Anda di halaman 1dari 14

1. 1 BAB I DESKRIPSI KASUS 1.

1 Sejarah Bank Century


Kisah Bank Century berawal dari tahun 1989 ketika didirikan, hingga 20 November 2008
saat ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank gagal yang memiliki dampak sistemik. PT
Bank Century Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 136 tanggal 31 Mei 1989 yang dibuat oleh
Lina Laksmiwardhani, SH, notaris pengganti Lukman Kirana, SH, notaris di Jakarta.
Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C.2-
6169.HT.01.01.TH 89 tertanggal 12 Juli 1989. Didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan pada 2 Mei 1991 dengan No. 284/Not/1991. Anggaran Dasar Bank telah
disesuaikan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 dalam Akta No.
167 tanggal 29 Juni 1998 dari Rachmat Santoso,S.H, notaris di Jakarta. Pada tanggal 16
April 1990, Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari Menteri
Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. 462/KMK.013/1990. Pada
tanggal 22 April 1993, Bank Century memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa
dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No. 26/5/KEP/DIR. Anggaran Dasar Bank
Century telah beberapa kali berubah, terakhir sesuai Akta No. 159 tanggal 29 Juni 2005 dari
Buntario Tigris Darmawa NG, SH, S.E, notaris di Jakarta. Perubahan anggaran dasar ini
telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No. C-
20789.HT.01.04.TH.2005 tanggal 27 Juli 2005. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar
Bank, ruang lingkup kegiatan usaha adalah menjalankan kegiatan umum perbankan
termasuk berdasarkan prinsip syariah. Bank Century memulai operasi komersialnya pada
bulan April 1990. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004, menyetujui perubahan nama PT Bank
CIC Internasional Tbk menjadi PT Bank Century Tbk dan izin untuk melakukan usaha
sebagai bank umum

2 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 462/KMK.013/1990


tanggal 16 April 1990 tentang Peberian Izin Usaha, nama PT Bank CIC Internasional Tbk
dinyatakan tetap berlaku bagi PT Bank Century Tbk. Bank Century berdomisili di Indonesia
dengan 27 Kantor Cabang Utama, 30 Kantor Cabang Pembantu, dan 8 Kantor Kas. Kantor
Pusat Bank beralamat di Gedung Sentral Senayan II, Jl. Asia Afrika No. 8 Jakarta. Dari
jumlah kantor tersebut diatas yang beroperasi sebanyak 63 kantor. 1.1.1 Merger Tiga Bank
Sesuai dengan permintaan Bank Indonesia melalui surat Bank Indonesia tanggal 14
Desember 2001 (yang dipertegas melalui surat Bank Indonesia tanggal 20 Agustus 2004)
dan pertemuan dengan Bank Indonesia pada tanggal 16 April 2004, manajemen Bank dan
pemegang saham pengendali First Gulf Asia Holdings Limited (d/h Chinkara Capital Limited)
setuju untuk melakukan merger dengan PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk untuk
menghasilkan sinergi dan memperkuat permodalan bank hasil merger. Proposal merger
tersebut disampaikan kepada Bank Indonesia pada tanggal 26 April 2004. Pada tanggal 21
Mei 2004, Bank Century, PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk, telah
menandatangani kesepakatan untuk melakukan tindakan hukum penyatuan kegiatan usaha
dengan cara Penggabungan atau Merger dimana Bank Century sebagai “Bank Yang
Menerima Penggabungan” dan PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk sebagai “Bank
Yang Akan Bergabung”. Para pemegang saham PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac
Tbk telah menyetujui penggabungan usaha bank-bank tersebut ke dalam Bank sesuai
dengan risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa masing-masing bank yang
diaktakan masing- masing denga Akta No. 155 dan No. 157 pada tanggal 22 Oktober 2004
dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, notaris di Jakarta. Pada tanggal 7 September 2004,
Bank mengajukan Pernyataan Penggabungan kepada BAPEPAM dalam rangka
penggabungan usaha dengan bank-bank yang menggabungkan diri dan telah mendapat
pemberitahuan efektifnya penggabungan tersebut sesuai dengan surat Ketua BAPEPAM
No. S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004.
3 Berdasarka Akta No. 158 tanggal 22 Oktober 2004 dari Buntario Tigris Darmawa NG, S.H,
S.E, notaris di Jakarta, Bank Century dan bank-bank yang menggabungkan diri yang terdiri
dari PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk dengan persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa telah sepakat melakukan peleburan usaha. Peleburan usaha
dilaksanakan dengan syarat dan ketentuan antara lain sebagai berikut:  Semua kekayaan
dan kewajiban serta operasi, usaha, kegiatan setiap bank yang menggabungkan diri beralih
hukum kepada Bank Century.  Semua pemegang saham bank-bank yang bergabung
karena hukum menjadi pemegang saham Bank Century.  Bank sebagai perusahaan hasil
penggabungan tetap mempertahankan eksistensinya sebagai perusahaan terbatas dan
sebagai bank umum dengan memakai nama PT Bank Century Tbk.  Semua perusahaan
yang menggabungkan diri karena hukum akan bubar tanpa melakukan likuidasi. 1.1.2 Status
Bank Century Sejak tanggal 29 Desember 2005, Bank Century dinyatakan sebagai Bank.
Dalam Pengawasan Intensif sesuai dengan surat BI No. 7/135/DPwB1/PwB11/Rahasia. Hal
ini karena Surat-Surat Berharga (SSB) valuta asing dan penyaluran kredit yang berpotensi
menimbulkan masalah. Status ini terus disandang oleh Bank Century hingga tanggal 6
November 2008, saat ditetapkan menjadi Bank Dalam Pengawasan Khusus (DPK). Sejak
tanggal 6 November 2008, PT Bank Century Tbk ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai
Bank Dalam Pengawasan Khusus. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004
tanggal 26 Maret 2004, No. 7/38/PBI/2005 tanggal 10 Oktober 2005 dan No. 10/27/PBI/2008
tanggal 30 Oktober 2008, status ini ditetapkan paling lama 6 bulan. Pada tanggal 13
November 2008, PT Bank Century Tbk mengalami keterlambatan penyetoran dana pre-fund
untuk mengikuti kliring dan dana di Bank Indonesia yang telah berada dibawah saldo
minimal, sehingga Bank di suspend untuk transaksi kriling pada hari tersebut. Pada tanggal
14 November 2008 sampai dengan 20 November 2008, transaksi kriling sudah dibuka
kembali namun terjadi penarikan dana nasabah secara

4 besar-besaran akibat turunnya tingkat kepercayaan yang timbul sebagai akibat dari
pemberitaan-pemberitaan seputar ketidakikutsertaan Bank pada kriling tanggal 13
November 2008. Pada tanggal 20 November 2008, berdasarkan Surat No.
10/232/GBI/Rahasia, Bank Indonesia menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai Bank
Gagal yang ditengarai berdampak sistemik.

5 Selanjutnya, sesuai denga Perpu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem
Keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui Keputusan No.
04/KSSK.03/2008 tanggal 21 November 2008 menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai
bank gagal yang berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannya kepada Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Sesuai dengan Pasal 40 UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS,
terhitung sejak LPS melakukan penanganan bank gagal, maka LPS mengambil alih segala
hak dan wewenang RUPS, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan lain pada
bank dimaksud. 1.2 Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang Hasil Audt
Investigasi BPK yang diserahkan kepada DPR RI tertanggal 20 November 2009
memaparkan 8 temuan penting, sejak kisah penggabungan (merger) 3 bank hingga
penggelapan dana di Bank Century. Pada intinya, temuan-temuan yang ada mencoba
mengkonfirmasi satu hal, yaitu bahwa penyelamatan Bank Century adalah sebuah
keputusan yang keliru dan diambil dengan tidak memperhatikan berbagai catatan praktek
perbankan yang tidak sehat serta kinerja perbankan yang buruk. Dengan demikian,
keputusan menggelontorkan dana hingga triliunan rupiah terhadap Bank Century sangat
beresiko untuk diselewengkan. Indikasi korupsi terkait dengan kasus ini terutama terlihat dari
terjadinya pelanggaran aturan dan penyalahgunaan wewenang. Berikut beberapa catatan
indikasi korupsi dari laporan BPK : 1. Terkait Merger 3 bank. 2. Terkait Penyaluran Fasilitas
Pinjaman Jangka Pendek (FPJP). 3. Terkait Pengambilan Keputusan KSSK dan Penyaluran
Penyertaan Modal Sementara (PMS). 4. Penyalahgunaan Dana FPJP dan PMS. 1.2.1
Indikasi Korupsi Terkait Penggabungan (Merger) 3 Bank Sebelum penggabungan 3 Bank,
Bank Pikko dan Bank CIC memiliki permasalahan terkait Surat-Surat Berharga (SSB) dan
Capital Adequancy Ratio (CAR).

6 Merger ini diduga untuk menghindari penutupan Bank Pikko dan Bank CIC yang
kondisinya tidak sehat. Sejak penggabungan, status Bank Century selalu bermasalah.
Terdapat beberapa Indikasi Pelanggaran yang terjadi pada saat proses merger ini. BI diduga
memberikan kelonggaran terhadap persyaratan merger yaitu dengan: 1. Aset SSB yang
semula dinyatakan macet oleh BI kemudian dianggap lancar untuk memenuhi performa
CAR. 2. Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang tidak lulus fit and
proper test. 3. Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test. 4. Audit KAP
atas laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC dinyatakan disclaimer. Temuan BPK
terkait penggabungan 3 bank ini adalah sebagai berikut: 1. Akuisisi Bank Danpac dan Bank
Pikko tidak sesuai dengan ketentuan BI. 2. Surat izin Akuisisi Chinkara atas Bank Pikko dan
Bank Danpac tetap dilakukan meskipun terdapat indikasi praktek perbankan yang tidak
sehat dan perbuatan melawan hukum yang melibatkan Chinkara. 3. BI menghindari
penutupan Bank CIC dengan memasukkan Bank tersebut dalam skema merger. 4. Tidak
membatalkan persetujuan akuisisi meskipun tahun 2001-2003 hasil pemeriksaan BI pada
ke-3 bank tersebut menemukan indikasi pelanggaran yang signifikan. 5. Adanya perlakuan
Surat-Surat Berharga (SSB) yang semula macet menjadi lancar dengan rekomendasi KEP
(Komite Evaluasi Perbankan.

Terkait dengan beberapa catatan temuan di atas, dapat dibuat daftar indikasi korupsi
sebagai berikut:

1.3 Proses Penyelidikan Kasus Bank Century di DPR Bergulirnya kasus Bank Cnetury di
DPR merupakan tindak lanjut dari laporan BPK terkait dengan indikasi dugaan
penyalahgunaan wewenang untuk membailout. Secara umum ada 3 tahapan bergulirnya
kasus Bank Century di DPR, yaitu: 1. Tahapan Sidang Pendahuluan Dalam tahapan in
mayoritas anggota dewan menyatakan bahwa ada pelanggaran wewenang kekuasaan yang
dilakukan oleh stakeholder yag terkait (ketua KSSK dan Gubernur BI dalam tahap proses
bail out Century senilai 6,7 triliun). Untuk menindaklanjuti adanya penyelewengan tersebut
maka DPR menyepakati untuk menggunakan salah satu haknya yaitu hak angket
(penyelidikan), artinya DPR melakukan investigasi terhadap kronologis kasus bail out Bank
Century dengan membentuk panitia khusus yang disebut Pansus Century. 2. Tahapan
Investigasi Pansus Century Panitia Khusus Hak Angket Bank Century atau secara umum
disebut Pansus Century adalah sebuah panitia hak angket Dewan Perwakilan Rakyat yang
dibentuk pada tanggal 1 Desember 2009 dalam sebuah Sidang Paripurna Pengesahan Hak
Angket Bank Century terhadap usulan penggunaan hak angket DPR yang diusulkan oelh
503 Anggota DPR tersebut disahkan dan disetujuinya penggunaan hak angket untuk
mengungkap skandal Bank Century dengan didukung oleh seluruh fraksi yang berada di
DPR yakni 9 Fraksi. Latar belakang Panitia Khusus Hak Angket Bank Century berawal dari
para pengawal yang terdiri dari 9 orang yang kemudian hari lebih disebut sebagai Tim 9
yakni Maruarar Sirait (PDI-P), Ahmad Muzani (Gerindra), Andi Rahmat (PKS), Lili Wahid
(PKB), Mukhamad Misbakhun (PKS), Akbar Faisal (Hanura), Chandra Tirta Wijaya (PAN),
Kurdi Mukhtar (PPP), dan Bambang Soesetyo (Golkar) yang disertai fokus penyelidikan
Panitia Angket Century yang diajukan beberapa anggota DPR tersebut adalah sebagai
berikut: a. Mengetahui sejauh mana pemerintah melaksanakan peraturan peundang-
undangan yang berlaku, terkait keputusannya untuk mencairkan dana talangan (bail out) Rp
6,76 triliun untuk Bank Century. Adakah indikasi
b. Pelanggaran peraturan perundangan, baik yang bersifat pidana maupun perdata. c.
Mengurai secara transparan komplikasi yang menyertai kasus pencairan dana talangan
Bank Century. Termasuk mengapa bisa terjadi perubahan Peraturan Bank Indonesia secara
mendadak, keterlibatan Kabareskrim Mabes Polri ketika itu, Komjen Susno Duadji, dalam
pencairan dana nasabah Bank Century, dan kemungkinan terjadi konspirasi antara para
pemegang saham utama Bank Century dan otoritas perbankan dan keuangan pemerintah.
d. Menyelidiki kemana saja aliran dana talangan Bank Century, mengingat sebagian dana
talangan tersebut oleh direksi Bank Century justru ditanamkan dalam bentuk Surat Utang
Negara (SUN) dan dicairkan bagi nasabah besar (Budi Sampoerna). Sementara
kepentingan nasabah kecil justru terabaikan. Adakah faktor kesengajaan melakukan
pembobolan uang negera demi kepentingan tertentu, misalnya politik, melalui skenario bail
out bagi Bank Century. e. Menyelidiki mengapa bisa terjadi pembengkakan dana talangan
menjadi Rp 6,76 triliun bagi Bank Century? Sementara Bank Century hanyalah sebuah bank
swasta kecil yang sejak awal bermasalah, bahkan saat menerima bail out, bank ini dalam
status pengawasan khusus. Rasionalkah alasan pemerintah bahwa Bank Century patut
diselamatkan karena mempunyai dampak sistemik bagi perbankan nasional secara
keseluruhan. f. Mengetahui seberapa besar kerugian negara yang ditimbulkan oleh kasus
bail out Bank Century dan sejumlah kemungkinan penyelamatan uang negara bisa
dilakukan. Sebab lain penegakan hukum, ditengah berbagai kesulitan hidup yang dialami
masyarakat kebanyakan, aspek penyelamatan uang negara ini sangat penting untuk
dijadikan prioritas demi memenuhi rasa keadilan rakyat. Selanjutnya, uang negara yang
dapat diselamatkan bisa digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan rakyat
pada umumnya. Dalam sidang pansus menghasilkan 2 pilihan, yaitu: opsi pilihan A yang
menyatakan bahwa tidak terjadi pelanggaran yang digagas oleh Demokrat, PKB dan
1. 11. 11 PAN, Opsi C bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap bail out century yang
direkomendasikan oleh PDI-P, Golkar dan Hanura. Keanggotaan Panitia Khusus Hak Angket
Bank Century terdiri dari 30 anggota yang berasal dari fraksi yang ada dalam Dewan
Perwakilan Rakyat terdiri dari:  Fraksi Partai Demokrat : Anas Urbaningrum, Yahya
Sacawiria, Benny K Harman, Achsanul Qosasi, Radityo Gambiro, I Wayan Gunastra, Agus
Hermanto, dan Ruhut Sitompul.  Fraksi Partai Golkar : Idrus Marham, Ade Komarudin, Ibnu
Munzir, Bambang Soesatyo, Melkiyas Mekeng, dan Agun Gunanjar.  Fraksi PDI
Perjuangan : Maruarar Sirait, Eva Kusuma Sundari, Ganjar Pranowo, Hendrawan
Supratikno, dan Gayus Lumbuun.  Fraksi PKS : Andi Rahmat, Mahfudz Siddik dan Fahri
Hamzah. (Muhammad Misbakhun sebagai pengusul tidak diikutkan menjadi anggota pansus
oleh Fraksi PKS)  Fraksi PAN : Asman Abnur dan Tjatur Sapto Edy.  Fraksi PKB : Anna
Mu’awanah dan Marwan Ja’far.  Fraksi PPP : Romahurmuziy dan Ahmad Yani.  Fraksi
Gerindra : Ahmad Muzani.  Fraksi Hanura : Akbar Faisal. 3. Sidang Paripurna Setelah
pansus Century menghasilkan keputusan maka selanjutnya permasalahan Bank Century
dibwa kesidang Paripurna. Inti dari sidang paripurna adalah menetapkan status Bank
Century bermasalah atau tidak, opsi A atau opsi C, dalam paripurna itu DPR menyepakati
untuk memilih opsi bahwa telah terjadi penyelewengan kewenangan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah dalam bail out Bank Century. 1.4 Hasil Keputusan Pansus Century
Terdapat 2 opsi yang diajukan untuk voting, yaitu: 1. Opsi A berisi sejumlah kesimpulan
yakni munculnya permasalahan Bank Century akibat dari merger Bank CIC, Bank Pikko dan
Bank Danpac. Kebijakan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa krisis Bank Century
berdampak sistemik
2. 12. 12 hanya berdasarkan Perppu No 4/2008, dan Komite Stabilitas Sektor Keuangan
(KSSK) juga menggunakan Perppu yang sama untuk menetapkan krisis Bank Century
berdampak sistemik. Penetapan ini disertai data-data yang cukup namun Pansus tidak
menemui adanya aliran dana pada salah satu partai dan pasangan calon presiden. Melalui
ini Pansus menyerahkan penilaian kasus Bank Century kepada lembaga hukum. 2. Opsi C
berisi kesimpulan yang lebih tegas, patut diduga terjadi penyimpangan dalam proses
pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan
mulai dari akuisisi merger, pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana.
Penyalahgunaan ini mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Kasus
Bank Century merupakan perbuatan melanggar hukum yang berlanjut/penyalahgunaan
wewenang oleh pejabat otoritas moneter dan fiskal sehingga dapat dikelompokkan ke dalam
tindak pidana korupsi yang merugikan negara. Namun dalam perjalanannya muncullah opsi
ketiga yaitu opsi AC, akan tetap opsi AC ini gagal mendapat sambutan karena hanya
didukung oleh 246 suara sedangkan yang menolak terdapat 294 suara. Pendukung opsi AC
ini adalah Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PAN, Fraksi PKB, dan Fraksi PPP. Agun
Gunandjar Sudarsa dari Fraksi Partai Golkar mengatakan opsi AC ini menyesatkan, ia
menduga opsi itu untuk memecah kesolidan fraksi-fraksi lain termasuk partai Golkar. Malam
itu juga sempat terjadi kejutan yang meriuhkan ruangan yaitu bergabungnya Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan kedalam Opsi C, seketika ruangan berubah menjadi ramai dengan
yel-yel dukungan untuk Fraksi Partai PersatuanPembangunan. Inilah kesimpulan akhir dari
penelusuran panjang Bank Century yang dimenangkan oleh Opsi C dengan 325 suara terdiri
dari suara Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Gerindra, dan Fraksi Partai Hanura. Sedangkan Opsi A
sebanyak 212 suara terdiri dari Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa,
san Fraksi Partai Amanat Nasional.
3. 13. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AKUNTANSI FORENSIK 2.1.1 Pengertian
Akuntansi Forensik Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar
pengadilan. Akuntansi forensik dipraktikkan dalam bidang yang luas, seperti: 1. Dalam
penyelesaian sengketa antar individu; 2. Di perusahaan swasta dengan berbagai bentuk
hukum, perusahaan tertutup maupun yang memperdagangkan saham atau obligasi di bursa,
joint venture, special purpose companies; 3. Di perusahaan yang sebagian atau seluruh
sahamnya dimiliki negara, baik di pusat maupun di daerah (BUMN/BUMD); 4. Di
departemen/kementrian, pemerintah pusat dan daerah, MPR, DPR/DPRD, dan lembaga-
lembaga negara lainnya, mahkamah (seperti Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah
Yudisial), komisi-komisi (seperti KPU dan KPPU), yayasan, koperasi, Badan Hukum Miliki
Negara, Badan Layanan Umum, dan seterusnya. Definisi Crumbey menekankan bahwa
akuntansi forensik tidak identik, bahkan tidak berurusan dengan akuntansi yang sesuai
dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Ukurannya bukan GAAP,
melainkan apa yang menurut hukum atau ketentuan perundang-undangan adalah akurat.
Crumbey dengan tepat melihat potensi untuk perseteruan di antara pihak-pihak yang
berseberangan kepentingan. Demi keadilan, harus ada akuntansi yang akurat untuk proses
hukum yang bersifat adversarial, atau proses hukum yang mengandung perseteruan.
4. 14. 14 2.1.2 Disiplin dan Profesi Forensik Lainnya Dalam sidang pengadilan ahli-ahli forensik
dari disiplin yang berbeda, termasuk akuntan forensik, dapat dihadirkan untuk memberikan
keterangan ahli. Di negara-negara yang berbahasa inggris, mereka disebut expert wit’ness
(saksi ahli). Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHP) menggunakan istilah
“ahli”, meskipun dalam percakapan sehari-hari dan oleh pers digunakan istilah “saksi ahli”.
Dalam praktiknya, kelompok ahli lainnya juga terdiri atas para akuntan atau pelaksana audit
investigatif yang memberi keteranga ahli demi keadilan. 2.1.3 Akuntan Forensik di
Pengadilan Di Indonesia, penggunaan akuntan forensik di sektor publik lebih menonjol
daripada di sektor privat karena jumlah perkara yang lebih banyak di sektor publik. Akan
tetapi, ada juga alasan lain, yakni kecenderungan untuk menyelesaikan sengketa sektor
privat di luar pengadilan. Di sektor publik, para penuntut umum (dari kejaksaan dan Komisi
Pemberantasan Korupsi) menggunakan ahli dari BPK dan BPKP, dan Inspektorat Jenderal
dari Departemen yang bersangkutan. Di lain pihak, terdakwa dan tim pembelanya
menggunakan ahli dari kantor-kantor akuntan publik, kebanyakan ahli ini sebelumnya
berpraktik di BPKP. Tabel 2.1 Ahli Selaku Pribadi dan Lembaga (BPK) No. Ahli Selaku
Pribadi Ahli Selaku Lembaga (BPK) 1. Kompetensi Ahli Ahli memberikan keterangan yang
diminta instansi yang berwenang, sesuai kompetensi ahli yang melekat pada pribadinya. Ahli
memberikan keterangan tentang kerugian negara yang merupakan kompentensi BPK,
bukan kompetensi pribadi, sehingga tidak melekat pada pribadi pemegang jabatan anggota
BPK atau pemeriksa BPK.
5. 15. 15 2. Substansi keterangan ahli Ahli memberikan keterangan tentang substansi yang
menjadi kepakarannya, penguasaan pengetahuannya secara pribadi, dan pengembangan
pengetahuannya. Pendapat yang diberikannya merupakan pendapat pribadi. Ahli
memberikan keterangan tentang kerugian/daerah karena pelaksanaan tugas konstitusional
BPK. Pendapat yang diberikannya merupakan pendapat BPK. 3. Pengolahan informasi
Informasi yang dipaparkan ahli dihadapan penyidik maupun sidang pengadilan diolahnya
secara pribadi dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya secara pribadi.
Informasi tentang kerugian negara yang dipaparkan di hadapan penyidik maupun sidang
pengadilan diolah secara kelembagaan. Informasi ini tidak dimiliki sebelumnya, sehingga
diperoleh melalui pemeriksaan investigatif. 4. Kepemilikan atas keterangan ahli Keterangan
yang diberikan ahli merupakan milik pribadinya. Keterangan yang diberikan merupakan milik
BPK sebagai lembaga negara. 5. Kebebasan memberikan pendapat Ahli mempunyai
kebebasan pribadi dalam memberikan pendapat yang berkaitan dengan keahliannya.
Pendapat yang diterangkannya adalah hasil pemikiriannya. Ahli merupakan personofikasi
BPK. Ia tidak memiliki kebebasan pribadi dalam memberikan keterangan. Ia senantiasa
harus berkoordinasi dengan pimpinan karena yang diterangkannya adalah hasil
pemeriksaan BPK.
6. 16. 16 6. Batas Ahli memberikan keterangan sesuai dengan kepakaran yang dimilikinya. Ia
hanya dibatasi oleh kedalaman pengetahuan dan pengalamannya. Ahli memberikan
keterangan sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK. 2.1.4 Akuntansi atau Audit Forensik Di
Amerika Serikat pada mulanya akuntansi forensik digunakan untuk menentukan pembagian
warisan atau mengungkapkan motif pembunuhan. Misalnya, pembunuhan istri oleh suami
untuk mendapatkan hak waris atau klaim asuransi, atau pembunuhan oleh mitra dagang
untuk menguasai perusahaan. Bermula dari penerapan akuntansi-akuntansi untuk
memecahkan persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan
audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya malah terlihat, misalnya dalam
perhitungan ganti rugi baik dalam konteks keuanga negara, maupun di antara pihak-pihak
dalam sengketa perdata. Ada yang menggunakan istilah audit forensik untuk kegiatan
investigatif. 2.1.5 Praktik Akuntansi Forensik di Indonesia 1. Pada kasus Bank Bali, terlihat
suksesnya akuntansi forensik. Akuntannya adalah Price Waterhouse Coopers (PwC)
berhasil menunjukkan arus dana yang rumit. Bentuk diagramnya seperti menunjukkan
cahaya yang mencuat dari sang surya (Sunburst). 2. Tahun 2005 merupakan suksesnya
akuntansi forensik dan sekaligus sistem pengadilan. Komisi Pemilihan Umum, dimana
akuntan forensiknya adalah Badan Pemeriksa Keuangan. Komisi Pemberantasan Korupsi
berhasil menyelesaikannya di pengadilan. 3. Kasus Bank BNI. Akunatnsi forensiknya bukan
dilakukan oleh lembaga pemeriksaan atau kantor akuntan, melainkan PPATK. Dua ahli
PPATK dalam persidangan di pengadilan berhasil meyakinkan mengenai peran Adrian
Waworuntu.
7. 17. 17 2.1.6 Akuntan Forensik Sektor Publik Akuntansi forensik sektor publik di Indonesia
lebih menonjol daripada akuntansi forensik sektor privat. Di Indonesia terlihat peran-peran
penting para akuntan forensik dari BPKP, BPK, dan aparat pengawasan internal pemerintah
yang dalam APIP. Secara terinci dan dengan data statistik, penulis membahas peran
mereka di buku “Menghitung Kerugian Keuanga Negara dalam Tindak Pidana Korupsi”.
Tabel 2.2 Perbandingan Akuntansi Forensik pada Sektor Publik dan Sektor Swasta Dimensi
Sektor Publik Sektor Swasta Landasan Penugasan Amanat Undang-Undang. Penugasan
tertulis secara spesifik. Imbalan Lazimnya tanpa imbalan. Fee dan biaya. Hukum Pidana
umum dan khusus, hukum administrasi negara. Perdata, arbitrase, administratif, aturan
intern perusahaan. Ukuran Keberhasilan Memenangkan perkara pidana dan memulihkan
kerugian. Memulihkan kerugian Pembuktian Dapat melibatkan instansi lain di luar lembaga
yang bersangkutan. Bukti intern, dengan bukti ekstern yang terbatas. Teknik Audit
Investigatif Sangat bervariasi karena kewenangan relatif besar. Relatif lebih sedikit
dibandingkan di sektor publik, kreativitas dalam pendekatan lebih menentukan. Akuntansi
Tekanan pada kerugian negara dan keuangan negara. Penilaian bisnis.
8. 18. 18 2.1.7 Standar Akuntansi Forensik Berikut ringkasan Standar Umum dan Khusus
Akuntansi Forensik sebagai berikut: 100 Independensi : Akuntansi forensik harus
independen dalam melaksanakan tugas 100 Garis pertanggungjawaban : 1. Untuk kegiatan
internal lembaganya, akuntansi forensik harus cukup independen dalam melaksanakan
tugasnya. Ia bertanggung jawab langsung ke Dewan Komisaris kalau penugasan diberikan
oleh lembaganya, atau kepada penegak hukum dan/atau regulator, jika penugasannya
datang dari luar lembaganya. 2. Dalam hal akuntan forensik tersebut independen ia
menyampaikan laporan kepada seorang eksekutif senior yang kedudukannya lebih tinggi
dari orang yang diduga melakukan fraud, alternatifnya ialah akuntan forensik menyampaikan
laporannya kepada Dewan Komisaris. 3. Dalam hal akuntan forensik tersebut independen
dan penugasan diterimanya dan lembaga penegak hukum atau pengadilan, pihak yang
menerima laporannya atau counterpart-nya harus ditegaskan dalam kontrak. 120
Objektivitas : Akuntan forensik harus objektif (tidak berpihak) dalam melaksanakan telaah
akuntansi forensiknya 200 Kemahiran profesional : Akuntan forensik harus dilaksanakan
dengan kemahiran dankehati-hatian profesional 210 Sumber Daya Manusia Semua sumber
daya manusia yang menjalani akuntansi forensik harus mempunyai kemahiran teknis,
pendidikan, dan pengalaman yang memadai sesuai dengan tugas yang diserahkan
kepadanya.
9. 19. 19 220 Pengetahuan, Pengalaman, Keahlian dan Disiplin Akuntansi forensik harus
memiliki atau menggunakan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan,
pengalaman, keahlian, dan disiplin untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. 230
Supervisi Dalam hal ada lebih dari satu akuntan forensik dalam satu penugasan, salah
seorang diantara mereka berfungsi sebagai in-charge yang bertanggung jawab dalam
mengarahkan penugasan dan memastikan bahwa rencana kerja dilaksanakan sebagaimana
mestinya dan didokumentasikan dengan baik. 240 Kepatuhan terhadap Standar Perilaku
Akuntan forensik harus mematuhi standar perilaku profesional terbaik yang diharapkan dari
akuntan, auditor, rekan dari profesi hukum baik tim pembela maupun jaksa umum dan
regulator. 250 Hubungan Manusia Akuntan forensik harus memiliki kemampuan berinteraksi
dengan sesama manusia (interpersonal skills). 260 Komunikasi 270 Pendidikan
Berkelanjutan 280 Kehati-hatian Profesional 300 Lingkup Penugasan 400 Pelaksanaan
Tugas Telaahan 2.1.8 Kode Etik Akuntan Forensik Kode etik mengatur hubungan antara
anggota profesi dengan sesamanya, dengan pemakai jasa dan stakeholder lainnya, dan
dengan masyarakat luas. Kode etik berisi nilai- nilai luhur (virtues) yang amat penting bagi
eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada integritas (sikap jujur walaupun tidak
diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan (respect dan honour), dan nilai-nilai luhur
lainnya yang menciptakan rasa percaya (trust) dari pengguna stakeholder lainnya. Dalam
contoh kasus, kode etik KPK dapat dipakai karena perumusannya sangar relevan untuk
mengatur perilaku akuntansi forensik. Kode etik KPK yaitu sebagai berikut:
10. 20. 20 1. Nilai-nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilaksanakan dalam
bentuk sikap, tindakan, perilaku, dan ucapan pimpinan KPK. 2. Pimpinan KPK wajib
menjaga kewenangan luar biasa yang dimilikinya demi martabat KPK dn martabat pimpinan
KPK dengan perilaku, tindakan, sikap, dan ucapan sebagaimana dirumuskan dalam kode
etik. 3. Kode etik diterapkan tanpa toleransi sedikitpun atas penyimpangannya, dan
mengandung sanksi atas tegas bagi mereka yang melanggarnya. 4. Perubahan atas kode
etik pimpinan KPK menurut keputusan ini akan segera dilakukan berdasarkan tanggapan
dan masukan dari masyarakat dan ditetapkan oleh pimpinan KPK. 2.1.9 Kualitas Akuntansi
Forensik 1. Kreatif, kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi
bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa itu tidak perlu
merupakan suatu situasi bisnis yang normal. 2. Rasa ingin tahu, keinginan untuk
menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi. 3. Tak
menyerah, kemampuan untuk mau terus pantang mundur walaupun fakta (seolah-olah) tidak
mendukung, dan ketika dokumen atau informasi sulit diperoleh. 4. Akal sehat, kemampuan
untuk mempertahankan perspektif dunia nyata. 5. Business sense, kemampuan untuk
memahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar memahami
bagaimana transaksi dicatat. 6. Percaya diri, kemampuan untuk mempercayai diri dan
temuan kita sehingga kita dapat bertahan dibawah cross examination. 2.2 AUDIT
INVESTIGATIF 2.2.1 Pengertian Audit Investigatif Audit investigasi adalah proses
pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan Negara dan/atau perekonomian Negara, untuk memperoleh
kesimpulan yang mendukung tindakan litigasi dan/atau tindakan korektif manajemen. Audit
investigasi dapat dilaksanakan atas
11. 21. 21 permintaan Kepala Daerah dan Aparat Penegak Hukum. Audit investigasi termasuk
didalamnya audit dalam rangka menghitng kerugian keuangan Negara, audit hambatan
kelancaran pembangunan, audit eskalasi, dan audit klaim. 1. Audit Investigasi Hambatan
Kelancaran Pembangunan (AIHKP) adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti
terkait dengan permasalahan hambatan kelancaran pembangunan untuk memperoleh
kesimpulan yang mendukung tindakan mediasi dalam penyelesaian masalah; 2. Audit Klaim
adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait klaim/tuntutan pihak ketiga
untuk memperoleh simpulan sebagai bahan pertimbangan bagi objek penugasan untuk
mengambil keputusan penyelesaian klaim/tuntutan; 3. Audit Eskalasi adalah proses
pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait adanya penyesuaian harga satuan dalam
kontrak pengadaan barang/jasa yang disebabkan oleh adanya inflasi atau kenaikan harga
yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah. 2.2.2 Pendekatan Audit Investigasi
Sebagaimana halnya penyelidikan dan penyidikan, aduit investigatif bisa dilaksanakan
secara reaktif atau proaktif. 1. Reaktif Audit investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila
auditor melaksanakan audit setelah meneriman atau mendapatkan informasi dari pihak lain
mengenai kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit invetigatif yang
bersifat reaktif umumnya dilaksanakan setelah auditor menerima atau mendapatkan
informasi dari berbagai sumber informasi misalnya auditor lain yang melaksanakan audit
reguler, dari pengaduan masyarakat, atau karena adanya permintaan dari aparat penegak
hukum. Karena sifatnya yang reaktif maka auditor tidak akan melaksanakan audit jika tidak
tersedia informasi tentang adanya dugaan atau indikasi kecurangan dan kejahatan. 2.
Proaktif Audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif
mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk
12. 22. 22 menemukan kemungkinan adanya tindakan kecurangan dan kejahatan sebelum
melaksanakan audit investigatif. Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan informasi, dan
menganalisis informasi-informasi yang diperoleh untuk menemukan kemungkinan adanya
tindakan kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan
pada area atau bidang-bidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang tinggi.
Audit yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya kecurangan dan
kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang menjadi kecurangan atau
kejahatan yang lebih besar.selain itu audit invesigatif yang bersifat proaktif juga dapat
menemukan kejahatan yang sedang atau masih berlangsung sehingga pengumpulan bukti
untuk penyelidikan, penyidikan dan penuntutan kejahatan tersebut lebih mudah
dilaksanakan. Hal dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif
dapat digunakan sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat penegak
hukum. Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan mengumpulkan bukti-
bukti yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku untuk kepentingan
penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan. 2.2.3 Hal-Hal Yang Dilakukan (Kompetensi)
Seorang Auditor Investigasi a. Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal; b.
Menentukan kekuatan dan kelemahan sistem pengendalian internal; c. Merancang skenario
kerugian dari indikasi kecurangan yang telah terjadi berdasarkan kelemahan sistem
pengendalian internal yang telah terindentifikasi; d. Mengidentifikasi situasi yang
mencurigakan dan tidak biasa dalam pembukuan/laporan; e. Mengidentifikasi transaksi-
transaksi yang mencurigakan dan tidak biasa; f. Membedakan antara kesalahan manusia
(human eeror) biasa dan kelalaian dengan indikasi kecurangan; g. Menurut arus dokumen
yang mendukung transaksi-transaksi; h. Menurut arus dana masuk dan keluar rekening
organisasi;
13. 23. 23 i. Mendapatkan dokumen-dokumen pendukung yang mendasari transaksi yang
mencurigakan; j. Menelaah dokumen yang meliputi kejanggalan-kejanggalan yang terjadi; k.
Mengumpulkan dan menyusun bukti-bukti; l. Mendokumentasikan dan melaporkan suatu
kegiatan yang berindikasi kecurangan (korupsi) untuk tuntutan kriminal, perdata, atau
asuransi; m. Memahami kebijakan, prosedur, praktek manajemen, administrasi dan
organisasi; n. Menguji situasi organisasi di bidang motivasi dan etika; 2.2.4 Penyusunan
Program Audit Investigasi Disusun berdasarkan hasil telaahan informasi awal dan resume
pengembangan informasi yang dirinci dalam beberapa langkah yang bersifat umum dan
fleksibel. Program ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh alat bukti yang memadai
guna memperkuat adanya: a. Penyimpangan yang merupakan unsur melawan hukum, bisa
dilakukan dengan sengaja atau akibat kelalaian dalam menjalankan kewajiban atau tugas
pokok dan fungsi. b. Unsur memperkaya diri, orang lain atau suatu badan atau korporasi. c.
Unsur yang merugikan keuangan Negara dan perekonomian Negara. 2.2.5 Pelaksanaan
Program dan Teknik-Teknik Audit Investigasi Teknik audit yang tepat perlu dikembangkan
dan dituntut untuk seorang audit investigasi. Pengembangan kreatifitas ini perlu karena pada
kenyataannya kasus yang berindikasi kecurangan sulit dipolakan secara tegas, karena
tergantung kondisi dan hasil pengembangan di lapangan. Cara umum teknik-teknik audit
investigasi hampir sama denga audit keuangan maupun audit kinerja yaitu diarahkan untuk
mendapatkan bukti-bukti, namun karena ini lebih ditujukan kepada aspek hukum maka
upaya pengungkapan kejadian diharapkan lebih pasti atau dengan lain perkataan tingkat
keyakinan bukti yang diperoleh harus diterima oleh aspek hukum. Teknik audit yang dapat
digunakan diantaranya adalah:
14. 24. 24 a. Inspeksi (Peninjauan) Memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama
mata, untuk memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau sesuatu masalah. b.
Observasi (Pengamatan) Memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata,
yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk memperoleh pembuktian
atas sesuatu keadaan atau masalah. Kadang observasi dikaitkan dengan melihat dari jarak
jauh atau tanpa didasari oleh pihak yang diamati. c. Wawancara Teknik audit dengan tanya
jawab (lisan/tertulis) untuk memperoleh pembuktian. d. Konfirmasi Konfirmasi adalah
pembuktian dengan mengusahakan informasi dari sumber lain yang independen, baik
secara lisan maupun tertulis. e. Analisa Memecahkan atau menguraikan sesuatu keadaan
atau masalah ke dalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut
untuk dihubungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain. f. Vouching
dan Verifikasi (Audit Bukti Tertulis) Memeriksa ke-autentik-an dan kelengkapan bukti yang
mendukung suatu transaksi. Verifikasi adalah audit atas ketelitian perkalian, penjumlahan,
pemilikan dan eksistensinya. g. Perbandingan Usaha untuk mencari kesamaan dan
perbedaan antara dua dan lebih gejala/fenomena. h. Rekonsiliasi Penyesuaian antara dua
golongan data yang berhubungan tetapi masing-masing dibuat oleh pihak-pihak yang
independen (terpisah).
15. 25. 25 i. Penelusuran (Trasir) Kegiatan yang dilakukan dengan jalan menelusuri proses
suatu keadaan atas suatu masalah kepada sumber atau bahan pembuktiannya. j.
Perhitungan Kembali (Rekomputasi) Menghitung kembali kalkulasi yang telah ada untuk
menetapkan kecermatannya k. Penelaahan Pintas (Scanning) Melakukan penelaahan
secara umum dan cepat untuk menemukan hal- hal yang memerlukan audit lebih lanjut.
Misal membaca dengan cepat setiap lembaran catatan perusahaan untuk menemukan hal-
hal penting atau yang tidak lazim atau disangsikan kebenarannya. l. Review Analisis
Prosedur review analitis dapat digunakan mendeteksi area dengan tingkat resiko yang tinggi
untuk terjadi penyimpangan pelaporan keuangan. Ada tiga jenis utama prosedur analitis:
trend analitis, ratio analitis, dan modeling techniues. Trend analisis digunakan untuk menguji
trend saldo akun atau perkiraan berbagai dasar untuk menentukan apakah data periode
berjalan secara potensial salah buku (misstated), yaitu apakah data tersebut menyimpang
secara signifikan dibandingkan dengan data historis. Teknik analisis kecenderungan
bervariasi. Dari mulai perbandingan 2 periode sampai dengan time-series model. Analisis ini
adalah prosedur analitis yang paling umum digunakan. Analisis ratio merupakan prosedur
analisis secara serentak dua atau lebih akun laporan keuangan. Misal current ratio, quick
ratio, cash ratio, dan debt to equity ratio. m. Pemaparan Adalah tindakan untuk menjelaskan
temuan audit agar diperoleh gambaran secara jelas dan sistematis. Pemaparan berisikan
antara lain: resume dan kasus posisi, flowchart modus operasi beserta uraiannya. 2.2.6
Hasil Investigasi Hasil audit investigasi tidak boleh dibocorkan kepada pihak yang tidak
berhak mengetahuinya, dimana hasil ini biasanya telah diklarifikasi dan dibacakan ulang
kepada
16. 26. 26 si auditee, agar auditee mengerti sejauh mana investigasi dan eksaminasi dilakukan
dan hasil yang didapatkan. Disebut keperluan internal karena sang auditor terkait dengan
audit metodologi dengan melaporkan apa adanya suatu hasil investigasi dan auditor free to
comment kepada atasannya dalam mengemukakan pendapatannya sebagai seorang
auditor berdasarkan temuan dan dikategorikan preliminary summary (hasil sementara). Hasil
atau kesimpulan sementara ini akan didiskusikan dengan bos sang auditor sebelum
dibuatkan keputusan final dan keputusan final hasil audit yang disebut executive summary
akan dibuat oleh kepala audit kepada siapa sang auditor bertanggung jawab. Hasil audit
investigasi dapat dianggap dan digunakan sebagai bukti awal untuk menunjang suatu
pembuatan BAP oleh kepolisian atau kejaksaan atau bukti pendahuluan bagi Komisi
Pemberantasan Korupsi bila memang suatu fraud diduga terjadi yang mengarah kepada
suatu peristiwa kriminal atau crime acts, dala hal ini adalah korupsi. Audit investigasi adalah
sebuah pekerjaan profesional atau expert works. Oleh karena itu, sang fraud auditor harus
mempunyai pengetahuan yang cukup, dan selayaknya seorang fraud auditor adalah
seorang auditor yang telah diakui kecakapannya dengan mengantongi CFE (Certified Fraud
Examiner) yang dikeluarkan Instute of Internal Auditor (IIA) melalui tahapan penugasan
beberapa modul yang telah dipersyaratkan secara internasional. Analisis fraud adalah
merupakan tanggung jawab internal auditor untuk mendekteksi kemungkinan terjadinya
kecurangan melalui pemeriksaan data laporan keuangan dan terjadinya penyimpangan
dalam proses tender, inventaris barang, sistem perpajakan, dan dapat juga pada sistem
penggajian. Jika terdapat indikasi positif, selanjutnya dilakukan pemeriksaan menyeluruh
yang akan dilakukan oleh seorang fraud auditor, dimana kegiatan ini disebut dengan audit
investigasi. Kesimpulan akhir dari audit investigasi akan disampaikan kepada lembaga yang
berwenang seperti kejaksaan, kepolisian, komite anti korupsi, bila diminta, dengan mengikuti
aturan main atau Undang-Undang yang dibuat untuk itu-bilamana ada-oleh kepala atau
manajer audit setelah sebelumnya dilakukan penjelasan kembali (debriefing) denga pihak
atau atasan dari si auditee.
17. 27. 27 Seorang fraud auditor tidak boleh melakukan deal dengan sang auditee menyangkut
hasil audit investigasi ataupun dengan orang lain yang berkepentingan dengan hasil audit.
Apabila hal tersebut dilakukannya, dia dapat dikenai sanksi sesuai aturan yang ada untuk
itu. Boleh dikatakan fraud auditor adalah orang suci yang bergeming dengan tawaran yang
mungkin diberikan oleh daerah terperiksa, disamping pekerjaannya penuh risiko ancaman
dari terperiksa. Untuk itu memang sangat diperlukan undang-undang proteksi bagi seorang
fraud auditor, termasuk perlindungan bagi saksi suatu perkara. Selayaknya imbalan atau gaji
seorang fraud auditor harus sepadan dengan risiko pekerjaanya karena sejarah mencatat
dimana pun di dunia ini seorang fraud auditor selalu menghadapi risiko terhadap
pekerjaannya, bergantung pada besar kecilnya suatu perusahaan yang dilakukannya. 2.2.7
Standar Audit Investigatif Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Oleh karena itu,
dalam pekerjaan audit, para auditor ingin menegaskan adanya standar tersebut. Dengan
standar ini pihak yang diaudit (auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan pihak-pihak
lain dapat mengukur kerja si auditor. K.H Spencer Picket dan Jennifer Picket merumuskan
beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks yang meraka rajuk
adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai di perusahaan. Standar tersebut
adalah: 1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik yang diakui (accepted best pratices) 2.
Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi
dapat diterima di pengadilan 3. Pastikan seluruh dokumentasi dalam keadaan aman,
terlindungi dan diindeks , dan jejak audit tersedia 4. Pastikan bahwa para investigator
mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya 5. Beban pembuktian ada
pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang
mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum dan administratif maupun hukum
pidana
18. 28. 28 6. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan,
dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum dan
administratif maupun hukum pidana 7. Cakup keseluruhan substansi investigasi dan kuasai
seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu 8. Liput seluruh tahapan kunci
dalam proses investigasi, termasuk perencanaan pengumpulan bukti dan barang bukti,
wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengalaman mengenai hal-hal yang bersifat
rahasia, ikut tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggara catatan, melibatkan
dan/atau melapor ke polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan
Standar-standar ini akan dijelaskan dibawah dengan konteks Indonesia: Standar 1 Seluruh
investigasi harus dilandasi praktik-praktik terbaik yang diakui (accepted best pratice). Dalam
istilah ini tersirat dua hal. Pertama, adanya upaya membandingkan antara praktik-praktik
yang ada dengan merujuk kepada yang terbaik pada saat itu. Upaya ini disebut
benchmarking. Kedua, upaya benchmarking dilakukan terus menerus untuk mencari solusi
terbaik. Standar 2 Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga
bukti-bukti audit tadi dapat diterima di pengadilan. Standar 3 Pastikan bahwa seluruh
dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks, dan jejak audit tersedia.
Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila penyelidikan di kemudian hari untuk
memastikan bahwa investigas sudah dilakukan dengan benar. Standar 4 Pastikan bahwa
investor mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormati. Kalau investigasi
dilakukan dengan cara yang melanggar hak asasi pegawai yang bersangkutan dapat
menuntut perusahaan dan investigatornya.
19. 29. 29 Standar 5 Beban pembuktian ada pada perusahaan yang menduga pegawainya
melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik
dalam kasus hukum dan administratif maupun kasus pidana. Standar 6 Cakup keseluruhan
substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis ditinjau dari segi waktu.
Dalam melakukan investigasi, kita menghadapi keterbatasan waktu. Dalam menghormati
asas praduga tidak bersalah, hak dan kebebasan seseorang harus dihormati. Standar 7
Liput seluruh kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti
dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal
yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan
catatan, keterlibatan polisim kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
20. 30. 30 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Pada tanggal 28 desember 2004
bank century melalukan merger dari bank CIC, bank Danpac, dan bank Picco. Pada tanggal
29 desember 2005 status bank Century adalah bank dalam pengawasan intensif dengan
masalah yaitu praktek merugikan, menukar SSB senilai USD 75 juta dan cash USD 60 juta
dengan ( total USD 135 juta) dengan SSB lain seharga USD 57,48 juta, CAR negative (-
132,58%), pelanggaran BMPK, pelanggaran PDN, kredit macet senilai Rp 356 milyar,
pengumpulan investasi dana tetap oleh PT ADS. Kemudian pada tahun 2008 tepatnya pada
tanggal 6 november status bank century adalah bank pengawasan khusus, dengan
melakukan masalah yaitu sejak oktober 2008 bank century berkali-kali melanggar ketentuan
giro wajib minimum, likuiditas bank terus memburuk sejak BI meminta pemilik melunasi SSB
Valas yang jatuh tempo dan pemilik tidak mampu memiliki komitmen, perhitungan CAR per
30 september melorot dari 14,76% menjadi 2,35%. Pada 14 hari kemudian, 20 november
2008 masalah pada bank century yaitu kalah kliring tanggal 13 november 2008, tanggal 14
dan 18 november diberikan pengucuran FPIP sebesar Rp 502,7 milyar dan Rp 187,32 milyar
totalnya sebesar Rp 689,39 milyar, tanggal 20 november 2008 kondisi likuiditas terus
memburuk, CAR turun dari koreksi per 31 oktober dari positif 2,35 % menjadi negative
3.53%. Indikasi korupsi terkait dengan kasus ini terutama terlihat dari terjadinya pelanggaran
aturan dan penyalahgunaan wewenang. Berikut beberapa catatan indikasi korupsi dari
laporan BPK : 1. Terkait Merger 3 bank. 2. Terkait Penyaluran Fasilitas Pinjaman Jangka
Pendek (FPJP). 3. Terkait Pengambilan Keputusan KSSK dan Penyaluran Penyertaan
Sementara (PMS). 4. Penyalahgunaan Dana FPJP dan PMS.
21. 31. 31 Sejak penggabungan, status Bank Century selalu bermasalah. Terdapat beberapa
Indikasi Pelanggaran yang terjadi pada saat proses merger ini. BI diduga memberikan
kelonggaran terhadap persyaratan merger yaitu dengan: 1. Aset SSB yang semula
dinyatakan macet oleh BI kemudian dianggap lancar untuk memenuhi performa CAR. 2.
Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang tidak lulus fit and proper
test. 3. Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test. 4. Audit KAP atas
laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC dinyatakan disclaimer. Temuan BPK terkait
penggabungan 3 bank ini adalah sebagai berikut: 1. Akuisisi Bank Danpac dan Bank Pikko
tidak sesuai dengan ketentuan BI. 2. Surat izin Akuisisi Chinkara atas Bank Pikko dan Bank
Danpac tetap dilakukan meskipun terdapat indikasi praktek perbankan yang tidak sehat dan
perbuatan melawan hukum yang melibatkan Chinkara. 3. BI menghindari penutupan Bank
CIC dengan memasukkan Bank tersebut dalam skema merger. 4. Tidak membatalkan
persetujuan akuisisi meskipun tahun 2001-2003 hasil pemeriksaan BI pada ke-3 bank
tersebut menemukan indikasi pelanggaran yang signifikan. 5. Adanya perlakuan Surat-Surat
Berharga (SSB) yang semula macet menjadi lancar dengan rekomendasi KEP (Komite
Evaluasi Perbankan). Fokus penyelidikan Panitia Angket Century yang diajukan beberapa
anggota DPR tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengetahui sejauh mana pemerintah
melaksanakan peraturan peundang- undangan yang berlaku, terkait keputusannya untuk
mencairkan dana talangan (bail out) Rp 6,76 triliun untuk Bank Century. Adakah indikasi
pelanggaran peraturan perundangan, baik yang bersifat pidana maupun perdata.
22. 32. 32 b. Mengurai secara transparan komplikasi yang menyertai kasus pencairan dana
talangan Bank Century. Termasuk mengapa bisa terjadi perubahan Peraturan Bank
Indonesia secara mendadak, keterlibatan Kabareskrim Mabes Polri ketika itu, Komjen Susno
Duadji, dalam pencairan dana nasabah Bank Century, dan kemungkinan terjadi konspirasi
antara para pemegang saham utama Bank Century dan otoritas perbankan dan keuangan
pemerintah. c. Menyelidiki kemana saja aliran dana talangan Bank Century, mengingat
sebagian dana talangan tersebut oleh direksi Bank Century justru ditanamkan dalam bentuk
Surat Utang Negara (SUN) dan dicairkan bagi nasabah besar (Budi Sampoerna). Sementara
kepentingan nasabah kecil justru terabaikan. Adakah faktor kesengajaan melakukan
pembobolan uang negera demi kepentingan tertentu, misalnya politik, melalui skenario bail
out bagi Bank Century. d. Menyelidiki mengapa bisa terjadi pembengkakan dana talangan
menjadi Rp 6,76 triliun bagi Bank Century? Sementara Bank Century hanyalah sebuah bank
swasta kecil yang sejak awal bermasalah, bahkan saat menerima bail out, bank ini dalam
status pengawasan khusus. Rasionalkah alasan pemerintah bahwa Bank Century patut
diselamatkan karena mempunyai dampak sistemik bagi perbankan nasional secara
keseluruhan. e. Mengetahui seberapa besar kerugian negara yang ditimbulkan oleh kasus
bail out Bank Century dan sejumlah kemungkinan penyelamatan uang negara bisa
dilakukan. Sebab lain penegakan hukum, ditengah berbagai kesulitan hidup yang dialami
masyarakat kebanyakan, aspek penyelamatan uang negara ini sangat penting untuk
dijadikan prioritas demi memenuhi rasa keadilan rakyat. Selanjutnya, uang negara yang
dapat diselamatkan bisa digunakan untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan rakyat
pada umumnya. Terdapat 2 opsi yang diajukan untuk voting, yaitu: 1. Opsi A berisi sejumlah
kesimpulan yakni munculnya permasalahan Bank Century akibat dari merger Bank CIC,
Bank Pikko dan Bank Danpac.
23. 33. 33 Kebijakan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa krisis Bank Century berdampak
sistemik hanya berdasarkan Perppu No 4/2008, dan Komite Stabilitas Sektor Keuangan
(KSSK) juga menggunakan Perppu yang sama untuk menetapkan krisis Bank Century
berdampak sistemik. Penetapan ini disertai data-data yang cukup namun Pansus tidak
menemui adanya aliran dana pada salah satu partai dan pasangan calon presiden. Melalui
ini Pansus menyerahkan penilaian kasus Bank Century kepada lembaga hukum. 2. Opsi C
berisi kesimpulan yang lebih tegas, patut diduga terjadi penyimpangan dalam proses
pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan
mulai dari akuisisi merger, pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana.
Penyalahgunaan ini mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Kasus
Bank Century merupakan perbuatan melanggar hukum yang berlanjut/penyalahgunaan
wewenang oleh pejabat otoritas moneter dan fiskal sehingga dapat dikelompokkan ke dalam
tindak pidana korupsi yang merugikan negara. Inilah kesimpulan akhir dari penelusuran
panjang Bank Century yang dimenangkan oleh Opsi C dengan 325 suara terdiri dari suara
Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera, Fraksi Partai Gerindra, dan Fraksi Partai Hanura. Sedangkan Opsi A sebanyak
212 suara terdiri dari Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, san Fraksi
Partai Amanat Nasional. 3.2 Saran Kasus Bank Century merupakan kasus yang sudah tak
asing lagi di Indonesia, kasus tersebut belum terselesaikan juga sampai saat ini. Pemerintah
seharusnya lebih tegas lagi dalam mengusut kasus ini agar kasus ini dapat segera
diselesaikan. Kami melihat kasus Century dari awal sampai saat ini belum menemukan hasil
yang sebenarnya yang dikeluarkan oleh Panitia Khusus (Pansus) Century. Sampai dengan
informasi terakhir penanganan Kasus Hak Angket Bank Century yang sedang berjalan
menurut kami DPR sudah seharusnya mengeluarkan hak angket terhadap kasus bank
century yang disebut – sebut sedang mengalami krisis global. Dan khususnya Pansus Hak
Angket
24. 34. 34 tersebut harus senantiasa bersikap objektif mungkin dalam menyelesaikan persoalan
ini dan melihat fakta yang ada serta memamg fakta tersebut terbukti benar adanya dan tidak
merupakan sebuah kebohongan untuk menjatuhkan salah satu pihak demi kepentingan
pansus sendiri, sehingga nanti apa yang telah disampaikan oleh pansus bisa
bertanggungjawabkan terhadap semua pihak yang terkait yang diduga bermasalah dengan
keputusan untuk mengalirkan dana yang dikuncurkan kepada Bank Century pada saat itu.
Dalam pemberian talangan dana, Lembanag Penjamin seharusnya tetap mengawasi
kemana alur dana tersebut disampaikan, Lembaga Penjamin juga harus mamastikan bahwa
dana tersebut diberikan kepada Nasabah yang ingin manarik dananya saat itu. Selain itu
Lembaga Penjamin harus bersikap transparansi pada publik saat pengucuran dana talangan
pada bank century agar penggelapan dana atau korupsi tidak terjadi. Keadilan juga harus
tetap disamaratakan, jangan hanya karena Sri Mulyani ditunjuk sebagai Managing Director
Bank Dunia lalu kasus yang menyangkut dirinya dihilangkan begitu saja. Seperti saat ini,
semenjak ditunjuknya Sri Mulyani sebagai Managing Director Bank Dunia kasus bank
century hilang bagai ditelan bumi, padahal kasus ini belum ada titik temunya dan belum jelas
dana talangan sebesar Rp.6,7 Triliun itu mengalir kemana. Saran kami dalam menghadapi
kasus Bank Century adalah perlunnya kerjasama dengan baik antara pemerrintah, DPR-RI
dan Bank Indonesia. Pemerintah harus bertanggung jawab kepada nasabah Bank Century
agar bisa uangnya dicairkan. Harusnya ada trasparansi public dalam menyelesaikan kasus
Bank century sehingga tidak terjadi korupsi. Dan audit investigasi BPK harus dilakukan
dengan tuntas dan dibantu oleh Polri, kejaksaan, Pemerintah Bank Indonesia. Kemudian
Bank Indonesia harus lebih ketat lagi dalam memberi izin Pembuatan Bank, agar tidak ada
lagi Bank-bank tidak sehat yang kemudian merugikan banyak nasabah. Jika hal itu terus
terjadi, bukan tidak mungkin suatu saat masyarakat tidak percaya lagi dengan bank, karena
mereka berasumsi jika menyimpan uang mereka dibank mereka akan rugi karena uangnya
yang mereka simpan tidak dapat ditarik kembali. Selanjutnya, adanya kurang kontrol
pengawasan akan membuat bangsa kita menjadi bangsa yang tingkat korupsinya tinggi
apabila tidak dari sekarang dibenahi. Artinya, kontrol pengawasan baik itu dari aparat-aparat
yang berwanang misalnya KPK,
25. 35. 35 Kepolisian maupun Kejaksaan harus lebih dioptimalkan. Dan yang lebih penting lagi
kontrol pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, ketika mengetahui ada tindak korupsi
segera laporkan. Pengembalian aset Bank Century semoga dapat menyelamatkan uang
negara sebesar 6,7 Triliun, namun proses hukum tindak pidana kriminal ini harus tetap jalan
terus. Jangan kemudian yang terjadi adalah semacam barter politik, ekonomi, dan hukum
(bargaining of power) antara banyak pihak yang terlibat dengan kasus tersebut. Jika saja
tidak ada kejahatan kriminal Bank Century dan kebijakan yang salah kaprah dari
pemerintah, maka dana 6,7 Triliun tersebut dapat digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, tentu ini akan lebih bermanfaat bagi bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai