Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS ISU KONTEMPORER

Identifikasi dan Deskripsi Isu Radikalisme


Adapun istilah radikalisme diartikan sebagai tantangan politik yang bersifat mendasar atau ekstrem
terhadap tatanan yang sudah mapan (Adam Kuper, 2000). Kata radikalisme ini juga memiliki aneka
pengertian. Hanya saja, benang merah dari segenap pengertian tersebut terkait erat dengan pertentangan
secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kelompok tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku
atau dipandang mapan pada saat itu. Sepintas pengertian ini berkonotasi kekerasan fisik, padahal
radikalisme merupakan pertentangan yang sifatnya ideologis. Transformasi gerakan terorisme dulu diyakini
bergeser dari sifatnya yang internasional, ke kawasan (regional) dan akhirnya menyempit ke tingkat
nasional, bahkan lebih lokal di suatu negara. Organisasi Al-Qaeda yang bersifat internasional, misalnya,
mendapat sambutan hangat dari kalangan garis keras di Asia Tenggara yang kemudian memunculkan
Jamaah Islamiyah Asia Tenggara. Tidak lama berselang, Jamaah Islamiyah juga mendapat sambutan dari
berbagai kelompok di negara-negara Asia Tenggara. Bahkan, dalam beberapa kasus, aktivitas terorisme
sudah bergerak sendiri-sendiri dengan memanfaatkan sel-sel jaringan yang sangat kecil dan tidak lagi
berhubungan secara struktural. Semuanya bergerak sendiri-sendiri dan melakukan aktivitas terorisme di
tempat masing-masing.

Model pergeseran ini masih dapat dipahami ketika melihat kasus terorisme di Amerika Serikat
(Twin Tower), atau Indonesia (Bom Bali atau Ritz Carlton).Namun, fenomena Islamic State of Iraq and
Syria (ISIS) membalikan penjelasan teoritis itu. Kini, ISIS yang bergerak di Irak dan Syria justru menjadi
magnet yang sangat kuat bagi kalangan garis keras di seluruh dunia. ISIS dapat mengundang para ekstremis
garis keras dari seluruh dunia untuk datang secara sukarela, menyatakan baiat (kesetiaan) dan bergabung
dengan aktivitas bersenjata. Terlepas dari teori konspirasi yang menjelaskan ISIS, fenomena ini telah
membalikkan keadaan sebelumnya.Sejak diproklamirkan di bulan Juli (Ramadhan) 2014 lalu, ISIS menjadi
perhatian kantor-kantor berita di seluruh dunia. Bahkan, sejak model kekerasan ISIS dipertontonkan secara
vulgar di berbagai media, ISIS telah menjadi sosok ‘hantu’ yang ditakuti, tetapi sekaligus selalu dicari-cari.
Di dunia akademik, ISIS tiba-tiba menjadi perhatian riset baru para peneliti. Pemerintah dari berbagai
belahan dunia juga telah menunjukkan sikap dan reaksi atas ISIS.

Identifikasi dan Deskripsi Isu Korupsi


Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan melalui berbagai cara, namun hingga
saat ini masih saja terjadi korupsi dengan berbagai cara yang dilakukan oleh berbagai Lembaga. Dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 korupsi diklasifikasikan ke dalam: merugikan keuangan negara,
suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan dalam pengadaan,
gratifikasi. Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi 2021, Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara.
Sementara itu berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2021, Indeks Perilaku Anti
Korupsi berada di kisaran 3,88%. Korupsi termasuk kejahatan luar biasa yang berdampak pada masyarakat
yaitu kemiskinan dan kesenjangan sosial serta merugikan negara. Selain itu korupsi menjadi awal dari
permasalahan lain seperti naiknya harga kebutuhan pokok dan mengganggu penciptaan lapangan kerja.

Identifikasi dan Deskripsi Isu HOAX COVID-19


Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi massa. Hal ini
karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan terutama publik luas sebagai pihak
kemungkinan terdampak. Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, potensi tindak pidana dan
bentuk kejahatan lainnya sangat dimungkinkan terjadi dalam komunikasi massa. Salah satu tindakan
kejahatan yang dapat beredar di media massa yaitu adalah hoax. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
'hoaks' adalah 'berita bohong.' Dalam Oxford English dictionary, 'hoax' didefinisikan sebagai 'malicious
deception' atau 'kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat'. UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE) pada dasarnya hadir untuk menjaga agar kejahatan dalam komunikasi massa
dapat diminimalisir. Banyak pengguna media sosial banyak yang khawatir dengan hadirnya UU ini. Contoh
lainnya dalam pasal 45 dalam UU ITE juga menegaskan setiap muatan yang melanggar kesusilaan,
perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan atau pengancaman akan menghadapi
ancaman hukuman pidana penjara dan atau denda sesuai tingkatnya masing-masing.

Dikutip dari https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/cerita/hoaks. Varian Delta dituding


sebagai penyebab gelombang terbaru COVID-19 di Indonesia, yang pada hari Selasa melaporkan lebih dari
2.000 kematian. Namun, ada hal lain yang nampaknya turut menyumbang kenaikan angka kasus, yaitu
hoaks dan misinformasi. Keduanya mendorong keengganan masyarakat untuk mengikuti protokol
kesehatan, mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan, ataupun mengikuti vaksinasi COVID-19.
Sejumlah orang, misalnya, menolak divaksin karena diberi tahu vaksin COVID-19 menyebabkan
penerimanya wafat dalam tiga tahun sejak vaksin diberikan. Sebagian orang yang memercayai informasi
itu kini telah berpulang dan anggota keluarga yang ditinggalkan pun mulai tersadar bahwa hoaks telah
merenggut orang-orang tercinta. Pernyataan ini disampaikan oleh Harry Sufehmi, pendiri MAFINDO, LSM
yang melawan hoaks dan misinformasi di Indonesia, kepada Devex.

Dampak Isu Radikalisme dan Terorisme Jika Tidak Segera Diantisipasi


Memakan banyak nyawa
Adanya aksi terorisme yang tujuan awalnya untuk memerangi orang yahudi atau yang tidak
beragami Islam, tetapi justru dari penyerangan tersebut lebih banyak orang Islam yang ikut melayang
nyawanya dibanding sasaran yang akan dimusnahkan. Hal ini jika dalam ilmu akuntansi maka dinamakan
tidak balance (tidak seimbang). Contoh kasus yang telah terjadi di Indonesia yaitu bom bunuh diri di Bali
dan di Jakarta.
Menimbulkan banyak kerusakan
Saat terjadi penyerangan para kaum terorisme dan radikalisme kepada sasaran yang mereka anggap
sebagai musuh, maka akan menimbulkan banyak kerusakan di bumi. Kerusakan tidak hanya terjadi pada
hal fisik seperti gedung atau bangunan tetapi juga kerusakan moral para pemuda.

Menimbulkan kerugian ekonomi


Adanya gerakan terorisme dan radilkalisme jelas akan menimbulkan kerugian ekonomi. Kerugian
yang terjadi bisa pada pihak pemerintah, swasta ataupun perorangan. Pemerintah jika seperti jalan rusak
atau gedung yang mereka bom adalah gedung milik pemerintah. Kerugian pada pihak swasta misalnya jika
para teroris menyerang tempat-tempat yang merupakan usaha swasta.

Dampak Isu Korupsi Jika Tidak Segera Diantisipasi


Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Dengan adanya tindak korupsi di suatu negara akan menyebabkan para investor dari luar negeri
tidak percaya lagi dengan kepastian hukum dalam tindak korupsi untuk menanamkan modal di industri
suatu negara. Kondisi ini mempersulit pembangunan ekonomi.

Peraturan Perundang-Undangan Tidak Efektif


Semua pihak dapat menerima suap dan pungli. Yang kaya akan dipermudah, yang miskin akan
dipersulit. Semua akan mudah jika ada uang. Bahkan keadlian pun bisa dibeli dengan mudah. Hukum yang
tadinya harus adil, sekarang bisa dibeli. Hukum terasa tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Hilangnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Negara


Melalui media massa kita akan mendapatkan informasi mengenai negara sendiri bahkan dunia.
Dengan adanya kasus tindakan korupsi di negara sendiri akan ada banyak informasi dari berbagai media
massa mengenai bobroknya hukum di Indonesia tentang kasus korupsi. Hukum tidak benar-benar
melindungi masyarakat. Para koruptor terlihat tenang ketika dijerat hukum, seperti tidak ada yang berbeda
antara dihukum dan tidak.

Dampak Isu Hoax Jika Tidak Segera Diantisipasi


Meresahkan dan Membuat Panik
Hal tersebut dikarenakan konten hoax tidak bisa dipertanggungjawabkan, baik itu secara data
maupun logika. Isu kebohongan tersebut akan membuat kepanikan, karena latar belakang pendidikan dan
karakter setiap orang berbeda-beda.

Membuat Masyarakat Melakukan Sesuatu yang Berbahaya


Sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, banyak konten hoax muncul ke permukaan. Lebih
parahnya lagi, hampir dari semua isi konten tersebut menggiring banyak orang untuk meragukan,
menyepelekan, hingga menghadirkan suatu ramuan khusus yang diluar logika. Tentunya hal tersebut sangat
berbahaya karena sangat menyangkut keselamatan masyarakat. Bila ada sedikit saja masyarakat yang tidak
peduli, maka dampaknya akan sangat besar untuk masyarakat.

Menimbulkan Perpecahan
Isu sara adalah konten yang sangat menarik dan digunakan untuk menyebabkan kebencian pada
suatu suku, golongan atau agama tertentu. Kita tentu tahu bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat
yang hidup di tengah keberagaman, dan hal ini tentunya tidak tepat dan bisa memecahkan persatuan bangsa.

Mengakibatkan Kerugian Materi


Selain bisa memecahkan persatuan bangsa, menimbulkan kepanikan, dan mengancam kesehatan
mental, konten hoax juga bisa menimbulkan kerugian materi.

Penyebab Penyebaran Informasi Hoax Covid 19


Sifat Dasar Masyarakat Indonesia Rasa Ingin Tahu
Keinginan manusia untuk mengetahui sesuatu hal yang menarik perhatian mereka dapat menjadi
salah satu faktor penyebaran informasi bohong. Perasaan ingin tahu yang dibarengi dengan perasaan takut
(karena wabah ini berada di luar kontrol mereka). Menurut riset psikologi dari University of Kent, jika
perasaan rasa takut ini dibarengi dengan keinginan menyalahkan orang lain dan menjaga identitas positif
seseorang atau kelompok, hal ini bisa memicu kemunculan dan penyebaran teori-teori konspirasi.

Keinginan Untuk Berbagi Informasi


Masyarakat Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk selalu berbagi informasi terbaru ke
kerabatnya, terutama melalui media social. Akan tetapi, kurangnya kebiasaan untuk membaca keseluruhan
isi informasi dan melakukan cek sumber informasi membuat informasi-informasi hoax mudah bertebaran.

Teknologi Komunikasi Modern


Jaringan komunikasi seluler, telepon genggam, internet, dan bermacam aplikasi adalah kendaraan
sekaligus jembatan yang memudahkan penyebaran informasi, baik yang akurat maupun hoaks, dari satu
orang ke orang dan kelompok orang. Berbeda dengan media massa arus utama yang memiliki kode etik,
wartawan, hingga editor yang memverifikasi informasi, media sosial tidak memiliki “penjaga gawang”
yang mengatur pembuatan dan penyebaran informasi. Terlebih karena grup-grup di Facebook dan
WhatsApp masih sulit dikontrol.

Upaya dan Penyelesaian Isu HOAX COVID-19


Menegakkan dan membangun kesadaran positif menggunakan media sosial
Setelah memperhatikan beberapa kasus yang menjerat banyak pengguna media, baik sebagai akibat
dari kelalaian atau karena ketidaksengajaan sama sekali, maka perlu diperhatikan pentingnya kesadaran
mengenai bagaimana memanfaatkan komunikasi massa secara benar dan bertanggung jawab.
Saring Sebelum Sharing
Ketika mendapatkan pesan berantai (broadcast), membaca informasi yang tersebar di sosial media
maupn internet, dan mendapatkan informasi terusan dari sebuah grup sosial media, sebelum disebarluaskan
dan diteruskan keorang lain, ada baiknya bagi kita untuk menyaring pesan dan informasi tersebut. Analisa
secara singkat, namun menggunakan logika yang baik akan menyelamatkan kita dari pelaku penyebar hoax,
khususnya hoax yang tersebar dan menyebarkan informasi yang tidak pasti kebenarannya tentang masalah
isu kesehatan COVID-19 yang nantinya menimbulkan kepanikan.

Tidak Mudah Percaya


Era digitalisasi dan semakin canggihnya teknologi juga mempengaruhi kecanggihan dunia fotografi
yang saat ini mampu menggabungkan dua gambar atau lebih dalam satu konten. Hasil edit fotografi
ditambah dengan animasi lain, seringkali diunggah di sosial media disertai dengan kata-kata yang dapat
memancing banyak interaksi. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan hoax COVID-19, kita tidak boleh
mudah percaya pada apapun yang ada di sosial media, khususnya jika berita tersebut dapat menyulut
keributan dan keresahan masyarakat. Lakukanlah riset atau analisa secara singkat sebelum memutuskan
untuk mempercayai berita tersebut.

Klarifikasi dan Penetapan Regulasi


Berita bohong atau hoax juga dapat tersebar di lingkungan perkantoran. Salah satu cara sebuah
instansi dalam mengatasi persebaran berita hoax atau bohong ketika bersinggungan dengan nama baik
perusahaan adalah dengan melakukan klarifikasi dengan menyuguhkan data yang valid, jika memang
diperlukan. Serta menetapkan regulasi atau peraturan bermedia sosial di lingkungan kantor, khususnya pada
divisi humas yang bersinggungan langsung dengan masyarakat luar.

Periksa Keaslian Berita dengan Mencari tahu Sumbernya


Sudah umum kalau berita dikuatkan dengan sumber. Biasanya kamu akan melihat sumber,
misalnya dari polisi atau KPK. Kamu bisa mengecek dan membandingkannya dari siaran pers langsung
atau dari media berita.Selain itu, kamu pun perlu membedakan mana berita berupa fakta dan mana yang
berupa opini. Itu karena gak semua opini perlu kamu sepakati. Bisa jadi kamu punya pemikiran lain.

Ikut Grup Diskusi Anti Hoax di Media Sosial


Untuk mendukung gerakan antihoax, ada banyak grup di media sosial yang berguna untuk
mendiskusikan apabila ada suatu pemberitaan baru yang kontroversi. Kamu bisa bergabung dan
menyimaknya. Siapa tahu dengan begitu pemikiranmu akan terbuka

Anda mungkin juga menyukai