1. a.) jenis penyelesian di luar pengadilan jadi dengan cara Arbitrase,
cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak.
b.) dengan cara penyelesian melalui arbitrase karena danya kesepakatan
untuk menyerahkan penyelesaian sengketa-sengketa, baik yang akan terjadi maupun telah terjadi kepada seorang atau beberapaorang pihak ketiga di luar peradilan umum untuk diputuskan Penyelesaian sengketa yang bisa diselesaikan adalah sengketa yang menyangkut hak pribadi yang dapat dikuasai sepenuhnya, khususnya di sini dalam bidang perdagangan industri dan keuangan; dan. Putusan tersebut merupakan putusan akhir dan mengikat (final and binding).
2. a. Dalam kasus antara PT Antar dan PT Farma adalah PT. Farma yg
merupakan produsen obat telah melakukan perjanjian bisnis Distribution Agreement dengan PT. Antar sebagai distributor obat, dalam perjanjiannya bahwa PT.Antar hanya akan menjadi distributor tunggal khusus obat antibiotik ke seluruh Indonesia dalam rentang waktu 5 (lima) tahun mulai Januari 2015 sd Januari 2020, akan tetapi setelah 2 (dua) tahun kerjasama berlangsung, ternyata PT. Farma juga menunjuk perusahaan lain untuk melakukan distribusi obat antibiotik ke luar pulau Jawa, secara tidak langsung merugikan PT. Antar dan menyalahi ketentuan Distribution Agreement. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yg dapat kita temukan adalah: a) PT Farma telah melakukan wanprestasi pada PT Antar, yaitu PT Farma telah menunjuk perusahaan lain selain PT Antar untuk mendistribusikan obat antibiotik ke luar pulau Jawa. Sedangkan berdasarkan perjanjian yg disepakati antara PT Farma dan PT Antar, PT Antar merupakan distributor tunggal obat antibiotik di seluruh Indonesia selama 5 tahun, tetapi dlm kurun waktu 2 tahun berjalan PT Farma menunjuk perusahaan lain sehingga merugikan PT Antar. b) Berdasarkan teori Cohen, maka dapat diidentifikasi bahwa: • terdapat dua pihak yaitu PT Antar dan PT Farma; • keinginan PT Antar agar PT Farma tetap memenuhi perjanjian bisnis Distribution Agreement untuk menjadi distributor tunggal khusus obat antibiotik ke seluruh dlm rentang waktu 5 th; • Baik PT Antar maupun PT Farma masing-masing memiliki kedudukan yg seimbang dalam perjanjian serta sama2 memilik kepentingan. Sehingga, mereka sama2 memiliki pengaruh yg dapat mempengaruhi hasil akhir dari negosiasi tersebut. • Karena sama2 memiliki kepentingan dalam perjanjian bisnis, maka PT Antar dan PT Farma beranggapan bahwa kesepakatan diantara kedua belah pihak lebih penting dibandingkan dengan mengalahkan pihak lain. Sehingga win win solution adalah hasil yg diinginkan oleh para pihak; • PT Antar dan PT Farma memiliki harapan dapat melakukan modifikasi terhadap perjanjian bisnis yg telah disepakati hingga menguntungkan bagi para pihak; • PT Antar dan PT Farma masing-masing memiliki keinginan agar permasalahan mereka tidak diketahui oleh publik, sehingga PT Antar dan PT Farma sama2 memiliki tekad yg kuat untuk menyelesaikan sengketa mereka melalui jalur negosiasi tanpa perlu melibatkan pihak lain dan menanggung kerugian akibat batalnya kontrak kerjasama.
3. a. Dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 dalam Pasal 1
ayat 7, Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh Mediator. Pasal 1 butir 6 Mediator adalah pihak netral yg membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan suatu penyelesaian. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa apabila dalam proses negosiasi antara para pihak yg bersengketa kemudian mengalami jalan buntu atau kegagalan, maka dibutuhkan seorang penengah atau mediator yg dapat bersikap netral yg dapat memimpin atau memandu jalannya proses negosiasi diantara para pihak yg bersengketa. Mediator dibutuhkan untuk mengintervensi suatu proses negosiasi apabila para pihak yg bersengketa memiliki kesulitan dalam menyamakan kehendak dan kepentingan mereka. Seorang mediator dapat meminimalkan perbedaan dan menitikberatkan pada persamaan bagi kedua belah pihak.
b. dengan dasar hukumnya, yaitu karena Mediasi adalah upaya penyelesaian
konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak.Dasar hukum mediasi di pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No.1 Tahun 2008. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
3. Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator.
Sehingga berdasarkan dasar peraturan tersebut untuk mengakomodir
kepentingan para pihak yg bersengketa, UU mengatur bahwa negosiasi, harus dilakukan paling lama 14 hari, lalu apabila tidak dapat diselesaikan dalam 14 hari dapat dilakukan proses mediasi dengan bantuan dari mediator. Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan dari para pihak yg bersengketa, untuk menghindari salah satu pihak dengan itikad buruk memanfaatkan keadaan atau kelemahan pihak lawan untuk menyetujui kesepakatan yg berat sebelah atau merugikan pihak lain. 4. Berdasarkan kasus diatas uraikan model penyelesaian sengketa seperti apa untuk menyelesaikan masalah tersebut beserta dasar hukumnya ? yaitu Pengaturan mengenai alternatif penyelesaian sengketa Dalam perundang- undangan Indonesia dapat dibedakan atas pengaturan yang bersifat umum dan pengaturan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum ditandai dengan perumusan mengenai bentuk-bentuk pranata alternatif penyelesaian sengketa dimana penyelesaian sengketa dapat dilakukan oleh para pihak yang bersengketa dengan atau tanpa melibatkan pihak ketiga. Adapun pengaturan yang bersifat khusus ditandai adanya suatu mekanisme tertentu yaitu penyelesaian sengketa melalui suatu badan atau Lembaga tertentu yang ditetapkan undang-undang. Dengan merujuk pada pengaturannya yang bersifat umum dan khusus, maka model alternatif penyelesaian sengketa dalam perundang-undangan Indonesia juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyelesaian sengketa oleh para pihak yang bersengketa dengan atau tanpa melibatkan pihak ketiga dan penyelesaian sengketa melalui suatu badan atau Lembaga tertentu yang telah disebutkan dan ditetapkan dalam undang- undang. Mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa melalui perundingan dengan bantuan pihak ketiga netral (mediator) guna mencari bentuk penyelesaian yang dapat disepakati para pihak Bedanya dengan negosiasi, bentuk ini selalu melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa. Berdasarkan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999, atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan “seorang atu lebih penasehat ahli” maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik