Anda di halaman 1dari 14

Modul Profesional bagi Apoteker

Supported by: Recommended by:


TEKER IN
PO
IKATAN A

DO
NESIA

PD DKI JAKARTA
PT Bayer Consumer Health Pengurus Daerah
Ikatan Apoteker Indonesia
(IAI) Jakarta

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
PENDAHULUAN
Infeksi jamur kulit termasuk di dalam 10 kondisi penyakit terbanyak yang ditemui di
seluruh dunia, dan menempati urutan ke-4, dengan prevalensi kejadian sebanyak
984.290.432 pada tahun 20101.

Infeksi jamur kulit terdiri atas:


Infeksi jamur dermatophyte (diakibatkan oleh spesies
Microsporum, Trichophyton, dan Epider-mophyton)
Infeksi jamur non-dermatophyte (diakibatkan oleh Malassezia furfur dan spesies
Candida)

Manifestasi dari infeksi jamur kulit yaitu pada permukaan


lipatan kulit, kuku, kulit kepala dan termasuk pada bagian
kelamin.2,3 Kejadian infeksi jamur dermatophyte lebih
umum ditemui, terutama di lingkungan tropis atau
hangat seperti di Indonesia karena jamur berkembang
biak lebih cepat di lingkungan tersebut dan
diperkirakan terjadi pada 10-15% populasi di seluruh
dunia, dengan frekuensi kejadian berkisar antara
1-3 kali per tahun.2,4,5 Dengan demikian, peran
farmasis di komunitas sangat penting untuk
membantu swamedikasi pasien dengan kondisi
infeksi jamur kulit, serta mengedukasi
psikologis pasien yang terpapar infeksi jamur
karena sering merasa minder atau takut tidak
dapat sembuh karena kurang pengetahuan
pengobatan atau pola kebersihan diri dan
lingkungan.

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
KENALI INFEKSI JAMUR
KULIT DAN KELAMIN
Dermatophyte (atau dikenal dengan istilah Dermatomycoses) dapat diketahui
melalui observasi manifestasi klinis dan karakteristik penyebaran lesi pada bagian
tubuh.4 Dermatophyte yang umum ditemukan di komunitas seperti kurap, jamur
kuku, panu dan infeksi jamur pada ruam popok di mana infeksi ini mudah menular,
dapat diatasi dengan antijamur topikal. Adapun jenis infeksi Dermatophyte lainnya
membutuhkan terapi antijamur sistemik, yaitu seperti tinea capitis yang menyerang
kulit kepala dan Tinea Unguium (Onychomycosis) yang menyerang bagian kuku.3
Infeksi jamur terbagi 26:
Infeksi superfisial (infeksi dermatofit dan infeksi mukokutan)
umumnya diterapi dengan preparat lokal
Infeksi sistemik (infeksi jaringan dan organ yang lebih dalam)
sulit diobati dan memerlukan terapi obat jangka panjang

Pada infeksi jamur kulit, Memicu sitokin Timbul gejala seperti


adanya pelepasan keratinase proinflamasi yang pruritus, kemerahan, bengkak
dan senyawa pathogen lainnya menyebabkan reaksi dan rasa terbakar pada bagian
yang dihasilkan oleh jamur peradangan yang terinfeksi7

JENIS GEJALA YANG DIALAMI8


(N = 500)

Gatal Kulit 91%


Kemerahan pada kulit 60%
Kulit bersisik/mengelupas 47%
Sensasi menyengat/
terbakar pada kulit 31%
Retak kulit 30%
Bau tidak sedap 23%
Pustula/lepuh pada kulit 17%
Pembengkakan 16%

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
Langkah

1
Cek
Tampilan RINGAN RINGAN RINGAN RINGAN

SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG

BERAT BERAT BERAT BERAT


Kulit retak/ mengelupas, Ruam khas berbatas Lingkaran merah, bersisik, Ruam merah batas jelas,
merah, gatal, perih di tegas, plak bersisik tipis, gatal, dengan bagian kulit iritasi , terus gatal di
antara jari atau pada sol bercak keputihan, merah tengah yang bersih dan daerah selangkangan,
kaki. Biasanya terlihat bahkan coklat, makin batas yang jelas. sensasi terbakar di sekitar
antara jari kaki ke 4 dan melebar, batas tegas dan daerah yang terkena,
jari kelingking. gatal. kulit mengelupas/ pecah-
pecah.

Langkah

2
Ketahui
Kutu Air
(Tinea Pedis)
Panu
(Tinea Versicolor)
Kurap
(Tinea Corporis)
Jamur Pada
Selangkangan
Kondisinya (Tinea Cruris)

RINGAN Golongan Azol topikal (contoh: clotrimazole) – hanya ruam jamur dan
dengan keluhan ringan.
Langkah

3
SEDANG Golongan Azol topikal dengan efek anti inflamasi (contoh: bifonazole).
Untuk infeksi sedang terdapat ruam jamur dan kemerahan di kulit
sekitarnya dengan area yang lebih luas dan dengan keluhan ringan

Solusi BERAT Golongan Azol topical dengan efek anti inflamasi mungkin memerlukan
kombinasi topikal antijamur-steroid atau antijamur oral. Untuk infeksi
berat terdapat ruam jamur dan kemerahan di kulit sekitarnya dengan area
yang lebih luas dan keluhan kulit yang lebih nyata.

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
TABEL 1. FAKTOR RISIKO TERJADINYA
INFEKSI JAMUR KULIT9-11

Pasien dengan
Pasien Status imunitas
komorbid,
dengan tubuh yang
seperti diabetes
limfoma buruk
melitus

Pasien
Hygienitas dengan Keringat
yang buruk Sindroma berlebih
Cushing*

Lingkungan
Pakaian
Lansia atau yang panas
ketat
pasien geriatri dan lembab

Paparan
Penggunaan
air dalam
sepatu dengan
durasi
durasi yang lama
yang lama

*) gejala yang terjadi akibat tingginya kadar hormon kortisol dalam tubuh.

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
SOLUSI TEPAT UNTUK ATASI
JAMUR KULIT DAN KELAMIN

Terapi farmakologi berbagai jenis infeksi jamur kulit dapat dilihat pada tabel
2. Pada tabel tersebut juga dapat dilihat terapi non-farmakologi sebagai
bahan konseling kepada pasien, untuk mengoptimalkan terapi pasien.

TABEL 2. TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON-FARMAKOLOGI


BERBAGAI JENIS INFEKSI JAMUR KULIT.9-13

TERAPI FARMAKOLOGI TERAPI NON-FARMAKOLOGI

Klotrimazol 1%: Menggunakan pakaian luar dan dalam


2-3x sehari 2-4 minggu serta kaos kaki longgar (tidak ketat),
kering tidak lembab, berbahan ringan
Bifonazol 1%: dan menyerap keringat serta menjaga
higienitas.
1X SEHARI selama 2-3 minggu
Menjaga higienitas kamar mandi, toilet,
atau kolam renang yang dipakai bersama,
1x sehari menghindari berjalan tanpa alas kaki
terutama saat menggunakan toilet
umum.

Menghindari penggunaan pakaian ketat,


menjaga higienitas. Perlu dilakukan
penelusuran dan penanganan pada orang
lain dan hewan peliharaan yang berisiko
terkena infeksi.

* Terapi sistemik diperlukan pada infeksi kronis, berulang, infeksi yang meluas, dan infeksi yang tidak tertangani oleh terapi topikal.
** Terapi sistemik diperlukan pada infeksi di bagian dorsum kaki (kaki bagian atas), tumit, telapak kaki, atau jika terjadi infeksi berulang, atau jika
terdapat lepuhan kulit.

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
8
THE FUNGAL CARE GUIDE
Memfasilitasi Apoteker dalam rekomendasi dan konseling mengenai kasus Infeksi Jamur Superfisial

1 C ATEGORIZED
Apakah ini infeksi jamur?
Kategorikan Kebutuhan Pasien dengan
mempertimbangkan semua poin di bawah ini

Apakah pasien memiliki usulan pengobatan/obat?


Apakah ini kejadian pertama atau berulang?
Pelaku rawat atau pasien?
Apakah pasien tahu apa yang harus dilakukan?

2 A SSESS
Informasi pengamatan
Kaji Kondisi Pasien
Informasi terkait individu
Pekerjaan/Gaya hidup
Tampilan Lesi
Kondisi Medis
Luas Area Lesi • Kondisi yang sudah ada sebelumnya
• Penggunaan obat-obatan lain (periksakan
Gejala (Gatal/Kemerahan/Bau) interaksi obat jika ada)
Penilaian Kekhawatiran Pasien Faktor Higiene
• Tidak khawatir • Sangat khawatir • Keluarga
• Khawatir • Sosial
Dukungan Alat:
• Gambar lesi pasien jika ada Tips untuk tenaga kesehatan: Minta gambar
• Katalog gambar lesi jamur superfisial kasus dan nomor telepon bila informasi
• Alat Woodlamp pasien yang memadai tidak tersedia

3 R ECOMMENDED Rekomendasikan Tata Laksana Yang Tepat


PENGOBATAN TOPIKAL
Lini pertama untuk infeksi jamur superfisial terlokalisasi

Ruam karena Jamur Ruam + Inflamasi karena jamur


• Senyawa azol topikal: Klotrimazol, Ketokonazol • Senyawa azol topikal: Bifonazol
• Senyawa non-azol topikal: Toinoftat • Kombinasi topikal dengan steroid
(kecuali kandidiasis), Terbinafin (steroid sebaiknya hanya digunakan selama 1-2 minggu,
jangan gunakan untuk jangka waktu lama)
PENGOBATAN ANTIJAMUR ORAL
Ingatlah untuk memberi konseling mengenai:
Gunakan untuk infeksi yang telah menyebar atau tidak
berespons terhadap pengobatan
Hindari faktor pemicu
topikal. Hal yang perlu diperhatikan sebelum meresepkan:
Rekomendasikan pasien untuk mengoleskan obat
bukan hanya pada area terdampak, tetapi juga 1-2
• Fungsi hati
cm di luar area tersebut
• Interaksi obat
Pengobatan harus terus dilakukan sampai gejala/
• Rujuk ke dokter untuk pengkajian lebih lanjut
lesi menghilang

EMPOWER
Pertimbangkan terapi non-farmakologis

4 Memberdayakan Pasien Tips untuk tenaga kesehatan: Berikan nomor


Dorong pasien untuk mengunjungi apoteker sebagai kontak apotek untuk mendorong pasien
tindak lanjut minimal dua kali; pada hari ke-7 dan ke-14 agar menghubungi kembali pihak apotek
Tawarkan sumber informasi yang dapat dipercaya jika kondisi memburuk atau jika ada yang
mengenai penyakit jamur superfisial ingin mereka tanyakan dalam waktu 14 hari
Dorong kepatuhan terhadap durasi pengobatan untuk
memperoleh hasil terbaik
Rujuk ke dokter spesialis kulit jika tidak ada perbaikan
atau jika kondisi memburuk setelah 14 hari

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,
BUKAN UNTUK AWAM
BUKAN UNTUK AWAM
GOLONGAN AZOL

KLOTRIMAZOL21 BIFONAZOL19

Penggunaan UNTUK KASUS UNTUK KASUS


RINGAN DAN SEDANG SEDANG DAN BERAT
Efektif membunuh jamur dan Efektif membunuh jamur
menghilangkan gatal dan menghilangkan gatal
2-3 kali sehari Efektif 1 kali sehari (Once
Aman untuk kulit sensitif dan Daily)
kondisi tertentu seperti: Anti-inflamasi (tanpa steroid)
Ibu hamil (Trimester
ke-2 dan ke-3)
12+ Anak-anak umur
+12 tahun

Feminine intimate area

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
PENERAPAN PANDUAN UNTUK MANAJEMEN
INFEKSI JAMUR SUPERFICIAL8
TINGKAT KEPARAHAN INFEKSI JAMUR DAN
PILIHAN TERAPINYA
1. CATEGORIZE Pertama kali infeksi jamur atau infeksi berulang (bukan pertama kali).
Kategorikan Cari faktor resiko penyakit jamur:
informasi keluhan 1. keringat berlebih 3. pakaian ketat
pasien 2. lingkungan lembab (sering terkena air) 4. lansia atau pasien dengan status buruk

RINGAN SEDANG BERAT

2. ASSESS
Perhatikan
riwayat dan
gejala pasien
Infeksi kecil dan lokal Area infeksi meluas Infeksi yang
sedikit gatal dan Gatal mengganggu, mempengaruhi daerah
kemerahan kemerahan sedang sekitarnya kulit
Merah, pecah-pecah
dan bersisik, gatal parah
3. RECOMMEND Rekomendasikan pengelolaan yang tepat
KLOTRIMAZOL +
Zat Aktif KLOTRIMAZOL BIFONAZOL DEXAMETHASONE
Spektrum Spektrum luas Spektrum luas Spektrum luas
Aktivitas Efek antiinflamasi ++ Efek antiinflamasi ++
dan Efek Steroid harus dengan
Anti Inflamasi resep dokter+

2-3 kali sehari secara 1x sehari selama 2-3 minggu 2x sehari


Cara pakai topikal, selama 2 minggu Tidak boleh digunakan
untuk memastikan infeksi lebih dari 7 hari
jamur telah teratasi.

4. EMPOWER Mendorong untuk tindak lanjut melalui telepon atau konsultasi langsung jika tidak
ada perbaikan setelah durasi pengobatan yang ditentukan.
Berikan sumber informasi yang kredibel mengenai infeksi jamur superfisial,
perawatan diri, dan pencegahan.
Rekomendasikan untuk ke dokter/dokter spesialis kulit jika belum ada perbaikan
setelah terapi sesuai aturan pakai dan indikasi
++ Aktivitas Sedang

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
KEUNGGULAN BIFONAZOL14-19
MEMBUNUH JAMUR:

1
Bifonazol bersifat fungistatik dan fungisida
dengan spektrum luas melawan banyak
jamur, termasuk dermatofit dan yeast.
Penetrasi yang lebih besar pada lapisan
kulit vs klotrimazol (> 1%)

MEREDAKAN GATAL & RADANG:


Bifonazol memiliki aksi anti inflamasi
yang setara dengan 1% Hidrokortison
dapat mengurangi penggunaan steroid
2

3
MEMBUNUH BAKTERI:
Bifonazol juga memiliki properti anti
bakteri (seperti Klotrimazol)

Penyerapan bifonazol ke dalam sel jamur

4
mencapai maksimum hanya 20-30 menit
setelah pemberian dan obat tetap ada
selama sekitar 120 jam terus menerus
menghambat biosintesis ergosterol18

HASIL PENELITIAN MENUNJUKKAN19:


Bifonazole cepat dan efektif redakan gejala
infeksi jamur dengan pemakaian hanya 1x sehari

5 90% konsumen sembuh dari panu dan


kurap dengan pemakaian bifonazole 1x
sehari selama minimal 2 minggu
88% konsumen sembuh dari kutu air
dengan pemakaian bifonazole 1x sehari
selama minimal 2 minggu

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
HASIL PENELITIAN MENUNJUKKAN:
Bifonazole 1% sekali sehari sama efektifnya dengan miconazole 2% dua kali sehari
pada athlete’s foot (kutu air), infeksi jamur kuku, kurap dan pengobatan gatal di
selangkangan dalam 3 minggu19.

BIFONAZOLE MICONAZOLE

1x sehari 2x sehari

atau dan

Terlihat pengurangan inflamasi pada pasien infeksi kutu air yang menggunakan
bifonazole 1% selama 3 hari20.

Mulai Pengobatan Setelah 3 hari Setelah 7 hari

Termografi inframerah menunjukkan peradangan berkurang, ditunjukkan dengan


penurunan suhu permukaan, setelah pengobatan bifonazol (1%).

DIPAKAI SEKALI SEHARI:


Penyerapan Bifonazol oleh sel jamur berlangsung cepat, dan disimpan di dalam sel untuk
waktu yang lebih lama. Dengan kepatuhan pasien yang lebih baik, hal ini dapat mencegah
kekambuhan.

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
8
THE FUNGAL CARE GUIDE
Memfasilitasi Apoteker dalam rekomendasi dan konseling mengenai kasus Infeksi Jamur Superfisial

TABEL PERBANDINGAN TERAPI


ANTIJAMUR TOPIKAL

Nama Aktivitas Anti-Infeksi Anti- Kemudahan


Penggunaan
obat Dermatofita Ragi/Yeast Bakteri Gram + Inflamasi (Aplikasi/Hari*)
(cth, T. rubrum) (Kandida) (Korinebakterium)

Bifonazol
(Canesten 1
Pro)

Ketokonazol X 1-2

Mikonazol X X 2

Terbinafin X 1

Toinaftat X X X 2
*Indikasi sesuai label yang disetujui

COMING
SOON

Bifonazol merupakan anti jamur


dengan spektrum luas, memiliki efek
anti inflamasi dan penggunaannya
CUKUP 1X SEHARI

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM
REFERENSI:
1. Hay RJ, Johns NE, Williams HC, Bolliger IW, Dellavalle RP, Margolis DJ, et al. The global burden of
skin disease in 2010: an analysis of the prevalence and impact of skin conditions. J Invest Dermatol.
2014 Jun;134(6):1527–34.
2. Hainer BL. Dermatophyte Infections. Am Fam Physician. 2003 Jan 1;67(1):101–8.
3. Ely JW, Rosenfeld S, Stone MS. Diagnosis and Management of Tinea Infections. Am Fam Physician.
2014 Nov 15;90(10):702–10.
4. Pires CAA, da Cruz NFS, Lobato AM, de Sousa PO, Carneiro FRO, Mendes AMD. Clinical,
epidemiological, and therapeutic profile of dermatophytosis. An Bras Dermatol. 2014;89(2):259–65.
5. P. Ice Bayer. Uncovering Incidence For Skin Conditions. P. Ice Bayer; 2019.
6. Biworo, Agung dr. M.Kes. 2009. Farmakoterapi pada Penyakit Infeksi Jamur.
7. Schaller M, Friedrich M, Papini M, Pujol RM, Veraldi S. Topical antifungal-corticosteroid combination
therapy for the treatment of superficial mycoses: conclusions of an expert panel meeting. Mycoses.
2016 Jun;59(6):365–73.
8. Parinyarux, pantira et al. 2022. Towards Better CARE for Superficial Fungal Infections: A Consultation
Guide for the Community Pharmacy. Pharmacy 2022, 10, 29. https://doi.org/10.3390/pharmacy10010029.
9. Nigam PK, Saleh D. Tinea Pedis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 [cited 2021 Oct 27]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470421/.
10. Pippin MM, Madden ML. Tinea Cruris. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 [cited 2021 Oct 27]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554602/.
11. Yee G, Al Aboud AM. Tinea Corporis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 [cited 2021 Oct 27]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544360/.
12. Karray M, McKinney WP. Tinea Versicolor [Internet]. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing;
2021 [cited 2021 Oct 28]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482500/.
13. Clotrimazole Cream 1% - Summary of Product Characteristics (SmPC) - (emc) [Internet]. [cited
2021 Oct 27]. Available from: https://www.medicines.org.uk/emc/product/2598/smpc#gref.
14. Lucker PW et al. Dermatologica 169;suppl. 1, 1984: 51-6
15. Tronnier H, Herling M, Wiebusch M, Heinrich U, Becker N. Studies on the antiphlogistic effect of
bifonazole. Akt Dermatol. 2005;31:21–6.
16. Huth L et al. Skin Pharmacol Physiol 2019;32:337–343.
17. Pérez Bruzón M, Batista Romagosa M, López Osorio, D. et al. Consideraciones actualizadas sobre la
patogenia de la tiña pedis. MEDISAN [Online]. 2010;14(1):1-1.
18. Plempel M et al. Spinger-Verlag, 4-20. Advances in Topical Antifungal Therapy.
19. Lackner et al. 1989. Bifonazole: A Review of its Antimicrobial Activity and Therapeutic Use in Superficial
Mycoses.
20. Tronnier H, Herling M, Wiebusch M, Heinrich U, Becker N. Untersuchungen zur antiphlogistischen
wirkung von bifonazol. Akt Dermatol. 2005;31:21–6.
21. Canesten Product Information

HANYA UNTUK TENAGA KESEHATAN,


BUKAN UNTUK AWAM

Anda mungkin juga menyukai