Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331252711

KETAHANAN LUNTUR ZAT REAKTIF DAN AZO PADA BAHAN BAKU PRODUK
BATIK UNTUK UKM DI JAWA TIMUR

Article · September 2017


DOI: 10.17977/um031v40i22017p115

CITATIONS READS

0 221

3 authors:

Anik Dwiastuti Endang Prahastuti


State University of Malang State University of Malang
7 PUBLICATIONS   5 CITATIONS    8 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Esin Sintawati
State University of Malang
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Anik Dwiastuti on 06 August 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 40, NO. 2, SEPTEMBER 2017: 115-126

KETAHANAN LUNTUR ZAT REAKTIF DAN AZO PADA BAHAN


BAKU PRODUK BATIK UNTUK UKM DI JAWA TIMUR

Anik Dwiastuti
Endang Prahastuti
Esin Sintawati

Abstrak: Tujuan penelitian ini menguji ketahanan luntur zat warna tekstilbatik yaitu
reaktif dan azo pada uji pencucian menggunakan SNI ISO 105-C06: 2010 dan uji ke-
ringat pH asam dan pH basa menggunakan SNI ISO 105-E04: 2015 dengan penye-
suaian DSTI. Sampel uji untuk zat warna reaktif adalah material katun dan sampel uji
azo menggunakan sutera sebagai bahan baku utama untuk produk batik di Jawa Ti-
mur. Nilai perubahan warna dan penodaan warna dievaluasi pada konsentrasi larutan
yang berbeda sesuai standar uji masing-masing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan konsentrasi larutan zat reaktif tidak menyebabkan perbedaan yang nyata
pada skor perubahan warna dan perbedaan warna katun untuk semua pengujian. Se-
mentara konsentrasi larutan zat azo yang berbeda menyebabkan perbedaan yang nyata
pada skor perbedaan warna untuk pengujian sutera.

Kata-kata Kunci: reaktif, azo,ketahanan luntur, pencucian, keringat

Abstract: Colour Fastness Properties of Reactive and Azo Resistance on Batik


Dyestuff for Small Enterprises in East Java. The study aims to test reactive and azo
dyestuff base on colour fastness of washing based on SNI ISO 105-C06:2010 and
perspiration on pH acid and pH alcaline based on SNI ISO 105-E04:2015 adjusted
with DSTI. The testing sample for reactive substance is cotton and the testing sample
for azo is silk, main raw material of batik used in East Java. Colour change and
stains are evaluated on different concentrations of the solution according to each
standart. The results show that different concentration of reactive solutions do not
cause a significant different on colour change and cotton stain for all testing samples.
On the other hand, different concentrations of azo solutions cause a significant
difference on silk stains.

Keywords: reactive, azo, fastness, washing, sweat

P emerintah mengembangkan industri


hilir sektor TPT melalui Rencana
Strategis Departemen Perindustrian tahun
Jawa Timur untuk meningkatkan nilai
ekspor produk batik. Namun kenyataanya
sebagian besar perajin batik di Jawa Ti-
2010-2015 dalam bentuk pengelompokan mur masih memiliki kendala dalam hal
sektor industri kreatif di Indonesia yang pemasaran produk batiknya, terutama da-
diikuti oleh misi pemerintah propinsi lam hal memenuhi pasar ekspor. Humas

Anik Dwiastuti, Endang Pahastuti, dan Esin Sintawati Dosen Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang. Email: anik.dwiastuti.ft@um.ac.id. Alamat Kampus: Jl. Semarang No. 5
Malang 65145.

115
116 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 40, NO. 2, SEPTEMBER 2017: 115-126

Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur Salah satu yang menjadi tuntutan
(APBJT) menyatakan bahwa selama ini standar kualitas untuk produk tekstil di
permintaan ekspor batik keluar negeri pasar internasional adalah kualitas warna
masih terkendala beberapa hal yaitu: (1). yang dapat dijelaskan dari penilaian keta-
tidak ada pedoman kualitas baku, (2). mi- hanan luntur warna (colour fastness).
nimnya SDM, dan (3). pembiayaan tidak Atribut colour fastness diantaranya ada-
mencukupi (Pindani, 2015). lah pengukuran color change dan stain-
Hasil pengamatan di lapangan me- ing test yang mengacu pada standarisasi
nunjukkan bahwa beberapa hambatan pe- ISO atau AATCC (Bide, 2012). Zat war-
rajin batik di Jawa Timur dalam meme- na jenis reaktif dan azo adalah dua go-
nuhi standar kualitas produk ekspor dian- longan zat warna impor yang umumnya
taranya: (1). kurang memahami instru- digunakan oleh UKM di Jawa Timur.
men terkait standarisasi produk tekstil Oleh sebab itu, pada penelitian ini peng-
untuk kebutuhan pasar ekspor, (2). tidak ujian colour fastness dilakukan dengan
menguasai standarisasi prosess dyeing menggunakan zat warna jenis reaktif dan
dan penggunaan dyestuff, (3).tidak mela- Azo.
kukan uji baku mutu pada produk yang Zat warna reaktif tergolong mudah
dihasilkan. Faktor uji baku mutu produk diabsorbi dan berafinitas baik dengan se-
sangat berpengaruh terhadap daya saing rat selulosa dan protein. Ditinjau dari si-
global sehingga perlu adanya identifikasi fat kimianya, ada dua golongan zat warna
terhadap kualitas bahan baku, dalam hal reaktif yang digunakan yaitu reaktif suhu
ini adalah jenis dyestuff yang digunakan rendah dan reaktif suhu tinggi. Ciri khas
zat warna reaktif adalah kemampuannya
oleh UKM batik. Identifikasi kualitas ba-
dalam berikatan dengan serat tekstil un-
han pewarna yang digunakan pada pro-
tuk membentuk ikatan kovalen antara gu-
duk batik dapat menjelaskan kualitas dari
gus reaktif dalam dyestuff tersebut dan
produk batik itu sendiri, sehingga uji ke-
gugus –OH, -SH, -NH2, dan -NH yang
tahanan luntur warna dapat digunakan ada dalam serat.
untuk melengkapi deskripsi spesifikasi Azo merupakan kelompok zat warna
produk sebagaimana yang dipersyaratkan tekstil berjenis adjektif yang membutuh-
di pasar global. Usaha tersebut diharap- kan penggunaan elektrolit yaitu garam di-
kan dapat menjadi daya dorong bagi pro- azonium sebagai pembangkit warnanya.
duk batik Jawa Timur untuk memasuki Jenis zat warna ini dapat diabsorbsi dan
pasar ekspor. berafinitas baik dengan serat sintetis, se-
Evaluasi tekstil merupakan prosedur lulosa maupun wool. Struktur molekul
uji baku mutu pada tekstil dan produk zat warna sintetis golongan azo merupa-
tekstil, yang dibedakan menjadi dua jenis kan kromofor atau gugus pembawa war-
yaitu evaluasi fisika dan evaluasi kimia na yang berhubungan dengan substantifi-
(Isminingsih, 2013). Pengujian bahan tas, kereaktifan, koefisien difusi, dan ke-
tekstil merupakan bagian dari evaluasi larutan zat warna yang menentukan corak
produk yang dilakukan pada sampel kain dan kecerahan warna. Gugus azo memi-
berfungsi sebagai bentuk pelayanan ke- liki ciri-ciri yaitu senyawanya memiliki
puasan pada konsumen, pemenuhan sya- paling sedikit satu ikatan -N=N-. Tiga
rat standarisasi, evaluasi proses dan hasil jenis zat warna golongan azo yaitu mono
produksi, pengembangan produk baru, azo, diazo dan triazo.
memperjelas spesifikasi produk, dan Warna adalah salah satu properti
mencari serta menemukan solusi perma- yang sangat penting pada sebuah produk.
salahan produk. Warna pada produk tekstil warna meru-
Dwiastuti,dkk., Ketahanan Luntur Zat Reaktif dan Azo 117

pakan value yang memiliki dampak perlukan untuk memperjelas spesifikasi


langsung terhadap tingkat kepuasan produk.
penggunanya. Durabilitas atau ketahanan Penilaian ketahanan warna terhadap
warna pada material tekstil merupakan keringat merupakan sebuah pengujian
bagian yang sering diharapkan oleh kon- fisika berkaitan dengan terjadinya peru-
sumen sehingga menjadi hal utama dalam bahan warna dan perbedaan warna pada
proses pengujian warna. Faktor yang ber- kain uji yang diberikan perlakuan meng-
pengaruh langsung terhadap ketahanan gunakan keringat yang memiliki pH asam
warna antara lain struktur molekul proses dan basa dalam sebuah instrumen yaitu
celup, tipe dan struktur serat material, perspiration tester. Campuran natrium
proses pencelupanya dan kepekatan war- khlorida, asam laktat dan zat aditif lain-
na (Cegarra et al., 1992). Fan (2011) me- nya yang memiliki pH 3,5 digunakan un-
nyatakan bahwa identifikasi mengenai tuk membuat artifisial keringat asam.
golongan zat warna dan bahan kimia Campuran natrium khlorida, amonium
yang digunakan pada proses penyempur- karbonat dan zat aditif lainnya yang me-
naan akhir sebuah kain juga berkaitan de- miliki pH 8 digunakan untuk membuat
ngan analisis terhadap dampak pada ling- artifisial keringat basa. Perubahan warna
kungan. pada kain uji dan perbedaan warna de-
Pengujian ketahanan warna terhadap ngan kain kontrol dinilai menggunakan
pencucian dilakukan pada zat reaktif dan grey scale dan staining scale sebagai in-
azo untuk produksi batik di UKM Jawa strumennya.
Timur karena aktivitas pencucian meru- Secara umum penilaian ketahanan
pakan perawatan rutin yang dilakukan luntur warna pada kain dapat dilakukan
dalam perawatan pakaian. Lima tipe me- pada berbagai variabel yang mempenga-
tode pencucian yang dapat dilakukan ya- ruhinya. Masing-masing ketahanan luntur
itu perlakuan saat pencucian, kekentalan warna tidak mempunyai korelasi ter-
cairan sabun, penambahan bakan alkali, hadap suatu zat warna tertentu. Oleh se-
dan temperatur pencucian. Meskipun ma- bab itu, sifat tahan luntur warna untuk se-
sing-masing metode berbeda, namun buah zat warna perlu ditentukan sesuai
standar prosesnya dirancang mendekati dengan penggunaan akhir dari bahan
sesuai dengan proses pencucian praktis tekstil tersebut. Pengujian tahan luntur
domestik agar hasil uji dapat melengkapi warna akan berbeda sesuai keadaan dan
spesifikasi sesuai dengan kebutuhan kon- kondisi yang dikehendaki, sehingga un-
sumen. Penentuan konsentrasi larutan tuk menghindari timbulnya penilaian lain
merupakan hal yang paling utama pada maka perlu mencantumkan rujukan stan-
kelima metode pengujian tersebut karena dar pengujian yang digunakan.
konsentrasi larutan berpengaruh terhadap
perubahan warna dan perbedaan warna
(Philip, et.all. 2003). Prinsip pengujian- METODE
nya adalah proses laundering mengguna- Rancangan penelitian yang diguna-
kan campuran bahan natrium hipoklorit, kan adalah deskriptif kuantitatif dengan
natrium metasilitat, asam asetat 20,00% tujuan memaparkan kualitas zat reaktif
dan sabun netral. Pengaturan suhu secara dan azo sebagai bahan baku batik di Jawa
termostatik dan kecepatan putaran pada Timur menggunakan standar yang ber-
alat launderometer memberikan peng- laku di Indonesia. Pengujian color fast-
aruh tersendiri terhadap hasil pengujian, ness dilakukan untuk menilai perbedaan
sehingga pencantuman penggunaan atau warna dan perubahan warna terhadap
pemilihan standar uji yang dilakukan di- pencucian. Sampel yang diuji adalah ka-
118 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 40, NO. 2, SEPTEMBER 2017: 115-126

tun primissima dengan instrumen laun- kati dengan perlakuan pada pencucian
derometer. Pengujian ketahanan luntur domestik. Perlakuan yang diberikan pada
warna terhadap keringat pH asam dan pH sampel uji menggunakan standar tipe 3,
basa dilakukan pada sampel kain sutera yaitu sampel kain utama berpasangan de-
menggunakan instrumen perspiration ngan katun putih sebagai outer-lining
tester. pertama dan sutera putih sebagai lining
Konsentrasi larutan yang digunakan kedua. Sampel uji kain sutera dicuci ber-
berdasarkan dua standar vlot sesuai De- sama dengan bahan katun putih sebagai
wan Standarisasi Tekstil Indonesia lining pertama dan wool putih sebagai
(DSTI), yaitu: (1) zat reaktif dengan lining kedua. Prosedur pengujiannya ya-
komposisi rendah menggunakan vlot itu setiap pasangan sampel uji diproses
1:10 dan komposisi tinggi menggunakan dalam launderometer dengan kecepatan
vlot 1:40, dan (2) zat warna golongan azo putaran 42/menit. Penilaian hasil peru-
menggunakan komposisi vlot 1:20 dan bahan warna dan penodaan warna meru-
1:30. Penggunaan setiap rasio tersebut juk pada standar AATCC-TM untuk hasil
menghasilkan konsentrasi larutan yang pencucian, yaitu grey scale dan staining
berbeda. scale 9 skala.
Zat warna reaktif yang diuji adalah Metode pengujian ketahanan luntur
dyestuff jenis reaktif panas, warna merah warna terhadap keringat menggunakan
27,00%. Uji katun 1 dilakukan pada ma- standar SNI ISO 105-E04: 2015. Prose-
terial katun jenis primissima mengguna- dur pengujiannya yaitu sampel kain uji
kan konsentrasi 5,87%, sedangkan uji ka- dari bahan katun dipasangkan dengan ba-
tun 2 menggunakan komposisi tinggi de- han katun putih sebagai lining pertama
ngan konsentrasi 5,38%. Zat warna kedua dan wool putih sebagai lining kedua.
yang diuji adalah naphtolat golongan azo Sampel uji sutera dipasangkan dengan
(naphtol AS-D) dengan coupling garam sutera putih sebagai lining pertama dan
diazonium GG dan merah R yang diuji katun putih sebagai lining kedua. Sampel
pada bahan silk (sutera) pada konsentrasi kemudian direndam dalam larutan keri-
4,06% yang selanjutnya disebut uji sutera ngat artifisial yang bersifat asam dan
1 dan konsentrasi 4,07% yang selanjut- basa dalam perspiration tester menggu-
nya disebut dengan uji sutera 2. nakan tekanan 60gr/cm2 selama 6 jam.
Metode pengujian ketahanan luntur Penilaian tingkat penyerapan warna
warna terhadap pencucian menggunakan serat tekstil menggunakan zat warna
skala I pada SNI ISO 105-C06:2010, yai- reaktif dan azo dinilai menggunakan
tu proses pencucian menggunakan suhu Scanning Mikroskop Electron (SEM).
40°C, volume larutan 200 ml, sabun Formulasi yang digunakan berbasis pada
0,50%, jumlah kelereng baja 10, dan nilai penghitungan CIELAB Lch. Nilai
lama waktu pencucian 45 menit. Metode perbedaan warna dihitung menurut per-
skala I ini dipilih karena paling mende- samaan 1. Nilai M subscript merupakan

…..………………………………….(1)

dimana
Dwiastuti,dkk., Ketahanan Luntur Zat Reaktif dan Azo 119

nilai rerata dari kain uji dan kain pem- Data hasil pengujian adalah nilai pe-
banding. rubahan warna dan perbedaan warna aki-
Parameter tingkatan nilai greyscale bat pencucian dan keringat yang dieva-
untuk color change, dihitung mengguna- luasi menggunakan standar greyscale dan
kan persamaan 2 dan persamaan 3. Selan- staining scale 9 tingkat hasil representasi
jutnya dilakukan interpolasi dari hasil dari formulasi penghitungan CIELAB.
penghitungan persamaan 2 dan 3 sehing- Rentang penilaian dievaluasi berdasarkan
ga diperoleh parameter grading sesuai perbedaan warna yang terjadi pada kain
nilai greyscale, seperti pada Tabel 1. uji menggunakan representasi spesifikasi
colorimeter yang dihitung dari rumus ni-
Tabel 1. Greyscale for Staining Step Value
lai chromatic Adam dalam satuan C.D
Calculated SSG Reported GSs (color difference) seperti ditunjukkan pa-
5.00 to 4.75 5- da persamaan 4 (Raechel, 2010).
4.74 to 4.25 4-5
4.24 to 3.75 4-
3.74 to 3.25 3-4 HASIL
3.24 to 2.75 3-0
Hasil pengujian menggunakan stan-
2.74 to 2.25 2-3
2.24 to 1.75 2-
dar SNI ISO 105-C06:2010 berupa nilai
1.74 to 1.25 1-2 ketahanan luntur warna kain katun dan
Less than 1.25 1-0 sutera terhadap pencucian ditunjukkan
pada Tabel 2.
(Sumber : Bide, 2012)

…………………………………………………………(2)
dimana

dan

………………………………...……………(3)
dimana

.........................................................(4)
dimana :
Vx Vy dan Vz merupakan tristimulus X, Y dan Z

Tabel 2. Hasil Uji Ketahanan Luntur terhadap Pencucian


Color Change Staining pada Staining pada Staining pada
Sampel uji sutera kapas wool
Nilai GreyScale Nilai StainingScale
Katun 1 4-5 4 4 -
Katun 2 4-5 4 4 -
Sutera 1 4 - 4 4-5
Sutera 2 4 - 4 4-5
120 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 40, NO. 2, SEPTEMBER 2017: 115-126

Nilai perubahan warna maupun per- berbeda tidak menghasilkan nilai penoda-
bedaan warna pada kain katun dan sutera an warna yang berbeda, namun hasil nilai
seperti disajikan pada Tabel 2 menunjuk- penodaannya tidak sama untuk bahan
kan hasil yang berbeda untuk masing-ma- tekstil yang berbeda jenis seratnya. Hasil
sing dyestuff jenis reaktif dan azo. Nilai ini menunjukkan bahwa kualitas penoda-
perubahan warna zat reaktif pada peng- an zat warna azo akan berbeda jika digu-
gunaan konsentrasi 5,87% yang diuji nakan pada kain dengan jenis serat yang
pada katun melalui pengukuran greyscale berbeda.
berada pada skala 4-5 atau memiliki ka- Rentangan nilai toleransi perubahan
tegori sedikit lebih baik. Nilai perubahan warna dan penodaan warna uji pencucian
warna yang dihasilkan pada konsentrasi untuk zat warna reaktif dan azo dipapar-
5,38% juga menunjukkan nilai yang kan pada Tabel 3.
sama. Perubahan warna hasil pengukuran
staining scale yang terjadi pada penguji- Tabel 3. Nilai Perubahan Warna dan
Perbedaan Warna antara Reaktif
an katun terhadap katun dan katun ter-
dan Azo
hadap sutera memiliki nilai penodaan
(staining) yang sama yaitu 4 atau dikate- Sampel Perubahan Penodaan
gorikan baik untuk kedua konsentrasi ter- Uji warna (C.D) warna (C.D)
sebut. Katun1 0,8 4,0
Katun 2 0,8 4,0
Perubahan warna zat azo akibat pen-
Sutera1 1,5 2,0
cucian hasil pengukuran greyscale yang Sutera 2 1,5 2,0
diuji pada bahan sutera dengan konsen-
trasi larutan 4,06% menunjukkan nilai Pengujian perbedaan warna berda-
pada skala 4 atau dikategorikan sebagai sarkan nilai chromatic Adam menunjuk-
baik. Nilai perbedaan warna hasil peng- kan nilai yang berbeda. Perubahan warna
ukuran stainingscale menunjukkan nilai yang terjadi akibat pencucian pada zat re-
yang berbeda untuk pengujian penodaan aktif lebih baik dibandingkan zat azo, de-
(staining) terhadap katun dan wool. ngan nilai 0,80 C.D untuk sampel katun
Pengujian perbedaan warna sutera de- dan 1,50 C.D untuk sutera. Namun untuk
ngan konsentrasi 4,06% hasil pengujian penodaan warna, zat azo lebih baik di-
penodaan sutera terhadap katun menun- bandingkan zat reaktif dengan nilai 2,00
jukkan nilai 4 atau dikategorikan baik C.D untuk sampel sutera dan 8,00 C.D
dan hasil pengujian sutera terhadap wool untuk sampel katun.
nilai penodaannya lebih baik yaitu 4-5 Hasil pengujian ketahanan luntur
atau dikategorikan sedikit lebih baik. warna terhadap keringat menggunakan
Pengujian perbedaan warna dengan standar ISO 105-E04:2015 diuraikan
menggunakan konsentrasi larutan yang pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Ketahanan Luntur terhadap Keringat
pH Asam pH Basa
Staining Staining
Color Staining pada Color Staining pada
Sampel pada pada
Change Sutera/Wool Change Sutera/Wool
Uji kapas Kapas
Nilai Nilai
Nilai StainingScale Nilai StainingScale
GreyScale GreyScale
Katun1 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5
Katun2 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5 4-5
Sutera1 4-5 3-4 3-4 4-5 3-4 3-4
Sutera2 4-5 4 4 4-5 4 4
Dwiastuti,dkk., Ketahanan Luntur Zat Reaktif dan Azo 121

Kualitas zat warna reaktif dan azo ji- dan katun terhadap sutera yaitu skala 4-5
ka ditinjau dari ketahanan luntur warna atau sedikit lebih baik.
terhadap keringat menunjukkan hasil Hal ini nampak berbeda pada peng-
yang berbeda untuk nilai perubahan war- ujian keringat terhadap zat golongan azo
na dan perbedaan warna. Nilai perubahan pada penggunaan konsentrasi 4,06% dan
warna zat reaktif menggunakan konsen- 4,07%. Hasil uji keringat dengan pH
trasi 5,87% dan 5,38% yang ditunjukkan asam menunjukkan nilai penodaan yang
oleh grey scale berada pada skala 4-5 sama untuk sutera terhadap katun dan su-
atau dikategorikan sedikit lebih baik un- tera terhadap wool yaitu pada skala 3-4
tuk semua pengujian ketahanan warna atau berkategori cukup baik. Namun pada
terhadap keringat pada pH asam maupun penggunaan azo dengan konsentrasi
pH basa. Nilai perbedaan warna yang di- 4,07% nilai penodaan warna hasil uji ke-
tunjukkan dari penodaan kain akibat pen- ringat dengan pH asam maupun pH basa
cucian menunjukkan kategori yang ber- nilainya pada skala 4 atau berkategori
beda. Hasil ini menunjukkan bahwa zat baik untuk semua sampel baik sutera ter-
warna reaktif dan azo memiliki kualitas hadap katun maupun sutera terhadap
seimbang dalam hal perubahan warna wool.
akibat keringat. Hasil pengujian juga me- Rentangan nilai toleransi perubahan
nunjukkan bahwa tidak terdapat perbeda- warna dan penodaan warna zat reaktif
an nilai pada perubahan warna dalam dan azo pada pengujian keringat pH asam
dan pH basa dijelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Perubahan Warna dan Perbedaan Warna pada Uji Keringat
pH Asam pH Basa
Sampel Perubahan Perbedaan Warna (C.D) Perubahan Perbedaan Warna (C.D)
Uji Warna Warna
(C.D) Katun Sutera Wool (C.D) Katun Sutera Wool
Katun1 0,80 2,00 2,00 - 0,80 2,00 2,00 -
Katun2 0,80 2,00 2,00 - 0,80 2,00 2,00 -
Sutera1 0,80 5,60 - 5,60 0,80 5,60 - 5,60
Sutera2 0,80 4,00 - 4,00 0,80 4,00 - 4,00
penggunaan zat reaktif menggunakan Tabel 5 menunjukkan bahwa kuali-
konsentrasi rendah maupun tinggi. De- tas zat warna reaktif dan azo tidak berbe-
mikian pula untuk zat azo, tidak ada per- da berdasar hasil pengujian keringat.
bedaan nilai perubahan warna pada peng- Rentang perubahan warna yang terjadi
gunaan zat azo menggunakan konsentrasi diukur menggunakan nilai chromatic
rendah maupun tinggi. Adam menunjukkan hasil yang sama baik
Perbedaan warna akibat keringat uji dengan pH asam maupun basa untuk
yang ditunjukkan dari skala penodaan sampel katun dan sutera, yaitu 0,80 C.D.
memiliki nilai yang berbeda untuk ma- Sebaliknya, pada penggunaaan kon-
sing-masing zat reaktif dan azo. Hasil uji sentrasi larutan berbeda, dyestuff jenis
keringat dengan pH asam pada zat reaktif reaktif menghasilkan nilai perubahan
menunjukkan nilai penodaan yang sama warnanya lebih stabil jika dibandingkan
untuk katun terhadap katun dan katun ter- dengan zat warna azo. Penggunaan kon-
hadap sutera yaitu skala 4-5 atau berkate- sentrasi rendah dan tinggi pada dyestuff
gori sedikit lebih baik. Hasil uji keringat jenis reaktif menghasilkan nilai 2,00 C.D.
dengan pH basa juga menunjukkan nilai Pada dyestuff jenis azo, rentang nilai per-
yang sama untuk katun terhadap katun bedaan warna dipengaruhi oleh konsen-
122 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 40, NO. 2, SEPTEMBER 2017: 115-126

trasi larutan yang digunakan. Penggunaan hasil color loss pada proses pencucian
konsentrasi larutan tinggi menghasilkan antara lain: bahan kimia yang digunakan,
nilai chromatic Adam yang lebih baik ukuran dan konsentrasi celup, prosedur,
yaitu 4,0 C.D dan konsentrasi larutan interaksi bahan kimia selama proses,
rendah menghasilkan nilai 5,60 C.D. Hal struktur material yang dicelup, dan for-
tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi mulasi deterjen yang digunakan
larutan zat warna azo untuk pencelupan (Chakraborty, 2008). Selain itu, gaya ge-
sutera memberi pengaruh pada kualitas sek yang terjadi pada material kain juga
penodaan warna yang dihasilkan. berpengaruh terhadap performansi, se-
hingga waktu, tekanan dan tarikan dalam
selama proses pencucian akan berhu-
PEMBAHASAN
bungan dengan kualitas warna. Secara
Produk batik di Jawa Timur yang di- keseluruhan aktivitas tersebut diukur
produksi oleh UKM dibuat menggunakan menggunakan skala pengujian laborato-
zat warna dengan jenis tertentu dan ter- rium dalam penilaian daya tahan warna
batas tergantung dari suplai (impor) yang yang dilakukan menggunakan sebuah
ada sehingga ada batasan dalam hal kua- perlakuan fisik tertentu menurut standar
litas hasil warnanya. Ketahanan luntur uji yang diacu. Hal ini tentunya untuk
warna (colour fastness) merupakan para- mendukung terpenuhinya persyaratan
meter pada material produk pakaian yang ekspor produk batik Jawa Timur sebagai-
menggambarkan performansi kinerja mana tuntutan pasar global. Richard
estetis dalam hal penampilan, disamping (2012) mengemukakan bahwa standar in-
pengukuran kinerja mekanikal dan fi- ternasional untuk produk pakaian terkait
sikal. Dalam ‘siklus pakai’ sebuah pro- ketahanan luntur warna kain, menuntut
duk pakaian, kualitas warna kain yang seleksi serta efisiensi metode pembuatan-
kurang baik mengakibatkan penurunan nya yang harus di ukur sesuai standar uji
secara progresif pada kualitas pakaian se- yang berlaku, dan hal ini menjadi pra-
cara keseluruhan (Chakraborty, 2012). syarat dasar yang dituntut retailer dalam
Usaha untuk memenuhi tuntutan kualitas perdagangan.
produk pakaian memerlukan adanya kon- Perubahan warna pada kain adalah
trol pada hal-hal yang mempengaruhi ha- terjadinya transfer warna dari obyek yang
sil jadi atau color appearance (Vladic, diwarnai. Pengukuran perubahan warna
2014). Bide (135;2012) berpendapat bah- yang terjadi pada material tekstil dijelas-
wa menurunnya warna (color loss) ber- kan melalui ketahanan luntur warna
kaitan dengan daya tahan produk tekstil. (colourfastness), sehingga pengujian ter-
Warna dapat berubah karena beberapa sebut selalu dilakukan untuk menentukan
macam penyebab, dan warna pudar dapat kualitas bahan tekstil. Kain uji disebut ti-
terjadi akibat dari bahan pewarna yang dak tahan luntur apabila terjadi migrasi
rusak atau luruh. warna (bleeding) atau ada perubahan
Sesuai pendapat tersebut color loss warna yang terjadi. Pada umumnya
dapat terjadi akibat dari penggunaan ak- bleeding menyertai proses migrasi se-
tual (nyata) dan karena sebuah perlakuan hingga terjadi perubahan warna, meski-
tertentu. Salah satu aktifitas fisik yang pun bisa juga perubahan warna terjadi
berkaitan dengan produk pakaian adalah tanpa adanya bleeding. Prinsip peng-
perawatan pencucian. Proses pencucian ujiannya menurut teori Trotman (1984)
domestik melibatkan beberapa faktor yaitu menilai perubahan warna pada kain
yang berhubungan dengan kualitas war- uji (dye) dan kain putih tak berwarna (un-
na. Beberapa faktor yang mempengaruhi dye) dalam susunan tiga rangkai.
Dwiastuti,dkk., Ketahanan Luntur Zat Reaktif dan Azo 123

Hasil pengujian juga menunjukkan kan pada jenis serat katun, wool dan
bahwa zat warna jenis reaktif dan azo campuran keduanya. Salah satu keung-
yang umumnya digunakan sebagai bahan gulan penggunaan zat warna reaktif pada
baku batik di Jawa Timur memiliki kua- material katun adalah zat warna jenis
litas warna yang berbeda. Dalam hal ini reaktif ini memberi pengaruh terhadap
kualitas warna diukur dari daya tahan ketahanan serat cotton terhadap sinar UV
luntur warnanya. Sifat ketahanan luntur (Wai-YinWong, 2015).
warna terhadap pencucian dan keringat Penggunaan konsentrasi larutan
yang diuji pada kain katun dan sutera me- yang berbeda untuk zat reaktif pada kain
nunjukkan nilai yang berbeda. katun tidak menunjukkan pengaruh pada
Identifikasi hasil pengujian tersebut nilai perubahan warna akibat pencucian.
menggambarkan perbedaan performansi Ciri khas zat warna reaktif adalah ke-
kain katun dan sutera. Kain katun dan su- mampuannya dalam berikatan dengan
tera memiliki performansi stabil untuk serat tekstil untuk membentuk ikatan ko-
perubahan warna pada pengujian keri- valen antara gugus reaktif dalam dyestuff
ngat, namun pada pengujian pencucian tersebut dengan gugus –OH, -SH, -NH2,
performansinya berbeda tergantung jenis dan -NH yang ada dalam serat. Dalam
zat warna yang digunakan, dan perfor- proses dyeing reaksi hidrolisis juga ter-
mansi pada hasil pengujian keringat dipe- jadi disamping reaksi fiksasi sehingga
ngaruhi oleh konsentrasi larutan yang di- efisiensi fiksasi berkurang (Karyana,
gunakan. 1998). Keterbatasan tersebut diperbarui
Kualitas tahan luntur warna terhadap pada jenis zat reaktif generasi baru yang
pencucian yaitu menguji transfer warna memiliki kelebihan berupa efisiensi fi-
dari kain berwarna hasil dari pencelupan ksasi lebih tinggi dan fiksasi dapat dila-
menggunakan jenis dyestuff tertentu yang kukan pada suhu netral dan suhu tinggi
dibandingkan dengan kain sejenis yang sehingga dapat mengurangi pemakaian
tidak berwarna atau polos (tanpa dyeing) alkali dan elektrolit serta memiliki gugus
dan kain lain yang berbeda jenis seratnya lepas yang aman terhadap lingkungan.
dan/atau berbeda karakter. Hasil uji keta- Karyana (1998) menyatakan bahwa me-
hanan luntur warna terhadap pencucian lalui efek Donnan, pH dan penggunaan
secara umum menunjukkan bahwa dalam elektrolit berpengaruh terhadap substanti-
hal perubahan warna yang terjadi, zat vitas warna pada zat reaktif, dimana sub-
reaktif lebih baik dibandingkan dengan stantivitas mempengaruhi laju difusi zat
zat azo, namun dalam hal perbedaan war- warna reaktif. Hasil pengujian ini menun-
nanya hasil penodaan zat azo lebih baik jukkan bahwa penggunaan konsentrasi
dibandingkan dengan zat reaktif. Perfor- larutan yang berbeda, namun proses pe-
mansi tersebut terjadi karena zat reaktif ngerjaan dilakukan dengan menjaga suhu
yang diuji menggunakan bahan katun se- tetap stabil sesuai standar uji yang digu-
bagai sampelnya. Hal ini sesuai dengan nakan, tidak akan memberi efek terhadap
pernyataan Nikolaidas (2016) bahwa zat nilai tahan luntur warna. Hal ini berarti
warna reaktif pada dasarnya merupakan bahwa bila koefisien difusi zat warna ter-
hasil rekayasa terbaik dalam disain struk- jaga maka ketahanan lunturnya juga ter-
tur molekul zat warna sintetis karena jaga.
mampu memberikan kombinasi berbagai Performansi terbaik bahan katun ter-
sifat unggul yang diinginkan, seperti co- gantung dari metode pewarnaan yang di-
rak warna lebih luas, lebih cerah, mudah gunakan. Metode baru untuk pewarnaan
rata, dan ketahanan luntur warnanya ting- kain katun menurut Jia-Jie Long (2012)
gi. Zat warna reaktif juga efektif diguna- adalah pencelupan menggunakan vinysul-
124 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 40, NO. 2, SEPTEMBER 2017: 115-126

fone disperse dimana penyerapan carbon trasi berulang zat warna azo reaktif me-
dioksida dan fiksasi katalis dilakukan de- miliki afinitas tinggi terhadap serat katun.
ngan fase transfer catalyst Triethylene di- Berdasar hal tersebut, UKM perlu me-
amine (TEDA) dengan mengatur sistem ningkatkan kontrol pada proses pewar-
temperatur dan tekanan. naan bahan katun jika menggunakan zat
Penggunaan jumlah pelarut dan la- azo sebagai dyestuf. Selain itu, proses pe-
rutan dengan perbandingan atau rasio warnaan pada bahan sutera akan lebih op-
yang berbeda pada zat azo juga tidak timal jika dilakukan pada suhu tinggi.
memberikan efek berbeda pada nilai pe- Hal ini terjadi karena kandungan sericin
rubahan warna. Namun demikian nilai pada sutera lebih mudah larut dalam air
perbedaan warna untuk penodaan pada bersuhu tinggi sehingga akan mengurangi
kain dari serat wool menunjukkan adanya nilai penodaan warna pada bahan sutera
perbedaan yang signifikan. Hal tersebut setelah pencucian (Nayeem, 2011).
terjadi karena serat wool merupakan serat Dalam hal perubahan warna yang
protein yang tersusun dari asam amino-α terjadi hasil pengujian ketahanan luntur
dengan protein keratin sebagai struktur. terhadap keringat, zat warna azo memi-
Protein keratin mengandung cystin liki kualitas yang sama dengan zat warna
(disulphide linkage) dan garam yang me- reaktif. Hal ini karena tidak ditemukan-
nyebabkan serat wool menjadi stabil dan nya perbedaan warna pada masing-ma-
kuat (Dhende, 2012). Sebagai serat yang sing konsentrasi larutan yang diuji. Arti-
mengandung protein tinggi, kondisi ter- nya adalah viskositas larutan yang rendah
sebut bisa juga terjadi pada sutera, seperti maupun tinggi tidak pada penggunaan zat
yang disampaikan oleh Rebecca (2010) reaktif dan azo tidak memberi efek ter-
bahwa efek dari pencucian secara tidak hadap hasil ketahanan luntur warna aki-
langsung bisa berakibat pada warna dan bat keringat.
konstruksi kain. Secara umum pencucian Penilaian perbedaan warna dari
pada bahan sutera akan memberikan staining scale menunjukkan kategori
reaksi yang lebih tinggi pada faktor peru- yang bervariasi untuk masing-masing pe-
bahan warna jika dibandingkan dengan ngujian zat reaktif dan azo. Hasil perbe-
perubahan yang terjadi pada faktor kon- daan warna untuk kain katun lebih stabil
struksi kain. dibandingkan dengan kain sutera. Peng-
Zat warna azo cenderung memiliki gunaan konsentrasi larutan yang berbeda
nilai penodaan warna yang berbeda jika untuk zat warna azo pada sutera menun-
dibandingkan dengan zat reaktif. Hasil jukkan nilai perbedaan warna yang tidak
pengujian warna sutera pada wool lebih sama.
baik dibandingkan dengan sutera pada Konsentrasi rendah pada larutan
katun. Perbedaan warna tersebut menun- yang digunakan untuk sutera pada katun
jukkan bahwa serat wool memiliki grade dan sutera pada wool cenderung meng-
nilai lebih baik dibandingkan selulosa. hasilkan nilai penodaan yang lebih baik,
Oleh sebab itu, jika zat azo dibandingkan sebaliknya pada konsentrasi tinggi di-
dengan zat reaktif dapat dinyatakan bah- mana volume air pelarutnya lebih banyak
wa kain berbasis serat protein menunjuk- menunjukkan tingkat penodaan warna
kan performa lebih baik dibandingkan se- yang kurang baik. Hal ini karena azo me-
lulosa untuk ketahanan luntur terhadap rupakan jenis zat warna yang sulit larut
pencucian. Performansi staining untuk dalam air dan membutuhkan garam
zat azo tersebut dipengaruhi oleh proses coupling untuk pembangkitan warnanya
pewarnaan yang kurang optimal. Menu- sehingga lebih efektif dalam larutan yang
rut Lykidou (2016) dengan perlakuan fil- solid.
Dwiastuti,dkk., Ketahanan Luntur Zat Reaktif dan Azo 125

Kecenderungan hasil penodaan yang derung menunjukkan nilai perbedaan


berbeda tersebut bisa menjadi rekomen- warna yang lebih baik terhadap penoda-
dasi tersendiri bagi UKM yang menggu- an material jenis serat lain yaitu kapas
nakan zat azo untuk bahan sutera supaya dan wool, jika dibandingkan dengan kon-
tidak menggunakan vlot rendah dalam sentrasi larutan yang rendah.
proses pencelupan. Mengingat bahwa
iklim di Indonesia yang cukup panas re-
DAFTAR RUJUKAN
latif menciptakan lingkungan yang dapat
memicu tubuh untuk berkeringat lebih Bide, M. 2012. Testing Textile Durability
banyak, sehingga dampak tersebut dapat – in Understanding and Improving
mempengaruhi kenyamanan yang pada the Durability of Textiles, The
akhirnya berkaitan dengan kualitas pro- Textile Institute, Woodhead Publish-
duk. ing Ltd.
Cegarra, J., Puente, P., & Valldeperas, J.
1992. The Dyeing of Textiles Ma-
SIMPULAN DAN SARAN
terials. Italy: Texilia.
Zat warna jenis reaktif pada bahan Chakraborty, J.N. 2008. An Overview of
batik yang digunakan di Jawa Timur me- Dye Fastness Testing, National Ins-
miliki kualitas perubahan warna lebih titute of Technology. Jalandhar, In-
baik dibandingkan penodaan warnanya dia.
untuk ketahanan luntur terhadap pencuci- Chakraborty, J.N. 2012. Strength Pro-
an. peties of Fabrics:Understanding,
Konsentrasi larutan tidak memberi- Testing and Enhancing Fabric
kan efek nilai perubahan warna maupun Strength. National Institute of Tech-
penodaan, baik pada zat reaktif maupun nology, Jalandhar, India.
azo yang digunakan selama penetapan Dhende, V.P., Hardin, I.R. & Locklin, J.
suhu pencucian pada prosedur pengerjaan 2012. Durable Antimicrobial Tex-
dijaga tetap stabil sesuai dengan standar tiles: Types, Finishes and Aplica-
yang digunakan.Penggunaan zat warna tions, University of Georgia, USA.
azo pada sutera-katun menghasilkan nilai Fan, Q. 2011. Fabric Chemical Testing.
penodaan yang lebih rentan dibandingkan University of Massachusetts, USA.
sutera-wool. ISO 105-A01. 2010. Textiles: Test for
Dalam hal ketahanan luntur terhadap Colour Fatness, Part A01: General
keringat, zat warna reaktif dan azo jika Principles of Testing.
digunakan pada material katun dan sutera ISO 105-E04. 2015. Textiles: Test for
memiliki kualitas perubahan warna yang Colour Fastness. Part E04: Colour
sama baik pada pengujian keringat pH Fastness to Perspiration.
asam maupun pH basa. Isminingsih, J.R. 2013. Evaluasi Fisika
Hasil penelitian ini menyarankan Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi
UKM batik yang menggunakan zat azo Teknologi Tekstil (STTT).
agar tidak menggunakan kain dari cam- Jia-Jie L. Xiaoa, G.D., Xua, H.M.,
puran sutera dan wool karena adanya Wanga, L., Cuia, C.L., Liua, J.,
sifat rentan dari penodaan warna yang Yanga, M.Y., Wanga, K., Chena, C.,
akan terjadi akibat keringat, meskipun Rena, Y.M., Luana, T., & Dingb,
dalam hal ketahanan luntur terhadap pen- Z.F. 2012. Dyeing of Cotton Fabric
cucian baik. Zat warna azo sebaiknya di- with a Reactive Disperse Dye in Su-
gunakan dengan konsentrasi larutan yang percritical Carbondioxide. Journal
kuat pada pencelupan sutera karena cen- of Supercritical Fluids, 69: 13--20.
126 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 40, NO. 2, SEPTEMBER 2017: 115-126

Karyana, D. 1998. Struktur Zat Warna Rebecca, R., Amber, V., & Brian, E.N.
Reaktif dan Daya Celupnya. Sekolah 2010. Effect of Laudering and Water
Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung. Temperature on the Propertiesof Silk
Lykidou, S., Tsatsaronie, E. 2016. Azo and Silk-Blend Knitted Fabric. Tex-
Reactive Dyes: Ultrafiltration and tile Research Journal, 88(15): 1557-
Apllication to Cotton. Textile Re- -1568.
search Journal, 86(8): 823--836. Richards, P.R. 2008, Methods of Dye
Nayeem, A., Faruqui, R.K., & Sheikh. Application. Colour Design: Theo-
2011. Effect of Modifications on ries and Applications, Woodhead
Dyeing Behaviour and Tenacity of Publishing Ltd, ISBN 978-1-84569-
RajshahiSilk Fabric Dyed with 972-7.
Reactive Brown 10 and Direct Trotman, E.R. 1984. Dyeing and Chemi-
Orange 31 Dyes. RJTA, 15(3): 1--6. cal Technology of Textiles Fibres,
Nikolaous, N. 2016. Synthesis, Characte- New York, John Wiley & Sons.
rization, and Ultrafiltration of Re- Vladic, G. & Novakovic, D. 2014. Color
active Dyes. Textile Research Appearence of Textile Materials Ap-
Journal, 10: 1--14. plied to Various Geometrical Sha-
Phillips, D., Percival, R., Scotney, J., pes. Textile Research Journal, 84
Bevan, G., & Lloyd, J. 2003. Effect (11): 1191--1199.
of Liquor Ratio on the Shade Cha- Wong, W.Y. & Cheong, J.K. 2015. In-
nge and Cross Staining Observed in fluence of Reactive Dyes on Ultra-
the ISO 105-C08 Test. Coloration violet Proyection of Cotton Knitted
Technology, 119(3): 177--181. Fabric with Different Fabric Con-
Pindani, R.A. 30 September 2015. Batik struction. Textile Research Journal,
Jawa Timur dan Tantanganya. Sura- 86(5): 512--532.
baya Pos, hal.1.
Raechel, M.L., Shani, E.G., & Cheryl W.
2010. Standard Test Methode
Adapted to Better Simulated Fabrics
in Use, Textile Research Journal,
80(12): 1138--1150.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai