PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan perkembangan modern di Mesir selalu dimulai dengan
ekspedisi Napoleon tahun 1798 M ke Mesir yang diikuti oleh pasukan meliter,
500 masyarakat sipil, dan 500 wanita.1 Di antara masyarakat sipil terdapat 167
ahli dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan membawa dua set alat
percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani.
Peristiwa ini telah menggugah ulama dan rakyat Mesir dari tidur panjang.
Dari sinilah timbulnya kesadaran umat Islam di Mesir dan pada umumnya tentang
kelemahan dan keterbelakangan serta pengakuan atas kemajuan yang luar biasa
yang telah di capai oleh Prancis, dan dunia barat pada umumnya. Di samping
kemajuan materi, ekspedisi Napoleon di Mesir juga membawa ide-ide baru bagi
umat Islam, yaitu: Republik, Egalite, yaitu Nasionalisme.
1). Sistem pemerintahan republik yang menetapkan kepala negara dipilih
untuk waktu tertentu (bukan menjadi kepala negara seumur hidup), 2) Ide
persamaan (egalite) yang memandang semua orang memiliki kedudukan yang
sama di hadapan hukum tanpa melihat keturunan, kekayaan, dan agama. 3) Ide
kebangsaan yaitu adanya kesatuan pandangan politik yang didasarkan pada
persamaan nasib dan cita-cita perjuangan karena memiliki kesamaan tradisi
budaya, bahasa, dan ras2.
Dalam makalah ini hanya akan dikemukakan perkembangan ide dan
pemikiran beberapa murid Muhammad Abduh, yaitu Qasim Amin, Farid Wadji.
B. Rusumsan Masalah
1. Bagaimana Riwayat Hidup, ide dan pemikiran Qasim Amin?
2. Bagaimana Riwayat Hidup, ide dan pemikiran Farid Wadji?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Riwayat Hidup, ide dan pemikiran Qasim Amin
2. Untuk mengetahui Riwayat Hidup, ide dan pemikiran Farid Wadji
1
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran Gerakan, (Jakarta:Bulan
Bintang, 1975), hal. 30.
2
Kamal, Abu. abukamalcommunity.blogspot.co.id : 2014
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sugiyanto. Murid dan Pengikut Muhammad Abduh. sugisholeh.blogspot.co.id : 2011
4
Ibid., hlm. 2
5
Niswah, Choirun. Pembaharuan Pemikiran Modern Dalam Islam. 2016. Palembang:
Noer Fikri. Hal.73
6
Niswah, Choirun. Ibid., hal. 73-74
7
Ibid., hal. 74
2
Dalam hal pembaharuan di masyarakat ia lebih mengutamakan dalam hal
memperbaiki nasib wanita. Wanita yang terbelakang dan jumlahnya sekitar
seperdua dari jumlah penduduk Mesir, merupakan hambatan dalam
pelaksanaan pembaharuan, karena itu kebebasan dan pendidikan wanita perlu
mendapat perhatian. Ide inilah yang kemudian dikupas Qasyim Amin dalam
bukunya tahrir al-marah (emansipasi wanita). Ide Qasyim Amin yang banyak
menimbulkan reaksi di zamannya ialah pendapat bahwa penutupan wajah
wanita bukanlah ajaran Islam.8
Adapun karya yang di hasilkan Amin diantarnnya, Mishr wa al-
Misriyyum wa al-NNataij wa akhlaq al- Waiz, Tarbiyyat al-Marat wa al-
Hijab da Marat al-Muslimat. Dari sekian karyanya betapa Amin termotivasi
dan mencoba mengembangkan gagasan Abduh tenntang kemakmurann
masyarakat dan kepentingan bersama.
8
Niswah, Choirun. Ibid.,hal.74
9
Ibid.. Hal.75
3
5. Para ulama berpendapat bahwa aurat kaum wanita adalah seluruh
tubuh kecuali muka dan telapak tangan
6. Pandangan masyarakat terhadap wanita begitu rendah, boleh di madu
seenaknya saja.
Adapun perubahan yang dilakukan Qasim Amin pada masa itu diantaranya:
4
menunjukkan tingkah lakunnya terhadap segala sesuatu yang
bermanfaat.
c. Pendidikan akhlak dan budi pekerti juga harus diberikan sedini
mungkin kepada perempuan agar dapat menanamkan jiwa
kemanusiaan, pergaulan dalam keluarga dan kerabat menjadi lebih
baik.
d. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan seumur hidup.
4. Tentang perkawinan
Tradisi memandang rendah terhadap kedudukan perempuan berkembang
di kalangan berpenndidikan dan ulama. Selain itu juga praktek poligami
liar berkembang di Mesir, hal ini menurut Amin sebagai penyebab
kemerosotan harkat dan martabat perempuan, karena semakin tinggi harkat
dan martabat seorang perempuan maka semakin menurun pula praktek
poligami.
12
Ibid., hlm.78
13
Ibid., hlm.79
5
5. Tentang penceraian
Amin menyebutkan hukum asal dari mengakhiri perkawinan (talak) adalah
haram. Amin berharap hak-hak dan perlindungan hukum terhadap kaum
perempuan agar terhindar dari perlakuan talak bebas kaum laki-laki.
Sebagaimana dengan laki-laki, menurut amin perempuan juga diberi hak
cerai.14
14
Ibid., hlm.79-80
6
dalam majalah al-Wujdiyat (1910). Ensiklopedi ini ia beri judul Dairah
Marifah al-Qarn al-Isyrin (Ensilopedi Abad Kedua Puluh), sebanyak sepuluh
jilid yang selesai ia tulis tahun 1918.
Menurut pengakuannya, ensiklopedi ini, yang banyak mengandung ide-
ide modern, ia tulis tanpa bantuan orang lain. Sejak November 1921 ia menjadi
redaktur sejumlah surat kabar dan majalah yang terbit di Mesir. Kemudian sejak
tahun 1933 sampai tahun 1952 ia dipercaya menjadi pemimpin redaksi majalah
Nur al-Islam yang diterbitkan oleh Universitas al-Azhar yang kemudian
berubah nama menjadi majalah al-Azhar majalah ini bertujuan untuk membela
kepentingan Islam dan kaum muslimin. Dalam kaitannya dengan Islam majalah
ini dalam pimpinan Farid Wajdi menampilkan ketinggian asas-asas ajaran
Islam, menunjukkan patokan-patokan dan kebenaran ajarannya, memelihara
tauhid dan ibadahnya, serta membela Islam dari paham dan pandangan hidup
kaum materialis. Majalah ini mendorong umat Islam agar memajukan
kebudayaan dan peradaban Isalam dan mengahpus keragu-raguan umat Islam
terhadap kebenaran ajaran Islam dan persesuaiannya dengan pendidikan yang
sehat dan filsafat serta mengikuti pola pemikiran modern.
Dalam tulisan-tulisannya, Farid Wajdi berusaha membela Islam terhadap
serangan-serangan dari luar dan menunjukkan kebenaran Islam. Ia mengritik
para sarjana Barat yang menilai Islam dari praktek-praktek umat Islam yang
berada dibawah kekuasaan mereka. Menurutnya, apa yang dipraktekkan umat
dan dijadikan dasar oleh para sarjana Barat dalam menilai Islam tidaklah
memberi gambaran yang sebenarnya tentang Islam. Sebab dalam praktek itu
terdapat banyak bidah yang bertentangan dengan ajaran Islam sebagai terdapat
dalam Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Hal ini terjadi karena pemahaman umat
Islam masih sangat dangkal terhadap ajaran agamanya, sehingga mereka tidak
dapat membedakan mana yang sesuai atau bertentangan dengan Islam.
Dalam kedudukannya sebagai pembaharu, Farid Wajdi, yang juga
dikenal sebagai pengikut Muhammad Abduh, mengemukakan pandangan
bahwa Islam sebenarnya tidak bertentangan dengan peradaban modern. Karena
Islam tidak hanya mementingkan hubungan langsung antara manusia dan Allah
SWT, tetapi juga mengandung prinsip-prinsip ajaran bagi pengembangan
7
kebudayaan dan peradaban manusia, yaitu prinsip persamaan dalam
kemanusiaan, prinsip musyawarah dalam kehidupan bermasysrakat dan
bernegara, prinsip kebebasan berpendapat, perasaan, dan keamuan, serta prinsip
persatuan atas dasar toleransi dan penekanan pada pentingnya kesejahteraan
manusia. Ia juga mengemukakan bahwa untuk mewujudkan perkembangan
pemikiran dan kebudayaan dalam Islam diperlukan adanya kebebasan akal dan
pengetahuan.
Dalam menjelaskan ini semua ia mengaitkannya dengan aspek
sosiologis dan budaya. Baginya Islam sesuai dengan Peradaban. Sedangkan
bagi Muhammad Abduh, peradaban yang sejati sesuai dengan ajaran-ajaran
Islam. Karena itu, menurutnya, umat Islam dalam membangun dan memajukan
kebudayaan Islam jangan ragu untuk mengadakan asimilasi dengan
pengetahuan dan peradaban modern. Ia juga berpandangan bahwa orang
dibolehkan menerjemahkan makna Al-Quran ke dalam bahasa Non Arab.
Dalam bidang kepercayaan ia tidak membenarkan orang yang mengaku dapat
melihat dan berdialog dengan jin. Hal ini baginya tidak masuk akal. Karena jin
adalah makhluk yang bukan berbentuk materi seperti manusia.
Pemikirannya mempengaruhi Hasan al-Banna (1906 1949; tokoh
pembaharu Mesir), dan Ikhwanul Muslimin, organisasi yang dipimpimnnya,
karena Hasan al-Banna sering menghadiri majelis pengajiannya disamping
mengunjungi majelis Muhammad Rasyid Rida. Pemikirannya juga
mempengaruhi tokoh-tokoh pembaharu di India, seperti Halli dan Syibli, yang
mengadakan kontak dengan Farid Wajdi dan Muhammad Rasyid Rida. Di
Indonesia Soekarno sering mengutip pandangan Wajdi baik dalam tulisan
maupun dalam pidatonya. Ia mengingatkan umat Islam Indonesia bahwa
pemikiran Islam akan berkembang di Indonesia bila ada kebebasan semangat,
akal, dan pengetahuan. Karena itu ketiga kebebasan ini harus dikembangkan
dan membuang pemikiran tradisional.
Karya-karya farid Wajdi yang terpenting antara lain adalah: al-Falsafah
al-Haqqah fi Badai al-Akwan (Filsafat yang Benar tentang Keindahan Alam);
al-Madaniyah wa al-Islam (Peradaban modern dan Islam); Dairah Maarif al-
8
Qarn al-Isyrin (Ensiklopedi abad ke-20; 10 jilid, dicetak oleh maktabah al-
Ilmiah al-Jadidah, Beirut, 1918); dan sejumlah tulisan dalam majalah al-Azhar.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam dunia islam yang disebut modern dan mempunyai tujuan untuk
membawa umat islam kepada kemajuan. Salah satu tokoh dari pembaharuan
dalam islam ialah Muhammad Abduh. Pendapat pendapat dan ajaran
ajarannya atas pembaharu dunia islam yang pada umumnya terutama dunia arab
melalui karangan karangan Muhammad Abduh dan melalui tulisan tulisan
murid serta pengikutnya, diantara murid dan pengikut muhammad abduh ialah :
1. Qosim Amin
Qosim Amin adalah seorang ahli hukum yang belajar diperancis dan
mempunyai hubungan persahabatan dengan muhammad abduh, sehingga beliau
dikatan murid dan pengikut muhammad abduh. Disini terdapat perbedaan antara
guru dan murid, muhammad abduh masih terikat pada masa lampau, sedangkan
Qosim Amin telah mulai melepaskan diri dari ikatan masa lampau dan lebih
banyak ke masa depan.
2. Muhammad Faridh Wajdi
Beliau adalah seorang banyak membaca dan mengarang untuk membela
islam terhadap serangan dari luar. Diantara karangan karangan ialah Al
Madaniah Wa Al islam (peradaban modern dan islam) dan juga buku
Ensiklopedia yang bernama Dairah Al Maarif Al - Quran Al Isyrim yang
tersususn dari sepuluh jilid.
10
DAFTAR PUSTAKA
11