Anda di halaman 1dari 8

Pemberian Dosis Ketokonazol

Pada Anak Usia di Bawah 12 Tahun

Disusun oleh
Herlin Tri Seilaningsih

FAKULTAS KEDOKTERAN

Pembimbing
Dr. Mahfuzah, M. Sp.KK

KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD. DR. RM DJOELHAM- BINJAI
2013
Pemberian Dosis Ketoconazole pada Anak Usia di bawah 12 Tahun

Infeksi Jamur
Infeksi jamur umumnya ringan dan sering terjadi pada lapisan luar kulit, kuku, dan
rambut. Jamur yang sering menyebabkan infeksi termasuk dermatofitosis (mis; tinea),
ragi/yeast (mis; kandida) dan jamur kapang/molds.
Gejala dan tampilan infeksi tergantungpada jenis jamur penyebab dan bagian tubuh
terinfeksi. Beberapa tampak kemerahan , bersisik, dan gatal, sementara yang lain tampak
seperti kulit yang kering.
Pada beberapa kasus, infeksi jamur dapat mengenai lapisan kulit lebih yang lebih
dalam atau seluruh tubuh, terutama pada pasien dengan gangguan sistem imun.

Beberapa tipe infeksi jamur yang sering timbul:


Tipe
Nama umum Karakteristik
Infeksi Jamur
Tinea pedis Athlete’s foot/ kutu air  Terjadi pada daerah yang
lembab dan hangat pada kaki,
sebagian di antara kaki di
bagian bawah
 Kulit melunak dan keputihan
dan pecah-pecah serta adanya
erupsi kemerahan
 Biasanya disertai gatal, warna
yang tidak lazim, seperti
terbakar atau tersengat

Onychomycosis/ Ringworm of the nails/ jamur  Bentuk kuku tidak normal


Tinea unguium pada kuku menebal, berubah warna
(putih atau kekuningan) dan
rapuh

Tinea cruris Jock itch/ Groin Ring worm/  Gatal, kemerahan pada daerah
kurap yang terinfeksi/ pangkal paha
dan sekitarnya

Tinea corporis Ringworm on the body/  Terdapat pada daerah yang


kurap atau kadas terbuka
 Bercak kemerahan dengan tepi
bersisik sedangkan bagian
tengah kulit normal
Tinea capitis Ringworm of the scalp atau  Kerontokan rambut pada area
jangat kepala yang terinfeksi
Pityriasis / tinea White spot/ Panu  Kelainan terutama berupa
versikolor bercak putih bersisik pada kulit
 Biasanya timbul pada wajah,
leher, bahu
 Gatal dan berkeringat
Candidiasis Thrush  Bercak kecil putih dan
kemerahan saat digosok
dengan handuk
 Umumnya digunakan di bawah
pakain dalam (BH)
 Biasanya tampak dibawah
payudara, lipat lengan dan
pada daerah genital dan mulut
 Kandidiasis vagina
menghasilkan lendir putih
kekuningan

KETOCONAZOLE

1. Kemasan & No Reg


Ketoconazole 200 mg tablet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 tablet), No. Reg. :
GKL0208506310A1

2. Farmakologi
Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki
aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit dan ragi, misalnya Tricophyton
Sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum Sp, Candida Sp. Ketoconazole bekerja
dengan menghambat enzim sitokrom jamur sehingga mengganggu sintesis
ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.
3. Indikasi
a. Infeksi pada kulit, rambut dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh
dermatofit dan atau ragi (dermatofitosis, onikomikosis, Candida perionixis,
pitiriasis versikolor, pitiriasis kapitis, infeksi pitirosporum, folikulitis, kandidosis
kronik mukokutan), bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena
tempat lesi tidak di permukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal.
b. Infeksi ragi pada rongga pencernaan.
c. Kandidosis vagina kronik dan kandidosis rekuren.
d. Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, parakokidioidomikosis,
histoplasmosis, kokidioidomikosis, blastomikosis.
e. Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya
menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau obat) yang berhubungan dengan
meningkatnya risiko infeksi jamur.
f. Ketoconazole tidak berpenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat. Oleh
karena itu meningitis jamur jangan diobati dengan ketoconazole oral.

4. Kontraindikasi
a. Penderita penyakit hati akut atau kronik.
b. Hipersensitif terhadap ketoconazole atau salah satu komponen obat ini.
c. Pada pemberian peroral, ketokonazole tidak boleh diberikan bersama-sama
dengan terfenadine, astemizole, cisapride dan triazolam.
d. Wanita hamil.

5. Dosis
Pengobatan kuratif :
Dewasa
 Infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik : 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada
waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan
menjadi 2 tablet (400 mg sehari).
 Kandidosis vagina : 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Anak-anak
Tidak boleh digunakan untuk anak di bawah umur 2 tahun.
 Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg : 20 mg 3 kali sehari pada waktu
makan.
 Anak dengan berat badan 15-30 kg : 100 mg sekali sehari pada waktu makan.
 Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg : sama dengan dewasa.
Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1 minggu setelah
semua gejala hilang dan sampai kultur pada media menjadi negatif.

Pengobatan profilaksis :
1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan.
Lama pengobatan :
 Kandidosis vagina : 5 hari
 Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatofit : kurang lebih 4 minggu.
 Pitiriasis versikolor : 10 hari. • Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh
kandida : 2 - 3 minggu
 Infeksi jamur pada rambut : 1-2 bulan
 Infeksi jamur pada kuku : 3-6 bulan, bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan
hingga 12 bulan. Lama terapi dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan
kuku, sampai kuku yang terinfeksi digantikan oleh kuku yang normal.
 Kandidosis sistemik : 1-2 bulan
 Parakokidioidomikosis, histoplasmosis, kokidioidomikosis : lama pengobatan
optimum 2-6 bulan.

6. Efek samping
a. Dispepsia, mual, sakit perut dan diare.
b. Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, pusing,
parestesia dan reaksi alergi.
c. Trombositopenia, alopesia, peningkatan tekanan intrakranial yang reversibel
(seperti edema papil, “bulging fontanel“ pada bayi).
d. Impotensi (sangat jarang).
e. Ginekomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang diberikan lebih
tinggi dari dosis terapi yang dianjurkan.
f. Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (ditemukan pada
1/12.000 penderita)
g. Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.

7. Over dosis
Tidak ada tindakan yang khusus yang harus diberikan. Hanya tindakan suportif yang
perlu dilakukan seperti bilas lambung.

8. Peringatan dan Perhatian


a. Penting memberikan penjelasan kepada pasien yang diterapi untuk jangka
panjang mengenai gejala penyakit hati seperti letih tidak normal yang disertai
dengan demam, urin berwarna gelap, tinja pucat atau ikterus.
b. Faktor yang meningkatkan risiko hepatitis : wanita berusia di atas 50 tahun,
pernah menderita penyakit hati, diketahui mempunyai intoleransi dengan obat,
pemberian jangka lama dan pemberian obat bersamaan dengan obat yang
mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi hati dilakukan pada pengobatan dengan
ketoconazole lebih dari 2 minggu. Apabila telah didiagnosis sebagai penyakit hati,
pengobatan harus dihentikan.
c. Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita insufisiensi adrenal
dan pada pasien dengan keadaan stres yang panjang (pasien bedah besar, pasien
perawatan intensif, dll).
d. Tidak boleh digunakan untuk anak di bawah umur 2 tahun.
e. Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan manfaatnya lebih
besar daripada risikonya pada janin.
f. Kemungkinan diekskresikan dalam air susu ibu, maka ibu yang diobati dengan
ketoconazole dianjurkan untuk tidak menyusui.
9. Interaksi Obat
a. Pemberian bersama-sama dengan terfenadine dan astemizole.
b. Absorpsi ketoconazole maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya
terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien yang diberi obat-
obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah
ketoconazole.
c. Pemberian bersama dengan rifampisin dapat menurunkan konsentrasi plasma
kedua obat.
d. Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi plasma
ketoconazole, bila kombinasi ini digunakan, konsentrasi plasma harus dimonitor.

10. Lain-Lain
Penyimpanan:
Simpan pada temperatur 15 – 30°C, hindarkan dari kelembaban.
Referensi

MIMS Indonesia, 2011/2012. Petunjuk Konsultasi. Edisi 11. PT Bhuana Ilmu Poluler :
Jakarta
Nasronudin, 2009. Infeksi Jamur dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.
InternaPublishing: Jakarta
PT Hexpharmjaya diunduh dari: http://www.hexpharmjaya.com/page/ketoconazole.aspx
(diakses tanggal 17 Juni 2013)
Setiabudy R, 2011. Obat Jamur dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai