Model pergeseran ini masih dapat dipahami ketika melihat kasus terorisme di Amerika Serikat
(Twin Tower), atau Indonesia (Bom Bali atau Ritz Carlton).Namun, fenomena Islamic State of Iraq and
Syria (ISIS) membalikan penjelasan teoritis itu. Kini, ISIS yang bergerak di Irak dan Syria justru menjadi
magnet yang sangat kuat bagi kalangan garis keras di seluruh dunia. ISIS dapat mengundang para ekstremis
garis keras dari seluruh dunia untuk datang secara sukarela, menyatakan baiat (kesetiaan) dan bergabung
dengan aktivitas bersenjata. Terlepas dari teori konspirasi yang menjelaskan ISIS, fenomena ini telah
membalikkan keadaan sebelumnya.Sejak diproklamirkan di bulan Juli (Ramadhan) 2014 lalu, ISIS menjadi
perhatian kantor-kantor berita di seluruh dunia. Bahkan, sejak model kekerasan ISIS dipertontonkan secara
vulgar di berbagai media, ISIS telah menjadi sosok ‘hantu’ yang ditakuti, tetapi sekaligus selalu dicari-cari.
Di dunia akademik, ISIS tiba-tiba menjadi perhatian riset baru para peneliti. Pemerintah dari berbagai
belahan dunia juga telah menunjukkan sikap dan reaksi atas ISIS.
Menimbulkan Perpecahan
Isu sara adalah konten yang sangat menarik dan digunakan untuk menyebabkan kebencian pada
suatu suku, golongan atau agama tertentu. Kita tentu tahu bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat
yang hidup di tengah keberagaman, dan hal ini tentunya tidak tepat dan bisa memecahkan persatuan bangsa.