Kepmentan 70 Tahun 2017 Tentang Sertifikasi Bawang Putih
Kepmentan 70 Tahun 2017 Tentang Sertifikasi Bawang Putih
NOMOR : 70/Kpts/SR.130/D/9/2017
TANGGAL : 29 September 2017
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bawang putih merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi. Kebutuhan bawang putih mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Tahun 2015 kebutuhan akan bawang putih sebanyak 479,9
ribu ton dan pada tahun 2016 sebanyak 539,3 ribu ton, kebutuhan
tersebut sebagian besar dicukupi dari impor. Impor bawang putih Tahun
2015 sebanyak 479,9 ribu ton dan pada Tahun 2016 sebanyak 432,1 ribu
ton. Untuk menekan angka impor tersebut, saat ini pemerintah telah
menetapkan kebijakan pemenuhan kebutuhan bawang putih dari dalam
negeri, sehingga setiap propinsi yang memiliki daerah yang memenuhi
persyaratan agroklimat untuk bawang putih wajib menanam bawang
putih.
Mengingat ketersediaan benih umbi bawang putih bermutu saat ini sangat
terbatas untuk mendukung program pengembangan kawasan bawang
putih Nasional maka diperlukan upaya khusus untuk percepatan
penyediaan benih umbi bawang putih. Adanya regulasi spesifik yang dapat
dijadikan sebagai pedoman teknis dalam sertifikasi benih bawang putih
diharapkan dapat mendorong upaya percepatan penyediaan benih umbi
bawang putih nasional.
2. Maksud
Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk memberikan acuan kepada
Pengawas Benih Tanaman (PBT) agar dapat melaksanakan sertifikasi
benih umbi lapis bawang putih yang dilakukan melalui pengawasan
pascapanen di gudang.
3. Tujuan
Pedoman teknis ini ditujukan agar pelaksanaan sertifikasi benih benih
umbi lapis bawang putih yang dilakukan melalui pengawasan pascapanen
di gudang berjalan baik dan benar.
4. Ruang lingkup
Sertifikasi benih umbi bawang putih meliputi pendahuluan, persyaratan
sertifikasi dan tata cara sertifikasi benih.
5. Pengertian
Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan :
a. Benih adalah tanaman hortikultura atau bagian darinya yang
digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan
tanaman.
b. Benih bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk
peredaran dan diperbanyak melalui sistem sertifikasi benih,
mempunyai mutu genetik,mutu fisiologis,mutu fisik serta status
kesehatan yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis
minimal.
c. Benih sumber adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan
untuk perbanyakan benih bermutu.
d. Benih Sebar (BR) adalah keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar
atau Benih Pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa
sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara,
memenuhi standart mutu benih yang ditetapkan serta harus
disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih.
e. Tipe simpang adalah sifat-sifat suatu varietas yang mengalami
penyimpangan sampai diluar batas kisaran yang telah ditetapkan
f. Sertifikat kompetensi produsen hortikultura adalah keterangan atau
laporan pemeriksaan yang diberikan oleh instansi yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi
benih atas telah terpenuhinya persyaratan seseorang atau badan
usaha sebagai produsen benih hortikultura
g. Persyaratan Teknis Minimal (PTM) adalah spesifikasi teknis benih
yang mencakup mutu genetik, fisik, fisiologis dan/atau status
kesehatan benih yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama
Menteri
h. Pengawasan pascapanen di gudang adalah pemeriksaan mutu benih
di gudang yang dilaksanakan terhadap hasil perbanyakan benih
dalam bentuk umbi.
i. Formulir/borang adalah bahan isian yang digunakan dalam proses
sertifikasi, selanjutnya disebut formulir.
II. PERSYARATAN SERTIFIKASI
1. Penyelenggara
Penyelenggara sertifikasi benih adalah Instansi atau unit kerja pemerintah
yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi bidang pengawasan dan
sertifikasi benih hortikultura.
2. Pemohon
Pemohon sertifikasi benih adalah produsen benih yang memiliki sertifikat
kompetensi.
4. Lokasi Pengawasan
Pengawasan pascapanen dilakukan di lokasi penyimpanan benih.
5. Unit sertifikasi
a. Unit sertifikasi adalah jumlah benih yang dinyatakan dalam volume
tertentu.
b. Satu unit sertifikasi maksimum 5.000 kg
c. Satu unit sertifikasi terdiri satu varietas, satu kelas benih dan satu
kali periode penyimpanan pada satu lokasi.
6. Klasifikasi benih
Kelas benih yang dihasilkan adalah kelas benih sebar.
Catatan :
*) Apabila dalam satu umbi terdapat satu atau lebih siung yang rusak
maka dihitung satu umbi
8. Ketentuan kemasan
a. Kemasan dapat berupa kantong atau wadah dalam satuan volume
tertentu
b. Bahan kemasan harus terbuat dari bahan yang kuat dan dapat
melindungi mutu benih.
c. Informasi pada kemasan benih meliputi :
Nama dan/alamat produsen benih dan atau pengedar benih sebagai
distributor atau agen tunggal dari varietas dimaksud.
Nomor sertifikasi kompetensi, nomor tanda daftar atau izin produksi
dan/atau pengedar benih.
Jenis, nama varietas dan nomor pendaftaran (register) varietas
tanaman hortikultura untuk peredaran atau nomor pelepasan
varietas.
Volume benih dalam kemasan dengan satuan maksimal 25 kg.
9. Kewajiban Pemohon
a. Mentaati peraturan perundang-undangan di bidang perbenihan
hortikultura.
b. Bertanggung jawab atas mutu benih yang dihasilkan.
c. Mendokumentasikan rekapitulasi data dan informasi yang ada di dalam
surat keterangan asal benih umbi lapis bawang putih (formulir Model
SK BwP 01), serta melaporkan secara periodik (setiap 4 bulan) kepada
Dinas Pertanian setempat dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal
Hortikultura (cq Direktorat Perbenihan Hortikultura).
III. TATA CARA SERTIFIKASI BENIH UMBI LAPIS BAWANG PUTIH
MELALUI PENGAWASAN PASCAPANEN DI GUDANG
1. Permohonan
a. Diajukan oleh produsen benih sebagaimana dimaksud pada II.2 kepada
instansi yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
dan sertifikasi benih dengan mengisi formulir permohonan model SP
BwP 01 untuk sertifikasi yang melalui pengawasan pascapanen di
gudang.
b. Pengajuan permohonan pengawasan pascapanen dilakukan paling lama
7 (tujuh) hari kerja sebelum pemeriksaan benih di gudang.
c. Satu permohonan berlaku untuk satu unit sertifikasi.
d. Permohonan dilampiri antara lain:
1. Fotocopy sertifikat kompetensi produsen
2. Label benih sumber atau surat keterangan benih dari pemilik benih
yang diketahui dari Dinas Pertanian/PPL setempat dengan format
seperti formulir SK BwP 01
3. Peta dan bukti penguasaan gudang
3. Pemeriksaan:
3.1. Klarifikasi dokumen permohonan sertifikasi
a. Dilaksanakan sebelum kegiatan pengawasan pascapanen di
gudang
b. Dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman
c. Dokumen yang telah memenuhi persyaratan administrasi diberikan
nomor induk.
d. Pemberian nomor induk paling kurang memenuhi :
a = nomor urut permohonan sertifikasi
b = kode kelompok komoditas (S = sayur)
c = kode jenis tanaman bawang putih (BwP)
c1 = kelas benih sebar (BR)
d = kode Propinsi wilayah instansi yang menyelenggarakan
tugas pokok dan fungsi pengawasan dan sertifikasi benih
(BPSB)
e = kode kabupaten dimana benih diproduksi (tergantung
masing-masing BPSB)
f = tahun permohonan sertifikasi
TDL = tanpa diperiksa lapangan
Urutan penulisan nomor induk tersebut adalah :
a/b.c.c1/d.e/f/TDL
3.2.Ketentuan Umum
a. Pemeriksaan dilakukan pada pemohon yang telah memenuhi
persyaratan permohonan
b. Dilaksanakan pada kelompok benih yang telah diberi identitas
yang jelas dan mudah dilihat
c. Kelompok benih dinyatakan lulus apabila memenuhi PTM.
d. Terhadap kelompok yang tidak memenuhi PTM dapat dilakukan
satu kali pemeriksaan ulang setelah pemilik benih melakukan
sortasi.
e. Tahapan sertifikasi yang lebih lanjut tidak dapat dilakukan apabila
hasil pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf d di atas.
f. Permohonan pemeriksaan umbi di gudang diajukan paling lama 7
(tujuh) hari kerja sebelum pemeriksaan dengan menggunakan
formulir model SP BwP 01.
g. Pengambilan contoh umbi untuk pemeriksaan umbi di gudang
dilakukan secara acak, paling kurang 1000 umbi untuk setiap
kelompok benih, dimana volume 1 (satu) kelompok benih paling
banyak 8.000 kg.
5. Sertifikat
5.1 Penerbitan sertifikat
a. Sertifikat benih diterbitkan oleh Kepala Instansi yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih untuk kelompok benih yang telah memenuhi
persyaratan teknis minimal di pengawasan pasca panen.
b. Sertifikat diterbitkan untuk setiap kelompok benih yang lulus
berdasarkan pada laporan hasil pemeriksaan umbi di gudang
yang diisi oleh PBT dengan menggunakan formulir model SL BwP
01.
5.2 Pembatalan sertifikat
Sertifikat benih dapat dibatalkan apabila kelompok benih:
a. tidak sesuai dengan kondisi awal; dan/atau
b. berpindah tempat tanpa sepengetahuan Instansi yang
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi pengawasan dan
sertifikasi benih.
6. Pelabelan
6.1 Umum
a. Benih yang diedarkan wajib diberi label.
b. Kesesuaian label dengan kebenaran mutu benih dalam kemasan
yang diberi label menjadi tanggung jawab produsen.
c. Syarat pemberian label : kelompok benih lulus sertifikasi (benih
bersertifikat).
d. Bahan label yaitu kertas atau bahan lain yang kuat, tidak mudah
robek atau luntur.
e. Label ditulis dalam bahasa Indonesia, mudah dilihat dan dibaca,
serta tidak mudah rusak.
f. Untuk membedakan label yang sertifikasinya hanya melalui
pemeriksaan umbi di gudang dibuatkan penciri khusus label berupa
tulisan diagonal “TDL” (Tanpa Diperiksa Lapangan).
Kepada Yth,
No. Induk :
Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
MT :
Propinsi …………………….
di …………………………....
Dengan ini kami mengajukan permohonan pemeriksaan gudang untuk umbi benih
bawang putih dengan data seperti di bawah ini :
1. Asal Lokasi penangkaran : …………………………..
Kampung : …………………………..
Desa : …………………………..
Kecamatan : …………………………..
Kabupaten : …………………………..
(………..........…………..)
Tembusan Yth,
1. Pengawas Benih Tanaman .....................…........
2.Arsip
Model SP BwP 02
Pemasangan label pada kelompok benih tersebut akan dilaksanakan pada tanggal
...........
......., ..........
Pemohon
(................................)
Tembusan :
1. Penanggung jawab Pengawas Benih Tanaman Kab/Kota .....
2. Arsip
Catatan :
1. Tanggal pemeriksaan umbi
2. .........................................
Model SK BwP 01
Dengan ini, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa benih bawang putih yang
ada di gudang
- Nama Produsen Benih : ………………………………
- Alamat Produsen Benih : .....................................
- Alamat Gudang : ……………………………….
- Volume benih : .................................kg
- Varietas : .....................................
- Asal benih sumber dari : .....................................
- Waktu panen (tanggal/bulan/tahun) : …………………………….…
No. Induk :
MT :
Tanggal Pemeriksaan :
1. Nama pemohon :……………………
2. Nomor sertifkat kompetensi : ……………………
3. Nama badan usaha : ……………………
4. Nomor tanda daftar : ……………………
5. Alamat : ……………………
6. Lokasi gudang
Blok : …………………….
Kecamatan : ……………………..
Kampung : …………………….
Kabupaten / kota : ……………………..
Desa : …………………….
7. Volume benih di gudang : ……………………kg
8. Benih yang diproduksi
Jenis : ……………………
Varietas : …………………..
Kelas benih : BR
No. kelompok (lot) : …………………
Volume benih : ………………… Kg /ton *)
9. Hasil pemeriksaan
Jumlah sampel yang diperiksa : ……………… umbi
a. Jumlah umbi terserang OPT
- Antraknose ……………………….…%
- Busuk umbi …………………….…..%
b. CVL + Tipe simpang .....................%
c. Kerusakan mekanis ………………… %
10. Kesimpulan
Kelompok benih memenuhi syarat untuk diedarkan
Harus diperiksa ulang
..………….., tanggal …………
Mengetahui Pengawas Benih Tanaman
(………….......…………….) (……………………………….)
Tembusan Yth,
1. Arsip
2. ..................
Model SL BwP 02
Nomor Induk :
Kepada Yth Musim tanam :
Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Propinsi ............
Di .............................
Pemasangan label pada kelompok benih di atas telah selesai dilaksanakan pada
tanggal ........ dengan identitas label sebagai berikut :
(..............................) (...................................)
NIP.