Anda di halaman 1dari 4

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di dunia, yang artinya Indonesia memiliki

nilai rata-rata pendapatan penduduk yang rendah serta infrastruktur yang masih belum memadai.
Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat di dunia, infrastruktur khususnya
dalam bidang transportasi masih perlu dikembangkan dan diperbaiki. Transportasi berhubungan
erat dengan manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa dan konsumen. Sarana dan prasarana
transportasi yang layak telah menjadi suatu kebutuhan primer bagi penggunanya akan tetapi,
pada kenyataannya alat transportasi yang layak tidak tersedia di masyarakat. Sarana dan
prasarana transportasi yang dipakai tidak hanya dituntut untuk dapat mengantarkan orang
maupun barang dengan cepat akan tetapi juga menuntut kenyamanan, keamanan dan kelayakan
dari transportasi itu sendiri.

Di Indonesia, Bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya yang tidak diimbangi dengan
fasilitas transportasi publik menyebabkan jumlah kendaraan semakin bertambah, maka
kebutuhan sarana transportasi jalanraya sangat besar. Berbanding terbalik dengan pertambahan
volume kendaraan pribadi yang setiap tahunnya bertambah, pada dasarnya jalan yang telah ada
akan mengalami penurunan fungsi strukturalnya sesuai dengan bertambahnya umur. Oleh karena
itu diperlukan perencanaan konstruksi jalan yang optimal dan memenuhi syarat teknis menurut
fungsi, volume maupun sifat lalu lintas sehingga pembangunan tersebut dapat berguna maksimal
bagi perkembangan daerah sekitarnya.

Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan yang sangat
penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa.
Keberadaan jalan sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan
meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil
yang merupakan sentra produksi pertanian. Namun di Indonesia, kondisi jalan yang terbilang
baik hanya 60% - 70% dari jumlah total jalan yang ada (Widjojono, 2014). Oleh karena itu, perlu
dilakukan suatu usaha manajemen kualitas pada saat pembangunan jalan baru, bahkan pada
perbaikan jalan yang rusak, agar jalan yang dulu pernah diperbaiki tidak rusak dalam jangka
waktu yang cepat. Hal inilah yang mendasari penelitian “Pengaruh Manajemen Kualitas pada
Pekerjaan Perbaikan Jalan di Indonesia”.

2. Identifikasi masalah

Secara teknis, kerusakan jalan menunjukkan suatu kondisi dimana structural dan fungsional jalan
sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap lalu lintas yang melintasi
jalan tersebut. Kondisi lalu lintas dan jenis kendaraan yang akan melintasi suatu jalan sangat
berpengaruh pada desain perencanaan konstruksi dan perkerasan jalan yang dibuat. Sama halnya
dengan gedung yang konstruksinya direncanakan berdasarkan dengan beban yang nantinya
bekerja sesuai pada fungsi bangunan gedung tersebut, dalam perencanaan jalan, jalan juga harus
didesain untuk mampu menahan beban lalu lintas di atasnya tanpa mengalami kegagalan.
Kerusakan jalan yang terjadi perlu diidentifikasi penyebab masalahnya sehingga tindakan
penanganan atau perbaikan jalan yang akan dilakukan sesuai sehingga jalan yang telah diperbaiki
tidak cepat rusak. Faktor – faktor penyebab kerusakan jalan antara lain :

1. Volume lalu lintas dan variasi beban yang melintasi jalan tersebut
Jalan didesain agar kuat terhadap beban lalu lintas. Kerusakan jalan biasanya terjadi oleh
kelelahan akibat beban berulang, artinya beban kendaraan yang besar tidak akan
berpengaruh jika hanya sekali lewat, namun akan menjadi penyebab kerusakan jika terus
menerus terjadi. Biasanya tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh suatu beban sumbu
yang melewati standar desain.
2. Proses pembuatan jalan yang tidak sesuai dengan standar
Salah satu penyebab kerusakan jalan yaitu pada proses pelaksanaan pekerjaannya yang
kurang baik, bukan dari desainnya. Desain pembangunan jalan biasanya sangat jelas
karena ada spesifikasinya dan jika tidak sesuai desain tersebut akan ditolak oleh instansi
terkait, selain itu desain jalan raya juga memiliki safety factor yang cukup tinggi.
Kurangnya kontrol serta pengawasan pada saat pembuatan jalan juga merupakan salah
satu penyebab kerusakan jalan.
3. Sistem drainase jalan yang kurang baik
Drainase jalan dibuat untuk menampung air yang jatuh ke permukaan jalan. Namun,
umumnya pada kota-kota di Indonesia, drainase pinggir jalan tidak hanya sebagai saluran
pembuangan air yang jatuh di jalan, tetapi juga sebagai saluran air kotor dari permukiman
penduduk di sepanjang jalan, serta tidak terawatnya saluran drainase menyebabkan jalan
tergenang air saat musim hujan.
Air yang menggenang karena sistem drainase yang kurang baik dapat melonggarkan
ikatan antara agregat dengan aspal. Pada saat ikatan aspal dan agregat melonggar karena
air, kendaraan yang lewat akan member beban yang akan merusak ikatan tersebut
sehingga terbentuklah retakan atau lubang kecil di permukaan jalan. Luba kecil yang
terbentuk tersebut akan menampung air di dalamnya, sehingga dalam hitungan beberapa
minggu lubang tersebut akan membesar. Hal tersebut menyebabkan kerusakan jalan
terjadi secara eksponensial.
4. Material yang digunakan tidak memenuhi standar
Jalan di perkotaan yang umumnya jarang dilewati oleh kendaraan-kendaraan besar, akan
tetapi kerusakan jalan tetap terjadi di daerah perkotaan. Hal tersebut terjadi dapat
dikarenakan material, baik agregat dan aspal yang digunakan tidak sesuai dengan standar.
Sebagai contoh, secara teori aspal hotmix yang digunakan suhunya harus melebihi 100 0C,
namun seringkali pada aplikasinya di lapangan tidak demikian. Jika hal tersebut terjadi,
maka kepadatan / ikatan atara agregat dan aspal menjadi berkurang, sehingga jalan akan
mudah retak walau hanya dilewati kendaraan ringan.

3. Penerapan Total Quality Management


Total Quality Management atau manajemen total kualitas merupakan suatu komitmen
perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggannya dengan penekanan secara
konstan melakukan perubahan untuk peningkatan kualitas secara berkelanjutan (continuously
improvement). Dalam peningkatan kualitas perbaikan jalan dapat dilakukan langkah strategi
perbaikan kualitas dengan mengikuti mengikuti siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act)
1. Plan
Tahap awal dalam perbaikan kualitas ini dimulai dari tahap identifikasi masalah yang telah
ada. Setelah data-data yang diperlukan terkumpul maka dapat dimulai tahap perencanaan.
Data yang mendukung dalam tahap perencanaan perbaikan jalan antara lain :
1. Data geometri dan jaringan jalan
2. Data tentang peraturan muatan JBB (Jumlah Berat yang diperbolehkan) danJBI (Jumlah
Berat yang Diijinkan)
3. Data kondisi perkerasan
4. Data berdasarkan survei kondisi jalan (pengamatan langsung terhadap kondisi jalan dan
kondisi drainase jalan)
5. Data berdasarkan survei lalu lintas
Tahap perencanaan perbaikan jalan dilaksanakan berdasarkan penyebab utama terjadinya
kerusakan jalan.
2. Do (Tahap Pelaksanaan)
Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap implementasi atau penerapan dari rencana – rencana
yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
3. Check (Tahap Pemeriksaan)
Setelah suatu peningkatan atau perbaikan kualitas dilakukan berdasarkan data-data yang telah
direncanakan, maka perlu dilakukan pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari
hasil – hasil dari penerapan tahap pelaksanaan. Tahap ini disebut dengan tahap pemeriksaan
(check). Dalam tahap check, hasil actual yang telah dicapai dibandingkan dengan target dan
ketepatan jadwal yang telah ditentukan
Dalam tahap pemeriksaan digunakan instrument atau alat bantu yang digunakan dalam
pengolahan data untuk peningkatan kualitas, serta merupakan alat bantu dalam memetakan
masalah secara terstruktur, guna membantu kelancaran komunikasi pada tim kerja, dan
untuk pengambilan keputusan. Terdapat 7 alat bantu untuk mengontrol atau mengecek
kualitas, antara lain : flow chart, fishbone, pareto chart, histogram, check sheet, scaterred
diagram, control chart.
Dalam manajemen kualitas perbaikan jalan dapat digunakan check sheet untuk melakukan
pengecekan yaitu :

No Uraian Sesuai/ Tidak/ CATATAN


Diterima Ditolak
1 Kondisi material :
Agregat
Aspal
2 Jumlah material
3 Volume lalu lintas Sesuai / melebihi
desain perencanaan
4 Jenis kendaraan Sesuai / melebihi
desain perencanaan
5 Kondisi drainase
6 Kondisi marka jalan
7 Jumlah tenaga kerja
8 Pengawasan pelaksanaan
8 Masalah sosial

4. Act (Tahap Penindakan)


Berdasarkan hasil – hasil yang dicapai pada tahap pemeriksaan (check), dapat dilakukan 2
(dua) jenis tindakan yaitu tindakan perbaikan (jika hasilnya tidak mencapai apa yang
ditergatkan) dan tindakan standarisasi (jika hasilnya mencapai target yang telah ditetapkan)

Anda mungkin juga menyukai