NIM: P07220220070
Tugas: KMB II
PEMASANGAN NGT
Pemasangan NGT adalah metoe memasukkan selang melalui hidung melewati esofagus
menuju ke lambung.
Pemasangan NGT
Perawatan stoma
Fase interaksi
Fase orientasi
Fase kerja
1. Cuci tangan
2. Pengaturan posisi pasien
3. Menaikkan baju pasien
4. Memakai sarung tangan bersih
5. Pasang perlak
6. Melakukan observasi pada kolostoma yaitu melihat warna, jumlah dan juga
konsistensi
7. Melepaskan kantong kolostomi
8. Lipat kantong kolostoma supaya produk dari kolostomi ini tidak tumpah
9. Bersihkan pada kulit sekitar stoma dan juga stomach
10. Berikan nacl pada kasa
11. Bersihkan kulit pada area stoma
12. Keringkan kulit
13. Observasi kulit pada daerah stomach apakah ada kemerahan atau tanda-tanda infeksi
14. Mempersiapkan kantong stoma yang baru
15. Siapkan kantong kolostomi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan
pengukuran seberapa diameter dari stoma.
16. Rapikan alat dan pasien
Fase terminasi
Melakukan perawatan kolostomi hal yang kemudian patut kita perhatikan adalah memberikan
edukasi terkait bagaimana menjaga kebersihan disekitar kantong kolostomi kemudian diet
yang tepat pada pasien dengan perawatan kolostomi serta kita juga bisa memberikan edukasi .
bagaimana cara melakukan taharah dan juga ibadah
Bilas Lambung
Bilas lambung
Bilas lambung adalah tindakan memasukkan selang ke dalam hidung sampai ke lambung
sedangkan gastric lavage itu adalah tinggalkan mendekontaminasi gastrointestinal dengan
cara memasukkan cairan kedalam lambung lalu mengaspirasi nya kembali untuk
mengeluarkan zat-zat berbahaya ataupun racun-racun .
Masukkan cairan dalam Lampung untuk mengeluarkan racun khawatirnya cairan yang kita
masukkan itu mendorong racun yang di dalam lambung ke dalam duodenum
Tahap kerja :
ketika kita memasukkan selang NGT kedalam hidung pasien tidak perlu mengatakan pada
pasien untuk menelan tapi kita minta pasien untuk bernafas
10. setelah sudah masuk semua maka kita akan mengklaim NGT nya
11. mengecek Apakah selang NGT ini sudah masuk ke dalam lambung atau belum dengan
tiga cara sebaiknya pertama kali kita lakukan adalah mengambil cairan dari dalam
lambung pasien ,
12. selanjutnya adalah dengan cara mendengarkan lambung pasien cara ketiga itu adalah
dengan mengambil baskom kecil ataupun kecil berisi air dan meletakkan selang NGT di
dalam baskom tersebut, ketika kita sudah melihat ada belum gelembung udara berarti
cairan itu ada di paru-paru terus juga tidak ada selang ini sudah masuk ke dalam lambung
13. kita lanjut dengan pembilasan lambung , yang pertama kali itu adalah kita memasukkan
cairan kedalam Selangnya nah cairan yang kita masukkan itu sekitar 300-600 cc , kita
memasukkan cairan yang berupa NaCL.
14. Kapan kita menghentikan tindakan membilas lambung ini ketika cairan yang keluar dari
dalam lambung Pasien itu sudah sama jernihnya dengan cairan yang kita masukkan atau
minimal itu sudah lebih Kalau misalnya tidak bisa jernih seperti yang bisa menyita
masukkan setidaknya sudah lebih berkurang sebelum kita memasukkan cairan kedalam
lama pasien maka kita meminta pasien atau memiringkan kepalanya ke arah Kita ,
masukkan NaCl nya secara perlahan ketika kita sudah kira-kira sudah memasukkan
sebanyak 300sc maka kita tunggu selama satu menit.
15. Setelah kita tunggu selama satu menit baru kita alirkan ke urin bag nya.
16. Urin bag harus lebih rendah
17. Lakukan tindakan berulang sampai cairan bewarna jernih
18. Setelah selesai lepas NGT
19. Rapikan pasien
Perawat sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan Patient safety
yaitu sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat harus mematuhi semua standar
pelayanan dan SOP yang telah dibuat dan ditetapkan serta tidak luput pula dalam menerpkan
prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan, memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan, menerapkan kerjasama tim
kesehatan yang handal dalam melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian yang tidak
diharapkan, melakukan pendokumentasian dengan benar dari semua asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien dan keluarga serta komunikasi efektif yang merupakan hal
yang sangat berperan terhadap keberhasilan suatau pelayanan yang diberikan kepada pasien
dan keluarganya.
Teori watson
Filosofi Jean Watson tentang asuhan keperawatan berupaya untuk mendefinisikan hasil dari
aktivitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan. Perawat
harus memberikan kenyamanan dan perhatian serta empati pada klien dan keluarganya. Teori
ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring. Caring merupakan proses interpresonal yang
terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia.
Teori Imogene King berfokus pada interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem
interpersonal, dan sistem sosial. Ketiganya membentuk hubungan personal antara perawat
dan klien. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien
mencapai kembali adaptasi positif terhadap lingkungan.
Teori handerson
Teori keperawatan ini mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson
mendifinisikan keperawatan sebagai “membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam
melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya,
dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki
kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan”.
Teori peplau
Teori Hildegard Peplau berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif yang
menghasilakn hubungan antara perawat dengan klien. Klien adalah individu dengan
kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Hubungan
antara perawat dan klien bersama-sama mendifinisikan masalah dan menyelesaikan masalah.
Teori nightingale
Menurut Australian Commision on Safety and Quality in Health care (ACSQHC) patient
centered care adalah suatu pendekatan inovatif terhadap perencanaan, pemberian, dan
evaluasi atas pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling
menguntungkan antara pemberi layanan, pasien dan keluarga. Perawatan yang berpusat pada
pasien diterapkan kepada pasien dari segala usia, dan bisa dipraktekkan dalam setiap bentuk
pelayanan kesehatan (Lumenta, 2012).