Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA DENGAN PENDEKATAN FAULT


TREE ANALYSIS PADA CV BESTONE INDONESIA
LAPORAN TUGAS AKHIR

RAYSHA ADHA SAPUTRA


5190611159

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan suatu kegiatan produksi banyak menggunakan tenaga kerja manusia,
dan setiap kegiatan produksi sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik pekerja serta area
kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan
kegiatan produksi sangat rawan dan beresiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja.
CV Bestone Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak disektor
produksi pemotongan batu alam, yang memanfaatkan batuan alam untuk dijadikan
keramik dan benda pajangan furturistik lainnya. CV. Bestone Indonesia berada di
Semin, Gunungkidul. CV. Bestone Indonesia berkomitmen untuk membuat rumah dan
bangunan anda terlihat indah dengan mengolah ubin dan pelapis dinding batu alam
berkepresisian tinggi dengan berbagai lahan dan desain yang diterapkan pada bangunan.
Produk CV. Bestone Indonesia dipilih dari batu-batu terbaik yaitu batu candi merapi,
andesit, granit, dan batuan lainnya yang bersal dari pulau jawa. Produk dari CV.
Bestone Indonesia lebih diutamakan untuk diekspor ke luar negeri seperti Jepang,
Autralia, Amerika, Dubai, Malaysia, dan Singapura.
CV Bestone Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang sudah menerapkan
program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), namun perlu dilakukan evaluasi lebih
lanjut. CV Bestone Indonesia dalam pengoperasianya tidak luput dari masalah yang
dihadapi seperti tempat pembuangan limbah yang berada di sekitar mesin yang sangat
mengganggu dalam proses produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal.
Kebisingan berskala besar terutama mesin pembelahan bahan baku batu alam yang
berukuran besar yang dapat menyebabkan pendengaran pekerja terganggu, dan hanya
beberapa pekerja yang menggunakan peralatan perlindungan diri. Hal ini disebabkan

1
berdasarkan data statistik dalam penilaian kinerja program K3 yang terjadi pada tahun
2020 di CV Bestone Indonesia terdapat kasus 2 orang yang berarti pada periode
tersebut terjadi hilang waktu kerja sebesar 7 hari, pada tahun 2021 terdapat 1 kasus
yang mengindikasikan bahwa dalam kurun waktu tersebut telah terjadi hilang waktu
kerja 5 hari, pada tahun 2022 terdapat 1 kasus dalam kurun waktu telah terjadi hilang
waktu kerja 4 hari.
Kecelakaan kerja yang sering terjadi di CV Bestone Indonesia ialah disebabkan oleh
pekerja sendiri kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis atau human error.
Dengan demikian dampak penyebab kecelakaan akibat kerja akan sangat berpengaruh
terhadap kegiatan proses produksi di CV Bestone Indonesia dan kelangsungan hidup
perusahaan atau dengan kata lain kecelakaan yang menimpa pekerjaan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja serta jumlah produksi dan mutu
berkurang. Hilangnya jam kerja yang dialami oleh pekerja pastinya sangatlah
merugikan perusahaan. Kerugiaan ini karena kompensasi yang harus diberikan terhadap
karyawan dan kurangnya tenaga kerja pada lantai produksi yang menyebabkan tidak
efesiennya jumlah tenaga kerja. Pada dasarnya perusahaan sudah memiliki sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Namun tetap saja terjadi kecelakaan
kerja.
Tujuan dari penelitian ini yaitu agar dapat mengidentifikasi secara kronologis yang
terjadi di CV Bestone Indonesia serta menemukan penyebab dasar dari kecelakaan kerja
dengan cara membangun model Fault Tree Analysis (FTA).
Ericson (2005) menyatakan bahwa, Fault Tree Analysis (FTA) atau analisis pohon
kegagalan adalah suatu teknik analisis sistem yang digunakan untuk menentukan akar
penyebab dan kemungkinan terjadinya peristiwa spesifik yang tidak di inginkan. FTA
dapat menggambarkan suatu proses terjadinya kecelakaan kerja dengan lebih detail.
FTA biasanya digunakan pada waktu mencoba menemukan potensi sumber bahaya,
dengan menampilkan beberapa sumber bahaya atau faktor penyebab pada waktu yang

2
sama, dan dapat dilihat bagaimana kecelakaan tersebut terjadi. Pemilihan FTA pada
penelitian ini didasarkan pada keinginan penulis yang tertarik untuk mengidentifikasi
secara kronologis serta menemukan penyebab dasar terjadinya suatau kecelakaan kerja
di CV Bestone Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian
yang akan dilakukan yaitu :
1. Apakah yang menjadi akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada CV Bestone
Indonesia dengan menggunakan Fault Tree Analysis ?
2. Bagaimana usulan perbaikan penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja
di CV Bestone Indonesia ?

1.3 Batasan Masalah


Supaya permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan sesuai
dengan tujuan sebelumnya, maka diberi batasan – batasan sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di CV Bestone Indonesia dimulai pada bulan Februari sampai
Mei 2023
2. Penelitian ini tidak memperhitingkan aspek biaya.
3. Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai bahaya – bahaya yang terjadi yang
disebabkan oleh manusia atau peralatan yang bekerja serta lingkungan kerja.
Termasuk didalamnya kecelakaan – kecelakaan yang terjadi.
4. Data kecelakaan kerja yang diambil adalah data kecelakaan kerja 3 tahun mulai
2020 – 2022.

3
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengidentifikasi akar penyebab kecelakaan dengan cara membangun model FTA di
CV Bestone Indonesia.
2. Untuk mengetahui usulan perbaikan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan berdasarkan analisis yang diperoleh

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi dan
pengetahuan tentang penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dengan menggunakan FTA untuk mengurangi kecelakaan kerja untuk para pekerja
di perusahaan CV Bestone Indonesia
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai referensi bagi mahasiswa Universitas
Teknologi Yogyakarta baik yang melakukan tugas akhir maupun tugas kuliah,
sebagai acuan penelitian tentang K3
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dan
pemahaman Balai Latihan kerja dalam mengelola keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dalam bekerja.

4
1.6 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah banyak dilakukan baik
dalam negeri maupun luar negeri, berikut ini adalah perbedaan penelitian terdahulu
yang akan disajikan pada
Tabel 6.1

No Penulis Topik / Judul Metode Hasil / Kesimpulan


1. P Fithri, Analisis Resiko Metode Dari hasil analisis
Nofriyanti, Untuk Pekerjaan FMEA dan FMEA pada pekerjaan
Alizar Keselamatan Dan FTA bongkar muat minyak
Hasan, dan Kesehatan Di mentah di PT Grand
Ismail Manufaktur Kartech, Tbk. Terdapat
Kurnia. Perusahaan 45 potensi kecelakaan
(2020) Menggunakan kerja. Adapun potensi
FMEA Dan FTA kecelakaan kerja yang
memiliki potensi
tertinggi adalah
karyawan jatuh ke
dalam PIT, dengan
nilai RPN sebesar 25.
Dari hasil perhitungan
FTA dapat diketahui
bahwa faktor-faktor
yang dapat

5
menyebabkan
kecelakaan ada tiga
faktor, yaitu manusia,
lingkungan, dan faktor
material
2. Anwar, Analisis Kesehatan Mengunakan Berdasarkan model
Sukriah, dan Keselamatan metode Fault Fault Tree Analysis
Ayu. (2019) Kerja Berdasarkan Tree Analysis (FTA) yang telah
Metode Fault Tree dibangun penyebab
Analysis pada Area masalah kecelakaan
Packing Semen di yang terjadi di PT.
PT. Lafarge Cement Lafarge Cement
Lhokseumawe - Indonesia terdiri dari
Indonesia dua aspek yaitu
berdasarkan tindakan-
tindakan yang tidak
memenuhi tindakan
keselematan (Unsafe
Human Action) dan
berdasarkan keadaan
lingkungan yang tidak
aman (Unsafe
Conditions) dengan
jenis kecelakaannya
yaitu: sesak napas,
iritasi pada mata, luka
sobek, tersandung dan

6
terpleset, jari tangan
terjepit dan tersetrum.
3. Cecep Implementasi K3 Menggunakan Kecelakaan Kerja di
Suhartoko, Dalam metode Fault PT. SA bisa saja
M.Imrom Meningkatkan Tree Analysis terjadi, hal ini karena
Mas’ud. Produktivitas Kerja (FTA) ketidakpedulian
(2021) Dengan Pendekatan perwakilan dalam
Fault Tree Analysis menyelesaikan
Di PT SA kewajibannya dan
banyak pekerja yang
tidak mengindahkan
himbauan organisasi
atau tidak
menggunakan
perangkat pertahanan
individu yang
diberikan oleh
organisasi. Sangat baik
dapat dilihat dari
konsekuensi pengujian
hubungan antara
kesejahteraan dan
efisiensi kerja.
Pendorong ‘utama
kefatalan setiap
kecfatalan disebabkan’
oleh aktivitas ‘manusia

7
dan kondisi ekologi
yang berisiko.
4. Apriyani, Analisis Menggunakan Jenis potensi
Yayan Keselamatan Kerja metode FTA ( kecelakaan kerja yang
Saputra, Dengan Pendekatan Fault Tree terjadi yaitu mata
Andi Fault Tree Analysis Analysis) terkena serpihan
Turseno, DI PT. INDOTECH material penyebabnya
Tubagus MITRA PRESISI pekerja tidak memakai
Hedi kacamata pelindung,
Saepudin. aktivitas putaran mesin
(2022) yang juga tidak ada
penutup; menghirup
udara sisa proses
pembubutan
penyebabnya pekerja
tidak memakai masker
dan tidak dijaganya
kebersihan; terjatuh
disebabkan lantai
produksi yang licin,
pekerja memaksakan
membawa barang atau
material beban
berlebih; terjepit mesin
disebabkan mesin
sudah tidak layak dan
terkadang pekerja

8
bercanda dalam
bekerja; tersetrum
aliran listrik disebakan
pekerja kurang
memahami keamanan
penggunaan alat yang
mengandung bahaya
listrik

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

9
Dalam undang – undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) disebutkan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di selengarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara
optimal yang meliputi pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupajan satu kunci kesuksesan
dalam berbagai industri. Suatu perusahaan yang profesional selalu menganggap K3
sebagai suatu elemen yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan. Dalam jangka
panjang, diharapkan masyarakat mampu menjadikan k3 sebagai budaya dalam
setiap kegiatannya. Salah satu ciri budaya k3 adalah menerapkan ketentuan dan
standar k3 serta konsistensehingga potensi teknologi dapat dimanfaatkan secara
aman dan efisien.

2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja secara umum memiliki arti selamat dalam melakukan


pekerjaan apa saja dan selamat dari bahaya kecelakaan kerja yang mengakibatkan
cidera dan kecacatan permanen pada pekerja yang menyebabkan kerugian bagi
pekerja dan perusahaan, sedangkan menurut Mangkunegara (2004: 161)
Keselamatan kerja menunjukan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.

“Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan,


tempat bekerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Arti dan
tujuan keselamatan kerja untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah dan rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khusunya” (Ridley,
2006).

10
“Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah salah satu faktor yang harus
dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia yang menginginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan
lingkungan di mana pekerjaan itu dilaksanakan” (Buntarto, 2015: 1).

“Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat


alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sasaran keselamatan kerja
adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, maupun
di udara” (Suwardi dan Daryanto, 2018:8.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja merupakan


keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat bekerja dan lingkungan
serta terhindar dari bahaya yang menyebabkan penderitaan, kerusakaan atau
kerugian selama berada di dalam lingkungan kerja.

2.1.2 Tujuan Keselamaan Kerja

Menurut Buntarto (2015: 6) tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai


berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan


untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien
4. Sumber produksi diperiksa dan dipergunakan secara aman dan efisien.

11
2.1.3 Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja secara umum dapat diartikan sebagai kondisi dimana


pekerja selalu sehat tanpa ada hal yang menyebabkan penyakit, cidera atau
kerusakan pada anggota tubuh selama berada di dalam lingkungan kerja, sedangkan
menurut Kuswana (2014: 23) dalam bukunya menyebutkan kesehatan kerja adalah
suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari 9 gangguan fisik dan mental
akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan lingkungannya.

“Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar


masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerja dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum” (Buntarto, 2015: 4).

“Kesehatan kerja adalah suatu keadaan yang aman dan selamat dari
penderitaan dan kerusakaan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai
alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, Teknik pengepakan,
penyimpanan, maupun menjaga dan mengamankan tempat serta lingkungan kerja”
(Kuswana, 2014: 22).

“Kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko
kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
periode yang waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi
atau gangguan fisik” (Mangkunegara, 2004: 161).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu
keadaan yang aman dan selamat serta terbebas dari gangguan fisik, mental, emosi

12
dan rasa dakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja serta tujuan dari kesehatan
kerja agar masyrakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya.

2.1.3 Tujuan Kesehatan Kerja

Menurut Buntarto (2015: 5) kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan


untuk menjamin kesempurnaan dan kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta
hasil karya dan budayanya. Ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja adalah sebagai berikut:

1. Memelihara lingkungan kerja yang sehat

2. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu


bekerja

3. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja

4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja

5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan dan merehabilitasi pekerja yang


cedera atau sakit akibat pekerjaan.

2.2 Program Keselamatan Kerja

13
2.2.1 Sifat Pentingnya
a. Moral
Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan,
sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral,
juga perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan guna tidak akan terjadi
suatu kecelakaan yang sama.
b. Hukum
Setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan perlindungan keselamatan
dalam melaksanakan pekerjaan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU
no 1 Tahun 1970.
c. Ekonomi
Perusahaan mengadakan kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila terjadi
kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan
juga terganggu produktivitasnya.

2.2.2 Unsur Keselamatan Kerja


Menurut International Labour Organization (Sumamur,1996)
a. Perencanaan
Bila akan mendirikan perusahaan haruslah di perhitungkan faktor – faktor
yang mempengaruhi keselamatan dan produksi juga tingkat perencanaan lokasi,
fasilitas untuk produksi dan untuk menyimpan material dan peralatan lantai,
penerangan, ventilasi, dan pencegahan kebakaran. Masalah keselamatan kerja
harus benar – benar di perhatikan pada waktu perencanaan dan bukan dipikirkan
kemudian sesudah perusahaan berdiri.
b. Pakaian kerja

14
Pakaian kerja termasuk alas kaki sering kali tak memadai untuk melakukan
pekerjaan. Tenaga kerja kadang – kadang bekerja dan berpakaian tua yang
sudah tidak layak pakai. Keadaan ini merugikan dilihat dari keselamatan juga
menunjukan suatu mutu kehidupan yang rendah.
Jika, pakaian kerja mungkin cepat rusak karena pekerjaan yang berat,
keadaan udara lembab pekerjan penuh kotoran, pengusaha harus menyediakan
jenis pakaian yang cocok, pemakaian alas kaki juga harus di perhatikan karena
alas kaki yang salah seperti berhak tinggi dan licin akan mengakibatkan
terpeleset atau terjadinya kecelakaan. Dan alas kaki dan pakaian harus dibuat
senyaman mungkin untuk tenaga kerja.
Dalam hal penetapan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu
diperhatikan faktor – faktor dibawah ini :
1. Harus diperhatikan bahaya – bahaya yang mungkin menimpa pekerja
dan pakaian kerja haruslah dipilih menurut kemampuan untuk
mengurangi bahaya sebesar mungkin.
2. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian – bagian atau tali yang
longgar dan kantong.
3. Pakaian longgar atau sobek dan kunci berantai atau arloji berantai tidak
boleh dipakai didekat bagian – bagian mesin yang bergerak.
4. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang
yang di gulung lengannya keatas.
5. Benda – benda tajam atau runcing, bahan – bahan eksplosif atau cairan –
cairan yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian

c. Peralatan perlindungan diri

15
Peralatan perlindungan diri sangat di butuhkan agar kejadian kecelakaankerja
tidak terjadi. Dan beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis
perlatan perlindungan, mungkin hanya dua yang penting, yaitu :
1. Apapun sifat bahayanya, perlatan atau pakaian harus memberikan cukup
perlindungan terhadap bahaya tersebut.
2. Perlatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan
membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan
mobilitas, penglihatan dan sebagainya maksimum, peralatan
perlindungan ini dapat berupa :
a. Tutup muka / masker kain
b. Alas kaki pengaman
c. Sarung Tangan
d. Topi Pengaman,dll.

e. Pemasaran tanda-tanda
Pada CV Bestone Indonesia belum dipasang tanda-tanda sebagai peringatan
untuk tujuan keselamatan. Pemasangan tanda-tanda yang diharapkan dapat
membawa pesan peringatan atau memberikan keterangan secara umum.
Keterangan-keterangan misalnya berupa tanda-tanda bagi tempat jalan keluar dan
tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan seperti peringatan berhati-hati
terhadap jalan yang licin, mesin yang berbahaya, selalu menggunakan alat
pelindung diri setiap akan bekerja, dsb. Dan tempat-tempat yang sering terjadi
kecelakaan serta tempat-tempat yang dianggap perlu.

f. Penerangan

Faktor-faktor penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi :

16
1. Kesilauan langsung
2. Kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan
3. Bayangan-bayangan gelap
4. Perubahan mendadak dari terang menjadi gelap

g. Ventilasi dan pengaturan suhu

Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksposif seperti


debu kayu di udara. Uap-uap diudara dapat diturunkan kadarnya sampai batas aman
oleh ventilasi umum atau dapat mencegah terjadinya keadaan terlalu panas atau
terlalu dingin sehingga pekerja tidak terganggu keadaan itu.

h. Kebisingan

Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indra pendengaran


yang dapat menimbulkan ketulian sedangkan efek bising pada daya kerja adalah
timbulnya gangguan pada konsentrasi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.

2.3 Unsur-unsur Yang Mendukung Program K3.

a. Dukungan Manajemen Puncak


Manajemen puncak haruslah memberikan dukungan secara aktif pada
progam keselamatan dapat tatap hidup dan menjadi efektif. Ditandai antara lain
dengan kehadiran secara pribadi pada rapat-rapat yang membahas masalah
keselamatan kerja, dan pemeriksaan pribadi secara periodik, penekanan pada
laporan tetap tentang keselamatan, prestasi bidang keselamatan pada agenda
rapat dewan direksi perusahaan.

b. Pengangkatan seksi keselamatan

17
Seksi keselamatan kerja/ Safety engineer memberikan perhatian kepada
aspek manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara direktur
keselamatan kerja dan karyawan-karyawan bersifat fungsional, yang artinya
direktur keselamatan kerja berhak memerintahkan dan memaksakan
perintahnya untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan
kerja.
c. Rekayasa suatu pabrik dan operasi yang aman
Syarat-syarat dan usaha keselamatan adalah rekayasa yang sehat dan
berorientasi ke masa depan. Semua itu meliputi tempat-tempat kerja bersih,
penerangan baik, pemasangan ventilasi dengan tepat, semua peralatan yang
berbahaya haruslah dilakukan sejauh mungkin, pekerjaan dengan menggunakan
perlindungan diri digunakan sebagaimana mestinya dan semua perlindungan
yang direkayasa harus dilaksanakan dengan baik agar kecelakaan kerja tidak
terjadi dan proses operasi dapat berjalan secara aman.
d. Pendidikan karyawan agar bertindak secara aman
Pendidikan karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam
upaya pencegahan kecelakaan maka biasanya perubahan memberikan
pendidikan agar bertindak, berpikir, dan bekerja secara aman. Dan segala
bentuk latihan seharusnya dilengkapi dengan berbagai peringatan yang
menyangkut tentang bahaya dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Tindakan
pimpinan merupakan contoh, dan atasan langsung haruslah memberikan contoh
tentang perlunya keselamatan kerja, baik dalam kata maupun perbuatan.
Demikian juga untuk pendidikan akan membantu untuk menanamkan
pengertian agar bekerja dengan hati-hati.
e. Analisis kecelakaan
Apabila terjadi tindakan kecelakaan, berarti tindakan pencegahan tidak
berhasil. Walaupun demikian manajemen mempunyai kesempatan untuk

18
mempelajari apa yang salah. Kecelakaan tersebut dapat dipelajari dari beberapa
aspek yaitu pekerjaan yang menimbulkan kecelakaan, alat-alat dan
perlengkapan yang dipergunakan den akibatnya. Analisis hendaknya digunakan
untuk maksud-maksud perbaikan dimasa yang akan datang.
f. Pelaksanaan peraturan
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja yang ada
harus dilaksanakan apabila ada perusahaan yang tidak menerapkan peraturan
tersebut akan dikenakan sanksi.

2.4 Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya kecelakaan kerja.

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan cara terakhir yang harus dilakukan
untuk mencegah kecelakaan apabila program pengendalian lain mungkin
dilaksanakan, artinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja hendaknya
dianalisis sedeikian rupa sehingga sistem kerja tidak mendatangkan akibat negative
terhadap para pekerja. Namun jika pencegahan lainya tidak dapat diefektifkan maka
alat pelindung diri adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970


a. Pasal 3 ayat (1) butir f: syarat-syarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butur c: pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan
pada setiap tenaga kerja baru tenyang APD
c. Pasal 12 butir b: kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD
d. Pasal 14 butir c: pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-
Cuma.

19
2. Permenakertrans no. Per. 01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga
kerja menggunakan untuk menjaga penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans no. Per. 03/MEN/1982 pasal 2 butir 1 menyebutkan
memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi seta menyediakan
makanan di tempat kerja.
4. Permenakertrans no. Per. 03/MEN/ 1986 pasal ayat (2) menyebutkan bahwa
tenaga kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri
yang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata,
pelindung muka serta pelindung pernafasan.

Alat pelindung diri yang sering digunakan antara lain :


1. Helm
Melindungi kepala terhadap kemungkinan tertimpa benda jatuh atau
menghindari cedera kepala akibat benturan benda berat.
2. Earplug/Earmuff
Sebagai alat pelindung telinga karena bekerja di daerah kebisingan akibat
penggerindahan dan pemukulan.
3. Sarung tangan
Melindungi jari dan tangan pekerja dari goresan, benturan, dan pengaruh sinar
las. Sarung tangan terbuat dari kain yang nyaman serta memungkinkan jari dan
tangan bergerak bebas. Untuk melindungi dari pengaruh sinar las maka sarung
tangan terbuat dari kulit.
4. Masker
Untuk melindungi pernafasan dan wajah dari pengaruh sinar pada saat bekerja.

20
5. Apron
Baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap radiasi.
6. Safety belt
Berguna untuk melindungi diri dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan
pada pekerjaan kontruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler. Harus
dapat menahan beban sebesar 80 Kg.
Jenis safery belt :
a. Penggantungan unifilar
b. Penggantungan berbentuk U
c. Gabungan penggantungan unifilar dan bentuk U
d. Penunjang dada (chest harness)
e. Penunjang dada dan punggung (chest waist harness)
f. Penunjang seluruh tubuh (full body harness).
7. APD untuk tugas khusus, terdiri dari :
a. Alat pelinding kerja
b. Topi pelindung/pengaman (safety helmt) melindungi kepala dari benda
keras, pukulan dan benturan, terjatuh terkena alur listrik
c. Tutup kepala : melindungi kepala dari kebakaran , korosif, uap-uap,
panas/dingin
d. Hats/cap : melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin
berputar

Syarat-syarat alat pelindung diri yang digunakan harus memenuhi


ketentuan sebagai berikut :

a. Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan desain alat

21
b. Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai
dengan tubuh pemakaiannya dan tidak menyulitkan gerak penguna
c. Memberikan pelindung efektif terhadap bahaya yang khusus sebagai
mana alat pelindung diri tersebut didesain
d. Harus tahan lama
e. Mudah dibersikan dan riwayat pekerja
f. Harus ada desain, kontruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai
standar.

2.5 Pengertian Kcecelakaan Kerja Dan Macam Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga atau tidak diharapkan. Tak
terduga maksudnya dibelakang peristiwa itu tidak dapat unsur-unsur kesengajaan
atau tanpa suatu perencanaan (Sumamur, 1996).

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja


pada perusahaan. Hubingan kerja berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan pada waktu melaksanakan pekerjaan. Macam-macam kecelakaan kerja
(Sumamur, 1996) :

A. Berdasarkan selang waktu akibat :


1. Kecelakaan langsung
Kecelakaan yang terjadi berakibat langsung/terdeteksi, contohnya
korban manusia, mesin yang rusak atau kegagalan produksi
2. Kecelakaan tak langsung
Kecelakaan yang terdeteksi setalah selang waktu dari kejadian,
contohnya mesin cepat rusak, lingkungan tercemar
B. Macam-macam kecelakaan kerja berdasarkan korban :
1. Kecelakaan dengan korban manusia

22
a. Kecelakaan ringan
Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau paling
jauh dibawa ke Poliklinik
b. Kecelakaan sedang
Korbannya biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu waktu
untuk istirahat
c. Kecelakaan berat
Kecelakaan dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling
dekat dengan perusahaan
2. Kecelakaan tanpa korban manusia
Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan berdasarkan besar
kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak-
dampak yang diakibatkannya.

2.6 Faktor penyebab Kecelakaan Dan Pencegahan Kecelakaan.


Analisa sebab kecelakaan dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau
pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaan dan mengidentifikasi faktor – faktor
terjadinya kecelakaan. Faktor – faktor terjadinya kecelakaan adalah sebagai
berikut ( Sumamur,1996)
a. Manusia
Faktor yang menjadi penyebab kecelakaan antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja.
2. Gangguan psikologis seperti kebosanan, jenuh, benci, dan tidak
bergairah.
3. Usia pengalaman.
4. Adanya tekanan dan ketegangan.

23
5. Bekerja sambil bermain – main, bertengkar, berbincang – bincang, atau
mengganggu dan sebagainya.

b. Mesin , peralatan, dan perlengkapan kerja.


Faktor – faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja antra lain :
1. Tidak tersedianya sarana keselamatn kerja pada mesin.
2. Tidak tersedianya perlatan perlindungan diri.
3. Mesin, perlatan dan perlengkapan kerja tidak terawat dengan baik.
4. Letak mesin dan perlatan tidak teratur.
c. Lingkungan kerja
Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan antara lain :
1. Kebisingan
2. Lantai licin dan kotor
3. Suhu dan kelembapan yang tidak baik
4. Tata ruang yang tidak terencana dengan baik
d. Tata cara kerja
Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan antara lain :
1. Prosedur kerja yang kurang baik
2. Sikap kerja yang tidak baik
3. Tidak mengikuti aturan prosedur kerja yang aman.
4. Prosedur kerja yang sulit dilakukan

Sedangkan menurut ( Mangkunegara,2000) menyatakan bahwa


faktor – faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja yang ditinjau dari
segi keteknikan ( enginering) adalah sebagai berikut :

24
1. Faktor teknik mesin yaitu kecelakaan yang berhubungan
denganmesin seperti sabuk pengerak yang berputar tanpa pelindung
atau pagar yang rapat.
2. Pada pekerjaan menggrinda dan terjadinya sabuk pengaman lepas
sehingga dapat mengenai mata
3. Sistem pengeluaran (exaust) debu,asap yang dihasilkan oleh
industri ,dll.

Usaha – usaha yang diperlukan dalam meningkatkan keselamatan


dan kesehatan kerja yaitu sebagai berikut :

1. Mengurangi kondisi yang tidak aman yaitu merupakan lini pertama


dalam mengurangi kondisi fisik yang tidak aman.
2. Mengurangi tindakan – tindakan yang tidak aman melalui popoganda
yaitu merupakan lini ketiga dengan menempel poster – poster
keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat membantu mengurangi
tindakan – tindakan yang tidak aman.
3. Mengurangi tindakan – tindakan yang tidak melalui pelatihan yaitu
merupakan pelatihan dan keselamatan kerja, pelatihan tersebut
khususnya cocok untuk para karyawan baru
4. Mengurangi tindakan – tindakan yang tidak aman melalui seleksi dan
penempatan yaitu merupakan lini kedua dengan jalan melakukan
penyaringan orang yang mudah mendapat kecelakaan sebelum
melakukan pekerjaan.
Menurut ( mangkunegara ,2000 ) usaha – usaha dalam
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai
berikut :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan

25
2. Mencegah dan membersihkan perawatan terhadap timbulnya
penyakit.
3. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian
lingkungan kerja
4. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja
pegawai.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa program
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab
perusahaan, dimana hal tersebut dapat membawa dampak atau
pengaruh secara langsung kepada karyawan dalam bekerja.

2.7 Persyaratan Legal Untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Mematuhi beerbagai undang – undang Negara federal dan Negara bagian
adalah hal yang fundamental untuk para perusahaan dalam menciptakan tenaga
kerja maupun lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman. Menurut Mathis
dan Jackson (2002) sebuah tinjauan terdapat beberapa area legal yang utama
terdapat pada tabel berikut :

Tabel 2.1
Tanggung jawab umum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

Unit Sumber Daya Manusia Manajer


 Mengkoordinasikan program  Mengawasi kesehatan dan
keselamatan dan kesehatan keselamatan kerja setiap
kerja. harinya.
 Memberi keahlian dalam  Menyelidiki kecelakaan kerja.
penyidik kecelakaan kerja  Mengobservasikan perilaku
 Menyusun prosedur akses keselamatan dan kesehatan

26
terbatas dan sistem identifikasi kerja.
karyawan  Mengawasi tempat kerja untuk
 Melatih para manajer untuk persoalan keamanannya.
mengenali situasi karyawan
yang sulit.
Sumber : Mathis dan Jackson (2002)

2.8 Definisi Fault Tree Analysis ( FTA)


FTA adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu
resiko yang berperan langsung terhadap terjadinya kegagalan. Metode ini
dilakukan dengan pendekatan yang bersifat top down, yang diawali dengan asumsi
kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (top 8 event) kemudian merinci
sebab-sebab suatu top event sampai pada suatu kegagalan dasar (root cause). FTA
merupakan metode yang efektif dalam menemukan inti permasalahan karena
memastikan bahwa suatu kejadian yang tidak diinginkan atau kerugian yang
ditimbulkan tidak berasal pada satu titik kegagalan. Fault tree analysis
mengidentifikasi hubungan antara faktor penyebab dan ditampilkan dalam bentuk
pohon kesalahan yang melibatkan gerbang logika sederhana. Gerbang logika
menggambarkan kondisi yang memicu terjadinya kegagalan, baik kondisi tunggal
maupun sekumpulan dari berbagai macam kondisi.
Fault tree analysis (FTA) adalah metode analisa, dimana terdapat suatu
kejadian yang tidak diinginkan disebut undesired event terjadi pada sistem, dan
sistem tersebut kemudian dianalisa dengan kondisi lingkungan dan operasional
yang ada untuk menemukan semua cara yang mungkin terjadi yang mengarah
pada terjadinya undesired event tersebut. (Kristiansen, 2005 : 225)
Konstruksi dari FTA meliputi gerbang logika yaitu gerbang AND dan
gerbang OR. Setiap kegagalan yang terjadi dapat digambarkan ke dalam suatu

27
bentuk pohon analisa kegagalan dengan memindahkan komponen kegagalan ke
dalam bentuk simbol (logic transfer components) dan FTA. (Cheng Kuo, 2007 :
103)
Dalam membangun model pohon kesalahan (fault tree) dilakukan dengan
cara mewawancara dengan manajemen dan melakukan pengamatan langsung
terhadap proses produksi di lapangan. Selanjutnya sumber – sumber kecelakaan
kerja tersebut digambarkan dalam bentuk model pohon kesalahan. Analisis pohon
kesalahan (Fault Tree Analysis) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menganalisis akar penyebab akar kecelakaan kerja.
a. Langkah – langkah membangun FTA :
1. Menentukan dan mendefinisikan kecelakaan kecelakaan yang akan dianalisa
( problem definition ) dengan syarat main sistem failure, jangan terlalu
umum jangan terlalu sempit dan sebisa mungkin masalah yang akan
dianalisa lebih spesifik.
2. Membuat gambar kontruksi FTA yaitu dengan cara dari top event, kemudian
ke event berikutnya sampai ke basic event. Fault tree harus diselesaikan
pada masing – masing level sampai ke basic event sebelum memulai level
berikutnya.
Adapun aturan dalam menggambarkan model grafis FTA sbagai
berikut :
a. Mendeskripsikan fault event
b. Mengevaluasi fault event
c. Melengkapi semua gerbang logika
3. Mengembangkan pohon kesalahan
4. Memberikan jawaban masalah FTA ( FTA Solution ) merupakan berbagai
kemungkinan kombinasi resiko mungkin, yang mana jika mereka semua
terjadi atau secara serempak akan menyebabkan terjadi top event.

28
b. Simbol – simbol kejadian.
Tabel 2.2 simbol – simbol kejadian

No Simbol Keterangan Simbol


1. Kotak peristiwa kesalahan

2. Peristiwa Eksternal

3. Atau

4. Dan

5. Peristiwa dasar

6. Peristiwa pengaruh keadaan

7. Peristiwa belum berkembang

8. Ekklusi Atau

Sumber : Nur, M & Ariwibowo, O. (2016)

29
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek yang diamati pada penelitian ini adalah seluruh karyawan tenaga
kerja perusahaan CV Bestone Indonesia.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah perusahaa CV Bestone
Indonesia yang berada di Semin,Gunungkidul.

3.3 Tahapan Penelitian


Untuk mempermudah peneliti dalam penelitian maka dalam pelaksanaan
dibagi menjadi beberapa tahap, berikut adalah tahap – tahap penelitiannya :

3.3.1 Identifikasi Masalah


Dalam kegiatan studi lapangan di perusahaan, penulis melakukan
identifikasi berbagai jenis permasalahan yang sering kali dihadapi oleh perusahaan
tersebut. Dari berbagai masalah yang ada tersebut, penulis memilih satu jenis
masalah yang akan difokuskan untuk dilakukan penelitian, kemudian penulis akan
mencoba untuk membantu menanggulangi permasalahan tersebut.

3.3.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang dapat dirumuskan permasalahan dari
penelitian yang akan dilakukan yaitu, bagaimana penerapan program keselamatan

30
dan kesehatan kerja pada CV Bestone Indonesia untuk mengamati permasalahan
kondisi kerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja.

4.3.3 Tahapan Pengumpulan Data

1. Sumber Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan data – data yang relevan untuk bisa
memformulasikan masalah dan menyelesaikan permasalahan yang diteliti,
sumber – sumber yang dibutuhkan dapat dibagi dua, yaitu :
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari CV Bestone Indonesia
terdiri dari:
1) Data umum perusahaan
Yaitu data pada CV Bestone Indonesia tentang sejarah
perkembangan perusahaan, lokasi perusahaan, dll.
2) Data khusus perusahaan, data ini meliputi :
1. Data kecelakaan kerja karyawan di CV Bestone Indoneisa.
2. Data potensi bahaya kecelakaan kerja di CV Bestone
Indonesia
3. Faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja karyawan.
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh bukan dari informasi perusahaan
melainkan dari sumber – sumber lain. Data terdiri dari :
1) Studi kepustakaan yang berhubungan dengan kasus yang diteliti.
2) Studi dan disiplin ilmu lainnya yang mendukung dan mempunyai
hubungan dengan kasus yang diteliti.

31
2. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini mengunakan beberapa teknik pengambilan data,


antara lain :

a. Riset lapangan ( data primer )


1) Metode interview
Pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang
dilakukan secara lamgsung dan sistematis kepada beberapa
pihak diantaranya : pemilik perusahaan, kepala bagian
produksi, kepala K3, dan para karyawan di CV Bestone
Indonesia.
2) Metode observasi

Yaitu perolehan data dengan cara melakukan


pengamatan serta pencatatan secara langsung pada obyek
yang diteliti di CV Bestone Indonesia seperti : sumber daya
yang tersedia, waktu proses,dll.

b. Riset kepustakaan ( data sekunder )


Adalah penelitian dengan mempelajari literatur – literatur
yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.

32
3.3.4 Tahapan Pengolahan Data

Berdasarkan pengumpulan data yang telah diperoleh maka dilakukan


pengolahan data.

a. Melakukan analisis terhadap metode yang akan diterapkan yaitu metode


FTA (Fault Tree Analysis).

Suatu analisis pohon kesalahan (Fault Tree Analysis) secara


sederhana dapat di uraikan sebagai suatu teknik analisis. Dimana suatu
status yang tidak diinginkan menyangkut kesalahan suatu sistem dianalisa
dalam konteks operasi dan lingkungannya untuk menemukan semua cara
yang dapat dipercaya dalam peristiwa yang tidak diinginkan dapat terjadi.
Pohon kesalahan ( Fzult Tree Analysis) itu sendiri adalah suatu model
grafis yang menyangkut berbagai pararel dan kombinasi percontohan
kesalahan – kesalahan yang akan mengakibatkan kejadian dari peristiwa
yang tidak diinginkan yang sudah didefinisi sebelumnya. Untuk
membangun FTA diperlukan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Menentukan dan mendefinisikan kecelakaan yang akan dianalisa


( problen definition) dengan syarat main sistem failure , jangan
terlalu umum jangan terlalu sempit dan sebisa mungkin masalah
yang akan dianalisa lebih spesifik.
2) Membuat gambar kontruksi FTA yaitu dengan cara dari top
event, kemudian ke event berikutnya sampai ke basic event.
Fault Tree harus diselesaikan pada masing – masing level sampai
ke basic event sebelum memulai level berikutnya.

33
Adapun aturan dalam menggambarkan model grafis FTA sebagai
berikut :

a. Mendeskripsikan fault event.


b. Mengevaluasi fault event.
c. Melengkapi semua pohon kesalahan.
3) Mengembangkan pohon kesalahan.

Mengembangkan pohon kesalahan yang nantinya dapat


ditemukan penyebab dari kecelakaan dapat terjadi. Dan
kemudian mencari solusi bagaimana kecelakaan yang terjadi
dapat diantisipasi. Data yang digunakan dalam membangun FTA
adalah jenis kecelakaan kerja yang terjadi di CV Bestone
Indonesia.

4) Memberikan jawaban masalah FTA (FTA Solution).


Merupakan berbagai kemungkinan kombinasi resiko yang
mungkin, yang mana jika mereka semua terjadi atau secara
srempak akan menyebabkan terjadi top event.
b. Penarikan kesimpulan
Setelah melakukan beberapa analisa kemudian didapatkan
kesimpulan yang berhubungan dengan FTA diantaranya penyebab utama
dari kecelakaan kerja dapat terjadi, faktor – faktor yang mengakibatkan
kecelakaan di sekitar lingkungan kerja. Kemudian mencari solusi
bagaimana kecelakaan kerja dapat diminimalisasikan agar produktivitas
kerja perusahaan dapat meningkat.

34
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

35
Sumber : Data Olah 2023

36
37

Anda mungkin juga menyukai