Penyelenggaraan
Pelayanan
Kesehatan Mata
Terintegrasi
(Vision Center)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga buku pedoman penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Mata Terintegrasi (Vision Center) dapat
disusun. Buku ini dapat dijadikan panduan bagi tenaga kesehatan
dalam melaksanakan layanan Vision Center di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP).
Salam Sehat.
i
KATA SAMBUTAN
ii
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku pedoman
ini. Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dan kualitas
hidup Rakyat Indonesia yang sebaik-baiknya.
iii
TIM PENYUSUN
Pelindung :
Direktur Jenderal P2P
Pengarah :
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Editor :
dr. Nani Rizkiyati, M.Kes
Nurjannah, SKM, M.Kes
Penyusun :
Kontributor :
1. Kementerian Kesehatan RI
Tim Kerja Gangguan Indera dan Fungsional, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Tim Kerja Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
iv
Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Tim Kerja Penyakit Kronis dan Gangguan Imunologi, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Biro Hukum Kementerian Kesehatan RI
Substansi Hukum dan Organisasi Masyarakat, Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu Anak, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit Pusat Mata Nasional Cicendo Bandung
Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek
Balai Kesehatan Indera Masyarakat Provinsi Jawa Tengah
4. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Pusat
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat
Dinas Kesehatan Kabupaten Timur
Dinas Kesehatan Kabupaten Utara
Dinas Kesehatan Kabupaten Bima
Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
Dinas Kesehatan Kota Bima
Dinas Kesehatan Kota Mataram
Dinas Kesehatan Kabupaten Muaraenim
v
Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Tim Kerja Penyakit Kronis dan Gangguan Imunologi, Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Biro Hukum Kementerian Kesehatan RI
Substansi Hukum dan Organisasi Masyarakat, Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu Anak, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit Pusat Mata Nasional Cicendo Bandung
Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek
Balai Kesehatan Indera Masyarakat Provinsi Jawa Tengah
4. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Pusat
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat
Dinas Kesehatan Kabupaten Timur
Dinas Kesehatan Kabupaten Utara
Dinas Kesehatan Kabupaten Bima
Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
Dinas Kesehatan Kota Bima
Dinas Kesehatan Kota Mataram
Dinas Kesehatan Kabupaten Muaraenim
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
KATA SAMBUTAN ii
iii
TIM PENYUSUN
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 5
1.3. Sasaran 5
1.4. Landasan Hukum 5
1.5. Ruang Lingkup 7
BAB II STRATEGI PENGEMBANGAN LAYANAN
8
KESEHATAN MATA TERINTEGRASI
2.1. Gambaran Epidemiologi 8
2.2. Analisa Situasi 11
2.3. Strategi Pengembangan Layanan Kesehatan Mata 13
Terintegrasi
BAB III GAMBARAN UMUM VISION CENTER 17
17
3.1. Pengertian
17
3.2. Alur Layanan 19
3.3. Jenis Kegiatan/Pelayanan 19
3.3.1 Upaya Kesehatan Masyarakat 19
3.3.2 Upaya Kesehatan Perorangan
BAB IV MANAJEMEN DAN
ORGANISASIPENYELENGGARAAN VISION CENTER 23
4.1. Manajemen 23
4.1.1 Sumber Daya Manusia 24
4.1.2 Sarana Prasarana 24
4.1.3 Pembiayaan 25
4.2. Pengorganisasian Penyelenggaraan 28
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 31
5.1. Pembinaan 31
20
5.2. Pengawasan
5.2.1 Pemantauan
5.2.2 Evaluasi
vii
5.2.3 Pencatatan dan Pelaporan
BAB VI PENUTUP 20
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN
Instrumen Assessment Pengembangan Vision Center
Form Hasil Skrining
Form Rekapitulasi Hasil Skrining
Formulir Pemeriksaan
Instrumen Monitoring dan Evaluasi Vision Center
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Estimasi Prevalensi dan Jumlah Kebutaan
pada Penduduk Usia ≥50 Tahun Indonesia 8
menurut Provinsi
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Alur Layanan Vision Center 10
Gambar 3.2. Pelayanan Vision Center 12
Gambar 4.1. Denah Fasilitas Vision Center 16
Gambar 5.1. Alur Pelaporan 20
x
BAB I
PENDAHULUAN
2
Disamping itu masih kurangnya tenaga kesehatan mata terlatih
dan tidak meratanya ketersediaan tenaga kesehatan mata, serta
integrasi yang belum memadai ke dalam sistem kesehatan ini
menjadi tantangan untuk pengembangan program
penanggulangan gangguan penglihatan.
4
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Tersedianya pedoman dalam penyelenggaraan layanan
kesehatan mata terintegrasi bagi pengambil kebijakan,
pengelola dan pelaksana program, serta pemangku
kepentingan terkait.
Tujuan Khusus :
1. Tersedianya situasi gangguan penglihatan di Indonesia
2. Tersedianya strategi pengembangan layanan kesehatan
mata terintegrasi
3. Tersedianya gambaran umum Vision Center
4. Terlaksananya manajemen dan organisasi penyelenggaraan
Vision Center
5. Terlaksananya pembinaan dan pengawasan dalam
penyelenggaraan layanan kesehatan mata terintegrasi.
1.3 Sasaran
a. Pemerintah Pusat, Provinsi, Kab/Kota,
b. Pengelola Program PTM Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota, (pengelola program terkait gangguan
indera)
c. Organisasi Profesi
d. Petugas Kesehatan di FKTP
e. Pemangku kepentingan terkait.
5
1.
2.
3.
4.
6
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi situasi gangguan
penglihatan, strategi pengembangan layanan kesehatan mata
terintegrasi, gambaran umum Vision Center, manajemen dan
organisasi penyelenggaraan, serta pembinaan dan
pengawasan dalam penyelenggaraan layanan kesehatan mata
terintegrasi.
7
BAB II
STRATEGI PENGEMBANGAN LAYANAN
Estimasi Estimasi
Prevalensi
jumlah jumlah
kebutaan
No Provinsi penduduk penduduk
pada usia
2
SUMATERA
UTARA
1.7%
2.764.895
47.003
3
SUMATERA
1.7%
1.036.515
17.621
BARAT
4
RIAU
1.7%
1.078.513
18.335
5
JAMBI
3.4%
740.360
25.172
6
SUMATERA
3.4%
1.561.841
53.137
SELATAN
BENGKULU
3.4%
405.383
13.783
8
LAMPUNG
3.4%
1.750.255
59.509
9
KEP. BANGKA
1.7%
274.750
4.671
BELITUNG
10
11
DKI
1.9% 31.789
JAKARTA
1.673.099
9
Estimasi Estimasi
Prevalensi
jumlah jumlah
kebutaan
No Provinsi penduduk penduduk
pada
usia
KALIMANTAN
20 BARAT
2.0% 943.769 18.875
KALIMANTAN
21 TENGAH
2.0% 503.709 10.074
KALIMANTAN
22
KALIMANTAN
23 TIMUR
2.0% 729.423 14.588
KALIMANTAN
24 UTARA
2.0% 135.163 2.703
SULAWESI
25 UTARA
1.7% 621.072 10.588
SULAWESI
26 TENGAH
2.6% 589.045 15.315
27 SULAWESI
2.6% 1.947.198 50.627
SELATAN
28 SULAWESI
2.6% 290.640 12.757
TENGGARA
29
10
Estimasi
Prevalensi Estimasi
jumlah
kebutaan jumlah
No Provinsi penduduk
pada
usia penduduk
usia ≥50
≥50 tahun usia ≥50
tahun
tahun
yang buta
SULAWESI
30 BARAT 2.6% 243.770 6.388
MALUKU
32 UTARA 2.9% 215.992 6.264
TOTAL
3.0% 56.213.364 1.682.401
NASIONAL
12
c) Memiliki SDM kesehatan seperti dokter, tenaga refraksionis
dan/atau perawat terlatih, serta mitra penyedia kacamata di tingkat
kabupaten/kota
d) Memiliki sarana prasarana yang memadai.
Sarana prasarana dan peralatan minimal untuk
penyelenggaraan Vision Center
Anggaran untuk penyelenggaraan Vision Center
Optikal sebagai mitra penyedia kacamata di Tingkat Kab/Kota
e) Memiliki komitmen dalam pengembangan layanan kesehatan
mata terintegrasi
PERDA/Perwali/Perbup/SE untuk kegiatan Penanggulangan
Gangguan Penglihatan
Unit khusus untuk penanggulangan gangguan penglihatan
SK untuk Tim Penyelenggaraan Vision Center
13
2) Re-orientasi model pelayanan
Re-orientasi model pelayanan adalah penguatan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berfokus pada
upaya promotif dan preventif melalui Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM). Kerangka layanan kesehatan terintegrasi atau
IPCEC mendefinisikan prioritas layanan berdasarkan kebutuhan
menurut siklus hidup, dan membangun pelayanan kesehatan
primer yang kuat.
15
d. Penguatan sistem surveilans serta pemantauan dan
evaluasi
Pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi setiap
kegiatan yang dilaksanakan Vision Center merupakan bahan
untuk pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan layanan.
Untuk itu, diharapkan penguatan melalui integrasi dengan
sistem surveilans yang ada.
16
BAB III
GAMBARAN UMUM VISION CENTER
3.1 Pengertian
Vision Center adalah suatu bentuk layanan kesehatan mata
terintegrasi pada fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat layanan
primer, yang menyediakan layanan kesehatan mata secara
komprehensif kepada individu dan masyarakat/komunitas,
meliputi layanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Keberadaan Vision Center ditujukan untuk meningkatkan akses
layanan kesehatan mata dan cakupan deteksi dan intervensi dini
gangguan penglihatan.
18
a. Setelah itu pasien diperiksa dokter untuk penegakan
diagnosis berdasarkan hasil skrining dan pengukuran tajam
penglihatan, dan diberikan resep koreksi refraksi, jika pasien
mengalami kelainan refraksi sederhana. Kelainan refraksi
sederhana yang dapat ditangani di Vision Center adalah
kelainan refraksi dengan silinder/miopia/presbiopia
maksimal -/+ 3.00D. Pasien yang mendapatkan resep koreksi
refraksi diarahkan untuk mendapatkan kacamata di optik,
khusus peserta BPJS, di optik yang bekerjasama dengan
BPJS. Kelainan refraksi yang lebih berat atau gangguan visus
oleh sebab lain akan diperiksa lebih lanjut oleh Dokter
Spesialis Mata yang berkunjung secara berkala di Vision
Center atau dirujuk ke FKRTL jika layanan dokter spesialis
mata tidak tersedia di Vision Center.
b. Pasien dengan diagnosa katarak atau kelainan mata lainnya,
diberikan edukasi kesehatan mata oleh dokter dan
penanganan sesuai indikasi dan tatalaksana kasus di FKTP.
Kelainan mata yang tidak tertangani tuntas di Vision Center
harus dirujuk ke FKRTL.
19
Gambar 3.2 Pelayanan Vision Center
1. Promosi Kesehatan
2. Intervensi promosi kesehatan dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang
pentingnya berperilaku menjaga kesehatan mata dan
mencegah gangguan penglihatan, serta menjalani tindakan
atau pengobatan apabila mengalami gangguan pada mata.
Upaya ini bertujuan` untuk memberdayakan masyarakat
dengan peningkatan literasi kesehatan melalui peningkatan
kapasitas kader kesehatan dan komunikasi, informasi dan
edukasi kesehatan yang didukung dengan kebijakan publik
berwawasan kesehatan serta peran serta mitra potensial (dunia
usaha, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh
masyarakat, dll). Promosi kesehatan untuk penanggulangan
gangguan penglihatan masih kurang mendapat perhatian
dibandingkan dengan upaya preventif dan pengobatan.
20
Pesan kesehatan seperti “periksakan mata secara berkala”
perlu digaungkan kepada masyarakat melalui penyuluhan dan
pelatihan kader maupun guru sekolah, sejalan dengan
peningkatan cakupan deteksi dini atau skrining untuk mata.
1.
2. Pencegahan
3. Upaya pencegahan yang dilakukan di Vision Center berfokus
pada kegiatan deteksi dini atau skrining untuk menjaring
kasus – kasus gangguan penglihatan yang ada di masyarakat
dengan sasaran intervensi meliputi seluruh kelompok umur.
Pada sasaran anak sekolah, tindakan pencegahan untuk kasus
myopia (rabun jauh) antara lain dengan penyuluhan untuk
perubahan gaya hidup pada anak-anak, misalnya
meningkatkan waktu aktivitas luar ruangan dan menurunkan
durasi waktu aktivitas melihat dekat, yang diikuti dengan
kegiatan skrining tajam penglihatan oleh guru terlatih.
21
Jika ditemukan kelainan yang lebih berat, maka
dikonsultasikan ke Dokter Spesialis Mata dan atau dirujuk ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
(FKRTL). Penyediaan kacamata dapat diatur melalui skema
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau kerja sama dengan
mitra swasta, NGO, swadana, maupun sumber pembiayaan
lainnya.
1.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi sehari-
hari bagi orang yang mengalami gangguan penglihatan atau
kebutaan yang tidak dapat diobati, agar dapat beraktivitas di
lingkungan mereka. Berbagai intervensi rehabilitasi gangguan
penglihatan meliputi kaca pembesar (lup), modifikasi
lingkungan (misalnya pencahayaan yang lebih baik), pembaca
layar, konseling dan pelatihan keterampilan di rumah. Banyak
kondisi mata dapat mempengaruhi berbagai komponen fungsi
penglihatan (misalnya ketajaman visual, kontras, penglihatan
tepi), sehingga intervensi rehabilitasi penglihatan perlu
disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas individu. Untuk itu
Vision Center memiliki peran dalam melakukan konseling dan
rujukan untuk rehabilitasi.
22
23
BAB IV
MANAJEMEN DAN ORGANISASI
PENYELENGGARAAN VISION
CENTER
4.1 Manajemen
No SDM Tugas
A Tenaga Kesehatan
24
No SDM Tugas
Pengelola Program
6 Indera/Petugas Pencatatan dan pelaporan
pencatatan pelaporan
B Tenaga Non-Kesehatan
25
4.1.2 Sarana dan Prasarana
Vision Center diharapkan memiliki ruangan yang memadai
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang nyaman.
Vision Center dapat memanfaatkan ruangan di FKTP seperti
area pendaftaran, ruang tunggu, pemeriksaan refraksi, dan
pemeriksaan mata oleh dokter tanpa perlu menambah
bangunan baru. Contoh denah seperti di bawah ini.
PENDAFTARAN
RUANG
TUNGGU
BED
TINDAKAN RUANG
REFRAKSI
MEJA
ADMIN KANTOR
SLIT
26
Tabel 4.2 Kebutuhan Peralatan di Vision Center
UTAMA PENUNJANG
Tonometer Ishihara)
Lup binokuler (lensa Tensimeter
pembesar) 3-5 dioptri Termometer
Okluder Glukometer
Senter Low vision kit
Lampu meja Software rekam medis
elektronik
Media KIE
UTAMA TAMBAHAN
27
Ciprofloxacin tablet
500 mg
Paracetamol 500 mg
Kapas, kasa dan
plester
Cairan saline normal
Cairan ringer laktat
Alkohol cuci tangan
Betadine 5% antiseptic
mata
4.1.3 Pembiayaan
Dalam rangka menunjang kegiatan layanan kesehatan
mata terintegrasi diperlukan dukungan pembiayaan yang
bersumber dari APBN, APBD, donor, dan mitra lainnya.
Pembiayaan pelayanan kesehatan mata pada FKTP dapat
memanfaatkan dana kapitasi Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JKN), bagi penerima manfaat, sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pelayanan di luar mekanisme JKN,
dapat mengembangkan mekanisme pembiayaan mandiri
melalui sumber pembiayaan yang tidak mengikat. Sumber
pembiayaan ini dapat berasal dari mitra pemerintah baik
organisasi kemasyarakatan maupun sektor swasta yang
memiliki tujuan yang sama untuk penanggulangan
gangguan penglihatan dan kebutaan.
28
4.2.1 Pusat
a. Menyiapkan pedoman penyelenggaraan
b. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada stakeholder
terkait, provinsi dan kabupaten/kota.
c. Menyiapkan instrumen bimbingan teknis dan supervisi
d. Menyediakan materi KIE
e. Menyediakan materi dan modul pelatihan
f. Melakukan Pelatihan untuk Pelatih
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan
4.2.2 Provinsi
a. Melakukan analisis situasi pada kabupaten/kota dalam
pengembangan Vision Center
b. Melakukan advokasi kepada stakeholder terkait
c. Melakukan sosialisasi
d. Membentuk jejaring dan kemitraan
e. Menyediakan media KIE
f. Melakukan pelatihan
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan
4.2.3 Kabupaten/Kota
a. Menyediakan data yang diperlukan untuk analisis situasi
b. Melakukan advokasi kepada stakeholder terkait
c. Melakukan sosialisasi
d. Membentuk jejaring dan kemitraan
e. Menyediakan dan/atau menyebarluaskan media KIE
f. Melakukan pelatihan
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4.2.4 Puskesmas
a. Menyelenggarakan Vision Center
29
a.
30
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Untuk memantau pelaksanaan kegiatan dan pencapaian
kinerja, diperlukan pembinaan dan pengawasan secara
sistematis dan berkelanjutan. Pembinaan dalam
penyelenggaraan layanan kesehatan mata terintegrasi dapat
dilakukan melalui peningkatan kapasitas teknis dan manajemen
sumber daya, pemberdayaan masyarakat, dan sarana pendukung
lainnya. Pengawasan dapat dilakukan melalui pemantauan dan
evaluasi, verifikasi dan validasi data, serta pencatatan dan
pelaporan.
5.1 Pembinaan
Pembinaan dilakukan dalam rangka memastikan
keberlangsungan pelaksanaan layanan kesehatan mata
terintegrasi yang dilaksanakan secara berjenjang baik Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Puskesmas. Untuk mengoptimalkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan mata yang terintegrasi
dibutuhkan bimbingan teknis pada saat pelaksanaan kegiatan dan
evaluasi secara berkala meliputi input, proses, output, dan outcome.
Selanjutnya dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk
penyempurnaan penyelenggaraan layanan.
5.2 Pengawasan
5.2.1. Pemantauan
31
Hasil monitoring digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan layanan kesehatan
mata terintegrasi, berupa :
a. Advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan,
b. Sosialisasi dan edukasi kepada petugas kesehatan,
c. Promosi kesehatan kepada masyarakat melalui media
komunikasi,
d. Deteksi dini,
e. Penanganan kasus sesuai standar,
f. Upaya pencegahan yang melibatkan lintas program,
lintas sektor, dan masyarakat,
g. Pengelolaan logistik sebagai sarana penunjang program,
h. Surveilans epidemiologi gangguan penglihatan dan
kebutaan.
5.2.2. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai efektivitas dari program
atau kegiatan layanan kesehatan mata yang dilihat dari
pencapaian kinerja terutama dalam hal yang menurunkan
jumlah gangguan penglihatan dan meningkatkan kualitas
hidup orang dengan gangguan penglihatan. Evaluasi dapat
dilakukan menggunakan data yang tersedia di layanan atau
melakukan pengukuran/penilaian dengan menggunakan
pendekatan baik kualitatif maupun kuantitatif.
32
3. Output
Cakupan deteksi dini gangguan penglihatan,
Cakupan pemeriksaan mata,
Jumlah kasus yang ditangani,
Jumlah orang yang memperoleh kacamata,
Jumlah orang yang diobati,
Jumlah orang yang dirujuk, dan
Jumlah rujuk balik (operasi katarak dll)
33
Pelaporan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Hasil pencatatan dikompilasi untuk
dilakukan pelaporan secara berkala dan terintegrasi melalui
sistem informasi yang tersedia.
34
BAB VI
PENUTUP
35
DAFTAR PUSTAKA
Omas, Rani Pitta dr., Ratnaningsih, Nina, dr., SpM(K), M.Sc., Halim,
Aldiana, SpM(K), MSc. 2020. Buku Manual Vision Center, Pelayanan
Kesehatan di Kabupaten Bandung. Unit Oftalmologi Komunitas
Pusat Mata Nasional Cicendo Bandung, April 2020.
36
LAMPIRAN 1
VISION CENTER
Provinsi:
Kab/Kota:
NO
KABUPATEN/KOTA
KOMPONEN PENILAIAN
(1-5)
NILAI
PERSENTASE
SKOR
penanggulangan gangguan
penglihatan
gangguan penglihatan
c) Memiliki SK untuk penyelenggaraan vision center
Memiliki SDM kesehatan seperti dokter, tenaga
4
refraksionis dan/atau perawat terlatih, serta mitra
penyedia kacamata di tingkat kabupaten/kota (15%)
a) Tersedia dokter umum untuk penyelenggaraan
Puskesmas/FKTP
c) Tersedia mitra penyedia kacamata
d) Terdapat kerjasama dengan OP (Perdami) untuk
TOTAL SKOR
37
LAMPIRAN 2
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin : L/P Tanggal :
Umur : Lokasi Pemeriksaan:
Pekerjaan :
MATA RUJUK
KANAN KIRI
HITUNG
1. BISA 1. BISA 1. YA
JARI
MATA RUJUK
KANAN KIRI
E- 3. 3. 3.
BISA BISA YA
Tumbling
4. TIDAK
4. TIDAK 4. TIDAK
38
LAMPIRAN 3
39
LAMPIRAN 4
FORMULIR PEMERIKSAAN
Koreksi Jauh
No.
L/
No Tanggal Rekam Nama Umur Diagnosa Dekat
P
Medis OD OS
No.
L/ Visus Visus
No Tanggal Rekam Nama Alamat Umur Diagnosa Keterangan
P OD OS
Medis
40
LAMPIRAN 5
Tanggal : . / . . / 20..
I. KETERANGAN PUSKESMAS
Provinsi :
Kabupaten/Kota :
Nama FKTP :
Alamat FKTP :
Jumlah Penduduk di wilayah kerja FKTP : ... ... ... orang
Luas wilayah kerja FKTP : ... ... ... km2
Kunjungan rata-rata per bulan untuk poli indera (gangguan
penglihatan) : ….. ….. …. orang
41
II. DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Dokter Umum
Perawat Terlatih
Refraksionis Optisien
Promosi Kesehatan
pelaporan
Kader
Kondisi(Layak/
Alat Kesehatan Ada (Jumlah) Tidak Ada
Tidak Layak)
refraksi
refraksi
5 dioptri
Opthalmoscope direk
Snellen Chart
E-Tumbling
Tonometer Schiotz
42
IV. DUKUNGAN KEMITRAAN DI PUSKESMAS
Jika terdapat kegiatan dengan mitra, sebutkan jenis
kegiatan yang dilaksanakan dengan mitra :
43
V. DUKUNGAN MANAJEMEN
Center)?
gangguan penglihatan?
2 Kegiatan pelatihan
44
VII. MONITORING OUTPUT
VIII. KENDALA
45
Yang melaksanakan pengisian data:
46
twitter.com/p2ptmkemenkesRI
facebook.com/p2ptmkemenkesRI
instagram.com/p2ptmkemenkesri
p2ptm.kemkes.go.id
Konsultasi Berhenti Merokok :
- Quitline.INA 0800-177-6565
- Pesona Si BeMo : Facebook Messenger @p2ptmkemenkesRI
Twitter inbox @p2ptmkemenkesRI
Telegram : https://t.me/Quitina_bot
Website : p2ptm.kemkes.go.id