Anda di halaman 1dari 112

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PROFIL
DATA TERPILAH GENDER DAN ANAK
KABUPATEN LAMPUNG BARAT
TAHUN 2019

DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK,


KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan
pertolonganNya, Penyusunan Profil Data Terpilah Gender dan Anak Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2019 ini akhirnya dapat diselesaikan.

Publikasi “Profil Gender dan Anak Kabupaten Lampung Barat Tahun


2019” ini merupakan salah satu upaya untuk menyajikan data tentang
perbedaan peran atau keadaan perempuan relatif terhadap laki-laki di berbagai
bidang sosial ekonomi agar kesenjangan yang ada sedikit tertutupi.

Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran Publikasi


Penyusunan Profil Gender dan Anak Kabupaten Lampung Barat Tahun 2019 ini
kami ucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Liwa, Desember 2019


KEPALA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK,
KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN, DAN PERLINDUNGAN ANAK
KABUPATEN LAMPUNG BARAT,

Ir. AMIRIAN, MP.


Pembina Utama Muda
NIP. 19620128 198911 1 001

i
DAFTAR ISI Halaman

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel v
I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Publikasi Data Terpilah 4

II LINGKUP PENGELOLAAN DATA TERPILAH


GENDER DAN ANAK 6
2.1. Isu Gender dan Anak di Lampung Barat 6
2.2. Metode Pelaksanaan Penyusunan Data 7

III KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN


PERLINDUNGAN ANAK DI LAMPUNG BARAT 9
3.1. Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan
strategi pemberdayaan 9
3.2. Dasar Hukum dan Arah Kebijakan
Pemberdayaan di Lampung Barat 12

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN MASYARAKAT


LAMPUNG BARAT 23

4.1. Kondisi Geografis 23


4.2. Topografi 24
4.3. Keadaan Tanah 24
4.4. Iklim 25
4.5. Geologi 25
4.6. Hidrologi 26
4.7. Vegetasi Alam 27

V PROFIL GENDER BIDANG KEPENDUDUKAN 29

ii
VI PROFIL GENDER BIDANG KESEHATAN 33
6.1. Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga 35
Kesehatan
6.2. Pelayanan Kesehatan 37
VII PROFIL GENDER BIDANG PENDIDIKAN 46
VIII PROFIL GENDER BIDANG KETENAGAKERJAAN 51
IX PROFIL GENDER BIDANG POLITIK DAN 58
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
9.1. Partisipasi di Bidang Politik 59
9.1.1.Kesehatan
Anggota DPRD Kabupaten Lampung Barat 59
9.2. Partisipasi di Lembaga Eksekutif 62
X PROFIL GENDER BIDANG SOSIAL 64
10.1. Anak Balita Terlantar (ABT) 65
10.2. Anak Terlantar 67
10.3. Anak yang Berhadapan dengan Hukum 68
10.4. Anak Jalanan 69
10.5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) 70
10.6. Anak Korban Tindak Kekerasan atau 71
Diperlakukan Salah
10.7. Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus 72
(AMPK)
10.8. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 73
10.9. Lanjut Usia Terlantar 74
10.10. Penyandang Disabilitas 75
10.11. Tuna Susila 76
10.12. Gelandangan 77
10.13. Pengemis 78
10.14. Pemulung 79
10.15. Bekas Warga Binaan Lembaga 80
Permasyarakatan
10.16. Kelompok Minoritas 81
10.17. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 82

iii
10.17. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 82
10.18. Korban Penyalahgunaan NAPZA 83
10.19. Fakir Miskin 84
10.20. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi 85
10.21. Korban Trafficking 86
10.22. Korban Tindak Kekerasan 87
10.23. Pekerja Imigran Bermasalah Sosial (PMBS) 88
10.24. Korban Bencana Alam 89
10.25. Korban Bencana Sosial 90
10.26. Komunitas Adat Terpencil (KAT) 91
XI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK 92
11.1. Kekerasan Terhadap Perempuan 92
11.2. Kekerasan Terhadap Perempuan 93

iv
DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis 31


Kelamin di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan 32
Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Tabel 6.1. Jumlah Fasilitas Kesehatan di 35
Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 6.2. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten 36
Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 6.3. Jumlah Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, 37
Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan
Pelayanan Kesehatan Menurut Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 6.4. Jumlah Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil 38
Menurut Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 6.5. Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet FE1 39
dan FE3 Menurut Kecamatan di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 6.6. Jumlah Bayi Menurut Jenis Kelamin dan 40
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 6.7. Jumlah Kunjungan Neonatal Menurut Jenis 41
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 6.8. Jumlah Cakupan Imunisasi Campak dan BCG 42
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 6.9. Jumlah Cakupan Imunisasi Polio dan Imunisasi 43
Dasar Lengkap Menurut Jenis Kelamin dan
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018

v
Tabel 6.10. Jumlah Cakupan Imunisasi DPT dan Hb Menurut 44
Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 6.11. Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis 45
Kontrasepsi Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 7.1. Jumlah Sekolah di Kabupaten Lampung Barat 48
Tahun 2018
Tabel 7.2. Jumlah Guru di Kabupaten Lampung Barat Tahun 49
2018
Tabel 7.3. Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Lampung 50
Barat Tahun 2018
Tabel 7.4. APK, APM, Rata-rata Lama Sekolah dan Nilai UN 50
di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 8.1. Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 s.d 65+ Tahun) 53
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 8.2. Jumlah Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin 54
dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Tabel 8.3. Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 55
Menurut Tingkat Pendidikan dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 8.4. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Keluar Negeri 56
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 8.5. Jumlah Pengangguran Menurut Tingkat 57
Pendidikan dan Kecamatan di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 9.1. Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 61
Daerah Menurut Partai Politik dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 9.2. Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 61
Daerah Menurut Komisi dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 9.3. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat 62
Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018

vi
Tabel 9.4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jabatan dan 63
Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Tabel 9.5. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat 63
Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.1. Jumlah Anak Balita Terlantar (ABT) Menurut Jenis 66
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 10.2. Jumlah Anak Terlantar Menurut Jenis Kelamin 67
dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Tabel 10.3. Jumlah Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum 68
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.4. Jumlah Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin dan 69
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 10.5. Jumlah Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) 70
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.6. Jumlah Anak Korban Tindak Kekerasan atau 71
Diperlakukan Salah Menurut Jenis Kelamin dan
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 10.7. Jumlah Anak Memerlukan Perlindungan Khusus 72
(AMPK) Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.8. Jumlah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 73
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.9. Jumlah Lanjut Usia Terlantar Menurut Jenis 74
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 10.10. Jumlah Penyandang Disabilitas Menurut Jenis 75
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 10.11. Jumlah Tuna Susila Menurut Jenis Kelamin dan 76
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018

vii
Tabel 10.12. Jumlah Gelandangan Menurut Jenis Kelamin dan 77
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 10.13. Jumlah Pengemis Menurut Jenis Kelamin dan 78
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 10.14. Jumlah Pemulung Menurut Jenis Kelamin dan 79
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 10.15. Jumlah Bekas Warga Binaan Lembaga 80
Permasyarakatan Menurut Jenis Kelamin dan
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 10.16. Jumlah Kelompok Minoritas Menurut Jenis 81
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 10.17. Jumlah Orang dengan HIV AIDS (ODHA) Menurut 82
Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.18. Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA Menurut 83
Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.19. Jumlah Fakir Miskin Menurut Jenis Kelamin dan 84
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 10.20. Jumlah Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi 85
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 10.21. Jumlah Korban Trafficking Menurut Jenis Kelamin 86
dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Tabel 10.22. Jumlah Korban Tindak Kekerasan Menurut Jenis 87
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 10.23. Jumlah Pekerja Imigran Bermasalah Sosial 88
(PMBS) Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018

viii
Tabel 10.24. Jumlah Korban Bencana Alam Menurut Jenis 89
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 10.25. Jumlah Korban Bencana Sosial Menurut Jenis 90
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 10.26. Jumlah Komunitas Adat Terpencil Menurut Jenis 91
Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2018
Tabel 11.1. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan 95
Menurut Status Pekerjaan dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 11.2. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan 96
Menurut Status Perkawinan dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 11.3. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan 97
Menurut Tingkat Pendidikan dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 11.4. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan 98
Menurut Tempat Kejadian dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 11.5. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan 99
Menurut Jenis Layanan yang Diberikan dan
Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat Tahun
2018
Tabel 11.6. Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan 100
Menurut Status Pekerjaan dan Kecamatan di
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
Tabel 11.7. Jumlah Korban Perdagangan Orang Menurut 101
Kelompok Umur dan Kecamatan di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2018

ix
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang

P
embangunan kualitas hidup manusia dilaksanakan secara terus
menerus oleh pemerintah dalam upaya mencapai kehidupan yang
lebih baik. Upaya pembangunan ini ditujukan untuk kepentingan
seluruh penduduk tanpa membedakan jenis kelamin tertentu.
Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta
maupun masyarakat sangat tergantung dari peran serta seluruh penduduk
baik laki-laki maupun perempuan sebagai pelaku, dan sekaligus sebagai
menerima manfaat hasil pembangunan.

Dalam proses perkembangannya, disadari bahwa realisasi dari konsep


tersebut dirasa tidak menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, yaitu terjadi ketidakadilan gender,
keseluruhan ketidakadilan gender dalam berbagai dimensi kehidupan tersebut
lebih banyak dialami oleh perempuan.

Beragam permasalahan yang dialami perempuan pada masa lalu


maupun masa kini, tentu saja tidak luput dari perhatian komunitas negara-
negara di dunia. Perhatian ini sebagai wujud ungkapan keprihatinan sesama
manusia atas terjadinya ketidakadilan di berbagai hal yang menyangkut
perempuan. Dalam berbagai kesempatan kerap perempuan selalu dijadikan
objek eksploitasi, serta adanya upaya marginalisasi perempuan. Padahal bila
ditinjau dari konteks kehidupan bermasyarakat perempuan mempunyai hak
yang sama dengan laki-laki untuk diperlakukan secara adil dalam berbagi
peran di segala bidang kehidupan.

Data Terpilah Gender dan Anak Kabupaten Lampung Barat Tahun 2019 | 1
Keprihatinan negara-negara di dunia diwujudkan dalam berbagai bentuk
pertemuan yang menghasilkan serangkaian deklarasi dan konvensi dan telah
tercatat dalam dokumen sejarah. Dimulai dari dicetuskannya The Universal
Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia); oleh
Majelis Umum PBB di tahun 1948 yang kemudian diikuti oleh berbagai
deklarasi serta konvensi lainnya.

Didalam perkembangannya, konvensi yang menjadi landasan hukum


tentang hak perempuan adalah Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elemination of All
Forms of Discrimination Against Women) yang diadopsi oleh Majelis Umum
PBB tahun 1979. Konvensi tersebut juga disebut Konvensi Wanita, atau
Konvensi Perempuan atau konvensi CEDAW (Committee on the Elimination
of Discrimination Against Women). Selanjutnya, Hak Asasi Perempuan yang
merupakan Hak Asasi Manusia kembali dideklarasikan dalam Konferensi
Dunia ke-IV tentang Perempuan di Beijing tahun 1995.

Konferensi tersebut mengangkat 12 bidang yang menjadi keprihatin


Negara-negara di dunia, mencakup : perempuan dan kemiskinan;
pendidikan dan pelatihan bagi perempuan; perempuan dan
kesehatan; kekerasan terhadap perempuan; perempuan dan konflik
bersenjata; perempuan dan ekonomi; perempuan dan kekuasaan serta
pengambilan keputusan; mekanisme kelembagaan untuk kemajuan
perempuan; hak asasi perempuan; perempuan dan media; perempuan
dan lingkungan hidup; serta anak perempuan.

Perempuan pada tahun 2000, 189 negara anggota PBB telah


menyepakati tentang Deklarasi Millenium (Millenium Declaration)
untuk melaksanakan Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium

Data Terpilah dan | 2


Development Goals-MDGs) dengan menetapkan target keberhasilannya pada
tahun 2015.

Ada delapan komitmen kunci yang ditetapkan dan disepakati dalam


MDGs, salah satunya adalah mendorong tercapainya kesetaraan dan
keadilan gender dan pemberdayaan perempuan. Sebagai bagian dari
masyarakat dunia, Indonesia ikut serta melaksanakan komitmen dengan
mendorong upaya pembangunan menuju kesetaraan gender, yang
ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, dan Permendagri
Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman PUG di Daerah dan
Kepmendagri No. 67 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman PUG di Daerah.

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak
adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan;
Sesuai dengan UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, bahwa
setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang
tersebut merupakan bentuk dari hasil ratifikasi Convention on the Right of the
Child (CRC). Konvensi ini merupakan instrument internasional di bidang Hak
Azasi manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif.

Beberapa aspek penting untuk melihat kualitas anak adalah data


bidang hak-hak sipil anak dan kebebasan, lingkungan keluarga dan

Data Terpilah dan | 3


pengasuhan alternatif, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan,
pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya, serta perlindungan
khusus yaitu perlindungan dari berbagai tindak kekerasan, perdagangan anak,
eksploitasi dan diskriminasi.

Berkaitan dengan berbagai hal yang menyangkut kesetaraan gender


dan hak-hak anak, diperlukan adanya Data Terpilah Gender dan Anak
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2019. Oleh karena itu, Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lampung Barat bersama tim penyusun dari Organisasi
Perangkat Daerah terkait menyusun Buku Profil Data Terpilah Gender dan
Anak Kabupaten Lampung Barat Tahun 2019. Tersusunnya data dimaksud
telah menjadi kunci keberhasilan dalam melangkapi 7 prasyarat PUG dalam
pembangunan.

1.2. Tujuan Publikasi Data Terpilah

Publikasi data terpilah gender ini disusun untuk melihat perkembangan


Data Terpilah Gender dan Anak di Lampung Barat pada tahun 2018 serta
memotret tingkat keberhasilan pembangunan pemberdayaan perempuan,
perlindungan perempuan dan anak melalui strategi Pengarusutamaan Gender
(PUG) dan Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA).

Penyusunan Data Terpilah Gender dan Anak merupakan bagian dari


konsentrasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(KPPA) untuk membangun landasan pembangunan yang kuat agar
pembangunan dapat terwujud dengan berlandaskan prinsip kesetaraan dan
keadilan gender. Penyusunan data terpilah gender dan anak Kabupaten
Lampung Barat ini dimaksudkan untuk menyajikan fakta dan kondisi

Data Terpilah dan | 4


pencapaian pembangunan masyarakat berperspektif gender, dan fakta
terkait kondisi anak di Lampung Barat. Statistik gender diperlukan untuk
mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kondisi perempuan dan
laki-laki pada bidang-bidang utama, seperti kesehatan, sosial, ekonomi,
pendidikan, ketenagakerjaan, politik dan pemerintahan, pertanian,
perlindungan perempuan dan anak, serta keluarga berencana. Data terpilah
gender dan anak juga diharapkan mampu menggambarkan keunikan isu-isu
gender maupun isu-isu perlindungan anak yang khas di Lampung Barat.

Data terpilah gender Kabupaten Lampung Barat ini disusun untuk


mencapai tujuan sebagai berikut:

1) Tersedianya data dasar terpilah berdasarkan jenis kelamin


yang menggambarkan pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk,
dan sebaran penduduk;

2) Tersedianya data terpilah gender di bidang pendidikan, kesehatan,


sosial, ekonomi, ketenagakerjaan, peran perempuan di sektor publik,
masalah- masalah dalam perlindungan anak, dan bidang-bidang yang
menjadi isu gender khas di Lampung Barat;

3) Tersedianya hasil analisis tentang capaian pemberdayaan perempuan


dan perlindungan anak di Kabupaten Lampung Barat. Hal ini dilihat
berdasarkan indikator pemberdayaan gender, meliputi partisipasi
perempuan dan laki-laki di sektor publik, meliputi bidang pemerintahan,
posisi di parlemen, dan dalam distribusi pendapatan.

Data Terpilah dan | 5


LINGKUP PENGELOLAAN DATA TERPILAH
GENDER DAN ANAK 2
2.1 Isu Gender dan Anak di Lampung Barat
5
P
embahasan dalam penelitian ini melingkupi situasi dan kondisi
perempuan dan anak di Lampung Barat yang dikenal dengan
issu Gender dan Anak. Bahan penulisan terfokus pada bidang-
bidang yang selalu berhubungan dan terkait dengan hak-hak
perempuan dan anak.

Issu strategis permasalahan perempuan di Lampung Barat, dapat


dikemukakan sebagai berikut :
1. Masalah perempuan dan kemiskinan;
2. Masalah perempuan dan pendidikan;
3. Masalah perempuan dan kesehatan;
4. Masalah penomena gunung es kasus trafficking;
5. Masalah perlindungan dan kesejahteraan anak;
6. Masalah pengarusutamaan gender;
7. Masalah ancaman baby boom;
8. Masalah perkawinan usia dini;
9. Masalah ketahanan keluarga.

Beberapa data yang disajikan mencakup seluruh data


kabupaten/kota di Kabupaten Lampung Barat sedangkan beberapa data
hanya menyajikan data Kabupaten Lampung Barat saja. Hal ini dikarenakan
adanya keterbatasan dalam pengumpulan data.

Data Terpilah dan | 6


Data yang disajikan pada publikasi ini berasal dari berbagai
sumber, diantaranya dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Lampung Barat, DPPKBPP dan PA Kabupaten Lampung Barat, Polres
Lampung Barat, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan lain-lain. Data
yang digunakan merujuk pada tahun 2018.

2.2. Metode Pelaksanaan Penyusunan Data

Penyusunan profil gender dan anak dibagi dalam 11 bab, dengan


rincian sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang dan


tujuan penulisan serta beberapa konsep yang berkaitan dengan data gender
dan anak.

Bab II menjelaskan tentang lingkup kegiatan dan pengelolaan data


gender dan anak di Lampung Barat.

Bab III membahas tentang arah kebijakan pembangunan pemberdayaan


perempuan dan perlindungan anak di Lampung Barat.

Bab IV berisi tentang gambaran umum wilayah dan masyarakat Lampung


Barat yang meliputi kondisi geografis, demografi dan lain-lain.

Bab V membahas tentang profil gender di bidang kependudukan.

Bab VI membahas tentang profil gender di bidang kesehatan.

Bab VII membahas tentang profil gender di bidang pendidikan.

Data Terpilah dan | 7


Bab VIII berisi tentang profil gender di bidang ketenagakerjaan.

Bab IX berisi tentang profil gender di bidang politik dan


pengambilan keputusan baik di tingkat legislatif, yudikatif maupun di
eksekutif.

Bab X membahas profil gender di bidang sosial.

Bab XI membahas tentang kekerasan terhadap perempuan.

Data Terpilah dan | 8


KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK DI LAMPUNG BARAT 3
3.1 Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan
strategi pemberdayaan.

engarusutamaan Gender adalah strategi untuk mewujudkan

P kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan


program yang memperhatikan pengalaman,
kebutuhan serta permasalahanperempuan dan laki-laki dalam seluruh
aspirasi,

pembangunan di berbagai bidang kehidupan, mulai tahap perencanaan,


perumusan kebijakan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Pemerintah
telah menyatakan keberpihakannya untuk mencapai keadilan dan
kesetaraan gender dengan mengeluarkan kebijakan pengarusutamaan
gender pada semua program kerjanya (Inpres No. 9 Tahun 2000). Namun,
seiring dengan itu masih ditemukan adanya kesenjangan antara kebijakan
yang berpihak pada keadilan gender dengan cara Pemerintah melakukan
pengalokasian serta penggunaan anggarannya.

Tujuan PUG adalah mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender


dalam pembangunan. Oleh karena itu PUG bertugas untuk mempengaruhi
atau mengintervensi berbagai kebijakan agar responsif gender. Keasetaraan
dan keadilan Gender adalah suatu kondisi yang setara dan seimbang antara
laki-laki dan perempuan dalam memperoleh peluang/kesempatan,
partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan, baik didalam maupun diluar
rumah tangga. Pelaksanaan PUG diinstruksikan kepada seluruh departemen
maupun lembaga pemerintah dan non departemen di pemerintah nasional,
propinsi maupun di kabupaten/kota, untuk melakukan penyusunan program

Data Terpilah dan | 9


dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan
mempertimbangkan permasalahan kebutuhan, aspirasi perempuan pada
pembangunan dalam kebijakan, program/proyek dan kegiatan. Disadari
bahwa keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sangat
tergantung dari peran serta laki-laki dan perempuan sebagai pelaku dan
pemanfaat hasil pembangunan. Pada pelaksanaannya sampai saat ini peran
serta kaum perempuan belum dioptimalkan. Oleh karena itu program
pemberdayaan perempuan telah menjadi agenda bangsa dan memerlukan
dukungan semua pihak.

Dalam upaya percepatan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di


Kabupaten Lampung Barat, telah dilaksanakan berbagai kegiatan
diantaranya dengan diseminasi/penyebarluasan konsep dasar gender,
pengarusutamaan gender dan perencanaan pembangunan berperspektif
gender dikalangan penentu kebijakan. Hal ini harus menjadi prioritas karena
disadari bersama bahwa pengarusutamaan gender sebagai strategi
pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,
seyogyanya dapat difahami oleh para penentu kebijakan (stakesholders)
saja, mengingat pengarusutamaan gender bertujuan untuk mengintervensi
atau mempengaruhi kebijakan dalam pembangunan. Dengan kata lain
yang menjadi outcome terlaksananya sosialisasi pengarusutamaan gender
di ranah masyarakat, pada gilirannya akan terlihat dari sejauhmana sebuah
kebijakan itu dapat mendorong akses, partisipasi, kontrol dan manfaat
masyarakat dalam pembangunan atau sebaliknya dalam upaya mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender sebagaimana yang tertuang dalam Inpres
nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutaman Gender dalam pembangunan
nasional. Untuk itu diperlukan sebuah alat (tools) yang dikenal dengan

Data Terpilah dan | 10


Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG). Perencanaan dan
Penganggaran. Perencanaan yang responsif gender adalah perencanaan
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan Gender, yang dilakukan melalui
pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian
permasalahan perempuan dan laki-laki.

Perlunya sosialisasi PUG yang terus menerus, sebagai upaya


mempercepat pemahaman PUG dalam pembangunan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, mengingat :

1. Adanya komitmen yang kuat dalam mewujudkan kesetaraan dan


keadilan Gender (KKG) melalui percepatan pemahaman PUG, sebagai
strategi pemberdayaan perempuan sehingga bisa menekan Indeks
ketimpangan Gender yang kita kenal dengan Indeks Pembangunan
Gender (IPG).
2. Komitmen tersebut adalah melaksanakan 7 Prasyarat PUG
(Komitmen Politik, Kebijakan, SDM dan Anggaran, Penguatan
Kelembagaan, Data Terpilah, Alat Analisa (Gender Analisa Pathway, dan
Partisipasi Masyarakat). Jangan sampai ada kesan Peran PUG itu
“Sosialisasi terus, gitu-gitu aja. Maka bentuk tindaklanjutnya adalah
Pelatihan PPRG dan Penerapan ARG. Sebagaimana dimaksud
Permendagri No.67 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Permendagri
No.15 Tahun 2008 Ttg Pedoman PUG di Daerah.

3. Indikator komposit IPG sama dengan IPM, yaitu Kesehatan,


Pendidikan dan Daya beli (Ekonomi). Bahwa IPM merupakan data
gabungan dari laki dan perempuan, sedangkan IPG merupakan data
terpilah antara laki dan perempuan.

Data Terpilah dan | 11


4. Indeks Pembangunan Manusia dalam pembangunan secara
komparatif identik dengan syariat Islam yang dapat diasumsikan dengan
golongan Ulil Albab. Karena Indikator IPM itu tak ubahnya seperti do’a
orang tua yang mendokan kita semua agar hidup kita selalu sehat,
punya ilmu yang bermanfaat dan hidup bahagia sejahtera lahir batin.

Pemerintah dalam menjalankan program atau kegiatannya


membutuhkan dana yang dituangkan dalam APBD maupun APBN. Adanya
komitmen Pemerintah untuk menjalankan pengarusutamaan gender pada
semua program kerjanya, seharusnya akan memunculkan APBN dan APBD
yang sensitif gender. Dengan kata lain penggunaan APBD dan APBN demi
kesejahteraan masyarakat, semestinya selalu mempertimbangkan nilai-nilai
keadilan dan kesetaraan yang berdasarkan pola hubungan yang tidak
diskriminatif, baik menurut kelas sosial, agama, kelompok budaya, suku
bangsa dan jenis kelamin.

3.2. Dasar Hukum dan Arah Kebijakan Pemberdayaan di Lampung


Barat

Isu Gender menyangkut masalah ketidak adilan yang menimpa baik


laki- laki maupun perempuan. Akan tetapi dalam banyak kasus ketidakadilan
itu banyak menimpa perempuan, yang dialaminya baik di rumah, tempat
kerja maupun di lingkungan masyarakat. Unsur penting yang
menyebabkan timbulnya issu gender adalah hubungan gender yang timpang
dan konsekwensinya terhadap seseorang dalam memperoleh akses,
manfaat, keikutsertaan dalam meutuskan serta penguasaan terhadap
sumber-sumber daya. Adapun yang disebut bentuk-bentuk ketidak-adilan
gender, antara lain :

Data Terpilah dan | 12


1. Subordinasi  Posisi /peran yang dinilai lebih rendah dari peran yang lain;
2. Marjinalisasi Peminggiran peran ekonomi;
3. Beban Ganda Beban kerja yang dibebankan ;
4. Kekerasan kekerasan yang dialami baik secara fisik maupun non fisik
seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perdagangan orang
(trafiking);
5. Pelabelan (Stereotipe) pemberian label yang menimbulkan anggapan
yang salah.

Beberapa prinsip pengarusutamaan gender yang perlu


diperhatikan dalam dalam pembangunan, yaitu :

1. PUG adalah strategi untuk lebih fokus dan efektif; bukan menggantikan
program atau kebijakan yang spesifik dibutuhkan oleh perempuan dan
oleh laki-laki.

2. Membutuhkan reorientasi dalam banyak hal (paradigma


pembangunan: kerjasama sektor; pendanaan; indikator; sistem
pendataan, dst)

3. Tidak berasumsi bahwa semua perencanaan pembangunan, kebijakan,


dst itu netral sifatnya, atau tidak ada maksud diskriminatif.

4. PUG harus melembaga melalui langkah-langkah kongkrit.

5. Hasil PUG harus akuntable dan dimonitor secara berkelanjutan.

6. Dukungan politik; dukungan pimpinan; dukungan sumberdaya,


dukungan media.

Demikian pula penyusunan Data Terpilah Gender dan Anak Kabupaten


Lampung Barat Tahun 2019 ini dimaksudkan untuk menyajikan fakta dan

Data Terpilah dan | 13


kondisi pencapaian pembangunan masyarakat berperspektif gender, dan
fakta terkait kondisi anak di Lampung Barat.

A. Visi, Misi, Program, dan Sasaran.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Lampung Barat


Tahun 2017-2022 telah ditetapkan bahwa visi pemerintahan daerah, yaitu :
“Terwujudnya Kabupaten Lampung Barat Hebat dan Sejahtera”.

Misi Kabupaten Lampung Barat yaitu :

1. Mengembangkan wilayah melalui pembangunan infrastruktur secara


berkeadilan, dengan memperhatikan aspek mitigasi bencana dan
berwawasan lingkungan.
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, cerdas dan
berdaya saing.
3. Meningkatkan perekonomian yang berorientasi pada agro-bisnis dan
agro-wisata berbasis sumberdaya lokal.
4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang profesional dan amanah
dengan berorientasi pada pelayanan publik.
5. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, berbudaya,
demokratis, kesetaraan gender dan partisipatif.

Adapun Visi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,


Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten
Lampung Barat, yaitu: “Terwujudnya Keluarga Berkualitas Yang
Berwawasan Gender, Pembangunan Kependudukan Menuju Kabupaten
Layak Anak”.
Misi Dinas PPKBPPPA Lampung Barat :

1. Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

Data Terpilah dan | 14


2. Meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan.
3. Penyelenggaraan Kabupaten Layak Anak.

C. Beberapa Istilah dan Pengertian

Sebagaimana telah dijelaskan di dalam Undang-undang No. 35


Tahun
2014 tentang Perlindungan Anak, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pegarusutamaan Gender di
daerah dan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data
Gender dan Anak, telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan :
1. Analisis Data adalah kegiatan mengurai dan membandingkan antar
variabel yang menggambarkan situasi, kondisi, posisi dan status laki-
laki dan perempuan.

2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)


tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

3. Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya


secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

4. Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan


fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya secara wajar.

5. Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai


kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.

6. Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan


kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang

Data Terpilah dan | 15


bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan
anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya
berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

7. Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga,
untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan,
dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya
tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajarGender
adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan tanggung
jawab lak-ilaki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat
berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.

8. Analisis Gender adalah analisis untuk mengidentifikasi dan


memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses
kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam
proses pembangunan, dan manfaat yang mereka nikmati, pola
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang di
dalam pelaksanannya memperhatikan faktor lainnya seperti kelas sosial,
ras, dan suku bangsa.

9. Anggaran Berperspektif Gender (Gender budget) adalah penggunaan


atau pemanfaatan anggaran yang berasal dari berbagai sumber
pendanaan untuk mecapai kesetaraan dan keadilan gender.

10. Bias Gender adalah kebijakan/ program/ kegiatan atau kondisi


yang menguntungkan pada salahsatu jenis kelamin yang berakibat
munculnya permasalahan gender.

Data Terpilah dan | 16


11. Buta Gender adalah kondisi /keadaan seseorang yang belum atau tidak
memahami tentang pengertian, konsep gender, dan permasalahan
gender;

12. Data Gender adalah data mengenai hubungan relasi dalam status,
peran dan kondisi antara laki-laki dan perempuan.

13. Data terpilah adalah data terpilah menurut jenis kelamin dan status dan
kondisi perempuan dan laki-laki di seluruh bidang pembangunan
yang meliputi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan,
bidang politik dan pengambilan keputusan, bidang hukum dan social
budaya dan kekerasan.

14. Data anak adalah data kondisi tentang anak perempuan dan laki-laki
yang dibawah usia 18 (delapan belas) tahun, yang terpilah menurut
kategori umur yang terdiri dari 0-1 tahun, 2-3 tahun, 4-6 tahun, 7-12
tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun.

15. Data Kelembagaan Pengarusutamaan Gender adalah data


kelembagaan yang terkait unsur-unsur prasyarat pengarusutamaan
gender, yang berfungsi secara efektif dalam satu sistem
berkelanjutan dengan norma yang disepakati dalam pemenuhan hak-
hak asasi perempuan dan laki-laki secara adil untuk mencapai
kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di seluruh bidang
pembangunan dan tingkatan pemerintahan.

16. Data Kelembagaan Pengarusutamaan Hak Anak adalah data


kelembagaan yang terkait unsur-unsur prasyarat Pengarusutamaan Hak
Anak, yang berfungsi secara efektif dalam satu system berkelanjutan
dengan norma yang disepakati dalam pemenuhan hak anak

Data Terpilah dan | 17


untuk mencapai kesejahteraan dan perlindungan anak di seluruh
bidang pembangunan dan tingkatan pemerintahan.

17. Data Sektoral adalah data yang pemanfaatannya ditujukan


untuk memenuhi kebutuhan instansi tertentu dalam rangka
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yang
merupakan tugas pokok instansi yang bersangkutan.

18. Data Khusus adalah data yang pemanfaatannya ditujukan untuk


memenuhi kebutuhan spesifik dunia usaha, pendidikan, sosial-
budaya dan kepentingan lain dalam kehidupan masyarakat yang
penyelenggaraannya dilakukan oleh lembaga, organisasi,
perorangan dan atau unsur masyarakat lainnya.

19. Diskriminasi terhadap perempuan adalah setiap pembedaan,


pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang
mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak azasi
manusia dan kebebasan- kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan,
terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara
laki-laki dan perempuan.

20. Focal Point PUG adalah aparatur OPD yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan pengarusutamaan gender di Unit kerjanya masing-
masing.

21. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan
tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan
dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.

Data Terpilah dan | 18


22. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara.

23. Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disebut


Pokja PUG adalah wadah konsultasi bagi pelaksana dan penggerak
pengarusutamaan gender dari berbagai instansi/lembaga di daerah.

24. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau
ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

25. Kuasa asuh adalah kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik,
memelihara, membina, melindungi, dan menumbuhkembangkan anak
sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan, bakat, serta
minatnya.

26. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi


sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.

27. Netral Gender adalah kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidk


memihak pada salah satu jenis kelamin.

28. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu
tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat.

29. Pengarusutamaan Gender di daerah yang selanjutnya disebut PUG


adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi
satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

Data Terpilah dan | 19


pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan di daerah.

30. Pengarusutamaan Hak Anak yang selanjutnya disebut PUHA adalah


strategi mengintegrasikan isu-isu dan hak-hak anak ke dalam setiap
tahapan pembangunan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas peraturan perundang-undangan,
kebijakan, program, kegiatan dan anggaran dengan menerapkan
prinsip kepentingan terbaik bagi anak.

31. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan


perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.

32. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-
laki dan perempuan.

33. Perlindungan Perempuan adalah segala upaya yang ditujukan untuk


melindungi perempuan dan memberikan rasa aman dalam
pemenuhan hak-haknya dengan memberikan perhatian yang konsisten
dan sistematis yang ditujukan untuk mencapai kesetaraan gender.

34. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan


melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.

Data Terpilah dan | 20


35. Perencanaan Berperspektif Gender adalah perencanaan untuk mencapai
kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui
pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan
penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki.

36. Pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi


profesional dalam bidangnya.

37. Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada


anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak
dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara
ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang
menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan,
perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak
yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan
penelantaran.

38. Penyelenggaraan data gender dan anak adalah suatu upaya pengelolaan
data pembangunan yang meliputi: pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data yang sistematis, konprehensif, dan
berkesinambungan yang dirinci menurut jenis kelamin, dan umur, serta
data kelembagaan terkait unsur-unsur prasyarat pengarusutamaan
gender dan pengarusutamaan hak anak untuk digunakan dalam upaya
pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pengarusutamaan hak anak.

39. Pengolahan Data adalah proses operasi sistematis terhadap data


yang meliputi verifikasi, pengorganisasian data, pencarian kembali,
transformasi, penggabungan, pengurutan, perhitungan/kalkulasi

Data Terpilah dan | 21


ekstraksi data untuk membentuk informasi, yang dirinci menurut jenis
kelamin, umur dan wilayah.

40. Penyajian Data adalah kegiatan menyajikan data yang telah diolah dan
dianalisis yang bermakna informasi dan bermanfaat bagi pengambilan
keputusan manajerial.

41. Responsif Gender adalah kebijakan /program /kegiatan


pembangunan yang sudah memperhatikan berbagai pertimbangan
untuk terwujudnya kesetaraan & keadilan, pada berbagai aspek
kehidupan antara laki-laki dan perempuan.

42. Sensitif Gender adalah kemampuan dan kepekaan seseorang


dalam melihat atau menilai hasil pembangunan serta aspek
kehidupan lainnya dari perspektif gender.

43. Survei adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui


pencacahan sampel untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi
pada saat tertentu.

44. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan
kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

Data Terpilah dan | 22


Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat 4
4.1 Kondisi Geografis

abupaten Lampung Barat, secara geografis, terletak pada

K koordinat 04º51’26” - 05º20’26” Lintang Selatan dan

103o50’13” - 104o33’49”
wilayah: sebelah Utara berbatasan dengan
Bujur Timur, dengan batas
Kabupaten OKU Selatan
(Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Way Kanan), sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus, dan
Kabupaten Lampung Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Pesisir Barat dan Kabupaten Tanggamus, sebelah Barat
berbatasan dengan Pesisir Barat.

Wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki luas 2.064,40 km²,


dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa yang tersebar di 15 kecamatan
yang terbagi menjadi 131 pekon/desa dan 5 kelurahan dengan mata
pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani.
Berdasarkan Undang-undangan Nomor 22 Tahun 2013, Kabupaten
Lampung Barat secara administratif terdiri dari 15 kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Balik Bukit (175,63 km²)
2. Kecamatan Sukau (223,10 km²)
3. Kecamatan Lumbok Seminung (22,40 km²)
4. Kecamatan Batu Brak (261,55 km²)
5. Kecamatan Belalau (217,93 km²)
6. Kecamatan Batu Ketulis (103,70 km²)

Data Terpilah dan | 23


7. Kecamatan Suoh (170,77 km²)
8. Kecamatan Bandar Negeri Suoh (170,85 km²)
9. Kecamatan Pagar Dewa (110,19 km²)
10. Kecamatan Sekincau (118,28 km²)
11. Kecamatan Sumber Jaya (195,38 km²)
12. Kecamatan Way Tenong (116,67 km²)
13. Kecamatan Air Hitam (76,23 km²)
14. Kecamatan Gedung Surian (87,14 km²)
15. Kecamatan Kebun Tebu (14,58 km²)

4.2. Topografi

Secara topografi Kabupaten Lampung Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit


topografi yaitu :
1. Daerah dataran rendah (101 m – 500 m) = 27 %
2. Daerah berbukit (501 m – 1000 m) = 46,9 %
3. Daerah pegunungan (1001 m keatas) = 25,9 %

4.3. Keadaan Tanah

Keadaan tanah di Kabupaten Lampung Barat terdiri dari :

1. Tanah Pada Sistem Perbukitan

Keadaan topografi yang bervariasi pada sistem ini memberikan pengaruh


terhadap proses pembentukan dan perkembangan tanah. Umumnya
tanah telah mengalami dan menunjukkan perkembangan lanjut, kecuali
di daerah yang tererosi. Daerahnya terletak dilereng pegunungan vulkan
terutama di sepanjang Bukit Barisan. Bahan pembentuknya berupa bahan

Data Terpilah dan | 24


vulkan, sedimen, plutonik masam, dan batuan metamorf setempat yang
ditutupi oleh bahan tufa masam ranau.

2. Tanah Pada Sistem Pegunungan dan Plato


Pada umumnya bahan pembentuknya berupa bahan vulkan tersier,
batuan plutonik masam. Terletak pada ketinggian antara 25 – 1.350
meter dari permukaan laut dan pada umumnya berlereng curam, agak
curam, sampai sangat curam sekali dengan lereng lebih baik dari 30 %.

4.4. Iklim

Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai


pegunungan Bukit Barisan Selatan, maka Lampung Barat memiliki 2 (dua)
zone iklim yaitu :
1. Zone A (jumlah bulan basah > 9 bulan) terdapat di bagian barat Taman
Bukit Barisan Selatan.
2. Zone BL (jumlah bulan basah 7 – 9 bulan) terdapat di bagian timur
Taman Bukit Barisan Selatan. Berdasarkan curah hujan dari Lembaga
Meteorologi dan Geofisika, curah hujan Lampung Barat berkisar antara
2.500 – 3.000 milimeter setahun.

4.5. Geologi

Berdasarkan peta geologi Provinsi Lampung skala 1 : 250.000 yang


disusun oleh S. Gafoer, TC Amin, andi Mangga (1989), Lampung Barat terdiri
dari batuan vulkan tua ( old quarternary young), Formasi Simpang Aur,
Formasi Ranau, Formasi Bal, Batuan Intrusive dengan porositas tanah yang
tinggi.

Data Terpilah dan | 25


1. Pertambangan
Sebab geologi Daerah Kabupaten Lampung Barat cukup kompleks,
menyebabkan keanekaragaman endapan mieral/bahan galian sebagai
potensi alam yang sangat bermanfaat bagi pembangunan. Sebaran
bahan galian golongan A (strategis) yang diperkirakan ada yaitu batu
bara dan radio aktif, tetapi masih perlu dilakukan penyelidikan lebih
lanjut. Bahan galian B yang diperkirakan ada yaitu emas, perak, timbal,
tembaga, seng, belerang, pasir besi, mangaan, dan sebagainya masih
perlu penyelidikan secara detail. Bahan galian C meliputi batu apung,
tufa, perlit, tras, batuan beku, batuan gamping, marmer, pasir, krakas,
diatomi, kaolin, tanah liat, dan sebagainya. Pengusahaan bahan galianini
masih diusahakan kecil-kecilan.

2. Energi
Daerah Kabupaten Lampung Barat cukup kaya akan berbagai sumber
daya energy, seperti gas bumi/panas bumi, tenaga air (aair terjun, air
deras, tenaga angina dan sebagainya). Untuk sumber daya panas bumi
(geothermal) ada di wilayah Kecamatan Suoh.

4.6. Hidrologi
Wilayah Lampung Barat di bagian Barat mempunyai sungai-sungai
yang mengalir pendek dengan pola aliran dendritic yang menyebabkan
daerah ini jarang banjir sebab pada saat musim hujan dating bersamaan air
tidak terkonsentrasi dan timing lagnya menjadi lambat. Delta Marine ditandai
dengan agregat kasar hasil endapan alluvial vulkanik, hal ini menyebabkan
bila air besar aliran sungai sering berpindah (meander). Pada bagian Timur
Barat merupakan daerah tangkapan air (Catchment Area) sungai-sungai
besar yang mengalir kearah Timur antara lain Way Besai dan Way Seputih

Data Terpilah dan | 26


dan sebagainya. Proses erosi yang sudah lanjut, besarnya material yang
terangkut (sendiment load) menyebabkan makin cepatnya daerah ini
mengalami kekurangan unsur hara tanah. Dengan berkurangnya flora
penutup tanah dan sifat drainase yang baik (terdiri dari lempung pasiran
bergeluh) praktis daya simpan air sangat kecil, in9i menyebabkan fluktuasi
aliran permukaan (run off) semakin besar, sungai-sungai yang mengalir ke
sebelah Timur menjadi terganggu kestabilannya. Umumnya sungai-sungai
yang mengalir ke sebelah Barat masih stabil karena didukung oleh masih
banyaknya flora penutup tanah dan belum terganggunya air tanah dangkal
sebagai sumber mata air.

4.7. Vegetasi Alam


Vegetasi utama yang menyusun bukit barisan, terdiri atas :

1. Hutan Hujan Dataran Tinggi yang terdiri dari :


Formasi Hutan Hujan Bawah tipe hujan ini terletak di sebah Danau
Ranau bagian barat dan selatan berada pada ketinggian 500 – 1.000
meter dari permukaan laut. Jenis-jenis pohon yang ada adalah dari
family Dipterocarpaceae, Myrtaceae dan Annonanceae antara lain
Uqenia Oferculuta dan Nauclea Purpurescens. Jenis-jenis tumbuhan
bawah dan semak antara lain Neolitcea, Psychotria Rhinocerotis, Arecea
Sp dan Globba Pandela.

2. Hutan Hujan Tengah (Lower Maountain Rain Forest)


Tipe hutan ini terletak di daerah Sekincau di tengah pegunungan
sebelah utara pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter dari permukaan laut.
Jenis-jenis tumbuhan dari family Dipterocarpaceae, Lauraceae,
Myrtaceae dan Fagaceae antara lain Qercus Sp, selain itu terdapat juga

Data Terpilah dan | 27


padang rumput (Grazing Area) di daerah Danau Mengukut, jenis
vegetasi yang terdapat adalah gajah Penesetum Purpureum).

Data Terpilah dan | 28


Profil Gender Bidang Kependudukan 5
enduduk adalah pelaku utama dan tujuan akhir dari setiap

P pembangunan. Oleh sebab itu, penduduk dan segala


permasalahannya
perencanaan pembangunan.
berperan penting dalam setiap
P ermasalahan penduduk
pada awalnya hanya mencakup jumlah. Komposisi, dan distribusi penduduk
namun dengan adanya pergeseran orientasi pembangunan, permasalahan
kependudukan juga berkaitan dengan kemiskinan serta adanya
ketimpangan distribusi pendapatan yang bermuara pada tingkat
kesejahteraan dan kualitas penduduk yang ada.

Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang


dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah
dilaksanakan sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka yaitu tahun
1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010.

Penduduk Lampung Barat adalah semua orang yang berdomisili di


wilayah territorial Lampung Barat selama 6 bulan atau lebih dan atau
mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap.

Peran penduduk dalam pembangunan semakin menjadi isu yang


menarik untuk dibahas oleh berbagai Negara di dunia sejak adanya KTT
Bumi di Rio de Jeneiro pada tahun 1992 yang merubah orientasi
pembangunan pada kesejahteraan umat manusia (development) dan
dilanjutkan dengan adanya ICPD (International Confrence on Population
and Development) yang dilaksanakan di Kairo pada bulan September 1994

Data Terpilah dan | 29


yang diikuti 197 negara di dunia yang membahas masalah kependudukan
dan pembangunan.

Dengan adanya pertemuan 189 negara anggota Perserikatan


Bangsa-Bangsa pada tahun 2000 yang menghasilkan kesepakatan adanya
Millenium Development Goal’s, pembangunan manusia menjadi tujuan
utama sebagian besar Negara di dunia dan terus dipantau
perkembangannya mengingat target yang ingin dicapai adalah sampai
tahun 2015, tetapi akan ada kelanjutannya. Agenda pasca 2015 yang
merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goal adalah Sustainable
Development Goals (SDGs).

Data Terpilah dan | 30


Tabel 5.1
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah Total
1. Balik Bukit 21.218 19.936 41.154
2. Sukau 13.019 12.153 25.172
3. Lumbok Seminung 4.357 3.899 8.256
4. Belalau 6.468 6.083 12.551
5. Sekincau 9.929 9.125 19.054
6. Suoh 9.778 8.731` 18.509
7. Batu Brak 7.898 7.270 15.168
8. Pagar Dewa 9.634 8.473 18.107
9. Batu Ketulis 7.117 6.351 13.468

10. Bandar Negeri Suoh 13.212 11.531 24.743

11. Sumber Jaya 12.686 11.891 24.577


12. Way Tenong 17.871 17.056 34.927
13. Gedung Surian 8.769 8.189 16.958
14. Kebun Tebu 10.709 10.144 20.853
15. Air Hitam 6.198 5.702 11.900

Lampung Barat 158.863 146.534 305.397

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Lampung Barat

Data Terpilah dan | 31


Tabel 5.2
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah Total

0 -4 15.223 14.668 29.891

5-9 14.310 13.840 28.150

10 - 14 12.801 12.051 24.852

15 - 19 12.568 11.467 24.035

20 - 24 14.039 12.441 26.480

25 - 29 14.038 12.356 26.394

30 - 34 13.566 11.890 25.456

35 - 39 12.826 11.220 24.046

40 - 44 12.463 10.546 23.009

45 - 49 10.473 8.587 19.060

50 - 54 8.702 6.922 15.624

55 - 59 6.699 5.415 12.114

60 -64 4.923 3.517 8.440

65 + 5.750 4.985 10.735

Total 158.381 139.905 298.286

Sumber: Lampung Barat Dalam Angka 2018 (BPS)

Data Terpilah dan | 32


Profil Gender Bidang Kesehatan 6
esehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

K spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang


untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap
orang berhak atas setiap aspek yang berkaitan dengan kesehatan, baik
dalam hal akses atas sumber daya kesehatan maupun untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Berhak atas
akses ke sumber daya kesehatan berarti setiap orang dapat dengan
mudah untuk menjangkau fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dan juga
berhak untuk mendapatkan segala informasi yang berhubungan dengan
kesehatan. Selain itu setiap orang juga berhak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang aman bermutu dan maksimal sesuai dengan
keluhan yang diderita serta dengan pembiayaan yang terjangkau.

Permasalahan bidang kesehatan yang paling mendasar adalah belum


meratanya fasilitas dan tenaga kesehatan yang tersedia di setiap daerah.
Selain itu masih tingginya pembiayaan yang harus ditanggung oleh
masyarakat dalam mengobati keluhan kesehatan tertentu juga menambah
daftar permasalahan kesehatan. Padahal, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang lebih baik, tiga hal tersebut mutlak harus dibenahi atau
diselesaikan. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
telah melakukan pembangunan di bidang kesehatan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pemerintah
bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
Data Terpilah dan | 33
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata
dan terjangkau oleh masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang dilakukan haruslah bermanfaat


bagi setiap orang dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat tanpa
membeda- bedakan status sosial, jenis kelamin, agama dan lain-lain.
Penyimpangan- penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan akan menodai tujuan pembangunan itu sendiri
yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Agar pembangunan dapat berjalan dengan baik maka diperlukan
adanya pengawasan yang melekat terhadap program-program yang sedang
dilaksanakan dan evaluasi terus menerus terhadap program-program yang
telah dilaksanakan.

Pada bab ini, selanjutnya akan disajikan serta dipaparkan berbagai


data kondisi pembangunan bidang kesehatan yang telah dilaksanakan di
Kabupaten Lampung Barat. Data yang ditampilkan juga disertai dengan
data terpilah gender, sehingga diketahui berbagai permasalahan gender baik
kesetaraan maupun ketimpangan yang terjadi dalam akses, peran, kontrol
maupun manfaat dalam bidang kesehatan.

Data Terpilah dan | 34


6.1. Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

Tabel 6.1
Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Rumah Rumah Puskesmas Posyandu Polindes


Sakit Bersalin

1. Balik Bukit 1 1 1 27 4
2. Sukau 0 0 1 15 4
3. Lumbok Seminung 0 0 1 11 4
4. Belalau 0 0 1 12 4
5. Sekincau 0 0 1 17 2
6. Suoh 0 0 1 20 3
7. Batu Brak 0 0 1 18 5
8. Pagar Dewa 0 0 1 24 5
9. Batu Ketulis 0 0 1 13 8
Bandar Negeri 0 0 1 21 2
10.
Suoh
11. Sumber Jaya 0 0 1 18 5
12. Way Tenong 0 0 1 26 1
13. Gedung Surian 0 0 1 11 3
14. Kebun Tebu 0 0 1 11 6
15. Air Hitam 0 0 1 17 4
Total 1 1 15 261 60
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 35


Tabel 6.2
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi

1. Balik Bukit 2 16 28 2 6
2. Sukau 1 12 24 1 4
3. Lumbok Seminung 1 4 20 1 2
4. Belalau 1 9 22 1 5
5. Sekincau 2 8 32 1 6
6. Suoh 2 10 25 0 5
7. Batu Brak 1 14 22 1 2
8. Pagar Dewa 1 6 15 2 3
9. Batu Ketulis 2 7 33 1 5
Bandar Negeri 1 14
10. 37 2 4
Suoh
11. Sumber Jaya 2 21 27 1 5
12. Way Tenong 2 26 42 1 9
13. Gedung Surian 1 16 27 1 5
14. Kebun Tebu 2 14 32 1 5
15. Air Hitam 1 12 28 0 4
Total 22 189 414 16 70
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 36


6.2. Pelayanan Kesehatan

Tabel 6.3
Jumlah Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan K1 K4 Persalinan Ibu Nifas


Ditolong Nakes Mendapat Vit A

1. Balik Bukit 95,91 96,39 93,26 91,02

2. Sukau 97,01 93,46 94,26 88,77

3. Lumbok Seminung 108,50 88,59 89,93 90,65

4. Belalau 98,36 94,01 87,83 84,79

5. Sekincau 100,69 93,32 100 92,88

6. Suoh 68,18 65,04 69,87 64,84

7. Batu Brak 96,69 86,15 95,04 86,20

8. Pagar Dewa 99,97 90,34 86,47 88,63

9. Batu Ketulis 100 97,28 94,92 95,55

10. Bandar Negeri Suoh 98,36 86,00 90,49 94,22

11. Sumber Jaya 98,08 72,37 100 97,56

12. Way Tenong 99,74 97,75 97,24 91,80

13. Gedung Surian 91,24 84,58 77,08 81,63

14. Kebun Tebu 85,27 97,75 85,77 79,55

15. Air Hitam 94,08 93,33 87,95 91,10


Total 94,42 89,22 90,81 87,81
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 37


Tabel 6.4
Jumlah Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT-2+

1. Balik Bukit 11 16 32 16 18 82
2. Sukau 0 8 14 18 15 55
3. Lumbok Seminung 4 2 0 1 1 4
4. Belalau 11 10 3 7 7 27
5. Sekincau 9 5 5 6 4 20
6. Suoh 6 14 5 4 1 24
7. Batu Brak 0 0 6 21 26 53
8. Pagar Dewa 18 12 27 0 0 39
9. Batu Ketulis 1 1 14 12 15 42

Bandar Negeri 22 16 0 0 0 16
10.
Suoh
11. Sumber Jaya 7 10 7 5 2 24
12. Way Tenong 7 11 11 2 3 27
13. Gedung Surian 41 47 0 0 0 47
14. Kebun Tebu 31 20 8 3 3 34
15. Air Hitam 10 4 3 1 0 8
Total 178 176 135 96 95 502
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 38


Tabel 6.5
Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE1 dan FE3
Menurut Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

FE1 (30 Tablet) FE3 (90 Tablet)


No. Kecamatan Jumlah
Ibu Jumlah % Jumlah %
Hamil
1. Balik Bukit 841 804 95,56 810 96,27

2. Sukau 535 525 98,13 503 94,02

3. Lumbok Seminung 146 145 99,57 133 91,33

4. Belalau 276 275 99,81 262 95,09

5. Sekincau 407 407 100 407 100

6. Suoh 804 412 68,13 395 65,37

7. Batu Brak 284 252 88,61 221 77,71

8. Pagar Dewa 436 436 100 397 91,02

9. Batu Ketulis 331 331 100 325 98,19

10. Bandar Negeri Suoh 550 550 100 550 100


11. Sumber Jaya 525 522 99,41 518 98,65

12. Way Tenong 751 749 99,74 733 97,61

13. Gedung Surian 345 302 87,98 293 84,87

14. Kebun Tebu 471 402 85,27 381 80,81

15. Air Hitam 267 222 83,21 214 80,21


Total 6.770 6.334 93,56 6.142 90,72
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 39


Tabel 6.6
Jumlah Bayi Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Bayi Lahir Hidup


No. Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Balik Bukit 386 345 731

2. Sukau 235 218 453

3. Lumbok Seminung 73 54 127

4. Belalau 93 105 198

5. Sekincau 171 189 360

6. Suoh 235 218 453

7. Batu Brak 146 88 234

8. Pagar Dewa 201 158 359

9. Batu Ketulis 154 148 302

10. Bandar Negeri Suoh 253 256 509

11. Sumber Jaya 246 210 456

12. Way Tenong 327 332 659

13. Gedung Surian 153 118 271

14. Kebun Tebu 196 172 368

15. Air Hitam 123 113 236


Total 2.928 2.708 5.636
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 40


Tabel 6.7
Jumlah Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Kunjungan Neonatal 1 Kali Kunjungan Neonatal 3 Kali


No. Kecamatan (KN1) (KN3)

L P Jumlah L P Jumlah

1. Balik Bukit 355 346 701 376 322 698

2. Sukau 198 228 426 70 67 132


3. Lumbok Seminung 67 51 118 73 54 127
4. Belalau 93 101 194 93 101 194
5. Sekincau 152 183 335 155 156 311

6. Suoh 198 228 426 70 67 137


7. Batu Brak 130 88 218 147 86 233

8. Pagar Dewa 195 159 354 181 159 340


9. Batu Ketulis 144 148 292 137 149 286

Bandar Negeri 301 206 507 230 260 490


10.
Suoh

11. Sumber Jaya 225 229 454 249 229 478

12. Way Tenong 296 333 629 327 333 660

13. Gedung Surian 141 118 259 136 112 248


14. Kebun Tebu 171 172 343 166 168 334

15. Air Hitam 113 113 226 108 99 207


Total 2.738 2.702 5.440 2.518 2.362 4.880
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 41


Tabel 6.8
Jumlah Cakupan Imunisasi Campak dan BCG
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Bayi Diimunisasi
No. Kecamatan
Campak BCG

L P Jumlah L P Jumlah

1. Balik Bukit 361 352 713 319 328 647


2. Sukau 205 118 393 196 219 415
3. Lumbok Seminung 62 62 124 58 59 117
4. Belalau 112 122 234 132 113 245
5. Sekincau 169 172 341 172 177 349
6. Suoh 167 165 332 166 168 334
7. Batu Brak 116 127 243 123 109 232
8. Pagar Dewa 175 160 335 157 132 289
9. Batu Ketulis 145 136 281 130 134 264
Bandar Negeri 254 248
10. 502 283 254 537
Suoh
11. Sumber Jaya 241 207 448 237 213 450
12. Way Tenong 311 309 620 300 311 611
13. Gedung Surian 153 128 281 153 141 294
14. Kebun Tebu 197 194 391 181 196 377
15. Air Hitam 111 106 217 127 111 238
Total 2.779 2.676 5.455 2.734 2.665 5.399
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 42


Tabel 6.9
Jumlah Cakupan Imunisasi Polio dan Imunisasi Dasar Lengkap
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Bayi Diimunisasi
No. Kecamatan
Polio 4 Imunisasi Dasar Lengkap

L P Jumlah L P Jumlah

1. Balik Bukit 366 358 724 361 352 713


2. Sukau 205 216 421 205 188 393
3. Lumbok Seminung 53 58 111 62 62 124
4. Belalau 111 124 235 112 122 234
5. Sekincau 166 170 336 169 172 341
6. Suoh 154 163 317 167 165 332
7. Batu Brak 116 104 220 116 127 243
8. Pagar Dewa 141 137 278 175 160 335
9. Batu Ketulis 138 145 283 145 136 281
Bandar Negeri 246 264
10. 510 254 248 502
Suoh
11. Sumber Jaya 235 211 446 241 207 448
12. Way Tenong 312 300 612 311 309 620
13. Gedung Surian 142 143 285 153 128 281
14. Kebun Tebu 192 195 387 197 192 389
15. Air Hitam 117 109 226 111 108 219
Total 2.694 2.697 5.391 2.779 2.676 5.455
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 43


Tabel 6.10
Jumlah Cakupan Imunisasi DPT dan Hb
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Bayi Diimunisasi
No. Kecamatan
DPT 1 + Hb 1 DPT 3 + Hb 3

L P Jumlah L P Jumlah

1. Balik Bukit 366 358 724 361 352 713


2. Sukau 205 216 421 205 188 393
3. Lumbok Seminung 53 58 111 62 62 124
4. Belalau 111 124 235 112 122 234
5. Sekincau 166 170 336 169 172 341
6. Suoh 154 163 317 167 165 332
7. Batu Brak 116 104 220 116 127 243
8. Pagar Dewa 141 137 278 175 160 335
9. Batu Ketulis 138 145 283 145 136 281
Bandar Negeri 246 264
10. 510 254 248 502
Suoh
11. Sumber Jaya 235 211 446 241 207 448
12. Way Tenong 312 300 612 311 309 620
13. Gedung Surian 142 143 285 153 128 281
14. Kebun Tebu 192 195 387 197 192 389
15. Air Hitam 117 109 226 111 108 219
Total 2.694 2.697 5.391 2.779 2.676 5.455
Sumber: Dinas Kesehatan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 44


Tabel 6.11
Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kontrasepsi

IUD MOP MOW KDM IMP STK PIL Jumlah

1. Balik Bukit 675 9 127 116 1.145 2.049 1.388 5.509

2. Sukau 738 37 38 104 1.133 2.118 938 5.102

3. Lumbok Seminung 613 7 32 60 813 799 314 2.638

4. Belalau 803 7 30 64 866 1.010 520 3.300

5. Batu Ketulis 423 7 9 15 515 1.229 761 2.959

6. Pagar Dewa 677 8 10 76 754 2.360 1.185 5.070

7. Sekincau 541 5 39 67 658 1.506 688 3.504

8. Batu Brak 512 16 31 15 1.000 1.051 398 3.023

9. Suoh 233 2 26 54 957 1.416 846 3.534

488 6 9 52 538 2.005 1.200 4.298


10. Bandar Negeri Suoh

11. Sumber Jaya 236 2 26 50 942 1.207 748 3.211

12. Kebun Tebu 455 8 10 61 550 1.305 731 3.120

13. Gedung Surian 614 7 32 60 819 804 314 2.650

14. Way Tenong 661 8 39 110 1.102 2.145 1.095 5.160

15. Air Hitam 465 7 13 40 916 705 596 2.742

Total 8.134 136 471 944 12.708 21.709 11.718 55.820

Sumber: Dinas PPKBPP dan PA

Data Terpilah dan | 45


Profil Gender Bidang Pendidikan 7
P
endidikan merupakan suatu indikator yang menggambarkan
kualitas sumber daya manusia. Suatu masyarakat yang
berkualitas dapat dilihat dari kemampuan baca tulis,
partisipasi sekolah, danpendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan suatu masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Hal
ini bisa dijelaskan karena dengan pendidikan yang tinggi maka masyarakat
dapat lebih optimal dalam berpartisipasi terhadap pembangunan.
Pemerintah telah mencanangkan berbagai program untuk meningkatkan
pendidikan masyarakat, yaitu dengan membuka kesempatan, memberikan
akses serta menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang
berlandaskan pada pasal 31 UUD 1945.

Dalam UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa “Setiap warga Negara


berhak mendapat pengajaran.” Artinya semua warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran yang sama tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, suku bangsa, etnis, agama, gender dan geografis. Setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan yang sama dan bermutu,
serta setiap warga berhak mendapatkan dan mengembangkan sumber
dayanya masing- masing.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Diterangkan lagi dalam pasal 6 ayat 1 UU tahun 2003 bahwa

Data Terpilah dan | 46


setiap Warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat).

Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Bab I Pasal


3 menerangkan bahwa kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana
perempuan dan laki-laki menikmati status yang setara dan memiliki
kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi.
Aturan-aturan tersebut di atas mengamanatkan bahwa semua lapisan
masyarakat baik pemerintah, pihak swasta atau masyarakat wajib
mendukung kegiatan pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan
harus diberikan pada seluruh masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan
karena pembangunan yang dilaksanakan oleh sumber daya manusia
berkualitas tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Perempuan
memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan kader-kader
bangsa. Ibu yang berkualitas diharapkan akan menghasilkan anak-anak
yang lebih berkualitas.

Permasalahan dari rendahnya angka pendidikan berakibat pada


kemiskinan, pengangguran, kejahatan, dan lain-lain. Permasalahan
pendidikan bukan hanya dilatar belakangi oleh masing-masing pribadi,
namun penyediaan sarana dan prasarana ikut andil dalam keberhasilan
bidang pendidikan.

Data Terpilah dan | 47


Tabel 7.1
Jumlah Sekolah Di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenjang Sekolah
No. Kecamatan
SD SMP SMA/SMK

1. Balik Bukit 27 8 4

2. Sukau 19 5 2

3. Lumbok Seminung 8 4 1

4. Belalau 12 1 1

5. Sekincau 10 3 2

6. Suoh 14 4 2

7. Batu Brak 13 2 1

8. Pagar Dewa 18 4 2

9. Batu Ketulis 11 2 2

10. Bandar Negeri Suoh 20 8 4

11. Sumber Jaya 13 3 1

12. Way Tenong 22 4 3

13. Gedung Surian 8 2 0

14. Kebun Tebu 11 2 2

15. Air Hitam 7 2 1


Total 213 55 28
Sumber: SIPD Dinas Pendidikan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 48


Tabel 7.2
Jumlah Guru Di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenjang Sekolah
No. Kecamatan

SD SMP SMA/SMK

1. Balik Bukit 314 190 178

2. Sukau 169 78 46

3. Lumbok Seminung 62 47 9

4. Belalau 107 32 31

5. Sekincau 104 48 49

6. Suoh 108 36 35

7. Batu Brak 119 39 14

8. Pagar Dewa 118 43 36

9. Batu Ketulis 104 30 31

10. Bandar Negeri Suoh 134 61 48

11. Sumber Jaya 119 61 39

12. Way Tenong 216 108 127

13. Gedung Surian 90 54 0

14. Kebun Tebu 115 58 95

15. Air Hitam 62 32 12


Total 1.941 917 750
Sumber: SIPD Dinas Pendidikan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 49


Tabel 7.3
Angka Partisipasi Sekolah Di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Usia Angka


(Tahun) (%)

1. ˂7 30,83

2. 7-12 98,75

3. 13-15 98,75

4. 16-18 92,38
Sumber: SIPD Dinas Pendidikan Lampung Barat

Tabel 7.4
APK, APM, Rata-rata Lama Sekolah dan Nilai UN
Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Indikator Kinerja Satuan Realisasi s.d Capaian


Tahun 2018

1. Angka Partisipasi Kasar SD % 113,41 101%

2. Angka Partisipasi Kasar SMP % 82,63 82%

3. Angka Partisipasi Murni SD % 100 100%

4. Angka Partisipasi Murni SMP % 77,54 84%

5. Angka Rata-rata Lama Sekolah Tahun 7,33 98%

6. Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 12,18 98%

7. Angka Melanjutkan Sekolah Tahun 89,26 98%

8. Nilai Rata-rata Ujian Nasional SD Point 209,91 98%

9. Nilai Rata-rata Ujian Nasional SMP Point 235,81 95%


Sumber: SIPD Dinas Pendidikan Lampung Barat

Data Terpilah dan | 50


Profil Gender Bidang Ketenagakerjaan 8
etenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk

K menggambarkan kesejahteraan masyarakat, tidak


untuk mencapai kepuasan individu,
memenuhi perekonomian rumah tangga dan
tetapi juga
kesejahteraan
hanya
untuk
seluruh
masyarakat. Pada suatu kelompok masyarakat, sebagian besar dari mereka,
utamanya telah memasuki usia kerja, diharapkan terlibat di lapangan kerja
tertentu atau aktif dalam kegiatan perekonomian.

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas, yang telah
dianggap mampu melaksanakan pekerjaan. Tenaga kerja ini terdiri dari
bekerja, mencari kerja, bersekolah, mengurus rumah tangga dan mereka yang
tidak masuk dalam kategori diatas.

Angkatan kerja adalah kelompok penduduk usia kerja potensi untuk


bekerja. Pengertian potensial dimaksud adalah kesiapan setiap orang untuk
masuk di pasar kerja baik saat itu sedang bekerja maupun mencari pekerjaan.
Yang tidak termasuk angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun,
tidak berkerja atau tidak sedang mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus
rumah tangga, pension, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan
untuk bekerja.

TPAK dan Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan indikator utama


ketenagakerjaan yang sering dipakai untuk melihat perkembangan di bidang
ketenagakerjaan. Penduduk Usia Kerja merupakan faktor penting dalam
menentukan Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, dimana Tingkat

Data Terpilah dan | 51


Partisipasi Angkatan Kerja merupakan gambaran seberapa besar keikutsertaan
Penduduk Usia Kerja dalam aktivitas ketenagakerjaan.

Pengangguran merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja, mencari


pekerjaan baik secara aktif maupun pasif. Terjadinya pengangguran biasanya
disebabkan oleh banyaknya penduduk yang mencari pekerjaan tidak
sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang, sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah sosial lainnya.

Data Terpilah dan | 52


Tabel 8.1
Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 s.d 65+ Tahun)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan

L P Jumlah

1. Balik Bukit 19.669 6.930 26.599

2. Sukau 9.058 8.594 17.652


3. Lumbok Seminung 6.480 5.004 11.484

4. Belalau 170 180 350

5. Sekincau 4.411 3.145 7.556

6. Suoh 960 659 1.619

7. Batu Brak 5.236 3.328 8.564

8. Pagar Dewa 20 24 44

9. Batu Ketulis 3.881 2.000 5.881

10. Bandar Negeri Suoh 4.433 2.252 6.685

11. Sumber Jaya 6.394 2.741 9.135

12. Way Tenong 3.190 2.981 6.171

13. Gedung Surian 4.868 2.812 7.680

14. Kebun Tebu 4.729 3.512 8.241

15. Air Hitam 226 206 432


Total 73.725 44.368 118.093

Sumber: Dinas Penanaman Modal, PTSP dan Tenaga Kerja Lampung Barat

Data Terpilah dan | 53


Tabel 8.2
Jumlah Angkatan Kerja
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan

L P Jumlah

1. Balik Bukit 19.669 6.930 26.599

2. Sukau 9.058 8.594 17.652


3. Lumbok Seminung 6.480 5.004 11.484

4. Belalau 170 180 350

5. Sekincau 4.411 3.145 7.556

6. Suoh 960 659 1.619

7. Batu Brak 5.236 3.328 8.564

8. Pagar Dewa 20 24 44

9. Batu Ketulis 3.881 2.000 5.881

10. Bandar Negeri Suoh 4.433 2.252 6.685

11. Sumber Jaya 6.394 2.741 9.135

12. Way Tenong 3.190 2.981 6.171

13. Gedung Surian 4.868 2.812 7.680

14. Kebun Tebu 4.729 3.512 8.241

15. Air Hitam 226 206 432


Total 73.725 44.368 118.093

Sumber: Dinas Penanaman Modal, PTSP dan Tenaga Kerja Lampung Barat

Data Terpilah dan | 54


Tabel 8.3
Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut Tingkat Pendidikan dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tamatan


No. Kecamatan

SD SLTP SLTA DIPLOMA S1 S2 JUMLAH

1. Balik Bukit 9.804 6.563 8.834 931 910 131 31.242

2. Sukau 4.985 6.751 5.432 236 248 0 17.652


3. Lumbok Seminung 473 153 165 16 16 5 1.161
4. Belalau 3.647 2.373 2.338 350 271 0 8.979

5. Sekincau 4.004 3.493 2.869 271 153 0 10.790

6. Suoh 1.328 1.113 1.835 106 115 0 4.893

7. Batu Brak 873 2.425 4.165 93 328 17 8.564

8. Pagar Dewa 0 0 44 0 0 0 44

9. Batu Ketulis 7.952 2.079 1.952 169 100 0 12.152

Bandar Negeri 1.350 1.050 3.799 207 160 0 6.566


10.
Suoh

11. Sumber Jaya 4.531 3.269 2.568 350 169 160 11.655

12. Way Tenong 3.796 1.177 2.379 276 379 20 10.668

13. Gedung Surian 4.873 2.005 1.389 75 60 37 8.439

14. Kebun Tebu 3.708 2.141 1.526 122 231 13 8.958

15. Air Hitam 206 220 231 117 151 0 1.151


Total 51.530 34.812 39.25 3.219 3.331 383 142.914
6
Sumber: Dinas Penanaman Modal, PTSP dan Tenaga Kerja Lampung Barat

Data Terpilah dan | 55


Tabel 8.4
Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Keluar Negeri
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan

L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 1 1

2. Sukau 0 2 2
3. Lumbok Seminung 3 1 4
4. Belalau 0 0 0

5. Sekincau 2 4 6

6. Suoh 1 5 6

7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 2 2

10. Bandar Negeri Suoh 0 2 2

11. Sumber Jaya 0 3 3

12. Way Tenong 0 4 4

13. Gedung Surian 0 2 2

14. Kebun Tebu 0 2 2

15. Air Hitam 0 2 2


Total 6 30 36

Sumber: Dinas Penanaman Modal, PTSP dan Tenaga Kerja Lampung Barat

Data Terpilah dan | 56


Tabel 8.5
Jumlah Pengangguran
Menurut Tingkat Pendidikan dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Tingkat Pengangguran
No. Kecamatan

SD SLTP SLTA DIPLOMA S1 S2 JUMLAH

1. Balik Bukit 1.40 937 1.262 133 130 0 4.769


0
2. Sukau 0 0 0 0 0 0 0
3. Lumbok Seminung 145 213 62 3 16 2 595
4. Belalau 430 700 397 5 15 0 1.786

5. Sekincau 543 450 551 82 2 0 1.628

6. Suoh 649 1.283 1.020 0 0 0 3.146

7. Batu Brak 88 114 62 0 0 0 266

8. Pagar Dewa 0 0 0 0 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 0 0 0 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 2 4 1 0 0 0 7


11. Sumber Jaya 300 184 152 52 27 23 738

12. Way Tenong 276 418 490 57 63 1 1.550

13. Gedung Surian 78 45 37 8 4 2 174

14. Kebun Tebu 120 110 129 19 16 0 502

15. Air Hitam 43 29 22 10 3 0 107


Total 4.17 4.601 4.426 373 277 28 15.727
5
Sumber: Dinas Penanaman Modal, PTSP dan Tenaga Kerja Lampung Barat

Data Terpilah dan | 57


Profil Gender Bidang Politik dan
Pengambilan Keputusan 9
erilaku keluarga dan peran serta setiap individu anggota

P keluarga akan membantu kita untuk mengerti tentang peranan


wanita dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga.
Pada struktur masyarakat yang turut berpengaruh peran wanita berbeda
bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

Struktur sosial masyarakat yang membagi-bagi tugas antar pria dan


wanita seringkali merugikan wanita. Wanita yang bekerja di dalam
rumah tangga tidak mendapatkan penghargaan secara ekonomi. Nilai wanita
sebagai ibu adalah suatu nilai yang sakral yang penuh dengan
pengabdian. Istilah peran rangkap tiga yang dimiliki wanita, yaitu
: peran produktif (bekerja/mencari nafkah), peran reproduktif (menyiapkan
semua keperluan keluarga untuk di dalam dan di luar rumah, keperluan
suami dan anak), serta peran masyarakat (arisan. Gotong royong dan
pengajian) (Daulay, 2007).

Sebagaimana yang kita ketahui, pengarusutamaan perspektif yang


berkeadilan gender merupakan prasyarat dasar dalam mencapai
kesetaraan dan pembangunan. Pemerintah memberi perhatian khusus
dalam hal ini sebagaimana dibuktikan dalam komitmen nasional
Indonesia yang dimuat dalam Undang-undang Dasar 1945, dan komitmen-
komitmen internasional, antara lain Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination against Women) atau CEDAW, sebagaimana

Data Terpilah dan | 58


diratifikasi oleh Indonesia melalui pemberlakuan Undang-undang No. 7
Tahun 1984, Deklarasi Beijing, Landasan Tindakan Beijing Tahun 1995 dan
Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goal) Tahun
2000. Salah satu himbauan CEDAW PBB untuk mengeliminasi segala
bentuk diskriminasi terhadap perempuan adalah dengan melakukan tindakan
affirmatif dimana tindakan ini khusus koreksi dan kompensasi dari negara
atas ketidakadilan gender terhadap perempuan selama ini.

Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden nomor 9 Tahun 2000


tentang Pengarusutamaan Gender merupakan indikator bahwa isu gender
belum mendapatkan perhatian khusus di bidang pembangunan, hingga
Pemerintah Pusat merasa perlu menetapkan suatu pijakan politis yang
membuka peluang bagi perempuan Indonesia untuk berpartisipasi aktif di
dalam pembangunan termasuk pembangunan politik yang berwawasan
gender.

9.1 Partisipasi Di Bidang Politik


9.1.1 Anggota DPRD Kabupaten Lampung Barat

Fakta menunjukkan, peran perempuan Indonesia secara


progresif banyak menduduki posisi penting, meskipun persentasenya masih
lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki. Berkat perjuangan gigih koalisi
para aktivis permasalahan perempuan dan koalisi perempuan anggota
parlemen, telah berhasil mengundangkan secara formal dalam pasal 65
undang-undang pemilu No. 12 tahun 2003.

Pasal tersebut adalah 65 ayat (1) dan (2), yang dikenal dengan
sebutan
”kuota” untuk perempuan, lengkapnya pasal tersebut berbunyi :

Data Terpilah dan | 59


(1) Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota
DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap daerah
pemilihan, dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-
kurangnya 30 persen.
(2) Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon
sebanyak- banyaknya 120 persen jumlah kursi yang ditetapkan pada
setiap daerah pemilihan.

Sementara Pasal 67 ayat (1) berbunyi :


”Calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota yang
diajukan partai politik peserta pemilu merupakan hasil seleksi
secara demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal parpol”

Sehingga meskipun ada peluang bagi perempuan untuk berkiprah di


bidang politik, khususnya menjadi calon legislatif, tetap saja kesempatan
tersebut bergantung kepada pimpinan partai politik yang memiliki kuasa
untuk menetapkan nomor urut calon legislatifnya. Dilain pihak, perempuan
terjun ke dunia politik harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing
dengan laki-laki, dalam hal ini, perempuan harus turut aktif dalam
kepengurusan partai politik dan membekali diri dengan memenuhi
kapasitas, kompetensi dan kualifikasi sebagai warga politik dengan tetap
dalam koridornya sebagai perempuan.

Jumlah anggota DPRD Kabupaten Lampung Barat hasil Pemilu


Legislatif tahun 2019-2024 sebanyak 35 orang. Keterwakilan perempuan
dalam partai politik yang menjadi anggota DPRD lebih rendah dibandingkan
dengan laki-laki, dari total anggota DPRD sebanyak 35 orang hanya 5
orang saja keterwakilan perempuannya atau hanya sekitar 16 persen saja.

Data Terpilah dan | 60


Tabel 9.1
Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Menurut Partai Politik dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
No. Dinas/Instansi Pemerintahan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Fraksi PDI Perjuangan 8 3 11

2. Fraksi Demokrat 4 2 6

3. Fraksi Golkar 5 0 5

4. Fraksi Gerakan Indonesia Raya 5 0 5

5. Fraksi PKS Bersatu 4 0 4

6. Fraksi Restorasi Pembangunan Bangsa 4 0 4

Total 30 5 35

Sumber: SIPD Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Barat

Tabel 9.2
Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Menurut Komisi dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Dinas/Instansi Pemerintahan Jenis Kelamin


Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Komisi I 8 3 11

2. Komisi II 10 1 11

3. Komisi III 9 1 10

4. Ketua 1 0 1

5. Wakil Ketua I 1 0 1

6. Wakil Ketua II 1 0 1

Total 30 5 35

Sumber: SIPD Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Barat

Data Terpilah dan | 61


9.2. Partisipasi Di Lembaga Eksekutif

Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Pemerintah Kabupaten


Lampung Barat, dari jumlah 3.834 orang 49,26 persen adalah laki-laki dan
perempuan 50,74persen. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara
jumlah PNS laki-laki dengan perempuan di Kab. Lampung Barat.
Tabel 9.3
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat Kepangkatan dan
Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Jenis Kelamin
No. Kecamatan
L P Jumlah
1. I/a 6 3 9
I/b 4 0 4
I/c 6 1 7
I/d 1 0 1
Golongan I / Range I 17 4 21
2. II/a 81 66 147
II/b 82 27 109
II/c 142 198 340
II/d 43 79 122
Golongan II / Range II 362 404 766
3. III/a 170 259 429
III/b 310 340 650
III/c 231 251 482
III/d 359 277 636
Golongan III / Range III 1.070 1.127 2.197
4. IV/a 307 333 640
IV/b 133 104 237
IV/c 20 0 20
IV/d 1 0 1
IV/e 0 0 0
Golongan IV / Range IV 461 437 898
Total 1.896 1.938 3.834

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung Barat

Data Terpilah dan | 62


Tabel 9.4
Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Jenis Kelamin
No. Kecamatan L P Jumlah

1. Fungsional Tertentu 924 1.511 2.435

2. Fungsional Umum/Staf 448 241 689


3. Struktural 517 193 710
4. Eselon V 0 0 0

5. Eselon IV 350 166 516

6. Eselon III 136 26 162

7. Eselon II 31 1 32

8. Eselon I 0 0 0
Total 1.889 1.945 3.834

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung Barat

Tabel 9.5
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Tingkat pendidikan dan
Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
Jenis Kelamin
No. Kecamatan
L P Jumlah
1. Sampai dengan SD 19 3 22

2. SLTP/Sederajat 19 5 24
3. SMA/Sederajat 411 329 740
4. Diploma I, II 187 277 464

5. Diploma III/Sarjana Muda 114 275 389


Tingkat 1.146 1.049 2.195
6.
Sarjana/Doktor/Ph.d
Total 1.896 1.938 3.834

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung Barat

Data Terpilah dan | 63


10
DAN
Profil Gender Bidang Sosial

ermasalahan kesejahteraan sosial merupakan permasalahan

P kesenjangan kesejahteraan yang terjadi di masyarakat yang


disebabkan oleh berbagai faktor baik ekonomi, sosial,
pendidikan dan lingkungan.
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak mengenakan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat yang perlu segera dicari upaya
penanganannya, atau suatu keadaan yang disebabkan oleh tingkah laku
khusus yang dilakukan oleh perorangan dan tingkah laku sosial.

Masalah sosial bisa disebabkan oleh suatu faktor tunggal ataupun


suatu produk dari banyak faktor yang saling berhubungan. Selain itu,
masalah sosial pada dasarnya dapat pula terbentuk dari kombinasi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal penyebab masalah sosial, antara
ketidak mampuan, kecacatan, gangguan jiwa, dan lain sebagainya. Faktor
eksternal antara lain keluarga, sekolah, lingkungan tetangga, lingkungan
kerja dan sebagainya.

Berat ringannya suatu masalah sosial yang dialami penyandang kerap


kali tergantung dari faktor penyebab yang dialaminya serta kompleksitas
variabel yang ada pada dirinya, terutama persepsi, kebutuhan, nilai,
kemampuan, harapan, pengalaman, dan perasaan. Masalah sosial juga
mempengaruhi warga masyarakat yang mengalami kerentanan atau resiko,
yaitu mereka yang karena keterbatasan dalam kehidupan mudah
terjerumus, sehingga mengalami masalah sosial.

Data Terpilah dan | 64


Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial adalah orang-orang atau
keluarga yang karena berbagai faktor penyebab tidak dapat melaksanakan
fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat serta memerlukan
pertolongan orang lain.
Terhadap kelompok masyarakat tersebut perlu diupayakan
pemberdayaan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri,
tidak menjadi beban bagi kelompok masyarakat lain. Dalam hal ini
dibutuhkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan
sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

10.1. Anak Balita Terlantar (ABT)

Anak Balita Terlantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) tahun


kebawah yang di terlantarkan oleh orang tuanya dan/atau berada di dalam
keluarga yang tidak memberikan pengasuhan, perawatan, pembinaan dan
perlindungan bagi anak, sehingga hak-hak dasarnya semakin tidak terpenuhi
serta anak dieksploitasi untuk tujuan tertentu. Adapun kriterianya adalah :
a. Terlantar/tanpa asuhan yang baik.
b. Berasal dari keluarga sangat miskin/miskin.
c. Kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.
d. Anak balita yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh
orang tua/keluarga.
e. Anak balita yang menderita gizi buruk atau kurang gizi.

Data Terpilah dan | 65


Tabel 10.1
Jumlah Anak Balita Terlantar (ABT)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan

L P Jumlah

1. Balik Bukit 3 2 5

2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 9 7 16

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0

7. Batu Brak 0 1 1

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0

11. Sumber Jaya 5 2 7

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 1 0 1

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 18 12 30

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 66


10.2. Anak Terlantar

Anak Terlantar adalah seseorang anak berusia 6 (enam) tahun sampai


dengan 18 (delapan belas) tahun meliputi anak yang mengalami perlakuan
salah dan diterlantarkan oleh orangtua/keluarga atau anak yang kehilangan
hak asuh dari orangtua/keluarga. Adapun kriterianya adalah :
a. Berasal dari keluarga miskin.
b. Anak yang ditinggalkan oleh orangtuanya.
c. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Tabel 10.2
Jumlah Anak Balita Terlantar (ABT)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan
L P Jumlah
1. Balik Bukit 6 7 13
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 4 4 8
4. Belalau 33 27 60
5. Sekincau 0 1 1
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 8 5 13
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 5 10 15
10. Bandar Negeri Suoh 2 0 2
11. Sumber Jaya 18 15 33
12. Way Tenong 43 32 75
13. Gedung Surian 0 2 2
14. Kebun Tebu 0 0 0
15. Air Hitam 4 0 0
Total 123 86 209
Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 67


10.3. Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah orang yang telah


berumur 12 tahun, tetapi belum mencapai umur 18 tahun, meliputi anak
yang disangka, didakwa, atau di jatuhi pidana karena melakukan tindak
pidana dan anak yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat
dan/atau mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
Tabel 10.3
Jumlah Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan
L P Jumlah
1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 1 0 1
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 2 1 3
12. Way Tenong 2 0 2
13. Gedung Surian 1 0 1
14. Kebun Tebu 1 0 1
15. Air Hitam 2 0 2
Total 9 1 10
Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 68


10.4. Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja dijalanan, anak yang
bekerja di jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang
menghabiskan sebagian besar waktunya dijalan maupun ditempat umum
untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Tabel 10.4
Jumlah Anak Jalanan
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

Jenis Kelamin
No. Kecamatan
L P Jumlah
1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0

11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0


14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 0 0 0

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 69


10.5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)

Anak dengan kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang belum


berusia 18 tahun yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani, maupun sosialnya secara layak.

Tabel 10.5
Jumlah Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 9 2 11
2. Sukau 3 5 8
3. Lumbok Seminung 3 1 4
4. Belalau 18 12 30
5. Sekincau 5 1 6
6. Suoh 3 3 6
7. Batu Brak 1 4 5
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 2 2 4

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0

11. Sumber Jaya 3 3 6

12. Way Tenong 1 0 1


13. Gedung Surian 5 1 6
14. Kebun Tebu 4 2 6
15. Air Hitam 2 4 6
Total 59 40 99

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 70


10.6. Anak Korban Tindak Kekerasan atau Diperlakukan Salah

Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah


adalah anak yang terancam secara fisik dan nonfisik karena tindak
kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan
sosial terdekatnya, sehingga tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan
wajar secara jasmani, rohani, maupun social. seseorang yang belum berusia
18 tahun yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani, maupun sosialnya secara layak.

Tabel 10.6
Jumlah Anak Korban Tindak Kekerasan Atau Diperlakukan Salah
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018
No. Kecamatan Jenis Kelamin
L P Jumlah
1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0
12. Way Tenong 0 0 0
13. Gedung Surian 0 2 2
14. Kebun Tebu 0 0 0
15. Air Hitam 0 0 0
Total 0 2 2
Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 71


10.7. Anak Yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK)

Anak yang memerlukan perlindungan khusus adalah anak yang


berusia 6 tahun sampai dengan 18 tahun dalam situasi darurat, dari
kelompok minoritas dan terisolasi, dieksploitasi secara ekonomi dan/atau
seksual. Diperdagangkan, menjadi korban penyalahgunaan narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, korban penculikan,
perdagangan, penjualan, korban kekerasan baik fisik dan/atau mental yang
menyandang disabilitas, dan korban perlakuan salah dan penelantaran.
Tabel 10.7
Jumlah Anak Yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah
1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0
12. Way Tenong 0 0 0
13. Gedung Surian 0 0 0
14. Kebun Tebu 0 0 0
15. Air Hitam 0 0 0
Total 0 0 0
Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 72


10.8. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

Perempuan rawan sosial ekonomi adalah seorang perempuan dewasa


menikah, belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Tabel 10.8
Jumlah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 56 56

2. Sukau 0 36 36
3. Lumbok Seminung 0 7 7
4. Belalau 0 39 39

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 19 19

7. Batu Brak 0 25 25

8. Pagar Dewa 0 38 38

9. Batu Ketulis 0 25 25

10. Bandar Negeri Suoh 0 74 74

11. Sumber Jaya 0 71 71

12. Way Tenong 0 27 27

13. Gedung Surian 0 54 54

14. Kebun Tebu 0 2 2

15. Air Hitam 0 0 0


Total 0 473 473

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 73


10.9. Lanjut Usia Terlantar

Lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau


lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya seperti sandang, pangan dan papannya serta terlantar secara
psikis dan sosial.

Tabel 10.9
Jumlah Lanjut Usia Terlantar
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 78 77 155

2. Sukau 40 45 85
3. Lumbok Seminung 30 17 47
4. Belalau 50 42 92

5. Sekincau 18 54 72

6. Suoh 10 11 21

7. Batu Brak 15 15 30

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 25 19 44
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 37 50 87

12. Way Tenong 6 25 31

13. Gedung Surian 1 0 1

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 4 4 8


Total 314 361 675

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 74


10.10. Penyandang Disabilitas

Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan


fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana
ketika berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat mengalami
partisipasi penuh dan efektif.
Tabel 10.10
Jumlah Penyandang Disabilitas
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin

L P Jumlah

1. Balik Bukit 18 8 26

2. Sukau 10 13 23

3. Lumbok Seminung 13 8 21

4. Belalau 38 22 60

5. Sekincau 1 1 2

6. Suoh 35 28 63

7. Batu Brak 9 6 15

8. Pagar Dewa 4 4 8

9. Batu Ketulis 14 0 14

10. Bandar Negeri Suoh 7 1 8


11. Sumber Jaya 39 17 56

12. Way Tenong 24 28 52

13. Gedung Surian 7 4 11

14. Kebun Tebu 12 6 18

15. Air Hitam 13 8 21

Total 244 154 398

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 75


10.11. Tuna Susila

Tuna susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual


dengan sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian di
luar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang,
materi atau jasa.
Tabel 10.11
Jumlah Tuna Susila
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin

L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 0 0 0

3. Lumbok Seminung 0 0 0

4. Belalau 0 0 0

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0

7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0


11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 0 0 0

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 76


10.12. Gelandangan

Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang


tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat
setempat, serta tidak mempunyai mata pencaharian dan tempat tinggal
yang tetap serta mengmbara di tempat umum.

Tabel 10.12
Jumlah Gelandangan
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0

7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 0 0 0

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 77


10.13. Pengemis

Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dari


meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara dan alas an untuk
mengharapkan belas kasihan orang lain.

Tabel 10.13
Jumlah Pengemis
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0


14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 0 0 0

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 78


10.14. Pemulung

Pemulung adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan


cara memungut dan mengumpulkan barang-barang bekas yang berada di
berbagai tempat pemukiman penduduk, pertokoan, dan/atau pasar-pasar
yang bermaksud untuk di daur ulang atau di jual kembali, sehingga memiliki
nilai ekonomis.

Tabel 10.14
Jumlah Pemulung
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah
1. Balik Bukit 5 0 5
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0
12. Way Tenong 6 2 8
13. Gedung Surian 2 0 2
14. Kebun Tebu 1 0 1
15. Air Hitam 0 0 0
Total 14 2 16
Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 79


10.15. Bekas Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan

Bekas warga binaan lembaga permasyarakatan adalah seseorang


yang telah menjalani masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan
dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam
kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan atau melaksanakan kehidupan secara normal.

Tabel 10.15
Jumlah Bekas Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 2 0 2
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 2 0 2
5. Sekincau 1 0 1

6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 1 0 1
10. Bandar Negeri Suoh 2 0 2
11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 1 0 1


14. Kebun Tebu 2 0 2

15. Air Hitam 1 0 1


Total 12 0 12

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 80


10.16. Kelompok Minoritas

Kelompok minoritas adalah kelompok yang mengalaami gangguan


keberfungsian sosialnya akibat diskriminasi dan marginalisasi yang
diterimanya sehingga karena keterbatasannya menyebabkan dirinya rentan
mengalami masalah social, seperti lesbian, gay, biseksual dan transgender
(LGBT).

Tabel 10.16
Jumlah Kelompok Minoritas
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 1
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0
12. Way Tenong 0 0 0
13. Gedung Surian 0 0 0
14. Kebun Tebu 0 0 0
15. Air Hitam 0 0 0
Total 0 0 0

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 81


10.17. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Orang dengan HIV/AIDS atau disebut ODHA adalah sesorang yang


dinyatakan terinfeksi virus HIV/AIDS dan membutuhkan pelayanan sosial.

Tabel 10.17
Jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0

7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 1 0 1

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0


11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 1 0 1

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 82


10.18. Korban Penyalahgunaan NAPZA

Korban penyalahgunaan NAPZA adalah seseorang yang menggunakan


narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya diluar pengobatan atau tanpa
sepengetahuan dokter yang berwenang.

Tabel 10.18
Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 1 0 1
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 2 0 2

8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 1 0 1


11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 1 0 1


14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 4 0 4

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 83


10.19. Fakir Miskin

Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber
mata pencaharian dan atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi
tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan atau keluarganya.

Tabel 10.19
Jumlah Fakir Miskin
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 503 75 578

2. Sukau 1.602 465 2.067


3. Lumbok Seminung 171 35 206
4. Belalau 5.987 58 1.260

5. Sekincau 1.175 85 6.045

6. Suoh 101 39 140

7. Batu Brak 2.059 2 2.061

8. Pagar Dewa 306 5 311

9. Batu Ketulis 1.207 95 1.302

10. Bandar Negeri Suoh 242 28 270


11. Sumber Jaya 769 118 887

12. Way Tenong 1.189 118 1.307

13. Gedung Surian 1.232 219 1.451

14. Kebun Tebu 368 56 424

15. Air Hitam 187 69 256


Total 17.098 1.467 18.565

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 84


10.20. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi

Keluarga bermasalah social psikologi adalah keluarga yang


berhubungan antar anggota keluarganya terutama antara suami istri, orang
tua dengan anak kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga
tidak dapat berjalan dengan wajar.

Tabel 10.20
Jumlah Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0


13. Gedung Surian 1 1 2
14. Kebun Tebu 0 0 0
15. Air Hitam 0 0 0
Total 1 1 2

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 85


10.21. Korban Trafficking

Korban trafficking adalah seseorang yang mengalami penderitaan


psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi dan atau yang diakibatkan tindak
pidana perdagangan orang.

Tabel 10.21
Jumlah Korban Trafficking
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin

L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 0 0 0

3. Lumbok Seminung 0 0 0

4. Belalau 0 0 0

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0

7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0


11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 0 0 0

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 86


10.22. Korban Tindak Kekerasan

Korban tindak kekerasan adalah orang baik individu, keluarga,


kelompok maupun kesatuan masyarakat tertentu yang mengalami tindak
kekerasan, baik sebagai akibat perlakuan salah, eksploitasi, diskriminasi,
bentuk-bentuk kekerasan lainnya ataupun dengan membiarkan orang
berada dalam situasi berbahaya sehingga menyebabkan fungsi sosialnya
terganggu.
Tabel 10.22
Jumlah Korban Tindak Kekerasan
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah
1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0
12. Way Tenong 0 0 0
13. Gedung Surian 1 0 1
14. Kebun Tebu 0 0 0
15. Air Hitam 0 0 0
Total 1 0 1
Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 87


10.23. Pekerja Imigran Bermasalah Sosial (PMBS)

Pekerja imigran bermasalah sosial (PMBS) adalah pekerja imigran


internal dan lintas Negara yang mengalami masalah social, baik dalam
bentuk tindak kekerasan, penelantaran, mengalami musibah (faktor alam
atau sosial) maupun mengalami disharmoni sosial karena ketidak mampuan
menyesuaikan diri di Negara tempat bekerja sehingga fungsi sosialnya
terganggu.

Tabel 10.23
Jumlah Pekerja Imigran Bermasalah Sosial (PMBS)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah
1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 0 0 0
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 1 0 1
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0
12. Way Tenong 0 0 0
13. Gedung Surian 0 0 0
14. Kebun Tebu 0 0 0
15. Air Hitam 0 0 0
Total 1 0 1
Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 88


10.24. Korban Bencana Alam

Korban bencana alam adalah orang atau sekelompok orang yang


menderita atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angina
topan, dan tanah longsor, sehingga terganggu fungsi sosialnya.

Tabel 10.24
Jumlah Korban Bencana Alam
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0
2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Sekincau 0 0 0
6. Suoh 0 0 0
7. Batu Brak 5 1 6
8. Pagar Dewa 0 0 0
9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 2 0 2
12. Way Tenong 0 0 0
13. Gedung Surian 1 0 1
14. Kebun Tebu 1 0 1
15. Air Hitam 0 0 0
Total 9 1 10

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 89


10.25. Korban Bencana Sosial

Korban bencana sosial adalah orang atau sekelompok orang yang


menderita atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik social antar
kelompok atau komunitas masyarakat dan terror.

Tabel 10.25
Jumlah Korban Bencana Sosial
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin


L P Jumlah

1. Balik Bukit 1 0 1

2. Sukau 0 0 0
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0

7. Batu Brak 0 1 1

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0


11. Sumber Jaya 1 0 1

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 2 1 3

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 90


10.26. Komunitas Adat Terpencil (KAT)

Komunitas adat terpencil adalah sekelompok social yang bersifat local


dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan baik sosial ekonomi maupun politik.

Tabel 10.26
Jumlah Komunitas Adat Terpencil (KAT)
Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan Jenis Kelamin

L P Jumlah

1. Balik Bukit 0 0 0

2. Sukau 0 0 0

3. Lumbok Seminung 0 0 0

4. Belalau 0 0 0

5. Sekincau 0 0 0

6. Suoh 0 0 0

7. Batu Brak 0 0 0

8. Pagar Dewa 0 0 0

9. Batu Ketulis 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 0 0

12. Way Tenong 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0

14. Kebun Tebu 0 0 0

15. Air Hitam 0 0 0


Total 0 0 0

Sumber: Dinas Sosial Lampung Barat

Data Terpilah dan | 91


KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN 11
11.1. Kekerasan Terhadap Perempuan

M
enurut Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan PBB Tahun 1993, kekerasan terhadap
perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan
perbedaan berbasis gender yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau
psikologis, termasuk ancaman terjadinya perbuatan tersebut. Pemaksaan
atau perampasan kebebasan secara sewenang- wenang, baik yang terjadi di
ranah publik maupun di ranah kehidupan privat atau pribadi. Kekerasan
yang terjadi terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk
ketidakadilan gender, oleh karenanya kekerasan terhadap perempuan sering
di sebut kekeresan yang berbasis gender. Walaupun kebanyakan korban
kekerasan yang berbasis gender berjenis kelamin perempuan, namun tidak
semua laki-laki berperan sebagai pelaku kekerasan. Sebaliknya tidak semua
perempuan korban kekerasan kerena pada kasus tertentu mereka malah
menjadi pelaku, adapun bentuk kekerasan fisik, seksual, dan psikologi
terjadi di dalam :
Keluarga, termasuk pemukulan, penganiayaan seksual anak
perempuan dalam keluarga, pemerkosaan dalam perkawinan,
pemotongan kelamin perempuan dan praktek-praktek tradisional
lainnya yang menyengsarakan perempuan. Kekerasan yang dilakukan
bukan oleh pasangan hidup dan kekerasan yang terkait dengan
ekploitasi.

Data Terpilah dan | 92


Komunitas, termasuk di dalamnya perkosaan, penganiayaan seksual,
pelecahan dan intimedasi seksual di tempat kerja, institusi
pendidikan, tempat umum dan lainnya, perdagangan perempuan
dan pelacuran paksa.

Yang dilaksanakan atau dibiarkan terjadinya oleh negara,


dimanapun kekerasan tersebut terjadi (Pasal 2 Deklarasi
Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan PP Tahun 1993).

10.2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap


seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau
perempasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga (UU Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga), adapun yang menjadi korban adalah; suami, istri, dan
anak;orang-orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan orang-
orang sebagaimana dimaksud pada huruf a) karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwakilan yang menetap dalam
rumah tangga.

Orang yang berkerja membantu rumah tangga dan menetap dalam


rumah tangga tersebut. Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan terhadap
perempuan dalam rumah tangga ;meliputi :

Kekerasan fisik, yakni perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,


jatuh sakit dan luka berat.

Data Terpilah dan | 93


Kekerasan psikis, yakni perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuanuntuk bertindak,
rasa tidak berdaya dan penderitaan psikis berat pada seseorang

Kekerasan seksual, yang meliputi :


 Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang
yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut

 Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam


lingkup rumah tangga nya dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan atau tujuan tertentu.

Penelantaran rumah tangga meliputi:

 Penelantaran kehidupan orang lain atau tidak


memberikan perawatan atau pemeliharaan kepada orang lain
dalam lingkup rumah tangganya.

 Membatasi dan atau melarang untuk bekerja sehingga


mengakibatkan ketergantungan ekonomi.

(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga)

KDRT sejauh ini belum dikenal secara luas sebagai kejahatan dalam
masyarakat, meskipun terjadi di banyak tempat seperti; pemerkosaan,
penyiksaan terhadap istri, penyiksaan terhadap anak, pembunuhan dan bentuk
kekerasan lainnya namun persepsi yang berkembang di masyarakat masih
menganggap masalah KDRT sebagai masalah pribadi yang tidak perlu di
campuri oleh orang lain/pihak lain, sehingga kebanyakan korban tidak berani
bicara secara terbuka karena terbentur masalah aib, biaya dan waktu. Berikut
ini di gambarkan tentang kasus kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga di
Lampung Barat.

Data Terpilah dan | 94


Tabel 11.1
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Status Pekerjaan dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

No. Kecamatan STATUS PEKERJAAN

Berusaha Buruh/ Pekerja Bebas Pekerja Bebas Pekerja


Sendiri Karyawan di Pertanian Non Pertanian Keluarga
1. Balik Bukit 0 1 0 0 0
2. Sukau 0 0 0 1 1

3. Lumbok Seminung 0 0 0 0 0

4. Belalau 0 0 0 0 0

5. Batu Ketulis 0 0 0 0 0

6. Pagar Dewa 0 0 0 0 0

7. Sekincau 0 0 0 0 0

8. Batu Brak 0 0 0 0 0

9. Suoh 0 0 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0 0 0

11. Sumber Jaya 0 0 0 0 1

12. Kebun Tebu 0 0 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0 0 0

14. Way Tenong 0 0 1 0 2


15. Air Hitam 0 0 0 0 0

Total 0 1 1 1 4
Sumber: Polres Lampung Barat 2017

Data Terpilah dan | 95


Tabel 11.2
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Status Perkawinan dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

STATUS PERKAWINAN
No. Kecamatan
Belum Kawin Kawin Cerai Jumlah
1. Balik Bukit 0 1 0 1
2. Sukau 1 1 0 2

3. Lumbok Seminung 0 0 0 0
4. Belalau 0 0 0 0
5. Batu Ketulis 0 0 0 0
6. Pagar Dewa 0 0 0 0
7. Sekincau 0 0 0 0
8. Batu Brak 0 0 0 0
9. Suoh 0 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0 0
11. Sumber Jaya 1 0 0 1
12. Kebun Tebu 0 0 0 0
13. Gedung Surian 0 0 0 0
14. Way Tenong 2 1 0 3
15. Air Hitam 0 0 0 0
Total 4 3 0 7
Sumber: Polres Lampung Barat 2017

Data Terpilah dan | 96


Tabel 11.3
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Tingkat Pendidikan dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

TINGKAT PENDIDIKAN
No. Kecamatan

Tidak/Belum SD/ SMP/ SMA/ Perguruan


Sekolah Sederajat Sederajat Sederajat Tinggi
1. Balik Bukit 0 0 0 0 1
2. Sukau 0 0 0 0 0

3. Lumbok Seminung 0 0 0 2 0

4. Belalau 0 0 0 0 0

5. Batu Ketulis 0 0 0 0 0

6. Pagar Dewa 0 0 0 0 0
7. Sekincau 0 0 0 0 0

8. Batu Brak 0 0 0 0 0
9. Suoh 0 0 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0 0 0

11. Sumber Jaya 0 0 0 1 0

12. Kebun Tebu 0 0 0 0 0

13. Gedung Surian 0 0 0 0 0

14. Way Tenong 0 2 0 1 0

15. Air Hitam 0 0 0 0 0

Total 0 2 0 4 1
Sumber: Polres Lampung Barat 2017

Data Terpilah dan | 97


Tabel 11.4

Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan


Menurut Tempat Kejadian dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

TEMPAT KEJADIAN
No. Kecamatan
Rumah Tangga Tempat Kerja Lainnya Jumlah

1. Balik Bukit 1 0 0 1
2. Sukau 1 0 1 2

3. Lumbok Seminung 0 0 0 0

4. Belalau 0 0 0 0
5. Batu Ketulis 0 0 0 0
6. Pagar Dewa 0 0 0 0
7. Sekincau 0 0 0 0

8. Batu Brak 0 0 0 0

9. Suoh 0 0 0 0

10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0 0

11. Sumber Jaya 1 0 0 1

12. Kebun Tebu 0 0 0 0


13. Gedung Surian 0 0 0 0
14. Way Tenong 3 0 0 3
15. Air Hitam 0 0 0 0

Total 6 0 1 7
Sumber: Polres Lampung Barat 2017

Data Terpilah dan | 98


Tabel 11.5
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Jenis Layanan yang Diberikan dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

JENIS PELAYANAN YANG DIBERIKAN


No. Kecamatan
Penanganan/ Layanan Rehab SOS Penegakan/
Pengaduan Kesehatan Bankum
1. Balik Bukit 0 0 0 1
2. Sukau 0 0 1 2

3. Lumbok Seminung 0 0 0 0

4. Belalau 0 0 0 0
5. Batu Ketulis 0 0 0 0
6. Pagar Dewa 0 0 0 0
7. Sekincau 0 0 0 0
8. Batu Brak 0 0 0 0

9. Suoh 0 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0 0

11. Sumber Jaya 0 0 0 1


12. Kebun Tebu 0 0 0 0
13. Gedung Surian 0 0 0 0
14. Way Tenong 0 0 0 3
15. Air Hitam 0 0 0 0

Total 0 0 1 7
Sumber: Polres Lampung Barat 2017

Data Terpilah dan | 99


Tabel 11.6
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Status Pekerjaan dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

STATUS PEKERJAAN
No. Kecamatan
Tidak/
Bekerja Jumlah
Belum Bekerja
1. Balik Bukit 1 0 1
2. Sukau 1 1 2
3. Lumbok Seminung 0 0 0

4. Belalau 0 0 0
5. Batu Ketulis 0 0 0
6. Pagar Dewa 0 0 0
7. Sekincau 0 0 0
8. Batu Brak 0 0 0
9. Suoh 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0
11. Sumber Jaya 0 1 1
12. Kebun Tebu 0 0 0
13. Gedung Surian 0 0 0
14. Way Tenong 1 2 3
15. Air Hitam 0 0 0

Total 3 4 7
Sumber: Polres Lampung Barat 2017

Data Terpilah dan | 100


Tabel 11.7
Jumlah Korban Perdagangan Orang
Menurut Kelompok Umur dan Kecamatan
di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2018

KELOMPOK UMUR
No. Kecamatan
0 – 18 Tahun 18 Tahun Keatas Jumlah
( Dewasa)
1. Balik Bukit 0 1 1
2. Sukau 0 2 2
3. Lumbok Seminung 0 0 0
4. Belalau 0 0 0
5. Batu Ketulis 0 0 0
6. Pagar Dewa 0 0 0
7. Sekincau 0 0 0
8. Batu Brak 0 0 0
9. Suoh 0 0 0
10. Bandar Negeri Suoh 0 0 0

11. Sumber Jaya 0 1 1


12. Kebun Tebu 0 0 0
13. Gedung Surian 0 0 0
14. Way Tenong 2 1 3
15. Air Hitam 0 0 0
Total 2 5 7
Sumber: Polres Lampung Barat 2017

Data Terpilah dan | 101


DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA,
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Anda mungkin juga menyukai