Pedoman Kerja Komite Nakes Lain 2018
Pedoman Kerja Komite Nakes Lain 2018
MALANG
Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 24, ayat (1);
Tenaga kesehatan hams memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan atau
asuhan kesehatan, standar pelayanan atau asuhan, dan standar prosedur operasional; ayat (4)
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu; ayat (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh
organisasi profesi. Peraturan Menteri Kesehatan No. 49 Tahun 2013 tentang Komite Medik
tenaga kesehatan Rumah Sakit pada pasal 2 ayat (1); Penyelenggaraan komite medik bertujuan
untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan serta mengatur tata kelola klinis yang
baik agar mutu pelayanan kesehatan berorientasi pada keselamatan pasien di Rumah Sakit
lebih terjamin dan terlindungi; Pasal 4 ayat (1) untuk mewujudkan tata kelola klinis yang baik
semua pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan di Rumah Sakit
dilakukan atas penugasan klinis dari Kepala/Direktur Rumah Sakit; ayat (2) penugasan klinis
berupa pemberian kewenangan klinis tenaga keperawatan oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit
melalui surat penugasan klinis kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan; ayat (3) surat
penugasan klinis diterbitkan oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit berdasarkan rekomendasi
ketua komite Staf profesi kesehatan lainya.
4. Komite tenaga kesehatan lainya adalah wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profession- nalisme
tenaga kesehatan lainya (analis kesehatan,farmasi,ahli gizi ,radiografer,fisioterapi dan
perawat gigi) melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan
profesi sehingga pelayanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar
yang baik (etis) sesuai kode etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga kesehatan
lainya yang kompeten dengan kewenangan yang jelas.
5. Tenaga kesehatan lainya yang dimaksud adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan D3 (analis kesehatan, farmasi,ahli gizi ,radiografer, fisioterapi dan ahli
teknis elektro medis) dan profesi apoteker didalam maupun diluar negeri sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
7. Buku putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
tenaga kesehatan lainya yang digunakan untuk menentukan kewenangan klinis.
8. Kewenangan klinis tenaga kesehatan lainya adalah hak yang diberikan kepada
tenaga tenaga kesehatan lainya untuk melakukan asuhan pelayan kesehatan dalam
lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan klinis (Clinical Appointment).
10. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga kesehatan lainya yang
telah memiliki kewenangan klinis (Clinical Privilege) untuk menentukan apakah yang
bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode
tertentu.
11. Panitia Adhoc adalah panitia yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit untuk
membantu komite tenaga kesehatan lainya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dan berasal dari tenaga tenaga kesehatan lainya yang tergolong sebagai mitra bestari.
12. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga kesehatan lainya
(analis kesehatan, farmasi, ahli gizi, radiografer, fisioterapi dan ahli teknis elektro
medis) dengan reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal
yang terkait dengan profesi tenaga kesehatan lainya.
BAB II
TUJUAN
1. Tujuan Umum
,radiografer,fisioterapi dan ahli teknis elektro medis) dalam menyelenggarakan tata kelola
klinis yang baik (Good Clinical Governance) melalui mekanisme kredensial, peningkatan
mutu profesi, dan penegakan disiplin profesi dan memberikan dasar hukum bagi mitra
bestari (Peer Group) dalam pengambilan keputusan profesi melalui komite tenaga
kesehatan lainya.
2. Tujuan Khusus
KEWENANGAN KLINIS
Tenaga kesehatan lainya yang kompeten mempunyai sikap rasional, etis dan
professional juga memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan Negara,
berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi. Tenaga kesehatan lainya juga diharuskan akuntabel terhadap pelayanan kesehatan,
yang berarti dapat memberikan pembenaran terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukan
dengan konsekuensi dapat di gugat secara hukum apabila melakukan praktik tidak sesuai
dengan standar profesi, kaidah etik dan moral, standar pelayanan (praktik) dan standar
pendidikan.
Hanya Tenaga kesehatan lainya professional yang memenuhi standar profesi saja
yang akan mendapatkan lisensi atau ijin melakukan praktik. Ditetapkannya standar profesi
Tenaga kesehatan lainya adalah untuk menjamin perlindungan terhadap mesyarakat penerima
pelayanan kesehatan dan Tenaga kesehatan lainya sebagai pemberi layanan yang
memedomani setiap aktifitas, pemikiran dan perilaku Tenaga kesehatan lainya dalam
menjalankan peran profesinya.
Pemberian kewenangan klinis juga mengacu pada buku putih (white book) sebagai
dasar panduan dalam melakukan kredensial dan rekredensial. Buku putih ini berisi tentang
ketentuan dokumen persyaratan terkait kompetensi meliputi Ijazah, STR, Sertifikat
kompetensi, Logbook, Surat orientasi di rumah sakit, surat keterangan sehat dan lain-lain yang
diperlukan.
PENUGASAN KLINIS
Penugasan klinis (clinical Appoitment) adalah penugasan Direktur RS Islam Aisyiyah Malang
kepada tenaga kesehatan lainya untuk melakukan pelayanan kesehatan atau asuhan
Dalam tenaga kesehatan lainya dikenal tindakan yang bersifat mandiri dan
tindakan yang bersifat delegasi. Kewenangan tenaga kesehatan lainya untuk melakukan
tindakan medik merupakan tindakan yang bersifat delegasi yang memerlukan kewenangan
klinis tertentu perlu di kredensial.
Tindakan medik yang bersifat delegasi tetap menjadi tanggung
jawab tenaga medis yang memberikan delegasi, diatur secara tersendiri oleh Direktur Rumah
Sakit sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada. BAB VI
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
1. Struktur Organisasi
DIREKTUR
KOMITE TENAGA
KESEHATAN LAINNYA
SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN
MUTU PROFESI
Komite tenaga kesehatan lainya adalah wadah non struktural rumah sakit yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan lainya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, memelihara etika dan disiplin profesi.
Komite tenaga kesehatan lainya dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola
klinis (clinical Governance) yang baik agar mutu pelayanan kesehatan pada (analis
kesehatan,farmasi,ahli gizi ,radiografer,fisioterapi dan ahli teknik elektro medis) yang
berorientasi pada keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
c. Sub Komite,yaitu:
Ketua Komite tenaga kesehatan lainya adalah Staf profesi kesehatan lainya
professional (analis kesehatan, farmasi, ahli gizi ,radiografer, fisioterapi dan ahli teknik
elektro medis) dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun dan ditunjukan setiap tiga
tahun oleh Direktur Rumah Sakit.
Sekretaris Komite tenaga kesehatan lainya dan Ketua Sub Komite diusulkan oleh
Ketua Komite tenaga kesehatan lainya dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite tenaga kesehatan lainya dibantu
oleh panitia adhoc yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Panitia adhoc terdiri
dari Tenaga kesehatan lainya yang tergolong sebagai Mitra Bestari (peer group)
berasal dari organisasi profesi tenaga kesehatan lainya.
cara:
3. INSTTaAtaLHAuSbIuFnAgRanMKAeSrjIa
INSTALASI RADIOLOGI
INSTALASI
INSTALASI LABORATORIUM
KOMITESTUEBNABAGGAIKAENSREMHA&TAPENMLAASIANRNAYAN
BAGIAN KEUANGAN
SUB.BAGIAN DIKLAT
1. Tujuan
2. Tugas
1) Ijazah
3) Sertifikat Kompetensi.
3. Kewenangan
4. Mekanisme Kerja
Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan atau asuhan tenaga profesi kesehatan lainya,
maka tenaga profesi kesehatan lainya tan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki
kompetensi, etis dan peka budaya.Mutu profesi tenaga tenaga profesi kesehatan lainya harus
selalu ditingkatkan melalui program pengembangan professional berkelanjutan yang disusun
secara sistematis, terarah dan terpolah atau terstruktur.
Mutu profesi tenaga kesehatan lainya harus selalu ditingkatkan secara terus menerus sesuai
perkembangan masalah kesehatan, IPTEK, perubahan standar profesi, standar pelayanan serta
hasil-hasil penelitian terbaru.
Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu profesi tenaga kesehatan
lainnya antara lain audit, diskusi, refleksi, diskusi kasus, studi kasus, seminar, simposium serta
pelatihan, baik dilakukan di dalam maupun di luar rumah sakit.
Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan mengambil keputusan
klinik dengan tepat, mengurangi angka kesalahan dalam pelayanan tenaga profesi kesehatan
lainya. Akhirnya meningkatkan tingkat kepercayaan pasien terhadap tenaga profesi kesehatan
lainya dalam pemberian pelayanan kesehatan.
1. Tujuan
Memastikan mutu profesi tenaga profesi kesehatan lainya sehingga dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai
kewenangannya.
2. Tugas
3. Kewenangan
4. Mekanisme kerja
6) Menerapkan perbaikan.
7) Rencana audit.
Menyusun laporan kegiatan Subkomite untuk disampaikan kepada Ketua Komite
staf profesi kesehatan lainyaBAB IX
Setiap tenaga profesi kesehatan lainya harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam
memberikan pelayanan kesehatan profesi lainya dan menerapkan etika profesi dalam
praktiknya.Profesionalisme tenaga profesi kesehatan lainya dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai - nilai etik dalam
kehidupan profesi.
Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga profesi kesehatan lainya sebagai landasan dalam
memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada pasien.Prinsip “caring” merupakan
inti pelayanan yang diberikan oleh tenaga profesi kesehatan lainya. Pelanggaran terhadap
standar pelayanan, disiplin tenaga profesi kesehatan lainya hampir selalu dimulai dari
pelanggaran nilai moral etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan masyarakat. Beberapa
factor yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah etik antara lain tingginya
beban kerja tenaga profesi kesehatan lainya, ketidak jelasan kewenangan klinik, menghadapi
pasien gawat - kritis dengan kompetensi yang rendah serta pelayanan yang sudah mulai
berorientasi pada bisnis.
Kemampuan praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang dipelajari pada saat dimasa
studi atau pendidikan, belum merupakan hal yang penting dipelajari dan diimplementasikan
dalam praktik.
1. Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu
dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan
kesehatan yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapatkan
kepuasan.Tujuan
b. Melindungi pasien dari peleyanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan lainya
yang tidak professional.
2. Tugas
3. Kewenangan
4. Mekanisme kerja
lainya, meliputi :
c. Rapat dengan Direktur Rumah Sakit dilaksanakan minimal tiga bulan sekali.
2) Qourum rapat adalah setengah ditambah satu dari jumlah anggota Komite staf
profesi kesehatan lainya Setiap rapat wajib dibuatkan notulen peserta rapat yang
ditunjuk menjadi sekretaris.
Notulen rapat ditandatangi oleh pimpinan rapat dan sekretaris rapat.
BAB XI
PENUTUP
Dengan diterbitkannya pedoman kerja komite tenaga kesehatan lainnya, diharapkan semua
kegiatan dapat mengacu pada pedoman ini, sehingga pada akhirnya tujuan rumah sakit
pasien.