DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
TIM PENYUSUN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 3
1.3. Sasaran 3
1.4. Landasan Hukum 3
1.5. Ruang Lingkup 4
BAB II STRATEGI PENGEMBANGAN LAYANAN KESEHATAN MATA 5
TERINTEGRASI
2.1. Gambaran Epidemiologi 5
2.2. Analisa Situasi 6
2.3. Strategi Pengembangan Layanan Kesehatan Mata 7
Terintegrasi
BAB III GAMBARAN UMUM VISION CENTER 10
3.1. Pengertian 10
3.2. Alur Layanan 10
3.3. Jenis Kegiatan 11
3.3.1 Upaya Kesehatan Masyarakat 13
3.3.2 Upaya Kesehatan Perorangan 13
BAB IV MANAJEMEN DAN ORGANISASI PENYELENGGARAAN 14
VISION CENTER
4.1. Manajemen 15
4.1.1 Sumber Daya Manusia 15
4.1.2 Sarana Prasarana 16
4.1.3 Pembiayaan 17
4.2. Pengorganisasian Penyelenggaraan 18
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 20
5.1. Pembinaan 20
5.2. Pengawasan 20
5.2.1 Pemantauan 20
5.2.2 Evaluasi 21
5.2.3 Pencatatan dan Pelaporan 21
BAB VI PENUTUP 23
LAMPIRAN
Instrumen Assessment Pengembangan Vision Center
Form monitoring dan evaluasi Vision Center
Formulir Pencatatan Kegiatan di Vision Center
Formulir Pelaporan Kasus
Formulir Pelaporan Deteksi Dini
Daftar Pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu indera yang memiliki fungsi utama sebagai jalur masuk
informasi, sehingga kemampuan melihat berkontribusi pada perkembangan anak, remaja,
serta dewasa muda dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mata sehat merupakan
kebutuhan dan hak dasar yang harus dimiliki masyarakat pada semua kelompok usia.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan mata merupakan hal yang
sering terabaikan sehingga berdampak pada kondisi yang lebih berat, pada akhirnya dapat
menurunnya produktifitas dan kualitas hidup. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam siklus
hidup manusia setidaknya setiap orang akan mengalami satu gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan matanya.
Rekomendasi WHO dalam World Report on Vision tahun 2019, setidaknya ada 2 miliar
orang hidup dengan gangguan penglihatan atau kebutaan dan 1,1 miliar orang diantaranya
dengan gangguan penglihatan yang dapat dicegah namun belum tertangani secara optimal.
Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan mata diproyeksikan meningkat secara
eksponensial dengan setengah dari populasi global diperkirakan akan mengalami gangguan
penglihatan pada tahun 2050.
Hasil dari beberapa skrining gangguan penglihatan pada anak sekolah kelas 1, 7, dan 10
menunjukkan rata-rata prevalensi kelainan refraksi berkisar antara 18-20%. Hasil penelitian
di Kota Bandung pada tahun 2019 yang dilaksanakan oleh Universitas Padjajaran dan
Rumah Sakit Mata Cicendo menunjukkan prevalensi kelainan refraksi pada anak sekolah
berusia 11-15 tahun sebesar 15,95% dan sekitar 76% diantaranya belum dikoreksi.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Diabetic Federation (IDF), pada
saat ini terdapat sekitar 10 juta orang di Indonesia yang menderita diabetes. Sekitar 35%
atau sekitar 3,5 juta, dari orang dengan diabetes menderita Retinopati diabetikum berbagai
derajat, dan 10% dari penderita diabetes, sekitar 1 juta orang, terancam kehilangan
penglihatan secara permanen (Vision Threatening Diabetic Retinopathy/VTDR). Prevalensi
diabetes di seluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan
jumlah penduduk, pola diet dan gaya hidup masyarakat. Sedangkan menurut data Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2018 menunjukkan prevalensi Diabetes Melitus pada usia 15 tahun
ke atas sebesar 8,6%.
1
Jika dilakukan upaya pencegahan secara dini, maka penglihatan yang optimal dapat
meningkatkan peluang umur panjang dan hidup sehat, kemampuan belajar dan kualitas
pendidikan, serta peluang kerja dan produktifitas seseorang. Hal ini merupakan bagian dari
indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks pengeluaran yang berkontribusi terhadap
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator kualitas hidup manusia
Indonesia, serta mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Beban kondisi kesehatan mata disadari memiliki dampak yang tidak proporsional pada
kelompok rentan, masih adanya kesenjangan dalam cakupan dan kualitas layanan
kesehatan mata yang meliputi upaya promotif, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Disamping itu masih kurangnya tenaga kesehatan mata terlatih dan tidak meratanya
ketersediaan tenaga kesehatan mata, serta integrasi yang belum memadai ke dalam sistem
kesehatan ini menjadi tantangan untuk pengembangan program penanggulangan gangguan
penglihatan.
Di tingkat global, pada World Health Assembly (WHA) ke-74 Pemerintah Indonesia turut
berkomitmen dalam pencapaian Global Target Eye Health 2030 dengan strategi Integrated
People-Centred Eye Care, including preventable vision impairment and blindness, yaitu; 1)
peningkatan 40% cakupan efektif untuk kelainan refraksi pada tahun 2030, dan 2)
peningkatan 30% cakupan efektif untuk operasi katarak pada tahun 2030. Di tingkat
Nasional, Pemerintah telah menetapkan target untuk menurunkan prevalensi gangguan
penglihatan sebesar 25% pada tahun 2030 dari prevalensi di tahun 2017 (baseline 3%)
melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2020. Penanggulangan gangguan
penglihatan di Indonesia diprioritaskan pada penyakit katarak, kelainan refraksi, glaukoma,
retinopati diabetikum, kebutaan pada anak, dan low vision.
2
Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024 menetapkan
indikator untuk program penanggulangan gangguan indera yaitu jumlah kabupaten/kota
yang melakukan deteksi dini gangguan penglihatan dan atau gangguan pendengaran pada
paling sedikit 40% populasi. Melalui kegiatan deteksi dini diharapkan dapat meningkatkan
penemuan kasus secara dini sehingga dapat diintervensi lebih awal untuk mencegah
keparahan penyakit maupun kedisabilitasannya. Salah satu fungsi Vision Center yaitu
melakukan upaya preventif melalui deteksi dini gangguan penglihatan, hal ini diharapkan
dapat meningkatkan capaian target indikator Gangguan Indera dan cakupan layanan
kesehatan mata yang optimal dan bermutu.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Tersedianya pedoman dalam penyelenggaraan layanan kesehatan mata terintegrasi bagi
pengambil kebijakan, pengelola dan pelaksana program, serta stakeholder terkait.
Tujuan Khusus :
1. Tersedianya situasi gangguan penglihatan di Indonesia
2. Tersedianya strategi pengembangan layanan kesehatan mata terintegrasi
3. Tersedianya gambaran umum Vision Center
4. Terlaksananya manajemen dan organisasi penyelenggaraan Vision Center
5. Terlaksananya pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan layanan
kesehatan mata terintegrasi.
1.3 Sasaran
a. Pemerintah Pusat, Provinsi, Kab/Kota,
b. Pengelola Program PTM Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota, (pengelola program terkait
gangguan indera)
c. Organisasi Profesi
d. Petugas Kesehatan di FKTP
e. Stakeholder terkait
1.6 Pengertian
4
BAB II
STRATEGI PENGEMBANGAN LAYANAN KESEHATAN MATA TERINTEGRASI
Tabel 2.1. Estimasi Prevalensi dan Jumlah Kebutaan pada Penduduk Usia ≥ 50 Tahun
5
12 JAWA BARAT 2.8% 9.984.902 279.577
13 JAWA TENGAH 2.7% 9.035.504 243.959
14 DIY 2.7% 1.057.147 28.543
15 JAWA TIMUR 4.4% 10.209.574 449.221
16 BANTEN 2.8% 2.067.197 57.882
17 BALI 2.0% 1.037.817 20.756
18 NTB 4.0% 998.471 39.939
19 NTT 2.0% 1.014.629 20.293
20 KALIMANTAN BARAT 2.0% 943.769 18.875
21 KALIMANTAN TENGAH 2.0% 503.709 10.074
22 KALIMANTAN SELATAN 2.0% 874.699 17.494
23 KALIMANTAN TIMUR 2.0% 729.423 14.588
24 KALIMANTAN UTARA 2.0% 135.163 2.703
25 SULAWESI UTARA 1.7% 621.072 10.558
26 SULAWESI TENGAH 2.6% 589.045 15.315
27 SULAWESI SELATAN 2.6% 1.947.198 50.627
28 SULAWESI TENGGARA 2.6% 490.640 12.757
29 GORONTALO 1.7% 239.552 4.072
30 SULAWESI BARAT 2.6% 243.770 6.388
31 MALUKU 2.9% 317.466 9.207
32 MALUKU UTARA 2.9% 215.992 6.264
33 PAPUA BARAT 2.4% 136.179 3.268
34 PAPUA 2.4% 528.369 12.681
TOTAL NASIONAL 3.0% 56.213.364 1.682.401
Sumber : BPS 2018,2019, 2020 dan RAAB 2014-2016
7
Adapun pendekatan IPCEC dilaksanakan dengan 4 (empat) strategi sebagai berikut :
8
mata terintegrasi perlu dilakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk
mendapatkan dukungan sumber daya dan sosial.
9
BAB III
GAMBARAN UMUM VISION CENTER
3.1 Pengertian
Vision Center adalah suatu bentuk layanan kesehatan mata terintegrasi pada suatu fasilitas
pelayanan kesehatan di tingkat layanan primer, yang menyediakan layanan kesehatan mata
secara komprehensif kepada individu dan masyarakat/komunitas, meliputi layanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Keberadaan Vision Center ditujukan untuk meningkatkan
akses layanan kesehatan mata dan cakupan deteksi dan intervensi dini gangguan penglihatan.
Pasien Vision Center adalah pasien yang datang ke FKTP untuk berobat atau rujukan dari
hasil skrining di masyarakat/komunitas melalui Posyandu, Posyandu Lansia, Posbindu,
UKS, Poskestren dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) lainnya.
10
Alur layanan vision center dimulai dari pasien datang dan mendaftarkan diri di loket
pendaftaran FKTP untuk mendapatkan layanan kesehatan mata. Selanjutnya pasien yang
sudah terdaftar untuk layanan vision center, dilakukan skrining kelainan mata oleh
perawat terlatih. Pelayanan kepada pasien selanjutnya berdasarkan hasil skrining, antara
lain:
a. Pasien dengan kelainan tajam penglihatan (visus), selanjutnya menjalani pengukuran
tajam penglihatan oleh Refraksionis Optisien (RO). Setelah itu pasien diperiksa dokter
untuk penegakan diagnosis berdasarkan hasil skrining dan pengukuran tajam
penglihatan, dan diberikan resep koreksi refraksi, jika pasien mengalami kelainan
refraksi sederhana. Kelainan refraksi sederhana yang dapat ditangani di Vision Center
adalah kelainan refraksi dengan silinder/miopia/presbiopia maksimal -/+ 3.00D. Pasien
yang mendapatkan resep koreksi refraksi diarahkan untuk mendapatkan kacamata di
optik, khusus peserta BPJS, di optik yang bekerjasama dengan BPJS. Kelainan refraksi
yang lebih berat atau gangguan visus oleh sebab lain akan diperiksa lebih lanjut oleh
Dokter Spesialis Mata yang berkunjung secara berkala di Vision Center atau dirujuk ke
FKRTL jika layanan dokter spesialis mata tidak tersedia di Vision center.
b. Pasien dengan diagnosa katarak atau kelainan mata lainnya, diberikan edukasi
kesehatan mata oleh dokter dan penanganan sesuai indikasi dan tatalaksana kasus di
FKTP. Kelainan mata yang tidak tertangani tuntas di vision center harus dirujuk ke
FKRTL.
11
Gambar 3.2. Pelayanan Vision Center
Jika ditemukan kelainan yang lebih berat, maka dikonsultasikan ke Dokter Spesialis Mata dan
atau dirujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL). Penyediaan
kacamata dapat diatur melalui skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau kerja sama
dengan mitra swasta, NGO, swadana, maupun sumber pembiayaan lainnya.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi sehari-hari bagi orang yang mengalami
gangguan penglihatan atau kebutaan yang tidak dapat diobati, agar dapat beraktivitas di
lingkungan mereka. Berbagai intervensi rehabilitasi gangguan penglihatan meliputi kaca
pembesar (lup), modifikasi lingkungan (misalnya pencahayaan yang lebih baik), pembaca
layar, konseling dan pelatihan keterampilan di rumah. Banyak kondisi mata dapat
mempengaruhi berbagai komponen fungsi penglihatan (misalnya ketajaman visual, kontras,
penglihatan tepi), sehingga intervensi rehabilitasi penglihatan perlu disesuaikan dengan
kebutuhan dan prioritas individu. Untuk itu Vision Center memiliki peran dalam melakukan
konseling dan rujukan untuk rehabilitasi.
Kegiatan Vision Center atau Layanan Kesehatan Mata Terintegrasi di FKTP, khususnya
Puskesmas berintegrasi dengan kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) yang diselenggarakan puskesmas.
3.3.1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Kegiatan Vision Center yang terintegrasi dengan layanan UKM mencakup kegiatan
promosi kesehatan mata dan pencegahan penyakit di tingkat masyarakat/komunitas
melalui UKBM yang ada dan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), dalam bentuk kegiatan
antara lain :
a) Meningkatkan komitmen pemangku kepentingan
b) Menggalang dukungan mitra potensial
c) Memberikan pelatihan kepada pelaksana UKS/M di sekolah/madrasah untuk
mendeteksi gangguan penglihatan pada peserta didik
d) Memberikan pelatihan kepada kader kesehatan
13
e) Edukasi kesehatan mata kepada masyarakat
f) Skrining penglihatan di sekolah, madrasah, pesantren, sekolah berasrama
g) Skrining penglihatan di masyarakat
h) Rujukan gangguan penglihatan dari UKBM
14
BAB IV
MANAJEMEN DAN ORGANISASI PENYELENGGARAAN VISION CENTER
4.1 Manajemen
4.1.1 Sumber Daya Manusia
Kegiatan yang dilaksanakan dalam Vision Center meliputi penyuluhan dan edukasi, deteksi
dini atau skrining gangguan penglihatan di masyarakat dan sekolah, tatalaksana kasus
sesuai kompetensi dan rujukan sesuai indikasi medis, serta kegiatan rehabilitatif (koreksi
kacamata, katarak, glaukoma, dan retinopati diabetikum) sehingga diperlukan SDM meliputi
tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan (kader), sebagai berikut :
No SDM Tugas
A Tenaga Kesehatan
1 Dokter Spesialis Mata (pendampingan) • Rujukan kasus berat
• Konsultasi/kunjungan atau
telemedicine
• Pendampingan
2 Dokter Umum • Pemeriksaan visus dan kelainan mata
• Penegakan diagnosis sesuai
kompetensi
• Pemberian resep obat mata dan
kacamata untuk kelainan refraksi
sederhana
• Penanganan kegawatdaruratan pada
mata
• Memberikan surat pengantar rujukan
ke FKRTL apabila diperlukan.
3 Perawat terlatih Skrining/deteksi dini gangguan
penglihatan dan kelainan mata
4 Refraksionis Optisien Pemeriksaan visus dan koreksi kelainan
refraksi
5 Promosi Kesehatan • Advokasi kepada pemangku kebijakan
• Penggalangan mitra potensial
• Pembinaan UKBM
• Pengembangan media KIE
6 Pengelola Program Indera/Petugas Pencatatan dan pelaporan
pencatatan pelaporan
B Tenaga Non Kesehatan
1 Kader JULITA (Juru LIHAT Mata) • Edukasi kepada masyarakat
• Melakukan deteksi dini gangguan
penglihatan secara sederhana di
lingkungan
• Memobilisasi pasien ke Vision Center
• Menjadwalkan pemeriksaan pasien
15
4.1.2 Sarana dan Prasarana
Vision Center diharapkan memiliki ruangan yang memadai untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang nyaman. Vision Center dapat memanfaatkan ruangan di FKTP seperti area
pendaftaran, ruang tunggu, pemeriksaan refraksi, dan pemeriksaan mata oleh dokter tanpa
perlu menambah bangunan baru. Contoh denah seperti di bawah ini.
PENDAFTARAN
RUANG
TUNGGU
BED
TINDAKAN
Ruang
Refraksi
MEJA
16
Tabel 4.1. Kebutuhan peralatan
UTAMA PENUNJANG
• Snellen chart : E chart dan • Komputer + jaringan wifi
alphabet chart • Autorefraktometer
• Bingkai uji-coba untuk • Retinoskopi
pemeriksaan refraksi • Lensometer
• Lensa uji-coba untuk • Oftalmoskopi indirek
pemeriksaan refraksi • Kartu pemeriksaan buta
• Lampu celah warna (Tes Ishihara)
• Oftalmoskopi direk • Tensimeter
• Tonometer • Termometer
• Lup Binokuler (Lensa • Glukometer
pembesar) 3 – 5 Dioptri • Low vision kit
• Okluder • Software rekam medis
• Senter elektronik
• Lampu meja • Media KIE
UTAMA TAMBAHAN
• Midriatyl tetes mata • Antibiotik tetes atau salep mata
• Efrisel tetes mata • Cenfreh tetes mata (artificial tears)
• Pantocain tetes mata • Strip gula darah
• Fluorescein tetes mata
• Tetrakain tetes mata 0,5% atau 2%
• Kapsul vitamin A
• Fluorescein strip
• Ciprofloxacin tablet 500 mg
• Paracetamol 500 mg
• Kapas, kasa dan plester
• Cairan saline normal
• Cairan ringer laktat
• Alkohol cuci tangan
• Betadine 5% antiseptic mata
4.1.3 Pembiayaan
Dalam rangka menunjang kegiatan layanan kesehatan mata terintegrasi diperlukan
dukungan pembiayaan yang bersumber dari APBN, APBD, donor, dan mitra lainnya.
17
4.2 Pengorganisasian Penyelenggaraan
Penyelenggaraan layanan kesehatan mata terintegrasi (Vision Center) memerlukan peran
aktif berbagai stakeholder dari tingkat pusat, daerah, sampai masyarakat, sebagai berikut:
4.2.1 Pusat
a. Menyiapkan pedoman penyelenggaraan
b. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada stakeholder terkait, provinsi dan
kabupaten/kota.
c. Menyiapkan instrumen bimbingan teknis dan supervisi
d. Menyediakan materi KIE
e. Menyediakan materi dan modul pelatihan
f. Melakukan Pelatihan untuk Pelatih
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan
4.2.2 Provinsi
a. Melakukan analisis situasi pada kabupaten/kota dalam pengembangan Vision Center
b. Melakukan advokasi kepada stakeholder terkait
c. Melakukan sosialisasi
d. Membentuk jejaring dan kemitraan
e. Menyediakan media KIE
f. Melakukan pelatihan
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan
4.2.3 Kabupaten/Kota
a. Menyediakan data yang diperlukan untuk analisis situasi
b. Melakukan advokasi kepada stakeholder terkait
c. Melakukan sosialisasi
d. Membentuk jejaring dan kemitraan
e. Menyediakan dan/atau menyebarluaskan media KIE
f. Melakukan pelatihan
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4.2.4 Puskesmas
a. Menyelenggarakan Vision Center
b. Melakukan advokasi kepada stakeholder terkait
c. Melakukan sosialisasi ke masyarakat
d. Melakukan jejaring rujukan
e. Melakukan kegiatan kemitraan
f. Menyediakan dan/atau menyebarluaskan media KIE
g. Melakukan peningkatan kapasitas kader
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan
18
4.2.5 Organisasi Profesi
a. Menyiapkan SDM kesehatan
b. Melakukan pendampingan layanan Vision Center
c. Memfasilitasi jejaring dan rujukan
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan
19
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Untuk memantau pelaksanaan kegiatan dan pencapaian kinerja, diperlukan pembinaan dan
pengawasan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembinaan dalam penyelenggaraan layanan
kesehatan mata terintegrasi dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas teknis dan
manajemen sumber daya, pemberdayaan masyarakat, dan sarana pendukung lainnya.
Pengawasan dapat dilakukan melalui pemantauan dan evaluasi, verifikasi dan validasi data, serta
pencatatan dan pelaporan.
5.1 Pembinaan
Pembinaan dilakukan dalam rangka memastikan keberlangsungan pelaksanaan layanan
kesehatan mata terintegrasi yang dilaksanakan secara berjenjang baik Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Puskesmas.
Untuk mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan mata yang terintegrasi
dibutuhkan bimbingan teknis pada saat pelaksanaan kegiatan dan evaluasi secara berkala
meliputi input, proses, output, dan outcome. Selanjutnya dapat dilakukan perbaikan-
perbaikan untuk penyempurnaan penyelenggaraan layanan.
5.2 Pengawasan
5.2.1. Pemantauan
Pemantauan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin menggunakan
sumber data sekunder yang berasal dari hasil kegiatan layanan dan program yang
dilaporkan melalui sistem informasi yang telah tersedia. Pemantauan dilakukan untuk
mengidentifikasi pelaksanaan kegiatan dari berbagai komponen program, waktu
pelaksanaan, dan kemajuan dalam pencapaian tujuan program yang kemudian
diberikan umpan balik dan mengukur terlaksananya berbagai kegiatan.
20
5.2.2. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai efektivitas dari program atau kegiatan layanan
kesehatan mata yang dilihat dari pencapaian kinerja terutama dalam hal yang
menurunkan jumlah gangguan penglihatan dan meningkatkan kualitas hidup orang
dengan gangguan penglihatan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan data yang
tersedia di layanan atau melakukan pengukuran/penilaian dengan menggunakan
pendekatan baik kualitatif maupun kuantitatif.
21
Pelaporan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil
pencatatan dikompilasi untuk dilakukan pelaporan secara berkala dan terintegrasi
melalui sistem informasi yang tersedia.
22
BAB VI
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Tommy T., Halim, Aldiana. 2020. The Economic Consequences of Visual Impairment and the
Impact of Cataract Surgery in Gaining Economy in Indonesia. Bandung : Department of Ophthalmology,
Faculty of Medicine Padjajaran University.
Omas, Rani Pitta dr., Ratnaningsih, Nina, dr., SpM(K), M.Sc., Halim, Aldiana, SpM(K), MSc. 2020. Buku
Manual Vision Center, Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bandung. Unit Oftalmologi Komunitas
Pusat Mata Nasional Cicendo Bandung, April 2020.
Rupert R A Bourne, Jaimie D Steinmetz, et al. GBD 2019 Blindness and Vision Impairment Collaborators,
Lancet Glob Health 2021; 9: e130–43, Published Online December 1, 2020, DOI :
https://doi.org/10.1016/ S2214-109X(20)30425-3
World Report on Vision. Geneva: World Health Organization; 2019. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.
24
LAMPIRAN 1
Provinsi :
Kab/Kota :
25
LAMPIRAN 2
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin : L/P Tanggal :
Umur : Lokasi Pemeriksaan :
Pekerjaan :
MATA
RUJUK
KANAN KIRI
1. BISA 1. BISA 1. YA
HITUNG JARI
2. TIDAK 2. TIDAK 2. TIDAK
MATA
RUJUK
KANAN KIRI
3. BISA 3. BISA 3. YA
E-Tumbling
4. TIDAK 4. TIDAK 4. TIDAK
26
LAMPIRAN 3
27
LAMPIRAN 4
FORMULIR PEMERIKSAAN
28
LAMPIRAN 5
Tanggal : . / . . / 20..
I. KETERANGAN PUSKESMAS
Provinsi :
Kabupaten/Kota :
Nama FKTP :
Alamat FKTP :
Jumlah Penduduk di wilayah kerja FKTP : ... ... ... orang
Luas wilayah kerja FKTP : ... ... ... km2
Kunjungan rata-rata per bulan untuk poli indera (gangguan penglihatan) : ….. ….. …. orang
29
III. DUKUNGAN FASILITAS DAN ALAT KESEHATAN DI PUSKESMAS
30
V. DUKUNGAN MANAJEMEN
Keterangan
Ya (√)
No Hal-hal yang Ditelaah (jika ya,
Tidak (x)
sebutkan)
1 Apakah ada SK/SPT Tim Penyelenggaran Layanan
Kesehatan Mata Terintegrasi (Vision Center)?
2 Apakah dilakukan supervisi untuk Penyelenggaran
Layanan Kesehatan Mata Terintegrasi (Vision Center)?
3 Apakah tersedia anggaran khusus untuk
Penyelenggaran Layanan Kesehatan Mata Terintegrasi
(Vision Center)?
4 Apakah terdapat pemanfaatan CSR (corporate social
responsibility)/ tanggungjawab sosial perusahaan
untuk Penyelenggaran Layanan Kesehatan Mata
Terintegrasi (Vision Center)
5 Apakah tersedia Pedoman/Juknis untuk pelaksanaan
program penanggulangan gangguan penglihatan?
2 Kegiatan pelatihan
31
VII. MONITORING OUTPUT
VIII. KENDALA
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………….
32