INDONESIAN ECONOMIC
REVIEW AND OUTLOOK
Macroeconomic Dashboard
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Kata Pengantar
Indonesian Economic Review and Outlook
(IERO) merupakan buletin kuartalan yang
diterbitkan oleh Macroeconomic Dashboard,
Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika
dan Bisnis – Universitas Gadjah Mada (FEB-
UGM) bekerja sama dengan PT. Bank
Mandiri, Tbk.
IERO kali ini mengangkat isu ekonomi politik sebagai tema isu terkini. Kajian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang situasi Indonesia yang mulai
memasuki tahun politik meskipun Pemilu baru akan dilaksanakan tahun 2014,
serta implikasinya terhadap kondisi ekonomi nasional.
Selamat membaca
M
elemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan
Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya
ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di
tahun 2012 masih bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan salah
satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7,8%
(YoY), namun lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 2012 sebesar 6,5%. Pertumbuhan ini juga
lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang mampu mencapai 6,5%.
Adapun nilai PDB Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada
tahun 2012 mencapai IDR 2.618,1 trilyun, naik sebesar IDR 153,4
trilyun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai IDR 2.464,7 trilyun.
Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran,
Tahun 2005 – 2012 (dalam %, YoY)
Kinerja neraca perdagangan belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia karena
kondisi ekonomi global yang belum membaik
KONSUMSI RUMAH TANGGA KONSUMSI PEMERINTAH PMBT EKSPOR IMPOR
(%)
40
30
20
10
-10
-20
-30
Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha,
Tahun 2005 – 2012 (YoY, dalam %)
Dari segi sektoral, pertumbuhan ekonomi Indonesia di Tahun 2012 masih didorong oleh sektor non tradable
yaitu Transportasi dan Komunikasi serta Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Konstruksi
(%) Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, real estat dan jasa perusahaan Jasa-jasa PDB (%)
20 8
15
6
5
10
5
3
2
0
2005:Q1 2005:Q2 2005:Q3 2005:Q4 2006:Q1 2006:Q2 2006:Q3 2006:Q4 2007:Q1 2007:Q2 2007:Q3 2007:Q4 2008:Q1 2008:Q2 2008:Q3 2008:Q4 2009:Q1 2009:Q2 2009:Q3 2009:Q4 2010:Q1 2010:Q2 2010:Q3 2010:Q4 2011:Q1 2011:Q2 2011:Q3 2011:Q4 2012:Q1 2012:Q2 2012:Q3 2012:Q4
1
-5 0
3,56%. Andil inflasi Februari 2013 (YoY) didominasi oleh harga yang
bergejolak yaitu sebesar 11,02%, harga diatur pemerintah 2,91 %, dan
komponen inti 4,29%.
20 20
15 15
10 10
5 5
0 0
15
11.02
10
5.31
5 4.29
2.91
0
-5
-10
60
50
40
30
20
10 10.260 11.240 10.450 10.280 9.750 9.110 8.460 8.390 8.140 7.870 7.410 7.140 6.800 6.560 6.320 6.140
0
Feb-05 Agust-05 Feb-06 Agust-06 Feb-07 Agust-07 Feb-08 Agust-08 Feb-09 Agust-09 Feb-10 Agust-10 Feb-11 Agust-11 Feb-12 Agust-12
B.Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi year on year (Februari 2013 terhadap Februari 2012)
tercatat sebesar 5,31%, meningkat signifikan dibandingkan inflasi
pada bulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
Kenaikan inflasi pada Februari 2013 dipicu oleh tiga faktor. Pertama,
berasal dari naiknya harga-harga kebutuhan masyarakat khususnya
bahan pangan akibat pengaruh cuaca dan banjir di sebagian wilayah
Indonesia. Cuaca yang buruk terjadi belakangan ini dan banjir di
beberapa wilayah Indonesia menyebabkan terhambatnya distribusi
dan transportasi barang-barang kebutuhan di masyarakat.
Gambar 6: Tingkat Inflasi Tahun 2009 - 2013* Menurut Kelompok Pengeluaran (dalam %, MoM)
Bahan makanan memicu inflasi Februari 2013
UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
(%)
6
-1
-2
-3
D. Cadangan Devisa
Cadangan devisa Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup
besar di awal tahun 2013. Sampai akhir Januari 2013, cadangan
devisa RI melorot USD 4 milyar menjadi USD 108,78 milyar dari USD
112 milyar di akhir Desember 2012. Penurunan cadangan devisa
pada awal tahun 2013 ini disebabkan karena kebutuhan terhadap
pasokan valuta asing di dalam negeri cukup besar. Cadangan devisa
per akhir Januari 2013 setara dengan 5,9 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Gambar 8 : Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2009 - 2013* (dalam USD Milyar)
Cadangan devisa Indonesia melorot drastis sebesar USD 4 Miliar di awal tahun 2013
(US D M ilyar ) In te r n atio n al R e se r v e s
140
120
100
80
60
40
20
6000 14000
4795,79 12000
5000
10000
4000
9667
8000
3000
6000
2000
4000
1000
2000
0 0
sebesar USD 7,3 milyar dari kuartal sebelumnya USD 243,91 milyar
dan meningkat sebesar USD 25,825 milyar dari kuartal yang sama
tahun sebelumnya yang sebesar USD 225,3 milyar. Nilai utang luar
negeri pemerintah kuartal IV 2012 sebesar USD 116,2 milyar
meningkat sebesar USD 1.150 juta dari kuartal sebelumnya sebesar
USD 115,037 milyar dan meningkat sebesar USD 3.760 juta dari
kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 112,43 milyar.
Sedangkan rasio nilai total utang luar negeri Indonesia terhadap PDB
secara umum menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke
tahun. Pada kuartal IV tahun 2012 sebesar 28,60% naik 2,91% dari
kuartal sebelumnya sebesar 25,7% dan meningkat sebesar 1,97% dari
kuartal yang sama tahun sebelumnya. Utang pemerintah dan swasta
mengalami peningkatan. Di samping nilai utang yang meningkat
perlu juga diperhatikan penggunaan utang tersebut.
rasio utang tahun 2011 sebesar 24,35% yang dihitung dari PDB tahun
2011. Meski demikian nilai utang pemerintah hingga tahun 2012
semakin meningkat. Namun dengan PDB yang diperkirakan
meningkat lebih besar, rasio utang pemerintah diharapkan semakin
mengecil.
625,093 trilyun naik sebesar IDR 14,7 trilyun dari Desember 2012 dan
naik sebesar IDR 100,132 trilyun dari awal tahun 2012.
V. Internasional
Neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2012 mengalami defisit
sebesar USD 1,7 milyar, memburuk dibandingkan dengan kinerja
neraca perdagangan tahun 2011 yaitu surplus USD 26,1 milyar.
Memburuknya kinerja neraca perdagangan tahun 2012 ini
disebabkan oleh menurunnya kinerja neraca perdagangan migas
dari surplus USD 0,8 milyar di tahun 2011 menjadi defisit USD 5,6
milyar pada taun 2012. Selain itu, menurunnya surplus neraca
perdagangan non migas dari USD 25,3 milyar pada tahun 2011
menjadi USD 4 milyar pada tahun 2012 juga mendukung
memburuknya neraca perdagangan Indonesia di tahun 2012.
impor dari USD 15,58 milyar pada Desember 2012 menjadi USD 15,55
milyar pada Januari 2013.
Januari 2013 sebesar USD 1,43 milyar, meningkat dari defisit neraca
perdagangan migas pada Desember 2012 yaitu USD 0,74 milyar.
Peningkatan defisit neraca perdagangan migas pada Januari 2013
disebabkan oleh nilai impor migas yang meningkat sebesar 9% dari
Desember 2012.
Pada saat krisis ekonomi global 2008, sinyalemen dari titik balik LEI
pada kuartal III 2007 ini mampu memprediksi adanya penurunan
kinerja perekonomian Indonesia pada kuartal III 2008. Selanjutnya,
sinyal titik balik LEI pada kuartal I 2009 mampu memprediksi
adanya peningkatan kinerja perekonomian pada kuartal IV 2009.
pergerakan siklus bisnis di kuartal III 2012. LEI ini cenderung terus
menurun hingga penghujung akhir kuartal IV 2012 yang berarti ada
gejala perlambatan perekonomian Indonesia.
1
A. Tony Prasetiantono, Ph.D. adalah dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM; Kepala Pusat Studi Ekonomi
dan Kenbnijakan Publik UGM
Jadi, rasanya tidak bakal ada stimulus yang signifikan dari peristiwa
politik pemilu terhadap perekonomian nasional. Sentimen politik
justru terasa pada kebijakan fiskal. Ketika beban subsidi energi mulai
berlebihan, pemerintah justru belum berani menaikkan harga BBM
bersubsidi. Padahal, urgensinya sudah sedemikian tinggi.
dari sekian banyak hal kritis tersebut, yang paling krusial adalah
menaikkan harga BBM bersubsidi. Ini tugas berat Presiden, namun
ia harus melakukannya. Tekanan politik di pundak Presiden SBY
MACROECONOMIC DASHBOARD
FAKULTAS EKONOMIKA dan BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
th
Pertamina Tower Building 4 fl. Room 4.1
Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Phone : +62 274 548 517 ext 373
Email : iero@macroeconomicdashboard.com
Website : www.macroeconomicdashboard.com