Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Program Sosial Bank Indonesia (PSBI)


Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan bentuk
kepedulian atau empati sosial Bank Indonesia untuk berkontribusi dalam
membantu memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat.
Melalui program sosial, Bank Indonesia juga berupaya meningkatkan
kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan
pencapaian tujuan Bank Indonesia.
Kontribusi yang diberikan sejak tahun 2005 tersebut, kini memasuki
babak baru. Sejalan dengan program transformasi Bank Indonesia, PSBI
juga berubah. Dengan semangat Dedikasi Untuk Negeri, Bank Indonesia
didukung 45 Kantor Perwakilan di seluruh Indonesia berkomitmen untuk
terus berkontribusi, berempati dan peduli dalam membantu mengatasi
permasalahan sosial dan ekonomi di masyarakat yang dapat memberikan
nilai bagi negeri dan institusi.
PSBI meliputi dua jenis program, yakni program strategis dan
kepedulian sosial. Program strategis mencakup program pengembangan
ekonomi dan program peningkatan pengetahuan serta pemahaman
masyarakat tentang tujuan dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia.
Sementara program kepedulian sosial, merupakan kegiatan kepedulian atau
empati terhadap permasalahan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan,
lingkungan hidup, kebudayaan, keagamaan, dan penanganan musibah dan
bencana alam.
Tahun 2016, PSBI memiliki tema strategis tahunan "Mendukung
Pemulihan Ekonomi Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Kuat,
Berkesinambungan dan Inklusif"
Dalam rangka mendukung fokus pemberdayaan kepada ekonomi
rumah tangga, Bank Indonesia juga mengimplementasikan Program

1
2

Unggulan yang terdiri Program Indonesia Cerdas dan Program


Pemberdayaan Perempuan. Program Unggulan ini diharapkan dapat menjadi
identitas dari Program Sosial Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Dengan adanya Program Sosial Bank Indonesia yang ada di KPw BI
Cirebon salah satunya di bidang kewirausahaan berkontribusi dalam
membantu memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat
hal tersebut yang terjadi di Desa Wisata Sidamukti Majalengka dimana desa
dengan potensi salah satu desa penghasil mangga gincu terbesar di
Majalengka, tetapi tidak dapat memanfaatkan dengan baik potensi tersebut.
Masyarakat hanya bisa menjual buah mangganya saja baik dalam keadaan
harga mahal atau murah. Hal tersebut berubah setelah adanya Program
Sosial Bank Indonesia KPw BI Cirebon di Desa Wisata Disamukti
Majalengka yang memberikan berupa pelatihan pengolahan mangga gincu
di Desa Wisata Sidamukti Majalengka.
Menurut Dokumentasi Peraturan Dewan Gubernur Tentang Program
Sosial Bank Indonesia menyatakan:
1. Ketentuan Umum PSBI
Program sosial bank indonesia yang selanjutnya disebut PSBI
adalah bantuan bank indonesia sebagai wujud kepedulian dan
tanggung jawab social untuk memecahkan pemahaman masyarakat
terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian bank indonesia.
Sasaran strategis bank indonesia adalah sasaran organisasi yang
sifat strategis dalam rangka mewujudkan misi, visi dan nilai-nilai
strategis bank indonesia.
2. Tujuan dan Prinsip PSBI
PSBI bertujuan untuk:
(1) Membantu upaya pemecahan permasalahan social termasuk
upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berkaitan
secara langsung atau tidak langsung dengan pencapaian tujuan
bank indonesia, dan
3

(2) Mendukung upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman


masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan
bank indonesia.
Prinsip PSBI meliputi:
(1) Menjunjung keterbukaan (transparency)
(2) Mengutamakan pertanggungjawaban (accountability) yang jelas
terhadap public, dan
(3) Menghindari benturan kepentingan (conflict of interest)
3. Jenis dan Ruang Lingkup PSBI
Jenis PSBI meliputi:
(1) Program pengembangan bidang ekonomi dan peningkatan
pengetahuan serta pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan
tugas dan pencapaian tujuan Bank indonesia, dan
(2) Kegiatan kepedulian Bank indonesia terhadap permasalahan
social di masyarakat.
Ruang lingkup PSBI meliputi:
(1) Ruang lingkup PSBI sebagaimana dimaksud dalam jenis psbi poin
1 meliputi pemberian atau penyaluran bantuan diantaranya
pengembangan bidang ekonomi dan peningkatan pengetahuan dan
pemahaman masyrakat terhadap pelaksanaaan tugas serta
pencapaian tujuan Bank indonesia.
(2) Ruang lingkup PSBI berdasarkan jenis PSBI poin 2 meliputi
pemberian atau penyaluran bantuan dibidang
pendidikan,kesehatan,lingkungan hidup,kebudayaan,keagamaan
dan kerukunan hidup beragama serta penanganan musibah
bencana alam.
4

4. Pelaksanaan dan Penerima PSBI


(1) Pelaksanaan PSBI terdiri dari satuan kerja yang melaksanakan
kegiatan kehumasan dan kantor perwakilan Bank indonesia dalam
Negeri (KPw BI DN).
(2) wilayah kerja pelaksanaan PSBI sebagaimana dimaksud dalam
poin 1 meliputi:
a. kantor pusat untuk satuan kerja yang melaksanakan kegiatan
kehumasan,
b. KPw BI DN untuk KPw BI DN setempat,
c. KPw BI DN untuk satuan kerja yang melaksanakan kegiatan
kehumasan sepanjang berkordinasi dengan KPw BI DN
setempat, dan
d. KPw BI DN wilayan kerjanya untuk KPw B DN setempat.
(3) PSBI diberkan kepada pihak-pihak yang memenuh kriteria dan
persyaratan yang ditetapkan,
(4) Kriteria dan persyaratan penerma PSBI diatur lebh lanjut dalam
surat Edaran Bank indonesia.
5. Tahapan PSBI
Tahapan PSBI meliputi perencanaan program, pelaksanaan
program,dan evaluasi program.
(1) Perencanaan program
a. Perencanaan program tahunan PSBI disusun oleh forum
perumusan yang dituangkan dalam bentuk pedoman tahunan
PSBI. Susunan kegiatan forum perumus adalah:
1. Ketua: pemimpin satuan kerja yang melaksanakan
kegiatan kehumasan,
2. Anggota:
a. Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan kegiatan
pengembangan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah,
b. Pimpinan satuan keja yang melaksanakan kegiatan
kebijakan moneter,
5

c. Pimpinan satuan kerja yang melaksanakan kegiatan


stabilitas system keuangan, dan
d. Pimpinan satuan kerja yang melaksankan kegiatan
pendidikan dan study kebanksentralan.
b. Pedoman Tahunan PSBI seb agaimana dimaksud pada poin 1
memuat arah,prioritas,dan targe indikatif anggaran PSBI.
c. Satuan kerja yang melaksanakan kegiatan kehumsan
menyampaikan pedoman Tahunan PSBI sebagaimana
dimaksud pada poin 1 kepada Gubernur Bank indonesia untuk
mendapat persetujuan,
d. Pedoman Tahunan PSBI yang telah disetujui oleh Gubernur
Bank indonesia sebagaimana dimaksud pada poin 3 menjadi
acuan bagi pelaksanaan PSBI dalam menyusun program kerja
Tahunan,
e. Prosedur penyusunan pedoman Tahunan PSB diatur lebih
lanjut dalam surat Edaran Bank indonesia.
(2) Pelaksanaan Program
Pelaksanaan PSBI dapat dilakukan sendiri oleh pelaksana
PSBI atau melalui kemitraan dengan pihak lain.
(3) Program Pembinaan Wirausaha Binaan KPw Bank Indonesia
Cirebon
6

Gambar 2.1
Framework pengembangan UMKM oleh Bank Indonesia

Visi: menjadi suatu kerja yang kompeten


dan dipercaya dalam meningkatkan akses
dan jangkauan UMKM terhadap jasa
keuangan serta dalam pengembangan.

Misi: meningkatkan akses dan jangkauan UMKM terhadap jasa keuangan melalui
pengembangan UMKM dalam rangka mendukung stabilitas sistem keuangan,
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Pilar 1
Meningkatkan kapasitas ekonomi UMKM
1. Produktivitas
2. Daya saing
3. Inovasi
Pilar 2
Meningkatkan pembiayaan dan akses keuangan UMKM
1. Infrastruktur
2. Kapasitas
3. Instrumen kebijakan
Pilar 3
Mendorong pemanfaatan teknologi untuk efisiensi transaksi keuangan dan
peningkatan akses pasar UMKM
1. GNNT
2. Inklusi keuangan melalui elektronifikasi
7

3. Financial teknologi
Pilar 4
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama kelembagaan serta pengembangan sistem
informasi UMKM BI
1. Kerjasama dan koordinasi
2. Sistem informasi

Gambar 2.2
Latar Belakang Program
Perkembangan Internal Perkembangan Eksternal
- Peran BI dalam pengembangan - Globalisasi : perlu peningkatan
UMKM untuk mendukung daya saing lokal.
pencapaian tugas BI. - Desentralisasi : kewenangan
- Dalam PDG Kebijakan ekonomi mengatur daerah.
dan keuangan negara (KEKDA), - Nawacita : memperkuat daerah
peningkatan akses keuangan dan desa.
pengembangan UMKM merupakan - Keragaman karakteristik,
salah satu strategi untuk permasalahan dan potensi UMKM
mendukung kebijakan utama bank di daerah yang antara lain
indonesia. dipengaruhi oleh unsur lokasi dan
sumber daya lokal.

Pengembangan UMKM Unggulan dengan pendekatan pengembangan


ekonomi local (Local Economic Development atau LED)
8

B. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


1. Pengertian Corporate Social Responsibility
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber
daya alam. Dengan melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia erat kaitannya dengan tingkat perekonomian Indonesia,
dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang
ekonomi yang pesat. Menurut Pambudi (2017: 120) akan tetapi pada
kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena di
Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya merupakan negara
tingkat ekonomi yang rendah. Peningkatan kesejahteraan sosial
merupakan menjadi tugas yang harus diperhatikan oleh pemerintah,
salain dari pihak pemerintah dibantu juga dengan berdirinya
perusahaan-perusahaan di suatu daerah dari sektor swasta yang
memberikan CSR kepada masyarakat baik dalam bidang ekonomi atau
yang lainnya yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatakan bahwa Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
pada umumnya.
Wibisono mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab
perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk
berlaku etis, dengan meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencangkup aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan (Triple Bottom Line) dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang berkelanjutan. Sedangkan menurut Busyra
dalam Putra pada jurnal Kartikasari (2017: 9).
9

Djunaedi (2016: 104) CSR merupakan sebuah komitmen untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis dan
kontribusi sumberdaya perusahaan secara sukarela.
Menurut Wibisono dalam jurnal Sari (2016: 4) Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh
dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada
pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat
luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta
seluruh keluarganya”.
Muhtar (2013: 91) Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatu konsep yang menunjukkan bentuk perhatian dan
kepedulian serta tanggung jawab organisasi perusahaan terhadap
lingkungan dan sosial masyarakat dalam segala aspek operasional
perusahaan.
Menurut Gunawan dan Suhartini dalam jurnal Sulistyawati
(2016: 467) corporate social responsibility (CSR) yang merupakan
bentuk kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya. Hal ini mengandung makna bahwa
meskipun secara umum tujuan persahaan adalah profit oriented,
namun tidak bisa melepaskan diri dari masyarakat. Artinya, apabila
perusahaan secara konsisten menerapkan CRR maka diharapkan
kontinuitas usaha perusahaan bisa berlangsung dalam jangka waktu
yang lama.
CSR sendiri mempunyai definisi yang dikemukakan oleh
McWilliams dan Siegel dalam bukunya Banerjee yang terdapat pada
jurnal Halim (2015: 3) yaitu “Actions that appear to further some
social good beyond the interests of the firm and that which is required
by law”. Yang berarti suatu aksi yang muncul untuk kebaikan sosial
melampaui ketertarikan dari perusahaan tersebut yang dibutuhkan
oleh hukum.
10

CSR adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap


lingkungan sekitar, sederhananya bahwa setiap bentuk perusahaan
mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan lingkungan
sekitarnya melalui program-program sosial, yang ditekankan adalah
program pendidikan dan lingkungan. Kepedulian sosial perusahaan
terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa
dampak bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat,
khususnya di sekitar perusahaan beroperasi menurut Sunandar (2016:
30).
Menurut Suharto dalam jurnal Nelly (2017: 10) CSR adalah
operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk
membangun sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan
berkelanjutan.
Menurut Darwin Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau
Corporate SocialResponsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu
organisasi untuk secara sukarela mengintegraskan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan
stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang
hukum Arianti (2018: 24).
CSR (Corporate Social Responsibility) ialah bukan hanya
sekedar tanggung jawab karena bersifat sukarela, tetapi harus
dilakukan sebagai kewajiban karena disertai dengan sanksi. Komitmen
bersama untuk mewujudkan pembangunan keberlanjutan dan
menciptakan iklim investasi bagi penanam modal untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakan dapat tercapai melalui pelaksanaan CSR
Rahmayuni (2018 ,37).
Menurut Ningrum (2018, 64) tanggung jawab sosial atau dapat
disebut Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen
perseroan atau perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
11

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas


setempat.
Menurut Bertens dalam jurnal Pambudi (2017, 121) Tanggung
jawab (Responsibillity) berarti suatu keharusan seseorang sebagai
makhluk rasional dan bebas untuk tidak untuk mengelak serta
memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrospektif
dan prospektif. Corporate social Responsibility (CSR) merupakan
suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengengembangan ekonomi dari
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan
peningkatan tarap hidup pekerja serta keluarganya meurut Wibisono
dalam jurnal Pambudi (2017 ,121).
CSR merupakan salah satu bentuk tangggung jawab perusahaan
untuk pembangunan ekonomi mapan dalam upaya meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. CSR juga merupakan
komitmen perusahaan terhadap kepentingan stakeholder dalam arti
yang luas, bukan hanya kepentingan perusahaan saja Yusuf (2017: 3).
Menurut Radyati (2014: 77) Banyak perusahaan menganggap
melakukan tanggung jawab sosial atau Corporate Sosial Responsibilty
(SCR) adalah demi membangun citra. Oleh karena motivasi tersebut,
CSR biasanya diletakkan dibawah departemen hubungan masyarakat
(humas). Sebenarnya CSR merupakan upaya menciptakan dampak
(Positive impact building) untuk komunitas dan perusahaan. Dengan
demikian CSR adalah suatu keputusan strategis.
Menutur kotler dalam buku said dkk (2015: 47) mengatakan
bahwa CSR adalah kesediaan perusahaan untuk mengembangkan
lingkungan yang baik melalui kegiatan bisnis yang terarah, dan
terlibat dalam pengembangan sumberdaya perusahaan, tujuannya
adalah untuk memperkecil dampak negatif dari operasi perusahaan,
sebagaimana yang banyak terjadi pada praktik perusahaan yang
mengejar keuntungan semata.
12

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Corporate


Social Responsibility (CSR) menurut penulis ialah dana sosial yang
diberikan dari Perseroan Terbatas, Instansi Pemerintah, Instansi Non
Kepemerintahan, ataupun Swasta kepada lembaga atau kelompok
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
Indonesia dan menambah pendapatan masyarakat.
2. Prinsip Corporate Social Responsibility
Menurut Crowthet David dalam jurnal Lubis (2016: 65)
mengurai prinsip tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tiga
yaitu: 1) Prinsip Suistainability dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana perusahaan dalam melakukan aktifitas (Action) dengan
tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan ; 2)
Prinsip Accountability merupakan upaya perusahaan terbuka dan
bertanggungjawab atas aktifitas yang dilakukan; 3) Prinsip
Transparency merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal dimana
transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas beserta dengan
dampaknya terhadap pihak eksternal. Sedangkan menurut Yakovleva
dalam jurnal Lubis (2016: 65) mengemukakan beberapa prinsip
penting yang melandasi CSR seperti Accountability, Responsiveness,
Proactive Corporate Behavior, dan Voluntarism.
Menurut Jalal dalam jurnal purwanto (2018: 497) prinsip
tanggung jawab sosial adalah 1) akuntabilitas, 2) transparansi, 3)
perilaku Etis, 4) penghormatan kepada kepentingan Stakeholder, 5)
kepatuhan kepada Hukum, 6) penghormatan kepada norma perilaku
internasional, 7) penegakan HAM.
Menurut Alyson Warhurst Pakar corporatesssocial
responsibility dari University of Bath Inggris, yang diikutip oleh
Wahyudi dan Azheri dalam jurnal Novarianto (2017, 53) menjelaskan
ada 16 (enam belas) prinsipmmyang harusmmdiperhatikan dalam
pelaksanaan CSR.mmAdapunnnprinsip-prinsip tersebut adalah
sebagaii berikut: prioritas perusahaan; manajemen terpaadu; proses
13

perbaikan; pendidikann karyawan; pengkajiaan; produk dan jaasa;


informasi publikk; fasilitas dan operasi; penelitiann; prinsip
pencegahan; kontraktor danmpemasok; siaga menghadapi darurat;
TransferbbBest Practice; memberikan sumbangann; keterbukaan
(disclosure); pencapaian dan pelaporan.
Menurut Solihin dalam jurnal Novriza (2017: 4-5) menjelaskan
adanya tiga prinsip CSR yang disesuaikan dengan orientasi
pelaksanaan prinsip CSR, ketiga prinsip CSR tersebut adalah sebagai
berikut: (1) The principle of legitimacy. Prinsip ini didasari oleh
adanya legitimasi dan pemberian kekuasaan yang diberikan oleh
masyarakat kepada pelaku bisnis untuk menjalankan operasi
perusahaan, menggunakan berbagai jenis sumber daya, serta
memasarkan produk yang mereka hasilkan. (2) The principle of public
responsibility. Public responsibility adalah fungsi manajemen
organisasi dalam suatu konteks khusus kebijkan publik. Melalui
prinsip ini, Wood mencoba membumikan konsep CSR dimana
didalam hal ini perusahaan tidak bertanggung jawab untuk mengatasi
seluruh masalah sosial yang ada di lingkungannya. Perusahaan hanya
bertanggung jawab atas hal-hal yang diakibatkan oleh pelaksanaan
fungsi-fungsi perusahaan (produksi, pemasaran, personalia, keuangan,
dan lain-lain) dan dampak dari pelaksanaan fungsi tersebut. Dengan
adanya prinsip ini, maka akan memberikan panduan yang lebih
spesifik kepada perusahaan mengenai area CSR yang di mana mereka
bisa berperan. (3) The principle of managerial discretion. Prinsip ini
menyatakan bahwa para manajer selaku agen yang memiliki
pertimbangan pribadi (discretions), selayaknya mampu
menjalankan pertimbangannya tersebut dalam setiap area yang
menjadi dominan CSR yang akan menghasilkan manfaat sosial.
14

3. Peraturan Undang-Undang Corporate Social Responsibility


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas BAB V Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Pasal 74 menyatakan: (1) Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut
mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 2012 tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas. Peraturan
Pemerintah ini melaksanakan ketentuan Pasal 74 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Peraturan
Pemerintah ini diatur mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada umumnya
maupun Perseroan itu sendiri dalam rangka terjalinnya hubungan
Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan tanggung jawab
sosial dan lingkungan tersebut dimaksudkan untuk: (1) meningkatkan
kesadaran Perseroan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan di Indonesia; (2) memenuhi perkembangan kebutuhan
hukum dalam masyarakat mengenai tanggung jawab sosial dan
lingkungan; dan (3) menguatkan pengaturan tanggung jawab sosial
15

dan lingkungan yang telah diatur dalam berbagai peraturan


perundang-undangan sesuai dengan bidang kegiatan usaha Perseroan
yang bersangkutan.
4. Corporate Social Responsibility Menurut Islam
Menurut yusuf (2017: 43) tanggung jawab sosial dalam Islam
bukanlah merupakan perkara asing. Tanggung jawab sosial sudah
mulai ada dan dipraktekan sejak 14 abad yang silam. Pembahasan
mengenai tanggung jawab sosial sangat sering disebutkan dalam
Alqur’an. Alqur’an selalu menghubungkan antara kesuksesan
berbisnis dan pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh moral para
pengusaha dalam menjalankan bisnis sesuai dengan firman Alla SWT
Al-Quran Surat Al-Isra 17: 35:
‫َو َا ۡوفُوا الۡ َک ۡی َل ِا َذا ِ ِۡک ُ ُۡت َو ِنز ُۡوا ِِبلۡ ِق ۡس َط ِاس الۡ ُم ۡس َت ِق ۡ ِۡی ؕ ٰذ ِل َک خ ۡ ٌَۡی َّو َا ۡح َس ُن َتَ ۡ ِویۡ ًل‬
Artinya: “dan sempurnakanlah timbangan apabila kamu
menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. Al-Isra 17: 35)
Penjelasan dari Q.S Al- Isra Ayat 35 menurut Tafsir
Kementerian Agama RI (2017) menyatakan bahwa dalam ayat ini,
Allah swt mengecam orang Yahudi karena mereka berselisih tentang
kedudukan hari Sabtu. Hari Sabtu adalah hari jatuhnya murka Allah
kepada sebagian Bani Israil karena kedurhakaan mereka melanggar
kewajiban pada hari itu, seperti diterangkan Allah swt: Dan sungguh,
kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di
antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka,
"Jadilah kamu kera yang hina!" (al-Baqarah/2: 65) Allah swt
mewajibkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan ibadah pada hari
Sabtu serta melarang mereka dan hewan-hewan mereka melakukan
pekerjaan lain. Akan tetapi, sebagian mereka tidak menaati larangan
Allah dan mencari-cari jalan untuk membenarkan perbuatan mereka
pada hari itu. Karena mereka menghalalkan yang haram, jatuhlah azab
16

Tuhan dengan mengubah mereka menjadi seperti kera. Ketetapan hari


Sabtu sebagai hari mulia dan untuk ibadah bukanlah warisan dari
syariat Nabi Ibrahim, tetapi ketentuan syariat Nabi Musa,
sebagaimana hari Ahad bagi syariat Nabi Isa dan hari Jumat bagi
syariat Nabi Muhammad saw. Allah menyesatkan orang-orang
sebelum kita dari hari Jumat, maka untuk orang Yahudi hari Sabtu dan
untuk orang Nasrani hari Ahad, maka datanglah Allah kepada kita
yang diberi-Nya kita petunjuk untuk hari Jumat lalu Allah menjadikan
hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan demikianlah mereka menjadi
pengikut kita pada hari kiamat. Kitalah orang yang terakhir dari
penghuni dunia tapi orang pertama pada hari kiamat dan diadili di
antara mereka sebelum makhluk-makhluk lain diadili. (Riwayat
Muslim dari Abu Hurairah dan hudzaifah) Keterangan hari-hari mulia
itu tidak merupakan masalah pokok dari syariat yang diturunkan Allah
kepada para nabi, tetapi termasuk masalah furuiyah (cabang). Masing-
masing mereka mempunyai ketentuan sendiri. Nabi Muhammad saw
tidaklah diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa a.s., tetapi
beliau diperintahkan mengikuti Nabi Ibrahim a.s. Perselisihan di
antara golongan dalam agama Yahudi tidak dapat diselesaikan antara
mereka sendiri, karena sudah mengakar dan meluas. Hanya Allah swt
yang menentukan keputusan di antara mereka pada hari kiamat kelak,
tentang masalah-masalah yang mereka perselisihkan. (124) Dalam
ayat ini, Allah swt mengecam orang Yahudi karena mereka berselisih
tentang kedudukan hari Sabtu. Hari Sabtu adalah hari jatuhnya murka
Allah kepada sebagian Bani Israil karena kedurhakaan mereka
melanggar kewajiban pada hari itu, seperti diterangkan Allah swt: Dan
sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan
pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan
kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!" (al-Baqarah/2: 65)
Allah swt mewajibkan kepada Bani Israil untuk melaksanakan ibadah
pada hari Sabtu serta melarang mereka dan hewan-hewan mereka
17

melakukan pekerjaan lain. Akan tetapi, sebagian mereka tidak menaati


larangan Allah dan mencari-cari jalan untuk membenarkan perbuatan
mereka pada hari itu. Karena mereka menghalalkan yang haram,
jatuhlah azab Tuhan dengan mengubah mereka menjadi seperti kera.
Ketetapan hari Sabtu sebagai hari mulia dan untuk ibadah bukanlah
warisan dari syariat Nabi Ibrahim, tetapi ketentuan syariat Nabi Musa,
sebagaimana hari Ahad bagi syariat Nabi Isa dan hari Jumat bagi
syariat Nabi Muhammad saw. Allah menyesatkan orang-orang
sebelum kita dari hari Jumat, maka untuk orang Yahudi hari Sabtu dan
untuk orang Nasrani hari Ahad, maka datanglah Allah kepada kita
yang diberi-Nya kita petunjuk untuk hari Jumat lalu Allah menjadikan
hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan demikianlah mereka menjadi
pengikut kita pada hari kiamat. Kitalah orang yang terakhir dari
penghuni dunia tapi orang pertama pada hari kiamat dan diadili di
antara mereka sebelum makhluk-makhluk lain diadili. (Riwayat
Muslim dari Abu Hurairah dan hudzaifah) Keterangan hari-hari mulia
itu tidak merupakan masalah pokok dari syariat yang diturunkan Allah
kepada para nabi, tetapi termasuk masalah furuiyah (cabang). Masing-
masing mereka mempunyai ketentuan sendiri. Nabi Muhammad saw
tidaklah diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa a.s., tetapi
beliau diperintahkan mengikuti Nabi Ibrahim a.s. Perselisihan di
antara golongan dalam agama Yahudi tidak dapat diselesaikan antara
mereka sendiri, karena sudah mengakar dan meluas. Hanya Allah swt
yang menentukan keputusan di antara mereka pada hari kiamat kelak,
tentang masalah-masalah yang mereka perselisihkan.
Menurut Arifin (2016: 38) Dengan kompetisi yang ketat, pasar
yang lebih maju, dan permintaan dari stakeholder untuk lebih
transparan, salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan berbasis
syariah untuk menangani masalah-masalah tersebut ialah dengan
mengkomunikasikan secara detail mengenai aktivitas investasi dan
produk-produk barunya apakah sudah disetujui oleh Dewan Pengawas
18

Syariah dan juga keterangan dasar syariah yang digunakan. Cara


pandang pemangku kepentingan yang mengedepankan ridha Ilahi
telah menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah (perbuatan dan perkataan
Nabi Muhammad S.A.W.) sebagai pedoman dalam pelaksanaan
aktivitas CSR. Pernyataan yang terkait dengan hal tersebut ditemukan
dalam Al-Quran Surat Al-Qashash ayat 77:
‫َوٱبْتَغ ِ ِفميَا ٓ َءاتَ ٰى َك ٱ َّ َُّلل ٱدلَّ َار ٱ ْل َءا ِخ َر َة ۖ َو ََل ت ََنس ن َِصي َب َك ِم َن ٱدلُّ نْ َيا ۖ َو َٱ ْح ِسن َ َمَك ٓ َٱ ْح َس َن‬
‫ٱ َّ َُّلل ال َ ْي َك ۖ َو ََل تَ ْبغ ِ ٱلْ ََ َسا ََ ِِ ٱ ْ َْ ْر ِِ ۖ ا َّ َّ ٱ َّ ََّلل ََل ُ ُِ ُّ ُّ ٱلْ ُم َْ ِس ِِ َنن‬
ِ ِ
Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash ayat 77)
Ada beberapa tafsiran mengenai QS Al Qashash ayat: 77,
diantaranya:

1. Tafsir Al Maraghi.
Kaum Qarun mengemukakan beberapa nasehat:
‫َوٱبْتَغ ِ ِفميَا ٓ َءاتَ ٰى َك ٱ َّ َُّلل ٱدلَّ َار ٱ ْل َءا ِخ َر َة‬
Pergunakanlah harta dan nikmat yang banyak yang
diberikan Allah kepadamu ini untuk mentaati Tuhanmu dan
mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai macam cara
pendekatan yang mengantarkanmu kepada perolehan pahala-
Nya di dunia dan akhirat. Ditegaskan dalam hadits:
“Pergunakanlah lima perkara sebelum lima perkara lain datang,
yaitu masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu
sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu,
19

kesengganganmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum


matimu.”
‫َو ََل ت ََنس ن َِصي َب َك ِم َن ٱدلُّ نْ َيا‬
Janganlah kamu meninggalkan bagianmu dari kesenangan
dunia dari perkara makan, minum dan pakaian, karena Tuhanmu
mempunyai hak terhadapmu, dirimu mempunyai hak
terhadapmu, demikian pula keluargamu, mempunyai hak
terhadapmu.
‫َو َٱ ْح ِسن َ َمَك ٓ َٱ ْح َس َن ٱ َّ َُّلل ال َ ْي َك‬
ِ
Berbuat baiklah kepada makhluk Allah, sebagimana Dia
telah berbuat baik kepadamu dengan nikmat-Nya yang Dia
limpahkan kepadamu, karena itu, tolonglah makhluk-Nya
dengan harta kemuliaanmu, muka manismu, menemui mereka
secara baik, dan memuji mereka tanpa sepengetahuan mereka.
ِِ ‫َو ََل تَ ْبغ ِ ٱلْ ََ َسا ََ ِِ ٱ ْ َْ ْر‬
Dan janganlah kamu tumpukkan segenap kehendakmu
untuk berbuat kerusakan di muka bumi dan berbuat buruk
kepada makhluk Allah. Nasehat-nasehat ini dikemukakan
dengan alasan:
‫ا َّ َّ ٱ َّ ََّلل ََل ُ ُِ ُّ ُّ ٱلْ ُم َْ ِس ِِ َنن‬
ِ
Karena sesungguhnya Allah tidak akan memuliakan
orang-orang yang suka mengadakan kerusakan, malah
menghinakan dan menjauhkan mereka dari dekat kepada-Nya
dan tidak memperoleh kecintaan serta kasih sayang-Nya.
20

2. Terjemah Kementerian Agama RI


Menurut Terjemahnya Kementrian Agama RI (2017)
Mengatakan Pada ayat ini, Allah menerangkan empat macam
nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Karun oleh
kaumnya. Orang yang mengamalkan nasihat dan petunjuk itu
akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan akhirat. 1. Orang
yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah ruah,
perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk, serta nikmat
yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh
dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk
memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di dunia dan akhirat.
Sabda Nabi saw: Manfaatkan yang lima sebelum datang
(lawannya) yang lima; mudamu sebelum tuamu, sehatmu
sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu
senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum
matimu. (Riwayat al-Baihaqi dari Ibnu 'Abbas) 2. Setiap orang
dipersilakan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan
dunia baik berupa makanan, minuman, pakaian, serta
kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan
dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah. Baik Allah, diri
sendiri, maupun keluarga, mempunyai hak atas seseorang yang
harus dilaksanakannya. Sabda Nabi Muhammad: Kerjakanlah
seperti kerjanya orang yang mengira akan hidup selamanya. Dan
waspadalah seperti akan mati besok. (Riwayat al-Baihaqi dari
Ibnu 'Umar) 3. Setiap orang harus berbuat baik sebagaimana
Allah berbuat baik kepadanya, misalnya membantu orang-orang
yang memerlukan, menyambung tali silaturrahim, dan lain
sebagainya. 4. Setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas
bumi, dan berbuat jahat kepada sesama makhluk, karena Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
21

C. BANK INDONESIA
1. Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Pasal 4 (1) Bank
Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. (2) Bank
Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam Undang-undang ini. (3) Bank Indonesia adalah
badan hukum berdasarkan undangundang ini.”
2. Tujuan Bank Indonesia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia “Pasal 7 (1) Tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara
berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan
kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.”
Tujuan Tunggal menurut situs resmi Bank Indonesia
menyatakan dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia
mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi,
sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank
Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian,
22

tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat
diukur dengan mudah.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh
tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas
tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. berikut
tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam bentuk
gambar berisi tiga pilar.
Gambar 2.3
Tiga Pilar Bank Indonesia

Arti dari tiga pilar bank indonesia menurut (www.bi.go.id) yaitu:


1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan
pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan
memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik
dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan
suku bunga (BI Rate).
23

Perkembangan indikator tersebut dikendalikan melalui


piranti moneter tidak langsung, yaitu menggunakan operasi
pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan penetapan
cadangan wajib minimum bagi perbankan. Pendekatan
pegendalian moneter secara tidak langsung ini telah dilakukan
sejak 1983 dengan mekanisme operasional yang disesuaikan
dengan dinamika perkembangan pasar uang di dalam negeri.
2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank Indonesia adalah
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di
bidang sistem pembayaran Bank Indonesia merupakan satu-
satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan
mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dari peredaran. Disisi lain dalam rangka
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank
Indonesia berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan
perizinan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti
sistem transfer dana baik yang bersifat real time, sistem kliring
maupun sistem pembayaran lainnya misalnya sistem
pembayaran berbasis kartu.
Untuk mewujudkan suatu sistem pembayaran yang efisien,
cepat, aman dan handal, Bank Indonesia secara terus menerus
melakukan pengembangan sesuai dengan acuan yang ditetapkan
yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional. Pengembangan
tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan ketentuan
yang diarahkan pada pengurangan risiko pembayaran antar bank
dan peningkatan efisiensi pelayanan jasa sistem pembayaran.
Pada sistem pembayaran non tunai, saat ini penyediaan
layanan jasa pembayaran sebagian besar dilakukan oleh
perbankan baik melalui rekening bank di Bank Indonesia,
24

hubungan bilateral antar bank maupun melalui jaringan internal


bank yang dimilikinya. Layanan pembayaran dana antar nasabah
tersebut biasanya dilakukan melalui transfer elektronik, sistem
kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS). Dari sisi piranti pembayaran, secara
historis sistem pembayaran non tunai di Indonesia didominasi
oleh piranti pembayaran berbasis warkat, namun dalam
perkembangannya piranti elektronik mulai banyak berperan
terutama sejak dioperasikannya sistem BI-RTGS pada bulan
November untuk penyelesaian transaksi bernilai besar atau
urgent.
Sementara itu dalam kaitannya dengan pengawasan sistem
pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab agar
masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem pembayaran
yang efisien, cepat, tepat dan aman. Fungsi pengawasan sistem
pembayaran ini selain berwenang untuk memberikan izin
operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan di
bidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik
yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun pihak lain di luar
Bank Indonesia.
3. Mengatur dan Mengawasi Bank
Sementara itu dalam kaitanya dengan pengawasan sistem
pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggungjawab agar
masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem pembayaran
yang efisien, cepat, tepat dan aman. Fungsi pengawasan sistem
pembayaran ini selain berwenang untuk memberikan izin
operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan
dibidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik
25

yang dilakukan oleh bank Indoensia maupun pihak lain diluar


Bank Indonesia.
Sebagai salah satu bentuk upaya dari mewujudkan tujuan
Bank Indonesia, Bank Indonesia memiliki program yaitu
Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan bentuk
kepedulian atau empati sosial Bank Indonesia untuk
berkontribusi dalam membantu memecahkan masalah sosial
ekonomi yang dihadapi masyarakat. Melalui program sosial,
Bank Indonesia juga berupaya meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan
pencapaian tujuan Bank Indonesia (www.bi.go.id).
3. Visi dan Misi Bank Indonesia
Visi
Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap
perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging
markets.
Misi
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui
efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank
Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas
kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan
kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui
penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan
sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan
Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural
pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
26

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan


pembiayaan ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi
pendalaman pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di
tingkat nasional hingga di tingkat daerah.
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya
manusia, tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia
(www.bi.go.id).

D. UMKM
1. Pengertian UMKM
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah bab satu pasal satu
mengatakan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
27

UMKM merupakan kekuatan strategis, karena mempunyai


peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terutama
dalam penyediaan lapangan kerja serta memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemeratakan
pendapatan menurut Sandriana dalam jurnal puryono (2017: 3).
Sebuah usaha dikatakan UMKM dapat dilihat dari beberapa
karakteristik Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bab IV Pasal
6 menyatakan:
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Menurut Isnaini dalam jurnal Diahnisa (2017: 239) Adapun
yang dinyatakan sebagai UMKM Terdapat ciri khas, yaitu modal yang
kecil, jumlah pekerja yang sedikit, risiko yang sedikit tinggi tetapi
28

return tinggi, biasanya digerakkan dari rumah tangga, dan membawa


kewirausahaan bagi pemiliknya.
Menurut Tambunan dalam jurnal Diahnisa (2017: 239) diketahui
bahwa sebagian besar pengusaha UMKM mengungkapkan alasan
kegiatan usaha yang mereka lakukan adalah latar belakang ekonomi.
Hal ini didukung dengan kondisi tingkat pendidikan pengusaha yang
mayoritas tergolong rendah. Akan tetapi, beberapa pengusaha
menjalankan bisnis keluarga secara turun-temurun.
2. Pengembangan UMKM
Penelitian ini mencakup beberapa aspek yang menyangkut pada
rumusan strategi pengembangan usaha yang efektif untuk
meningkatkan daya saing dalam menghadapi kompetitif pasar bebas,
pada UMKM di desa Wisata Sidamukti Majalengka. Menurut Ariani
(2017: 104) Dimana pada tahap ini yang perlu diperhatikan dan
dikembangkan adalah aspek pemasaran, aspek modal dan pendanaan
usaha, aspek pemanfaatan teknologi informasi dan inovasi, aspek
pemakaian bahan baku, aspek peralatan produksi, aspek penyerapan
dan pemberdayaan tenaga kerja, aspek organisasi dan manajemen
usaha, aspek birokrasi dan peran pemerintah dan aspek eksternalitas
dan lain-lain:
1) Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran ini ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan bagi responden yaitu segi produk, harga, tempat,
promosi, dan lain-lainnya terkait pemasaran.
2) Aspek Modal dan Pendanaan Usaha
Aspek modal dan pendanaan usaha dapat berasal dari
modal sendiri, pinjaman, hasil kerjasama dan bantuan hibah
seperti adanya pendampingan UMKM dari KPw Bank Indonesia
Cirebon yang terletak di kota Cirebon. Biasanya modal
tambahan yang berasal dari kerjasama sangat kecil sekali karena
banyak yang beranggapan bahwa usaha dari UMKM ini
29

keuntungannya sangat kecil dan hanya beberapa UMKM saja


yang melakukan hal tersebut.
3) Aspek Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Inovasi
Pemanfaatan teknologi dan inovasi merupakan suatu alat
penunjang dalam perkembangan usaha dari UMKM di kota
Tarakan, sehingga dapat dilihat respon dari responden mengenai
beberapa indicator antara lain yaitu: Dalam usaha menggunakan
komputer, Ada upaya-upaya mendesain produk baru yg lebih
berkualitas, Melakukan perubahan pelayanan pada konsumen,
Mencari pasar baru/peluang baru, Mencari pembelian bahan
baku yang lebih baik.
4) Aspek Pemakaian Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu pertimbangan dalam
dunia usaha, baik dalam hal penggunaan, ketersediaan maupun
harga perolehan dari bahan baku itu sendiri. Karena sedikit
banyaknya akan mempengaruhi dari penentuan harga produk
yang diproduksi oleh suatu usaha khususnya UMKM.
5) Aspek Peralatan Produksi
Aspek peralatan produksi merupakan salah satu asset bagi
para pelaku UMKM baik itu yang tradisional maupun yang
sudah modern atau menggunakan teknologi canggih. Peralatan
produksi dapat berupa barang bergerak maupun barang tak
bergerak, tanpa peralatan produksi yang memadai akan sulit
bagi pelaku UMKM untuk dapat tumbuh berkembang dalam
menjalankan usahanya.
6) Aspek Penyerapan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja
Pengembangan UMKM di desa Wisata Sidamukti
Majalengka diharapkan mampu memberi sumbangsi bagi
kabupaten Majalengka khususnya dalam hal penggurangan
tingkat pengangguran dan kemiskinan. Sehingga dari UMKM
30

ini dapat dilihat besarnya aspek dari penyerapan dan


pemberdayaan tenaga kerja.
7) Aspek Organisasi dan Manajemen Usaha
Keterlibatan pelaku usaha UMKM dalam aspek organisasi
dan manajemen usaha dapat dilihat dari: Terlibat dalam asosiasi
usaha (Paguyuban), Memiliki rencana pengembangan Usaha,
Memisahkan keuangan usaha danpribadi, Melakukan antisipasi
resiko pencurian dan penyimpangan kecurangan dari karyawan.

8) Aspek Birokrasi dan Peran Pemerintah


Bagi para pelaku UMKM rata-rata tidak mau dipusingkan
oleh masalah birokrasi dan mempertanyakan peran pemerintah
tentang andil pemerintah terhadap peningkatan usahanya. Maka
dapat diamati mengenai aspek birokrasi dan peran pemerintah
terhadap pengembangan UMKM di daerahnya melalui beberapa
unsur yaitu: Proses perizinan usaha cukup mudah, tidak terdapat
Pungutan atas usaha yang dilakukan, Pernah Ikut dilibatkan
dalam kebijakan UMKM, Infrastruktur yang dibangun
pemerintah memadai dan membantu jalannya usaha, Terdapat
Pendanaan bunga lunak oleh pemerintah, Pernah memperoleh
pembinaan program kemitraanusaha dari pemerintah,
Pemerintah memberikan perlindungan usaha baik dari monopoli
maupun dari ekspansi eksternal.
9) Aspek Eksternalitas dan Lain-lain
Eksternalitas merupakan efek yang dirasakan oleh
responden atau pelaku usaha UMKM baik eksternalitas positif
maupun eksternalitas negatif.
31

3. Strategi Peningkatan Kemampuan UMKM


Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), strategi
diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya
bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan
damai.
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil, dan menengah ialah: Usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
Menurut BPS Indonesia dalam (Maryati, 2014) Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu komponen pelaku
usaha yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan
lapangan pekerjaan di Indonesia.
32

4. Daya Saing Produksi


Menurut Council of Competitiveness, Washington DC dalam
jurnal Meliala (2014: 644) , daya saing adalah kapasitas bangsa untuk
menghadapi tantangan persaingan pasar internasional dan tetap
menjaga atau meningkatkan pendapatan riil-nya.
Tingkat persaingan yang tinggi menuntut perusahaan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan harga murah,
sehingga perusahaan perlu memberikan perhatian serius terhadap
kualitas produknya.
Menurut Muhardi dalam jurnal Choirullah (2017: 40), daya
saing operasi merupakan fungsi operasi yang tidak saja berorientasi ke
dalam (internal) tetapi juga keluar (eksternal), yakni merespon pasar
sasaran usahanya dengan proaktif. Dalam usaha untuk memperoleh
keunggulan bersaing menurut Kotler dalam jurnal Choirullah (2017:
40) yaitu dengan membangun hubungan pelanggan yang didasarkan
pada nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan.
Faktor-faktor tersebut dianalisis berdasarkan Porter’s Diamond
Model dalam jurnal Nurzamzami (2014: 19), seperti faktor kondisi,
faktor kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung,
persaingan industri, peran pemerintah dan peran kesempatan.
Menurut European Commission dalam jurnal Meliala (2014:
644), daya saing diartikan sebagai kemampuan menghasilkan produk
barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan dalam
saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang tinggi
dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat
pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka
terhadap persaingan eksternal.
Permasalahan usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia
pada umunya relatif sama. Namun penentuan strategi untuk
peningkatan daya saing, tetap harus meneliti UKM secara detail dan
berkesinambungan agar tercipta suatu solusi dalam memenangkan
33

persaingan yang ada. Oleh karena itu ada beberapa langkah yang bisa
ditawarkan, agar UKM bisa menjaga dan memenangkan persaingan,
yaitu: Konsisten menjaga kualitas produk, Tambahkan daya saing
UKM melalui packaging produk yang menarik, Berani bersaing dari
segi harga, Menjaga loyalitas konsumen.
Menurut Tambunan dalam jurnal Diahnisa (2017: 240)
indikator-indikator yang dapat digunakan dalam pengukuran daya
saing, yaitu pertumbuhan nilai atau volume output, pangsa PDB,
pangsa pasar, nilai omset, profit, tingkat pendidikan ratarata pekerja
dan pengusaha, pengeluaran R&D, jumlah sertifikat standardisasi
yang dimiliki dan jumlah paten yang dibeli, standardisasi, jenis
teknologi yang digunakan, produktivitas atau efisiensi, nilai mesin dan
peralatan produksi atau nilai aset, jumlah pengeluaran promosi, dan
jaringan kerja atau kerja sama dengan pihak lain.
5. Peningkatan Pendapatan
Kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran akhir bagi
program yang telah dirancang oleh suatu lembaga. Baik itu dalam
lingkup negara maupun lingkup daerah. Suatu program belum bisa
dikatakan berhasil sepenuhnya bila belum mampu membuat
masyarakatnya hidup lebih sejahtera. Untuk itu maka perlu adanya
pemahaman tentang kesejahteraan itu sendiri sehingga bisa diambil
langkah-langkah untuk mencapainya.
Terdapat beberapa teori yang membahas tentang kesejahteraan
Albert dan Hahnel menurut Sugiarto yang ditulis dalam jurnal
Ratnawati (2018: 83) mengklasifikasikan teori kesejahteraan menjadi
tiga macam, yakni classical utilitarian, neoclassical welfare theory
dan new contractarian approach. Teori welfare theory juga dituliskan
kembali menurut Darussalam dalam jurnal Ratnawati (2017: 60)
Pendekatan classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan
(pleasure) atau kepuasan (utility) seseorang dapat diukur dan
bertambah. Tingkat kesenangan yang berbeda yang dirasakan oleh
34

individu yang sama dapat dibandingkan secara kuantitatif. Prinsip


bagi individu adalah meningkatkan sebanyak mungkin tingkat
kesejahteraannya, sedangkan bagi masyarakat, peningkatan
kesejahteraan kelompoknya merupakan prinsip yang dipegang dalam
kehidupannya.
Neoclassical welfare theory merupakan teori kesejahteraan yang
mempopulerkan prinsip Pareto Optimality. Prinsip Pareto Optimality
menyatakan bahwa the community becomes better off if one individual
becomes better off and non worse off. Prinsip tersebut merupakan
necessary condition untuk tercapainya keadaan kesejahteraan sosial
maksimun. Selain prinsip Pareto Optimality, neoclassical welfare
theory juga menjelaskan bahwa fungsi kesejahteraan merupakan
fungsi dari semua kepuasan individu.
Teori kesejahteraan masyarakat pada dasarnya menjelaskan ada
dua perbedaan, yaitu: teori kesejahteraan sosial (welfare social) dan
teori kesejahteraan ekonomi (welfare economics). Menurut Midgley
dalam jurnal Jannah (2016: 341) mendefinisikan kesejahteraan sosial
(welfare social) sebagai “a condition or state of human well-being.”
Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan
bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan,
tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala
manusia memperoleh perlindungan dari resikoresiko utama yang
mengancam kehidupannya.
Menurut Todaro dan Smith dalam jurnal Putry (2017: 28)
kesejahteraan masyarakat menunjukan ukuran hasil pembangunan
masyarkat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik yang meliputi
peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar
seperti makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan,
peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang
lebih baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai-nilai
35

kemanusiaan, dan memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan


sosial dari individu dan bangsa.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata kesejahteraan
berasal dari kata sejehtera yang berarti keadaan yang baik, kondisi
manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam
keadaan sehat dan damai. Konsep kesejahteraan menurut Nasikun
dalam jurnal Azhari (2017: 97) Sistem Sosial Indonesia dapat
dirumuskan dari 4 (empat) indikator yaitu : 1. Rasa aman (security), 2.
Kesejahteraan (welfare), 3. Kebebasan (freedom) dan 4. Jati Diri
(Identity)
Menurut Todaro dalam jurnal Azhari (2017: 97)
mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah kebawah
dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat.Tingkat hidup
masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat
kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat.
Menurut United Nations Development Programme (UNDP)
dalam jurnal Hamid (2018: 45), pembangunan manusia merupakan
suatu model pembangunan yang ditujukan untuk memperluas pilihan
bagi penduduk yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan
penduduk. Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan yang
menitik-beratkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu
meningkatnya derajat kesehatan, berupa umur panjang dan hidup
sehat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar
dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan
ekonomi produktif serta mendapat penghasilan yang mencukupi
dengan daya beli yang layak.
Ciri bahwa sekelompok orang dinyatakan kesejahtera yaitu
dilihat dari beberapa faktor diantaranya yaitu terpenuhinya makanan,
perumahan, kesehatan, dan perlindungan, peningkatan tingkat
kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih baik. Dari
36

beberapa faktor tersebut yang biasa terlihat jelas menurut penulis yaitu
pendapatan dimana ketika pendapatan naik maka seseorang tersebut
akan bisa memenuhi kebutuhannya. Yang dinyatakan pendapatan
yaitu sebagai berikut.
Menurut Sukirno dalam jurnal Hakim (2018: 5), mengatakan
bahwa pendapatan adalah sebagai kelebihan penerimaan dari biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha. Namun demikian bagi
ekonomi kekayaan modal hanya di pandang sebagai sumber daya
yang di bayar jika modal tersebut digunakan oleh suatu perusahaan.
Menurut Mubyarto dalam jurnal Hakim (2018: 5) pendapatan
adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi
berdasarkan prestasi-prestasinya yang diserahkan berupa pendapatan
dari pekerjaan, profesi yang dilakukan sendiri atau dari usaha
perorangan. Menurut Soemarso dalam jurnal Hakim (2018: 5)
pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambah aktiva
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh setelah penerimaan
dikurangi dengan pengeluaran meurut Gittinger dalam jurnal Pakage
(2018: 198).
Disamping itu, Simangunsong dalam jurnal Anwar (2014: 48)
mengemukakan bahwa, “pendapatan adalah bertambahnya aktiva
perusahaan atau uang tunai, piutang, kekayaan lain yang berasal dari
penjualan barang atau jasa yang mengakibatkan modal bertambah”.
Menurut Basu Swastha dalam jurnal Anwar (2014: 48), pendapatan
adalah semua penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau
orang dalam kegiatan perekonomian pada suatu periode tertentu.
Setiap orang dalam melakukan aktivitas ekonomi termasuk dalam hal
ini petani kakao selalu mengharapkan hasil yang maksimal. Kemudian
pendapatan yang diperoleh seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-
37

faktor produksi yang dimiliki seperti jumlah modal, luas areal, tingkat
kecakapan yang dimiliki. Berkaitan dengan hal tersebut menurut
Komarudin dalam jurnal Anwar (2014: 48), pendapatan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: besar kecilnya usaha,
kuantitas dan kualitas produksi, modal yang digunakan dan tingkat
pengetahuan masyarakat. Selain dari pada itu, Sueharjo dalam jurnal
Anwar (2014: 48), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pendapatan seseorang yaitu: luas lahan, biaya produksi dan tenaga
kerja.

Anda mungkin juga menyukai