KAJIAN PUSTAKA
1
2
Gambar 2.1
Framework pengembangan UMKM oleh Bank Indonesia
Misi: meningkatkan akses dan jangkauan UMKM terhadap jasa keuangan melalui
pengembangan UMKM dalam rangka mendukung stabilitas sistem keuangan,
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Pilar 1
Meningkatkan kapasitas ekonomi UMKM
1. Produktivitas
2. Daya saing
3. Inovasi
Pilar 2
Meningkatkan pembiayaan dan akses keuangan UMKM
1. Infrastruktur
2. Kapasitas
3. Instrumen kebijakan
Pilar 3
Mendorong pemanfaatan teknologi untuk efisiensi transaksi keuangan dan
peningkatan akses pasar UMKM
1. GNNT
2. Inklusi keuangan melalui elektronifikasi
7
3. Financial teknologi
Pilar 4
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama kelembagaan serta pengembangan sistem
informasi UMKM BI
1. Kerjasama dan koordinasi
2. Sistem informasi
Gambar 2.2
Latar Belakang Program
Perkembangan Internal Perkembangan Eksternal
- Peran BI dalam pengembangan - Globalisasi : perlu peningkatan
UMKM untuk mendukung daya saing lokal.
pencapaian tugas BI. - Desentralisasi : kewenangan
- Dalam PDG Kebijakan ekonomi mengatur daerah.
dan keuangan negara (KEKDA), - Nawacita : memperkuat daerah
peningkatan akses keuangan dan desa.
pengembangan UMKM merupakan - Keragaman karakteristik,
salah satu strategi untuk permasalahan dan potensi UMKM
mendukung kebijakan utama bank di daerah yang antara lain
indonesia. dipengaruhi oleh unsur lokasi dan
sumber daya lokal.
1. Tafsir Al Maraghi.
Kaum Qarun mengemukakan beberapa nasehat:
َوٱبْتَغ ِ ِفميَا ٓ َءاتَ ٰى َك ٱ َّ َُّلل ٱدلَّ َار ٱ ْل َءا ِخ َر َة
Pergunakanlah harta dan nikmat yang banyak yang
diberikan Allah kepadamu ini untuk mentaati Tuhanmu dan
mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai macam cara
pendekatan yang mengantarkanmu kepada perolehan pahala-
Nya di dunia dan akhirat. Ditegaskan dalam hadits:
“Pergunakanlah lima perkara sebelum lima perkara lain datang,
yaitu masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu
sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu,
19
C. BANK INDONESIA
1. Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Pasal 4 (1) Bank
Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. (2) Bank
Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara
tegas diatur dalam Undang-undang ini. (3) Bank Indonesia adalah
badan hukum berdasarkan undangundang ini.”
2. Tujuan Bank Indonesia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia “Pasal 7 (1) Tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara
berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan
kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.”
Tujuan Tunggal menurut situs resmi Bank Indonesia
menyatakan dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia
mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi,
sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank
Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian,
22
tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat
diukur dengan mudah.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh
tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas
tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. berikut
tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam bentuk
gambar berisi tiga pilar.
Gambar 2.3
Tiga Pilar Bank Indonesia
D. UMKM
1. Pengertian UMKM
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah bab satu pasal satu
mengatakan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
27
persaingan yang ada. Oleh karena itu ada beberapa langkah yang bisa
ditawarkan, agar UKM bisa menjaga dan memenangkan persaingan,
yaitu: Konsisten menjaga kualitas produk, Tambahkan daya saing
UKM melalui packaging produk yang menarik, Berani bersaing dari
segi harga, Menjaga loyalitas konsumen.
Menurut Tambunan dalam jurnal Diahnisa (2017: 240)
indikator-indikator yang dapat digunakan dalam pengukuran daya
saing, yaitu pertumbuhan nilai atau volume output, pangsa PDB,
pangsa pasar, nilai omset, profit, tingkat pendidikan ratarata pekerja
dan pengusaha, pengeluaran R&D, jumlah sertifikat standardisasi
yang dimiliki dan jumlah paten yang dibeli, standardisasi, jenis
teknologi yang digunakan, produktivitas atau efisiensi, nilai mesin dan
peralatan produksi atau nilai aset, jumlah pengeluaran promosi, dan
jaringan kerja atau kerja sama dengan pihak lain.
5. Peningkatan Pendapatan
Kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran akhir bagi
program yang telah dirancang oleh suatu lembaga. Baik itu dalam
lingkup negara maupun lingkup daerah. Suatu program belum bisa
dikatakan berhasil sepenuhnya bila belum mampu membuat
masyarakatnya hidup lebih sejahtera. Untuk itu maka perlu adanya
pemahaman tentang kesejahteraan itu sendiri sehingga bisa diambil
langkah-langkah untuk mencapainya.
Terdapat beberapa teori yang membahas tentang kesejahteraan
Albert dan Hahnel menurut Sugiarto yang ditulis dalam jurnal
Ratnawati (2018: 83) mengklasifikasikan teori kesejahteraan menjadi
tiga macam, yakni classical utilitarian, neoclassical welfare theory
dan new contractarian approach. Teori welfare theory juga dituliskan
kembali menurut Darussalam dalam jurnal Ratnawati (2017: 60)
Pendekatan classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan
(pleasure) atau kepuasan (utility) seseorang dapat diukur dan
bertambah. Tingkat kesenangan yang berbeda yang dirasakan oleh
34
beberapa faktor tersebut yang biasa terlihat jelas menurut penulis yaitu
pendapatan dimana ketika pendapatan naik maka seseorang tersebut
akan bisa memenuhi kebutuhannya. Yang dinyatakan pendapatan
yaitu sebagai berikut.
Menurut Sukirno dalam jurnal Hakim (2018: 5), mengatakan
bahwa pendapatan adalah sebagai kelebihan penerimaan dari biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha. Namun demikian bagi
ekonomi kekayaan modal hanya di pandang sebagai sumber daya
yang di bayar jika modal tersebut digunakan oleh suatu perusahaan.
Menurut Mubyarto dalam jurnal Hakim (2018: 5) pendapatan
adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi
berdasarkan prestasi-prestasinya yang diserahkan berupa pendapatan
dari pekerjaan, profesi yang dilakukan sendiri atau dari usaha
perorangan. Menurut Soemarso dalam jurnal Hakim (2018: 5)
pendapatan adalah peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambah aktiva
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh setelah penerimaan
dikurangi dengan pengeluaran meurut Gittinger dalam jurnal Pakage
(2018: 198).
Disamping itu, Simangunsong dalam jurnal Anwar (2014: 48)
mengemukakan bahwa, “pendapatan adalah bertambahnya aktiva
perusahaan atau uang tunai, piutang, kekayaan lain yang berasal dari
penjualan barang atau jasa yang mengakibatkan modal bertambah”.
Menurut Basu Swastha dalam jurnal Anwar (2014: 48), pendapatan
adalah semua penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau
orang dalam kegiatan perekonomian pada suatu periode tertentu.
Setiap orang dalam melakukan aktivitas ekonomi termasuk dalam hal
ini petani kakao selalu mengharapkan hasil yang maksimal. Kemudian
pendapatan yang diperoleh seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-
37
faktor produksi yang dimiliki seperti jumlah modal, luas areal, tingkat
kecakapan yang dimiliki. Berkaitan dengan hal tersebut menurut
Komarudin dalam jurnal Anwar (2014: 48), pendapatan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: besar kecilnya usaha,
kuantitas dan kualitas produksi, modal yang digunakan dan tingkat
pengetahuan masyarakat. Selain dari pada itu, Sueharjo dalam jurnal
Anwar (2014: 48), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pendapatan seseorang yaitu: luas lahan, biaya produksi dan tenaga
kerja.