Abstrak
Dewasa ini, peningkatan produktivitas merupakan perhatian utama dalam berbagai perusahaan,
dimana sumber daya manusia merupakan komponen utama dalam menjalankan kegiatan produksi
dalam perusahaan. Sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja tidak terlepas dari masalah-masalah yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja, akan tetapi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) sendiri masih dilihat sebelah mata oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Berdasarkan masalah tersebut, metode yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM)
dibantu dengan program LISREL untuk mengetahui hubungan antar variabel-variabel yang terkait
dengan K3 dan produktivitas. Variabel-variabel tersebut, yaitu program keselamatan kerja, program
kesehatan kerja, faktor kecelakaan kerja, faktor penyakit akibat kerja, dan faktor produktivitas kerja.
Kemudian dilakukan pembuktian untuk hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan
menggunakan kuesioner yang diajukan kepada karyawan-karyawan di pabrik 1 PT. Petrokimia
Gresik. Dari kuesioner yang kemudian diolah dengan LISREL, perusahaan-perusahaan lain dapat
melihat nilai hubungan antara: Program Keselamatan kerja terhadap faktor kecelakaan kerja adalah -
0,67. Program Kesehatan kerja terhadap faktor penyakit akibat kerja adalah -0,83. Faktor Kecelakaan
kerja terhadap faktor produktivitas kerja adalah -0,79. Faktor Penyakit akibat kerja terhadap faktor
produktivitas kerja adalah -0,49. Program Keselamatan kerja terhadap faktor produktivitas kerja
secara tidak langsung adalah 0,53. Program Kesehatan kerja terhadap faktor produktivitas kerja
secara tidak langsung adalah 0,41.
Kata Kunci : Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Produktivitas Kerja, Structural Equation
Model.
1
tenaga kerja keseluruhan yang terdaftar
dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata
Jamsostek di Indonesia. Selama tahun 2010 di
produktivitas di PT. Petrokimia Gresik pada
Indonesia, berdasarkan laporan dari daerah,
tahun 2011 adalah 4.740,982 juta rupiah/orang
terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711
dan mengalami peningkatan pada tahun 2012
kasus. Sedangkan berdasarkan data semester I
menjadi 6.497,231 juta rupiah/orang.
Tahun 2011 jumlah kecelakaan kerja adalah
48.511 kasus. Menurut data Kemenaskertrans Tabel 2. Jumlah Kecelakaan Kerja PT.
tahun 2012 ditinjau dari sumber kecelakaan, Petrokimia Gresik
penyebab terbesar adalah mesin, pesawat angkut
dan perkakas kerja tangan. Sementara Jumlah Tingkat
berdasarkan tipe kecelakaan, yang terbanyak No Tahun Kecelakaan Keparahan
adalah terbentur, bersinggungan dengan benda Ringan
1. 2007 20
tajam yang mengakibatkan tergores, terpotong,
2. 2008 20 Ringan
tertusuk, dan terpukul akibat terjatuh.
Peningkatan produktivitas merupakan 3. 2009 12 Ringan
salah satu dari tujuan diterapkannya Keselamatan 4. 2010 17 Ringan
dan Kesehatan Kerja. Dapat dilihat pada Tabel 1, 5. 2011 7 Ringan
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) jumlah (Sumber : PT. Petrokimia Gresik)
rata-rata produktivitas tenaga kerja di Indonesia
pada tahun 2009 adalah 1.486,960 juta Tabel 3. Produktivitas Tenaga Kerja PT. Petrokimia
rupiah/orang, tetapi mengalami penurunan pada Gresik (Satuan Juta per Orang)
tahun 2010 menjadi 1.440,660 juta rupiah/orang. 2008 2009 2010 2011 2012
Rata-rata 4.376,1 4.382 3.673,8 4.741 6.497,2
Angka-angka ini diperoleh dari hasil/output Produktiv
perusahaan dalam rupiah yang dibagi dengan itas
jumlah karyawan dalam perusahaan tersebut. (Sumber : PT. Petrokimia Gresik)
2
variabel-variabel teramati (observed variables), 2.2 Langkah Penelitian
sedangkan pada model laten SEM, hubungan 2.2.1 Tahap Pendahuluan
kausal terjadi diantara variabel-variabel tidak Tahap pendahuluan merupakan suatu tahap
teramati (unobserved variables) atau variabel- atau langkah paling awal dalam melakukan
variabel laten (Wijanto, 2008). Menurut Wijanto sebuah penelitian.
(2008) Kline dan Klammer (2001) lebih 1. Identifikasi Masalah
mendorong penggunaan SEM dibandingkan Identifikasi masalah merupakan tahap awal
regresi berganda karena lima alasan sebagai dalam penelitian. Tahap ini dilakukan
berikut: (1) SEM memeriksa hubungan diantara dengan mengamati kondisi riil yang terjadi
variabel-variabel sebagai sebuah unit, tidak di lapangan untuk mengetahui bagaimana
seperti pada regresi berganda yang penerapan K3 di perusahaan (studi
pendekatannya sedikit demi sedikit. (2) asumsi lapangan). Setelah itu memahami
pengukuran yang andal dan sempurna pada permasalahan yang terjadi berdasarkan
regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengamatan yang dilakukan dengan
pengukuran dengan kesalahan dapat ditangani mempelajari teori-teori ilmiah yang
dengan mudah oleh SEM. (3) Modification Index berkaitan dengan pengamatan yang
yang dihasilkan oleh SEM menyediakan lebih dilakukan (studi literatur).
banyak isyarat tentang arah penelitian dan 2. Perumusan Masalah
pemodelan yang perlu ditindaklanjuti Dalam tahap ini merupakan hasil dari tahap
dibandingkan regresi. (4) interaksi juga dapat identifikasi masalah. Topik penelitian dan
ditangani dalam SEM. (5) kemampuan SEM identifikasi masalah yang telah diperoleh,
dalam menangani non recursive paths. digunakan sebagai acuan dalam menentukan
rumusan masalah yang menjadi fokus
2. Metodologi Penelitian penelitian.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai 3. Penetapan Tujuan Penelitian
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian Tahap selanjutnya adalah menentukan tujuan
agar proses penelitian dapat terarah dengan baik penelitian yang akan dilakukan. Hal ini
sesuai dengan tujuan penelitian. Metodologi sangat penting dilakukan untuk mendapatkan
penelitian ini berisi tahapan-tahapan yang acuan dalam menentukan tingkat
meliputi identifikasi awal, pengumpulan data, keberhasilan suatu penelitian.
pengolahan data, analisis hasil dan pembahasan, 4. Pengumpulan Data
dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan dan a. Teknik pengambilan sampel atau teknik
saran. sampling adalah suatu cara mengambil
sampel yang representatif dari populasi
2.1 Metode Penelitian (Riduwan, 2007). Dalam penelitian ini
Penelitian ini termasuk jenis penelitian digunakan teknik proportionate random
eksplanatif. Penelitian eksplanatif atau sampling dengan menggunakan rumus
eksplanatori bertujuan untuk menjelaskan dari Yamane (Riduwan, 2007),
hubungan antara dua atau lebih gejala atau Berdasarkan rumus teknik pengambilan
variabel. Penelitian ini bertitik pada pertanyaan sampel dengan jumlah populasi sebanyak
dasar “mengapa”. Tujuan penelitian ini tidak 373 orang dan presisi atau taraf kesalahan
hanya sekadar mengetahui apa yang terjadi, sebesar 5 persen, sampel yang diambil
bagaimana terjadinya, tetapi juga ingin sebanyak 194 orang pegawai. Setelah
mengetahui mengapa terjadi. jumlah sampel ditentukan sebanyak 194
orang, dilanjutkan dengan pengambilan
2.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian sampel proporsi untuk mengetahui
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan jumlah sampel yang akan diambil dari
Januari sampai Juli 2013dan bertempat di pabrik masing-masing bagian seperti yang
1 PT. Petrokimia Gresik, Jawa Timur. ditunjukkan pada Tabel 4.
3
Tabel 4. Sampel Menurut Stratum 5. Pengukuran Variabel Penelitian
No Bagian Jumlah Jumlah Melakukan skala pengukuran dan
Pegawai Responden
pemberian skor pada kuesioner. Skala
1. Candal 229 119
pengukuran yang digunakan dalam
Produksi
2. Candal 144 75 kuesioner penelitian ini adalah skala likert
Pemeliharaan dengan 4 (empat) pilihan jawaban. Adapun
pemberian skor untuk setiap pilihan
Tetapi dengan pertimbangkan adanya jawaban:
kuesioner yang tidak kembali dan a. Untuk variabel keselamatan kerja,
pengujian data outlier, maka jumlah kesehatan kerja.
sampel yang diambil adalah 260 orang Pilihan “a” diberi skor 4
pegawai. Setelah jumlah sampel Pilihan “b” diberi skor 3
ditentukan sebanyak 260 orang, Pilihan “c” diberi skor 2
dilanjutkan dengan pengambilan sampel Pilihan “d” diberi skor 1
proporsi untuk mengetahui jumlah b. Untuk variabel kecelakaan kerja,
sampel yang akan diambil dari masing- penyakit akibat kerja
masing bagian seperti yang ditunjukkan Pilihan “Sangat Sering” diberi skor 4
pada Tabel 5. Pilihan “Sering Terjadi” diberi skor 3
Pilihan “Kadang-kadang” diberi skor 2
Tabel 5. Sampel Menurut Stratum Pilihan “Tidak Pernah” diberi skor 1
No Bagian Jumlah Jumlah c. Untuk variabel produktivitas
Pegawai Responden Pilihan “Sangat Setuju” diberi skor 4
1. Candal 229 160 Pilihan “Setuju” diberi skor 3
Produksi Pilihan “Kurang Setuju” diberi skor 2
2. Candal 144 100 Pilihan “Tidak Setuju” diberi skor 1
Pemeliharaan 6. Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh dari tahap-
b. Jenis Data tahap sebelumnya, diolah dengan
1. DataPrimer menggunakan metode yang relevan dengan
Data yang diperoleh melalui permasalahan yang dihadapi. Langkah-
pengamatan dan/atau pengukuran langkah pengolahan data adalah sebagai
secara langsung oleh peneliti dari berikut:
obyek penelitian. Data ini diperoleh a. Pengembangan model teoritis
melalui observasi dan wawancara. Model persamaan struktural didasarkan
Data-data primer tersebut adalah: pada hubungan kausalitas, dimana
a. Keadaan lingkungan tempat kerja perubahan suatu variabel diasumsikan
b. Penyebaran kuesioner tentang akan berakibat pada perubahan variabel
keselamatan kerja, kesehatan kerja, lainnya.
kecelakaan kerja, penyakit akibat b. Pengembangan diagram alur
kerja dan produktivitas kerja Dalam membangun diagram jalur
2. DataSekunder (pathdiagram), hubungan antar konstruk
Data atau informasi yang telah tersedia ditunjukan dengan garis dengan satu anak
oleh pihak perusahaan atau pihak lain panah yang menunjukkan hubungan
yang dianggap berkompeten. Data-data kausalitas (regresi) dari satu konstruk ke
tersebut diantaranya adalah sebagai konstruk lain. Garis dengan duaanak
berikut: panah menunjukkan hubungan korelasi
a. Profil perusahaan atau kovarian antar konstruk. Terdapat
b. Data peraturan Keselamatan dan dua asumsi yang melandasi diagram jalur.
Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan Pertama, semua hubungan kausalitas
c. Data jumlah kecelakaan kerja dalam didasarkan pada teori. Teori sebagai dasar
5 tahun memasukkan atau menghilangkan
4
hubungan kausalitas. Kedua, hubungan f. menilai criteria Goodness-of-Fit
kausalitas dalam model dianggap linear. (kesesuaian model)
c. Konversi diagram alur ke dalam Langkah yang harus dilakukan sebelum
persamaan struktural menilai kelayakan dari model struktural
Setelah mengembangkan model teoritis adalah menilai apakah data yang akan
dan dituangkan dalam diagram jalur, diolah memenuhi asumsi model
maka peneliti siap untuk menterjemahkan persamaan struktural. Setelah asumsi
model tersebut ke dalam persamaan SEM dipenuhi langkah berikutnya
struktural. Menterjemahkan diagram adalah melihatada tidaknya offending
jalur menjadi persamaan struktural estimate yaitu estimasi koefisien baik
merupakan prosedur yang mudah. dalam model struktural maupun model
Pertama, setiap konstruk endogen pengukuran yangnilainya diatas batas
merupakan dependen variabel di dalam yang dapat diterima. Setelah yakin tidak
persamaan yang terpisah sehingga ada lagi offending estimate dalam
variabel independen adalah semua model,makapenelitisiap melakukan
konstruk yang mempunyai garis dengan penilaian Goodness of fit. Goodness of fit
anak panah yang menghubungkannya ke mengukur kesesuaian input observasi
konstruk endogen. atau sesungguhnya (matrik kovarian atau
d. Memilih jenis input matriks dan estimasi korelasi) dengan prediksi dari model
model yang diajukan
a) Ukuran Sampel g. Interpretasi dan modifikasi model
Besarnya ukuran sampel memiliki Ketika model telah dinyatakan diterima,
peran penting dalam interpretasi hasil maka penelitidapat mempertimbangkan
SEM. Ukuran sampel memberikan dilakukannya modifikasi model untuk
dasar untuk mengestimasi sampling memperbaiki penjelasan teoritis atau
error. goodness of fit. Modifikasi dari model
b)Estimasi Model awal harus dilakukan setelah dikaji
Maximum Likelihood Estimation(ML) banyak pertimbangan. Jika model
merupakan estimator yang dimodifikasi, maka model tersebut harus
paling banyak digunakan dalam valid. Pengukuran model dapatdilakukan
SEM dan lebih efesien jika asumsi dengan modification indices. Nilai
normalitas multivariat terpenuhi. modificatioan indices sama dengan
e. Penilaian identifikasi model sturktural terjadinya penurunan Chi-squares jika
Selama proses estimasi berlangsung koefisien diestimasi. Estimasi parameter
dengan program komputer, sering dalam SEM umumnya berdasarkan pada
didapat hasil estimasi tidak logis karena metode maximum likelihood (ML).
berkaitan dengan masalah struktural. 7. Analisa dan Pembahasan
Problem identifikasi adalah Pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil
ketidakmampuan model untuk pengolahan data yang telah dilakukan untuk
menghasilkan estimasi yang sesuai melihat sejauh mana pengaruh pelaksanaan
dengan ketentuan. Cara melihat ada kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
tidaknya problem identifikasi adalah produktivitas karyawan.
dengan melihat hasil estimasi meliputi: 8. Kesimpulan dan saran
a)Adanya nilai standar error yang Tahap kesimpulan dan saran adalah tahap
besar untuk satu atau lebih terakhir dalam penelitian ini. Tahap ini berisi
koefisien kesimpulan yang diperoleh dari hasil
b)Ketidakmampuan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data
program untuk invert yang digunakan untuk menjawab tujuan
information matrix. penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
5
2.3 Penentuan Variabel Penelitian
jumlah Kecelakaan Kerja akan
2.3.1 Definisi Operasional Variabel
semakin rendah
Penelitian
H2 : Semakin tinggi keberhasilan
Definisi operasional variabel menjelaskan
penerapan Kesehatan Kerja, maka
tentang pengertian operasionalisasi dari variabel-
jumlah penderita Penyakit Akibat
variabel yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Kerja akan semakin rendah
Pada Tabel 6 ditampilkan definisi operasional
H3 : Semakin rendah jumlah Kecelakaan
variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Kerja, maka Produktivitas Kerja
Tabel 6. Definisi Operasional Setiap Variabel karyawan akan semakin tinggi
Variabel Definisi Operasional H4 : Semakin rendah jumlah penderita
Program
Keselamatan kerja didefinisikan sebagai sarana Penyakit Akibat Kerja, maka
utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
Keselamatan
kematian akibat kecelakaan kerja (Suma’mur,
Produktivitas Kerja karyawan akan
Kerja semakin tinggi
1996).
Kesehatan kerja didefinisikan sebagai spesialisasi
ilmu kesehatan / kedokteran beserta praktek nya
Program
yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja 2.3.3 Hubungan Keselamatan Kerja,
Kesehatan
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya Kesehatan Kerja dengan Produktivitas
baik fisik, mental maupun social dengan usaha
Kerja
preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan Kerja melalui Kecelakaan Kerja dan
kesehatan yang diakibatkan oleh factor pekerjaan Penyakit Akibat Kerja
dan lingkungan kerja (Suma’mur, 1996). Berikut ini merupakan penjelasan
Kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi
Faktor
berbahaya atau unsafe action dan perbuatan hubungan keselamatan kerja dengan kecelakaan
Kecelakaan
Kerja
berbahaya atau unsafe condition (Suma’mur, kerja dan kesehatan kerja dengan penyakit akibat
1996).
Dalam ruang atau ditempat kerja biasanya
kerja. Menurut Suma’mur (1996) keselamatan
terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab kerja adalah sarana utama untuk pencegahan
Faktor
Penyakit
penyakit akibat kerja, antara lain golongan fisik, kecelakaan, cacat dan kematian akibat kecelakaan
golongan kimia, golongan infeksi, golongan
Akibat Kerja
fisiologis, golongan mental-psikologis kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
(Notoatmodjo, 2007). gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Sedangkan
Konsep produktivitas pada dasarnya dapat dilihat kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan
Faktor dimensi organisasi. Pengkajian masalah kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang
Produktivitas produktivitas dari dimensi individu tidak lain bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja
Kerja melihat produktivitas terutama dalam
hubungannya dengan karakteristik-karakteristik
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya
kepribadian individu(Kusnendi, 2003). baik fisik,mental maupun sosial dengan usaha
preventif atau kuratif terhadap,
2.3.2 Variabel Penelitian Penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan
Ada lima variabel yang dikembangkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungankerja serta
dalam penelitian ini yaitu keselamatan kerja, terhadap penyakit umum (Suma’mur,1996).
kesehatan kerja, kecelakaan kerja, penyakit akibat Penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan
kerja, dan produktivitas kerja. Hubungan yang oleh factor pekerjaan dan lingkungan kerja yang
terjadi antara keselamatan kerja, kesehatan kerja, disebut juga dengan penyakit akibat kerja. Untuk
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan penjelasan hubungan kecelakaan kerja dan
produktivitas kerja tersebut selanjutnya akan penyakit akibat kerja terhadap produktivitas kerja
disajikan secara ringkas dalam kerangka adalah sebagai berikut. Menurut Ramli (2010)
pemikiran teoritis berikut ini. Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera
ringan, berat, cacat atau menimbulkan kematian.
2.3.3 Hipotesis Penelitian Cedera ini akan mengakibatkan seorang pekerja
Dari uraian teori yang telah tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik
dikembangkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sehingga mempengaruhi produktivitas. Menurut
sebagai berikut : Suma’mur (1996) Tujuan utama dari Higiene
H1 : Semakin tinggi keberhasilan Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah
penerapan Keselamatan Kerja, maka menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Tujuan demikian mungkin dicapai,
oleh karena terdapatnya korelasi di antara derajat
6
kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja kesehatan kerja pada pabrik 1 PT. Petrokimia
atau perusahaan, untuk effisiensi kerja yang Gresik.
optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan harus
dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan Tabel 8. Analisis Deskriptif Kesehatan Kerja
kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Skor
Rata-
Indikator 4 3 2 1
3.1 Analisis Deskriptif Program Keselamatan rata
frek. frek. frek. frek.
Kerja (X1)
Variabel Program keselamatan kerja (X1) diukur X2.1 899 900 41 0 3,47
menggunakan tiga indikator, yaitu komunikasi X2.2 905 880 55 0 3,46
keselamatan (X1.1), pelatihan keselamatan X2.3 446 449 25 0 3,46
(X1.2), serta peraturan dan izin kerja (X1.3). X2.4 933 661 42 0 3,48
Tabel 4.11 Merupakan distribusi frekuensi X2.5 433 476 11 0 3,46
jawaban skor rata-rata yang menjelaskan
Rata-rata Keseluruhan 3,47
gambaran dari pelaksanaan program keselamatan
kerja pada pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik.
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa,
Tabel 7. Analisis Deskriptif Keselamatan Kerja persepsi responden terhadap pelaksanaan
Program Kesehatan Kerja secara keseluruhan
Skor
Rata- berada pada daerah yang sangat baik yaitu3,47,
Indikator 4 3 2 1
rata sehingga tidak diperlukan perbaikan secara
frek. frek. frek. frek. mendalam. Akan tetapi dari nilai persentase dapat
X1.1 461 559 117 12 3,28 dilihat masih adanya ruang untuk melakukan
X1.2 1018 574 18 0 3,62 peningkatan pelaksanaan Keselamatan Kerja di
X1.3 816 478 65 21 3,51 perusahaan ini, agar lebih baik lagi untuk
kedepannya.
Rata-rata Keseluruhan 3,47
3.3 Analisis Deskriptif Faktor Kecelakaan
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa, Kerja
persepsi responden terhadap pelaksanaan Variabel Faktor Kecelakaan Kerja (Y2)
Program Keselamatan Kerja secara keseluruhan diukur menggunakan dua indikator, yaitu Unsafe
berada pada daerah yang sangat baik yaitu 3,47, Action (Y2.1) dan Unsafe Condition (Y2.2).
sehingga tidak diperlukan perbaikan secara Tabel dibawah Merupakan distribusi frekuensi
mendalam. Akan tetapi dari nilai persentase dapat jawaban skor rata-rata yang menjelaskan
dilihat masih adanya ruang untuk melakukan gambaran dari kecelakaan kerja pada pabrik 1 PT.
peningkatan pelaksanaan Keselamatan Kerja di Petrokimia Gresik.
perusahaan ini, agar lebih baik lagi untuk
kedepannya. Tabel 9. Analisis Deskriptif Kecelakaan Kerja
Skor
3.2 Analisis Deskriptif Program Kesehatan Rata-
Indikator 4 3 2 1
Kerja rata
Variabel Program kesehatan kerja (X2) frek. frek. frek. frek.
diukur menggunakan lima indikator, yaitu Y2.1 0 4 532 1534 1,26
pelayanan kesehatan (X2.1), pengendalian Y2.2 0 1 130 329 1,29
lingkungan kerja fisik (X2.2), pengendalian Rata-rata Keseluruhan 1,28
lingkungan kerja kimia (X2.3), pengendalian
lingkungan kerja psikologis (X2.4), dan Alat Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa,
Pelindung Diri (X2.5). Tabel dibawah Merupakan persepsi responden terhadap kesadaran akan
distribusi frekuensi jawaban skor rata-rata yang bahaya kecelakaan kerja secara keseluruhan
menjelaskan gambaran dari pelaksanaan program berada pada daerah yang sangat rendah yaitu
1,28, sehingga tidak diperlukan perbaikan secara
7
mendalam, karena sedikitnya tenaga kerja yang Tabel 11. Analisis Deskriptif Produktifitas Kerja
melakukan unsafe action dan didikung dengan Skor
kondisi aman yang diciptakan oleh PT. Indikator 4 3 2 1 Rata-rata
Petrokimia Gresik, khususnya pada pabrik1.
frek. frek. frek. frek.
Mengingat betapa pentingnya kesadaran akan
bahaya kecelakaan kerja, perusahaan harus tetap Z1.1 540 376 0 4 3.58
selalu mengingatkan bahkan memberi sanksi Z1.2 690 449 6 5 3.59
tegas kepada pihak-pihak yang mengabaikan Z1.3 813 537 29 1 3.57
keselamatan kerja. Rata-rata Keseluruhan 3.58
3.4 Analisis Deskriptif Faktor Penyakit Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa,
Akibat Kerja (PAK) persepsi responden terhadap faktor-faktor yang
Variabel Faktor Penyakit Akibat Kerja menentukan produktivitas kerja mereka secara
(Y1) diukur menggunakan tiga indikator, yaitu keseluruhan berada pada daerah yang sangat baik
Kebisingan (Y1.1), Panas (Y1.2) dan Bahan yaitu 3,58, sehingga dapat dikatakan bahwa
Kimia (Y1.3). Tabel dibawah Merupakan tenaga kerja pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik
distribusi frekuensi jawaban skor rata-rata yang mempunyai produktivitas kerja yang sangat baik
menjelaskan gambaran dari penyakit akibat kerja berdasarkan indikator-indikator penilaian untuk
pada pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik. produktivitas.
Tabel 10. Analisis Deskriptif Penyakit Akibat Kerja
3.6 Analisis Full Model Structural Equation
Skor Modeling (SEM)
Rata-
Indikator 4 3 2 1
rata
frek. frek. frek. frek.
Y1.1 0 0 187 273 1,41
Y1.2 0 0 66 394 1,14
Y1.3 0 3 240 447 1,36
Rata-rata Keseluruhan 1,30
8
a. Construct Reliability> 0,70 menunjukkan
reliabilitas yang baik, sedangkan reliabilitas
0,60-0,70 masih dapat diterima dengan syarat
validitas indikator dalam model baik.
Rumus Construct Reliability:
(∑𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑i𝑧e𝑑 𝐿o𝑎𝑑i𝑛g) 2
9
Tabel 14. Model Struktural Hasil SEM: Pengaruh dengan nilai koefisiensebesar -0,49,
Langsung koefisien ini menunjukkan bahwa apabila
Hubungan Antar
Variabel Koef T Ket. semakin kecil tingkat penyakit/sakit akibat
H1 Program Keselamatan
kerja akan mendorong seseorang untuk
Kerja (X1) Faktor -0,67 -6,33
Diteri bekerja lebih produktif atau dengan kata lain
ma
Kecelakaan Kerja (Y2) produktivitas kerja semakin meningkat, dan
H2 Program Kesehatan sebaliknya.
Diteri
Kerja (X2) Faktor -0,83 -10,89
ma
Penyakit Akibat Kerja
(Y1)
3.8.2 Pengaruh Tidak Langsung
H3 Faktor Kecelakaan Kerja Selain pengujian pengaruh langsung, pada
Diteri SEM juga dikenal pengaruh tidak langsung
(Y2) Faktor -0.79 -7,53
ma
Produktivitas (Z) (indirect effect). Pengaruh tidak langsung adalah
H4 Faktor Penyakit Akibat
Diteri
hasil perkalian 2 (dua) pengaruh langsung.
Kerja (Y2) Faktor -0,49 -6,66 Pengaruh tidak langsung dinyatakan signifikan
ma
Produktivitas (Z)
jika kedua pengaruh langsung yang
membentuknya adalah signifikan. Berikut
Berdasarkan Tabel 14, dapat disajikan disajikan hasil pengaruh tidak langsung:
hasil pengujian model struktural sebagai
berikut : Tabel 15. Model Struktural Hasil SEM: Pengaruh
Tidak Langsung
1. Program Keselamatan Kerja (X1)
Koefisien
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan Pengaruh Koefisien
Pengaruh
Tidak Pengaruh Keterangan
terhadap Faktor Kecelakaan Kerja (Y2) Langsung Langsung
Tidak
dengan nilai t = -6,33 dan |6,33| > |1,96| Langsung
12