YOGYAKARTA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1
berdasarkan data statistik dalam penilaian kinerja program K3 yang terjadi pada tahun
2020 di CV Bestone Indonesia terdapat kasus 2 orang yang berarti pada periode
tersebut terjadi hilang waktu kerja sebesar 7 hari, pada tahun 2021 terdapat 1 kasus
yang mengindikasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut telah terjadi hilang waktu
kerja 5 hari, pada tahun 2022 terdapat 1 kasus dalam kurun waktu telah terjadi hilang
waktu kerja 4 hari.
Kecelakaan kerja yang sering terjadi di CV Bestone Indonesia ialah disebabkan oleh
pekerja sendiri kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis atau human error.
Dengan demikian dampak penyebab kecelakaan akibat kerja akan sangat berpengaruh
terhadap kegiatan proses produksi di CV Bestone Indonesia dan kelangsungan hidup
perusahaan atau dengan kata lain kecelakaan yang menimpa pekerjaan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja serta jumlah produksi dan mutu
berkurang. Hilangnya jam kerja yang dialami oleh pekerja pastinya sangatlah
merugikan perusahaan. Kerugiaan ini karena kompensasi yang harus diberikan terhadap
karyawan dan kurangnya tenaga kerja pada lantai produksi yang menyebabkan tidak
efesiennya jumlah tenaga kerja. Pada dasarnya perusahaan sudah memiliki sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Namun tetap saja terjadi kecelakaan
kerja.
Tujuan dari penelitian ini yaitu agar dapat mengidentifikasi secara kronologis yang
terjadi di CV Bestone Indonesia serta menemukan penyebab dasar dari kecelakaan kerja
dengan cara membangun model Fault Tree Analysis (FTA).
Ericson (2005) menyatakan bahwa, Fault Tree Analysis (FTA) atau analisis pohon
kegagalan adalah suatu teknik analisis sistem yang digunakan untuk menentukan akar
penyebab dan kemungkinan terjadinya peristiwa spesifik yang tidak di inginkan. FTA
dapat menggambarkan suatu proses terjadinya kecelakaan kerja dengan lebih detail.
FTA biasanya digunakan pada waktu mencoba menemukan potensi sumber bahaya,
dengan menampilkan beberapa sumber bahaya atau faktor penyebab pada waktu yang
2
sama, dan dapat dilihat bagaimana kecelakaan tersebut terjadi. Pemilihan FTA pada
penelitian ini didasarkan pada keinginan penulis yang tertarik untuk mengidentifikasi
secara kronologis serta menemukan penyebab dasar terjadinya suatau kecelakaan kerja
di CV Bestone Indonesia.
3
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengidentifikasi akar penyebab kecelakaan dengan cara membangun model FTA di
CV Bestone Indonesia.
2. Untuk mengetahui usulan perbaikan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan berdasarkan analisis yang diperoleh
4
1.6 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah banyak dilakukan baik
dalam negeri maupun luar negeri, berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu
yang akan disajikan pada
Tabel 6.1
5
menyebabkan
kecelakaan ada tiga
faktor, yaitu manusia,
lingkungan, dan faktor
material
2. Anwar, Analisis Kesehatan Mengunakan Berdasarkan model
Sukriah, dan Keselamatan metode Fault Fault Tree Analysis
Ayu. (2019) Kerja Berdasarkan Tree Analysis (FTA) yang telah
Metode Fault Tree dibangun penyebab
Analysis pada Area masalah kecelakaan
Packing Semen di yang terjadi di PT.
PT. Lafarge Cement Lafarge Cement
Lhokseumawe - Indonesia terdiri dari
Indonesia dua aspek yaitu
berdasarkan tindakan-
tindakan yang tidak
memenuhi tindakan
keselematan (Unsafe
Human Action) dan
berdasarkan keadaan
lingkungan yang tidak
aman (Unsafe
Conditions) dengan
jenis kecelakaannya
yaitu: sesak napas,
iritasi pada mata, luka
sobek, tersandung dan
6
terpleset, jari tangan
terjepit dan tersetrum.
3. Cecep Implementasi K3 Menggunakan Kecelakaan Kerja di
Suhartoko, Dalam metode Fault PT. SA bisa saja
M.Imrom Meningkatkan Tree Analysis terjadi, hal ini karena
Mas’ud. Produktivitas Kerja (FTA) ketidakpedulian
(2021) Dengan Pendekatan perwakilan dalam
Fault Tree Analysis menyelesaikan
Di PT SA kewajibannya dan
banyak pekerja yang
tidak mengindahkan
himbauan organisasi
atau tidak
menggunakan
perangkat pertahanan
individu yang
diberikan oleh
organisasi. Sangat baik
dapat dilihat dari
konsekuensi pengujian
hubungan antara
kesejahteraan dan
efisiensi kerja.
Pendorong ‘utama
kefatalan setiap
kecfatalan disebabkan’
oleh aktivitas ‘manusia
7
dan kondisi ekologi
yang berisiko.
4. Apriyani, Analisis Menggunakan Jenis potensi
Yayan Keselamatan Kerja metode FTA ( kecelakaan kerja yang
Saputra, Dengan Pendekatan Fault Tree terjadi yaitu mata
Andi Fault Tree Analysis Analysis) terkena serpihan
Turseno, DI PT. INDOTECH material penyebabnya
Tubagus MITRA PRESISI pekerja tidak memakai
Hedi kacamata pelindung,
Saepudin. aktivitas putaran mesin
(2022) yang juga tidak ada
penutup; menghirup
udara sisa proses
pembubutan
penyebabnya pekerja
tidak memakai masker
dan tidak dijaganya
kebersihan; terjatuh
disebabkan lantai
produksi yang licin,
pekerja memaksakan
membawa barang atau
material beban
berlebih; terjepit mesin
disebabkan mesin
sudah tidak layak dan
terkadang pekerja
8
bercanda dalam
bekerja; tersetrum
aliran listrik disebakan
pekerja kurang
memahami keamanan
penggunaan alat yang
mengandung bahaya
listrik
BAB II
LANDASAN TEORI
9
Dalam undang – undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) disebutkan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di selengarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara
optimal yang meliputi pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupajan satu kunci kesuksesan
dalam berbagai industri. Suatu perusahaan yang profesional selalu menganggap K3
sebagai suatu elemen yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan. Dalam jangka
panjang, diharapkan masyarakat mampu menjadikan k3 sebagai budaya dalam
setiap kegiatannya. Salah satu ciri budaya k3 adalah menerapkan ketentuan dan
standar k3 serta konsistensehingga potensi teknologi dapat dimanfaatkan secara
aman dan efisien.
10
“Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah salah satu faktor yang harus
dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia yang menginginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan
lingkungan di mana pekerjaan itu dilaksanakan” (Buntarto, 2015: 1).
11
2.1.3 Pengertian Kesehatan Kerja
“Kesehatan kerja adalah suatu keadaan yang aman dan selamat dari
penderitaan dan kerusakaan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai
alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, Teknik pengepakan,
penyimpanan, maupun menjaga dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja”
(Kuswana, 2014: 22).
“Kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko
kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
periode yang waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi
atau gangguan fisik” (Mangkunegara, 2004: 161).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu
keadaan yang aman dan selamat serta terbebas dari gangguan fisik, mental, emosi
12
dan rasa dakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja serta tujuan dari kesehatan
kerja agar masyrakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya.
4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja
13
2.2.1 Sifat Pentingnya
a. Moral
Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan,
sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral,
juga perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan guna tidak akan terjadi
suatu kecelakaan yang sama.
b. Hukum
Setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan perlindungan keselamatan
dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU
no 1 Tahun 1970.
c. Ekonomi
Perusahaan mengadakan kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila terjadi
kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan
juga terganggu produktivitasnya.
14
Pakaian kerja termasuk alas kaki sering kali tak memadai untuk melakukan
pekerjaan. Tenaga kerja kadang – kadang bekerja dan berpakaian tua yang
sudah tidak layak pakai. Keadaan ini merugikan dilihat dari keselamatan juga
menunjukan suatu mutu kehidupan yang rendah.
Jika, pakaian kerja mungkin cepat rusak karena pekerjaan yang berat,
keadaan udara lembab pekerjan penuh kotoran, pengusaha harus menyediakan
jenis pakaian yang cocok, pemakaian alas kaki juga harus di perhatikan karena
alas kaki yang salah seperti berhak tinggi dan licin akan mengakibatkan
terpeleset atau terjadinya kecelakaan. Dan alas kaki dan pakaian harus dibuat
senyaman mungkin untuk tenaga kerja.
Dalam hal penetapan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu
diperhatikan faktor – faktor dibawah ini :
1. Harus diperhatikan bahaya – bahaya yang mungkin menimpa pekerja
dan pakaian kerja haruslah dipilih menurut kemampuan untuk
mengurangi bahaya sebesar mungkin.
2. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian – bagian atau tali yang
longgar dan kantong.
3. Pakaian longgar atau sobek dan kunci berantai atau arloji berantai tidak
boleh dipakai didekat bagian – bagian mesin yang bergerak.
4. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang
yang di gulung lengannya keatas.
5. Benda – benda tajam atau runcing, bahan – bahan eksplosif atau cairan –
cairan yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian
15
Peralatan perlindungan diri sangat di butuhkan agar kejadian kecelakaankerja
tidak terjadi. Dan beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis
perlatan perlindungan, mungkin hanya dua yang penting, yaitu :
1. Apapun sifat bahayanya, perlatan atau pakaian harus memberikan cukup
perlindungan terhadap bahaya tersebut.
2. Perlatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan
membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan
mobilitas, penglihatan dan sebagainya maksimum, peralatan
perlindungan ini dapat berupa :
a. Tutup muka / masker kain
b. Alas kaki pengaman
c. Sarung Tangan
d. Topi Pengaman,dll.
e. Pemasaran tanda-tanda
Pada CV Bestone Indonesia belum dipasang tanda-tanda sebagai peringatan
untuk tujuan keselamatan. Pemasangan tanda-tanda yang diharapkan dapat
membawa pesan peringatan atau memberikan keterangan secara umum.
Keterangan-keterangan misalnya berupa tanda-tanda bagi tempat jalan keluar dan
tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan seperti peringatan berhati-hati
terhadap jalan yang licin, mesin yang berbahaya, selalu menggunakan alat
pelindung diri setiap akan bekerja, dsb. Dan tempat-tempat yang sering terjadi
kecelakaan serta tempat-tempat yang dianggap perlu.
f. Penerangan
16
1. Kesilauan langsung
2. Kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan
3. Bayangan-bayangan gelap
4. Perubahan mendadak dari terang menjadi gelap
h. Kebisingan
17
Seksi keselamatan kerja/ Safety engineer memberikan perhatian kepada
aspek manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara direktur
keselamatan kerja dan karyawan-karyawan bersifat fungsional, yang artinya
direktur keselamatan kerja berhak memerintahkan dan memaksakan
perintahnya untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan
kerja.
c. Rekayasa suatu pabrik dan operasi yang aman
Syarat-syarat dan usaha keselamatan adalah rekayasa yang sehat dan
berorientasi ke masa depan. Semua itu meliputi tempat-tempat kerja bersih,
penerangan baik, pemasangan ventilasi dengan tepat, semua peralatan yang
berbahaya haruslah dilakukan sejauh mungkin, pekerjaan dengan menggunakan
perlindungan diri digunakan sebagaimana mestinya dan semua perlindungan
yang direkayasa harus dilaksanakan dengan baik agar kecelakaan kerja tidak
terjadi dan proses operasi dapat berjalan secara aman.
d. Pendidikan karyawan agar bertindak secara aman
Pendidikan karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam
upaya pencegahan kecelakaan maka biasanya perubahan memberikan
pendidikan agar bertindak, berpikir, dan bekerja secara aman. Dan segala
bentuk latihan seharusnya dilengkapi dengan berbagai peringatan yang
menyangkut tentang bahaya dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Tindakan
pimpinan merupakan contoh, dan atasan langsung haruslah memberikan contoh
tentang perlunya keselamatan kerja, baik dalam kata maupun perbuatan.
Demikian juga untuk pendidikan akan membantu untuk menanamkan
pengertian agar bekerja dengan hati-hati.
e. Analisis kecelakaan
Apabila terjadi tindakan kecelakaan, berarti tindakan pencegahan tidak
berhasil. Walaupun demikian manajemen mempunyai kesempatan untuk
18
mempelajari apa yang salah. Kecelakaan tersebut dapat dipelajari dari beberapa
aspek yaitu pekerjaan yang menimbulkan kecelakaan, alat-alat dan
perlengkapan yang dipergunakan den akibatnya. Analisis hendaknya digunakan
untuk maksud-maksud perbaikan dimasa yang akan datang.
f. Pelaksanaan peraturan
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja yang ada
harus dilaksanakan apabila ada perusahaan yang tidak menerapkan peraturan
tersebut akan dikenakan sanksi.
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya kecelakaan kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan cara terakhir yang harus dilakukan
untuk mencegah kecelakaan apabila program pengendalian lain mungkin
dilaksanakan, artinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja hendaknya
dianalisis sedeikian rupa sehingga sistem kerja tidak mendatangkan akibat negative
terhadap para pekerja. Namun jika pencegahan lainya tidak dapat diefektifkan maka
alat pelindung diri adalah sebagai berikut :
19
2. Permenakertrans no. Per. 01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga
kerja menggunakan untuk menjaga penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans no. Per. 03/MEN/1982 pasal 2 butir 1 menyebutkan
memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi seta menyediakan
makanan di tempat kerja.
4. Permenakertrans no. Per. 03/MEN/ 1986 pasal ayat (2) menyebutkan bahwa
tenaga kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri
yang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata,
pelindung muka serta pelindung pernafasan.
20
5. Apron
Baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap radiasi.
6. Safety belt
Berguna untuk melindungi diri dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan
pada pekerjaan kontruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler. Harus
dapat menahan beban sebesar 80 Kg.
Jenis safery belt :
a. Penggantungan unifilar
b. Penggantungan berbentuk U
c. Gabungan penggantungan unifilar dan bentuk U
d. Penunjang dada (chest harness)
e. Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)
f. Penunjang seluruh tubuh (full body harness).
7. APD untuk tugas khusus, terdiri dari :
a. Alat pelinding kerja
b. Topi pelindung/pengaman (safety helmt) melindungi kepala dari benda
keras, pukulan dan benturan, terjatuh terkena alur listrik
c. Tutup kepala : melindungi kepala dari kebakaran , korosif, uap-uap,
panas/dingin
d. Hats/cap : melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin
berputar
a. Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan desain alat
21
b. Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai
dengan tubuh pemakaiannya dan tidak menyulitkan gerak penguna
c. Memberikan pelindung efektif terhadap bahaya yang khusus sebagai
mana alat pelindung diri tersebut didesain
d. Harus tahan lama
e. Mudah dibersikan dan riwayat pekerja
f. Harus ada desain, kontruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai
standar.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga atau tidak diharapkan. Tak
terduga maksudnya dibelakang peristiwa itu tidak dapat unsur-unsur kesengajaan
atau tanpa suatu perencanaan (Sumamur, 1996).
22
a. Kecelakaan ringan
Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau paling
jauh dibawa ke Poliklinik
b. Kecelakaan sedang
Korbannya biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu waktu
untuk istirahat
c. Kecelakaan berat
Kecelakaan dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling
dekat dengan perusahaan
2. Kecelakaan tanpa korban manusia
Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan berdasarkan besar
kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak-
dampak yang diakibatkannya.
23
5. Bekerja sambil bermain – main, bertengkar, berbincang – bincang, atau
mengganggu dan sebagainya.
24
1. Faktor teknik mesin yaitu kecelakaan yang berhubungan
denganmesin seperti sabuk pengerak yang berputar tanpa pelindung
atau pagar yang rapat.
2. Pada pekerjaan menggrinda dan terjadinya sabuk pengaman lepas
sehingga dapat mengenai mata
3. Sistem pengeluaran (exaust) debu,asap yang dihasilkan oleh
industri ,dll.
25
2. Mencegah dan membersihkan perawatan terhadap timbulnya
penyakit.
3. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian
lingkungan kerja
4. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja
pegawai.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa program
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab
perusahaan, dimana hal tersebut dapat membawa dampak atau
pengaruh secara langsung kepada karyawan dalam bekerja.
Tabel 2.1
Tanggung jawab umum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
26
terbatas dan sistem identifikasi kerja.
karyawan Mengawasi tempat kerja untuk
Melatih para manajer untuk persoalan keamanannya.
mengenali situasi karyawan
yang sulit.
Sumber : Mathis dan Jackson (2002)
27
bentuk pohon analisa kegagalan dengan memindahkan komponen kegagalan ke
dalam bentuk simbol (logic transfer components) dan FTA. (Cheng Kuo, 2007 :
103)
Dalam membangun model pohon kesalahan (fault tree) dilakukan dengan
cara mewawancara dengan manajemen dan melakukan pengamatan langsung
terhadap proses produksi di lapangan. Selanjutnya sumber – sumber kecelakaan
kerja tersebut digambarkan dalam bentuk model pohon kesalahan. Analisis pohon
kesalahan (Fault Tree Analysis) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menganalisis akar penyebab akar kecelakaan kerja.
a. Langkah – langkah membangun FTA :
1. Menentukan dan mendefinisikan kecelakaan kecelakaan yang akan dianalisa
( problem definition ) dengan syarat main sistem failure, jangan terlalu
umum jangan terlalu sempit dan sebisa mungkin masalah yang akan
dianalisa lebih spesifik.
2. Membuat gambar kontruksi FTA yaitu dengan cara dari top event, kemudian
ke event berikutnya sampai ke basic event. Fault tree harus diselesaikan
pada masing – masing level sampai ke basic event sebelum memulai level
berikutnya.
Adapun aturan dalam menggambarkan model grafis FTA sbagai
berikut :
a. Mendeskripsikan fault event
b. Mengevaluasi fault event
c. Melengkapi semua gerbang logika
3. Mengembangkan pohon kesalahan
4. Memberikan jawaban masalah FTA ( FTA Solution ) merupakan berbagai
kemungkinan kombinasi resiko mungkin, yang mana jika mereka semua
terjadi atau secara serempak akan menyebabkan terjadi top event.
28
b. Simbol – simbol kejadian.
Tabel 2.2 simbol – simbol kejadian
2. Peristiwa Eksternal
3. Atau
4. Dan
5. Peristiwa dasar
8. Ekklusi Atau
29
BAB III
METODE PENELITIAN
30
dan kesehatan kerja pada CV Bestone Indonesia untuk mengamati permasalahan
kondisi kerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja.
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan data – data yang relevan untuk bisa
memformulasikan masalah dan menyelesaikan permasalahan yang diteliti,
sumber – sumber yang dibutuhkan dapat dibagi dua, yaitu :
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari CV Bestone Indonesia
terdiri dari:
1) Data umum perusahaan
Yaitu data pada CV Bestone Indonesia tentang sejarah
perkembangan perusahaan, lokasi perusahaan, dll.
2) Data khusus perusahaan, data ini meliputi :
1. Data kecelakaan kerja karyawan di CV Bestone Indoneisa.
2. Data potensi bahaya kecelakaan kerja di CV Bestone
Indonesia
3. Faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja karyawan.
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh bukan dari informasi perusahaan
melainkan dari sumber – sumber lain. Data terdiri dari :
1) Studi kepustakaan yang berhubungan dengan kasus yang diteliti.
2) Studi dan disiplin ilmu lainnya yang mendukung dan mempunyai
hubungan dengan kasus yang diteliti.
31
2. Metode pengumpulan data
32
3.3.4 Tahapan Pengolahan Data
33
Adapun aturan dalam menggambarkan model grafis FTA sebagai
berikut :
34
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
35
Sumber : Data Olah 2023
36
37