NEGERI SURABAYA
Periode modifikasi
Edisi 1. Unit baru kompetensi.
Penggunaan
Unit ini mencakup membutuhkan keahlian dan pengetahuan untuk menjelaskan prinsip dasar
konstruksi kapal.
Unit ini menggunakan peraturan BKI Volume II untuk kapal ocean going.
Tidak perlu lisensi, pendaftaran atau butuh sertifikat tertentu untuk menggunakan unit ini.
Persyaratan awal
Tidak diperlukan.
Lingkup kompetensi
Naval architect
Sektor unit
Tidak diperlukan.
Yang terkait langsung dengan ukuran penguatan konstruksi kapal adalah Bab 6 sampai
dengan 14, Bab 16 sampai dengan 18. Sedangkan kapal dengan muatan atau kegunaan
khusus diatur dari Bab 23 sampai dengan 34.
Supaya lebih jelas, berikut gambaran Bab-Bab yang digunakan untuk menentukan ukuran
konstruksi penguat kapal.
2. Kamar mesin.
3. Cargo hold.
3.1. General cargo ship.
Gambar 10 Bab-Bab BKI Volume II yang digunakan menghitung penguat ruang muat
container ship
Gambar 12 Bab-Bab BKI Volume II yang digunakan menghitung penguat ruang muat oli
tanker
4. Ceruk haluan
Pada umumnya peraturan BKI Volume II sebagian besar dibuat untuk penguatan kapal tipe
general cargo ship. Untuk kapal pengangkut kontener, pada cargo holdnya dimaksimalkan
memuat kontener sebanyak mungkin, sehingga umumnya tersisa ruangan dikanan kiri kapal
selebar sekitar 1m, umumnya digunakan untuk tangki atau balas, sehingga khusus untuk
bagian ini menggunakan Bab 12, peraturan tangki, sedangkan konstruksi lainnya
menggunakan Bab seperti halnya untuk penguatan general cargo ship. Sedangkan untuk
bulk carrier sebagian besar menggunakan Bab-bab untuk general cargo ship, kecuali bagian
khusus menggunakan Bab 23. Karena muatannya berupa fluida maka oil tanker
menggunakan Bab khusus 24, walaupun begitu sebagian besar penguat konstruksinya juga
menggunakan Bab-bab general cargo ship dengan mengganti bebannya dengan beban
cairan.
Beban added mass dan damping adalah gaya dan momen stabil hidrodinamis yang
disebabkan oleh gerakan harmonis benda kaku, tidak ada pengaruh gelombang. Namun
demikian, gerakan gaya dari konstruksi menimbulkan gelombang juga. Gerakan gaya
menghasilkan osilasi tekanan fluida pada permukaan konstruksi. Integrasi gaya tekanan
fluida pada permukaan konstruksi memberikan gaya dan momen pada konstruksi.
Response pada jalur laut alami.
Untuk memeriksa interaksi antara kapal dan gelombang sedemikian sehingga dapat
dihitung pengaruh gelombang pada konstruksi kapal, dibutuhkan pemahaman sistem proses
interaksi antara gelombang dengan kapal, seperti ditunjukkan gambar 19.
m 22
1
m0 * m4
1800T m 2
M W ,C 2 ln , T adalah waktu dalam jam.
m0
Dimana :
m0 S d m , momen ke nol dari response spectra, adalah luasan
2
dibawah kurva response spectra, disebut juga variansi dari wave time history.
m2 = S 2 * d 2 * S * d m 2
/ sec 2 , momen kedua dari response
0 0
3. Internal load.
Tekanan dari dalam tangki yang membawa cairan, dikelompokkan menjadi 3 bagian :
a. Tekanan hidrostatik yang besarnya ρ*g*h.
b. Perubahan head tekanan akibat gerakan pitching dan rolling kapal.
c. Gaya inersia dari kolom cairan akibat percepatan yang disebabkan gerakan kapal.
Tekanan dalam tangki dihitung dari rumus spesifik yang tergantung bentuk tangki, seperti
berbentuk huruf J, persegi panjang dan huruf U. Faktor lain yang mempengaruhi tekanan
dalam tangki adalah jumlah cairan yang diangkut, jumlah dan lokasi pipa udara tangki.
Dimana :
2.2 Komponen berbagai tegangan yang bekerja dikapal menjadi resultan gaya.
Secara melintang, diair tenang beban yang diterima kapal :
Gambar 22. Beban dinamis yang diterima kapal (Courtesy of EN358 Ship Structures,
Notes for an Undergraduate Course, Naval Architecture Program US Navy Academy,
Maryland)
Beban torsi
Torsi terjadi bila terdapat distribusi beban yang tidak simetris sepanjang bidang horizontal
kapal, sebagai contoh jika muatan 100 ton diletakkan pada sisi kanan haluan kapal yang
akan dikompensasi dengan muatan yang setara beratnya yang diletakkan pada sisi kiri
buritan kapal, keadaan ini akan menimbulkan torsi, jika jarak masing-masing muatan
tersebut dari centre line adalah sejauh 10 m, besarnya torsi 100 t * 10 m = 1000 tm. Akibat
pengaruh kondisi lingkungan, khususnya jika mendapat damparan gelombang laut yang
membentuk sudut tertentu terhadap bidang centre line, besarnya torsi akan meningkat
sebagai akibat ketidak simetrian distribusi dari tekanan keatas dari air pada bagian kapal
yang terbenam. Torsi menyebabkan kapal mengalami tegangan lebih dan deformasi.
Kondisi ini dapat mengakibatkan palka bocor atau sistem kekedapan menjadi rusak.
Khususnya pada “open ship” yaitu kapal yang lubang palkanya terbuka dan lebar ukuran
lubang palkanya, cenderung mudah terpengaruh/sensitif terhadap torsi, sebagai contoh
adalah kapal pengangkut kontener atau “modern box hold general cargo ship”.
Gambar 27 Torsi akibat gelombang yang datang dari arah lambung kiri pada sudut tertentu
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Beban/tegangan lokal.
Gambar 28 Gaya/beban pada haluan kapal jika kapal berada pada puncak gelombang
(sebelah kiri) dan bila pada lembah gelombang (sebelah kanan)
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
b. Pitching load.
c. Diagonal load.
Keadaan ini terjadi jika kapal mengalami beban asimetris pada saat gerakan rolling pada
laut yang bergelombang. Pengaruh beban diagonal ini dapat dikurangi dengan
menambahkan bracket pada gading, bracket pada balok geladak dan sekat melintang.
Gambar 31 Beban diagonal sebagai akibat geralkan rolling dilaut yang bergelombang
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
d. Beban getaran.
Beban getaran disebabkan oleh :
Getaran mesin.
Gaya pada buritan kapal disebabkan oleh putaran baling-baling.
e. Docking load.
Beban saat pengedokan disebabkan gaya vertikal keatas dari keel block dan gaya vertical
kebawah antara keel block dan side block.
Gambar 33 menunjukkan distribusi berat kapal, yaitu jumlahan light weight dan dead
weight dan distribusi gaya buoyancy, berupa perkalian luas station, berat jenis air laut
dan percepatan grafitasi.
Gambar 35 Hubungan beban, diagram shear force dan diagram bending moment
(Courtesy of Eng. 6002 Ship Structures 1)
Pada gambar 35 beban yang diterima kapal adalah selisih distribusi berat kapal dengan
distribusi bouyancy. Berat kapal adalah jumlahan light weight dan dead weight.
Keterangan gambar :
(a). Bouyancy adalah distribusi gaya tekanan air, tinggi distribusi tiap station adalah
perkalian luas station setempat dikalikan berat jenis air laut dan percepatan grafitasi.
(b). Berat kapal, jumlahan light weight dengan dead weight, terdistribusi sepanjang kapal.
(c). Beban yang dialami kapal merupakan selisih distribusi bouyancy dengan distribusi
Seperti diketahui, displasemen kapal terdiri dari 2 komponen yaitu light weight (berat kapal
kosong) dan dead weight (bobot mati). Untuk menghitung berat kapal kosong lazimnya
digunakan cara dari “LR 1964”. Cara ini digunakan pada penentuan distribusi berat kapal
kosong untuk perhitungan momen lengkung diair tenang. Pada prinsipnya metoda “LR
1964” berat kapal kosong dibagi menjadi 2 bagian, yang pertama berat konstruksi sampai
geladak menerus teratas termasuk kayu dan perlengkapan yang normal pada ruang muat.
Yang kedua berat lokal, meliputi bangunan diatas geladak menerus teratas (termasuk kayu
dan perabot) dan beberapa berat lokal tambahan seperti tambahan berat konstruksi pada
tangki, kamar mesin, isolasi pada ruang pendingin, peralatan diujung kapal (windlass,
capstan), cargo gear, baling-baling dan poros diluar kamar mesin.
Berat kapal kosong disini didistribusikan tiap satuan panjang, dalam hal ini didistribusikan
antara jarak station, menyesuaikan dengan pembagian panjang pada kurva Bonjean yang
nanti digunakan untuk menghitung distribusi gaya buoyancy.
Gambar 36 Gaya tekan pada pelat dapat menyebabkan pelat mengalami buckling
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Gambar 37 Penegar vertikal pada pelat dapat mengurangi buckling pada pelat dan
mengurangi lengkungan pada pelat akibat beban tekuk
(Courtesy of Ship Knowledge a modern encyclopedia by K Van Dokkum)
Pelat sisi yang diberi penguatan melintang, artinya pelat sisi dipasang gading melintang,
3.2 Peraturan untuk menghitung ukuran penguat kapal seperti telah dijelaskan pada
halaman 6.
3.3 Mengidentifikasi bagian-bagian lambung kapal sebagai penguatan utama.
Berikut dijelaskan gambar hubungan pelat, penegar (stiffener) dan penguat (girder atau
transverse).
1.a. Pelat kulit, gading (main frame) dan senta (stringer). Karena gambar dibawah adalah
konstruksi penguatan dikamar mesin, maka disekitar main engine dipasang web frame
(gading besar).
Gambar 41 Pelat sisi diperkuat gading membujur mendapat tambahan penguatan melintang
berupa pelintang sisi (side transverse)
1.c. Pelat sekat melintang, penegar (stiffener) vertikal dan stringer (senta).
Dari BKI,
1. Baja konstruksi kekuatan Normal
Lunas trowongan, berupa trowongan kedap air memanjang dari ceruk haluan sampai sekat
kamar mesin. Konstruksinya terdiri dari 2 longitudinal girder dengan jarak tidak melampaui
2 m. Biasanya digunakan untuk tempat sistem perpipaan. Kelemahannya tidak ada centre
girder yang duduk diatas keel block saat docking sehingga perlu penguatan tambahan
penghubung 2 longitudinal girder.
6.2 Kelebihan dan kekurangan duct keel berkaitan dengan kekuatan kapal.
Kelemahannya tidak ada centre girder yang duduk diatas keel block saat docking sehingga
perlu penguatan tambahan penghubung 2 longitudinal girder. Kelebihan bisa untuk tempat
sistem perpipaan.
6.3 Akses masuk duct keel.
Lewat manhole diruang muat.
6.4 Double bottom dengan penguatan memanjang lebih unggul dibandingkan dengan
double bottom dengan penguatan melintang.
Gambar 66 Penampang melintang cargo hold general cargo ship dilengkapi 2nd deck,
diperkuat secara kombinasi
(Courtesy of Dr. Khaled Atua in Ship Construction)
Gambar 68 Pelat sisi diperkuat gading utama, gading besar dan senta
(Courtesy of PT PAL Indonesia)
7.3 Hubungan gading dengan balok geladak.
7.4 Tegangan menurun dengan menghindari bentuk tajam pada lubang palka.
Gambar 73 Penempatan katub inlet dan outlet system reverse osmosis air laut
Uraian unsur-unsur utama yang harus dikuasai.
8 Menjelaskan konstruksi sekat melintang
Kriteria kemampuan yang dibutuhkan sehingga tercapai pemahaman unsur-unsur
elemen kompetensi.
8.1 Tujuan pemasangan sekat melintang.
1. Membagi kapal dalam kompartemen kedap air
2. Meningkatkan kekuatan melintang.
3. Mencegah meluasnya api bilamana kapal mengalami kebakaran.
8.2 Jumlah minimum sekat melintang dan penempatannya.
Tata letak sekat kapal kamar mesin di belakang
B1
Approved Page 72 of 100
© PPNS, 2018 Study Program Ship Design and Construction
Gambar 74 Posisi sekat melintang
Jumlah sekat kedap air yang disyaratkan
L Letak kamar mesin
( meter ) Belakang lainnya
L 65 3 4
65 L 85 4 4
85 L 105
C1
4 5
105 L 125 5 6
125 L 145 6 7
145 L 165 7 8
165 L 185 8 9
L 185 Pertimbangan khusus
C3
Flooding Control
One of the most important damage control measures is to control flooding. Damage by
fixed systems or portable pumps is ineffective in handling flooding caused by damage until
the rate of flooding has been controlled. The entire pumping capacity of drainage system is
sufficient to care for flooding only when the leaks are small. All pumping facilities cannot
be used on any single flooded compartment. Therefore, it is essential that it need to isolate
compartments flooded by underwater damage by
watertight subdivisions before dewatering efforts can be successful.
SOLID:
If the ship has received severe underwater damage, compartments will be badly ruptured
and completely flooded. Little or nothing can be done to correct this damage.Isolate the
compartments to permit concentration on compartments that can be repaired to prevent
progressive flooding.
(Solid flooding refers to a compartment that is completely filled from deck to overhead.)
To be able to flood solidly, a compartment must be vented. Venting can take place through
an air escape, an open scuttle or a ventilation fitting, or fragment holes in the overhead.
Solid flooding has no other effect than to add weight at the center of gravity of the ship.
PARTIAL:
Compartments that are only partially flooded because their outboard bulkheads contain
small holes,cracks, loose rivets, broken seams, or splinter holes, allow progressive flooding
to take place. If nothing is done about these holes,the ship will lose buoyancy and list or
trim stability. Partial flooding refers to a condition in which an intact compartment is not
completely flooded.An “intact compartment” means that the deck on which the water rests
and the bulkheads that surround it remain watertight.
If the boundaries remain intact, water will neither run into nor out of the flooded
compartment as the ship rolls.The final result of partial flooding is usually a decided loss in
overall stability.
Vessels are subdivided into compartments in order to minimize the effect of water flowing
in the vessel and between watertight compartments.
“Watertight” means that water (or any other liquid) is not able to pass through the
structure into or out of any of the watertight compartments. In other words, “watertight”
means prevention from the passage of water in any direction. The vessel’s hull, main deck
and bulkheads between watertight compartments must be watertight. Watertight bulkheads
must be watertight at least up to the main deck. Any openings on such bulkheads must be
equipped with watertight closing devices.
“Weathertight” means that water cannot penetrate into the vessel. Or in other words,
weathertight means prevention from the passage of water in one direction only. Hatches,
windows and portholes must be equipped with weathertight closing devices. The same
applies for doors and other openings on enclosed superstructures.
13.2 Penentuan garis geladak dan freeboard
Ambang palka.
Pipa udara.
What is antifouling?
Antifouling is protective underwater paint developed to release toxins (biocides) to slow
down development of fouling (algae, shellfish,…) on the hull. To achieve it, antifouling job
must be renewed every year to remain effective.
NB : There are additional types of antifouling for specific use : Aluminium (with or without
copper), propeller, inflatables & RIBs,…
On previously antifouled surface : Clean the entire hull with controlled high
pressure washing or brush, and remove old layers of antifouling.
Before painting; cover the waterline with masking tape and protect all parts that must not be
painted (sensors, anodes…).
Paint application; antifouling is usually applied with a roller or a brush but one can also use
a spray gun to achieve a smoother surface (for racing hulls.)
Apply minimum 2 coats, not too thickly. Antifouling efficiency depends directly on applied
film thickness.
Before any new application, the surface must be in good condition, dried, degreased
and free from contaminates.
If you are using hard-matrix antifoulings, it’s possible to see an exhausted layer of
resin at the end of the season. It’s recommended wet-sanding surface
before application of new antifouling.
Self-polishing antifoulings can be applied directly over old substrate. First the
surface should be degreased with Nautix SD and free of all contaminants (oil,
grease, salt etc). It’s necessary to remove all loosely adhering and flaking paint.
Then rinse with fresh water and let dry. Once dried, new antifouling can be applied.
A traditional/soft antifouling should be sealed with Nautix P1 Primer before
applying an erodible or hard antifouling on top of it
If you don’t know technical features of old antifouling, it must be overcoated with
Nautix barrier coat P1 to avoid any problem of compatibility. If you are facing
loosely adhering and flaking paint, it’s strictly recommended to remove old layers
(by sanding until layer of primer) before application of new antifouling.
Do not apply when there is a chance of condensation forming on the substrate :
substrate, ambient air and product temperatures must be close.
It’s important always to give antifoulings a good stir with a bladed instrument
before applying, as they contain heavy pigments which can settle.
Antifouling efficiency depends directly on applied film thickness. Apply the whole
recommended quantity (excl. thinner) : 2 thick layers and 3rd layer on leading and
Range of Conditions
Range is restricted to essential operating conditions and any other variables essential to the work
environment.
DAFTAR PUSTAKA
Bai, Yong., Marine Structural Design, Elsevier, first published 2003.
Biran, A.B., Ship Hydrostatics and Stability, Butterworth Heinemann, first published
2003.
BKI Volume II.
Lewis. Edward V, Principle of Naval Architecture : Vol. I Stability and Strength, SNAME,
second revision, 1988.
Miller, P.H., Stettler, J.W., (2009). EN358 Ship Structure, Notes for an Undergraduate
Course. Naval Architecture Program US Naval Academy, Maryland.
Phelps, B.P., Determination of Wave Loads for Ship Structural Analysis, Maritime
Platforms Division, Aeronautical and Maritime Research Laboratory, Australia, 2008 .
Pursey.H.J., (1999). Merchant Ship Construction. 5th ed. Glasgow : Brown, Son &
Ferguson, Ltd.
Rawson, K.J., Tupper, E.C., Basic Ship Theory, Butterworth Heinemann fifth edition,
Volume I, 2001.