Oleh :
FIRDAUS SALMA
NIM : 01.18.061
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma III Farmasi Akademi Kesehatan Arga Husada
Oleh :
FIRDAUS SALMA
NIM : 01.18.061
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya tulis ini telah disetujui untuk diajukan dalam ujian sidang Karya Tulis
Ilmiah
Judul : POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM
TYPOID DI RUANG ANAK RSUD Dr. R. SOSODORO
DJATIKOESOEMO BOJONEGORO PERIODE JANUARI-
DESEMBER 2020
Peneliti : Firdaus Salma
NIM : 01.18.061
Jurusan : DIII Farmasi
Karya tulis ini telah disetujui untuk diajukan dalam ujian sidang Karya Tulis
Ilmiah pada tanggal 25 November 2021
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
apt. Sebilah Sabil Noer, S.Farm apt. Sri Eko Wahyu TS, S.Si
Mengetahui,
Program Diploma III Farmasi
Akademi Kesehatan Arga Husada
Kaprodi
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Program Diploma III Farmasi
Akademi Kesehatan Arga Husada
Kaprodi
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
FIRDAUS SALMA
Pembimbing I Pembimbing II
apt. Sebilah Sabil Noer, S.Farm apt. Sri Eko Wahyu TS, S.Si
iv
KATA PENGANTAR
v
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis
menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan dan kelemahan, walaupun
demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat hasil yang
optimal.
Penulis berharap ada masukan, kritik, ataupun saran yang membangun dari
semua pihak, untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga berharap
Karya Tulis Ilmiah ini akan bermamfaat bagi penulis maupun pihak terkait.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................................................ i
Lembar Persetujuan ................................................................................ ii
Lembar Pengesahan ................................................................................ iii
Lembar Surat Pernyataan ....................................................................... iv
Kata Pengantar ....................................................................................... v
Daftar isi ................................................................................................. vii
Daftar Gambar ........................................................................................ ix
Daftar Tabel ............................................................................................ x
Daftar Singkatan ..................................................................................... xi
vii
2.6 Kerangka Konseptual ............................................................ 17
LAMPIRAN ...........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan:
BB/hr : Berat Badan per hari
BB/TB : Berat Badan per Tinggi Badan
BB/U : Berat Badan per Umur
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dr. : Doktor
gr : gram
IgA : Imunoglobulin A
IV : Intra Vena
Kg BB : Kilogram Berat Badan
MDR : Multiple Drugs Resistance
mg : miligram
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
Ph : Power of Hydrogen
PMK RI : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
PO : Per Oral
PPAB : Pedoman Penggunaan Antibiotik
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SBI : Serious Bacterial Infection
SIP : Surat Ijin Praktek
SMX : Sulfametoksazol
SPO : Standart Prosedur Operasional
TB/U : Tinggi Badan per Umur
TMP : Trimetoprim
WHO : World Health Organization
Lambang/Simbol:
xi
% : Prosentase
°C : derajat celcius
< : Kurang Dari
≥ : Lebih dari sama dengan
/ : dibagi
x : dikalikan
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
anak adalah ketika berada pada rentang 5- 11 tahun. Sedangkan demam typoid
pada anak terbanyak terjadi pada usia 3 – 19 tahun, meskipun gejala yang
dialami lebih ringan dari pada dewasa (Abdoerrachman, 2008). Prevalensi
demam 91% terjadi pada pasien anak (Pudjiadi et.al, 2009). Prevalensi
tertinggi demam typoid di Indonesia terjadi pada kelompok usia 5–14 tahun
(Kementrian Kesehatan RI, 2018). Pada usia 5–14 tahun merupakan usia anak
yang kurang memperhatikan kebersihan diri dan kebiasaan jajan yang
sembarangan sehingga dapat menyebabkan tertular penyakit demam typoid.
Pada anak usia 0–1 tahun prevalensinya lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya dikarenakan kelompok usia ini cenderung
mengkonsumsi makanan yang berasal dari rumah yang memiliki tingkat
kebersihannya yang cukup baik dibandingkan dengan yang dijual di warung
pinggir jalan yang memiliki kualitas yang kurang baik (Nurvina, 2013). Salah
satu hasil penelitian dari menyatakan Hazimah et al (2018), pada data
karakteristik pasien penderita demam typoid berdasarkan usia menunjukkan
bahwa kejadian demam tifoid terbanyak pada usia kanak–kanak (6-11 tahun)
dan masa dewasa awal (26- 35 tahun) yaitu sebesar 17,72 %. Hal ini
dikarenakan pada kelompok umur 6-11 tahun merupakan usia sekolah dimana
pada kelompok usia tersebut sering melakukan aktifitas di luar rumah dan
sering membeli makanan atau minuman di luar rumah yang kurang terjamin
kebersihannya, sehingga beresiko terinfeksi Salmonella typhi.
Antibiotik adalah sejenis senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (Depkes RI, 2011).
Penggunaan obat antibiotika merupakan terapi utama pada demam tifoid
karena pada dasarnya infeksi dari Salmonella typhi berhubungan dengan
keadaan bakteriemia. Pengobatan demam typoid dengan menggunakan
antibiotik yang empiris dan tepat sangatlah penting, karena dapat mencegah
terjadinya komplikasi dan mengurangi angka kematian (Sidabutar, 2010).
Namun tetap perlu diperhatikan penggunaannya karena penggunaan antibiotik
yang irasional dapat memberikan efek yang negatif seperti pembiayaan
pengobatan yang meningkat, peningkatan dari adanya resistensi obat,
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Depkes RI,
2011). Resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi, pengetahuan dan
keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi
dan terapi. Resep juga perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker
dan pasien.penulisan resep harus ditulis dengan jelas sehingga dapat dibaca
petugas di apotek. Standar penulisan resep yang rasional terdiri dari
inscription, invocation, prescreption, signatura dan subcription. Inscription
meliputi identitas dokter diantaranya nama dokter, SIP dokter, alamat dokter,
nomor telepon, tempat dan tanggal penulisan resep (Erlangga, 2017).
Pada prescreption terdiri dari nama obat, kekuatan obat yang diberikan
dan jumlah obat. Dalam signatura adalah nama pasien, jenis kelamin pasien,
umur pasien, berat badan pasien, alamat pasien, dan aturan pakai obat, yang
menjadikan suatu resep tersebut otentik dan diakhiri dengan tanda penutup
dan paraf atau tanda tangan dokter yang disebut dengan subscrption, sehingga
resep menjadi otentik.
Penulisan resep memiliki beberapa tujuan antara lain : kemudahan
tenaga medis dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan di instalasi
farmasi, mengurangi kesalahan dalam memberikan obat, kontrol silang di
bidang farmasi dalam memberikan pelayanan, meningkatkan tanggung jawab
dan partisipasi dokter dalam mengawasi distribusi obat kepada warga,
memberikan obat lebih efektif dan dokter bisa dengan leluasa dalam memilih
obat sesuai dengan kebutuhan, dapat bersikap rasional, pelayanan yang
dilakukan bertujuan kepada pasien menghindarkan adanya kesalahan tujuan
memberikan resep material oriented, resep juga dapat berfungsi sebagai
medical record yang dapat dipertahankan dan bersifat rahasia.
5
6
2.3 Antibiotik
2.3.1 Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati suatu infeksi karena bakteri. Infeksi bakteri terjadi bila
bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan menembus
jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh memiliki respon imun untuk
mengeliminasi bakteri atau mikroorganisme yang masuk. Jika
perkembangbiakan bakteri lebih cepat dari respon imun yang ada, maka
akan terjadi penyakit infeksi yang ditanai dengan adanya inflamasi
(Depkes RI, 2011). Penggunaan antibiotik harus secara rasional. Dampak
negatif yang paling bahaya dari penggunaan antibiotika secara tidak
rasional adalah muncul dan berkembangnya kuman-kuman kebal
antibiotika atau dengan kata lain terjadinya resistensi antibiotika, hal ini
mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan morbiditas
maupun mortalitas pasien dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan,
oleh karena itu penggunaan antibiotika sebaiknya sesuai dengan indikasi.
2.3.2 Antibiotik untuk Demam Typoid
Menurut Kepmenkes (2006), pilihan antibiotik yang dapat
diberikan untuk penderita demam tifoid adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Antibiotik untuk Penderita Demam Typoid
Tabel 2.2 Terapeutik untuk Demam Typoid Anak pada RSUD r. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro
PENYAKIT LAMA KETE
KUMAN
DAN REKOMENDASI DOSIS PEMBER RAN
PENYEBAB
TINDAKAN IAN GAN
ANAK
12,5-25 14 hari
Kloramfenikol mg/kg/dosis atau 7 hari
p.o. 4
kali/24 jam
ATAU ANAK Bebas
S.typhosa
3/15 demam
DEMAM S.paratyphi A
Kotrimoksazol mg/kg/dosis s.d.a
TYPOID S.paratyphi B
p.o.2
S.paratyphi C
kali/24 jam
ATAU ANAK
12,5-25 14 hari
Amoksisilin mg/kg/dosis atau 7 hari
p.o.3 bebas
kali/24 jam demam
Sumber: Buku Panduan Penggunaan Antibiotik RSUD Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro (2019).
anak dengan dewasa yaitu, absorpsi, distribusi, metabolism dan eliminasi obat
(Putra, 2012).
Tabel 2.3Daftar Antibiotik yang Tidak Boleh Diberikan pada anak
Nama Obat Kelompok Usia Efek Samping
Siprofloksasin Kurang dari 12 Merusak tulang rawan
tahun (cartillage disgenesis)
Norfloksasin Kurang dari 12 Merusak tulang rawan
tahun (cartillage disgenesis)
Tetrasiklin Kurang dari 4 tahun Diskolorisasi gigi, gangguan
atau pada dosis pertumbuhan tulang
tinggi
Kotrimoksazol Kurang dari 2 bulan Tidak ada data efektivitas
dan keamanan
Kloramfenikol Neonatus Menyebabkan Grey baby
syndrome
Tiamfenikol Neonatus Menyebabkan Grey baby
syndrome
Linkomisin HCL Neonatus Fatal toxic syndrome
Piperasilin Tazobaktam Neonatus Tidak ada data efektivitas
dan keamanan
Azitromisin Neonatus Tidak ada data efektivitas
dan keamanan
Tigesiklin Anak kurang dari 18 Tidak ada data efektivitas
tahun dan keamanan
Spiramisin Neonatus dan bayi Tidak ada data efektivitas
dan keamanan
Sumber : (Depkes RI, 2011).
Data
Laboratorium Data Klinis
Terapi
Lama
Golongan Jenis Dosis Frekuensi Rute
Penggunaan
Kesimpulan
METODE PENELITIAN
18
19
Kriteria Inklusi:
1. Pasien anak yang usia 5 – 11 tahun, Kriteria Eksklusi:
dengan diagnosis demam typoid a. Pasien anak demam typoid
yang dirawat inap sepanjang periode dengan penyakit penyerta
Januari – Desember 2020 b. Pasien anak yang pulang paksa
2. Pasien demam typoid anak yang
tidak mempunyai penyakit penyerta
Pasien anak yang pulang paksa
3. Pasien yang menyelesaikan
pengobatan hingga dinyatakan
sembuh oleh dokter
Rekapitulasi data
Analisis Deskriptif
Pola peresepan Antibiotik pada Pasien Demam Typoid di ruang Anak RSUD Dr. R
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.
Kesimpulan
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang Pola Peresepan
Antibiotik Pada Pasien Demam Typoid Di Ruang Anak RSUD Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro Periode Januari-Desember 2020. Pengambilan data
dalam penelitian ini menggunakan register, rekam medis serta data klinis yang
meliputi hasil laboratorium pasien yang dirawat di ruang anak RSUD Dr. R.
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Periode Januari-Desember 2020 dan jumlah
sampel yang diperoleh pada pasien yang terdiagnosa demam typoid dan mendapat
terapi antibiotik sebanyak 97 pasien dengan total jumlah populasi pasien yang
dirawat inap di ruang anak RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro
Periode Januari-Desember 2020 sebanyak 128 pasien.
Penyampaian hasil dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
(1) Gambaran umum : lokasi tempat penelitian
(2) Data umum : usia, berat badan
(3) Data khusus : Pola Peresepan Antibiotik Pada Pasien Demam Typoid di
Ruang Anak RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Bojonegoro Periode Januari-Desember 2020 meliputi
golongan, jenis, dosis, frekuensi, rute, lama penggunaan
Antibiotik.
24
25
Tabel 4.1 Distribusi usia pasien demam typoid di ruang anak RSUD Dr.
R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Periode Januari-
Desember 2020
No Usia Jumlah Prosentase
1. 0-5 tahun 21 21,65%
2. 6-11 tahun 76 78,35%
TOTAL 97 100,00%
21,65%
0-5 Tahun
6-11 Tahun
78,35%
Gambar 4.1 Distribusi usia pasien demam typoid di ruang anak RSUD Dr.
R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Periode Januari-
Desember 2020.
Tabel 4.2 Distribusi berat badan pasien demam typoid di ruang anak
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Periode
Januari-Desember 2020
No Berat Badan Jumlah Prosentase
1. ≤ 15 Kg 14 14,43%
2. 16-21 Kg 25 25,77%
3. 22-40 Kg 53 54,64%
4. ≥ 41 Kg 5 5,16%
Total 97 100,00%
≤ 15 Kg
16-21 Kg
22-40 Kg
25,77% ≥ 41 Kg
54,64%
Gambar 4.2 Distribusi berat badan pasien demam typoid di ruang anak
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Periode
Januari-Desember 2020.
Terapi Antibiotik
38,14%
Penisilin-Ampisilin Sulbaktam
61,86% Sefalosporin-Seftriakson
PEMBAHASAN
Pada tabel 4.1 diperoleh data usia yang paling dominan yaitu 6-11 tahun
sebesar 76 pasien (78,35%). Demam typoid dapat ditularkan melalui makanan
dan minuman yang tercemar dengan kuman Salmonella typi (Zulkoni, 2016).
Demam typoid sering di jumpai pada anak-anak dan orang dewasa muda mungkin
karena frekuensi paparan yang lebih sering pada kelompok usia ini, karena sering
makan makanan dari luar dan belum menyadari pentingnya higienis dan sanitasi.
Kemungkinan lain karena system kekebalan mereka masih belum sering terpapar
kuman penyebab penyakit ini sehingga belum terbentuk kekebalan yang memadai
pada kelompok usia ini (Punjabi, 2015). Pada usia 6-11 tahun paling rawan
terjangkit demam typoid karena merupakan masa dimana anak-anak sudah masuk
sekolah, sering jajan sembarangan dan kurang higienis sehingga mudah terkena
kuman tipes dan terkena penyakit demam typoid. Selain itu, anak usia 6-11 tahun
juga suka main di luar tanpa pemantauan orang tua karena sudah berani main
sendiri sehingga orang tua tidak bisa mengontrol kebersihan makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh anak sehingga mudah terkenan demam typoid.
Pada tabel 4.2 diperoleh data berat badan terbanyak pada kasus demam
tifoid ini pada rentang 22-40 kg sebanyak 53 pasien (54,64%), berat badan ini
merupakan rentang berat badan ideal pada usia 6-11 tahun yang merupakan anak
sudah masuk sekolah dasar. Selanjutnya yang kedua adalah rentang berat badan
16-21 kg sebanyak 25 pasien (25,77%), ketiga adalah rentang berat badan ≤15 kg
sebanyak 14 pasien (14,43%) dan terakhir berat badan ≥41 kg sebanyak 5 pasien
(5,16%). Berdasarkan angka indeks berat badan pasien anak berat 22-40 tahun
pada anak usia 6-11 tahun termasuk berat badan normal. Status gizi adalah salah
satu aspek status kesehatan yang di hasilkan dari asupan, penyerapan, dan
penggunaan pangan serta terjadinya infeksi, trauma, dan faktor metabolik yang
mungkin terjadi karena adanya patologi. Selama ini status gizi menjadi masalah
besar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Status gizi anak dapat dinilai
dari antopometri yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Status gizi yang kurang dapat
30
31
menurunkan daya tahan tubuh anak, sehingga anak mudah terserang penyakit,
bahkan status gizi buruk menyebabkan angka mortalitas demam tifoid semakin
tinggi. Hasil penelitian ini tidak sesuai teori yang menyatakan bahwa status gizi
yang buruk akan meningkatkan angka mortilitas kejadian demam tifoid semakin
tinggi (Sugondo, 2016). Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nurvina Wahyu A tahun 2012 menunjukan
bahwa status gizi merupakan faktor yang signifikan terhadap kejadian demam
tifoid pada anak (Nurvina, 2013). Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan
teori dan penelitian sebelumnya dimungkinkan karena adanya perbedaan jumlah
sampel yang diambil dan metode penelitian yang digunakan sehingga akan
berpengaruh terhadap jumlah pasien dengan status gizi. Selain itu, jumlah pasien
dengan status gizi baik lebih banyak dibandingkan dengan status gizi kurang
maupun gizi buruk sehingga mempengaruhi hasil pengolahan data.
Pada tabel 4.4 berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan dalam
pengobatan demam typoid anak terlihat bahwa penisilin-ampisilin sulbaktam
(61,86%) masih merupakan antibiotik pilihan utama yang diberikan untuk demam
typoid anak di ruang anak RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro
periode Januari - Desember 2020, karena efektivitas penisilin terhadap Salmonella
typhi. Suharyo (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa angka kambuh
pada pengobatan demam typoid dengan menggunakan kloramfenikol lebih tinggi
bila dibandingkan dengan penggunaan kotrimoksazol. Selain itu pada lima tahun
terakhir ini para klinisi di beberapa negara mengamati adanya kasus demam
typoid anak yang berat bahkan fatal yang disebabkan oleh strain Salmonella Ttphi
yang resisten terhadap kloramfenikol. Angka kematian di Indonesia mencapai 12
% akibat strain Salmonella typhi ini. Hasil lain menunjukkan adanya pemberian
obat golongan penisilin yakni sefalosporin-seftriakson (38,14%). Namun dari 2
jenis obat ini, penisilin-ampisilin sulbaktam menjadi pilihan alternatif pengobatan
demam typoid anak yang banyak digunakan di ruang anak RSUD Dr. R. Sosodoro
Djatikoesoemo Bojonegoro periode Januari - Desember 2020.
Antibiotik yang diberikan pada infeksi Salmonella typhi yaitu
kloramfenikol, ampisilin, atau sulfametoksazol, namun multidrug resistence
(MDR) terhadap antibiotik mulai muncul pada tahun 1990. Untuk mengatasi hal
32
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 97 pasien pada Pola Peresepan
Antibiotik Pada Pasien Demam Typoid Di Ruang Anak RSUD Dr. R.
Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Periode Januari-Desember 2020 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
(1) Pola peresepan antibiotik pada pasien demam typoid di ruang anak RSUD
Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Periode Januari-Desember
2020, antibiotik yang digunakan adalah golongan penisilin sebanyak 60
pasien (61,86%) dan golongan sefalosporin sebanyak 37 pasien (38,14%).
(2) Berdasarkan lama penggunaan antibiotik golongan penisilin sebanyak 12
pasien (20,00%) dengan lama penggunaan 3 hari, 4 pasien (6,67%) dengan
lama penggunaan 4 hari, 1 pasien (1,66%) dengan lama penggunaan 5
hari, 39 pasien (65,00%) dengan lama penggunaan 6 hari, dan 4 pasien
(6,67%) dengan lama penggunaan 8 hari.
(3) Berdasarkan lama penggunaan pada golongan antibiotik sefalosporin
terdapat 10 pasien (27,03%) dengan lama penggunaan antibiotik 3-4 hari,
19 pasien (51,35%) dengan lama penggunaan antibiotik 5-6 hari, 5 pasien
(13,51%) dengan lama penggunaan antibiotik 7-8 hari, dan 3 pasien
(8,11%) dengan lama penggunaan antibiotik 15-16 hari.
(4) Berdasarkan rute pemberian antibiotik golongan penisilin dan sefalosporin
sebanyak 97 pasien (100,00%) diberikan secara intravena.
(5) Pola penggunaan antibiotik diatas mengacu ke Kemenkes 2006 dari sisi
pemilihan golongan antibiotik dan rute pemberian.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan
beberapa saran, yaitu:
(1) Pada peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian terhadap efek samping
antibiotik yang ditimbulkan pada pasien demam typoid.
32
33
(2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk hasil terapi pasien demam
typoid anak dengan pengamatan tidak hanya berdasarkan rekam medis
pasien rawat inap.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman (2008) Buku ajar infeksi & pediatri tropis. 2nd edn. Jakarta:
Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Astuti (2013) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Kejadian Demam
Tifoid Pada Anak Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung,
Jawa Timur. Universitas Airlangga Surabaya.
Depkes RI (2009) Klasifikasi Usia. Jakarta: Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI (2011) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2406.
2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI (2013a) Laporan Tahunan Promkes Tahun Promkes. Jakarta: Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI (2013b) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73.
tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta:
Jakarta: Depkes RI.
Erlangga (2017) Pola Peresepan Antibiotik Pada Pasien Rawat Jalan Di
Puskesmas Dalam Wilayah Kota Pariaman. Universitas Andalas.
Juwono (2014) Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Kementrian Kesehatan RI (2018) ‘Laporan Riskesdas 2018’, Laporan Nasional
RIskesdas 2018, 53(9), pp. 181–222.
Kepmenkes (2006) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/MENKES/SK/V/2006, tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
Jakarta: Jakarta: Kemenkes.
Kusuma (2015) ‘Faktor Risiko Kejadian yang Berhubungan dengan Kejadian
Demam Typoid pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Sui Kakap dan
Puskesmas Sui Durian’, JUMANTIK (Jurnal Mahasiswa dan Penelitian
Ilmiah), 2(1), pp. 41–53.
Maghfiroh (2016) ‘Hubungan Cuci Tangan, Tempat Sampah, Kepemilikan Spal,
Sanitasi Makanan Dengan Demam Tifoid’, Jurnal Pena Medika, 6(1).
masturoh & anggita (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Jakarta:
33
34
Kemenkes.
Meta (2015) ‘Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS
Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat’, in Prosiding
Seminar Nasional & Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi &
Klinik 5.
Musnelina (2014) ‘Pola Pemberian Antibiotik Pengobatan Demam Tifoid Anak di
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002’, Makara Kesehatan,
8(2), pp. 59–64.
Notoatmodjo (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurvina (2013) Hubungan antara Sanitasi Lingkungan, Hygiene perorangan dan
Karakteristik Individu dengan Kejadian Demam Typoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Pudjiadi et.al (2009) Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Putra (2012) Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Demam Typoid
terhadap Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar. Universitas Diponegoro.
Rahman (2014) ‘Prevalence of Typhoid fever among the children in a semi urban
area of Bangladesh’, Epidiomlogy journal. J Dhaka Med Coll, 20(1).
Ramaningrum (2016) ‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam
Typoid pada Anak di RSUD Tugurejo Semarang’, Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah, 5(2), pp. 1–8.
Rampengan (2013) ‘Rampe Antibiotik Terapi Demam Tifoid Tanpa Komplikasi
pada Anak’, Sari Pediatri, 14(5).
Rustam (2012) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Kejadian Demam
Tifoid Pada Anak Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Iskak Tulungagung,
Jawa Timur. Universitas Airlangga Bojonegoro.
Sarimanah (2012) ‘Pola Peresepan Obat di Apotek Asri Klaten’, USB, 2(1).
Sidabutar (2010) ‘Pilihan terapi empiris demam typoid pada anak: Kloramfenikol
atau Ceftriaxone’, Sari Pediatri, 11(6), pp. 205–210.
Sugondo (2016) Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
35
Dalam FK UI.
WHO (2018) Background document : The diagnosis, treatment and prevention of
typhoid fever. Geneva: Geneva: World Health Organization.
Widiastuti (2011) ‘Obesitas Sentral dan Andropause Hubungan Obesitas Sentral
Dengan Andropause di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal
Soedirman’, Mandala of Health, 5(3).
Zulkoni (2016) Parasitologi. Yogyakarta: Yogyakarta: Nuha Medika.
LAMPIRAN 1
Tabel 1. Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Laki-Laki Umur 0-60 Bulan
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.0
1 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6
2 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.0
3 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.0
4 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.7
5 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.4
6 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.9
7 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.4
8 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.9
9 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.3
1
6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.7
0
1
6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.0
1
1
6.9 7.7 8.6 9.6 10.8 12.0 13.3
2
1 7.1 7.9 8.8 9.9 11.0 12.3 13.7
3
1
7.2 8.1 9.0 10.1 11.3 12.6 14.0
4
1
7.4 8.3 9.2 10.3 11.5 12.8 14.3
5
1
7.5 8.4 9.4 10.5 11.7 13.1 14.6
6
1
7.7 8.6 9.6 10.7 12.0 13.4 14.9
7
1
7.8 8.8 9.8 10.9 12.2 13.7 15.3
8
1
8.0 8.9 10.0 11.1 12.5 13.9 15.6
9
2
8.1 9.1 10.1 11.3 12.7 14.2 15.9
0
2
8.2 9.2 10.3 11.5 12.9 14.5 16.2
1
2
8.4 9.4 10.5 11.8 13.2 14.7 16.5
2
2
8.5 9.5 10.7 12.0 13.4 15.0 16.8
3
2
8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.1
4
2
8.8 9.8 11.0 12.4 13.9 15.5 17.5
5
2
8.9 10.0 11.2 12.5 14.1 15.8 17.8
6
2
9.0 10.1 11.3 12.7 14.3 16.1 18.1
7
2
9.1 10.2 11.5 12.9 14.5 16.3 18.4
8
2
9.2 10.4 11.7 13.1 14.8 16.6 18.7
9
3
9.4 10.5 11.8 13.3 15.0 16.9 19.0
0
3
9.5 10.7 12.0 13.5 15.2 17.1 19.3
1
3
9.6 10.8 12.1 13.7 15.4 17.4 19.6
2
3
9.7 10.9 12.3 13.8 15.6 17.6 19.9
3
3
9.8 11.0 12.4 14.0 15.8 17.8 20.2
4
3
9.9 11.2 12.6 14.2 16.0 18.1 20.4
5
3 10.0 11.3 12.7 14.3 16.2 18.3 20.7
6
3
10.1 11.4 12.9 14.5 16.4 18.6 21.0
7
3
10.2 11.5 13.0 14.7 16.6 18.8 21.3
8
3
10.3 11.6 13.1 14.8 16.8 19.0 21.6
9
4
10.4 11.8 13.3 15.0 17.0 19.3 21.9
0
4
10.5 11.9 13.4 15.2 17.2 19.5 22.1
1
4
10.6 12.0 13.6 15.3 17.4 19.7 22.4
2
4
10.7 12.1 13.7 15.5 17.6 20.0 22.7
3
4
10.8 12.2 13.8 15.7 17.8 20.2 23.0
4
4
10.9 12.4 14.0 15.8 18.0 20.5 23.3
5
4
11.0 12.5 14.1 16.0 18.2 20.7 23.6
6
4
11.1 12.6 14.3 16.2 18.4 20.9 23.9
7
4
11.2 12.7 14.4 16.3 18.6 21.2 24.2
8
4
11.3 12.8 14.5 16.5 18.8 21.4 24.5
9
5
11.4 12.9 14.7 16.7 19.0 21.7 24.8
0
5
11.5 13.1 14.8 16.8 19.2 21.9 25.1
1
5
11.6 13.2 15.0 17.0 19.4 22.2 25.4
2
5
11.7 13.3 15.1 17.2 19.6 22.4 25.7
3
5
11.8 13.4 15.2 17.3 19.8 22.7 26.0
4
5
11.9 13.5 15.4 17.5 20.0 22.9 26.3
5
5
12.0 13.6 15.5 17.7 20.2 23.2 26.6
6
5
12.1 13.7 15.6 17.8 20.4 23.4 26.9
7
5
12.2 13.8 15.8 18.0 20.6 23.7 27.2
8
5 12.3 14.0 15.9 18.2 20.8 23.9 27.6
9
6
12.4 14.1 16.0 18.3 21.0 24.2 27.9
0
Tabel 2. Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Anak Perempuan Umur 0-60 Bulan
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 2.0 2.4 2.8 3.2 3.7 4.2 4.8
1 2.7 3.2 3.6 4.2 4.8 5.5 6.2
2 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 7.5
3 4.0 4.5 5.2 5.8 6.6 7.5 8.5
4 4.4 5.0 5.7 6.4 7.3 8.2 9.3
5 4.8 5.4 6.1 6.9 7.8 8.8 10.0
6 5.1 5.7 6.5 7.3 8.2 9.3 10.6
7 5.3 6.0 6.8 7.6 8.6 9.8 11.1
8 5.6 6.3 7.0 7.9 9.0 10.2 11.6
9 5.8 6.5 7.3 8.2 9.3 10.5 12.0
1
5.9 6.7 7.5 8.5 9.6 10.9 12.4
0
1
6.1 6.9 7.7 8.7 9.9 11.2 12.8
1
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
1
6.3 7.0 7.9 8.9 10.1 11.5 13.1
2
1
6.4 7.2 8.1 9.2 10.4 11.8 13.5
3
1
6.6 7.4 8.3 9.4 10.6 12.1 13.8
4
1
6.7 7.6 8.5 9.6 10.9 12.4 14.1
5
1
6.9 7.7 8.7 9.8 11.1 12.6 14.5
6
1
7.0 7.9 8.9 10.0 11.4 12.9 14.8
7
1
7.2 8.1 9.1 10.2 11.6 13.2 15.1
8
1
7.3 8.2 9.2 10.4 11.8 13.5 15.4
9
2
7.5 8.4 9.4 10.6 12.1 13.7 15.7
0
2
7.6 8.6 9.6 10.9 12.3 14.0 16.0
1
2 7.8 8.7 9.8 11.1 12.5 14.3 16.4
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
2
2
7.9 8.9 10.0 11.3 12.8 14.6 16.7
3
2
8.1 9.0 10.2 11.5 13.0 14.8 17.0
4
2
8.2 9.2 10.3 11.7 13.3 15.1 17.3
5
2
8.4 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.7
6
2
8.5 9.5 10.7 12.1 13.7 15.7 18.0
7
2
8.6 9.7 10.9 12.3 14.0 16.0 18.3
8
2
8.8 9.8 11.1 12.5 14.2 16.2 18.7
9
3
8.9 10.0 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0
0
3
9.0 10.1 11.4 12.9 14.7 16.8 19.3
1
3
9.1 10.3 11.6 13.1 14.9 17.1 19.6
2
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
3
9.3 10.4 11.7 13.3 15.1 17.3 20.0
3
3
9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.6 20.3
4
3
9.5 10.7 12.0 13.7 15.6 17.9 20.6
5
3
9.6 10.8 12.2 13.9 15.8 18.1 20.9
6
3
9.7 10.9 12.4 14.0 16.0 18.4 21.3
7
3
9.8 11.1 12.5 14.2 16.3 18.7 21.6
8
3
9.9 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0 22.0
9
4
10.1 11.3 12.8 14.6 16.7 19.2 22.3
0
4
10.2 11.5 13.0 14.8 16.9 19.5 22.7
1
4
10.3 11.6 13.1 15.0 17.2 19.8 23.0
2
4 10.4 11.7 13.3 15.2 17.4 20.1 23.4
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
3
4
10.5 11.8 13.4 15.3 17.6 20.4 23.7
4
4
10.6 12.0 13.6 15.5 17.8 20.7 24.1
5
4
10.7 12.1 13.7 15.7 18.1 20.9 24.5
6
4
10.8 12.2 13.9 15.9 18.3 21.2 24.8
7
4
10.9 12.3 14.0 16.1 18.5 21.5 25.2
8
4
11.0 12.4 14.2 16.3 18.8 21.8 25.5
9
5
11.1 12.6 14.3 16.4 19.0 22.1 25.9
0
5
11.2 12.7 14.5 16.6 19.2 22.4 26.3
1
5
11.3 12.8 14.6 16.8 19.4 22.6 26.6
2
5
11.4 12.9 14.8 17.0 19.7 22.9 27.0
3
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
5
11.5 13.0 14.9 17.2 19.9 23.2 27.4
4
5
11.6 13.2 15.1 17.3 20.1 23.5 27.7
5
5
11.7 13.3 15.2 17.5 20.3 23.8 28.1
6
5
11.8 13.4 15.3 17.7 20.6 24.1 28.5
7
5
11.9 13.5 15.5 17.9 20.8 24.4 28.8
8
5
12.0 13.6 15.6 18.0 21.0 24.6 29.2
9
6
12.1 13.7 15.8 18.2 21.2 24.9 29.5
0
LAMPIRAN 4