SKRIPSI
Oleh
NIM 7211416052
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari : Senin
Mengetahui,
��
•r.2\
as Fee,, 't
< 5Elia
Kiswanto, SE, M. Si., CMA, CIBA, CERA Kiswanto, SE, M.Si, CMA, CIBA, CERA
N I P 198309012008121002 N I P 198309012008121002
PENGESAHAN KELULUSAN
Hari : Jumat
Penguji I
NIP 197508212000122001
lndah Fajarini Sri Wahyuningrum, SE., MSi., Ph.D., Akt. Kiswanto, SE, M.Si., CMA, CIBA, CERA
Mengetahui,
NIP 1 9 6 3 0 7 1 8 1 9 8 7 0 2 10 0 1
ii
PERNYATAAN
NIM : 7 2 1 1 4 1 6 0 5 2
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah
hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
NIM 72 11 4 1 6 0 5 2
lit
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Muhammad:7)
• “Who’s to say tomorrow won’t be the best day of your life?” (Matty
Healy)
Persembahan
skripsi ini.
i
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan
dan diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam menempuh studi
Peneliti menyadari selama proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan, bimbingan, saran, masukan, doa, serta motivasi yang sangat membantu
peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
ii
3. Kiswanto, S. E, M.Si., CMA, CIBA, CERA Ketua Jurusan Akuntansi
ini.
6. Indah Anisykurlillah, S.E., M.Si., Akt., CA., Dosen penguji I yang telah
7. Indah Fajarini Sri Wahyuningrum, SE., M.Si., Ph.D., Akt. Dosen penguji II
yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman yang telah memberi bantuan untuk peneliti dalam
iii
Semoga Alloh SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
peneliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi semua
pihak pada umumnya dan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi pada khususnya.
Peneliti
iv
SARI
v
ABSTRACT
Akhmad, Umar Dafi Rona. 2020. Factors Affecting Fraud Tendency: From
Government Employees Perception in Kotawaringin Barat City, Province Central
Kalimantan. Thesis. Accounting Major. Faculty of Economics. Semarang State
University. Advisor I. Kiswanto, S.E., M.Si.
The purpose of this research is to analyze the factors affecting fraud tendency
that occurs in regional government sectors. The variables of this research are
obedience of accounting rules, effectiveness of internal control system, information
asymmetry, moral hazard and fraudulent financial reporting tendency.
The population of this research are all of Kotawaringin Barat government
employees. This research is using convenience sampling method with questioner to
take 113 respondent. This Research is using SEM analysis method with SmartPLS
3.0 to test the data.
vi
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
viii
4.2.1 Uji Outer Model atau Model Pengukuran ....................................... 99
ix
4.4.1 Pengaruh Ketaatan Pada Peraturan Akuntansi Terhadap
x
DAFTAR TABEL
Internal ………………………………………………………………………….78
Akuntansi ……………………………………………………………………….80
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
permasalahan yang cukup kompleks dan sulit untuk diatasi adalah masalah
akuntansi memiliki dampak merugikan karena marak terjadi di berbagai daerah dan
hampir di semua bidang(Shelton, 2014). Hal ini tentu sangat berdampak pada
hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam organisasi atau dari luar
kelompoknya yang secara langsung dapat merugikan pihak lain (Zulkarnain, 2013).
Ada banyak jenis fraud, salah satunya adalah fraud yang ada di bidang akuntansi
penilaian-penilaian dan keputusan yang jelas serta tegas bagi mereka yang
1
2
posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (Indonesia, 2016). Laporan
keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi
laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas
kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang
menunjukkan hasil yang baik atau buruk terhadap keuangan. Salah saji yang
material dapat berisiko merugikan bagi pemakai informasi keuangan yang terdapat
sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap
pihak lain). Perbuatan melawan hukum ini dilakukan orang-orang dari dalam atau
fraud ke dalam tiga jenis yaitu penyimpangan atas aset (asset misappropriation),
Menurut Fraud Diamond Theory (Wolfe & Hermanson, 2004) setidaknya ada
Tenggara. Bahkan sudah banyak media massa yang memberitakan berbagai kasus
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
untuk kepentingan pribadi atau orang lain, adapun kolusi adalah permufakatan atau
kerjasama secara melawan hukum antara penyelenggara negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat atau negara, sedangkan nepotisme adalah setiap
universitas (perguruan tinggi negeri) yang terkait dengan universitas yang tidak
diterapkan oleh suatu entitas yang menimbulkan kesalahan pada laporan keuangan
yang disajikan dan penyalahgunaan aset pada entitas tersebut (Bartenputra, 2016).
kecurangan dapat diidentifikasi atau dikenali dengan adanya red flag. Ada 6 red
flag atau indikasi perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan yaitu
living beyond means (gaya hidup yang di luar batas kemampuan), financial
customer (hubungan yang sangat dekat dengan vendor atau pelanggan), control
yang berhubungan atau didasari dengan skema politik). Kecurangan atas aset adalah
kecurangan yang cukup mudah dideteksi namun perlu diwaspadai karena bersifat
rawan dan terlihat secara fisik. Biasanya red flag atau eksposure kecurangannya
ditemukan pada penyalahgunaan aset tetap berupa mobil dinas, atau pengadaan
gedung.
Menurut data IHPS BPK Tahun 2019, akun yang disajikan tidak sesuai pada
laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2018 terbanyak adalah akun
aset tetap yaitu sebesar 31%. Hal ini menandakan bahwa kasus kecurangan yang
paling sering terjadi di sektor pemerintah daerah adalah asset misappropriation atau
penyalahgunaan aset. Sepanjang tahun 2018, terdapat 443 LKPD tercatat opini
wajar tanpa pengecualian (WTP), 86 LKPD wajar dengan pengecualian (WDP) dan
5
13 LKPD diberi opini disclaimer atau tidak memberikan opini. Akan tetapi jika
mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Namun tetap saja kasus
yang paling sering terjadi. Menurut ACFE Indonesia Tahun 2016, sekurang-
adalah kasus tindak pidana korupsi yang menjerat Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) PD. Agrotama Mandiri. Kasus ini terkuak setelah diketahui adanya
transaksi fiktif berupa ekspor ke luar negeri yang menggunakan harga yang tidak
wajar, akibatnya negara dirugikan senilai Rp770 juta. Mantan Bupati Kotawaringin
Barat, U. Iskandar juga diduga kuat sebagai pihak yang bertanggugjawab penuh
atas kasus ini, karena pembentukan struktur organisasi tata kerja yang ditentukan
Barat (https://www.borneonews.co.id/berita/43746-ujang-iskandar-dianggap-
Kamis, 4 Juni 2020). Adapun kasus yang menjerat orang yang sama juga pernah
(https://www.borneonews.co.id/berita/34621-meski-sudah-kembalikan-dana-
2020).
Menurut Peta Opini LKPD IHPS BPK Tahun 2018, tercatat 8 LKPD
akibat opini WDP, khususnya pada Kabupaten Seruyan. Hal ini perlu menjadi
menurut data ACCH KPK Tahun 2018 berdasarkan instansi, prestasi korupsi
114.
7
dengan instansi yang lain, pemerintah daerah/kabupaten atau kota memiliki jumlah
kasus korupsi yang lebih banyak di sepanjang periode 2017 – 2018. Hal ini
Indonesia, yaitu tercatat 178 kasus korupsi terungkap di sepanjang tahun 2016 (Data
korupsi sulit dideteksi dan seakan-akan hal yang lumrah terjadi khususnya di sektor
6,5 triliun akibat kasus korupsi yang terdiri dari penyalahgunaan anggaran, mark-
8
keuangan.
peristiwa, alasan, atau penyebab perilakunya. Teori ini berpendapat bahwa prilaku
(opportunity) dan tekanan (pressure). Hal ini sejalan dengan teori Fraud Diamond
yang dijelaskan dalam Ruankaew (2016), bahwa fraud disebabkan oleh empat
atau SPI berpengaruh negatif secara signifikan terhadap fraud laporan keuangan,
adapun moralitas juga berpengaruh negatif secara signifikan terhadap fraud laporan
2 pihak yang mana salah satu pihak yang melakukan transaksi memiliki informasi
9
yang lebih baik atau lebih banyak dari pihak lainnya. Penelitian Siti Nurlaeliyah &
penelitian Kristi Kemala Putri & Dhini Suryandari (2017) terdapat hasil yang
secara signifikan terhadap fraud trend. Penelitian Didi & Indra Cahya Kusuma
(2017) menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi dan budaya organisasi tidak
kedudukan, serta sumber daya instansi tanpa takut diberhentikan (Didi & Kusuma,
2018). Pada penelitian Rifqi Mirza Zulkarnain (2013) yang dilakukan di Dinas
dipaparkan di atas, dan dari fenomena gap berupa kesenjangan antara harapan
10
laporan keuangan khususnya LKPD yang bebas dari fraud namun justru banyak
peneliti ingin menggali lebih dalam terkait fraud dengan meneliti faktor-faktor yang
masih menimbulkan research gap. Penelitian yang diajukan oleh peneliti menguji
Adapun objek dari penelitian ini adalah pegawai satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) atau dikenal dengan pemerintah daerah yang bekerja di Dinas dan
pemerintah daerah didukung dengan hasil olah data ACCH KPK yang menjelaskan
bahwa kasus fraud yang paling sering terjadi beberapa tahun terakhir adalah di
sangat penting dan perlu perhatian di Indonesia. Berikut ini adalah hasil kajian
diperhatikan karena bersifat melawan hukum dan merugikan pihak lain serta
daerah.
pemerintah dengan baik dan benar. Adapun tekanan internal dapat berasal
dari dalam diri pelaku kecurangan seperti keyakinan dan motif pribadi,
pelaku kecurangan untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar.
di atas, peneliti mengambil ruang lingkup sebagai cakupan bagian yang akan dikaji
dalam penelitian. Adapun cakupan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah kajian tentang faktor-faktor atau penyebab terjadinya fraud atau tindak
kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dinas pemerintah daerah (SKPD) dalam
mediator. Peneliti mengambil data berupa sampel pada pegawai dinas SKPD yang
bekerja di subbagian keuangan pada Dinas dan Badan Organisasi Perangkat Daerah
kecurangan akuntansi?
14
akuntansi?
akuntansi?
kecurangan akuntansi.
kecurangan akuntansi.
15
kecurangan akuntansi.
akuntansi.
bahwa penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi para
pembaca.
keuangan.
akuntansi.
16
berlaku.
yang berbeda dari penelitian sebelumnya adalah ingin melihat variasi hasil
penelitian dan perbedaan yang dihasilkan terkait dengan objek penelitian yang
mana termasuk daerah atau kota yang belum memiliki akses informasi sebaik kota-
kabupaten/daerah dengan jumlah kasus fraud yang cukup banyak serta daerah
dengan reputasi opini BPK yang kurang baik. Dibandingkan dengan tiga penelitian
Nurlaeliyah (2017), penelitian ini lebih berfokus untuk menggali persepsi pegawai
luar pulau Jawa, sedangkan ketiga penelitian terdahulu hanya berfokus pada objek
lingkup luar pulau Jawa ini diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang
dapat menjadi moderator korelasi antara variabel eksogen dengan variabel endogen.
terhadap variabel endogen yang lebih akurat. Fungsi dari variabel moderating
terhadap variabel endogen, agar mampu membuat hasil penelitian yang lebih baru
dan variatif. Perilaku menyimpang adalah sesuatu yang berkaitan dengan benar dan
salah atau asumsi seseorang tentang hukum atau aturan yang tidak boleh dilanggar.
Hal ini tentu berkaitan dengan adanya fenomena terjadinya kecurangan atau fraud,
KAJIAN PUSTAKA
Teori atribusi adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh Fritz Heider.
Atribusi berarti proses penyimpulan motif, maksud, dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada perilakunya yang tampak atau dengan kata lain proses
bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal dan
kekuatan eksternal. Kekuatan internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
cara-cara manusia menilai orang secara berlainan, tergantung pada makna apa yang
berusaha menentukan apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau
eksternal. Pada tahun 1960 sampai tahun 1970, Harold Kelley mengemukakan teori
19
20
dihadapi dan respon yang kita berikan pada peristiwa tersebut bergantung pada
interpretasi yang dipahami tiap individu. Teori yang dikembangkan oleh Harold
eksternal perlu memperhatikan tiga hal, yaitu apakah orang lain bertindak sama
seperti penanggap (konsensus), apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi
yang lain (konsistensi), dan apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain
perilaku mereka kepada orang lain dengan menunjuk dua dimensi, yaitu dimensi
mencari informasi untuk membentuk suatu atribusi. Teori atribusi ini berkaitan erat
dengan perilaku yang dilakukan antara pimpinan dengan bawahan. Setiap perilaku
yang dilakukan oleh pimpinan seperti tindakan maupun keputusan yang diambil
oleh pimpinan atau orang yang diberikan wewenang disebabkan oleh atributi
penyebab. Tindakan atau keputusan yang diambil oleh pimpinan atau bawahan
Proses atribusi pada kasus fraud juga seringkali mengalami attribution error
menangani kasus fraud yang terjadi (Robinson et al., 2012). Teori atribusi
digunakan dalam penelitian ini untuk membantu peneliti pada 3 hal yaitu
terhadap variabel endogen dalam penelitian ini, memahami fenomena yang terjadi
sebab akibat atau hubungan kausalitas bagi individu yang dapat diamati peneliti
secara nyata.
Teori fraud diamond adalah pandangan baru tentang fenomena fraud yang
dikemukakan oleh Wolfe dan Hermason (2004). Teori Fraud diamond merupakan
suatu bentuk penyempurnaan dari teori fraud triangle yang dikemukakan oleh
Cressey pada tahun 1953. Bentuk penyempurnaan teori fraud dari Wolfe dan
sehingga calon pelaku fraud harus memiliki keterampilan dan kemampuan dalam
1. Tekanan (pressure)
melakukan kecurangan.
2. Kesempatan (opportunity)
dalam sebuah sistem yang mana dapat digunakan oleh orang yang
3. Rasionalitas (Rationalization)
tindakan kecurangan yang menjadi dasar pembenaran atas apa yang telah
dilakukan serta untuk mempengaruhi pihak lain untuk menyetujui apa yang
sesuatu yang dapat diterima dan merasa bahwa perilaku kecurangan sepadan
4. Kompetensi (capability)
celah yang dapat menjadi peluang tindakan kecurangan (Indarto & Ghozali,
2016).
digunakan peneliti dalam memahami konsep dasar fraud yang terjadi di sektor
laporan keliru terhadap pihak lain) yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam atau
secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain (ACFE, 2011). Adapun
can be perpetrated for the benefit of or to the detriment of the organization and by
persons outside as well as inside organization. Artinya fraud adalah segala tindakan
ilegal yang dilakukan orang-orang di dalam maupun luar organisasi yang ditandai
dengan menyatakan : penipuan adalah istilah umum, menyangkut semua cara yang
dilakukan dengan kecerdikan manusia untuk dipaksa oleh satu individual, untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih dari yang lain dengan representasi yang tidak
benar. Pengertian fraud sangat luas karena mencakup segala aspek bukan hanya
sebagai suatu kesalahan yang dilakukan secara disengaja berupa penyimpangan dari
(Najahningrum, 2013).
fraud ke dalam beberapa jenis dengan istilah Fraud Tree (Tuanakotta, 2014).
oleh manajemen suatu entitas atau organisasi dalam bentuk salah saji
mencuri atau menggunakan aset milik entitas atau organisasi secara ilegal
dan bersifat menipu. Penyalahgunaan aset dibagi menjadi dua jenis, yaitu
cash dan non-cash. Contoh penyalahgunaan aset dalam bentuk cash adalah
dalam bentuk non-cash adalah misuse atau memakai aset perusahaan secara
3. Corruption (Korupsi)
korupsi. Menurut Susanto (2001), korupsi pada level pemerintahan daerah adalah
membagi jenis-jenis korupsi ke dalam empat jenis yaitu ; korupsi politik berupa
cara-cara ilegal dan teknik lobi yang menyimpang. Terdapat jenis korupsi berupa
clientelism yaitu bentuk pola hubungan atau interaksi secara langganan (Zulkarnain,
2013).
(Najahningrum, 2013), skema fraud dalam APBN dan APBD dari segi pengeluaran
1. Rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, bea cukai, retribusi dan pajak
3. Laporan SPT pajak bulanan maupun tahunan yang tidak sesuai dengan
5. Pembebasan pajak atas bahan baku impor dan ekspor tidak sesuai dengan
berkurang.
9. Penjualan aset pemerintah tidak berdasar harga wajar atau harga pasar.
pemanfaatan tanah negara yang harga sewanya tidak wajar (di bawah harga
pasar).
11. Penerimaan yang seharusnya masuk ke rekening kas negara, namun masuk
negara.
29
untuk komisi.
10. Biaya yang terlalu tinggi pada penunjukkan konsultasi keuangan, akuntan,
12. Biaya restrukturisasi, bantuan likuiditas dan biaya lain-lain yang sejenis
(Fraud)
secara sengaja.
akibat perlakuan yang tidak semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan
catatan atau dokumen palsu dan dapat menyangkut satu atau lebih individu
pada PSAK yang dikeluarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (Kusumastuti, 2012).
Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat
diandalkan, serta dibutuhkan aturan yang baik untuk menjaga keandalan informasi
keuangan di dalamnya. Adapun hal tersebut perlu dijaga dengan baik karena
laporan keuangan berfungsi sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi
entitas. Menurut KBBI, aturan merupakan suatu cara (ketentuan, patokan, petunjuk,
perintah) yang telah diterapkan supaya dituruti atau dilakukan. Adapun menurut
pemerintah.
karena ketidakpatuhan atau ketidaktaatan terhadap aturan akuntansi, di mana hal itu
akan menyebabkan kecurangan pada entitas atau organisasi yang tidak dapat
dideteksi oleh auditor (Faisal, 2013). Oleh karena itu, pegawai keuangan dalam
32
sebuah entitas baik entitas publik atau swasta berpotensi melakukan fraud apabila
sejak awal tidak mematuhi peraturan akuntansi dalam mengelola keuangan suatu
dapat meminimalisir dan mencegah perilaku dengan moralitas yang rendah yang
2019). Peraturan akuntansi yang ditaati oleh setiap pegawai pengelola keuangan
1. Persyaratan Pengungkapan
keuangan yang terdiri atas laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan
keuangan terdiri atas laporan realisasi anggaran, necara, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Laporan kinerja berisi ringkasan tentang
keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-
3. Objektif
laporan kinerja untuk bersikap jujur secara intelektual yang berarti bahwa
transaksi atau peristiwa yang terjadi secara jujur dan disajikan secara wajar
serta bersikap adil atau tidak memihak pada suatu pihak tertentu. Laporan
keuangan harus bebas dari konflik kepentingan suatu pihak tertentu, tidak
informasi keuangan.
tersebut dapat memberikan informasi yang handal dan lebih relevan bagi
yang signfikan atau review atas penyajian laporan keuangan, mungkin akan
dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu
terhadap hukum serta efektivitas dan efisiensi operasi (Mutnuru, 2016). Adapun
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya yang
tiga golongan yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum &
peraturan yang berlaku, dan efektivitas & efisiensi operasi. Pengendalian internal
ini dibuat dalam bentuk sistem yang mencakup seluruh aturan, metode, dan
sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap
36
atas, maka para pengelola keuangan harus menyadari pentingnya keefektifan sistem
pengendalian internal bagi suatu entitas baik entitas publik maupun entitas swasta.
pengendalian internal yang baik dan efektif akan membuat pengawas keuangan atau
otoritas di atasnya dengan mudah menelusuri segala potensi dan risiko yang dapat
antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang
principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent, dan agent
memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan atau organisasi secara
berbeda (P. A. A. Putri & Irwandi, 2017). Karena ketidakselarasan tersebut, agent
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
dan hukum yang berlaku di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat pula
disebut perilaku tidak etis (unethical behavior) merupakan salah satu faktor internal
menjelaskan bahwa perilaku menyimpang sendiri disebabkan oleh dua faktor utama
yaitu faktor individual dan faktor organisasi (Irianto et al., 2012). Faktor individu
berasal dari dalam pelaku kecurangan yang biasanya berupa kontrol diri yang salah,
berasal dari lingkungan pekerjaan yang berupa norma, kode etik organisasi, atau
sebuah entitas dapat menghambat proses mencapai tujuan entitas tersebut karena
jawab moral dan social pada tingkat operasional yang diwakili secara formal oleh
manajemen (Wilopo, 2006). Artinya kedua hal ini saling berkaitan, bahwa suatu
sumber daya organisasi (abuse of resource), dan perilaku yang tidak berbuat apa-
peraturan
akuntansi
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi,
terdapat
pengaruh
mediasi dari
perilaku
menyimpang
terhadap
moralitas
manajemen
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi.
2 Praditasari The Factors SEM Variabel Motivasi
(2018) That Affect Eksogen: negatif dan
Fraudulent Motivasi asimetri
Financial negatif, informasi
Statements of moralitas, berpengaruh
the Local sistem positif secara
Government pengendalian signifikan
internal, terhadap fraud,
asimetri moralitas
informasi. berpengaruh
Variabel negatif secara
Endogen: signifikan
Fraud terhadap fraud,
dan sistem
pengendalian
internal tidak
berpengaruh
terhadap fraud.
3 Putri (2017) The Multiple Variabel Keefektifan
determinants linear eksogen: sistem
of accounting regressio Keefektifan pengendalian
fraud n models sistem internal
tendency pengendalian berpengaruh
internal, negatif
kesesuaian terhadap fraud
kompensasi, tendency,
asimetri kesesuaian
informasi, kompensasi
41
internal
berpengaruh
negatif
terhadap
perilaku tidak
etis
Ketaatan atas
peraturan
akuntansi tidak
berpengaruh
terhadap
perilaku tidak
etis
Kesesuaian
kompensasi
berpengaruh
negatif
terhadap
perilaku tidak
etis
Perilaku tidak
etis
berpengaruh
positif
terhadap KKA
Perilaku tidak
etis tidak
mempengaruhi
hubungan
keefektifan
pengendalian
internal
terhadap KKA
Perilaku tidak
etis tidak
mempengaruhi
hubungan
ketaatan atas
peraturan
akuntansi
terhadap KKA
Perilaku tidak
etis
mempengaruhi
hubungan
kesesuaian
43
kompensasi
terhadap KKA
5 Nurlaeliyah Analysis of Multiple Variabel Keefektifan
(2017) Factors regressio eksogen: sistem
Affecting The n Keefektifan pengendalian
Tendency of analysis sistem internal
Accounting pengendalian berpengaruh
Fraud with An internal, negatif secara
Ethical ketaatan signifikan
Behavior As peraturan terhadap
Intervening akuntansi, kecenderungan
Variable kesesuaian kecurangan
kompensasi, akuntansi,
asimetri ketaatan
informasi peraturan
Variabel akuntansi,
moderating: keseuaian
Perilaku kompensasi,
menyimpang dan asimetri
Variabel informasi tidak
endogen: berpengaruh
kecenderunga terhadap
n kecurangan kecenderungan
akuntansi kecurangan
akuntansi,
perilaku
menyimpang
memoderasi
pengaruh
keefektifan
sistem
pengendalian
internal,
kesesuaian
kompensasi,
dan asimetri
informasi
terhadap
kecenderungan
kecurangan
akuntansi.
6 Ananto Analisis Analisis Variabel 1. Keefektifan
Pratomo, Fraud Regresi eksogen: Pengendalian
dkk (2016) Diamond Bergand Keefektifan Intern
Theory a pengendalian berpengaruh
Terhadap (Multiple internal, negatif
44
organisasi, Dari 12
komitmen hipotesis
organisasi, penelitian yang
posisi dalam diajukan dalam
pekerjaan, penelitian ini,
level hanya 3
penalaran hipotesis
moral, dan
penelitian saja
kompetensi. yang diterima
Variabel sedangkan
endogen: sisanya ditolak
kecenderunga karena
n kecurangan memberikan
(fraud). hasil yang
tidak
signifikan.
8 Dian Analisis Analisis Variabel Asimetri
Mustika, dkk Faktor-faktor Regresi eksogen: informasi tidak
(2016) yang Bergand asimetri berpengaruh
Mempengaru a informasi, terhadap
hi (Multiple penegakan kecenderungan
Kecenderung Regressi peraturan, kecurangan
an on) keefektifan (fraud),
Kecurangan pengendalian Penegakan
(Fraud): internal, peraturan
Persepsi perilaku tidak berpengaruh
Pegawai etis, dan negatif
Dinas kesesuaian terhadap
Kabupaten kompensasi kecenderungan
Way Kanan Variabel kecurangan
Lampung endogen: (fraud),
Kecenderung Keefektifan
an pengendalian
Kecurangan internal tidak
(fraud) berpengaruh
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud),
Perilaku tidak
etis
berpengaruh
positif
terhadap
kecenderungan
kecurangan
46
(fraud), dan
Kesesuaian
kompensasi
tidak
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
kecurangan
(fraud).
9 Adinda Faktor yang Partial Variabel 1. Keefektifan
(2015) mempengaruh Least eksogen : pengendalian
i terjadinya Square Keefektifan internal
Kecurangan pengendalian berpengaruh
(fraud) di internal, negatif
sektor kultur terhadap
Pemerintahan organisasi, kecurangan
Kabupaten kesesuaian 2. Kultur
Klaten kompensasi, organisasi
penegakan berpengaruh
peraturan, negatif
keadilan terhadap
distributif, kecurangan
keadilan 3. Kesesuaian
prosedural, kompensasi
dan komitmen tidak
organisasi. berpengaruh
Variabel terhadap
endogen : kecurangan
Kecurangan 4. Penegakan
(Fraud) peraturan tidak
berpengaruh
terhadap
kecurangan
5. Keadilan
distributif
berpengaruh
positif
terhadap
kecurangan
6. keadilan
prosedural
berpengaruh
negatif
terhadap
kecurangan
47
7. komitmen
organisasi
berpengaruh
negatif
terhadap
kecurangan.
10 Najahningru Analisis Full Variabel Penegakan
m Faktor-Faktor Model eksogen: peraturan
(2013) yang Structura Penegakan berpengaruh
Mempengaru l peraturan, negatif
hi Equation Keefektifan terhadap fraud.
Kecenderung Modellin pengendalian Keefektifan
an g (SEM) internal, pengendalian
Kecurangan dengan asimestri internal
(Fraud): SmartPL informasi,kea berpengaruh
Persepsi S 2.0 di lan negatif
Pegawai distributif, terhadap fraud.
Dinas keadilan Asimetri
Provinsi DIY prosedural, informasi
komitmen berpengaruh
organisasi, positif
budaya etis terhadap
organisasi. fraud.
Variabel Keadilan
endogen: distributif
Kecenderung berpengaruh
an kecurangan negatif
(fraud) terhadap fraud.
Keadilan
procedural
berpengaruh
negatif
terhadap fraud.
Budaya etis
manajemen
berpengaruh
negatif
terhadap fraud.
Komitmen
organisasi
berpengaruh
negatif
terhadap fraud.
Sumber: Rangkuman Riset Terdahulu
48
laporan keuangan di dalam sebuah organisasi. Penegakan dan ketaatan atas standar
pegawai untuk mencari celah agar dapat melakukan tindakan kecurangan. Teori
atribut penyebab yang berasal dari faktor internal berupa perilaku menyimpang.
Menurut Shintadevi (2015), organisasi yang taat dan patuh terhadap segala bentuk
(Noch et al., 2019). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Najahningrum (2013)
melakukan kecurangan. Hal ini ditandai dengan adanya gejala kausalitas yang
berawal dari pembukaan jalan masuk berupa kemampuan dari seorang pegawai
atau insentif dan rasionalisasi menariknya ke dalam jalan masuk tersebut yang
sesuatu yang dapat diterima, oleh karena itu di dalam sebuah instansi perlu adanya
ketaatan pada peraturan akuntansi yang berlaku yaitu sesuai dengan standar
bagian akuntansi yang menjunjung tinggi ketaatan pada peraturan akuntansi akan
organisasi untuk tidak taat pada peraturan akuntansi yang berlaku, dapat
tingkat ketaatan pada peraturan akuntansi dari pegawai dalam organisasi, maka
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ketaatan pada peraturan
50
kecurangan akuntansi.
kecurangan akuntansi
organisasi untuk mengawasi segala bentuk kegiatan di dalamnya agar sesuai dengan
melakukan kecurangan. Hal ini terjadi karena kesempatan atau yang dirasakan oleh
dari faktor internal dan faktor eksternal yang memiliki cakupan sangat luas. Faktor
eksternal dilihat dari dimensi yang tidak dapat dikontrol secara individual namun
bersifat stabil seperti faktor budaya tidak etis dan pengaruh sosial. Faktor internal
dilihat dari sisi dalam yang dapat dikontrol oleh individu namun bersifat tidak stabil
51
seperti faktor emosional, sifat arogan, atau sifat serakah. Sebuah organisasi tidak
bisa mengontrol semua faktor individual tersebut kecuali dengan penerapan sistem
fraud.
akuntansi, dan hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa semakin efektif
dan semakin baik suatu sistem pengendalian internal pada sebuah organisasi maka
organisasi perangkat daerah cenderung lemah dan tidak efektif maka meningkatkan
akuntansi
adanya ketidakselarasan jumlah dan kualitas informasi yang mana informasi dari
pihak internal organisasi lebih memadai daripada informasi yang diterima oleh
suatu keadaan yang bermula dari sikap moral untuk merasionalkan hal-hal yang
dapat saya manfaatkan untuk kepentingan pribadi, karena pihak luar tidak akan
berpikir bahwa asimetri informasi tersebut akan menjadi alasan yang rasional
kondisi, iklim, dan budaya etis di dalam sebuah organisasi yang mana menjadi dasar
pemikiran atas benar dan salah (Kaptein, 2011). Seorang pegawai di dalam sebuah
kecurangan di luar konteks menaati peraturan yang berlaku atau tidak. Teori fraud
Berdasarkan dari logika berpikir, teori dan hasil penelitian terdahulu, dapat
seorang pegawai maka tidak akan mengubah bentuk ketaatannya terhadap peraturan
kecurangan akuntansi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah perilaku
55
atribut-atribut penyebabnya, yang mana dilihat dari perspektif faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang mana
bersifat stabil seperti pengaruh sosial-budaya, tekanan publik dan iklim organisasi.
Adapun faktor internal cenderung tidak stabil dan berasal dari dalam individu
seperti emosi, perilaku, dan keyakinan. Menurut Ruankaew (2016) organisasi hanya
atau kesempatan yang tersedia bagi pelaku kecurangan sehingga membuat dirinya
Yanuar (2017) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang tidak
efektif dalam organisasi tidak dapat menekan tindakan perilaku menyimpang yang
akuntansi.
57
principal dan agent, sehingga agent dalam kasus ini pegawai pengelolaan keuangan
internal organisasi yang memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyak
kecurangan akuntansi.
menjustifikasi bahwa perbuatannya dapat diterima dan tidak menyimpang. Hal ini
sebagai hal yang wajar. Ketika seseorang tidak dapat menjustifikasi perbuatannya
perilaku tidak etis atau perilaku menyimpang dari pegawai dapat mempengaruhi
58
akuntansi.
METODE PENELITIAN
kuantitatif yang mana jenis data yang digunakan adalah data primer. Penelitian ini
pengukuran dan pendekatan secara kuantitatif. Data primer adalah data yang
langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek
kuesioner pada responden. Adapun sumber data penelitian berasal dari pendapat
dan persepsi dari setiap pegawai negeri sipil yang bekerja pada Dinas Pemerintah
menggunakan metode analisis Partial Least Square (PLS) dengan alat analisis
SmartPLS.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai tetap yang bekerja di
yang ditetapkan sebagai sampel oleh peneliti adalah pegawai satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) atau organisasi perangkat daerah (OPD) yang bekerja pada
61
62
orang. Adapun daftar instansi dinas atau organisasi perangkat daerah (OPD) yang
1. Dinas Kesehatan
5. Dinas Sosial
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh sampel. Apabila subjek penelitian kurang dari 100 subjek,
maka penentuan besarnya sampel adalah sebanyak 100 sampel dan penelitiannya
penelitian berjumah banyak dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua sampel
yang ada dalam populasi. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah teknik
informasi dan elemen populasi yang tersedia saat dilakukannya penelitian untuk
Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah karena dasar dari asumsi
metode analisis Partial Least Square (PLS) yang tidak memerlukan sampel yang
besar dan kompleks, keterbatasan jumlah pegawai yang dapat ditemui serta sulitnya
Proporsi sampel atau responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 10
sampel dari tiap OPD Kabupaten Kotawaringin Barat, oleh karena itu peneliti
karena OPD tersebut merupakan objek uji pilot. Setiap 10 sampel mewakili
dilakukan secara langsung (offline) dan secara dalam jaringan (online) melalui
google form.
dari beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan yaitu metode
data. Menurut Bungin (2005) metode angket atau kuesioner merupakan serangkaian
atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian disebar untuk diisi
oleh responden. Penelitian ini menyebarkan angket atau kuesioner kepada pegawai
disertai sejumlah alternatif jawaban yang sudah disediakan dengan tanda checklist
pada jawaban yang telah disediakan. Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk
mengukur persepsi dari setiap responden. Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pertanyaan negatif yang diberi skor 1, 2, 3, 4, 5. Alasan peneliti
dengan desain dan pendekatan penelitian berupa hypothesis testing study melalui
2. = tidak setuju
3. = netral
4. = setuju
5. = sangat setuju
menggunakan indikator:
b. Disiplin kerja
c. Pelaksanaan tugas
d. Tanggung jawab
a. Lingkungan pengendalian
b. Penaksiran resiko
c. Aktivitas pengendalian
e. Pemantauan
perusahaan.
diukur menggunakan skala likert 1-5, dimana (1) sangat tidak setuju sampai (5)
b. Penyalahgunaan aset
c. Korupsi
resources), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no action) (Tang, et al 2003
setuju) sampai 5 (sangat setuju). Variabel perilaku tidak etis di ukur dengan
indikator yang dikembangkan oleh Robinson (1995) dalam Wilopo (2006) sebagai
berikut:
resources)
Uji coba instrumen penelitian adalah bagian dari metode penelitian dengan
variabel dalam kuesioner. Fungsi uji pilot adalah untuk menguji kelayakan
disebar pada sampel yang sebenarnya (Mulia dkk, 2008). Pada penelitian ini, uji
kepada calon responden di salah satu dinas di kabupaten Kotawaringin Barat yaitu
Dinas Kesehatan.
data angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas
mengenai keadaan, peristiwa, atau gejala tertentu sehingga dapat ditarik pengertian
angka maksimal, minimal, mean, dan standar deviasi yang diperoleh dari hasil
sederhana.
1. Rentang
2. Banyaknya kelas
Jumlah kelas dalam penelitian ini adalah 5 kelas, sesuai dengan jumlah skala
3. Panjangnya kelas
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔+1 (45−5)+1
P = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠, maka P = = 7,4 dibulatkan menjadi 8.
5
adalah 8.
3 24 – 30,99 Cukup
1. Rentang
2. Banyaknya kelas
Jumlah kelas dalam penelitian ini adalah 5 kelas, sesuai dengan jumlah skala
3. Panjangnya kelas
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔+1 (25−5)+1
P= , maka P = = 4,2 dibulatkan menjadi 5.
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 5
5.
4 18 – 22,99 Taat
1. Rentang
2. Banyaknya kelas
Jumlah kelas dalam penelitian ini adalah 5 kelas, sesuai dengan jumlah skala
3. Panjangnya kelas
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔+1 (25−5)+1
P= , maka P = = 4,2 dibulatkan menjadi 5.
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 5
adalah 5.
4 18 – 22,99 Efektif
1. Rentang
2. Banyaknya kelas
Jumlah kelas dalam penelitian ini adalah 5 kelas, sesuai dengan jumlah skala
3. Panjangnya kelas
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔+1 (25−5)+1
P= , maka P = = 4,2 dibulatkan menjadi 5.
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 5
4 18 – 22,99 Asimetris
1. Rentang
2. Banyaknya kelas
Jumlah kelas dalam penelitian ini adalah 5 kelas, sesuai dengan jumlah skala
3. Panjangnya kelas
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔+1 (25−5)+1
P= , maka P = = 4,2 dibulatkan menjadi 5.
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 5
4 18 – 22,99 Menyimpang
Pengujian validitas digunakan untuk menilai sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid atau dapat diandalkan jika pertanyaan
kuesioner tersebut. Uji validitas dalam metode analisis partial least square
dilakukan dengan melihat nilai evaluasi dari measurement model berupa convergent
validity terdapat 2 tahap evaluasi, yaitu evaluasi nilai loading factor dan evaluasi
pengukur variable atau konstruk laten, batas nilai loading factor yang dapat
diterima adalah lebih dari 0,7. Average variance extracted atau AVE menunjukkan
nilai setiap variabel yang telah diukur oleh indikator. Adapun batas nilai AVE yang
dapat diterima dalam metode analisis partial least square adalah lebih dari 0,5.
Adapun dalam evaluasi discriminant validity sendiri terdiri dari 2 tahap evauasi,
yaitu evaluasi Fornell Larcker Criterion dan evaluasi nilai cross loading.
mengukur suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2014). Uji reabilitas dilakukan dengan metode evaluasi
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah Structural
Equation Model (SEM) berbentuk Partial Least Square (PLS). Partial Least Square
adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian
(variance). SEM adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola
hubungan konstruk laten dan indikatornya, konstruk laten yang satu dengan yang
lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung (Hair et al, 1995 dalam Yamin
dan Kurniawan, 2009:3). Begitu pula yang dikemukakan oleh Bollen (1989) dalam
(Ghozali, 2014) bahwa tidak seperti analisis multivariate biasa (regresi berganda,
atau analisis faktor), SEM dapat menguji model struktural secara bersamaan yaitu
melalui hubungan antara konstruk eksogen dan endogen. Selain pengujian model
2. Outer model yang menilai hubungan antara variabel laten dengan indikator atau
variabel manifest-nya.
3. Weight relation menilai estimasi kasus atau kesalahan dari variabel laten.
plausible (masuk akal) atau fit dan untuk menguji berbagai hipotesis yang telah
lain dari SEM berbasis covariance. SEM yang berbasis covariance pada umumnya
hanya menguji kausalitas atau teori, sedangkan PLS adalah bentuk SEM yang lebih
bersifat predictive model. SEM berbasis variance dapat digunakan dalam penelitian
berfokus pada data dengan prosedur estimasi yang terbatas. Adapun alasan peneliti
yang powerful, dan tidak didasarkan pada banyak asumsi. Menurut Wold (1985)
dalam (Ghozali, 2014), data yang digunakan dalam penelitian menggunakan PLS
tidak harus berdistribusi normal multivariate dan indikator dengan skala kategori,
ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama, sampel yang
asumsi distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk
hubungan antar variabel laten sehingga dalam rangka penelitian berbasis prediksi,
PLS lebih cocok digunakan untuk menganalisis data. PLS dapat sekaligus
menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif. Hal
ini tidak dapat dilakukan oleh SEM yang berbasis kovarian karena framework
penelitian akan menjadi unidentified model. Terdapat 2 model yang harus dianalisis
Tahap pertama dalam analisis partial least square dengan alat uji
valid jika berkorelasi dengan nilai lebih dari 0.70 terhadap konstruk yang
memiliki nilai loading factor 0.50 maka dianggap cukup memadai (Chin,
dengan konstruk lainnya dalam model. Nilai AVE setiap konstruk lebih
besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam
harus lebih besar dari 0,50 agar component score dapat dinilai memadai
(Ghozali, 2014).
Apabila semua indikator telah terukur dengan baik dan lulus uji,
cronbach’s alpha dan composite reliability lebih besar dari 0.6 maka dapat
maka semakin reliabel alat ukur tersebut (Yamin dan Kurniawan, 2009:8).
Apabila semua asesmen pada tahap ini telah terukur dan lulus uji, maka
melihat hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan nilai R-square dari
geisser Q-square test uji t-statistik, menilai model fit serta signifikansi dari
pengaruh substantif.
80
predictive relevance atau nilai observasi yang kurang baik (Ghozali, 2014).
dan T-stasistic diatas nilai T-tabel untuk p < 0.10; p < 0.50; dan p < 0.01.
Indikator yang memiliki nilai dibawah ketentuan tersebut harus didrop dari
2. Melihat nilai inner weight dari hubungan antar variabel laten. Nilai
weight dari hubungan tersebut harus menunjukan arah positif dengan nilai
T-statistic diatas T-tabel untuk p < 0.10; p < 0.50; dan p < 0.01.
81
3. Hipotesis alternatif (Ha) diterima jika nilai weight dari hubungan antar
tabel untuk p < 0.10; p < 0.50; dan p < 0.01. Sebaliknya, Ha ditolak jika
nilai weight dari hubungan antar variabel menunjukan arah negatif dan nilai
Tstasistic dibawah nilai T-tabel untuk p < 0.10; p < 0.50; dan p < 0.01.
4. Nilai t-tabel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,645
sebagai nilai cut off untuk penerimaan atau penolakan hipotesis yang
diajukan.
dengan asesmen uji model fit dan uji outer model. Apabila nilai koefisien yang
dihasilkan dari pengujian pada model pengukuran memenuhi syarat, maka dapat
disimpulkan bahwa model yang dibangun sudah sesuai dengan hipotesis penelitian.
BAB IV
(OPD) yang bekerja pada subbagian keuangan, pegawai kuasa pengguna anggaran
(KPA), dan pejabat pengelola teknis kegiatan (PPTK) pada organisasi perangkat
bulan September 2020. Jumlah kuesioner yang disebar adalah 200 kuesioner yang
ditujukan kepada pegawai yang bekerja pada subbagian keuangan, pegawai kuasa
Jumlah kuesioner yang kembali adalah 122 kuesioner dan kuesioner dengan
respon yang memenuhi syarat adalah 113 kuesioner. Hasil pengumpulan data
82
83
yang disebar adalah 200 kuesioner (100%). Berdasarkan 200 kuesioner tersebut,
terdapat 78 kuesioner (39%) yang tidak direspon oleh sampel dan kuesioner yang
kembali dan direspon adalah 122 kuesioner (61%). Adapun dari 122 kuesioner yang
telah direspon, terdapat 9 kuesioner yang tidak memenuhi syarat dengan missing
value sebanyak 11 data. Oleh karena itu kuesioner yang memenuhi syarat dan diolah
dalam aplikasi SmartPLS adalah 113 kuesioner (56,5%). Tabel 4.1 berikut ini
adalah data demografi responden yang terdiri dari data umur, masa kerja, jabatan
didominasi oleh pegawai OPD yang berumur 31 tahun sampai 40 tahun yaitu
sebanyak 42 responden atau sebesar 37,16% dari seluruh responden, dengan masa
kerja yang cukup lama yaitu selama 21-30 tahun sebanyak 54 responden atau
85
pegawai OPD yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan,
kecurangan akuntansi. Adapun jumlah pegawai OPD yang memiliki masa kerja
selama 1-10 tahun adalah 20 responden atau sebesar 17,69% dari seluruh
responden.
Responden dalam penelitian ini juga didominasi oleh pegawai OPD dengan
jabatan staf pada subbagian keuangan yaitu sebanyak 59 responden atau sebesar
52,21% dari seluruh responden. Responden lainnya terdiri dari pegawai pengguna
anggaran dalam OPD yaitu kabid sebanyak 6 responden atau sebesar 5,30% dari
seluruh responden, kasi sebanyak 21 responden atau sebesar 18,58% dari seluruh
populasi, dan pegawai KPA sebanyak 5 orang atau sebesar 4,42%. Adapun sisanya
adalah responden yang berasal dari pejabat pengelola teknis kegiatan sebanyak 8
responden atau sebesar 7,07% dan kasubbag sebanyak 14 responden atau sebesar
12,38% dari seluruh responden. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata pegawai OPD
yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pegawai yang cukup berkaitan
D2, D3, S1, dan S2. Responden didominasi oleh pegawai OPD dengan pendidikan
atau sebesar 20,35% dari seluruh responden, S2 sebanyak 11 responden atau sebesar
responden.
berasal dari item pertanyaan pada instrumen penelitian berupa kuesioner yang telah
disebarkan kepada responden dalam penelitian ini. Tabel 4.2 di bawah ini
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa standar deviasi sebesar
2,93 lebih kecil dari mean. Artinya, nilai sampel dominan terletak di sekitar rata-
rata hitung sebesar 22,02. Berdasarkan tabel 3.2, maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi ketaatan pada peraturan akuntansi dalam penelitian ini termasuk dalam
kategori 4 yaitu kategori taat karena berada dalam interval 18-22,99. Dapat
Barat menyatakan bahwa mereka sudah taat terhadap peraturan akuntansi yang
peraturan akuntansi bernilai -2,83 yang berarti bahwa sebagian besar distribusi data
berada di nilai tinggi. Artinya, bentuk kurva yang menggambarkan distribusi data
Adapun nilai kurtosis atau derajat keruncingan distribusi data pada variabel
ketaatan pada peraturan akuntansi bernilai 15,65 yang berarti bahwa data pada
ini cenderung menjawab item pertanyaan terkait variabel ketaatan pada peraturan
akuntansi di nilai atau skor 4 yaitu setuju. Tabel 4.2 berikut ini adalah distribusi
kuesioner yang kembali atau sebanyak 46,90% dari seluruh responden menyatakan
dan berperpsepsi bahwa pegawai pada OPD Kabupaten Kotawaringin Barat sudah
daerah, yang mana data tersebut berada pada interval 18-22,99. Adapun 59
responden atau 52,21% dari seluruh responden menyatakan bahwa mereka sangat
OPD di Kabupaten Kotawaringin Barat tidak taat pada peraturan akuntansi dalam
yaitu indikator KSPI, KSPI2, KSPI3, KSPI4, dan KSPI5. Masing-masing indikator
berasal dari item pertanyaan pada instrumen penelitian berupa kuesioner yang telah
disebarkan kepada responden dalam penelitian ini. Tabel 4.3 di bawah ini
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa standar deviasi sebesar
3,11 lebih kecil dari mean. Artinya, nilai sampel dominan terletak di sekitar rata-
rata hitung sebesar 21,42. Berdasarkan tabel 3.3, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam kategori 4 yaitu kategori efektif karena berada dalam interval 18-22,99.
pengendalian internal bernilai -1,37 yang berarti bahwa sebagian besar distribusi
data berada di nilai tinggi. Artinya, bentuk kurva yang menggambarkan distribusi
kanan. Hal ini berarti bahwa data pada variabel keefektifan sistem pengendalian
internal bersifat hampir simetris atau hampir normal. Adapun nilai kurtosis atau
internal bernilai 6,75 yang berarti bahwa data pada variabel keefektifan sistem
Dapat disimpulkan bahwa responden pada penelitian ini cenderung menjawab item
skor 4 yaitu setuju. Adapun tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi
Internal
kuesioner yang kembali atau sebanyak 59,29% dari seluruh responden menyatakan
dan berperpsepsi bahwa sistem pengendalian internal yang diterapkan dalam OPD
pada interval 18-22,99. Adapun 36 responden dari 113 kuesioner yang kembali atau
yang diterapkan pada OPD Kabupaten Kotawaringin Barat sudah sangat efektif
akuntansi.
Variabel asimetri informasi memiliki lima indikator yaitu indikator AI, AI2,
AI3, AI4, dan AI5. Masing-masing indikator berasal dari item pertanyaan pada
dalam penelitian ini. Tabel 4.4 di bawah ini menunjukkan data statistik deskripsi
variabel asimetri informasi yang telah diolah melalui alat analisis SmartPLS 3.0.
92
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa standar deviasi sebesar
5,35 lebih kecil dari mean. Artinya, nilai sampel dominan terletak di sekitar rata-
rata hitung sebesar 16,49. Berdasarkan tabel 3.4, maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi asimetri informasi dalam penelitian ini termasuk dalam kategori 3 yaitu
kategori cukup asimetris karena berada dalam interval 13-17,99. Dapat disimpulkan
asimetris.
bernilai 0 yang berarti bahwa data terdistribusi secara merata. Artinya, bentuk kurva
yang menggambarkan distribusi data pada variabel asimetri informasi simetris tidak
miring ke kiri atau ke kanan. Hal ini berarti bahwa data pada variabel keefektifan
sistem pengendalian internal bersifat simetris atau normal. Adapun nilai kurtosis
atau derajat keruncingan distribusi data pada variabel asimetri informasi bernilai
3,60 yang berarti bahwa data pada variabel asimetri informasi bersifat runcing dan
informasi secara merata. Adapun tabel 4.4 di bawah ini menunjukkan distribusi
Asimetri Informasi
No. Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1 23-27,99 6 5,30% Sangat Asimetris
2 18-22,99 54 47,78% Asimetris
3 13-17,99 8 7,07% Cukup Asimetris
4 8-12,99 41 36,28% Tidak Asimetris
5 3-7,99 4 3,53% Sangat Tidak Asimetris
Jumlah 113 100%
Rata-Rata 16,49
Kriteria Cukup Asimetris
kuesioner yang kembali atau sebanyak 47,78% dari seluruh responden menyatakan
asimetris, yang mana data tersebut berada pada interval 18-22,99. Sebanyak 6
pihak internal OPD dengan pihak eksternal yang memakain informasi keuangan.
Adapun 41 responden dari 113 kuesioner yang kembali atau 36,28% dari seluruh
OPD di Kabupaten Kotawaringin Barat terbebas dari asimetri informasi, yang mana
mereka berpendapat bahwa tidak ada ketimpangan informasi antara pihak internal
PM2, PM3, PM4, dan PM5. Masing-masing indikator berasal dari item pertanyaan
responden dalam penelitian ini. Tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan data statistik
deskripsi variabel perilaku menyimpang yang telah diolah melalui alat analisis
SmartPLS 3.0.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa standar deviasi sebesar
3,28 lebih kecil dari mean. Artinya, nilai sampel dominan terletak di sekitar rata-
rata hitung sebesar 8,00. Berdasarkan tabel 3.5, maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi perilaku menyimpang dalam penelitian ini termasuk dalam kategori 2 yaitu
95
bernilai 1,98 yang berarti bahwa sebagian besar distribusi data berada di nilai
rendah. Artinya, bentuk kurva yang menggambarkan distribusi data pada variabel
perilaku menyimpang cenderung miring ke kiri. Hal ini berarti bahwa data pada
Adapun nilai kurtosis atau derajat keruncingan distribusi data pada variabel perilaku
menyimpang bernilai 6,53 yang berarti bahwa data pada variabel perilaku
pertanyaan terkait variabel perilaku menyimpang di nilai atau skor 2 yaitu tidak
setuju. Tabel 4.5 berikut ini menunjukkan distribusi frekuensi variabel perilaku
menyimpang
Perilaku Menyimpang
No. Interval Frekuensi Persentase Kriteria
1 23-27,99 Sangat Menyimpang
2 18-22,99 2 1,76% Menyimpang
3 13-17,99 7 6,19% Cukup Menyimpang
4 8-12,99 52 46,01% Tidak Menyimpang
5 3-7,99 52 46,01% Sangat Tidak Menyimpang
Jumlah 113 100%
Rata-
8
Rata
Kriteria Tidak Menyimpang
96
113 kuesioner yang kembali atau 46,01% responden dari seluruh responden
yaitu indikator KKA, KKA2, KKA3, KKA4, KKA5, KKA6, KKA7, KKA8, dan
penelitian ini. Tabel 4.6 di bawah ini menunjukkan data statistik deskripsi variabel
SmartPLS 3.0.
97
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa standar deviasi sebesar
6,29 lebih kecil dari mean. Artinya, nilai sampel dominan terletak di sekitar rata-
rata hitung sebesar 14,85. Berdasarkan tabel 3.1, maka dapat disimpulkan bahwa
kategori 1 yaitu kategori sangat jarang terjadi karena berada dalam interval 9-16,99.
bernilai 6,86 yang berarti bahwa sebagian besar distribusi data berada di nilai
rendah. Artinya, bentuk kurva yang menggambarkan distribusi data pada variabel
simetris atau tidak normal. Adapun nilai kurtosis atau derajat keruncingan distribusi
98
data pada variabel kecenderungan kecurangan akuntansi bernilai 11,04 yang berarti
bahwa data pada variabel kecenderungan kecurangan akuntansi bersifat runcing dan
menyimpang di nilai atau skor 2 yaitu tidak setuju. Adapun tabel 4.6 di bawah ini
Akuntansi
113 kuesioner yang kembali atau sebanyak 46,01% responden dari seluruh
terjadi di dalam OPD Kabupaten Kotawaringin Barat, yang mana berada dalam
Barat.
Penilaian dalam metode analisis PLS bagian luar atau outer model terdiri
dengan melihat hasil evaluasi dari dua komponen, yaitu outer loadng atau factor
merepresentasikan nilai yang dimiliki oleh setiap indikator reflektif atau indicator
pengukur variabel. Nilai dari masing-masing evaluasi didapatkan dari setiap item
score atau component score berdasarkan algoritma dari SmartPLS. Score masing-
digunakan dalam penelitian. Adapun nilai atau score minimal dari setiap indikator
yang ditampilkan dalam nilai Outer Loading atau Factor Loading adalah 0,7.
Namun untuk penelitian tahap awal, score sebesar 0,5 dianggap cukup memadai
(Ghozali, 2014).
Komponen kedua dalam uji convergent validiy adalah AVE, yang mana
merepresentasikan nilai atau score yang dimiliki setiap variabel. Nilai minimal
100
AVE yang merepresentasikan score variabel yang baik adalah 0,5. Tabel 4.7 di
reflektif variabel yang didrop atau dihapus. Indikator variabel KKA7, PM3, PM1,
dan KPPA5 didrop supaya memenuhi syarat outer loading dan menghasilkan nilai
yg memberikan bobot variabel yang valid. Adapun tabel 4.8 di bawah ini
memiliki nilai AVE lebih dari 0. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
Pada uji discriminant validiy, data penelitian dievaluasi melalui nilai fornell
larcker criterion dan nilai cross loading. Nilai fornell larcker criterion
merepresentasikan korelasi antara variabel yang satu dengan variabel yang lain,
sedangkan nilai cross loading adalah representasi dari korelasi dari setiap indikator
terhadap variabel. Tabel 4.9 dan tabel 4.10 di bawah ini menunjukkan pengujian
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa nilai atau skor asesmen
yang dihasilkan dari masing-masing variabel terhadap variabel yang sama memiliki
skor yang lebih besar dari skor yang dihasilkan variabel tersebut terhadap variabel
lain. Nilai atau skor variabel asimetri informasi atau AI memiliki skor asesmen
terhadap variabel AI sendiri sebesar 0,872, yang mana skor ini lebih besar dari skor
yang lain, masing-masing skor asesmen yang dihasilkan terhadap variabel itu
sendiri memiliki nilai atau skor yang lebih besar daripada skor yang dihasilkan
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa nilai cross atau nilai
variabelnya memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai masing-masing indikator
nilai terhadap variabel AI yang lebih besar daripada nilai indikator AI sampai AI5
terhadap variabel KPPA, KSPI, PM, dan KKA. Begitu pula dengan indikator dari
variabelnya lebih besar daripada nilai yang diberikan indikator tersebut terhadap
Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua variabel yang
diteliti lolos uji discriminant validity sesuai dengan kriteria penelitian. Semua
variabel memiliki nilai Fornell Larcker yang lebih besar ke masing-masing variabel
daripada nilai korelasi yang dihasilkan untuk variabel yang lain. Adapun semua
indikator reflektif variabel penelitian juga menghasilkan nilai cross loading untuk
masing-masing variabelnya lebih besar daripada nilai loading yang dihasilkan pada
penelitian ini apabila digunakan di waktu yang akan datang. Adapun tabel 4.11 di
105
algoritma SmartPLS.
penelitian yang diteliti memiliki nilai Cronbach’s Alpha di atas 0,7 sesuai kriteria
penelitian. Begitu juga dengan nilai composite reliability yang menunjukkan hasil
cukup memuaskan yaitu berada di atas 0,7. Dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian yang digunakan lolos uji reliabilitas dan dapat digunakan dari waktu ke
pengaruh atau korelasi dari variabel eksogen terhadap variabel endogen, menilai
kecocokan model dengan kondisi di lapangan serta menguji teori dan hipotesis yang
106
telah disusun. Uji model struktural terdiri dari lima bagian, yaitu r-square, path
Pada tahap ini alat pengambilan data yang digunakan sudah dianggap valid
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa nilai r-square variabel
memiliki nilai 0,505. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variasi dari variabel
eksogen terhadap variabel endogen pada penelitian ini adalah sebesar 50%.
dipengaruhi atau divariasikan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian
107
ini, seperti keadilan struktural, budaya organisasi, kepatuhan organisasi dan lain
sebagainya.
Uji path coefficient digunakan untuk menguji arah hubungan antara variabel
eksogen dengan variabel endogen. Arah korelasi atau pengaruh dari setiap variabel
akan menunjukkan angka dari -1 sampai 1. Nilai uji path coefficient yang
algoritma PLS.
(variabel KPPA, variabel KSPI, dan variabel AI) terhadap variabel endogen
(variabel KKA), dan hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel moderator
negatif. Adapun variabel KPPA berpengaruh negatif terhadap variabel KKA dan
variabel KPPA menjadi positif terhadap variabel KKA. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat partial moderating effect dalam model penelitian ini, yaitu ketika variabel
moderator (variabel PM) mengubah pengaruh dari variabel AI terhadap KKA yang
endogen dikatakan signifikan apabila nilai t-statistic yang dihasilkan lebih dari
1,96. Adapun hasil uji ini juga berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan dari
hipotesis yang telah diajukan, batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang
diajukan adalah 1,65922 untuk p < 0.05; 1,98238 untuk p<0.01. Tabel 4.14 di
atau korelasi dengan arah positif dan negatif dari masing-masing variabel dalam
110
KKA, variabel KPPA melalui PM terhadap KKA, variabel KSPI terhadap KKA,
ada 2 hubungan yang memiliki nilai t-statistic lebih dari batas signifikansi 1,96
yaitu variabel AI terhadap KKA dengan nilai t-statistic sebesar 2,738 dan variabel
yang lain memiliki arah hubungan yang negatif dan terdapat hubungan dengan nilai
t-statistic lebih dari batas signifikansi 1,96, yaitu variabel KPPA terhadap PM
Uji ini digunakan untuk mengukur nilai observasi atau seberapa layak
observasi data yang ditempuh oleh peneliti apabilai digunakan dalam penelitian
et. Al. (2017) nilai Q2 yang merepresentasikan nilai observasi yang baik adalah di
atas 0, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki nilai observasi yang
baik.
Uji ini digunakan untuk mengukur kelayakan model yang dibangun dengan
melihat nilai persentase model fit yang dihasilkan dari algoritma smartPLS. Tabel
4.16 berikut ini menunjukkan hasil pengujian model fit menggunakan algoritma
PLS.
Berdasarkan tabel di atas, model pada penelitian ini memiliki nilai NFI
sebesar 0,715. Nilai 0,715 dapat direpresentasikan sebagai tingkat kelayakan model
sebesar 74%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara model
penelitian yang disusun dengan data yang diobservasi. Adapun model penelitian
cukup baik apabila digunakan di daerah lain atau dalam penelitian selanjutnya.
112
Structural equation model atau SEM adalah metode analisis utama dalam
penelitian ini. Pengujian SEM berbasis varian dengan PLS dilakukan menggunakan
alat analisis SmartPLS. Gambar berikut ini menyajikan hasil pengujian SEM
ditunjukkan pada gambar di atas, terdapat 4 indikator yang yang mempunyai nilai
outer loading rendah. Indikator variabel ketaatan pada peraturan akuntansi kelima
atau KPPA5, indikator variabel perilaku menyimpang PM1 & PM2, dan indikator
loading atau outer loading di bawah 0,7 sehingga perlu didrop atau dihapus agar
model penelitian memenuhi kriteria evaluasi outer model dan inner model-nya.
113
statistic, predictive relevance dan model fit. Adapun untuk menguji hubungan atau
pengaruh antara variabel eksogen dengan variabel endogen adalah dengan melihat
nilai dari uji path coefficient dan nilai T-statistic. Uji path coefficient digunakan
untuk menguji arah hubungan antara variabel eksogen dengan variabel endogen.
Arah korelasi atau pengaruh dari setiap variabel akan menunjukkan angka dari -1
endogen dikatakan signifikan apabila nilai t-statistic yang dihasilkan lebih dari
1,96. Adapun hasil uji ini juga berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan dari
hipotesis yang telah diajukan, batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang
diajukan adalah 1,65922 untuk p<0.05; 1,98238 untuk p<0.01. Untuk penelitian ini,
peneliti menetapkan p sebesar 0,05. Tabel 4.17 berikut ini menunjukkan hasil
akuntansi.
uji path coefficients dan uji t-statistic sesuai gambar di atas, hubungan antara
sebesar -0,097 dengan nilai t-statistic 0,939 di bawah nilai atau batas signifikansi
1,96. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang signifikan antara
akuntansi pada objek penelitian. Dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti
115
bahwa semakin tinggi tingkat ketaatan pegawai atau ASN pada OPD di Kabupaten
kecurangan akuntansi.
SmartPLS melalui prosedur uji path coefficient dan uji t-statistic sesuai gambar di
akuntansi di instansi dinas pemerintahan atau OPD. Hal itu dikarenakan nilai
memiliki nilai koefisien parameter sebesar 0,107 dan nilai t-statistic sebesar 0,925
yang berada di bawah batas nilai signifikansi 1,96. Dapat disimpulkan bahwa H2
ditolak yang berarti bahwa semakin efektif sistem pengendalian internal suatu
kecurangan akuntansi.
116
di instansi dinas pemerintahan daerah atau OPD. Berdasarkan hasil pengujian inner
model menggunakan SmartPLS melalui prosedur uji path coefficient dan uji t-
akuntansi di instansi dinas pemerintahan atau OPD. Hal itu dikarenakan nilai
nilai koefisien parameter sebesar 0,209 dan nilai t-statistic sebesar 2,738 yang
berada di atas batas nilai signifikansi 1,96. Dapat disimpulkan bahwa H3 diterima
yang berarti bahwa semakin rendah persepsi asimetri informasi pegawai instansi
akuntansi.
117
dari perilaku pegawai yang menyimpang terhadap korelasi atau hubungan antara
uji path coefficient dan uji t-statistic sesuai gambar di atas dapat diketahui bahwa
antara variabel KPPA, variabel PM dan variabel KKA memiliki nilai koefisien
parameter sebesar 0,133 dan nilai t-statistic sebesar 1,450 yang berada di bawah
batas nilai signifikansi 1,96. Dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak yang berarti
bahwa perilaku menyimpang tidak bisa memoderasi hubungan antara ketaatan pada
uji path coefficient dan uji t-statistic sesuai gambar di atas dapat diketahui bahwa
antara variabel KSPI, variabel PM dan variabel KKA memiliki nilai koefisien
parameter sebesar -0,140 dan nilai t-statistic sebesar 1,476 yang berada di bawah
batas nilai signifikansi 1,96. Dapat disimpulkan bahwa H5 ditolak yang berarti
bahwa perilaku pegawai instansi pemerintahan atau OPD yang menyimpang tidak
kecurangan akuntansi.
dari perilaku pegawai yang menyimpang terhadap korelasi atau hubungan antara
hasil pengujian inner model menggunakan SmartPLS melalui prosedur uji path
coefficient dan uji t-statistic sesuai gambar di atas dapat diketahui bahwa perilaku
Hal itu dikarenakan nilai koefisien parameter hubungan antara variabel AI, variabel
PM dan variabel KKA memiliki nilai koefisien parameter sebesar -0,080 dan nilai
t-statistic sebesar 1,049 yang berada di bawah batas nilai signifikansi 1,96. Dapat
pemerintahan atau OPD yang menyimpang tidak bisa memoderasi hubungan antara
4.4 Pembahasan
permasalahan penelitian dan hipotesis penelitian, maka ada beberapa hal yang perlu
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ketaatan
OPD mengenai ketaatan pada paraturan akuntansi yang berlaku untuk sektor
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketaatan pada peraturan akuntansi tidak
tekanan, rasionalisasi, dan kemampuan. Secara garis besar teori fraud diamond
mengetahui jalan masuk menuju kecurangan tersebut yang mana menjadi sebuah
121
ini dapat dikatakan menjadi penentu berhasil atau tidaknya proses seseorang
akuntansi dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi internal-eksternal sebagai sumber
kausalitas dan dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas (Weiner, 2010).
berasal dari adanya ketidaktaatan pada peraturan akuntansi yang disebabkan karena
dapat berupa lingkungan pekerjaan, norma, dan kode etik kepegawaian. Adapun
tindakan kecurangan.
Hal ini disebabkan karena dengan adanya ketaatan pada peraturan akuntansi, iklim
dan pola perilaku yang ada di dalam organisasi cenderung lebih bermoral
segi institusional atau organisasi yang mana ketika sebuah organisasi tidak
122
kecurangan akuntansi.
melakukan fraud adalah tekanan. Tekanan tersebut bisa berasal dari dalam individu
itu sendiri ataupun dari luar. Oleh karena itu walaupun seorang pegawai dengan
perilaku yang baik dan taat terhadap peraturan akuntansi, apabila dihadapkan
dengan tekanan yang sulit seperti dorongan, paksaan, ancaman ataupun motivasi
yang kuat dapat menyebabkan pegawai tersebut tetap melakukan fraud. Pelaku
Namun faktor capability tidak mendukung pada organisasi perangkat daerah karena
tersebut. Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa dengan adanya pegawai OPD
yang taat pada peraturan dan standar akuntansi dalam membuat laporan keuangan
123
melakukan fraud. Secara garis besar, reasoning peneliti dalam hasil penelitian ini
adalah karena adanya faktor lain berupa tekanan eksternal yang menyebabkan
calon pelaku kecurangan dalam menguasai faktor capability untuk mencari celah
pegawai tentang keefektifan sistem pengendalian internal yang ada di dalam suatu
Di dalam teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat dua faktor utama yang
menyebabkan seseorang melakukan fraud yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari dalam individu seperti perasaan, emosi dan motivasi
124
(Robinson et al., 2012). Adapun faktor eksternal berasal dari cakupan yang lebih
luas yaitu lingkungan luar individu seperti lingkungan organisasi. Teori fraud
akuntansi berasal dari empat faktor, yaitu kesempatan, tekanan, rasionalisasi, dan
(AICPA) pada tahun 1947 menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting,
manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak
sesuai dengan aturan (Wilopo, 2006). Hasil penelitian ini mendukung penelitian
ini juga bertentangan dengan penelitian Siti Nurlaeliyah (2017) yang menyatakan
kecurangan, yang mana sejalan dengan teori fraud diamond yang menjelaskan
bahwa salah satu faktor penyebab fraud adalah adanya kesempatan. Adapun
penelitian ini juga membuktikan bahwa persepsi pegawai di setiap daerah yang
berbeda dan dalam jangka waktu yang berbeda dapat memberikan hasil penelitian
pengendalian internal tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga tidak dapat
lingkungan kerja. Lingkungan luar yang mempengaruhi tindakan fraud berasal dari
lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan dan lingkungan sosial yang lebih luas.
Oleh karena itu kondisi internal organisasi yang cenderung ketat dan diawasi oleh
sistem pengendalian internal yang efektif belum cukup kuat untuk dapat dijadikan
dasar bahwa tindakan kecurangan dapat berkurang, karena masih terdapat faktor
yang tidak bisa dijangkau dengan mudah oleh sistem pengendalian internal berupa
126
faktor lingkungan eksternal tersebut yang dapat berasal dari tingkat pre-
employment. Oleh karena itu, peneliti menyatakan reasoning hasil penelitian ini
Akuntansi
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa adanya
informasi yang ada di dalam suatu instansi OPD, maka dapat mengurangi
Faktor internal dapat berupa keyakinan, emosi, dan kondisi psikologis yang
lingkungan organisasi, atau dorongan kode etik atau peraturan. Teori fraud diamond
127
berasal dari empat faktor yaitu kesempatan, tekanan, rasionalisasi, dan kemampuan.
cukup tentang kinerja agent sedangkan agent memiliki lebih banyak informasi
seperti ini dapat menjadi kesempatan yang baik bagi agent untuk menyajikan
informasi yang tidak sebenarnya, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent. Oleh karena itu agent terpaksa untuk membuat sajian
kepentingannya. Menurut Albrecht et al. (2012), ada enam faktor utama yang dapat
tidak adanya sanksi yang tegas, kurangnya akses terhadap informasi, pengabaian
dan sikap apatis, dan kurangnya upaya untuk melakukan jejak audit. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kurangnya akses informasi
dari pihak pamangku kepentingan terhadap pihak internal atau manajemen instansi.
2006).
bahwa semakin besar asimetri informasi antara pihak internal berupa pegawai
tersebut. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Bartenputra (2016)
tinggi tingkat asimetri informasi di dalam suatu organisasi maka semakin tinggi
ketidakselarasan informasi yang diterima oleh pihak internal instansi dan pihak
instansi tersebut. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian
internal instansi atau OPD dengan informasi yang dimiliki oleh pemangku
Menurut teori atribusi, terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang
fraud, faktor eksternal bisa berupa adanya miscommunication, gap informasi antara
supervisi dan pegawai dan ketidakseimbangan informasi. Oleh karena itu, peneliti
menyatakan bahwa reasoning dari hasil penelitian ini adalah karena adanya
perangkat daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat. Hal ini terlihat dari proses
pengerjaan bidang tertentu yang masih belum selesai, sementara tugas-tugas yang
Menurut teori fraud diamond, apabila dilihat dari dimensi faktor penyebab
peluang bagi pelaku kecurangan dan digunakan sebagai alasan pembenaran. Oleh
karena itu peneliti menyatakan reasoning dari hasil penelitian ini adalah karena
pemerintah daerah akibat asimetri informasi. Hal ini juga terjadi karena pegawai
yang sudah mengetahui adanya peluang untuk melakukan kecurangan dapat menilai
seberapa besar risiko yang ditimbulkan akibat perbuatan fraud sehingga dalam hal
ini pegawai akan cenderung meyakinkan dirinya sendiri bahwa perilaku curang
Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa adanya
persepsi pegawai tentang perilaku menyimpang yang ada di dalam suatu instansi
OPD, maka dapat mengubah hubungan antara ketaatan pada peraturan akuntansi
positif dan yang sebelumnya positif menjadi lebih signifikan. Hasil penelitian ini
keempat (H4).
akuntansi sebagai atribut-atribut yang merangkai sebuah hasil atau luaran dalam
bentuk tingkah laku atau tindakan. Penyebab atau atribut dalam kecenderungan
kecurangan akuntansi dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi internal dan
dimensi eksternal. Dimensi internal adalah pendekatan atribusi yang berasal dari
dalam individu dan dapat dikontrol namun bersifat tidak stabil seperti perilaku
malas, sifat dengki, rakus dan sebagainya. Adapun dimensi eksternal adalah
pendekatan yang berfokus pada gejala-gejala umum yang tidak dapat dikontrol dan
(Weiner, 2010).
131
insentif dapat muncul dalam bentuk berbeda-beda dan dirasakan oleh pelaku
kecurangan pada semua tingkat. Adapun penyebab dari tekanan atau motif pelaku
pelaku kecurangan mencari jalan masuk atau celah yang menjadi kesempatan
menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh tidak langsung terhadap hubungan antara
pegawai OPD berada dalam tahap conventional stage yang mana mereka sedang
mulai membentuk moralitas internal organisasi dengan cara menaati peraturan atau
standar akuntansi pemerintah yang berlaku. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian Noch (2019) yang menyatakan bahwa perilaku menyimpang tidak dapat
kecurangan akuntansi. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pandangan atau
yang dapat dikontrol dengan faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol seperti
kuat dari lingkungan pekerjaan yang mendorong pegawai OPD dalam pengambilan
Berangkat dari teori atribusi yang menjelaskan tentang dimensi internal dan
dimensi eksternal, peneliti menyatakan bahwa reasoning dari hasil penelitian ini
adalah karena adanya penyebab eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh pribadi
calon pelaku kecurangan. Hal itu menjadi dasar bahwa perilaku menyimpang yang
dimiliki oleh calon pelaku kecurangan masih tidak dapat menjadi atribut internal
terdapat atribut eksternal yang tidak bisa dikontrol berupa kurangnya kemampuan
Menurut teori fraud diamond, tekanan menjadi salah satu penyebab seorang
pegawai OPD melakukan kecurangan akuntansi. Tekanan tersebut bisa muncul dari
dalam atau dari luar individu tersebut. Tekanan yang berasal dari luar bisa berupa
kondisi ekonomi sosial yang kurang baik atau lingkungan pertemanan yang buruk
133
menyimpang yang baik dan taat terhadap standar akuntansi yang berlaku namun
apabila dihadapkan terhadap tekanan yang berat saat membuat laporan keuangan
bisa menilai sejauh mana risiko yang ditimbulkan apabila pegawai tersebut
melakukan kecurangan. Hal ini menjadi reasoning bagi peneliti terhadap hasil
seorang pegawai menjadi taat atau menjadi tidak taat, karena pegawai tersebut
saat yang bersamaan pegawai tersebut dapat mengetahui celah atau kelemahan dari
dari pernyataan dalam teori fraud diamond yang menjelaskan bahwa secara
tersebut tetap harus memiliki kemampuan untuk menyadari dan mengetahui jalan
masuk menuju kecurangan tersebut yang mana menjadi sebuah peluang yang dapat
134
kecurangan dalam hal ini pegawai OPD, yang tidak memiliki capability dalam
kecurangan akuntansi.
Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa perilaku
persepsi pegawai tentang perilaku menyimpang yang ada di dalam suatu instansi
menjadi positif dan yang sebelumnya positif menjadi lebih signifikan. Hasil
akuntansi disebabkan oleh atribut-atribut penyebab yang berasal dari faktor internal
dan faktor eksternal. Teori atribusi juga berpendapat bahwa terdapat dua dimensi
berasal dari dimensi stable-uncontrolable cause adalah faktor yang berasal dari luar
cenderung bisa dikendalikan oleh pelaku kecurangan karena berasal dari dalam
individu itu sendiri seperti personal traits, motif, dan ego (Weiner, 2010).
atau pressure yang memaksa pelaku untuk berbuat perilaku menyimpang yang
(Ruankaew, 2016).
bahwa tidak ada pengaruh mediasi dari perilaku menyimpang terhadap hubungan
(2006), yang menjelaskan tentang adanya internal control atau sistem pengendalian
internal. Sistem pengendalian internal yang lemah dapat membuat perilaku pegawai
(Wilopo, 2006).
lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan dan lingkungan sosial yang lebih luas.
Oleh karena itu kondisi internal organisasi yang cenderung ketat dan diawasi oleh
136
sistem pengendalian internal yang efektif belum cukup kuat untuk dapat dijadikan
dasar bahwa tindakan kecurangan dapat berkurang, karena masih terdapat faktor
yang tidak bisa dijangkau dengan mudah oleh sistem pengendalian internal berupa
Kotawaringin Barat belum dapat dikatakan efektif karena belum mencakup aspek-
memberikan sesi tanya jawab terkait kondisi psikologis atau mental pegawai.
menyebabkan fraud perlu ditelusuri secara meluas. Menurut teori atribusi, terdapat
internal berasal dari dalam diri individu sedangkan faktor eksternal berasal dari
lingkungan luar yang dilihat lebih luas. Menurut Weiner (2010), faktor-faktor
terhadap perilaku menyimpang termasuk dalam kategori tidak menyimpang. Hal ini
terjadinya fraud.
137
Hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa adanya
pegawai tentang perilaku menyimpang yang ada di dalam suatu instansi OPD, maka
Teori atribusi lebih berfokus melihat kasus fraud ke dalam pendekatan kausalitas
yang mana penyebab pegawai OPD melakukan kecurangan itu dipandang sebagai
penjelas bukan sebagai alasan (Weiner, 2010). Teori atribusi juga berpendapat
adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti pengaruh sosial. Adapun faktor
karena berasal dari dalam individu itu sendiri seperti personal traits, motif, dan ego.
138
dalam dimensi tingkah laku dari seorang pelaku kecurangan, sehingga perlu
lakukan adalah hal yang dapat diterima, sebaliknya apabila pelaku merasionalisasi
bahwa tindakan tersebut tidak dapat diterima maka mereka tidak akan melakukan
yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung dari asimetri informasi
Menurut Nurlaeliyah (2017), hal ini dikarenakan tingkat asimetri informasi yang
tindakan tidak etis, sehingga pihak manajemen atau pegawai tersebut dapat
memanipulasi laporan keuangan secara bebas tanpa ketahuan oleh pihak luar yang
berdasarkan hasil penelitian ini, tidak terdapat pengaruh tidak langsung melalui
dari faktor internal dan faktor eksternal serta dilihat dari dimensi stable-
cause. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
seperti keyakinan, kondisi mental dan motivasi, sedangkan faktor eksternal berasal
dari lingkungan luar individu seperti budaya, keluarga dan lingkup pertemanan.
Perilaku yang baik dari seorang pegawai belum menjamin secara pasti dapat
faktor eksternal yang perlu dilihat seperti dorongan atau pengaruh sosial selama
tersebut tentu bersifat tidak bisa dikontrol sehingga meskipun calon pelaku
karena itu pegawai OPD tidak dapat merasionalisasi tindakan kecurangan karena
tidak memiliki perilaku menyimpang. Hal ini juga berkaitan dengan penjelasan dari
140
teori fraud diamond bahwa sebelum terjadi kecurangan akuntansi, pegawai OPD
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kalimantan Tengah. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
4. Tidak ada pengaruh tidak langsung antara ketaatan pada peraturan akuntansi
menyimpang.
perilaku menyimpang.
141
142
menyimpang.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
kecurangan akuntansi.
pegawai.
143
diharapkan dapat menaati dan mematuhi kode etik pegawai yang telah
teknik pengambilan sampel yang lebih baik seperti wawancara. Hal ini
berbeda seperti auditor BPK atau auditor BPKP. Hal ini berguna untuk
144
145
LAMPIRAN
148
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Pertanyaan
No. Variabel Indikator
Nomor
1. Peraturan standar akuntansi 1
dan peraturan organisasi 2
Ketaatan pada
1 2. Disiplin kerja 3
peraturan akuntansi
3. Pelaksanaan tugas 4
4. Tanggungjawab 5
Keefektifan sistem 1. Lingkungan pengendalian 6
pengendalian 2. Penaksiran risiko 7
2 internal (COSO 3. Aktivitas pengendalian 8
dalam Wilopo 4. Informasi dan komunikasi 9
2006) 5. Pemantauan 10
1. Situasi dimana manajemen
memiliki informasi yang lebih
baik atas aktivitas yang
menjadi tanggung jawabnya
dibanding pihak luar
perusahaan atas akses
informasi atau data yang
memadai.
2. Situasi dimana manajemen
lebih mengenal hubungan
input-output dalam bagian
yang menjadi tanggung
jawabnya pihak luar
11
perusahaan.
12
Asimetri informasi 3. Situasi dimana manajemen
3 13
(Dunk 1993) lebih mengetahui potensi
14
kinerja yang menjadi
15
tanggung jawab dibanding
pihak luar perusahaan.
4. Situasi dimana manajemen
lebih mengenal teknis
pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya dibanding
pihak luar perusahaan
5. Situasi dimana manajemen
lebih mengetahui pengaruh
eksternal dalam bidang yang
menjadi tanggung jawabnya
dibanding pihak luar
perusahaan.
149
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/I Pegawai Organisasi Perangkat Daerah
Di tempat
Dengan hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Umar Dafi Rona Akhmad
NIM : 7211416052
Prodi : Akuntansi, S1
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang
Saya memohon ketersediaan Bapak/Ibu/Sdr/I untuk meluangkan waktu 10 menit
dengan mengisi kuesioner penelitian sebagai berikut, yang akan digunakan sebagai
data dalam penelitian saya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Persepsi Pegawai Pada
Dinas Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah”.
Penelitian ini adalah syarat penyelesaian program studi Akuntansi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat, oleh karena itu
dimohon ketersediaan Bapak/Ibu/Sdr/I untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur.
Kuesioner ini hanya untuk kepentingan penelitian terkait dan dipastikan
kerahasiaannya.
Hormat Saya,
DAFTAR PERTANYAAN
Untuk mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu/Sdr/I responden cukup
memberikan tanda (V) pada pilihan jawaban yang tersedia dan menurut
Bapak/Ibu/Sdr/I paling tepat. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban.
Pilihan jawaban:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
N = Netral
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Identitas Responden
Nama Responden :…………………………………………(*boleh tidak diisi)
Umur Responden : …………………………………………tahun
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Pendidikan Terakhir : …………………………………………
Nama Instansi : …………………………………………
Sub Bagian Pekerjaan : …………………………………………
Masa Kerja : ……………tahun………………………bulan
152
Lampiran 3
Tabulasi Data
Variabel Ketaatan Pada Peraturan Akuntansi
KPPA KPPA2 KPPA3 KPPA4 KPPA5 KPPA KPPA2 KPPA3 KPPA4 KPPA5
4 4 2 2 3 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 5 5 5 5 5 5
4 4 5 4 5 5 5 5 3 3
4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
4 4 5 4 5 4 4 5 4 4
3 5 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 5 5 5 4
4 5 4 4 5 4 4 4 3 4
4 5 5 5 4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 5 5 5 5 5
4 4 5 4 5 5 5 5 5 5
4 4 5 4 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4 4 5 4 5
5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
4 4 5 4 5 5 5 5 5 5
5 4 5 4 5 1 2 5 4 1
4 4 4 4 4 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 4 5 5 4 5
4 3 4 3 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 4 5 4 4 4 4 4
5 5 4 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 5 5 5 5
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 3 4 4 4 4 5
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 5 4 5 5 5 5
4 5 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 5
4 5 5 5 4 4 4 4 4 5
5 5 5 5 5 3 4 4 5 5
4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 5 5 5
5 4 4 4 5 4 4 4 4 4
4 5 5 5 4 4 4 4 3 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 5
5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 5 5 5 4
5 5 5 5 5
Variabel Keefektifan Sistem Pengendalian Internal
KSPI KSPI2 KSPI3 KSPI4 KSPI5 KSPI KSPI2 KSPI3 KSPI4 KSPI5
3 3 3 3 3 4 5 4 4 4
2 4 4 4 4 5 5 5 3 3
4 4 3 4 4 4 5 4 4 4
4 4 3 4 3 5 5 5 5 5
4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
5 5 4 4 4 5 5 5 4 5
4 4 3 3 3 5 5 4 4 4
5 4 4 4 4 5 5 5 5 5
5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 5 5 4 5 5
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 4 4 4 4 5 4 5 4 4
4 4 4 4 4 5 4 5 4 4
3 4 3 3 3 4 5 4 5 5
5 5 4 4 4 1 2 2 2 4
5 4 4 4 4 5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3
4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 5 5 4 5 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 5 4 5 4 5 5 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 5 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 4 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 5 5 5 5
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 5 4 5 4
4 5 4 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 4 3 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 5 3 4 3
5 5 5 5 5 4 5 5 4 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
5 5 4 5 4 5 4 5 5 5
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
5 5 4 5 4 4 5 5 5 5
5 5 5 5 5 4 4 4 5 4
5 5 5 4 4 4 5 4 4 4
5 5 4 5 4 3 4 3 4 2
4 5 4 4 4 5 5 4 5 3
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 2 5 5 4 5 4
5 5 5 5 5
5 4 4 5 4
4 5 5 5 5
157
158
Lampiran 4
Uji SEM-PLS
Tabel Outer Loading
KPPA> KSPI>P
AI>PM
AI KKA KPPA PM>K KSPI M>KK PM
>KKA
KA A
AI 0,868
AI *
0,915
PM
AI2 0,908
AI3 0,910
AI4 0,859
AI5 0,813
KKA 0,764
KKA2 0,708
KKA3 0,867
KKA4 0,848
KKA5 0,872
KKA6 0,829
KKA8 0,779
KKA9 0,740
KPPA 0,734
KPPA *
0,960
PM
KPPA2 0,925
KPPA3 0,807
KPPA4 0,870
KSPI 0,804
KSPI *
1,078
PM
KSPI2 0,837
KSPI3 0,849
KSPI4 0,874
KSPI5 0,737
PM2 0,783
PM4 0,940
PM5 0,862
162
Tabel R-Square
R Square R Square Adjusted
KKA 0,505 0,472
PM 0,268 0,248
Tabel T-Statistic
Original Sample Standard
T Statistics
Sample Mean Deviation P Values
(|O/STDEV|)
(O) (M) (STDEV)
AI -> KKA 0,209 0,199 0,076 2,738 0,006
AI -> PM -0,006 -0,007 0,082 0,074 0,941
AI>PM>KKA ->
-0,080 -0,067 0,076 1,049 0,295
KKA
KPPA -> KKA -0,097 -0,091 0,104 0,939 0,348
KPPA -> PM -0,367 -0,349 0,115 3,208 0,001
KPPA>PM>KKA -
0,133 0,122 0,092 1,450 0,148
> KKA
KSPI -> KKA 0,107 0,084 0,116 0,925 0,356
KSPI -> PM -0,197 -0,221 0,111 1,770 0,077
KSPI>PM>KKA -
-0,140 -0,155 0,095 1,476 0,140
> KKA
PM -> KKA 0,657 0,655 0,088 7,459 0,000
Lampiran 5
Gambar 6.1 Surat Ijin Penelitian
167
Lampiran 6
Surat Keterangan Penelitian
Gambar 6.2 Surat Keterangan Penelitian
168
169