu, Islam’ agaknya tidak diperlukan.
yang seringkali hanya menguntungkan pihak laki- Bahkan, terma ‘feminisme Islam’ masih memerlu-
laki. kan penjelasan. Sejatinya, feminisme yang demikian
tidak hanya berkenaan dengan artikulasi religious
8
Morteza Mutahhari, Wanita dan hak-haknya dalam pengalaman perempuan. Bahkan kata ‘Islam’ dalam
Islam, XX. feminism Islam’ dan keterkaitan apa yang dimaksud-
Feminisme Islam di Indonesia -- Nafsiyatul Luthfiyah

kan? Apakah kita mengartikan ‘Islam’ sebagai sebuah sangat unik dalam menggarap isu-isu yang pelik serta
media yang menyatukan perempuan dan kekuatan menantang bagi para pemegang otoritas politik dan
kosmis dalam merespon kebutuhan-kebutuhan agama serta para sarjana di dunia Islam yang dewasa
personal dan jenis kelamin tertentu, apakah terma ini mempunyai jumlah pemeluk satu milyar lebih.
itu mencakup pada seperangkat ide-ide, gagasan- Di dalam latar belakang luas baru yang berakaitan
gagasan dan teks-teks tertentu mengenai perempuan, dengan hukum dan tradisi Islam itu, kategori “femi-
bahkan sebuah aturan hukum dan moral yang telah nisme Islam” mungkin melandaskan pijakannya pada
mapan? Apakah ‘feminisme Islam’ dimaksudkan keragaman cakupannya yang besar: para kontributor
dengan persoalan kecocokan feminisme dengan pada wacana ini dikategorikan sebagai “tradisionalis-
ajaran dan kitab suci Islam dan kerangka-kerangka feminis baru”, “pragmatis”, “feminis sekuler”, “neo-
sosial dan hukum yang telah berkembang dalam islamis”, dan sebagainya. Akan tetapi pada semua
masyarakat Islam. Bagaimana bisa sebuah agama yang pemikir tersebut ada kesamaan kepedulian terhadap
didasarkan pada hierarki gender diadopsi sebagai pemberdayaan perempuan dalam kerangka Islam
kerangka perjuangan bagi demokrasi gender dan yang sudah dikaji ulang.
kesetaraan perempuan dengan laki-laki? Jika Islam Persoalan tentang apa yang disebut Islami dalam
dan feminisme sejalan, manakah yang harus beroperasi hubungannya dengan gagasan tentang perempuan
dalam kerangka yang lainnya? 9 Pada kesimpulan dan jender masih tercampuradukkan dengan beberapa
bahwa Islam dan feminism tidak sejalan? Jawabannya klise yang dirancukan dengan Islam, seperti khitan
tidak mudah. Sejatinya, ada sebagian perempuan perempuan dan konsep “kejahatan demi kehormatan”.
yang menuntut hak-hak setara dan belum memeluk Di sini perlu kembali pada sejarah, memeriksa teks-
Islam sebagai keyakinan personal mereka, sebagai teks agama dan dokumen-dokumen fiqh secara lebih
identitas kultural dan sebagai pemenuhan akan kritis dan objektif.
kebutuhan-kebutuhan spriritual di dunia yang Meskipun perhatian menyeluruh terhadap
semakin tenggelam dalam kekeringan spiritual di definisi luas “feminisme Islam” memberikan tema
dunia yang semakin tenggelam dalam kekeringan dasar bersama, namun usaha keras untuk men-
spiritual. Artinya, seseorang yang demikian mungkin dapatkan hak-hak yang lebih baik bagi perempuan
menyebut dirinya sebagai feminis ‘Muslim’, ingin tidak senantiasa terlukiskan dalam kerangka Islam
mencapai tujuan-tujuan feminis. Dengan demikian, tradisional. Di samping itu, tidak semua masyarakat
dia telah meninggalkan kerangka hukum Islam dan negara berpenduduk mayoritas Muslim dapat
berkenaan dengan hak-hak dan status perempuan, disebut “Islam”.
walaupun dia mungkin tidak mengetahuinya atau
tidak ingin mengetahuinya.10 Keadilan Gender dalam Pandangan Islam
Penting untuk diingatkan bahwa dalam masyarakat Islam adalah konsep aturan-aturan yang Maha
Islam, tidak ada satu pun ideologi dan gerakan Pencipta untuk manusia. Ajaran Islam menentukan
‘feminis Islam’ yang menegaskan dirinya sendiri dan keseimbangan tindakan manusia dengan hukum
/atau dengan mudah terindentifikasi. Tentunya, alam. Islam menuntun manusia, pria dan wanita, dalam
terma ini telah menjadi bahan perdebatan ideologis, melaksanakan tugas kehidupannya sebagai khalifah
politik dan teoritis. Akan tetapi, sebagai sebuah di muka bumi.” Hadapkan wajahmu kepada agama
konsep dan penanda bagi sebuah aliran feminisme yang lurus, tetaplah (dirimu) atas fitrah Allah yang
tertentu, feminisme Islam pada awalnya diadopsi dari telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya.”
luar masyarakat Islam; ia sebagian besar adalah (QS ar-Rum[30]:30).11
ciptaan para akademisi dan peneliti feminis Muslim Islam pada dasarnya justru menekankan pada
yang hidup dan bekerja di Barat. kesataraan dan keadilan antara laki-laki dan perem-
Dengan tipologi yang kini mencakup agama puan, termasuk dalam kehidupan berumah tangga
sebagai sekumpulan referensi baru, feminisme Islam dan pemenuhan kebutuhan seksual suami istri.
Namun dalam kenyataannya, perempuan lebih
9
Syafiq Hasyim, Feminisme dan Fundamentalisme,
(Yogyakarta: LKIS pelangi Aksara, 2005, 169-170.
10
Syafiq Hasyim, Feminisme dan Fundamentalisme, 190- Ibnu Musthofa, Wanita Islam menjelang Tahun 2000,
11

191. (Bandung: Al-Bayan, 1995), 84


ESENSIA, Vol. 16, No. 1, April 2015

dituntut oleh berprilaku nrimo (menerima) tentang Agama mendapat ujian baru karena sering
apa yang yang ditentukan baginya. Sementara laki- dituduh sebagai sumber masalah berbagai bentuk
laki sebaliknya lebih terbiasa dan terlatih untuk pelanggengan ketidakadilan di masyarakat, termasuk
melakukan hegemoni dan mengambil keputusan ketidakadilan dalam pola relasi laki-laki dan perem-
bagi orang lain, khususnya bagi kaum perempuan.12 puan atau yang sering disebut dengan ketidakadilan
Kebiasaan semacam ini terus menerus diwariskan gender (gender inequality). Oleh karena agama
dari generasi ke generasi. berurusan dengan nilai-nilai yang paling hakiki dari
Diyakini bahwa al-Qur’an melawan segala hidup manusia, maka legitimasi religious yang keliru
bentuk ketidakadilan, seperti eksploitasi ekonomi, akan sangat berbahaya. Persoalannya, apakah
penindasan politik, dominasi budaya, dominasi pelanggengan ketidakadilan gender itu bersumber
gender dan segala corak disequilibirium dan apartheid. dari watak agama itu sendiri ataukah justru berasal
Tampak dengan jelas, bahwa ayat-ayat Makkiyah dari pemahaman, penafsiran, dan pemikiran ke-
khususnya lebih menekankan pada masalah agamaan, yang tidak mustahil dipengaruhi oleh
keadilan sosial. Seperti misalnya digambarkan dalam tradisi dan kultur patriarki, ideologi kapitalisme, atau
surah al-Ma’un (107): 1-7, Nabi begitu tekun dan ber- pengaruh kultur Timur Tengah Abad pertengahan.
semangat memperjuangkan perubahan struktur Pemerintah Indonesia melalui kantor Menteri
masyarakat Mekkah yang kapitalistik dan feodalistik Negara Pemberdayaan Perempuan memprediksikan
menuju masyarakat yang adil dan egalitarian. Karena sejumlah kendala yang dihadapi dalam upaya
itu, alasan munculnya perlawanan terhadap pemberdayaan perempuan. Kendala tersebut terdapat
Muhammad oleh kalangan elite Mekkah saat itu di dalam hampir semua bidang aspek pembangunan:
antaranya adalah karena ketakutan mereka terhadap pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, ekonomi
Nabi sebenarnya bukan hanya persoalan keyakinan dan ketenagakerjaan, politik, hukum, dan hak asasi
agama (aqidah), tetapi juga bersumber pada ke- manusia. Kesejahteraan sosial, pertahanan, dan
takutan mereka terhadap konsekuensi sosial-ekonomi keamanan, lingkungan hidup, kelembagaan peme-
dari doktrin Nabi dalam melawan segala bentuk dan rintah dan masyarakat, bahkan juga dalam bidang
corak dominasi ekonomi, serta pemusatan maupun agama. Khusus dalam bidang agama, masalah utama
monopoli harta. Di dalam kasus ini misi utama Nabi yang dihadapi di antaranya: pertama, rendahnya
adalah membebaskan masyarakat dari segala bentuk pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai
penindasan serta ketidakadilan, termasuk penin- nilai-nilai agama yang berkaitan dengan peran dan
dasan dan ketidakadilan terhadap wanita. fungsi perempuan; dan kedua, masih banyaknya
Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam penafsiran ajaran agama yang merugikan kedudukan
berbagai bentuk ketidakadilan, yaitu: marginalisasi, dan peranan perempuan.14
subornisasi, pembentukan stereotyp, kekerasan, Semua agama, terutama Islam, dewasa ini men-
beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (double dapat tantangan baru, karena dianggap sebagai salah
burden) serta sosialisasi ideologi nilai peran gender. satu yang melanggengkan ketidakadilan dan
Manifestasi ketidakadilan gender ini seringkali hadir penindasan terhadap kaum perempuan. Misalnya
dalam keyakinan masing-masing orang, keluarga saja hal yang selalu mengganggu adalah penggam-
hingga pada tingkat negara dan politik global. Di baran seolah-olah Tuhan adalah laki-laki pada hampir
wilayah ini sangat perlu dimasukkan perspektif semua agama. Apakah konstruksi bahwa Tuhan laki-
keadilan gender.13 laki tersebut adalah ketentuan Tuhan atau sejauh-
mana pandangan tersebut dipengaruhi oleh budaya
12
Nurun Najwah, dkk, Dilema Perempuan Dalam
Lintas Agama dan Budaya, (Yogyakarta: PSW UUIN Sunan
Kalijaga Bekerja sama dengan IISEP-CIDA, 2005), Ix
13
Keadilan gender menggarisbawahi pentingnya Sedangkan kesetaraan gender mengacu pada status, hak-
kesetaraan sebagai capaian karir. Keadilan gender hak dan tanggung jawab yang sama untuk semua
menyatakan perlunya perlakuan yang berbeda pada laki- perempuan dan laki-laki, serta mengacu pada hak-hak
laki dan perempuan, tetapi hal tersebut dilakukan dalam yang seimbang untuk memperoleh perlakuan yang sama.
upaya, atau dengan tujuan, untuk mengakhiri ketidak- 14
Siti Musdah Mulia, Muslimah Reformis perempuan
setaraan, serta untuk mengembangkan kemandirian. pembaru keagamaan, (Bandung: Mizan Pustaka, 2005), 37
Feminisme Islam di Indonesia -- Nafsiyatul Luthfiyah

yang bias gender?15 Jika hal tersebut benar, apakah menggambarkan situasi serta aktivitas wanita Islam
sumber ketidakadilan tersebut berasal dari watak di Indonesia baik itu sebagai suatu kajian yang
normatif agama itu sendiri ataukah justru berasal tersendiri atau pun sebagai bagian dari studi gerakan
dari tafsiran dan pemikiran keagamaan yang tidak keagamaan itu.
mustahil juga dipengaruhi oleh tradisi dan budaya Apabila harus membicarakan perbedaan antara
yang bias gender, ataupun ideologi/ pandangan lain kaum pria dan wanita dalam masyarakat Indonesia,
yang diadopsi oleh pemeluk agama. Pertanyaan yang tidak lain perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan
ingin dijawab di sini adalah apakah prinsip dasar bawaan alamiah yang biasa disebut perbedaan fitrah
Islam memperlakukan atau meletakkan posisi kaum dan perbedaan tanggung jawab sosial sebagai akibat
perempuan (Muslimat) secara adil dan secara gender dari perbedaan fitrah tersebut. Namun demikian
dikaitkan dengan kaum laki-laki Muslimin? Uraian perbedaan yang disebut terkahir ini juga sedang
berikut secara singkat mencoba menggali spririt mengalami pergeseran karena perubahan dan
Islam mengenai kedudukan kaum perempuan.16 perkembangan masyarakat yang semakin maju.
Keadilan gender sebagai sebuah perspektif untuk Di dalam proses globalisasi sebagai akibat dari
memandang kenyataan adalah berbagai asumsi dasar, kemajuan teknologi komunikasi yang diiringi dengan
model, konsep serta metode yang digunakan untuk membanjirinya arus informasi terjadi perubahan
mengungkapkan dan menampilkan adanya fenomena terus-menerus dan pergeseran tata nilai yang meng-
gender dalam suatu masyarakat serta berbagai goyahkan tradisi yang telah mapan. Suatu hal yang
persoalan sosial budaya yang ditimbulkannya. Dengan dahulu dianggap tabu kini tergeser menjadi hal yang
menggunakan perspektif ini, kepekaan seseorang biasa dan wajar. Dalam kaitan ini setiap individu
terhadap fenomena ketidakadilan gender akan harus memberikan kewaspadaan agar proses
menjadi lebih kuat. Orang dapat memberi perhatian perubahan yang sedang berlangsung tidak akan
pada pola-pola interaksi, relasi dan pemisahan sosial menjerat dan membawa kemerosotan derajat dan
antara laki-laki dan perempuan, serta berbagai martabat kaum wanita dengan dalih untuk mengejar
macam implikasinya. kemajuan. Untuk hal yang terakhir ini setiap orang
Banyak studi dan tulisan tentang Islam di harus memperhatikan nilai ajaran agama yang
Indonesia, terutama studi yang diarahkan kepada berfungsi selain sebagai tolak ukur untuk menentu-
gerakan-gerakan Islam baik pada masa penjajahan kan kebenaran dan keabsahan sesuatu perbuatan,
maupun pascakolonial, hampir tidak ada satupun juga sebagai penyaringan unsur-unsur yang berten-
yang mengaitkan gerakan-gerakan itu dengan tangan dengan tata aturan sosial dan adat kebiasaan,
kehidupan, kegiatan, dan pemikiran wanita Islam. sehingga dengan demikian nilai-nilai agama dapat
Akibatnya, hingga saat ini sulit ditemukan hasil menjadi landasan moral dan etik bagi kemajuan
kajian dan tulisan yang memadai yang dapat apapun yang akan dicapai oleh masyarakat, terutama
oleh kaum wanitanya.
15
Patriarchy adalah prinsip yang mendasari segala
Apabila menengok ke belakang dengan memper-
subordinasi, tidak hanya subordinasi perempuan pada lihatkan langkah-langkah yang telah dicapai dalam
kaum laki-laki, namun juga dominasi antara tuan yang pembangunan nasional, maka dapat diketahui
dijajah, dominasi anak-anak oleh orang tua, ataupun bahwa usaha untuk mengintegrasikan wanita dalam
dominasi dalam bentuk hak monarki ataupun pada proses pembangunan telah jelas tercermin dalam
Clergy. Jadi patriarchy adalah semangat rasisme, kelas, Garis-Garis Besar Haluan Negara (1988) yang
kolonialisme, dericalisme dan juga sexism.Secara mendasar menyatakan “Wanita, baik sebagai warga negara
patriarchy adalah struktur kekuasaan/ kekuatan kelelakian, maupun sebagai sumber insani bagi pembangunan,
dimana semua hubungan dipahami dalam term mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang
superioritas dan inferioritas.Yang menjadi korban sama dengan pria di segala bidang kehidupan bangsa
patriarchy kalau begitu tidak hanya kaum perempuan, dan dalam segenap kegiatan pembangunan.” Ini
melainkan juga kaum laki-laki. Lihat Sheneider, Sandra,
adalah keputusan politik hasil kesepakatan wakil-
Women and the World. (New York: Paulist Press, 1986).
wakil rakyat dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat
16
Fakih, Mansour, Mebincang Feminisme Diskursus
Gender Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996),
dan merupakan komitmen yang harus dilakukan.
50
ESENSIA, Vol. 16, No. 1, April 2015

Pendekatan empatik terhadap suatu agama yang menunjukkan otoritasnya dalam keluarga, padahal
didasarkan pada pengetahuan yang benar tentang perempuan yang menjalankan kekuasaan yang
kondisi yang melingkupinya, demikian pula sangat sebenarnya dalam urusan rumah tangga. Konsep
penting untuk menyadari perbedaan pengalaman keagamaan yang sama terkadang diterapkan secara
perempuan secara lintas agama, budaya dan waktu. berbeda oleh laki-laki dan perempuan, dan versi laki-
Setiap orang harus memberikan perhatian yang cermat laki mungkin tampak menekan bagi perempuan,
terhadap perbedaan-perbedaan yang mempengaruhi tetapi tidak selalu versi laki-laki itu yang menonjol
dan membentuk dunia makna perempuan. Para dalam pikiran perempuan. Oleh karena itu, mungkin
penulis esai-esai ini tidak semata-mata perempuan ada perbedaan antara persepsi dengan praktik; atau
yang mendukung metode fenomenologi, tetapi juga apa yang tampak sebagai pengasingan perempuan
sejarawan berpengalaman yang mendasarkan analisis oleh laki-laki dalam aspek-aspek agama tertentu
mereka pada fakta-fakta yang dapat diverifikasi secara mungkin sesungguhnya merupakan akibat dari
terbuka. Sementara hasilnya tentu saja terbuka sesuatu, bukan karena rasa benci kepada perempuan;
untuk diperdebatkan. Esai-esai ini tidak berharga atau mungkin sama dengan pengasingan laki-laki
dalam usaha mereka untuk mengimbangi fakta-fakta oleh perempuan dalam kegiatan keagamaan tertentu.
kasar dengan persepsi yang benar tentang fenome- Oleh karena tidak mungkin membuat generalisasi
nologi dan sejarah agama-agama. tentang perempuan dalam agama-agama dunia atas
Jika pengetahuan tentang perempuan dan agama dasar satu agama, maka suatu studi kompratif tentang
telah matang melalui satu metodologi yang canggih, posisi perempuan dalam agama-agama besar akan
pertumbuhannya ke arah kedewasaan juga terpantul menghasilkan pemahaman yang sangat berharga.
dalam uraian tentang sejarahnya. Di patriarkhal yang Tentu saja semua generalisasi cenderung memiliki
sangat mempengaruhi perempuan memberikan banyak kekurangan. Jika fakta-faktanya dipertimbang-
sebagai yang ditindas. Di dalam pengertian bahwa kan dengan sangat sempit, maka generalisasi akan
gynocentrism adalah kebalikan dari androcentrism, gagal; jika fakta-faktanya dipertimbangkan secara
pandangan ini medistorsi kenyataan. Banyak orang longgar, generalisasi akan gagal; jika fakta-faktanya
yang setuju bahwa kritik keras terhadap perempuan dipertimbangkan secara longgar, generalisasi akan
secara tradisional merupakan tahap yang sangat gagal; jika fakta-faktanya dipertimbangkn secara
penting; kesadaran kita telah diubah oleh apa yang longgar, generalisasi tercapai tetapi mencangkup
ditunjukkan oleh perspektif baru ini. Oleh karena terlalu banyak pokok pembicaraan.
stereotip-stereotip itu juga memiliki kadar kebenaran Agama-agama dunia disebut agama patriarkhal.17
tertentu, yang mungkin memotret satu aspek paling Artinya apakah agama itu hanya suatu ciptaan atau
ekstrim dari satu agama ketika ia mempelajari wanita proyeksi kepentingan dan khayal laki-laki serta suatu
perhatian kepada stereotip-stereotip itu mungkin dasar pembenar bagi keinginan laki-laki untuk
menjadi katalisator penting untuk melakukan merendahkan dan menguasai perempuan? Atau
reformasi. Meskipun demikian, banyak pemikir yang apakah kata sifat ‘patriarkhal’ hanya mengacu kepada”
agaknya mulai mempertimbangkan lagi keanekara- suatu sistem organisasi sosial yang di dalamnya garis
gaman yang terdapat dalam agama-agama dunia, di keturunan dan pewarisam ditelusuri melalui garis
samping kesamaan sifat patriarkhalnya. Semua itu laki-laki”? Atau apakah ungkapan itu mengacu kepada
tidak dapat diringkas dengan gambaran tentang pema- realitas dan sejarah social yang sangat rumit yang
sungan kaki perempuan dalam masyarakat Cina, sati tidak hanya melibatkan diferensiasi jenis kelamin,
dalam masyarakat Hindu, purdah dalam masyarakat tetapi juga simbolisasi penciptaan dan berhubungan
Islam dan praktik sihir dalam masyarakat Kristen. dengan pengaturan peranan jenis kelamin dengan
Jika kita memutuskan untuk sementara menge- mengacu kepada fakta-fakta seperti geografi, sosial,
sampingkan kritik-kritik kontemporer terhadap ekonomi, dan psikologi?
agama patriarkhal mengenai kedudukan perempuan Perbedaan yang tampak antara agama-agama
yang rendah, maka keragaman itu akan sangat jelas. suku dan agama-agama yang di dunia adalah bahwasa-
Sebagai contoh, kadang-kadang ditemukan bahwa
otoritas dan kekuatan laki-laki tidak selalu dijumpai Arvind Sharma, Perempuan-perempuan Dalam
17

secara bersamaan. Adakalanya laki-laki mungkin Agama-agama, (Yogyakarta: Suka press, 2006), 2.
Feminisme Islam di Indonesia -- Nafsiyatul Luthfiyah

nya dalam agama-agama suku, rasa iri hati dan Dengan munculnya istilah gender, maka yang
ketakutan terhadap perempuan diungkapkan secara menjadi isi utama di sini bukan hanya kaum perem-
mitis samaan yang lebih besar dalam hal pengakuan puan, melainkan juga kaum laki-laki. Dalam gender,
kekuasaan perempuan dan keinginan laki-laki untuk keikutsertaan kaum laki-laki merupakan persyaratan
mencurinya. Tetapi dalam agama-agama dunia, rasa utama. Hampir mustahil terjadi kesetaraan gender
iri ini sangat ditekan sebagai akibat dari ketidak- bila tidak ada keterlibatan dari pihak laki-laki. Karena
samaan dominasi laki-laki dan ambivalensi yang itu, penemuan istilah gender membantu sekali untuk
mendalam tentang perempuan. Akibatnya, rasa iri mewujudkan masyarakat yang setara, yang tidak
terhadap perempuan ini ditolak secara kategoris oleh saling subordinasi dan perbudakan satu sama lain,
laki-laki; meskipun demikian, tanda-tandanya masih baik kaum laki-laki maupun perempuan, yang
dapat dipelajari dalam imajinasi-imajinasi budaya diridhai oleh agama. Prinsip dasar agama Islam adalah
dan cerita-cerita dalam masyarakat patriarkhi dari tauhid, yang melarang umat manusia memperbudak
agama-agama dunia. umat manusia lainnya. Di dalam ajaran tauhid, hanya
Salah satu contohnya adalah fakta bahwa semua ada satu pengabdian yakni kepada Allah dan di depan
agama dunia memperhatikan kemapanan keluarga. Allah manusia setara, kecuali kualitas ketakwaan
Apakah perkawinan itu suci atau sekedar kontrak, mereka. Ketakwaan bukan jenis kelamin, tetapi ia
apakah berdasarkan perintah atau pilihan, apakah adalah gender, sangat tergantung kepada perilaku
hidup membujang itu “agung” dan perkawinan itu masing-masing jenis kelamin. Jika demikian, maka
“rendah” diakui sangat penting bagi masyarakat, dan
digambarkan dalam konstelasi sanksi-sanksi
keagamaan. Kemapanan keluarga merupakan suatu dengan mendefinisikan gender sebagai perempuan maka
upaya untuk menciptakan ketertiban pada saat perjuangan kesetaraan kehilangan potensi pendukungnya
terjadinya kehancuran sosial yang sangat hebat dan karena biasanya urusan perempuan hanya diminati oleh
untuk memberikan ketentraman kepada laki-laki, perempuan saja. Ini setidaknya bisa kita amati dari
citra diri laki-laki dan terutama sekali adanya penerus pengalaman para aktivis dan pejuang hak-hak perempuan
setelah kematian. Struktur sosial partiarkhi menjadi dilapangan. Dukungan masyarakat kurang luas karena
sangat penting pada saat ini, karena patrilineal atau adanya asumsi bahwa gender adalah urusan perempuan,
garis keturunan laki-laki dan suksesi melalui garis laki-laki tidak terlihat.
laki-laki menjamin kesinambungan ini seperti yang Patut diakui bahwa sebelum muncul gender baik
tercermin dalam otoritas, kekuasaan dan control laki- sebagai istilah maupun sebagai alat analisis untuk kesen-
jangan laki-laki dan perempuan, memang dikenal apa
laki atas instuisi-instuisi sosial yang penting.
yang sering disebut sebagai perjuangan pembebasan kaum
perempuan. Pembebasan kaum perempuan ini muncul
Al-Qur’an sebagai Pondasi Nilai Keadilan Gender
dengan berbagai istilah, misalnya emansipasi perempuan,
Sebelum masuk ke definisi al-Qur’an dan hadis feminisme, dan pembebasan perempuan.Masing-masing
(Sunnah, lebih globalnya), perlu disisipkan istilah tersebut memiliki latar sejarah sosial, politik, dan
pemahaman yang berlaku dikalangan umum tentang budaya sendiri, namun bila diteliti secara seksama semua
penyamaan gender dan perempuan. Banyak sekali istilah tersebut memiliki tujuan yang hampir serupa, yakni
orang yang menyamakan pemahaman dan pengertian untuk memperjuangkan pembebasan perempuan dari
gender dan perempuan. Penyamaan ini disebabkan ketertindasan. Ketertindasan dari segala macam hal: ideo-
karena pihak yang menyuarakan hak-hak gender logy, agama, budaya, struktur politik dan lain sebagainya.
sering kali adalah kalangan perempuan. Penyamaan Karena idiom yang digunakan masih eksklusif, tidak
tersebut sama sekali tidak benar dan bahkan cen- heran bila pendukung gerakan pembebasan perempuan
derung menyesatkan.18 adalah perempuan.Ada laki-laki yang terlibat di dalamnya,
namun tidak banyak.Hanya mereka yang benar-benar
18
Pertama, itu sama sekali tidak benar karena definisi menyadari dan memahami ketertindasan kaum perem-
gender memang bukan perempuan. Kedua, menyesatkan puan dalam berbagai dimensilah yang terpanggil ikut
karena menyamakan definisi gender dengan perempuan memperjuangkan hak-hak perempuan.Bagi para feminis
berarti kita mereduksi universalitas istilah gender itu laki-laki ini, pengebirian atas hak asasi manusia universal.
sendiri.Jika demikian, maka yang dirugikan adalah Karena hak asasi perempuan adalah bagian dari hak asasi
kalangan perempuan.Kenyataannya memang demikian, manusia itu sendiri.
ESENSIA, Vol. 16, No. 1, April 2015

kesetaraan gender bisa dikatakan sebagai salah satu yang tidak pernah habis. Sebab, seiring berubahnya
bentuk perwujudan konsep tauhid.19 zaman, tuntutan, dan konteks, terjadilah perubahan
Prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah dalam pembumian ajaran al-Qur’an dan sunnah
persamaan antara manusia, baik antara laki-laki dan Nabi Muhammad. Hal ini disebabkan status al-
perempuan, maupun antara bangsa, suku, dan Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad yang bersifat
keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan yang abadi dan tidak berubah, sementara persoalan-
kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang persoalan yang dihadapi umat Islam selalu berubah
hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada dan berkembang demikian cepet, sesuai dengan
Tuhan Yang Maha Esa. perubahan zaman dan teknologi.
Al-Qur’an bukan semata-mata koleksi hukum-
hukum. Kitab suci ini bukan hanya sekedar berisi
serangkaian perintah-perintah dan hukum-hukum
kering tanpa komentar. Al-Qur’an berisi huku-
hukum maupun sejarah, seruan-seruan maupun
“Wahai manusia!Sungguh, Kami telah menciptakan kamu interpretasi tentang penciptaan, dan pokok-pokok
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku lain yang tidak terhitung banyaknya. Sebagaimana
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling Al-Qur’an kadang-kadang menetapkan aturan-aturan
mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”20 bagi tindakan dan perilaku dalam bnetuk hukum,
demikian pula al-Qur’an memberikan penafsiran
Karena itu, masalah seputar status wanita dalam tentang eksistensi dan wujud. Ia menerangkan
studi Islam sampai sekarang masih tetap menjadi rahasia-rahasia hikmah penciptaan bumi dan langit,
isu menarik dan penting dibahas. Sebab sikap dan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, rahasia
praktek kaum muslim terhadap kaum wanita hidup dan mati, kebesaran dan penderitaan,
hampir sepanjang sejarah kaum Muslimin, menurut pertumbuhan dan pemerosotan, kemakmuran dan
sejumlah ilmuwan, tidak sejalan dengan salah satu kemiskinan.
pesan dan misi pokok yang diperjuangkan Nabi Al-Qur’an bukanlah risalah tentang filsafat,
Muhammad dengan agama Islam yang dibawanya. namun ia telah mengungkapkan secara eksplisit
Fakta sejarah membuktikan sebaliknya, hampir pandangan-pandangannya tentang ketiga topik
sepanjang sejarah Muslim, kaum wanita ditempatkan filsafat: alam semesta, manusia dan masyarakat.
pada posisi inferior sementara laki-laki berada pada Bukan saja al-Qur’an mengajarkan hukum-hukum
posisi superior. Padahal al-Qur’an menempatkan kepada orang-orang yang beriman kepadanya, dan
posisi wanita sejajar dengan laki-laki. bukan saja ia memberikan petunjuk-petunjuk dan
Dengan demikian tidak berlebihan kalau seruan, tetapi ia juga memberikan kapada para
dikatakan, bahwa menulis isu sekitar status wanita pengikutnya suatu jalan pemikiran yang khas, suatu
dalam Islam, lebih-lebih kalau berusaha membukti- pandangan dunia yang perintah Islam tentang urusan-
kan bahwa posisi kaum wanita yang ingin diletakkan urusan kemasyarakatan, misalnya hak pemilikan,
al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad adalah pemerintahan, hak-hak keluarga dan lain-lain, adalah
mensejajarkannya dengan kaum laki-laki, berarti keterangan yang sama yang diberikan al-Qur’an
sama artinya dengan memperjuangkan pembumian tentang penciptaan dan ihwal dunia.
ajaran al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad. Salah satu hal yang dikomentari al-Qur’an yang
Lebih dari itu, persoalan pembumian ajaran al- masalah penciptaan wanita dan pria. Al-Qur’an tidak
Qur’ann dan sunnah Nabi Muhammad, hampir dalam terdiam dari dalam hal ini, dan tidak memberikan
segala aspek kehidupan adalah termasuk perjuangan kesempatan kepada orang-orang yang berbicara kosong
untuk mengemukakan filsafat mereka tentang
hukum-hukum mengenai pria dan wanita, dan
19
Syafiq Hasyim, Bebas Dari Patriarkhisme Islam,
kemudian menuduh Islam sebagai bersikap meremh-
(Jakarta: Kata Kita, 2010), 40-41
kan wanita berdasarkan teori-teori mereka sendiri.
20
TerjemahanAl-Qur’an dari bi Rosm Ustmanidalam
Surat Al-Hujurat, ayat 13, terbitan CV. Mubarokatan
Thoyyibah: Kudus, Yayasan Arwaniyah, 2013, 516
Feminisme Islam di Indonesia -- Nafsiyatul Luthfiyah

Islam telah meletakkan pandangan-pandangannya antara fungsi-fungsi biologis dengan fungsi-fungsi


mengenai wanita.21 sosial.
Apabila hendak melihat pandangan al-Qur’an Meskipun demikian, al-Qur’an memang berbicara
mengenai penciptaan wnaita dan pria, maka perlu tentang laki-laki yang memiliki kelebihan dan
mengkaji penciptaan mereka sebagaimana yang keunggulan sosial atas perempuan. Engineer me-
diceritakan dalam kitab-kitab suci agam lainya. Al-Qur’an nyarankan ayat seperti ini harus dilihat dalam konteks
tidak mendiamkan pokok ini. Kita mesti melihat sosialnya yang tepat. Struktur sosial pada zaman Nabi
apakah al-Qur’an memandang wanita dan pria sebagai tidaklah benar-benar mengakui kesetaraan laki-laki
satu hakekat esensi ataukah dua. dan perempuan. Orang tidak dapat mengambil
Dengan ungkapan yang lebih tegas, salah satu pandangan yang semata-mata teologis dalam hal
misi pokok al-Qur’an tentang wanita adalah memposisi- macam ini. Orang harus menggunakan pandangan
kannya sejajar dengan laki-laki. Ada sejumlah nash sosioteologis. Bahkan al-Qur’an pun terdiri dari
yang dapat dicatat untuk menunjukkan pandangan ajaran yang konstektual dan juga normatif. Tidak
ini. Ayat al-Qur’an yang secara tegas menyebut, akan ada kitab, suci yang bisa efektif jika mengabaikan
bahwa wanita dan laki-laki adalah sejajar, seperti konteksnya sama sekali.22
disebutkan dalam al-Baqarah (2): 187 dan 228. Selan-
jutnya asal-usul manusia laki-laki dan perempuan, Simpulan
adalah satu (jiwa yang satu) seperti disebutkan dalam Islam juga melaksanakan prinsip hak-hak
al-Nisa’ (4):1, al-Hujurat (49):13, bahwa laki-laki dan manusiawi bagi wanita dan pria tidak menentang
perempuan mendapat ganjaran yang sama dari amal kesederajatan hak antara wanita dan pria, tetapi
pekerjaan (baik dan buruk), Al-Mu’min (40):40, dan menentang kesamaan hak bagi keduanya. Islam telah
lain-lain. mengakhiri praktek memandang kaum wanita secara
Al-Qur’an menegaskan bahwa perempuan merendahkan dan menghina, Al-Qur’an telah mem-
adalah seperti laki-laki, makhluk ciptaan Allah, yang berikan keseimbangan dalam sejarah yang ditutur-
juga mempunyai kewajiban beribadat kepada Allah kannya, pahlawan-pahlawan bukan hanya pria saja-
(Q.S Adz. Dzariat: 56), ia seperti juga laki-laki, adalah Ulama-ulama Islam telah membangun dasar falsafah
anak turun Adam, yang dimuliakan Allah (Q.S. Al- hak-hak yang menerangkan prinsip keadilan, deklarasi
Isra’:70). Mereka adalah pasangan kaum laki-laki hak-hak manusia adalah suatu falsafah, bukan
(Q.S. An-Naba’:8), dan bersama-sama dengan kaum hukum.
laki-laki mereka juga akan mempertanggungjawab- Persepektif keadilan gender ini seringkali diguna-
kan secara individual setiap kreasi dan pilihannya kan untuk pembelaan terhadap kaum perempuan
(Q.S. Maryam: 93-5). Dan seperti kaum laki-laki yang diperlakukan secara tidak adil. Bersamaan
Mukmin, para Mukminat yang beramal saleh dijanji- dengan itu, muncullah kajian-kajian tentang femi-
kan Allah untuk dibahagiakan selama hidup di duni, nisme yang kompleks, sekelompleks persoalan
dan abadi dengan masuk surge (Q.S. An-Nahl: 97, ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan. Di
At-Taubah:72). kalangan Islam pun kemudian muncul feminisme
Dalam pandangannya, ada beberapa alasan Islam yang digunakan sebagai perspektif dalam islamic
munculnya dorongan al-Qur’an ke arah kesetaraan studies yang dapat diintegrasikan dan interkoneksiakan
perempuan dan laki-laki. Pertama, Al-Qur’an dengan kajian sosial-kebudayaan kontemporer.
memberikan tempat yang terhormat kepada seluruh Banyak studi dan tulisan tentang Islam di Indo-
manusia, yang meliputi perempuan dan laki-laki. nesia, terutama studi yang diarahkan kepada gerakan-
Kedua, secara norma-etis al-Qur’an membela prinsip- gerakan Islam baik pada masa penjajahan maupun
prinsip kesetaraan perempuan laki-laki. Perbedaan pascakolonial, hampir tidak ada satupun yang
struktur biologis, menurut al-Qur’an, tidak berarti mengaitkan gerakan-gerakan itu dengan kehidupan,
ketidaksetaraan dan status yang didasarkan pada kegiatan, dan pemikiran wanita Islam. Akibatnya,
jenis kelamin. Menurutnya, kita harus memberdakan
22
Waryono, Muh. Isnanto, Gender dalam Islam: Teks
21
Morteza Mutahhari, Wanita dan hak-haknya dalam dan Konteks, (Yogyakarta: PSW UIN Sunan kalijaga Bekerja-
Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986), 94-95 sama dengan TAF [The Asia Foundation], 2009), 23-24
ESENSIA, Vol. 16, No. 1, April 2015

hingga saat ini sulit ditemui hasil kajian dan tulisan perbedaan bawaan alamiah yang biasa disebut
yang memadai yang dapat menggambarkan situasi perbedaan fitrah dan perbedaan tanggung jawab
serta aktivitas wanita Islam di Indonesia baik itu sosial sebagai akibat dari perbedaan fitrah tersebut.
sebagai suatu kajian yang tersendiri ataupun sebagai Namun demikian perbedaan yang disebut terkahir
bagian dari studi gerakan keagamaan itu. ini juga sedang mengalami pergeseran karena
Apabila kita harus membicarakan perbedaan perubahan dan perkembangan masyarakat yang
antara kaum pria dan wanita dalam masyarakat semakin maju.
Indonesia, tidak lain perbedaan itu disebabkan oleh
Feminisme Islam di Indonesia -- Nafsiyatul Luthfiyah

Daftar Pustaka
Hasyim, Syafiq. Bebas Dari Patriarkhisme Islam. Jakarta: Kata Kita, 2010.
Hasyim, Syafiq. Feminisme dan Fundamentalisme. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2005.
Isnanto, Muh, Waryono. Gender dalam Islam: Teks dan Konteks, PSW UIN Sunan kalijaga Bekerjama dengan
TAF (The Asia Foundation): Yogyakarta, 2009.
Marhumah, Ema Konstruksi sosial Gender di pesantren studi Kuasa Kiai atas wacana perempuan, Lkis:
Yogyakarta, 2011.
M. Marcoes-Natsir, Lies Johan Hendrik Meuleman, Kumpulan Makalah Seminar Wanita Islam Indonesia
Dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual (Jakarta: Seri INIS XVIII, 1993).
Mansour, Fakih Mebincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam, (Risalah Gusti: Surabaya, 1996.
Muhammad, Husein, Islam Agama Ramah perempuan Pembelaan Kiai Pesantren, (LKIS: Yogyakarta, 2007.
Mutahhari, Morteza Wanita dan hak-haknya dalam Islam, Penerbit Pustaka: Bandung, 1986.
Musthofa, Ibnu Wanita Islam menjelang Tahun 2000, Al-Bayan (kelompok Penerbit Mizan): Bandung, 1995.
Musdah Mulia, Siti, Muslimah Reformis perempuan pembaru keagamaan, Mizan Pustaka: Bandung, 2005.
Najwah, Nurun dkk, Dilema Perempuan Dalam Lintas Agama dan Budaya, (PSW UUIN Sunan Kalijaga
Bekerja sama dengan IISEP-CIDA: Yogyakarta, 2005).
Sharma, Arvind, Perempuan-perempuan Dalam Agama-agama, Suka press: Yogyakarta, 2006.
Terjemahan Al-Qur’an dari bi Rosm Ustmani dalam Surat Al-Hujurat, ayat 13, terbitan CV. Mubarokatan
Thoyyibah: Kudus, Yayasan Arwaniyah, 2013.
Yamani, Mai Feminisme dan islam: perspektif Hukum dan Sastra diterjemahakan dari Edisi Bahasa Inggris: Feminism
and Islam: legal and literary Perspectivis Ithaca Press, Garnet Publishing Ltd., Londodn penerjemah Purwanto,
penerbit Nuansa Yayasan Nuansa Cendekia: bandung, 2000.

Anda mungkin juga menyukai