disusun untuk memenuhi tugas Hak Asasi Manusia dalam Hubungan Internasional
Disusun Oleh:
Eqqi Syahputra
14050117120001
PENDAHULUAN
Hak asasi manusia mulai menjadi perhatian yang penting semenjak berakhirnya perang
dingin pada tahun 1991. Menurut David P Forsythe, HAM dianggap sebagai hak moral yang
fundamental, penting yang dimiliki seseorang, dan sangat diperlukan agar manusia memiliki
martabat hidup. Dalam dunia Internasional, telah banyak kejadian-kejadian pelanggaran dan
kejahatan yang erat kaitannya dengan HAM. Hal ini menjadikan HAM sebagai fokus dari dunia
Internasional itu sendiri. HAM merupakan suatu hal yang ruang lingkupnya bersifat Universal.
Maka dari itu,sudah menjadi kewajiban semua aktor beserta seluruh elemennya di dunia
Declaration of Human Rights (UDHR) yang diproklamirkan di Paris oleh Majelis Umum PBB
pada 10 Desember 1948, sebagai sebuah standar umum yang wajib dipenuhi oleh seluruh
individu dan negara. Deklarasi ini juga merupakan sebuah simbol pertama bahwa hak asasi
manusia yang fundamental harus dilindungi dan dijunjung tinggi secara universal.1
Walau begitu, adanya standar umum tadi tidak menjamin bahwa tercapainya HAM
yang dijunjung tinggi telah terlaksana. Masih ada pelanggaran HAM dan prinsip-prinsip HAM
yang belum tercapai di berbagai negara belahan dunia. Pelaku pelanggaran HAM bukan saja
1
United Nations. “Universal Declaration of Human Rights”. United Nations. http://www.un.org/en/universal-
declaration-human-rights/ (accessed March 17, 2019)
aktor perorangan saja, namun, negara pun dapat menjadi aktor terjadinya pelanggaran dan tidak
tercapainya HAM.
bentuk dan tingkat pelanggarannya, yaitu pelanggaran HAM ringan dan berat. Untuk
pelanggaran HAM ringan, yaitu HAM yang berkaitan dengan penghambatan kebebasan
berpendapat, hak kesetaraan, hingga kebebasan berekspresi, yang mana tidak sampai
mengancam keselamatan jiwa manusia. Sedangkan HAM berat merujuk pada penghilangan
hak hidup seseorang, baik terhadap Individu maupun terhadap suatu kelompok tertentu, seperti
HAM dalam kaitannya dengan kesetaraan gender tergolong dalam pelanggaran HAM
yang tergolong ringan. Meski tergolong dalam pelanggaran HAM ringan, efek dari tidak
tercapainya kesetaraan gender ini bisa semakin memburuk jika tidak cepat mendapat perhatian
dan penyelesaian dari elemen-elemen setempat. Bahkan, kasus tidak tercapainya kesetaraan
gender masih rentan terjadi di negara-negara benua Eropa, yang mana menjadi masalah
lantaran sudah dapat dikatakan bahwa negara-negara di Benua Eropa sangat mengedepankan
kemajuan kesetaraan gender. Kesetaraan dan keadilan gender merupakan salah satu tujuan dari
Development Goals (MDGs). Tujuan-tujuan ini disepakati pada Konferensi Tingkat Tinggi
Millenium PBB pada September Tahun 2000. Target MDGs tersebut disepakati untuk dicapai
Salah satu contoh kasus dimana negara di benua Eropa masih belum mencapai HAM
dalam kesetaraan gender, ialah di Islandia. Banyak wanita di Islandia memprotes keadilan
HAM dalam kesetaraan gender, khususnya, dalam hal kesenjangan upah gender dan masalah
masalah lain yang secara khusus mempengaruhi wanita Islandia. Bahkan, pada tahun 1975,
ribuan pekerja wanita di Islandia pernah beramai-rami mogok kerja dari tempat mereka untuk
memprotes upah mereka dan mengancam akan berhenti bekerja secara permanen. 3 Hal ini
membuktikan ketika para pekerja wanita ini pergi dari suatu lembaga atau dimanapun itu, para
wanita ini ialah suatu pilar yang sangat penting di masyarakat, sama halnya dengan pria.4
Jelas, hal ini sebagai pelanggaran HAM yang mana pemenuhan hak kesetaraan wanita
di Islandia tidak terpenuhi, lantaran adanya kesenjangan upah dimana pekerja laki-laki
mendapatkan upah lebih dibanding pekerja wanita. Hal ini tentunya mempengaruhi pemerintah
Islandia untuk mengeluarkan aksi yang mana tujuannnya demi pemenuhan HAM khususnya
2
Puspitawati, Herien. 2012. Pengenalan Konsep Gender, Kesetaraan dan Keadilan Gender. Makalah.
3
IFSW. “Pekerja Sosial di Islandia adalah Bagian dari Protes Mengenai Kesenjangan Upah dan Isu-Isu Lain yang
secara Khusus Mempengaruhi Perempuan di Islandia”. https://www.ifsw.org/id/social-workers-in-iceland-are-
part-of-the-protest-regarding-the-wage-gap-and-other-issues-that-specifically-affect-women-in-iceland/
(accessed March 17, 2019)
4
Michael Chapman. “Gender Equality in Iceland”. https://guidetoiceland.is/history-culture/gender-equality-
in-iceland (accessed March 17, 2019)
Islandia melalui Perdana Menterinya, Katrin Jakobsdottir, pada November 2018,
mengakui bahwa Kesenjangan upah terkait gender masih ada di Islandia, perempuan masih
tidak memiliki kekuatan yang sama di dunia keuangan dan bisnis, serta masih memiliki
masalah serius soal kekerasan berbasis gender, kekerasan serta pelecehan seksual.
Islandia tentunya juga mencoba menjadikan usaha-usaha mereka ini dalam membuat kebijakan
luar negerinya. Perjuangan untuk hak-hak perempuan adalah perjuangan untuk hak asasi
manusia yang fundamental dan menuntut perubahan secara Global. Sejumlah kebijakan-
kebijakan yang ada di Islandia sebagian besar diperuntukkan untuk kesejahteraan perempuan.
Tidak hanya menyangkut kebijakan dalam negeri, tetapi juga berpengaruh dalam kebijakan
luar negerinya. Islandia juga mencoba untuk mempromosikan kebijakan kesetaraan gendernya
Dalam memeahami permasalahan HAM dalam kesetaraan gender ini, dapat digunakan
beberapa konsep untuk menganalisa kasus ini sehingga didpatkan definisi yang tepat.
Setidaknya, Makalah ini akan menggunakan dua konsep dalam membahas permasalahan ini,
yaitu konsep kesetaraan gender dan konsep kebijakan luar negeri feminist.
Internasional?
1.3. Landasan Konseptual
Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial
perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud
apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Kesetaraan Gender sendiri
dapat diartikan kondisi dimana perempuan dan laki-laki menikmati status yang setara dan
memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hakhak asasi dan potensinya bagi
pembangunan di segala bidang kehidupan. Kesetaraan gender dapat tercapai apabila ada
kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui proses budaya dan kebijakan yang
sumberdaya pembangunan.
pengambilan keputusan.
sumberdaya pembangunan.
Konsep kebijakan luar negeri feminis pertama kali dipopulerkan pada bulan Desember
2014 oleh Menteri Luar Negeri Swedia Margot Wallstrom. Wallstrom mengklarifikasi bahwa
5
Puspitawati, Herien. 2012. Pengenalan Konsep Gender, Kesetaraan dan Keadilan Gender. Makalah.
apa yang dia maksudkan dengan kebijakan luar negeri feminis adalah tindakan yang dilakukan
untuk tujuan kesetaraan gender, sebuah ide yang didasarkan pada gagasan Smart Power, dan
menegaskan bahwa Separuh dari populasi yang sejauh ini hampir dikecualikan dan dilupakan,
yaitu wanita, akan selalu terlibat dalam pernanan dunia. Tindakan dari konsep ini tentu
dilakukan untuk bekerja menuju kesetaraan gender. Wallstrom bukan satu-satunya politikus
pertemuan 2016 Komite PBB tentang Status Wanita, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau
mengutip "komitmen untuk memajukan kesetaraan gender secara global yang diperbarui dan
berjanji untuk mengambil peran yang lebih besar dalam membentuk masa depan yang
Wallstrom telah menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri feminis berarti berdiri
melawan subordinasi sistematis perempuan secara global dan prakondisi untuk mencapai
tujuan-tujuan kebijakan pembangunan dan keamanan luar negeri. Hal ini pula yang coba
kehidupan. Artinya, tidak ada lagi kesenjangan Hak Asasi kesetaraan gender antara wanita dan
6
Christine Alwan & Laurel Weldon. 2017. What is Feminist Foreign Policy? An Exploratory Evaluation of
Foreign Policy in OECD Countries. Paper Proposal.
BAB II
PEMBAHASAN
Islandia, negara kecil dengan populasi mencapai 336 ribu jiwa, dimana sejak 1970,
semakin banyak perempuan Islandia terjun ke lapangan pekerjaan dan terus berada di
di Islandia yang terjun ke lapangan pekerjaan tidak dibarengi dengan adanya kesetaraan
upah gaji dengan kaum pria dan masih kurangnya hak kaum perempuan dalam kesempatan
untuk berpartisipasi dalam dunia politik. Hal ini biasa disebut dengan istilah Gender Gap.
Para pekerja di Islandia di kontrak dan dinilai bukan dari tingkat pendidikan atau pekerjaan
yang mereka lakukan, tetapi berdasarkan dari perbedaan gender mereka. Jika dirata-rata,
pekerja perempuan di Islandia menerima gaji 14 sampai 18 persen lebih rendah dari
pekerja laki-laki.
Hal besar terjadi pada tanggal 24 Oktober 1975, ketika para pekerja wanita
Islandia, yang diperkerakan lebih dari 90 persen perempuan di Islandia yang terlibat saat
itu, berhenti dari segala aktivitas harian mereka hari itu, untuk menyuarakan keadilan.
Mereka mendemo terutama dalam masalah kesetaraan upah/gaji dan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. tecatat, ini adalah ke-enam kalinya para perempuan
di Islandia turun kejalanan untuk memprotes tidak tercapainya hak kesetaraan gender,
namun, 24 Oktober 1975 adalah hari terbesar protes kaum perempuan di Islandia.7
7
Fimela. “Sama-Sama Bekerja, Kenapa Perempuan Tidak Dapat Hak Sama Dengan Laki-Laki?”.
https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3772701/sama-sama-bekerja-kenapa-perempuan-tidak-
dapat-hak-sama-dengan-laki-laki (accessed March 18, 2019)
Tentu hal ini membuktikan bahwa ketika para pekerja wanita ini pergi dari suatu
lembaga atau dimanapun itu, para wanita ini ialah suatu pilar yang sangat penting di
Sebuah hal yang menyedihkan ketika masyarakat dan para perusahaan menggaji
pekerja berdasarkan gender mereka. Lama kelamaan, hal ini menjadi sesuatu yang
terlabeling, dan ironisnya, masyarakat luas akan terbiasa dengan hal itu. Selama 50 tahun
lebih, para pekerja perempuan Islandia tidak mendapat upah yang sesuai, sekalipun mereka
berada pada posisi dan punya tanggung jawab pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Itulah
Tidak hanya dalam hal kesetaraan upah, dalam hal politik, Negara Islandia masih
belum mencapai Hak yang adil bagi kaum perempuan, dimana kaum perempuan berperan
sangat minor dalam politik pemerintahan Negaranya. Tercatat, hanya ada 2-3 orang
Lebih lanjut, ada Asosiasi perempuan pertama di Islandia didirikan pada tahun
1869 di sebuah daerah kecil di bagian utara Islandia bernama Kvenfélag Ripurhrepps atau
jika diartikan berarti kelompok wanita Ripurhrepps.8 Asosiasi ini mendeklarasikan bahwa
ada asosiasi perempuan selanjutnya bernama The Icelandic Women’s Organization pada
tahun 1894. Organisasi ini sebenarnya bertugas mengumpulkan dana untuk membangun
partisipasi politik perempuan dari satu protopolitik.pada tahun yang sama, berdiri juga
yang namanya The Icelandic Women’s Right Association, dimana organisasi ini berfokus
8
Kvennablaðið. “Kvenfélag Rípurhrepps – elsta kvenfélag landsins”.
https://kvennabladid.is/2015/11/04/kvenfelag-ripurhrepps-elsta-kvenfelag-landsins/ (accessed March 18,
2019)
pada keadilan hak asasi, hak pekerjaan, hak pilih perempuan dalam melawan
mereka sendiri (Bandalag kvenna). Terdapat total 11 organisasi perempuan pada masa itu,
kebanyakan dari mereka adalah masyarakat philantropic yang berusaha untuk mengurangi
masalah akibat pertumbuhan kota dan kemajuan industri tetapi tanpa memperhatikan
kesejahteraan sosial. Pada pemilihan dewan kota pada tahun 1922, partai-partai politik
menolak untuk menempatkan perempuan dalam kursi politik. Hal ini tentu saja membuat
Pertanyaan terbesar dari permasalahan ini ialah apakah ada penyelesaian dalam
masalah diskriminasi hak asasi kesetaraan gender? Jawabannya tentu saja ada. Setelah
yang sangat besar pada upaya-upaya menghapus ketimpangan gender. Dalam hal
kesetaraan upah pekerjaan, pada 2017, Islandia menjadi negara di dunia yang merancang
pelarangan pembedaan gaji berdasarkan gender, satu tahun kemudian, Islandia telah
mengesahkan undang-undang baru yang membuat pemberian upah terhadap pria lebih
banyak dari perempuan menjadi hal yang ilegal secara hukum. Undang-undang ini mulai
berlaku sejak 1 Januari 2018. Berdasarkan peraturan baru tersebut, perusahaan dan instansi
pemerintah atas kebijakan persamaan gaji antara pria dan perempuan. Perusahaan dan
instansi yang gagal membuktikan kesetaraan gaji antara pria dan wanita, akan
mendapatkan denda. Sebenarnya, sejak 2006, Sejak 2006, Islandia telah menutup sekitar
10 persen dari total kesenjangan gaji berdasarkan gender sehingga menjadikannya salah
satu negara dengan tingkat pertumbuhan tercepat di dunia. Namun, Undang-Undang yang
9
Kvenréttindafélag Íslands. “Icelandic Women’s Rights Association (IWRA)”.
https://www.womenlobby.org/Icelandic-Women-s-Rights-Association-IWRA (accessed March 18, 2019)
sah baru saja terlaksana pada 2018 lalu. Sejak 2009 , Islandia sembilan tahun berturut-turut
menjadi berada di peringat pertama sebagai negara dengan kesetaraan gender terbaik di
dunia versi World Economic Forum (WEF). Dagny Osk Aradottir Pind, anggota Dewan
Asosiasi Hak Perempuan Islandia mengatakan, urusan upah telah menjadi topik hangat di
antara wanita selama bertahun-tahun. Adanya aturan baru ini membuatnya lega, karena
nasib wanita menjadi lebih baik. Pemerintah Islandia juga berencana sepenuhnya secara
Tak hanya dalam hal kesetaraan upah, Islandia juga berupaya untuk menghapus
kesenjangan kesetaraan gender di bidang politik. Pada tahun 1983 berdiri organisasi yang
mencakup keseluruhan partai politik perempuan di Islandia yaitu The Women’s Alliance
sebelumnya, hanya ada 2-3 saja orang perempuan yang duduk di kursi parlemen selama
70 tahun lamanya. Namun, setelah adanya The Woman’s Alliance, perempuan yang duduk
di parlemen dari 5% meningkat menjadi 15% setelah pemilihan pertama dimana organisasi
ini bergabung. Setelah adanya berbagai gerakan organisasi perempuan untuk menyuarakan
kesetaraan gender dalam bidang politik, hingga sekarang ini, separuh anggota dari
gender ini. Sepanjang tahun 1990-an kemajuan terus terjadi di berbagai bidang. Penelitian
dan kemajuan akademik mengenai isu gender meningkat, terutama setelah berdirinya
10
Komang Triyani. “Kesetaraan Gender, Gaji Pekerja Wanita dan Pria di Islandia Setara”.
https://www.idntimes.com/news/world/komang-triyani/kesetaraan-gender-gaji-di-islandia-c1c2/full (accessed
March 18, 2019)
Centre for Women’s and Gender’s Studies pada tahun 1990 dan pembentukan Gender
Studies pada tahun 1996 di Universitas Islandia. Pada tahun 1995, sebuah pasal baru
harus sama dalam segala hal. Untuk menghadapi sikap masyarakat mengenai isu-isu
kesetaraan gender, Feminist Association of Iceland didirikan pada tahun 2003 dan
Pada tahun 2009, Johanna Sigurdardottir menjadi perdana menteri perempuan pertama
gender di Islandia, dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi di Islandia telah melanggar
hak asasi kesetaraan gender, khususnya terhadap wanita. Hal ini dapat dilihat dari 4 wujud
Yang pertama, ialah Akses. Akses disini diartikan kesempatan yang sama bagi
sudah memiliki akses yang setara dalam pembangunan yang mana dalam hal ini ialah
yang ada tidak memberikan gaji yang setara pula terhadap para wanita. Jika dirata-rata,
pekerja perempuan di Islandia menerima gaji 14 sampai 18 persen lebih rendah dari
pekerja laki-laki.jelas, wujud kesetaraan gender dalam hal akses tidak dapat terpenuhi
11
“Gender Equality In Iceland. Information on Gender Equality Issues in Iceland.” Centre for Gender Equality
Iceland.
disini. Yang kedua ialah wujud Partisipasi, dimana diartikan dengan perempuan dan laki-
laki berpartisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan
keputusan erat kaitannya dengan kebijakan yang diambil pemerintah dalam hal politik.
Dengan adanya data dimana hanya ada 2-3 orang perempuan yang duduk di kursi parlemen
selama 70 tahun lamanya. Alhasil, tentunya kaum perempuan kurang berperan dan
Wujud konsep kesetaraan gender yang ketiga ialah Kontrol. Wujud Kontrol dalam
konsep kesetaraan gender diartikan dengan kaum perempuan dan laki-laki mempunyai
gender dalam hal pengambilan keputusan, tentunya hal ini juga berepengaruh besar
pembanguan. Wujud konsep kesetaraan gender yang terakhir ialah Manfaat. Sesuai
artinya, manfaat dalam hal ini diartikan bahwa pembangunan di segala aspek harus
mempunyai manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Dalam konteks masalah
gender gap di Islandia, dikarenakan minimnya peran kaum wanita dalam pengambilan
wujud manfaat dalam konsep kesetaraan gender disini sama sekali tidak berjalan. Dengan
adanya protes keras berulang kali untuk memprotes kesetaraan upah, serta dibentuknya
berbagai macam organisasi perempuan untuk menyuarakan dan mencapai tujuan hak asasi
manusia, membuktikan bahwa wujud manfaat dalam konsep kesetaraan gender mengenai
domestik mereka hingga sampai sekarang, perubahannya sukses karena Islandia adalah
negara yang kecil secara geografik, warganya saling berhubungan erat , dan arus informasi
bergerak cepat. Sejak 2009 , Islandia sembilan tahun berturut-turut menjadi berada di
peringat pertama sebagai negara dengan kesetaraan gender terbaik di dunia versi World
Dengan berbagai gerakan dan pembenahan dalam hal kesetaraan gender yang
dalam kebijakan luar negeri mereka, serta berperan penting dalam hal kerjasama
Internasional. Namun bagaimana cara Islandia untuk menekankan hal hak asasi
kesetaraan gender untuk kerjasama Internasional?. Hal ini dapat dijelaskan melalui
konsep Politik Feminisme. Konsep kebijakan luar negeri feminis yang pertama kali
dipopulerkan oleh Menteri Luar Negeri Swedia Margot Wallstrom merujuk pada tindakan
yang dilakukan untuk tujuan kesetaraan gender, sebuah ide yang didasarkan pada gagasan
Smart Power dari kaum wanita yang akan selalu terlibat dalam pernanan dunia.
Dari sisi perspektif, kebijakan feminis memang jarang menonjol dalam hubungan
internasional. Namun hal ini tidak berlaku di Islandia. Islandia telah berhasil
yang memainkan peran politik dalam pembentukan kebijakan luar negeri, meningkatnya
jumlah perempuan dalam Layanan Luar Negeri, dan aktivisme feminis di dalam dan luar
Awalnya, kebijakan feminisme hanya menjadi misi individu, lama kelamaan, hal ini
dilihat dari Islandia yang menjadi salah satu negara pertama yang mengadopsi rencana
aksi nasional untuk Resolusi 1325 Dewan Keamanan PBB tentang Perempuan,
Perdamaian dan Keamanan. Ada Komite Nasional untuk UNIFEM (NC) di Islandia
didirikan pada bulan Desember 1989, dan merupakan organisasi Islandia pertama yang
berfokus pada status perempuan di seluruh dunia meskipun ia dibangun di atas tradisi
tidak akan fokus pada penggalangan dana, tetapi lebih pada upaya mendorong pemerintah
untuk memberikan kontribusi tahunan yang signifikan kepada UNIFEM (United Nations
negeri di Islandia, serta yang berkaitan dengan penekanan tujuan Pembangunan Milenium
yang difokuskan pada kondisi perempuan dan anak perempuan. Perubahan ini, sekali lagi,
terjadi pada saat yang sama ketika perempuan memasuki pembuatan kebijakan luar
negeri, baik dalam naik pangkat dari Layanan Luar Negeri, bertambah jumlahnya di
Parlemen, dan mengambil kendali secara politis dari kantor Menteri Luar Negeri. Komite
terhadap kesetaraan gender dalam kebijakan luar negeri Islandia. Perhatian lainnya juga
datang dari lembaga internasional. Di antaranya adalah laporan yang disusun oleh
Elisabeth Rehn dan Ellen Johnson Sirleaf dan diterbitkan oleh UNIFEM, Women, War,
Peace. Laporan ini menyajikan dokumentasi yang sangat persuasif tentang perlunya
mengarusutamakan perspektif gender di arena internasional. Argumen yang dikemukakan
dalam laporan dan dipromosikan oleh PBB dan berbagai LSM di seluruh dunia, di mana
berbagai forum.12
Dampak dari tindakan ini adalah untuk menganalisa dan berupaya untuk
negara berkembang mengalami ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia. Atas
alasan inilah, Islandia mendukung proyek-proyek tertentu, mendanai dan terlibat dalam
Islandia menekankan kerjasama dengan negara-negara Nordik, Uni Eropa, isu Kutub Utara
merupakan prioritas utama Islandia dalam kerjasama pembangunan dan juga sebuah tujuan
Islandia tahun 2013-2016. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa kesetaraan gender
merupakan hak asasi manusia dan kesetaraan sesungguhnya adalah salah satu prinsip inti
dari konsep hak asasi manusia. Visi kesetaraan gender Islandia dalam kerjasama
pembangunan juga didasarkan pada asumsi bahwa kesetaraan gender merupakan prasyarat
bagi kemajuan dan pembangunan. Kesetaraan gender tidak hanya penting dalam
12
Silja Bara Omarsdottir. “Feminism’s Influence on Iceland’s Foreign Policy”. https://www.e-
ir.info/2012/08/21/feminisms-influence-on-icelands-foreign-policy/ (accessed March 20, 2019)
produktivitas dalam masyarakat, seperti, menguatkan lembaga-lembaga dan
Dalam pembentukan strategi kebijakan luar negeri yang berbasis gender, Islandia
telah mengadopsi Resolusi Dewan Keamanan PBB (The United Nations Security Council
Resolution 1325 (2000) on women, peace and security). Resolusi ini menekankan
pentingnya partisipasi perempuan dalam penyelesaian konflik secara damai. Hal ini juga
dituangkan dalam Iceland’s Plan of Action for the Implementation of United Nations
Security Council Resolution 1325 (2000). Selain rencana aksi nasional, dalam kebijakan
luar negerinya, Islandia juga membentuk Strategy for Iceland’s Development Cooperation
2011-2014 yang diadopsi dari Althingi pada 10 Juni 2011. Strategi ini berdasarkan UU no.
utama dari UU ini adalah untuk mengambil pendekatan holistik terhadap kebijakan
pembangunan Islandia. Oleh karena itu, strategi ini mencakup kerjasama multilateral dan
bilateral, bantuan kemanusiaan dan upaya perdamaian. Tujuan utama dari usaha Islandia
Salah satu kampanye terbesar Islandia adalah memberikan bagi perempuan untuk
disini ialah yang dimaksud dalam perubahan perubahan kebijakan dan situasi di lingkup
Komite Nasional Islandia untuk UNIFEM memberikan bantuan sebesar US$ 1,4
juta pada 8 Maret 2008, setelah berkampanye selama seminggu untuk mengumpulkan dana
bagi UN Trust Fund untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan yang dikelola
oleh UNIFEM. Kontribusi Islandia akan memungkinkan UN Trust Fund untuk mendanai
Kongo dan Sudan. Pada tahun 2011, untuk pertama kalinya Islandia melakukan penerapan
pedoman umum yang diperkenalkan oleh Kementerian Luar Negeri dan ICEIDA, untuk
akan ada anggaran khusus yang akan dikontribusikan kepada NGO pada tahun 2012.
pendidikan bagi anak laki-laki dan perempuan dan menyediakan kesempatan belajar
membaca dan menulis untuk memberantas buta huruf. Untuk tujuan ini, Islandia
bentuk kepedulian Islandia terhadap pendidikan adalah dengan membentuk The Gender
13
Ministry for foreign affairs & icelandic international development agency. “Gender Equality in Iceland’s
Internatonal Development Co-operation”. 2013
Program ini mengajak para laki-laki dan perempuan dari negara berkembang maupun
negara koflik/ pasca konflik untuk mengikuti kursus pelatihan 3-6 bulan secara intensif
mengenai ide-ide, kebijakan dan praktek mengenai kesetaraan gender. Hal ini juga
merupakan tempat untuk melakukan dialog transnasional dan interaksi antara peserta dari
Ada juga peran kesetaraan gender di Islandia dalam dunia Internasional, yaitu
bidang kesehatan. Tingginya angka kematian ibu di banyak negara miskin di dunia,
mengindikasikan kekurangan yang serius dalam pelayanan kesehatan yang tersedia bagi
perempuan dan kondisikondisi tersebut berkaitan dengan posisi sosial spesifik gender
di Distrik Mangochi melalui The Public Health Programme yang merupakan bagian dari
Mangochi District Council dan di danai oleh ICEIDA. Periode program ini adalah 4 tahun
dari Juli 2012 hingga Juni 2016. Fokus utamanya adalah terhadap kesehatan ibu dan anak
khususnya dalam mengurangi angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu.14
Melalui penekanan terhadap masalah kesehatan ibu, program ini berusaha untuk mengatasi
salah satu masalah utama perempuan di Malawi yang pada saat yang sama merupakan
dalam misi perdamaian dan rekonstruksi merupakan kontribusi penting yang dilakukan
oleh salah satu negara anggota PBB tanpa angkatan bersenjata dan satu-satunya negara
14
“Mangochi ICEIDA Partnership in Public Health. Part II of the Mangochi Basic Services Programme (MBSP).”
ICEIDA Programme Document 2012 – 2016.
anggota NATO tanpa militer. Pemerintah Islandia secara khusus memberikan perhatian
dan rekonstruksi pasca konflik. Islandia kemudian membentuk Iceland Crisis Response
Unit (ICRU). ICRU merupakan sebuah organisasi penjaga perdamaian sipil yang memiliki
kekuatan dan karakteristik yang berbeda. Beragam keahlian terutama pengetahuan dan
pelatihan khusus telah ditunjukkan ICRU dalam berpartisipasi di berbagai misi dan
mensuplai personil perempuan untuk mengisi beberapa posisi di daerah yang dilanda
perang.15 Pada tahun 2009, Islandia melakukan perluasan kerjasama dengan menjadi
penasehat gender di Republik Serbia. Hal ini merupakan bagian dari perjanjian antara
UNIFEM dan Kementerian Luar Negeri Islandia untuk mendukung kesetaraan gender dan
menerapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325. Resolusi ini menekankan pentingnya
mengintegrasikan kepentingan perempuan secara khusus selama dan setelah konflik untuk
15
“Iceland Crisis Response Unit. Annual Report 2007.” Ministry for Foreign Affairs. 2008.
16
Purnama Sugesti, Gebi. “Pengaruh Feminisme Terhadap Kebijakan Luar Negeri Islandia (2008-2013).”
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hak asasi manusia merupakan hal yang harus dijunjung tinggi dan harus
didapatkan oleh setiap manusia. Setiap pelanggaran hak asasi manusia tentunya akan
menjadi sorotan secara global karena sifatnya yang universal dan mutlak harus dipenuhi
oleh setiap manusia, tanpa adanya pengecualian ras, suku, agama, dan gender,
Dalam hal gender, ternyata hal ini dapat menimbulkan tidak tercapainya keadlian
hak asasi manusia. Budaya patriarki yang masih turun temurun dalam kehidupan sosial di
dunia, menyebabkan adanya kesenjangan dan tidak tercapainya hak asasi bagi kaum
wanita. Peran laki laki yang terlalu mendominasi dalam keputusan politik, hak sosial, dan
penguasaan properti, membuat kaum wanita menjadi terdiskriminasi. Hal inilah yang
Mulai dari sangat minimnya jumlah wanita yang berada di bangku parlemen untuk
membuat kebijakan politik, dimana tercatat hanya ada 2 sampai 3 orang wanita yang ada
di parlemen selama 70 tahun, hingga kesenjangan upah terhadap kaum wanita di mana
Banyak protes yang dilakukan oleh kaum wanita di Islandia selama 50 tahun lebih.
Puncaknya yang terbesar, terjadi pada tahun 1975, ketika 90% wanita Islandia turun ke
jalanan untuk menyurakan haknya yang tidak tercapai di berbagai elemen kehidupan
sosial.
ini. Islandia mulai memberikan perhatian yang sangat besar pada upaya-upaya menghapus
ketimpangan gender. Pada 2017, Islandia menjadi negara di dunia yang merancang
pelarangan pembedaan gaji berdasarkan gender, satu tahun kemudian, Islandia telah
mengesahkan undang-undang baru yang membuat pemberian upah terhadap pria lebih
banyak dari perempuan menjadi hal yang ilegal secara hukum. Undang-undang ini mulai
berlaku sejak 1 Januari 2018. Dalam bidang politik, Pada tahun 1983 berdiri organisasi
yang mencakup keseluruhan partai politik perempuan di Islandia yaitu The Women’s
politik, hingga sekarang ini, separuh anggota dari keseluruhan anggota parlemen, ialah
wanita. Sejak 2009 , Islandia sembilan tahun berturut-turut menjadi berada di peringat
pertama sebagai negara dengan kesetaraan gender terbaik di dunia versi World Economic
Forum (WEF).
Dengan berbagai gerakan dan pembenahan dalam hal kesetaraan gender yang
dalam kebijakan luar negeri mereka, serta berperan penting dalam hal kerjasama
kebijakan luar negeri yang dibuktikan dengan menonjolnya isu-isu perempuan dalam
suatu konflik. Islandia juga menyumbang dana untuk UN Trust Fund mendanai proyek
pendidikan, membentuk The Gender Equality Studies and Training Programme (GEST
Distrik Mangochi melalui The Public Health Programme yang merupakan bagian dari
partisipasi mereka dalam negosiasi perdamaian dan rekonstruksi pasca konflik melalui
khususnya di Islandia, tentu hal ini perlu disorot menjadi hal yang sangat penting. Meski
tergolong HAM ringan, namun nyatanya hal ini dapat berdampak besar terhadap kondisi
domestik suatu negara. Dengan pemerintah dan kondisi Negara Islandia yang cekatan
dalam menangani masalah kesenjangan gendernya, serta belajar dari kesalahan masa lalu,
Islandia mencoba mempromosikan dan berperan penting dalam dunia Internasional betapa
pentingnya peran dan kontribusi wanita dalam berbagai permasalahan sosial kesetaraan
gender di berbagai negara, seharusnya dapat dijadikan contoh oleh berbagai negara di
dunia dan lingkup Internasional untuk mencapai apa yang dinamakan dengan HAM dalam
kesetaraan gender.
DAFTAR PUSTAKA
Christine Alwan & Laurel Weldon. 2017. What is Feminist Foreign Policy? An Exploratory
Fimela. “Sama-Sama Bekerja, Kenapa Perempuan Tidak Dapat Hak Sama Dengan Laki-Laki?”.
https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3772701/sama-sama-bekerja-
“Gender Equality In Iceland. Information on Gender Equality Issues in Iceland.” Centre for Gender
Equality Iceland.
“Iceland Crisis Response Unit. Annual Report 2007.” Ministry for Foreign Affairs. 2008.
IFSW. “Pekerja Sosial di Islandia adalah Bagian dari Protes Mengenai Kesenjangan Upah dan Isu-
https://www.ifsw.org/id/social-workers-in-iceland-are-part-of-the-protest-regarding-
the-wage-gap-and-other-issues-that-specifically-affect-women-in-iceland/ (accessed
Komang Triyani. “Kesetaraan Gender, Gaji Pekerja Wanita dan Pria di Islandia Setara”.
https://www.idntimes.com/news/world/komang-triyani/kesetaraan-gender-gaji-di-
https://kvennabladid.is/2015/11/04/kvenfelag-ripurhrepps-elsta-kvenfelag-landsins/
https://www.womenlobby.org/Icelandic-Women-s-Rights-Association-IWRA (accessed
Ministry for foreign affairs & icelandic international development agency. “Gender Equality in
Purnama Sugesti, Gebi. “Pengaruh Feminisme Terhadap Kebijakan Luar Negeri Islandia (2008-
2013).”
Puspitawati, Herien. 2012. Pengenalan Konsep Gender, Kesetaraan dan Keadilan Gender.
Makalah.
20, 2019)