BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Konsep Sistem Akuntansi dan Sistem Informasi Akuntansi
II.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi merupakan suatu organisasi yang terdiri dari metode dan
catatan yang dibuat untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, menganalisis,
mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi organisasi serta menyelenggarakan
pertanggungjawaban bagi aktivitas dan kewajiban yang berkaitan dengan sistem
tersebut. (Bodnar dan Hopwood, 2008:181)[2]. Sedangkan menurut Mulyadi
(2013:3)[12] Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen dalam pengelolaan. Berbeda lagi dengan menurut
Baridwan (2008:4)[1] yang mengatakan bahwa Sistem akuntansi adalah formulir-
formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk
mengelola data mengenai usulan sutu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk
menghasilkan umpan baik dalam benntuk laporan-laporan yang dilakukan oleh
manajemen untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan
seperti pemegang saham kreditur dan lembaga-lembaga pemerintahan untuk memuali
hasil operasi.”
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi
merupakan suatu alat yang digunakan organisasi untuk mengolah serta merangkum
seluruh kegiatan dan transaksi yang akan menghasilkan informasi keuangan maupun
informasi lainnya yang dibutuhkan oleh manajemen dalam pengelolaan organisasi
sebagai pengawasan untuk kelancaran aktivitas perusahaan.
II-1
II-2
1. Menyediakan informasi untuk pengelolaan usaha baru. Kebutuhan
pengembangan sistem akuntansi terjadi pada saat perusahaan baru didirikan
atau suatu perusahaan menciptakan usaha baru yang berbeda dengan usaha
informasi yang ada pada laporan. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh
perkembangan usaha perusahaan, sehingga sistem akuntansi dituntut untuk
penyajiannya, dengan struktur informasi yang lebih baik dan tepat
penyajiannya.
3. Memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, akuntansi
merupakan alat pertanggungjawaban suatu organisasi. Sering kali
pengembangan sistem akuntansi ditujukan untuk memperbaiki perlindungan
terhadap kekayaan organisasi sehingga tanggung jawab terhadap pengguna
kekayaan organisasi dapat terlaksanakan dengan baik. Pengembangan sistem
akuntansi dapat pula ditujukan untuk memperbaiki pengecekan intern supaya
informasi yang dihasilkan oleh sistem dapat dipercaya.
4. Mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi. Sering
kali pengembangan sistem akuntansi ditujukan untuk menghemat biaya.
Informasi merupakan barang ekonomis, untuk memperolehnya informasi,
memerlukan pengorbanan sumber ekonomi lain. Oleh karena itu dalam
menghasilkan informasi perlu mempertimbangkan besar manfaat yang
diperoleh dengan pengorbanan yang dilakukan. Jika pengorbanan untuk
memperoleh informasi keuangan diperhitungkan lebih besar dibandingkan
dengan manfaat yang diperoleh, sistem yang sudah ada perlu dirancang kembali
untuk mengurangi pengorbanan sumber daya bagi penyediaan informasi.
II-3
II.1.3 Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari sub
sistem
baik secara fisik maupun secara non fisik yang saling berkaitan dan bekerjasama
satu sama lain untuk mengolah data transaksi yang berhubungan dengan masalah
keuangan menjadi suatu informasi keuangan (Susanto, 2013:72)[21]. Sementara
menurut Diana (2011:4)[5], Sistem informasi akuntansi merupakan sistem yang
bertujuan
untuk mengumpulkan serta memproses data serta melaporkan informasi yang
berkaitan
dengan transaksi keuangan.
Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi
merupakan kumpulan dari komponen yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan serta
memproses data yang memiliki keterkaitan dengan masalah keuangan menjadi
informasi keuangan.
II-4
2. Software
Terbagi menjadi dua kelompok, yaitu software sistem dan software
aplikasi. Dalam memilih software yang digunakan akan lebih baik memilih
sistem operasi apa yang digunakan sesuai dengan aplikasi yang akan
dioperasikan terlebih dahulu. Karena kemampuan sistem operasi sangat
banyak, sementara pengetahuan pemakai sistem sangat terbatas maka
pemikiran menggunakan softwaresistem operasi yang banyak digunakan
II-5
II.2 Sistem Informasi Akuntansi Pelayanan Jasa Kamar
II.2.1 Pengertian Penjualan Jasa Kamar
Kegiatan penjualan jasa kamar merupakan kegiatan penjualan terdiri dari
transaksi penjualan barang atau jasa, baik penjualan secara tunai maupun secara kredit.
Dalam transaksi penjualan secara tunai, barang atau jasa diserahkan oleh perusahaan
kepada pembeli jika perusahaan telah menerima pembayaran dari pembeli, kegiatan
penjualan
secara tunai ini ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan tunai
(Ikhsan,
2008:77)[7]. Sementara menurut pendapat Wiyasha (2010:170)[22] Penjualan
jasa kamar memberikan kontribusi atas total penjualan hotel dengan kisaran 60-70%.
Penjualan kamar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak hotel dengan menyediakan
jasa kamar untuk disewa oleh konsumen.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penjualan
jasa kamar merupakan kegiatan yang dilakukan pihak hotel dengan menyediakan jasa
berupa kamar untuk disewakan kepada konsumen. Baik secara tunai maupun secara
kredit.
II-6
II.2.3 Formulir dan Catatan yang Terkait
Menurut Ikhsan (2008:77-85)[7] formulir yang digunakan dalam sistem
akuntansi
penjualan jasa kamar dan restoran meliputi reservation card, registration
form, guest bill, cash receipt, captain order, store room requestion food & beverages.
Menurut Ikhsan (2008:86-92) [7] dalam upaya mendukung fungsi penjualan kamar dan
restoran yang ada di hotel, diperlukan catatan-catatan jurnal penjualan, jurnal umum,
jurnal
penerimaan kas, bin card, summary by cash, dan rekapitulasi penerimaan kas.
II.3 Konsep Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi pokok
pembahasan. Aplikasi dapat diartikan sebagai program komputer yang dibuat untuk
menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, 2008:56) [14].
Berbeda lagi menurut Dhanta (2009:32)[4] yang mengatakan aplikasi merupakan
software yang dibuat oleh suatu perusahaan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas
tertentu. Sedangkan menurut Nazruddin (2012:9)[13] aplikasi adalah suatu subkelas
perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk
melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aplikasi merupakan
software atau program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam
melaksanakan tugas tertentu.
II-7
Menurut Puspitawati dan Anggadini (2011:15) [15] Pengembangan sistem dapat
juga diartikan sebagai kegiatan untuk membangun sistem baru yang lebih modern
untuk
mengganti, memperbaiki, dan meningkatkan fungsi sistem yang sudah
ada/dibangun sebelumnya.
Berdasarkan pengertian dari beberapa, disimpulkan bahwa pengembangan
sistem adalah proses yang dilakukan untuk memodifikasi atau mengganti suatu sistem
lama
dengan sistem yang lebih modern.
II.4.2 Tujuan Pengembangan Sistem
Menurut Bodnar dan Hopwood (2008:22)[2] Sebuah proyek pengembangan
sistem biasanya terdiri dari tiga fase: analisis sistem, desain, dan implementasi sistem.
Analisis sistem melibatkan penyusunan solusi dan evaluasi solusi untuk menyelesaikan
masalah sistem. Analisis sistem menekankan tujuan sistem secara keseluruhan. Dasar
dari analisis ini adalah timbal balik antar tujuan sistem. Tujuan umum analisis sistem
secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kualitas informasi.
2. Untuk meningkatkan pengendalian internal.
3. Untuk meminimalkan biaya, jika memungkinkan.
Tujuan tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan kadang kala
saling bertentangan. Timbal balik antara kualitas, ekonomis dan manfaat, ataupun
antara kemudahan dan realitas haruslah ditentukan. Pada umumnya, evaluasi timbal
balik antar berbagai tujuan harus dilakukan secara subjektif mengingat faktor-faktor
penentunya banyak yang tidak dapat dikuantifikasi.
II-8
siklus hidup pengembangan sistem (Systems Development Life Cycles/SDLC).
Menurut Krismiaji (2010:175-176) [10], dijelaskan bahwa:
Siklus hidup pengembangan sistem (Systems Development Life Cycles/SDLC)
II-9
mengevaluasi berbagai macam alternatif rancangan. Jika alternatif telah
dipilih, maka harus ditindaklanjuti dengan membuat outline yang rinci dan
lengkap spesifikasinya. Hasil akhir tahap ini adalah berupa laporan hasil
rancangan yang lebih rinci yang akan digunakan sebagai dasar untuk membuat
dan menguji program komputer. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah merancang output, database dan input. Kemudian dilanjutkan dengan
membuat program komputer, membuat berbagai prosedur yang terkait dan
merancang sistem pengawasan dan pengendalian serta melekatnya ke dalam
sistem baru
4. Implementasi dan konversi
Tahap ini merupakan tahap terpenting sekaligus paling kompleks dari tahap-
tahap dalam sebuah siklus, karena pada tahap inilah semua elemen dan
aktivitas sistem terintegrasi secara lengkap. Karena tahap ini merupakan tahap
yang kompleks dan penting, maka sebelum dilaksanakan perlu dibuat
perencanaan yang matang dan rencana tersebut harus diikuti secara konsisten
dan ketat. Kegiatan yang tercakup dalam tahap ini antara lain adalah
memasang dan menguji perangkat keras dan perangkat lunak, kemudian
mengangkat dan melatih karyawan baru serta merelokasi karyawan lama.
Selain itu juga dilakukan pengujian dan modifikasi seperlunya terhadap
prosedur pengolahan yang saat ini dipakai. Selanjutnya dibuat sistem
pengendalian terhadap sistem baru serta membuat dokumentasi sistem.
Kegiatan berakhir pada tahap ini adalah menghentikan sistem lama dan
menggantikannya dengan sistem yang baru.
II-10
5. Operasi dan Pemeliharaan
Setelah sistem baru terpasang dan berjalan, maka sistem tersebut akan selalu
dipantau untuk mendeteksi sekaligus menyempurnakan jika ada cacat
II.4.4 Alat Bantu Pengembangan Sistem
Pada saat melakukan pengembangan sistem, alat bantu diperlukan untuk
mempermudah melakukan pengembangan sistem. Alat bantu ini memudahkan dalam
merancang, mengubah, dan meningkatkan fugnsi sistem.
Berikut merupakan alat bantu yang dapat digunakan pada saat melakukan
melakukan pengembangan sistem sebagai berikut:
1. Data flow diagram
Menurut Sukamto dan Shalahudin (2014:288) [19], Data Flow Diagram adalah
refresentasi grafik yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi
informasi yang diaplikasikan sebagai data yang mengatur dari masukan (input)
dan keluaran (output). Data flow diagram dibagi menjadi tigas jenis, yaitu:
a. Context Diagram, adalah diagram aliran data dengan tingkat tertinggi yang
memberikan pandangan secara ringkas kepada penggunaan atas suatu
sistem.
b. Physucal Data Flow Diagram (Physical DFD), adalah gambaran grafis
yang menunjukan entitas intern dan ekstern suatu sistem dan aliran data
yang masuk dan keluar dari entitas-entitas tersebut.
c. Logical Data Flow Diagram (Logical DFD), adalah gambaran grafis
yang menunjukan proses dari suatu dan aliran data yang amsuk dan keluar
dari proses tersebut.
II-11
DFD disusun dengan menggunakan empat symbol utama seperti yang
terlihat pada tabel berikut ini.
2. Flowchart
Flowchart merupakan bagian yang menunjukan arus pekerjaan dari sistem
secara keseluruhan, menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di
dalam sistem serta menunjukan apa yang dikerjakan di dalam sistem. Krismiaji
(2010:75) [10] menyebutkan bahwa Flowchart dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Bagan alir dokumen, merupakan flowchart yang menggambarkan aliran
dokumen dan informasi antar area pertanggungjawaban di dalam sebuah
organisasi.
II-12
b. Bagan alir sistem, merupakan flowchart yang menggambarkan hubungan
input, pemrosesan, dan output sebuah sistem informasi akuntansi.
c. Bagan alir program, merupakan flowchart yang menjelaskan urutan logika
Tabel II.2 Simbol Flowchart
Document Computer
Display
Process
Disk
General
Manual Purpose
Manual
Process Input
Keying Tape
Output
Punch Office
Card Process Paper
II-13
Lanjutan dari halaman sebelumnya
Start/Stop
On Page Connector
Telecommunication
Link
II-14
b. Menjalankan hubungan-hubungan antar data-data dalam basis data
berdasarkan objek-objek dasar mempunyai hubungan yang
dihubungkan oleh suatu relasi.
II.5 Konsep Dasar Sistem Manajemen Database
Pengertian Database
II.5.1
II-15
1. Query Processor
Komponen DBMS yang utama yaitu dengan mengubah query ke dalam
seperangkat instruksi tingkat rendah yang langsung menuju database
manager.
2. Database Manager
Komponen yang menghubungkan program aplikasi user-submitted dengan
query. Database Manager menerima query dan memeriksa skema
4. DML Preprocessor
Modul yang megubah pernyataan DML yang terdaoat didalam program
aplikasi ke dalam panggilan fungsi standard dalam host language.
Komponen ini harus berinteraksi dengan query processor untuk membuat
kode yang tepat.
5. DDL Compiler
Modul yang mengubah pernyataan DDL ke dalam seperangkat tabel berisi
metadata. Tabel ini akan disimpan dalam katalogi sistem sementara
informasi kendali disimpan di dalam handler file data.
6. Catalog Manager
Komponen yang mengatur akses dan memelihara katalog sistem dengan
diakses oleh sebagian besar komponen DBMS.
II-16
Menurut Connolly dan Begg (2010:416) [3], Normalisasi adalah sebuah teknik
yang berguna untuk menghasilkan suatu kumpulan relasi dengan property yang
diinginkan
dengan memberikan suatu kebutuhan data pada perusahaan.
Tujuan dari normalisasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghilangkan kerangkapan data
2. Untuk mengurangi kompleksitas tabel
Proses normalisasi mencakup pembagian file data secara sistematis sampai
kedua tujuan di atas terpenuhi. Berikut adalah langkah-langkah dari proses untuk
meng-normalisasikan table yang belum dinormalisasikan.
Langkah pertama dalam proses ini adalah mengidentifikasi dan menghilangkan
setiap kelompok yang berulang. Kelompok berulang tersebut merupakan nilai data
manajemen yang terletak dipersimpangan baris dan kolom. Ketika hal ini dilakukan,
tabel tersebut berada dalam bentuk normal pertama (1NF).
Langkah selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi dan menghilangkan
setiap ketergantungan parsial. Ini adalah atribut-atribut non-kunci yang bergantung
(diidentifikasi oleh) pada bagian kunci gabungan. Pada trick ini, table tersebut berada
dalam bentuk normal kedua (2NF).
Langkah terakhir, yang menempatkan ketergantungan transitif. Ini adalah
atribut non-kunci yang bergantung pada atribut non-kunci lainnya di dalam tabel
(3NF).
II-17
perusahaan, dibutuhkannya sebuah bentuk komunikasi non teknis agar tidak terjadi
kebingungan saat pengoprasiannya.
Kunci relasi sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi satu atau lebih atribut
yang memiliki nilai unik pada setiap kolom dalam relasi. Macam-macam kunci relasi
menurut Connolly dan Begg (2010: 150) [3] sebagai berikut:
1. Primary Key (Kunci Utama) adalah suatu aturan untuk sebuah atribut yang
berfungsi untuk memastikan bahwa setiap baris data pada tabel memiliki
Menurut Romney dan Steinbert (2016: 906) [16], syarat dasar untuk suatu model
database relasional adalah sebagai berikut:
1. Dalam sebuah baris, setiap kolom harus memiliki nilai yang berbeda
2. Primary key (Kunci Utama) tidak boleh bernilai nol. Karena kunci utama
merupakan kunci yang berfungsi untuk mengidentifikasi baris dalam suatu
tabel.
3. Foreign key (Kunci Asing) jika tidak bernilai nol, harus memiliki nilai yang
sesuai dengan kunci utama di hubungan yang lain untuk memastikan
konsistensi database.
4. Semua atirbut yang bukan merupakan kunci dalam suatu tabel harus dapat
mendeskripsikan objek yang diidentifikasi oleh kunci utama.
Menurut Ladjamudin (2013: 144) [11] derajat relasional adalah jumlah entitas
yang berpartisipasi dalam satu relationship. Terdapat 3 macam derajat relasional, yaitu:
II-18
1. One to One. Merupakan tingkat hubungan antara entitas pertama yang
hanya mempunyai satu hubungan nilai pada entitas kedua dan begitu pula
sebaliknya.
2. One to Many atau Many to One. Merupakan tingkat hubungan antara satu
nilai pada entitas pertama yang dapat memiliki lebih dari satu hubungan
nilai pada entitas kedua. Dan entitas kedua hanya memiliki satu hubungan
nilai dengan nilai entitas pertama.
II-19
II.6.2 Fitur-Fitur Microsoft Acces 2016
Pada Microsoft Access 2016 memiliki fitur-fitur yang dapat membantu dalam
merancang
serta menggunakan aplikasi tersebut.