Terdapat beberapa sumber air yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku,
seperti air hujan, air permukaan, danau/embung/kolong, sungai, mata air, dan air
tanah bawah permukaan. Masyarakat di Kabupaten Bangka Barat pada umumnya
memanfaatkan kolong sebagai sumber air baku. Kolong merupakan cekungan tanah
bekas galian tambang timah dan menjadi tampungan air hujan maupun limpasan air
permukaan. Oleh masyarakat setempat, kolong-kolong tersebut (terutama yang sudah
puluhan tahun tidak terdapat aktifitas penambangan) lazimnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air baku guna mencukupi keperluan air setiap harinya.
B.1.3 Sasaran
Dari uraian sasaran pekerjaan yang dijelaskan di dalam KAK sudah memberi gambaran
jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu
1. Persiapan
2. Kegiatan Survey
3. Kegiatan Analisa
4. Laporan dan Persentasi
B.1.10 Keluaran
Uraian keluaran yang dijelaskan dalam KAK sudah jelas bagi kami untuk melaksanakan
pekerjaan ini sesuai dengan standar dan lingkup pekerjaan yang ada yaitu tersedianya
laporan SID PENYEDIAAN AIR BAKU KOLONG BABI DI KABUPATEN BANGKA BARAT.
B.1.14 Personil
Dari uraian personil yang di jelaskan dalam KAK sudah memberi gambaran jelas
sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan personil dalam pekerjaan ini.
Personil yang disebutkan dalam KAK meliputi :
3. Tenaga Teknis
i. Surveyor
ii. Juru Gambar
iii. Tenaga Administrasi
iv. Operator Komputer
4. Tenaga Lokal
Dari daftar personil yang diuraikan di atas, kami akan menyediakannya sesuai
dengan syarat- syarat yang ada di dalamnya, sehingga di dapat hasil yang
maksimal dalam pelaksanaan pekerjaan.
B.1.15 Pelaporan
Dari daftar laporan yang harus dibuat seperti yang di jelaskan dalam KAKsudah memberi
gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
laporan terkait pekerjaan. Laporan tersebut meliputi :
B.1.16 Diskusi
Dari uraian diskusi yang harus dilakukan seperti dijelaskan dalam KAK sudah
memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
diskusi yang akan dilakukan nantinya.
Salah satu kolong di Kecamatan Muntok yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai
sumber air baku adalah Kolong Babi . Kolong ini terletak di Desa Menjelang, Kecamatan
Muntok. Untuk mengetahui potensi Kolong Babi tersebut sebagai sumber air baku agar
dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan studi lebih lanjut terkait
pengembangan penyediaan air baku di Kolong Babi tersebut.
LOKASI KEGIATAN
KECAMATAN MUNTOK-
BANGKA BARAT
B.2.3. SASARAN
Sasaran kegiatan ini :
1. Menyediakan sumber air baku untuk kebutuhan masyarakat Kecamatan
Muntok dan sekitarnya
2. Menjaga keberadaan kualitas dan kuantitas sumber air baku
3. Meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
Sejak menjadi kabupaten baru di provinsi Kep. Bangka Belitung, belum terjadi
pemekaran kecamatan di Kabupaten Bangka Barat. Kabupaten ini memiliki 6 kecamatan
sampai periode 2009. Namun, pada periode 2007 - 2009 terjadi pemekaran pada
tingkat desa, yaitu pada Tahun 2009 terjadi penambahan 7 desa. Untuk lebih jelasnya
mengenai jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Bangka Barat dapat melihat tabel
di bawah ini
B.2.5.2. IKLIM
Bangka Barat beriklim tropis tipe A.Tekanan udara rata-rata di Bangka Barat adalah
1009,6 mb. Suhu udara di kabupaten ini berkisarantara 24,700 C sampai 31,230 C
dengan tingkatrata-rata 27,300C. Kelembaban udara rata-rata77% dengan curah hujan
tertinggi 155,43 mm.
WEATHER DATA
NTH
T TM Tm TM Tm R D-1 D-
JANUARY 27.5 31.0 24.1 45.7 22.4 156.8 14 0.1
19
FEBRUARY 27.2 30.3 24.1 32.4 22.6 306.3 14 15
MARCH 27.0 31.3 22.8 32.5 0.0 260.0 16 18
APRIL 27.9 31.4 24.4 32.7 22.3 189.8 17 20
MAY 27.9 31.3 24.5 32.2 23.2 260.3 19 20
JUNE 28.3 32.0 24.6 33.4 22.4 105.6 9 13
JULY 27.0 30.5 23.5 32.0 22.2 250.5 14 19
AUGUST 27.5 30.9 24.1 32.4 21.8 84.7 11 13
SEPTEMBER 27.6 31.2 24.0 32.6 21.4 236.3 13 15
OCTOBER 28.7 33.5 23.9 90.8 22.2 199.5 14 15
NOVEMBER 27.3 31.0 23.6 32.4 21.9 335.5 18 21
DECEMBER 26.5 30.0 23.1 32.8 3.0 354.1 21 24
YEAR 27.5 31.2 23.9 90.8 0.0 2739.4 180 212
Sumber : Synop, 2014 Pangkal Pinang
B.2.5.3. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2013, jumlah penduduk sebesar
188.271 jiwa. Pertumbuhan penduduk relatif meningkat 2,19% dari tahun 2012.
Dengan luas wilayah Kabupaten Bangka Barat sebesar 2.825,61 km2, pada tahun 2013,
setiap km perseginya ditempati 65 orang penduduk. Kecamatan yang paling terpadat
adalah kecamatan Muntok. Secara umum, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan pendudukperempuan. Hal ini terlihat pada sex ratio yang nilainya di atas
108 yang artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 108 penduduk laki-
laki pada tahun 2012. Untuk jelasnya mengenai kependudukan di Kabupaten Bangka
Barat dapat melihat tabel di bawah ini
2. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dimaksudkan untuk mengetahui jauh dekatnya potensi sumber
air baku terhadap pemukiman. Pengukuran jarak dilakukan dengan
menggunakan pita ukur dari sumber air baku dengan fasilitas umum.
3. Pengukuran Ketinggian
Pengukuran ketinggian dimaksudkan untuk mengetahui ketinggian letak sumber air
baku dari permukaan laut. Pengukuran ketinggian dilakukan dengan menggunakan
alat total station atau theodolit.
B.2.6.2.1. HIDROLOGI
Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan
penyebaran air di atmosfir dan di permukaan bumi serta di bawah permukaan bumi.
Untuk menentukan potensi/daya air baku tidak semua variabel hidrologis akan
dianalisis. Pengukuran data-data hidrologis untuk air permukaan meliputi kegiatan
pengukuran dan pengolahan data aliran air permukaan seperti unsur tinggi muka air,
debit, kecepatan, karekteristik air permukaan dan lain-lain. Selain air permukaan, air
baku juga dapat berasal dari air tanah dan mata air.
Maksud studi hidrologi adalah untuk menilai kehandalan sumber-sumber air di suatu
wilayah ditinjau dari siklus hidrologi : curah hujan, evaporasi, run off, infiltrasi dan
perkolasi.
1. Pengumpulan data hidrologi di daerah studi dan juga di daerah yang diperkirakan
merupakan daerah peresapan atau catchment area. Data tersebut merupakan data
sekunder, meliputi : curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, temperatur,
penguapan dan penyinaran matahari.
2. Review catatan data yang terkumpul meliputi pengecekan data yang tercatat
padainstansi yang berbeda dengan cara korelasi silang.
3. Menghitung rata-rata curah hujan dan hujan terendah bulanan dan harian.
4. Menghitung evaporasi potensial dengan metode Penman.
5. Analisa dan perhitungan debit optimal sumber.
Metoda yang digunakan untuk pengukuran data-data hidrologi sebagai berikut:
Dimana :
Q = debit (l/det)
Dimana :
V : kecepatan rata-tata (m/det)
L : jarak 2 titik yang dilalui (m)
t : waktu yang dibutuhkan untuk melewati L (detik)
k : faktor koraksi jenis pelampung.
k = 0,85 untuk pelampung permukaan
k = 0,85 – 1,00 untuk pelampung ranting.
Selain dengan benda apung, pengukuran kecepatan dapat dilakukan
dengan menggunakan current meter. Setelah diperoleh hasil pengukuran
kecepatan aliran dan penampang melintang sungai maka perhitungan
debit dilakukan dengan metode penampang di tengah (Mean section
method) yaitu lebar 1 (satu) sub section ditentukan oleh 2 pengukuran
vertikal yang bersebelahan (Wi dan Wi+1).
c) Pengapung (Float)
Apabila current meter tidak dapat digunakan, maka untuk menaksir
kecepatan aliran air secara kasar digunakan pelampung karena hanya
mengukur kecepatan air pada permukaan. Untuk itu dibutuhkan alat
pencatat waktu (stop watch), pelampung dan pengukuran jarak 2 titik
yang akan ditempuh oleh pelampung. Pelampung yang digunakan dapat
berupa pelampung permukaan atau pelampung ranting. Maka kecepatan
rata-rata dapat dihitung seperti telah diuraikan di atas.
B.2.6.2.2. Hidrogeologi
Untuk merumuskan potensi dan kondisi air tanah di daerah perencanaan, terlebih dulu
perlu memahami keadaan geologi setempat. Ini mencakup pemahaman stratigrafi
daerah penelitian, untuk memperoleh informasi susunan batuan yang diperkirakan
dapat menjadi akuifer (lapisan pembawa air) serta penyebarannya.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari informasi stratigrafi/publikasi terdahulu.
Sedangkan informasi stratigrafi lokal diperoleh langsung dari lapangan dengan
melakukan pemetaan geologi permukaan. Informasi geologi bawah
permukaan/hidrogeologi daerah penyelidikan diperoleh dengan melakukan pengamatan
sumur penduduk.
1. Pengamatan Sumur Penduduk
Pengamatan sumur penduduk dilakukan untuk mengetahui kedudukan muka air
tanah statik (ground water level), jenis litologi, permeabilitas tanah, menghitung
debit dan arah penyebaran lapisan akuifer serta tes kualitas air di lapangan dan
analisa di laboratorium. Lokasi dari setiap sumur penduduk yang diamati kemudian
diplot pada peta dasar yang dibuat.
Penentuan pemilihan pada sumur penduduk yang akan diuji disesuaikan
dengan kondisi lapangan yang dapat mewakili daerah penyelidikan secara
keseluruhan. Metoda uji sumur yang diterapkan adalah uji kambuh (recovery test).
Tahapan kerja untuk melaksanakan metoda ini adalah sebagai berikut:
a. Pompa air dalam sumur;
b. Setelah pemompaan dihentikan, catat kenaikan muka air pada waktu
tertentu (misalnya kenaikan muka air setelah 1, 5, 10, 15, 30, 60, 90, 120,
180 menit, dst).
c. Menghitung besarnya a dengan menggunakan rumus:
Dimana:
a : kapasitas spesifik, yakni banyaknya air yang keluar per satuan
dalam air sumur
t : besarnya waktu yang diperlukan untuk pemulihan permukaan
air sampai setengahnya setelah pemompaan dihentikan.
A : luas penampang sumur
Dengan demikian debit, = banyaknya air yang keluar.
d. Besarnya (muka air awal) dihitung dari pemulihan dalamnya air dan
pada waktu dan sesudah pemompaan berhenti.
e. Hitung sisa penurunan permukaan air, S = – , dengan pemulihan dengan
pemulihan permukaan air setiap waktu.
Dimana:
S0 : kedalaman air mula-mula pulih kembali
St : kedalaman air setelah waktu t
r : diameter sumur
Cara lain untuk menghitung besarnya air yang dapat diambil melalui sumur
adalah untuk akuifer yang tebal dan air keluar dari dasar sumur.
Jika sumur digali dalam dataran banjir di tepi sungai, maka aliran dalam
tanah dari sungai itu langsung masuk ke dalam sumur.
Banyaknya air yang keluar adalah:
Dimana :
H : tebal akuifer
H : kedalaman dari permukaan air yang dipompa ke permukaan kedap air
d : jarak sumur ke tepi sungai
Pada lokasi yang belum ada penduduknya dilakukan pemboran sampai
kedalaman maksimum 10 meter untuk mengetahui kedalaman m.a.t di lokasi
tersebut sehingga dapat dibuat suatu peta kontur muka air tanahnya.
Kualitas air sangat tergantung pada karekteristik fisik, kimia dan mikrobiologi. Pada
umumnya untuk mencapai standar kualitas air dalam hal ini standar air minum
Departemen Kesehatan tahun 1990 maka diperlukan pengolahan minimal desinfeksi.
Air minum yang memenuhi standar pada umumnya :
a. Tidak berasa
b. Tidak berbau
c. Tidak berwarna
d. Tidak mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya bagi kesehatan
e. Tidak mengandung kuman-kuman bagi kesehatan.
Berdasarkan data air tanahnya, pengembangan sumber air tanah paling layak
dilakukan dengan pemboran pasak. Dilihat dari segi mutunya, air tanah di beberapa
daerah mungkin masih memerlukan pemrosesan sederhana sebelum layak
digunakan untuk air minum.
Litologi akuifernya adalah tufa pasiran, batu pasir, clan konglomerat dari kelompok
akuifer formasi Lampung dan Kasai. Dan juga terdapat pada tufa clan batuan lelerarv
bercelah dari produk gunung api muda.
Meskipun umumnya mata air tersebut sudah dimanfaatkan, namun masih terbuka
pengembangan selanjutnya, mengingat pemanfaatannya belum maksimal.
Pengembangan mata air, terutama di mandala plato bagi keperluan perfanian
menjanjikan prospek yang cukup baik.
Dengan banyaknya sebaran sumber mata air ini, maka keberadaannya sangat
mendukung dalam hal pengembangan dan pemanfaatannya bagi berbagai
keperluan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya konservasi yaitu dengan jalan
menjaaga kelestarian lingkungan daerah imbuhnya. Terlebih pada daerah imbuh dari
mata air yang dimanfaatkan bagi air perkotaan.
Secara garis besar langkah yang diperlukan dalam melakukan analisis potensi air
permukaan adalah sebagai berikut:
Dimana :
= tinggi hujan yang dinyatakan (mm)
PA = tinggi hujan pada stasiun A (mm)
PB = tinggi hujan pada stasiun B (mm)
PC = tinggi hujan pada stasiun C (mm)
Q/n0.5 R/n0.5
N
90% 95% 99% 90% 95% 99%
Ws As IS
dimana
SMC = Kelembaban tanah (diambil 50 mm - 200 mm) SMC (n)
= Kelembaban tanah bulan ke n
SMC(n-1) = Kelembaban tanah bulan ke n-1
IS = Tampungan awal (initial storage) (mm)
As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah
Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut:
As P Et
dimana :
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi
8. Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya.
9. Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan DAS. Lahan DAS yang porous memiliki koefisien infiltrasi yang
besar. Sedangkan lahan yang terjadi memiliki koefisien infiltrasi yang kecil karena
air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 - 1.
Vn kxn1 0,51 k
Vn Vn Vn1
Dimana:
Vn = volume air tanah bulan ke n
K = qt/qo = faktor resesi aliran tanah
Qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke t
Qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke 0)
Vn-1 = volume air tanah bulan ke (n-1)
Vn = perubahan volume aliran air tanah
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dan aliran langsung (direct run off),
aliran dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:
Interflow = infiltrasi - volume air tanah
Direct run off = water surplus - infiltrasi
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 32
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
1) Pemakaian hari maksimum yaitu pemakaian maksimum pada suatu hari dalam
periode waktu tertentu misalnya satu hari dalam seminggu, sebulan,
setahun. Perhitungan kebutuhan air pada hari maksimum adalah kebutuhan
rata-rata dikalikan dengan faktor hari maksimum (fhm) dan faktor hari
maksimum ini dipengaruhi oleh:
Kondisi sosial ekonomi antara lain adat dan kebiasaan pemakaian air;
Iklim, mempengaruhi pemakaian air pada suatu daerah.
Aktivitas pemakai air, hal ini dapat menyebabkan pemakaian air yang
bersamaan dalam waktu tertentu;
Jumlah pemakai air, hal ini tidak mempengaruhi secara langsung
tetapi dengan semakin banyaknya pemakai yang beraneka ragam
kegiatannya maka fluktuasi pemakaian air akan semakin kecil.
QT = Pn x C x F x QL
Dimana :
QT = Kebutuhan air total pada tahun ke n
C = Pemakaian air per kapita pada akhir tahun ke n
F = Faktor tingkat pelayanan pada akhir tahun ke n
QL = Kebutuhan lainnya pada akhir tahun n
Pn = Jumlah penduduk kota
- Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air seperti :
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 34
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
- Harga air
Pada umumnya masyarakat ingin memanfaatkan air sesuai dengan
kebutuhannya, akan tetapi kemampuan unutk berlangganan air berbeda
satu dengan yang lainnya. Dengan demikian tinggi rendahnya harga
air akanmempengaruhi tingkat pemakaian air, khususnya bagi masyarakat
yang berpenghasilan rendah.
- Kualitas air
Semakin baik kualitas air, pemakaian cenderung meningkat. Hal ini terjadi
karena kualitas air yang jelek penduduk merasa enggan menggunakannya
sehingga pemakaiannya pun terbatas.
Pelayanan kebutuhan air untuk rumah tangga, standar air khususnya untuk Ibu Kota
Kabupaten telah ditetapkan oleh Direktoral Jenderal Cipta Karya yaitu terdiri dari :
- Satu buah sambungan rumah (SR) untuk melayani 6 jiwa penduduk dengan
konsumen air sebesar 130 lt/org/hari.
- Satu buah kran umum melayani 120 jiwa penduduk dengan konsumsi air rata-
rata sebesar 30 lt/org/hari
Ketersediaan air yang dapat dipenuhi untuk setiap orang per hari berdasarkan
standart dapat dikelompokkan berdasarkan besaran ketersediaan air yang dapat
dipenuhi untuk kebutuhan sesuai dengan kondisi kerawanannya. Pengertian kondisi
kerawanan dapat juga disebut kondisi kekeringan. Kategori kondisi kekeringan versi
Cipta Karya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sangat Rawan, dimana air yang ada yaitu 5 lt/orang/hari dan kebutuhan
terpenuhi hanya untuk minum dan masak.
2. Rawan, dimana air yang ada yaitu 25 lt/orang/hari dan kebutuhan yang
terpenuhi hanya untuk minum, masak dan cuci alat masak.
3. Normal, dimana air yang ada yaitu 50-103 lt/orang/hari dan kebutuhan yang
terpenuhi hanya untuk minum, masak, cuci alat masak, mandi dan WC.
4. Cukup, dimana air yang ada yaitu 123-138 lt/orang/hari dan kebutuhan yang
terpenuhi hanya untuk minum, masak, cuci alat masak, mandi, WC, cuci
tangan, bersih rumah, dan cuci pakaian.
Tabel dibawah ini menunjukkan kebutuhan air bersih sesuai kategori desa,
kecamatan dan kota berdasarkan hasil analisis dan kompilasi data dari
standard BNA, Direktorat Jenderal Cipta Karya Dept. Pekerjaan Umum (1981), serta
optimasi pemakaian air melalui penataan pengadaan air di lingkungan
permukiman, Puslitbang Permukiman tahun 1999 – 2000, ditunjang dengan
asumsi tetap kebutuhan air dan pengkajian pemakaian Air Bersih perkotaan
oleh Puslitbang Dep.PU kerjasama dengan LAPI – ITB (1988).
KETERANGAN HASIL
STANDAR HASIL
JUMLAH PENGKAJIAN
PEMENUHAN PENGKAJIAN
PENDUDUK TAHUN
+) TAHUN
KATEGORI (JIWA) DASAR 1998 ++) +++)
1999/2000
KOTA
> 1 JUTA 120 200 - 225 250 - 299
METROPOLITAN
500.000 s/d
KOTA BESAR 100 150 - 199 180 - 224
< 1.000.000
100.000 s/d
KOTA SEDANG 90 125 - 149 130 - 174
< 500.000
20.000 s/d ( 100 - 124 )
KOTA KECIL 60 100 - 124 ++++)
< 100.000
3.000 s/d ++++)
KOTA KECAMATAN 45 60 - 99 ( 60 - 99 )
< 20.000
++++) ++++)
PERDESAAN < 3.000 30 ( 30 ) 30
Minum Cuci
& Alat Cuci Bersih Cuci Taman &
Mandi WC Tangan Rumah Pakaian Mobil Total
Kategori Masak Masak
tabel berikut :
Sosial
Komersil
Perkantoran
Rekreasi / pariwisata
Industri
Pelabuhan
Untuk kota-kota kategori metro, besar dan sedang, kebutuhan non domestik
ditetapkan menurut hasil survei kota yang bersangkutan berdasarkan master plan
kota yang bersangkutan.Untuk kota-kota kategori kecil, kebutuhan non domestik
ditetapkan 20-30 % dari kebutuhan domestik. Sedangkan untuk kota-kota kategori
desa ditentukan sebesar 10-20 % dari kebutuhan domestik.Perkiraan kebutuhan air
untuk kebutuhan non domestik di luar industri dapat dilakukan berdasarkan baik
jumlah orang atau jumlah unit yang dikalikan dengan standar air tertentu.
URAIAN
500.000 – 100.000 – 20.000 –
> 1.000.000 1.000.000 500.000 100.000 < 20.000
Konsumsi unit
1. sambungan 190 170 150 130 100
Besarnya pemakaian air per hari tergantung jenis sambungan seperti sambungan
halaman atau hidran umum menurut skala perkotaan seperti kota kecil, sedang
atau besar.
1. Metode Arithmatik
Metode ini biasa juga disebut metode rata-rata hitung. Metode Aritmatik apabila
data berkala menunjukkan jumlah penambahan (absolute number) yang relative
sama setiap tahunnya.
Rumus:
Pn= P0 + Ka (Pn -P0)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = tahun ke n
To = tahun dasar
Ka = konstanta arithmatik
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke-1
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = tahun ke-1 yang diketahui
T2 = tahun ke-2 yang diketahui
2. Metode Geometrik
Pada dasarnya metode geometrik adalah suatu rumus eksponensial. Trend
eksponensial sering digunakan untuk meramalkan data/ kejadian lain yang
perkembangan atau pertumbuhannya sangat cepat. Untuk keperluan proyeksi
penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan
penigkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Metode ini tepat untuk diterapkan
pada kasus pertumbuhan ekonominya tinggi dan perkembangan kotanya pesat.
Rumus :
Pn = P0 (1 + r)n (Dep. PU, 1998)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk setelah n tahun
P0 = jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
r = laju pertambahan penduduk rata-rata
n = lama tahun proyeksi
Dimana :
Y = nilai berdasarkan variabel berdasarkan garis regresi
X = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linear.
Adapun persamaan a dan b, yaitu ; (Dep. PU, 1998)
Untuk menentukan metoda yang digunakan dari ketiga metoda tersebut di atas,
maka digunakan koefisien seperti rumus di bawah ini.
Rumus :
Dimana :
r = korelasi antara variabel X dengan Y X = variabel independen
Y = variabel independen
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan
tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera
pada tabel berikut :
Studi neraca air merupakan analisis kesetimbangan antara kebutuhan air (demand
system) dan ketersediaan air (supply system) sesuai dengan prediksi atas waktu,
jumlah dan mutu. Untuk menganalisis suatu sistem tata air di tingkat wilayah sungai
maka pertama kali diperlukan adanya analisis ketersediaan air. Analisis ini pada
prinsipnya adalah untuk mendapatkan data runtut waktu (time series) yang andal dan
cukup panjang misalnya sekitar 20 tahun. Analisa sumber air (ketersediaan dan
kebutuhan air) pada setiap pasangan demand cluster dan water districtnya serta pada
total daerah studi dengan mengacu pada RUTR Nasional dan Regional.
Pada tahap ini analisa neraca air masih terbatas pada analisa ketersediaan air
permukaan. Usulan pemanfaatan air tanah akan dilakukan pada lokasi yang mengalami
krisis air. Permasalahan yang sering timbul dalam analisis ini adalah keterbatasan data
debit pada setiap water district. Jumlah ketersediaan datanya seringkali hanya beberapa
tahun atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga perlu dilakukan analisis
pembangkitan data debit atas dasar data hujan dan iklim (rainfall runoff analysis).
Ada dua cara menghitung neraca air, yaitu: pertama secara umum untuk setiap
pasangan water district dan demand cluster, kedua dengan memperhitungkan cara
pendistribusian air tsb. Neraca air umum ini menyajikan ketersediaan air, kebutuhan air,
serta rasio antara kebutuhan dan ketersediaan air dalam angka Indeks Pemakaian Air
yang dapat dikonversi dalam bentuk peta tematik.
Unit produksi sistem pengolahan air minum berfungsi untuk mengolah air baku menjadi
air minum. Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan standar kualitas air minum
tersebut, air baku diolah dengan proses pemisahan partikel kasar, proses pemisahan zat
tersuspensi, proses pemisahan zat terlarut, proses netralisasi dan proses desinfeksi.
Berfungsi menjaga pasokan air baku agar tidak terganggu oleh pengotoran yang
disebabkan lumpur/bahan mengapung serta untuk penenang aliran agar memudahkan
pemompaan.Sistem intake harus diletakkan di lokasi yang mudah dijangkau dan
didesain serta dibangun untuk memberikan suplai air baku dalam jumlah yang spesifik,
sumber air baku yang digunakan harus dapat diandalkan, dan tidak ada interupsi aliran
dalam kondisi apapun.Faktor-faktor yang penting bagi sistem intake adalah keandalan,
keamanan, pengoperasian minimal dan biaya operasi.
2. Pelunakan air
Berfungsi untuk menurunkan tingkat kesadahan yang disebabkan oleh kation Mg2+
dan Ca2+
3. Koagulan
Berfungsi untuk menghilangkan gaya tolak menolak antar partikel-partikel koloid
yang bermuatan sama sehingga akan terbentuk flok-flok yang berukuran lebih
besar agar mudah diendapkan. Dengan demikian diperoleh aliran yang cukup tinggi
namun tetap ekonomis.
Gradien kecepatan ( G )
Dimana :
G = gradien kecepatan (det-1)
P = daya yang diperlukan (watt)
= viskositas absolut (kg/m detik) V = volume air (m3)
7. Desinfektan
Berfungsi sebagai bahan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit.
untuk mengangkut air bersih atau cairan yang memiliki properti fisik dan kimia yang
sama dengan air bersih. Jenis-jenis genset :
1. Genset Open Type pada umumnya digunakan bagi pemakai yang mempunyai
power house sendiri dan dirancang khusus untuk penempatan genset di dalam
ruang/gedung yang kedap suara. Genset ini yang paling sering dipakai dirumah-
rumah. Open Type mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan perawatan karena
kondisinya yang terbuka. Bongkar pasang mesin lebih mudah dilakukan.
2. Genset Silent Type mempunyai canopy (rumah genset) berbentuk segi empat.
Canopy ini terbuat dari bahan plat besi dan dilapisi dengan busa peredam
(accoustic foam). Lapisan ini memberikan peredaman yang cukup baik sehingga
suara mesin dikeluarkan tidak membuat kebisingan (dalam batas normal). Canopy
genset dirancang dan diproduksi dengan konstruksi knock down serta dilengkapi
pintu-pintu untuk memudahkan akses ke dalam genset agar
memudahkan pengoperasian dan perawatan.
3. Genset mobile type merupakan gabungan antara genset Open type dan Silent
type. Tipe ini diperlukan bagi pemakai yang memerlukan mobilitas tinggi dalam
penggunaannya. Perusahaan pembuat film dan stasiun televisi banyak memakai
genset tipe ini untuk keperluan syuting di luar kota. Disamping itu genset tipe ini
sangat berguna untuk menyuplai daerah yang mengalami pemadaman listrik
(PLN) secara terlokalisir karena dapat dengan mudah dipindahkan.
Ventilasi
Fungsi, kriteria pemasangan dan ukuran ventilasi adalah untuk menjaga
temperatur ruangan dan sirkulasi udara sehingga panas di ruangan dapat
dikeluarkan, terutama untuk pendinginan pada motor penggerak pompa.
Struktur Bangunan
Fungsi, kriteria, bahan dan perlengkapan struktur bangunan adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi struktur bangunan rumah pompa dan sumber energi adalah
melindungi peralatan pompa dan sumber daya energi dari gangguan baik
cuaca dan hewan.
2. Kriteria Bangunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
o leluasa bagi orang atau operator
o memudahkan bagi operator dalam OP peralatan
o dilengkapi dengan pintu dan ventilasi
o Bahan bangunan rumah pompa dan sumber daya energi adalah:
- dinding: pasangan batu bata, beton bertulang
- atap: atap seng, genteng, beton bertulang
- pintu: besi atau kayu
- ventilasi: besi atau kayu (berupa kisi-kisi terbuat dari plat baja)
- pondasi: beton bertulang atau batu kali
3. Perlengkapan yang harus ada di rumah pompa dan sumber daya energi
adalah papan pengawas (control panel). Papan pengawas (control panel)
dipasang dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
o Laboratorium
- ruang tes fisiokimia
- ruang tes bakteria- ruang pembiakan bakteri- ruang persiapan untuk tes
bakteri
- ruang tes biologi
- ruang pertemuan
- ruang gelap
- kamar gas
- tempat penyimpanan bahan kimia
- tempat perkakas
o Gudang
gudang kimia
- tempat penyimpanan koagulan
- tempat penyimpanan desinfektan tempat penyimpanan netralisan
- tempat penyimpanan fluoridan
- tempat penyimpanan bahan pelunak kesadahan
- tempat penyimpanan bahan penghilang Fe dan Mn
gudang umum
- tempat penyimpanan suku cadang
- tempat penyimpanan perlengkapan
B.2.6.10.6. Reservoir
Air yang telah diolah sebelum didistribusikan ke daerah pelayanan disimpan terlebih
dulu dalam bak penampung air atau resevoir yang sekaligus juga dapat berfungsi
sebagai tempat dilakukan pembubuhan desinfektan berupa kaporit untuk mencegah air
hasil olahan mengandung kontaminan berupa mikroorganisme terutama bakteri
patogen.
Dimensi reservoir pelayanan pada umumnya berkisar antara 17,5% - 20% dari
kebutuhan air hari rata-rata. Semakin besar daya tampung reservoir palayanan, maka
semakin aman sistem tersebut terhadap kerusakan / perbaikan sistem dan pemadam.
Tekanan maksimum pada umumnya dibatasi sekitar 60 meter kolom air untuk alasan
ekonomis. Tekanan air yang tinggi dapat mempercepat kerusakan-kerusakan di sistem
plumbing dan dapat menyebabkan angka kebocoran tinggi.
Untuk menghindari terjadinya pengisapan air kotor ke dalam pipa air minum, maka
harus dijaga adanya tekanan minimum minimal 10 meter kolom air di titik tertinggi
suatu jaringan distribusi.
Umumnya mata air yang keluar terpencar pada beberapa lokasi. Sehingga sulit
unutk mendapatkan debit yang cukup. Untuk itu diperlukan suatu bangunan
pengumpul sumber-sumber air pada lokasi mata air. Bangunan ini berfungsi untuk
melindungi sumber air dari berbagai kontaminasi bahan pencemar.
Fungsi bronkaptering diantaranya, yaitu :
a. Untuk mengumpulkan air baku dari sumber mata air.
b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan saringan batu kerikil atau tipe
saringan yang lain dalam hal ini digunakan saringan batu.
c. Mengambil air baku sesuai dengan debit yang diperlukan oleh kota yang akan
menjadi daerah distribusi.
Kriteria pemilihan lokasi sistem intake didasarkan pada :
Mendapatkan air dengan kualitas terbaik setelah melewati prosedur-prosedur
tertentu guna menghindari pencemaran sumber air
Perkiraan kemungkinan perubahan yang terjadi
Minimasi efek-efek yang diakibatkan oleh pembekuan, banjir, sampah, navigasi
sungai dan perubahan pada aliran
Menyediakan akses yang mudah guna perawatan dan perbaikan
Menyediakan tempat bagi kendaraan
Memungkinkan terjadinya pertambahan fasilitas di masa yang akan datang
Sistem saluran yang direncakan yaitu sistem perpipaan, yang memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sistem saluran terbuka dan aquadet, yaitu sebagi
berikut
Dalam menentukan jalur pipa transmisi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jalur dengan panjang pipa paling pendek dengan diameter yang paling ekonomis
b. Menghindari berbagai hambatan seperti : lembah, gunung, bukit, jembatan pipa,
pompa, tunnel, cut & cover, dll, karena dapat menambah biaya c. Lokasi mudah
dikontrol
c. Memenuhi kebutuhan hidrolis
d. Konstruksi dan pemeliharaan pipa dan perlengkapannya mudah f. Tidak
memerlukan terlalu banyak perlengkapan pipa
Bahan pipa yang ada di pasaran diantaranya adalah : beton, fiberglass (RGP), PVC,
Asbestos
Cemment Pipe (ACP), Cast Iron Pipe (CIP), Galvanis Iron Pipe (GIP), Polly Ethylene
(PE).
Untuk memilih pipa yang digunakan, terlebih dahulu dipertimbangkan karakter pipa
yang paling sesuai dengan desain yang hendak dibuat.
L2 +
2 2
Dengan
L = panjang pipa sebenarnya
X= proyeksi pipa ke arah sumbu x
Y= proyeksi pipa ke arah sumbu y
5. Menghitung panjang pipa keseluruhan dan panjang ekivalen dengan rumus :
Lekiv L 1.2
6. Menghitung nilai slope saluran, dengan asumsi pertama nilai head loss (ΔH)
sebesar tinggi elevasi dikurangi 10, menggunakan rumus:
Qmd / A
Dengan :
v = kecepatan aliran (m3/s)
Qmd = debit maksimum harian (m
A = luas penampang pipa (m2)
Spesifikasi Pipa PE
1. Spesifikasi teknik dari pipa PE dan sambungan – sambungannya terbuatdari
material PE untuk saluran air minim harus mempunyai anti oksidan, stabilisasi
UV dan pigmen
2. Jenis dan klasifikasi bahan pipa yang digunakan adalah sebagai berikut :
3. Bahan yang dikerjakan ulang yang berasal dari pembuatan pipa di pabrik itu
sendiri sesuai dengan spesifikasi ini dapat digunakan jika bahan tersebut
berasal sari bahan yang sama sebagaimana yang digunakan untuk produksi
terkait
4. Komponen harus ditetapkan berdasarkan jenis bahan agar sesuai dengan
syarat kekuatan minimum (MRS) yang berlaku sebagaimana dijelaskan dalam
tabel di bawah.
B.2.6.10.8.3. Reservoir
Volume reservoir dapat diketahui dengan menggunakan kurva fluktuasi pemakaian
air.
Debit yang masuk ke reservoir adalah konstan yaitu sebesar 4,17% per jam
sedangkan debit yang keluar dari reservoir bervariasi tergantung pemakaian air.
Dimensi reservoir diperoleh deri debit air yang masuk dikalikan dengan waktu
tunggu (td) maka diperoleh volume reservoir yang kemudian dapat diperoleh
dimensi reservoir.
Kedalaman reservoir adalah kedalam air ditambah dengan freeboard untuk
menjaga limpahan air berkisar 0,5 m.
2. Sistim tertutup
Sistim tertutup merupakan sistim dimana setiap percabangan pipa dihubungkan
satu dengan yang lain Penggunaan ini cocok untuk daerah yang kondisi
topografinya relatif datar dan mempunyai jaringan jalan yang saling berhubungan.
Keuntungannya :
- Sirkulasi akan terjadi terus menerus sehingga terjadinya pengumpulan sediment
dapat dihindari.
- Akibat pipa yang saling berhubungan maka air akan tersedia pada setiap ujung
pipa dengan kehilangan energi minimum.
- Mudah mendapatkan air sesuai kebutuhan, bila terjadi kebakaran.
- Bila diadakan perbaikan jaringan, hanya sebagian kecil saja daerah yang
tidak mendapatkan air.
Kerugiannya :
- Katup yang diperlukan lebih banyak.
- Diameter pipa lebih besar dan jumlah pipa umumnya lebih panjang.
- Perhitungan kapasitas, tekanan dan kecepatan aliran sangat rumit.
3. Sistim melingkar
Sistim ini merupakan perpaduan antara sistim percabangan dengan sistim
tertutup dimana pipa induk dipasang mengelilingi suatu daerah pelayanan,
kemudian pipa-pipa cabang terletak pada bagian dalam dan dihubungkan ke
pipa induk. Untuk setiap titik mensuplai air dari dua arah. Sistim ini cocok
pada kota dengan perencanaan yang sudah baik.
Keuntungan sistim ini :
- Bila salah satu cabang ada yang rusak maka pemberian air tidak akan
terganggu dan pada bagian yang rusak saja yang tidak mendapatkan air.
- Tidak ada pengendapan sedimen pada ujung pipa.
- Apabila terjadi kebakaran, lebih banyak air yang dapat dialirkan ke tempat
4. Sistim radial
Pada sistim ini digunakan beberapa reservoir pembagi air guna melayani
suatu daerah tertentu. Dengan penetapan daerah pelayanan yang tepat, maka
kehilangan energi di dalam jaringan dapat dikurangi. Sistim ini memberikan
pelayanan yang cepat, juga perhitungan dimensi pipa yang mudah. Sistim ini
cocok untuk daerah yang hanya menggunakan satu sistim saja, seperti pada
berikut ini :
Kehilangan energi akibat gesekan dalam pipa dapat dihitung dengan metode-metode
antara lain:
Dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m) F = Factor Gesekan
L = Panjang Pipa
V = Kecepatan Aliran (m/det) D = Diameter Pipa
g = Percepatan Gravitasi (9.8 m/det)
Dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m)
L = Panjang Pipa (m)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
D = Diameter Pipa (m)
C = Koefisien Hazen William
Besarnya nilai koefisien gesekan (c) tergantung dari jenis pipa, diameter pipa dan
umur pipa. Nilai c dapat dilihat pada tabel berikut
Jenis Pipa C
Dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m)
L = Panjang Pipa (m)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
D = Diameter Pipa (m)
n = Koefisien Manning
kehilangan energi akibat tikungan atau perubahan penampang. Besarnya
kehilangan energi yang dinyatakan dalam bentuk umum :
e. Perpipaan
1. Pemilihan Jenis Pipa
Sebelum kita memilih pipa dengan tepat, maka kita harus mengenal sifat-sifat
kekuatan pipa yang akan dipakai.
Pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan air bersih diproduksi dalam
bermacam-macam jenis, yaitu :
- Pipa PVC (Polyvynil Chlorida)
- Pipa besi cor
- Pipa besi cor daktali
- Pipa besi digalvani
- Pipa besi baja
- Pipa PE
Pemilihan dari jenis pipa ini dipengruhi oleh faktor-faktor, yaitu :
- Keadaan tanah daerah pelayanan
- Diameter pipa yang ada di pasaran
- Daya tahan pipa
- Faktor ekonomi
- Keadaan lapangan.
Penyambungan pipa yang kedap air harus dilakukan dengan baik untuk mencegah
terjadinya kebocoran/kehilangan air dan mempekecil gangguan di masa yang
akan datang.
Dalam penyambungan pipa sering terjadi penyimpangan sudut. Untuk
menghindari kebocoran akibat penyimpangan sudut, maka penyimpangan sudut
tersebut harus diatasi dengan menyesuaikan terhadap jari-jari lengkung
minimum dari masing-masing jenis pipa yang dipakai.
Untuk melindungi pipa dari gangguan beban yang diakibatkan oleh beban
lalu lintas, perusakan oleh penduduk, dan untuk menjaga temperature air tetah
sejuk, maka jaringan pipa distribusi air bersih harus tertanam di dalam tanah.
Kedalaman penanaman pipa disesuaikan dengan syarat teknis pemasangan, yang
mana tergantung pada :
- Jenis pipa
- Ukuran pipa
- Keadaan tanah lokasi penanaman pipa
Yang dimaksud disini adalah bangunan dan perlengkapan pipa yang diperlukan dalam
sistem transmisi, antara lain :
diperoleh sisitem pelayanan air baku terdiri dari intake – jaringan pipa transmisi –
reservoir – desinfeksi – jaringan pipa distribusi.
Keterangan:
1 : Intake
2 : Jaringan pipa transmisi
3 : Reservoir
4 : Jaringan pipa distribusi
5 : Sambungan Halaman / Hidran Umum
B.3. Metodologi
B.3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan
peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan pengumpulan data sekunder. Persiapan
pekerjaan lapangan ini meliputi penyiapan kantor di lokasi proyek dan pekerjaan
persiapan untuk Survey-Survey. Sedangkan pekerjaan persiapan untuk Survey meliputi
pembuatan program kerja (Jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil,
pembuatan peta kerja, penyiapan peralatan Survey dan personil, penyiapan surat-
surat ijin/surat keterangan, dan pemeriksaan alat-alat Survey. Dengan demikian,
laporan usulan teknis yang dibuat oleh konsultan akan menjadi acuan konsultan dan
pemilik pekerjaan (pengguna jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
A. Pengumpulan Data
1) Data Fisik dan Lingkungan
Mengumpulkan data-data Topografi, peta foto udara, maupun citra satelit, peta
geologi regionai, kondisi tata guna lahan, lokasi dan luasan sumber air yang
potensial, serta data Rona Lingkungan.
Dalam kegiatan ini, Konsultan akan melakukan survey dan identifikasi terhadap lokasi
yang potensial untuk rencana pembangunan/peningkatan prasarana sumber air.
Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik
pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan
berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak
ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi
lokal.
Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,
selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal
maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah
pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan
digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan
pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi
di antara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya
akan dipergunakan untuk pengukuran detail.
2) Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di lapangan adalah melakukan orientasi
medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari dengan
pengamatan azimuth matahari. Pengamatan dilakukan setiap 2,5 km dan
untuk target pengamatan dipasang Control point (CP). Sudut diukur double
seri dan digunakan Theodolit T-1, perbedaan B dan LB lebih kecil dari 2” dan
ketelitian sudut lebih kecil dari 10 √n dimana “n” adalah jumlah titik poligon.
Jarak titik-titik poligon utama dan poligon cabang didapat dari jarak datar
Theodolit dan atau dengan memakai pita ukur baja / linon dengan ketelitian
linier poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1 : 7.500 sedangkan poligon
cabang lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.
Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik
kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu melakukan pengukuran teristris
dengan pengukuran poligon. Pengukuran titik kontrol horizontal yang
dilakukan dalam bentuk poligon, harus terikat pada ujung-ujungnya. Dalam
pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak
dan sudut jurusan.
Jalur tegak lurus arah aliran sungai (tepi kiri atau kanan sungai).
7) Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter.
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring
dilakukan dengan cara seperti di bawah ini. Untuk menjamin ketelitian
pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat
pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
Jarak AB = d1 + d2 + d3
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B)
dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
a. Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 m.
b. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
c. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
d. Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
e. Selisih sudut antara dua pembacaan 5” (lima detik).
f. Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.
di mana :
T = azimuth ke target
M = azimuth pusat matahari
T) = bacaan jurusan mendatar ke target
( M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran situasi ini,
antara lain :
Dipakai Metode Spot Height (Medan/daerah secara menyeluruh).
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 83
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
dari 5 % 1.00 m
keadaan lapangan.
g. Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
h. Sudut poligon RAAI dibaca satu seri.
i. Ketelitian tinggi poligon RAAI 10 cm D (D dalam km).
12) Penggambaran
Setelah perhitungan-perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan
system grafis tidak diperbolehkan.
Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan
penggambaran ini harus dipimpin oleh seorang koordinator yang
berpengalaman, hal ini dimaksudkan agar dapat terkoordinir dengan baik
cara proctor. Untuk pengukuran kadar air aslinya dengan menggunakan PVC
yang selanjutnya ditutup dengan parafin. Dan hasil masing-masing karung
dan tabung PVC dicatat dengan simbol dengan kedalaman dimana sample
terambil.
2. Penyelidikan Laboratorium
Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun contoh tanah
terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan di laboratorium, sehingga
data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui, jenis dan macam
percobaan yang dilakukan adalah sebagal berikut :
Soil Properties
- Unit Weight (Berat isi)
- Specific Gravity (Berat jenis)
- Moisture Content
Grain Size Analysis/Hydrometer
Atterberg Limit
Triaxial Test
Consolidation Test
Permeability Test
Compaction Test
Penjelasan mengenai macam-macam percobaan di atas adalah sebagai berikut :
1) Soil Propertis
a) Unit Weight (n)
Untuk memperoleh jenis nilai berat isi tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.
b) Specific gravity (Gs)
Merupakan perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air.
Untuk percobaan ini dilakukan menurut prosedur ASTM.D-854, adalah suatu
percobaan untuk mengetahui berat jenis dengan menggunakan alat
picnometer, yaitu sebuah botol yang isinya diketahui. Nilai berat jenis suatu
tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu botol picnometer dan
perlengkapannya. Prosedur penentuan berat jenis tanah ini mengikuti cara :
ASTM - D.854 atau AASHTO.T.100.
5) Atterberg Limit
Penentuan batas atterberg Limit hanya dilakukan pada bagian tanah yang
melalui saringan No.40. Karena batas-batas ini tidak merupakan sifat fisik yang
jelas, maka dipakai cara empiris untuk menentukannya.
a) Liquid Limit (Wi)
Batas cair/Liquid limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan dalam perseri
dan contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair ini dapat ditentukan
dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang
mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm
pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran
percobaan ini adalah 12,7 mm. Prosedurnya dapat mengikuti ASTM.D.423.
d) Shrinkage Limit
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaari dimana
volume dan tanah ni tidak berubah, prosedur penentuari nhiai batas susut mi
dapat mengikuti ASTM.D.427.
6) Triaxial Test
Contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan
atau disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada. Kecepatan perubahan
tinggi, contoh tanah agar disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dan
jenis tanahnya. Prosedur dan percobaan tniaxial ni agar disesuaikan dengan
literature.(The Measurament of Soil Properties in The Triaxial Test by Beshop &
Henkel USBR Earth Manual & Engineering Properties of Soil and Their
Measurement by Bowles). Dan hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan
mengikuti prosedur ASTM.D.565.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan parameter kekuatan
geser sehubungan dengan pembebanan 3 (tiga) arah. Dalam percobaan ini
dibakukan sesuai dengan kondisi contoh pada waktu pengujian antara lain:
7) Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan
dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan
besar penurunan yang terjadi pada lapisan ini dapat diketahui. Besarnya
increment ratio 1 dengan nilai pembebanan adalah 1/4,1/2,1,2,4,8, dan 16
kg/cm pada setiap 24 jam dan pengurangan pembebanan seperti nilai
compression index (cc) dan coeficient of consolidation (Cv) perlu diperoleh.
Prosedur percobaan penetapan dapat mengikuti cara Measurement Bowles.
Percobaan mi dimaksudkan untuk mengetahui sifat pemadatan suatu jenis
tanah. Hasil pengujian diperoleh nilai-nilai “Coefficien of Consolidation”,
Compressibility Index” dan “Nilai Rembesan”.
Mengingat nilai parameter tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya beban.
maka tegangan normal maksimum yang digunakan perlu disesualkan dengan
beban maksimum bangunan tersebut, lamanya pembebanan agar sesuai
dengan jenis tanah setempat, yaitu untuk jenis tanah berbutir halus, waktu
yang digunakan setiap pembebanan adalah 24 jam.
Sedangkan untuk jenis tanah pasiran setal pembebanan adalah 6 - 10 jam.
Prosedur pelaksanaan dilakukan menurut ASTM. D-2435-70. Alat pengukuran
konsolidasi dilaboratorium dipergunakan jenis Consolidated Apparatus or
Contoh tanah dimasukkan dalam suatu cincin dengan batu berpori yang
dipasang dibawah dan diatasnya.
Cincin dengan batu berpori ditaruh dalam sel konsolidasi yang berisi air
supaya tanah tidak mengalami kering.
Setalah dipasang contoh tanah diberi beban vertikal yang tertentu dan
penurunan diukur dengan arloji penunjuk (dial gauge).
Tekanan tersebut dibiarkan berlaku sampai penurunan selesai.
Penambahan beban dilakukan setiap 24 jam dengan pemakaian tegangan 0,
25-0, 5-1 0-2, 0-4, 0-8, 0 kg/cm
Setelah mencapai tekanan 8 kg/cm2 beban dikurangi lagi sampai 0,25
kg/cm2 untuk mendapatkan “Rebound Curve”.
Pada setiap pembebanan pembacaan penurunan dilakukan pada jangka
waktu tertentu dengan demikian besarnya penurunan dan kecepatannya
dapat diketahui.
8) Permeability Test
Percobaan perembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien
rembesan dan suatu jenis tanah berbutir kasar dapat dilakukan dengan cara
constant head sedangkan pada tanah cohesive soil yang mempunyai nilai
koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan dengan cara falling Head
agar waktu yang ada pada falling head ini tidak terlalu lama, maka
penambahan tekanan dapat pula dilakukan.
Jika diperlukan maka uji permeabilitas lapangan bisa dilaksanakan. Kegiatan ini
dilakukan untuk kelengkapan data dalam studi ini. Cara melaksanakan uji
permeabilitas lapangan adalah sebagai berikut :.
a) Uji permeabilitas lapangan dimaksudkan untuk mengetahui nilai
permeabilitas tanah secara langsung di lapangan.
b) Uji permeabilitas dilakukan pada hasil pengambilan sample dilokasi sumur
uji dan lubang bordengan cara falling head test. Setiap pengujian dilakukan
3 kali masing- masing selama 10-15 menit.
c) Uji permeabilitas lapangan dilakukan pada lubang bor dengan lubang
pengujian sebanyak 19 titik uji.
d) Penentuan penyebaran dan interval titik uji ditentukan berdasarkan
9) Compaction Test
Salah satu cara untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal telah banyak
digunakan Metode Proctor (1933) di laboratorium. Dengan cara ini maka
pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan dapat dilakukan seperti
penentuan kadar air optimum (WOPT), perkiraan kepadatan tanah dan
penentuan peralatan pemadatan di lapangan. Jumlah tanah bahan Proctor
berkisar 30 kg, tanah ini akan dikenakan percobaan standar/Modified AASHO,
sehingga nilai kadar air optimumnya dapat diketahui juga maksimum kepadatan
kering dan basah. Sehubungan dengan kapasitas peralatan kepadatan tanah
yang ada di lapangan, maka perlu dikerjakan sistem Modified AASHO, sehingga
akan diperoleh dengan kadar air berkisar ± 3 % didaerah opUmum. Prosedur
dapat dilakukan dengan menggunakan cara MSTHO T.180 dan ASTM.D.698.
Percobaan dilakukan pada contoh tanah yang berbeda kadar airnya pada saat
“Mold” dengan menggunakan beban dan ketinggian 30,50 cm. Dan hasil
pengujian tersebut akan didapat nilai-nilai kepadatan maksimum. Setiap contoh
tanah dilakukan percobaan selapis demi selapis sebanyak 3 (tiga) lapis hingga
pemadatan cukup merata. Prosedur pengujian dilakukan berdasarkan ASTM.
D.698-78 dan ASTM. D. 1557-
dilakukan beberapa percobaan dengan memakai nilai-nilai tegangan normal yang
berbeda. Hasilnya digambar dalam grafik yang memberikan gambaran nilai-nilai
tegangan geser maksimum terhadap tegangan normal dan masing-masing
-
titik yang dimasukkan dalam grafik.
Dimana :
K = Koefisien permeability (cm/detik)
Q = Debit air (cm3/detik)
T = Waktu Percobaan (detik)
H = Perbedaan tinggi muka air dalam gelas dari lubang pengeluaran
A = Luas penampang contoh tanah (cm2)
L = Tinggi pada gelas ukur
Setelah didapatkan hasil pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang dan
Sungai, maka perhitungan debit dapat dilakukan dengan metode „Mid Section”
dimana lebar satu sub bagian ditentukan oleh 1/2 jarak pengukuran vertikal di
sebelah kiri dan 1/2 jarak pengukuran vertikal di sebelah kanan.
An = { ( Hin x Hin) + (
Hn x Han ) } Vn = V0,6n
Vn = (V0,2H + V0,8H ) / 2
Pengolahan dan perhitungan terhadap data lapangan hasil pengukuran topografi dan
bathimetri akan menghasilkan peta lengkap yang dapat memberikan gambaran
mengenai bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun
area perairan laut.
B. Pengukuran polygon
Pengukuran poligon dilakukan disepanjang jalur batas pemetaan dan jalur
kerangka pemetaan mengikuti patok kayu dan BM yang telah dipasang. Sehingga
semua patok kayu dan BM dapat dihitung koordinatnya (x, y). Pengukuran sudut
dilakukan dengan theodolite Wild T-2 atau yang sederajat dan jarak dengan roll
meter.
Pada prinsipnya jenis pekerjaan pengukuran poligon teridiri dari 2 (dua) bentuk
pengukuran, yaitu:
1. Poligon Tertutup (Kerangka Tertutup/Loop)
2. Poligon Terbuka (Kerangka Terbuka)
Berdasarkan tinjauan terhadap sistem referensi, terdapat 3 (tiga) sistem
pengukuran yang dikenal, yaitu :
Secara teori, untuk mendapatkan data sudut definitif titik-titik Poligon (Kerangka
Terbuka), ditetapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dimana :
dimana :
i = -( i/[ ]. )
dimana :
i : koreksi sudut
A = (Am+ )
dimana :
= [ ] - (n-2) 180o
dimana:
: salah penutup sudut
i = -( i/[ ]. )
dimana :
: koreksi sudut
: harga sudut sementara (hasil pengurangan) tiap titik
Poligon i : 1,2,3,4, .......... n
Jika tidak terdapat titik kontrol, maka sisi-sisi poligon tidak dapat dikoreksi,
sedangkan apabila terdapat ikatan koordinat, maka rumus yang dipergunakan
sebagai berikut :
(X akhir- X awal) = [dx] = [D sin A]
(Y akhir- Y awal) = [dy] = [D cos A]
dimana :
X : absis Titik Kontrol
Y : ordinat Titik Kontrol
[dx] : jumlah absis titik-titik poligon
[dy] : jumlah ordinat titik-titik poligon
D : panjang sisi-sisi poligon (jarak datar)
xi = Xawal + [d (i-1)
i = 1,2,4,4, ........... n
dimana :
dx i = - ( dx i / [dx] ) . dx
dy i = - ( dy i / [dy] ) . dy
dimana :
[dx] : jumlah absis seluruh titik Poligon [dy] : jumlah ordinat seluruh titik
Poligon
i : 1,2,3,4, ....................... n
Xi = xi + dx i dan
Yi = yi + dy i
dimana :
i = 1,2,3,4, .................. n
C. Pengukuran waterpass
Pada umumnya jalur kerangka pengukuran waterpas mengikuti jalur kerangka
poligon, dan untuk kerangka tertutup pengukuran waterpas dapat dilakukan
dengan pola pengukuran pergi-pulang.
x = [dz]
dimana :
x : salah penutup ketinggian
[dz] : jumlah beda tinggi titik-titik waterpas
z i = - ( dz i/ [dz] . z )
dimana :
zi : koreksi tinggi
i : 1, 2, 3, 4, ............. n
dimana :
zi : harga ketinggian sementara dz : beda tinggi
i : 1, 2, 3, 4, .............. n
D. Sistem referensi
Referensi Koordinat Planimetris (X, Y)
Referensi koordinat tinggi yang digunakan sebagai datum dalam penetapan harga
ketinggian di wilayah pengukuran.
F. Pengukuran situasi
Pengukuran situasi meliputi situasi topografi areal secara keseluruhan, dan situasi
khusus bangunan utama dan bangunan lain yang membutuhkan perencanaan
secara detail. Dalam pelaksanaan pengukuran situasi detail dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut :
Pengukuran situasi detail dilakukan menggunakan sistim raai atau lajur-lajur
arah Utara- Selatan atau arah Barat-Timur, dimana jarak antara lajur adalah
maksimal 200 m.
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan theodolit T-0 atau
lebih tinggi ketelitiannya dengan sistim tachimetri, dan harus selalu diikatkan
kepada titik-titik poligon utama atau sekunder yang terdekat.
Pengukuran situasi detail meliputi semua tinggi rendah tanah pada areal
coverage lengkap semua detail bangunan existing yang ada, maupun titik-titik
poligon utama atau sekunder yang terdekat.
Khusus pada tempat sungai dimana terdapat intake, bendung atau dam atau
terjunan, harus dilakukan pengukuran situasi khusus dan digambarkan dengan
skala besar 1 : 500 atau lebih besar disesuaikan dengan kebutuhan.
Bench Mark dibuat dari beton bertulang dengan ukuran 100 x 20 x 20 cm, dengan
permukaan bermarmer. Sebagai patok bantu, Konsultan akan memasang pula
patok beton Control Point (CP) dengan ukuran 80 x 10 x 10 maupun patok kayu
sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Setiap BM dan CP dibuat deskripsi dan
dilengkapi koordinat (X,Y), elevasi (Z), foto, dan keterangan penempatannya
sehingga memudahkan pencarian bila diperlukan.
B. Perhitungan final
Poligon :
ketelitian koordinat = 1 : 10.000
Salah penutup sudut horizontal = 10 N
Dimana :
Hasil akhir perhitungan final adalah berupa tabel koordinat (x, y) dan elevasi (z)
dan semua titik poligon dan titik situasi detail.
1. Hitungan Kerangka Horizontal
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka
Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam
perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak
dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:
Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik poligon
A yang telah diketahui sebagai berikut:
XP X A dAPSinAP
YP YA dAPCos AP
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus
sebagai berikut:
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 109
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
di mana:
= sudut jurusan
= sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut
di mana:
Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis m = banyak titik ukur
Koreksi ordinat
di mana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur
di mana :
Cos αM = azimuth matahari
Sin δ = deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
Sin 9 = lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut
Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
di mana :
a. Syarat geometris
H 1 2 Btb Btm
H 2 H 1 H 12 KH
di mana:
H = tinggi titik
ΔH = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Dd = D0Cos2m
di mana :
Kebutuhan Air
Kebutuhan akan data hidrologi menjadi pokok dalam kegiatan ini, karena dari data
tersebut akan dihasilkan suatu analisis yang dapat di pertanggungjawabkan. Data yang
dibutuhkan yaitu :
A. Data Debit
Data debit yang diperlukan meliputi debit banjir dan debit aliran rendah. Debit banjir
diperlukan untuk mengitung dimensi bangunan hidraulik (hidraulic structure) dan
keterkaitannya dengan masalah keamanan bangunan terhadap debit banjir.
Sedangkan debit aliran rendah atau debit rata-rata diperlukan untuk menghitung
potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan yang
diperlukan. Agar dapat mencerminkan perilaku aliran sungai yang mendekati kondisi
yang sebenarnya maka diperlukan rangkaian data seri waktu yang cukup
panjang, makin panjang makin baik. Data debit yang dibutuhkan meliputi data debit
harian. Apabila tidak terdapat pos pencatat muka air sungai, baik manual maupun
otomatis (AWLR), maka analisis hidrologi harus dilakukan berdasarkan pada data hujan
B. Data Hujan
Data hujan diperlukan apabila pada DAS yang bersangkutan tidak terdapat catatan
debit banjir yang cukup panjang, atau tidak ada sama sekali catatan debit sungai,
sehingga analisis hidrologi dilakukan dengan rumus-rumus empiris untuk menurunkan
data debit berdasarkan data hujan yang ada. Data hujan yang diperlukan untuk analisis
meliputi data hujan harian.
C. Data Klimatologi
Data klimatologi diperlukan untuk menghitung kehilangan air berupa penguapan baik di
DPS maupun di areal genangan. Fluktuasi besaran data klimatologi dari tahun ke tahun
biasanya tidak berbeda banyak sehingga tidak diperlukan rangkaian data seri waktu
yang panjang. Biasanya hanya diambil rata-rata dari pencatatan beberapa tahun saja.
1. Curah Hujan
Pengisian Data yang Kosong
Sebelum dianalisis lebih lanjut, data kosong dan yang mencurigakan perlu
diisi atau dikoreksi dengan bantuan data yang tersedia pada stasiun hujan di
sekitarnya pada periode yang sama.
Ada beberapa cara untuk memperkirakan data hujan yang hilang, antara
Dengan :
Px = curah hujan pada stasiun x yang dicari (mm) Nx = curah hujan normal
tahunan di stasiun x
Pengembangan dari cara ini kecuali dengan korelasi linear berdasar harga
rata-rata dari beberapa stasiun di sekitarnya seperti di atas, juga dapat
dengan tipe korelasi yang tidak linear.
Sedangkan cara lainadalah cara `Reciprocal Methode` yang
memperhitungkan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi (weighting
factor). Hal ini bisa dimengerti, karena korelasi antara dua stasiun hujan
menjadi makin kecil dengan makin besarnya jarak antar stasiun tersebut.
Persaman berikut bisa digunakan, bila dalam DAS tersebut terdapat lebih
dari dua stasiun hujan dan dianjurkan untuk menggunakan paling tidak tiga
stasiun acuan.
seperti :
a. Perubahan mendadak pada sistem hidrologis, misalnya karena adanya
pembangunan gedung-gedung atau tumbuhnya pohon-pohonan, gempa bumi
dan lain-lain.
b. Pemindahan alat ukur.
c. Perubahan cara pengukuran (misalnya berhubung dengan adanya alat
baru atau metode baru).
d. Dan lain-lain.
Sebelum digunakan untuk analisa, data perlu diuji terlebih dahulu untuk
mengetahui konsistensi data dan kemungkinan adanya kesalahan pencatatan.
Metode uji konsistensi yang digunakan adalah metode kurva massa dan metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Rangkaian data hujan
yang digunakan untuk analisa adalah hujan bulanan.
Uji RAPS
Pengujian konsistensi dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata
penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat pada
rumus dibawah :
2. Ketersediaan Air
Dalam analisis ketersediaan air akan menggunakan Metode Mock, di mana dalam
metode ini akan memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan
karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Hasil dari permodelan ini dapat
dipercaya jika ada debit
pengamatan sebagai pembanding.
Data dan asumsi yang diperlukan untuk perhitungan metode Mock adalah sebagai
berikut:
Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan bulanan. Stasiun curah hujan
yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.
Dengan:
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi
terbatas (mm)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm)
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm)
m = singkapan lahan (Exposed surface)
n = jumlah hari hujan
Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin
besar pula ketersediaan debitnya.
Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah
permukaan (surface soil) per m2. Besarnya SMC untuk perhitungan ketersediaan
air ini diperkirakan berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan
dari DPS. Semakin besar porositas tanah akan semakin besar pula SMC yang
ada.
Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 200 mm.
keterangan:
Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut:
As P Et
keterangan:
Et = Evapotranspirasi
Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. bila harga As negatif. maka
kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka kelembaban
tanah akan bertambah.
8. Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya.
9. Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan DPS. Lahan DPS yang porous memiliki koefisien infiltrasi yang besar.
Sedangkan lahan yang terjadi memiliki koefisien infitrasi yang kecil. karena air
akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 – 1.
Faktor Resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke n
dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah
dipengaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air metode
FJ Mock, besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba sehingga dapat
dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.
Dimana:
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran langsung (direct run
off). aliran dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:
1) Interflow = infiltrasi – volume air tanah
2) Direct run off = water surplus – infiltrasi
3) Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
4) Run off = interflow + direct run off + base flow.
digunakan persamaan: Q = v x A
Dimana :
Apabila aliran yang diukur merupakan luapan atau pancuran yang relatif kecil
maka untuk memperoleh debit air dapat dilakukan dengan menampung limpahan
air tersebut dalam interval waktu tertentu (t) kemudian mengukur volume air (V)
dengan menggunakan gelas ukur, sehingga debit aliran dirumuskan sebagai
berikut :
Dimana :
t = Waktu (detik)
Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran debit ini adalah :
1. Current Meter dan assesorisnya (dapat dilihat pada lampiran)
2. Gelas Ukur
3. Stopwatch
4. Penggaris Besi
5. Roll Meter
3. Kebutuhan Air
Proyeksi Penduduk
daerah tempat kajian. Hal ini menyebabkan perencanaan kebutuhan air harus
dimulai dengan mengetahui kuantitas penyebaran penduduk dan
mengidentifikasikan jenis-jenis kegiatan yang biasa dilakukan di daerah kajian.
Kebutuhan akan air pada prinsipnya bergantung pada banyaknya penduduk
dan tingkat kesejahteraan, yang akan menentukan tingkat kebutuhan air
perorang. Untuk perencanaan air baku diperlukan proyeksi jumlah penduduk baik
secara jumlah total maupun distribusinya menurut wilayah.
Proyeksi jumlah penduduk dapat dilakukan untuk jangka pendek (2-5 tahun) dan
jangka menengah (5-10 tahun). Untuk jangka panjang yaitu diatas 10 tahun pada
umumnya hanya dapat digunakan sebagai suatu perkiraan yang kasar. Dalam
menentukan proyeksi jumlah penduduk dapat digunakan asumsi-asumsi
berdasarkan beberapa faktor, antara lain :
1. Pertumbuhan penduduk akhir-akhir ini
2. Skenario pertumbuhan penduduk, misalnya adalah:
- Laju pertumbuhan penduduk pada masa mendatang adalah sama dengan
saat ini
- Keluarga berencana (KB) berhasil, sehingga laju pertumbuhan penduduk
mengacu pada target KB.
- KB mengalami kegagalan, sehingga laju pertumbuhan penduduk relatif
tinggi.
Di samping itu terdapat beberapa metode proyeksi penduduk, yaitu: metode
matematis; metode ekonomi; metode analogi; dan metode komponen. Metode
analogi digunakan jika tersedia data demografi; Metode ekonomi, jumlah
penduduk dinyatakan sebagai variabel yang tergantung pada aktivitas ekonomi;
metode komponen, atau disebut juga sebagai metode cohort survival, jika
terdapat data yang sangat lengkap mengenai distribusi usia dan jenis kelamin
penduduk, tingkat kelahiran dan kematian bayi.
Metoda matematis paling lazim digunakan untuk proyeksi jumlah penduduk dalam
menentukan kebutuhan air baku. Metode ini menformulasikan model
pertumbuhan penduduk yang berubah secara proporsional dalam beberapa waktu,
dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana:
1. Kebutuhan air bersih domestik untuk sambungan rumah dan kran umum
2. Kebutuhan air non domestik, misalnya untuk fasilitas peribadatan dan kran
umum, diperhitungkan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik.
3. Kehilangan air
4. Kebutuhan hari maksimum, diperhitungkan sebesar 1.1 butuhan air bersih
5. Kebutuhan jam puncak, diperhitungkan sebesar 1.5 butuhan air bersih.
Perhitungan proyeksi kebutuhan air suatu kota akan dilakukan untuk setiap wilayah
kelurahan dengan tujuan untuk mendapatkan angka kebutuhan berdasarkan
ruang administrasi yang lebih kecil. Dengan demikian pola pemanfaatan sumberdaya
air yang ada juga akan dapat dipaparkan sampai dengan ruang administrasi
kelurahan. Khusus untuk kawasan permukiman, terlebih dahulu harus ditetapkan
standar kepadatan penduduk agar proyeksi jumlah penduduk yang ada dapat disebar
secara merata di seluruh kawasan permukiman yang direncanakan, sehingga
dapat dicapai distribusi penduduk yang ideal.
Proyeksi kebutuhan air bersih
Kebutuhan air bersih suatu daerah dihitung berdasarkan kebutuhan satuan unit
yang direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tingkat perekonomian.
Kebutuhan air baku dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih yang direncanakan
dan dikembangkan sesuai dengan pentahapan produksi air bersih yang diinginkan.
Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar
untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan
berdasarkan pengalaman- pengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air baku
meliputi:
a) Kebutuhan air domestik (rumah tangga)
Kebutuhan air rumah tangga adalah kebutuhan air untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari manusia. Kebutuhan air rumah tangga tersebut
antara lain minum, memasak, mandi, cuci, kakus (MCK) dan lain-lain seperti :
cuci mobil, menyiram tanaman
Besar penggunaan air rumah tangga (domestik) dapat diketahui melalui dua
cara yaitu :
ii. Standar
Negara Pemakaian
Amerika (liter/orang/hari)
150 – 1050
Serikat
Australia 180 – 290
Eropa 50 – 320
Tropis 80 – 185
Sumber: Chatib dkk, hal.16
Jumlah Kebutuhan
Jumlah Penduduk Jenis Kota
Air (l/org/hari)
> 2.000.000 Metropolitan > 210
1.000.000-2.000.000 Metropolitan 150-210
500.000-1.000.000 Besar 120-150
100.000-500.000 Besar 100-120
20.000-100.000 Sedang 90-100
3.000-20.000 kecil 60-100
Standar baku mutu kualitas air dapat dilihat pada PP No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Klasifikasi mutu air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
rumah tangga adalah kelas satu. Kriteria kualitas air yang digunakan
untuk kebutuhan air rumah tangga terdiri dari kriteria fisika, radiokatif
dan kimia organik.
Kebutuhan Air perkotaan adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti:
fasilitas komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan,
fasilitas pendidikan dan fasilitas pendukung kota seperti taman kota,
penggelontoran kota.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas
kota. Banyaknya dan jenis fasilitas kota dapat dilihat pada Rencana Umum Tata
Ruang Kota (RUTR kota) dan tujuan pembangunan kota, seperti: kota
pariwisata, industri, pelabuhan dan sebagainya.
Besarnya kebutuhan air suatu perkotaan dapat ditentukan dengan melakukan
survei kebutuhan air pada fasilitas perkotaan di wilayah tersebut. Cara
lain untuk menentukan besarnya kebutuhan air perkotaan adalah dengan
menggunakan standar kebutuhan air perkotaan.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari
jumlah air rumah tangga (domestik), berkisar antara 25-40% dari kebutuhan
air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang
memiliki kepadatan penduduk seperti Jakarta.
Untuk lebih jelas, besarnya kebutuhan air perkotaan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Kedua tabel ini digunakan bila tidak ada data rinci tentang fasilitas
kota.
Kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan air perkotaan adalah kualitas
yang disyaratkan pada PP No.2 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria kualitas air yang digunakan untuk
kebutuhan air perkotaan terdiri dar kriteria fisika, radioaktif dan kimia organik.
Klasifikasi mutu air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air perkotaan
adalah kelas satu, kelas dua atau kelas tiga.
Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk
bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri.
Namun besar kebutuhan air industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk
diproses, bahan baku
industri dan kebutuhan air untuk pekerjaan industri. Sedangkan kebutuhan air
untuk pendukung kegiatan industri seperti hidran, dapat disesuaikan
jumlahnya dengan jenis industrinya. Industri perlu diklasifikasikan untuk
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 130
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
Pengambilan sampel air ini dilakukan pada lokasi yang akan dijadikan sumber air baku.
Sampel air kemudian diuji kualitas air, apakah memenuhi syarat sebagai sumber air
baku untuk air bersih atau harus diberi perlakuan dahulu agar air yang ada memenuhi
syarat sebagai sumber air baku untuk air bersih.
Adapun metode pengambilan contoh air, sebagai berikut :
1. Sampel Sesaat (Grab Sample), yaitu sampel yang diambil pada suatu waktu dan
tempat tertentu.
v = kecepatan (m/det)
g = percepatan gravitasi (m2/det)
P = tekanan (kg/m2)
= berat jenis air (kg/m3)
Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total pada
sebuah penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi tekanan dan
energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut :
Menurut teori kekekalan energi dari hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada energi
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 134
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup, maka energi
totalnya tetap konstan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini :
Hukum kekekalan Bernaulli pada gambar di atas dapat ditulis sebagi berikut (Haestad,
2002 : 267) :
dengan
Pada gambar di atas, terlihat garis yang menunjukkan besarnya tinggi tekan air
pada titik tinjauan yang dinamakan garis gradien hidrolis atau garis kemiringan
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 135
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
hidrolis. Jarak vertikal antara pipa dengan gradien hidrolis menunjukkan tekanan
yang terjadi dalam pipa. Perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2 merupakan
kehilangan energi yang terjadi sepanjang penampang
1 dan 2.
B. Hukum Kontinuitas
Air yang mengalir sepanjang pipa yang mempunyai luas penampang A m 2 dan
kecepatan V m/det selalu memiliki debit yang sama pada setiap penampangnya. Hal
tersebut dikenal sebagai hukum kontinuitas yang dituliskan :
Q1 = Q2
A1.V1= A2.V2
Dengan :
Pada gambar (a), potongan 1-1 dan potongan 2-2 mempunyai luasan penampang
yang sama sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 sama dengan kecepatan aliran
di potongan 2-2. Pada gambar (b), potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang
lebih besar dari potongan 2-2 sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Sedangkan pada gambar (c),
potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih kecil dari potongan 2-2 sehingga
kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih besar dibandingkan dengan kecepatan aliran di
potongan 2-2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecepatan aliran selalu
berbanding terbalik dengan luasan penampang.
Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana debit yang
masuk pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar pipa. Hal tersebut
diilustrasikan sebagai berikut :
Dimana :
Q1 = Q2 + Q3
Dengan :
Kehilangan tinggi tekan dalam pipa dapat dibedakan menjadi kehilangan tinggi tekan
mayor (major losses) dan kehilangan tinggi tekan minor (minor losses). Dalam
merencanakan sistem jaringan distribusi air bersih, aliran dalam pipa harus berada
pada kondisi aliran turbulen. Untuk mengetahui kondisi aliran dalam pipa turbulen
atau tidak, dapat dihitung dengan identifikasi bilangan Reynold menggunakan
persamaan berikut :
dengan :
Re = bilangan Reynold
Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa dapat
diketahui dengan kriteria sebagai berikut :
Re < 2000 aliran bersifat laminer
Re = 2000 – 4000 aliran bersifat transisi
Re > 4000 aliran bersifat turbulen
utama menurunnya garis energi pada suatu aliran (major losses) selain bergantung
juga pada jenis pipa.
Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan
mayor ini yaitu dari Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, Manning, Chezy, Colebrook-White
dan Swamme-Jain.
Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams (Haestad, 2001 : 278) yaitu :
Faktor lain yang juga ikut menambah besarnya kehilangan tinggi tekan pada suatu
aliran adalah kehilangan tinggi tekan minor. Kehilangan tinggi tekan minor ini
disebabkan oleh adanya perubahan mendadak dari ukuran penampang pipa yang
menyebabkan turbulensi, belokan- belokan, adanya katub dan berbagai jenis
sambungan. Kehilangan tinggi tekan minor semakin besar bila terjadi perlambatan
kecepatan aliran di dalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat terjadi
pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas
pipa. Untuk jaringan pipa sederhana, kehilangan tinggi tekan minor ini tidak boleh
diabaikan
karena nilainya cukup berpengaruh. Namun untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D
>> 1000, kehilangan tinggi tekan minor ini dapat diabaikan. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :
dengan :
hLm = kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik penyempitan,
pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa. Namun, nilai k ini masih berupa
pendekatan karena sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan
maupun umur sambungan tersebut.
Elemen-elemen pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih adalah komponen-
komponen yang ada dalam suatu rangkaian sistem jaringan distribusi air bersih.
Elemen-elemen ini terdiri dari pipa dan sambungannya, katub, pompa, tandon dan
tandon dimana kesemuanya haruslah bekerja dengan baik. Jika salah satu dari
elemen tersebut tidak berfungsi, maka dampaknya adalah berkurangnya bahkan
terhentinya kinerja dan efisiensi dari sistem tersebut.
B.3.4.4.1 Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen yang
utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air dari sumber air ke
tandon, maupun dari tandon ke konsumen. Pipa tersebut memiliki bentuk
penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-
macam. Dalam pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa
bertekanan karena lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah
dibanding menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan adalah
pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem
jaringan distribusi air dibuat dari bahan-bahan seperti di bawah ini :
pipa sebesar 25 kg/cm2 dan umur pipa dapat mencapai 100 tahun. Keuntungan
dari pipa ini adalah :
- pipa cukup murah
- pipa mudah disambung
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja yang dilapisi seng. Umur pipa pendek
yaitu antara 7 – 10 tahun. Pipa berlapis seng digunakan secara luas untuk jaringan
pelayanan yang kecil di dalam sistem distribusi.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- pipa mudah disambung
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa mudah berkarat
3. Plastik (PVC)
Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan di
pasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Panjang pipa 4 m atau 6 m
dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm. Umur pipa dapat
mencapai 75 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa jenis ini punya koefisien muai besar sehingga tidak tahan panas
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 142
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
4. Baja
Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di pasaran. Pipa
baja telah digunakan dengan berbagai ukuran hingga lebih dari 6 m garis
tengahnya. Umur pipa baja yang cukup terlindungi paling sedikit 40 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- tersedia dalam berbagai ukuran panjang
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa tidak tahan karat
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
Macam dan jenis pipa yang ada di pasaran yang dapat digunakan dalam instalasi
distribusi air baku antara lain :
Pipa HDPE Tyco
Tyco merupakan salah satu produsen pipa HDPE terkemuka. Produk-
produknya antara lain Pipa PE-100 mulai dari ukuran 20mm sampai dengan 1600
mm
Pipa HDPE Wavin Black
Wavin merupakan merk terpercaya untuk produk pipa HDPE. Pipa Wavin tersedia
dalam bentuk batangan dan gulungan (koil) sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya. Material : PE-100 ( Polyethylene )
Standart Produksi SNI dan ISO Keunggulan dan Manfaat :
Ringan Dan Memiliki Daya Lentur Yang Tinggi, Sehingga Sifat Crack
Resistance Tinggi.
Memiliki Daya Tahan terhadap bahan kimia,
Gempa, serta cuaca yang ekstrem.
Tidak dapat berkarat dan bebas pemeliharaan.
Memiliki Permukaan Pipa Yang Licin Sehingga Dapat Meminimalisir Terjadinya
Abrasi
Pipa PE Di Desain Dengan Lifetime Lebih Dari 50 Tahun.
Memiliki Variasi Ukuran Mulai dari Diameter 1/2" - 24".
Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
Kuat dan tidak mudah pecah.
memilik daya Tahan yang istimewa terhadap bahan kimia ekstrem.
Sistem sambungan Rubber Ring Joint / Push Fit Joint.
Diproses dari bahan baku dengan kandungan resin PVC murni minimal
92.5%.
Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
Aplikasi Sistem seperti sistem drainase dalam bangunan, Air Buangan
dari RumahTinggal, Komersial, Industri.
Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
Ringan, Kuat dan Tidak Mudah Pecah.
Memiliki Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Ekstrem.
Mimiliki 2 jenis Sistem Sambungan: Rubber Ring Joint / Push Fit Joint Dan
Lem (MOF)
Aman Untuk Digunakan untuk Mengaliri Air Minum.
Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
Aplikasi Untuk Jaringan Pipa Air Minum Dan Air Bersih
Pipa PVC Rucika dan Fittings
Pipa Galvanis
Pipa galvanis adalah pipa yang telah dilapisi dengan lapisan seng. Zat kimia
Seng dapat memberikan penghalang terhadap korosi, sehingga pipa galvanis
tidak dapat langsung terkena unsur-unsur lingkungan luar. Hambatan pelindung
atau seng telah terbukti dapat memberikan ketahanan material pipa
galvanis dari kelembaban seperti didalam ruangan.
Pipa galvanis ini terbuat dari baja karbon rendah dengan lapisan
galvanis, yang didalamnya mengandung unsur sbb :
unsur seng (Zn) 99,7% dan biasanya di aplikasikan untuk pipa pada
penggunaan air minum.
unsur karbon sebesar 0,091% sehingga tergolong dalam baja karbon rendah.
Sehingga bisa di jelaskan bahwa pipa galvanis ini unsur utamanya adalah
seng. Jadi bisa disimpulkan bahwa sifat dari pipa galvanis ini sbb:
Ulet dan Keras
Pipa Galvanis Welded, Medium SNI, SCH 40, ISTW, Bakrie, Spindo, TM,
ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5", 6", 8", 10", 12", 14",
16", 18", 20", 24".
Pipa Galvanis Seamless (melalui proses galvanis), Sch 40/80/160 Merk China,
Japan, dan Eropa, ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5",
6", 8", 10", 12",14", 16", 18", 20", 24".
Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi dengan alat
bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1) Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan suatu
sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau berbeda, belokan
pada pipa dan penggabungan dua pipa yang berbeda jenis. Sambungan
pada pipa antara lain :
Belokan (bend)
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut
perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Besar
belokan standar adalah 11¼ o, 22½o, 45o, dan 90o. Bahan belokan itu
biasanya sama dengan pipa
Perlengkapan “T”
Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer
berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri dari
kombinasi spigot, socket dan flens
Perlengkapan “Y”
Untuk pipa sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan sudut 45o
B.3.4.4.2 Pompa
Pompa adalah komponen sistem yang mampu memberikan tambahan tekanan dalam
suatu sistem jaringan distribusi air bersih. Dengan pompa, maka tinggi tekanan yang
berkurang dapat dinaikkan kembali sehingga sistem dapat mengalirkan air ke tempat
pelayanan yang lebih tinggi dan jauh. Apabila sebelum pompa dipasang telah ada
aliran, maka pompa juga dapat digunakan untuk menambah kapasitas debit pada
sistem tersebut.
Karakteristik pompa ditunjukkan oleh debit yang dapat dihasilkan pada berbagai
jenis variasi tinggi tekan (head). Semakin tinggi head yang harus ditambahkan, maka
semakin kecil debit yang diproduksi dan demikian pula sebaliknya. Operasional
pompa dalam suatu sistem jaringan distribusi air bersih juga menggunakan pronsip
tersebut dimana harus memperhatikan tinggi tekan dan debit yang dibutuhkan
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 148
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
Pompa dapat dipasang secara paralel dan secara seri. Pada pemasangan secara
paralel, pompa dipasang sejajar pada dua pipa yang ujung-ujungnya disatukan. Debit
yang dihasilkan pada pompa paralel menjadi dua kali lipat, namun tinggi tekannya
sama dengan satu unit pompa saja. Sedangkan pada pemasangan seri, pompa yang
satu diletakkan di hilir pompa yang lain. Pada pemasangan seperti ini, debit yang
dihasilkan sama dengan satu unit pompa saja, namun tinggi tekannya menjadi dua
kali lipat.
Sebagai salah satu jenis pompa air manual, pompa air dragon ini merupakan merk
pompa air yang sangat terkenal di sekitar tahun 70-an. Terutama untuk daerah-
daerah yang belum terjangkau listrik. Sehingga merk pompa air dragon ini menjadi
ikon / image di tengah masyarakat kita waktu itu untuk mewakili istilah pompa air
manual. Bagi warga yang memiliki sumur air sendiri, pompa air ini menjadi
pilihan untuk menggantikan cara tradisional, menimba air dari sumur.
Seiring berkembangnya zaman dan aliran listrik sudah banyak masuk ke daerah-
daerah, pompa air tenaga listrik (AC 220V) menjadi pilihan untuk menggantikan
pompa air manual. Pompa air merk Sanyo menjadi istilah umum untuk mewakili
pompa air tenaga listrik. (Mungkin saat itu, era 70-an - 80-an yang banyak beredar
pompa air merk Sanyo ya). Sekarang cukup banyak merk pompa air yang beredar
dengan teknologi yang berbeda-beda. Namun teknologi yang umum dikenal
dengan Centrifugal Pumps. Yaitu pompa air yang bekerja berdasarkan daya
centrifugal yang dihasilkan oleh impeller (kipas) yang diputar oleh motor listrik.
Karena daya centrifugal ini air tersedot (dari sumur) dan terdorong keluar secara
kontinyu melalui sirip-sirip impeller
Merk untuk pompa jenis ini antara lain : Pansonic (GN-125H/125 watt, GP 129
JXV/125 watt, GA 130 JAK/125 watt), Sanyo, Shimizu (PC-150BIT/150 watt)
Pompa di atas digunakan untuk pengambilan pada sumber air kategori dangkal (5-20
m)
Secara tekhnis bentuk dan fisik hampir sama dan memiliki cara kerja yang sama untuk
semua merk pompa harus diperhatikan kondisi sumur apakah berpasir , atau
permukaan air yang dalam , dan debit air yang normal serta Tegagan listrik dan panel
listrik yang berfungsi baik. Berbagai merk Pompa air jenis ini tersedia dari yang kecil
kapasitas 1 m3/ Jam hingga 150 m3/jam . Merk Pompa Submersible antara lain :
Grundfos | Calpeda | CNP | EVAK |ROTOR
B.3.4.4.3 Tandon
Tandon merupakan komponen dari sistem jaringan distribusi air bersih yang memiliki
fungsi untuk menampung dan menyimpan air untuk digunakan pada kondisi tertentu.
Pengisian tampungan tandon dilakukan apabila kebutuhan air bersih tidak mencapai
puncak atau dibagi antara keduanya apabila kapasitas debitnya mencukupi. Sumber
air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih adalah:
- mata air
- air tanah dalam
- air permukaan danau atau waduk
- air permukaan sungai.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tandon adalah :
1. Aspek kuantitas dan kontinuitas
Kapasitas tampungan dari sebuah tandon nantinya harus mampu untuk
melayani areal pelayanan yang direncanakan dan mampu beroperasi sesuai rencana
pengembangan seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih setiap tahunnya
Dengan melihat gambar di atas, maka tinggi garis gradien hidraulik di titik B (tekanan
di B) adalah :
HB = ZA + HP – ZB + HL
dengan :
HB = tekanan di titik B
ZA = tinggi elevasi titik A garis yang ditinjau (m)
Q1 = Q2 = Q3
dengan :
hf t ot hf1 hf 2 hf 3
dengan :
Apabila dua pipa atau lebih yang letaknya sejajar dan pada ujung-ujungnya
dihubungkan oleh satu titik simpul (junction), maka pipa-pipa tersebut terpasang
dalam hubungan paralel. Pada pipa hubungan paralel, debit total merupakan
penjumlahan debit aliran di tiap pipa, sedangkan kehilangan tekanan pada tiap pipa
sama. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar dibawah ini di bawah ini :
dengan :
Sedangkan,
dengan :
Dengan :
Dalam metode jaringan tertutup ini digunakan prinsip keseimbangan tinggi tekan
(head balance) dengan menganggap bahwa aliran masuk dan keluar dari jaringan
harus diketahui menentukan aliran dalam setiap komponen pipa. Jika tekanan pada
sistem juga diperlukan, maka tinggi tekan pada satu titik dalam jaringan harus
diketahui awalnya. Gambar di bawah menunjukkan suatu sistem jaringan kecil
dimana bila semua persyaratan standar telah terpenuhi, maka kehilangan tinggi
tekan di pipa 1 dan 2 sama dengan kehilangan tinggi tekan di pipa 3 dan 4
sehingga dikatakan jaringan tersebut telah seimbang (hf = 0). Dengan
perumpamaan arah jarum jam, kehilangan tinggi tekan dikatakan positif bila searah
jarum jam dan sebaliknya.
Dalam pendistribusian air, terjadi aliran di dalam sistem jaringan distribusi air
bersih. Terdapat dua kondisi pada saat pengaliran, yakni kondisi permanen dan
kondisi tidak permanen. Penentuan jenis kondisi aliran tersebut amat bergantung
pada pola konsumsi air pada masyarakat untuk setiap jam perharinya.
Analisis kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan, dan kapasitas dari
komponen sistem jaringan tersebut pada corak permintaan tunggal. Simulasi ini
dilakukan pada saat kondisi kritis seperti pada kebutuhan harian maksimum,
kebutuhan puncak dan pengisisan tampungan tandon. Dengan demikian dapat
memberikan suatu informasi dari kondisi jaringan pada suatu waktu yang diiinginkan.
Analisis sistem jaringan distribusi air bersih merupakan suatu perencanaan yang
rumit. Penyebab utama rumitnya analisis dikarenakan banyaknya jumlah proses trial
and error yang harus dilakukan pada seluruh komponen yang ada pada sistem
jaringan distribusi air bersih jaringan tersebut. Pada saat ini program-program
komputer sudah di bidang perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih sudah
demikian berkembang dan maju sehingga kerumitan dalam perencanaan sistem
jaringan distribusi air bersih dapat diatasi dengan menggunakan program tersebut.
Proses trial and error dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan tingkat kesalahan
yang relatif kecil karena programlah yang akan menganalisisnya. Beberapa program
komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih
diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Epanet 1.1, Epanet 2.0, WRMM dan
WaterCAD.
Maksud dari pekerjaan penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah ini adalah
untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Bor Tangan
Pekerjaan bor tangan dimaksudkan untuk mengetahui secara visual macam dan sifat
tanah serta untuk mengambil contoh tanah tak terganggu yang akan dipakai
sebagai benda uji untuk penelitian sifat fisik dan sifat mekanis tanah untuk
kepentingan perencanaan pondasi ataupun tanggul. Pelaksanaan pekerjaan ini
mengacu kepada standard baku ASTM D.1452-80.
Alat yang digunakan adalah bor tangan yang diputar dengan tangan dilengkapi
dengan stang pemutar, stang bor dan mata bor tipe Auger, diameter 12-15 cm
dengan kapasitas kedalaman
pemboran sampai kira-kira 5 meter. Contoh tanah tak terganggu diambil dengan
tabung baja tipis
diameter 7 cm dan panjang 50 cm. Hasil pengamatan visual dilapangan terhadap
contoh tanah yang terambil dibuat deskripsinya dalam log bor.
Pekerjaan sumur uji dilaksanakan untuk mengetahui jenis dan kedalaman lapisan
dibawah top soil dengan lebih jelas. Pekerjaan test pit dilakukan pada saat survei
material konstruksi. Lokasi pengambilan mendapat persetujuan dari pihak direksi dan
setiap titik disertai dengan foto.
Pada saat pelaksanaan juga perlu dicatat uraian-uraian jenis, dan wama tanah
disertai photo dari samping juga dari atas. Ukuran sumur uji dibuat 1 - 1,5 m persegi
dengan maksimum kedalaman galian 3 m atau disesuaikan dengan keadaan lapisan
tanahnya.
o Telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan besar-benar keras pada sekeliling
lokasi tersebut.
o Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk diatasi.
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka perlu
sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan penyimpanan contoh-
contoh tanah ini, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Kadar air asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan.
Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah dalam diberi
pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil, terutama pada
waktu mengeluarkan contoh tanah ini.
Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan memberikan tekanan
sentris sehingga struktur tanahnya yang berbeda, atau pada kedalamankedalaman
tertentu. Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sample supaya
dihindarkan penyimpanan tabung sample pada suhu yang cukup panas.
Pengambilan contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari pembuatan sumur
uji/test pit sebanyak ± 30 kg. Pengambilan contoh tanah ini diambil sebagai berikut:
Bila lapisan 0,5 meter, maka contoh tanah tersebut diambil secara keseluruhan
dengan pengambilan vertikal.
Contoh-contoh tanah ini akan dikenakan percobaan tanah di laboratorium dengan cara
proctor. Untuk pengukuran kadar air aslinya dengan menggunakan PVC yang
selanjutya ditutup dengan parafin. Dari hasil masing-masing karung dan tabung PVC
dicatat dengan simbol dengan kedalaman dimana sample terambil.
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 160
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
a. Indek Properties :
b. Engineering Properties :
Standar Proctor
Berikut ini akan dijelaskan untuk masing-masing parameter yang akan diuji.
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar air tanah pada keadaan aslinya,
yaitu perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat
kering tanah tersebut dinyatakan dalam (%).
2) Berat Volume ( n)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan perbandingan antara berat tanah
dengan isi tanah
Untuk memperoleh jenis nilai berat ini tanah, maka tanah yang akan dilakukan
pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 161
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu botol
pichnometer dan perlengkapan. Prosedur penentuan berat jenis tanah ini dapat
mengikuti cara : ASTM-D-
854 atau AASHO-T-100.
Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar daripada 75 m
(tertahan pada ayakan No. 200) penentuan diameter butirnya dilakukan dengan
ayakan (Sieve Analysis), sedangkan pada tanah yang berbutir halus atau tanah
dengan diameter lebih kecil dari 75 m lolos melalui ayakan No. 200 akan ditentukan
dengan cara Hydrometer Analysis.
Hasil dari pengujian ini akan digamba-r dengan sumbu mendatar adalah skala
logaritma merupakan nilai diameter dalam mm daripada butiran dan sumbu tegak
adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan.
Pembagian butir tanahnya digunakan USSR dengan prosedur yang sesuai dengan
ASTM.D.422-
72.
5) Atterberg Limit
Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan proses dari contoh
tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara keadaan cair ini dapat
ditentukan dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang
mempunyai jumlah ketukan 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan
2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran percobaan ini adalah 12,7 mm.
Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.423.
Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic. Kadar air ini
ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No. 40 (4255 m)
pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3,2 m dan memperhatikan retak-
retak. Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424.
c.Shinkage Limit
Shinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana volume dari
tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut ini dapat mengikuti
ASTM.D.427.
Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geseran serta sifat-sifat
tanah akibat pembebanan. Untuk mendapatkan hasil yang cukup baik, maka setiap
sample perlu dipersiapkan 3 contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil
yang berlainan dengan disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada.
Kecepatan perubahan tinggi contoh tanah disesuaikan dengan macam percobaan dan
sifat dari jenis tanahnya. Prosedur dari percobaan triaxial ini agar disesuaikan dengan
literatur (The Measurement of Soil Properties in the Triaxial Test by Bishop & o Soil
and Their Measurement by Bowles).
7) Consolidation Test
8) Permeability Test
Pengujian ini untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah,
dengan cara memadatkan tanah dalam cetakan silinder berukuran tertentu
menggunakan alat tumbuk seberat 2,50 kg dan tinggi jatuh 30 cm.
Hasil penyelidikan dibuat grafik lengkung kompaksi antara berat isi kering tanah
terhadap kadar air serta harga Zero Air Void (ZAV). Kadar air yang sesuai dengan
berat isi kering maksimun menunjukkan kadar air optimun dikenal sebagai OMC. Hasil
pengujian berupa besaran serta volume kering maksimum dan kadar air
optimum, yang akan dipakai sebagai minimun
persyaratan pemadatan tanah yang akan dilaksanakan oleh kontraktor.
Metode evaluasi dampak adalah dengan penelitian yang terfokus perhitungan untuk
memperkirakan besarnya dan pentingnya dampak. Besarnya dampak diperkirakan
dengan menggunakan metode yang sesuai dengan metode analisa data. Besarnya
dampak dapat dihitung dengan melihat selisih keadaan parameter lingkungan yang
akan datang tanpa proyek dan dengan proyek
Evaluasi dampak yang diperkirakan akan terjadi dapat dilaksanakan secara holistik.
Pedoman mengenai ukuran dampak penting yang ditentukan oleh beberapa kriteria :
1). Menyusun daftar dampak yang mungkin akan timbul terhadap komponen
lingkungan dari suatu rencana kegiatan
2). Sesudah daftar dampak dibuat kemudian diurut dampak yang disebabkan atau
oleh sumber aktifitasnya, baru kemudian ditentukan komponen yang terkena
dampak
Analisa lingkungan dalam pekerjaan ini adalah kegiatan yang tidak menimbulkan
dampak besar dan penting dari rencana kegiatan DED Penyediaan Air Baku
2). Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan atau
terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak.
Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai/diuji
efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dijalankan.
4. Bahan dasar yang kecil pada pengambilan dan sedikit bahan layang.
Persyaratan Keamanan Bangunan
1. Keamanan hidraulik
Bangunan pengambilan dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan
aman terhadap :
Bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan
hilir;
Bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan
tebing;
Bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
Bahaya kavitasi;
Bahaya akibat perubahan perilaku sungai.
2. Keamanan Struktural
Bangunan pengambilan dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi
persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan
maupun bagian per bagian dengan rincian meliputi :
Kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
Kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.
lebih besar menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih kecil. Aliran
tersebut memiliki tiga macam energi yang bekerja di dalamnya, yaitu :
1. Energi ketinggian = h (meter), dengan :
h = ketinggian titik tersebut dari garis referensi yang ditinjau
v = kecepatan (m/det)
g = percepatan gravitasi (m2/det)
P = tekanan (kg/m2)
= berat jenis air (kg/m3)
Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total pada
sebuah penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi tekanan
dan energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut :
Menurut teori kekekalan energi dari hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada
energi yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup,
maka energi totalnya tetap konstan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada
gambar di bawah ini :
Hukum kekekalan Bernaulli pada gambar di atas dapat ditulis sebagi berikut
(Haestad, 2002 : 267) :
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 168
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
dengan
B. Hukum Kontinuitas
m 2 dan kecepatan V m/det selalu memiliki debit yang sama pada setiap
penampangnya. Hal tersebut dikenal sebagai hukum kontinuitas yang
dituliskan :
Q1 = Q2
A1.V1= A2.V2
Dengan :
Pada gambar (a), potongan 1-1 dan potongan 2-2 mempunyai luasan
penampang yang sama sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 sama
dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Pada gambar (b), potongan 1-1
memiliki luasan penampang yang lebih besar dari potongan 2-2 sehingga
kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih kecil dibandingkan dengan
kecepatan aliran di potongan 2-2. Sedangkan pada gambar (c), potongan
1-1 memiliki luasan penampang yang lebih kecil dari potongan 2-2
sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih besar dibandingkan
dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kecepatan aliran selalu berbanding terbalik dengan
luasan penampang.
Dimana :
Q1 = Q2 + Q3
Dengan :
dengan :
Re = bilangan Reynold
278) yaitu :
Faktor lain yang juga ikut menambah besarnya kehilangan tinggi tekan pada suatu
aliran adalah kehilangan tinggi tekan minor. Kehilangan tinggi tekan minor ini
disebabkan oleh adanya perubahan mendadak dari ukuran penampang pipa yang
menyebabkan turbulensi, belokan- belokan, adanya katub dan berbagai jenis
sambungan. Kehilangan tinggi tekan minor semakin besar bila terjadi perlambatan
kecepatan aliran di dalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat terjadi
pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas
pipa. Untuk jaringan pipa sederhana, kehilangan tinggi tekan minor ini tidak boleh
diabaikan
karena nilainya cukup berpengaruh. Namun untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D
>> 1000, kehilangan tinggi tekan minor ini dapat diabaikan. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :
dengan :
hLm = kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik penyempitan,
pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa. Namun, nilai k ini masih berupa
pendekatan karena sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan
maupun umur sambungan tersebut.
Elemen-elemen pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih adalah komponen-
komponen yang ada dalam suatu rangkaian sistem jaringan distribusi air bersih.
Elemen-elemen ini terdiri dari pipa dan sambungannya, katub, pompa, tandon dan
tandon dimana kesemuanya haruslah bekerja dengan baik. Jika salah satu dari
elemen tersebut tidak berfungsi, maka dampaknya adalah berkurangnya bahkan
terhentinya kinerja dan efisiensi dari sistem tersebut.
B.2.3.4.4.1 Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen yang
utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air dari sumber air ke
tandon, maupun dari tandon ke konsumen. Pipa tersebut memiliki bentuk
penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-
macam. Dalam pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa
bertekanan karena lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah
dibanding menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan adalah
pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem
jaringan distribusi air dibuat dari bahan-bahan seperti di bawah ini :
pipa sebesar 25 kg/cm2 dan umur pipa dapat mencapai 100 tahun. Keuntungan
dari pipa ini adalah :
- pipa cukup murah
- pipa mudah disambung
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja yang dilapisi seng. Umur pipa pendek
yaitu antara 7 – 10 tahun. Pipa berlapis seng digunakan secara luas untuk jaringan
pelayanan yang kecil di dalam sistem distribusi.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- pipa mudah disambung
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa mudah berkarat
3. Plastik (PVC)
Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan di
pasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Panjang pipa 4 m atau 6 m
dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm. Umur pipa dapat
mencapai 75 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa jenis ini punya koefisien muai besar sehingga tidak tahan panas
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 176
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
4. Baja
Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di pasaran. Pipa
baja telah digunakan dengan berbagai ukuran hingga lebih dari 6 m garis
tengahnya. Umur pipa baja yang cukup terlindungi paling sedikit 40 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- tersedia dalam berbagai ukuran panjang
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa tidak tahan karat
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
Macam dan jenis pipa yang ada di pasaran yang dapat digunakan dalam instalasi
distribusi air baku antara lain :
Pipa HDPE Tyco
Tyco merupakan salah satu produsen pipa HDPE terkemuka. Produk-
produknya antara lain Pipa PE-100 mulai dari ukuran 20mm sampai dengan 1600
mm
Pipa HDPE Wavin Black
Wavin merupakan merk terpercaya untuk produk pipa HDPE. Pipa Wavin tersedia
dalam bentuk batangan dan gulungan (koil) sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya. Material : PE-100 ( Polyethylene )
Standart Produksi SNI dan ISO Keunggulan dan Manfaat :
Ringan Dan Memiliki Daya Lentur Yang Tinggi, Sehingga Sifat Crack
Resistance Tinggi.
Memiliki Daya Tahan terhadap bahan kimia,
Gempa, serta cuaca yang ekstrem.
Tidak dapat berkarat dan bebas pemeliharaan.
Memiliki Permukaan Pipa Yang Licin Sehingga Dapat Meminimalisir Terjadinya
Abrasi
Pipa PE Di Desain Dengan Lifetime Lebih Dari 50 Tahun.
Memiliki Variasi Ukuran Mulai dari Diameter 1/2" - 24".
Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
Kuat dan tidak mudah pecah.
memilik daya Tahan yang istimewa terhadap bahan kimia ekstrem.
Sistem sambungan Rubber Ring Joint / Push Fit Joint.
Diproses dari bahan baku dengan kandungan resin PVC murni minimal
92.5%.
Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
Aplikasi Sistem seperti sistem drainase dalam bangunan, Air Buangan
dari RumahTinggal, Komersial, Industri.
Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
Ringan, Kuat dan Tidak Mudah Pecah.
Memiliki Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Ekstrem.
Mimiliki 2 jenis Sistem Sambungan: Rubber Ring Joint / Push Fit Joint Dan
Lem (MOF)
Aman Untuk Digunakan untuk Mengaliri Air Minum.
Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
Aplikasi Untuk Jaringan Pipa Air Minum Dan Air Bersih
Pipa PVC Rucika dan Fittings
Aplikasi Sistem seperti Saluran Air bersih, Pembuangan, Limbah, Irigasi, Pipa
ventilasi.
Pipa Galvanis
Pipa galvanis adalah pipa yang telah dilapisi dengan lapisan seng. Zat kimia
Seng dapat memberikan penghalang terhadap korosi, sehingga pipa galvanis
tidak dapat langsung terkena unsur-unsur lingkungan luar. Hambatan pelindung
atau seng telah terbukti dapat memberikan ketahanan material pipa
galvanis dari kelembaban seperti didalam ruangan.
Pipa galvanis ini terbuat dari baja karbon rendah dengan lapisan
galvanis, yang didalamnya mengandung unsur sbb :
unsur seng (Zn) 99,7% dan biasanya di aplikasikan untuk pipa pada
penggunaan air minum.
unsur karbon sebesar 0,091% sehingga tergolong dalam baja karbon rendah.
Sehingga bisa di jelaskan bahwa pipa galvanis ini unsur utamanya adalah
seng. Jadi bisa disimpulkan bahwa sifat dari pipa galvanis ini sbb:
Ulet dan Keras
Pipa Galvanis Welded, Medium SNI, SCH 40, ISTW, Bakrie, Spindo, TM,
ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5", 6", 8", 10", 12", 14",
16", 18", 20", 24".
Pipa Galvanis Seamless (melalui proses galvanis), Sch 40/80/160 Merk China,
Japan, dan Eropa, ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5",
6", 8", 10", 12",14", 16", 18", 20", 24".
Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi dengan alat
bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1) Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan suatu
sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau berbeda, belokan
pada pipa dan penggabungan dua pipa yang berbeda jenis. Sambungan
pada pipa antara lain :
Belokan (bend)
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut
perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Besar
belokan standar adalah 11¼ o, 22½o, 45o, dan 90o. Bahan belokan itu
biasanya sama dengan pipa
Perlengkapan “T”
Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer
berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri dari
kombinasi spigot, socket dan flens
Perlengkapan “Y”
Untuk pipa sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan sudut 45o
menutup dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu lebih rendah dari
nilai yang telah ditetapkan pada katup tersebut
Q = K x x a x B 2g x h1
dimana,
Q = Debit aliran (m3/det)
= Koefisien debit
bangunan pelimpah, jembatan dan lain-lain. Prinsip analisa dan desain juga
diuraikan secara singkat. Beberapa peraturan yang dipakai antara lain :
1) Muatan/beban
2) Beton
Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T - 15 -
1991- 03), DPU, LPMB dan standar lain yang berlaku di Indonesia.
b. Beban Mati
Beban mati adalah berat sendiri bangunan antara lain plat, kolom, balok,
pondasi, dinding, urugan di atas bangunan (backfill), endapan/sedimen dsb,
untuk kebutuhan desain diambil parameter sebagai berikut :
berat beton tanpa tulangan : 2.30 ton/m3
berat beton bertulang : 2.40 ton/m3
berat baja tulangan : 7.60 ton/m3
berat isi material sedimen : 1.65 ton/m3
berat isi urugan (backfill) : 1.75 ton/m3
c. Beban Hidup
Beban hidup adalah berat mesin, peralatan, barang-barang yang
tersimpan/tertumpuk, orang dan benda bergerak lain, alat pengangkat (crane)
beserta bebannya, impak pukulan dan pengereman, getaran, angin, gempa
dan beban karena pengoperasian sesuatu alat atau mesin dsb. Beban hidup ini
berlainan jenis dan besamya untuk setiap jenis bangunan dan juga sangat
tergantung pada kondisi pembebanannya.
d. Beban Angin
Beban angin yang bekerja pada setiap bangunan mempunyai berbagai arah
dan dianggap sebagai muatan terbagi rata pada bidang vertikal. Beban ini
diabaikan pada perhitungan stabilitas beberapa bangunan, antara lain tembok
penahan, bendung dsb.
1) Definisi :
dimana,
τ = berat isi (t/m3)
h = tinggi tanah di atas sesuatu bidang horizontal (m)
Bilamana tanah tidak mengalami deformasi ke arah lateral, maka tekanan
pada bidang vertikal merupakan komponen dari tekanan vertikal dan
Bering disebut sebagai the at rest earth pressure (po),
po = ko τ h
dimana,
Pa = ka τ h
dimana,
pp = kp τ h
dimana,
Material untuk backfill lebih disukai tanah yang berkohesi rendah atau
non kohesif sama sekali, sehingga koefisien tekanan tanah aktif kecil
sedangkan yang pasif besar.
Tekanan tanah lateral untuk tanah non kohesif adalah sebagai berikut: Pa
= 1/2 ka*τ h2
Pp = 1/2 kp*τ h2
Pada tanah yang kohesif, maka tekanan tanah lateral akan direduksi
oleh kohesinya (c)
menjadi:
setempat.
g. Tekanan Air
1) Tekanan hidrostatik
dimana,
H = beda tinggi tekanan antara muka air hulu dan hilir (m)
Pada bangunan beton yang tergenang air, tekanan air pori mungkin dapat
berkembang. Tekanan yang paling berbahaya adalah yang terjadi
pada retakan dan sambungan konstruksi.
Bilamana retakan terjadi maka suatu injeksi dengan bahan epoksi akan
diadakan untuk menutupnya, sehingga tekanan air pori dapat diabaikan
dalam desain. Pada sambungan konstruksi, tekanan air pori
diperhitungkan sebesar tekanan hidrostatik untuk mengontrol penampang
beton bagian tarik.
h. Beban Gempa
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 189
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS
1) Gaya inertia
Fh = Kh*W
dimana :
Untuk desain diambil koefisien gempa dengan periode ulang 100 tahun
yang besarnya 0,10.
Tekanan aktif total dari tanah di belakang tembok sewaktu terjadi gempa
dihitung dengan rumus Mononobe - Coulomb sebagai berikut :
Pe = 1/2 Ke * τ h2
dimana,
Ke
dimana,
α = kemiringan bidang belakang tembok terhadap vertikal
ф = sudut geser dalam tanah di belakang tembok
β = kemiringan muka tanah di belakang tembok terhadap horizontal
Pd = kh * τw *A ( I - h /H ) a/h dimana :
i. Kondisi Pembebanan
Kondisi pembebanan yang diperhitungkan dalam desain adalah normal dan
gempa. Kondisi normal adalah kondisi beban pada waktu pembangunan, muka
air normal dan muka air tinggi. Beban gempa diterapkan juga pada kondisi
tersebut diatas, kecuali pada kondisi muka air tinggi.
j. Kekuatan Beton
Kualitas beton bertulang atau tidak bertulang yang diperlukan untuk berbagai
bangunan beton sekurang-kurangnya harus termasuk kelas K 125, K 175, K
225. Sedangkan baja tulangannya pada umumnya dipakai kelas U 22 dan
untuk bangunan tertentu (bangunan pengambilan, kolam peredam energi)
harus dipakai kelas U 24 dan U 32. Jenis beton non struktural (Bo),
dipergunakan sebagai bahan pengisi yang dianggap tidak memikul beban
yang berarti. Arti simbul di atas adalah :
σb‟ = tegangan lentur diijinkan, tanpa atau dengan gaya normal tekan
σb = tegangan geser diijinkan, oleh lentur atau puntir tanpa tulangan geser
σbm = tegangan geser diijinkan, oleh lentur atau puntir dengan tulangan
Tebal selimut beton harus cukup untuk dapat melindungi baja terhadap
bahaya karatan yang permanen. Beton di bagian selimut ini harus cukup padat
dan rapat. Tebal minimum selimut beton diambil sebagai berikut :
Stabilitas Bangunan
Kelayakan teknis dari suatu struktur bangunan air dinilai dari tingkat keamanan
dan stabilitasnya yang lebih besar dari yang diijinkan. Stabilitas bangunan air
berhubungan dengan dimensi bangunan dan gaya-gaya yang bekerja padanya. Selain
itu tergantung juga dengan kondisi dan kekuatan pondasi yang menahan beban
sendiri tubuh bangunan. Suatu struktur bangunan air dapat dikatakan layak secara
teknis jika bangunan tersebut mampu menahan pengaruh gaya-gaya yang bekerja
padanya, baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa mengalami kerusakan
dan menggangu fungsi utamanya pada kondisi normal ataupun ekstrem (banjir,
gempa).
di mana:
c = kohesi tanah
B = lebar pondasi
Penentuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk desain didasari atas
besarnya angka keamanan (DD) yang nilainya sekitar 3 (DD ijin = 3). Besarnya daya
dukung tanah untuk suatu
struktur yang ada di atasnya dapat diperoleh menurut persamaan berikut :
di mana:
Analisa kemampuan tanah untuk menahan gaya geser yang terjadi sebagai berikut :
di mana :
Analisa stabilitas guling dilakukan untuk melihat kemampuan struktur dalam menahan
beban- beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengecekan stabilitas guling
dilakukan dengan mengecek angka keamanan struktur yang diberikan oleh persamaan
berikut ini :
di mana :
Dari hasil perhitungan dan analisa stabilitas diperoleh rangkuman gaya dan momen yang
bekerja adalah sebagai berikut :
Volume Pekerjaan
Daftar volume pekejaan dirinci untuk seluruh usulan pekerjan. Kemudin dilihat daftar
rekapitulasi pada masing-masing perincian tersebut, antara lain : volume galian dan
timbunan, volume pasangan batu dan beton dan sebagainya.
• Bahan (Harga satuan bahan dasar & Harga satuan bahan olahan)
• Biaya umum dan keuntungan (Overhead, profit) Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan :
• Bahan menyangkut :
- Kuantitas
• Peralatan menyangkut :
- Volume pekerjaan
- Perkiraan (Estimasi) Biaya Proyek (EE dan CE). Dokumen Tender dan Spesifikasi
Dokumen Tender dibuat sebagai persyaratan untuk pengadaan pekerjaan Fisik dan
Spesifikasi Teknis pekerjaan dibuat sebagai pegangan dalam pelaksanaan harian
konstruksi, untuk menjamin mutu konstruksi yang dikerjakan.
Kegiatan sangat penting dan akan dilaksanakan oleh Konsultan dengan maksud untuk
memperoleh persamaan persepsi terhadap maksud dan tujuan pekerjaan
sebagaimana tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Disamping itu melalui diskusi
ini diharapkan ada masukan dan saran untuk langkah-langkah yang akan dilakukan
sehingga tercipta sinergi yang saling mendukung antara Konsultan dengan Pemberi
Kerja, dengan demikian akan diperoleh hasil pekerjaan yang optimal. Diskusi yang
nantinya akan dilakukan di dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
1. Diskusi RMK
2. Diskusi Konsep Laporan Pendahuluan
3. Diskusi Konsep Laporan Antara / Interim
4. Diskusi Konsep Laporan Akhir
a) Laporan Pendahuluan
- Permasalahan/kendala di lapangan.
c) Laporan Antara/Interim
d) Laporan Akhir
Laporan akhir berisikan seluruh pelaksanaan kegiatan pekerjaan ini dan menampilkan
solusi pemecahannya.
Bobot BULAN KE :
No URAIAN Keterangan
(%) PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA
4 Survei hidrologi
11 Analisis hidraulik
D PENYUSUNAN DESAIN
24 Pembuatan Laporan
0%
Rencana ( % ) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rencana Komulatif ( % ) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
B.4 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
Pekerjaan : SID PENYEDIAAN AIR BAKU KOLONG BABI DI KABUPATEN BANGKA BARAT
Perusahaan : CV. RIMBA MANDIRI CONSULTAN
TENAGA AHLI
NO NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LINGKUP KEALIAN POSISI YANG DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN JUMLAH ORANG BULAN
ASING/LOKAL
- Mengatur semua personil yang terlibat dalam
pekerjaan pengambilan data lapangan
- Menyusun rencana kerja dan pembagian tugas
kerja.
- Menganalisa kondisi eksisting,data-data pendukung
baik data primer maupun sekunder terhadap aspek
kependudukan, ekonomi, karakteristik kawasan, dan
sebagainya
- Memeriksa penggambaran
LAMANYA BULAN
NO. NAMA KEAHLIAN / TUGAS KETERANGAN
KERJA PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA
A TENAGA AHLI
1 CAHYONO NUGROHO, ST TEAM LEADER 5.00 OB
: Rencana
2 Ir. MOHAMMAD SUGENG, MT AHLI DESAIN ENGINEERING 3.00 OB
3 DELANI TOMHASA, ST AHLI HIDROLOGI 2.00 OB
4 ERWIN BURHANUDIN, ST AHLI GEODESI 2.00 OB
5 CHANDRA APRIADI SIREGAR, MT AHLI GEOTEKNIK 2.00 OB
6 HUDI PRAYITNO, ST AHLI TEKNIK AIR MINUM DAN PERPIPAAN 3.00 OB
B ASSITEN TENAGA AHLI
1 ZAINAL WAHYU, ST ASSISTEN AHLI DESAIN ENGINEERING 3.00 OB
2 HUSNA HUJAIPAH, ST ASSISTEN AHLI HIDROLOGI 2.00
3 AEP ALI SUDARMAN, ST ASSISTEN AHLLI GEODESI 2.00
4 ZAFRI MALIK ASSITEN AH;I GEOTEKNIK 2.00
5 MUHAMMAD ARDIANSYAH, ST ASSISTEN AHLI TEKNIK AIR MIUNUM DAN PERPIPAAN 3.00 OB
C TENAGA PENDUKUNG
1a ADE YUNIARTO PUTRA OPERATOR KOMPUTER 2.00 OB
1b NENENG TRIYANTI OPERATOR KOMPUTER 2.00 OB
2a ILHAM NURAHCMAN SURVEYOR 6.00 OB
2b RUDIYANTO PRATAMA SURVEYOR 6.00 OB
3a HERU MUNAWAR CAD OPERATOR 6.00 OB
3b NO NAME Tenaga Lokal Topografi 6.00 OB
4a NO NAME Tenaga Lokal Topografi 2.00 OB
4b NO NAME Tenaga Lokal Topografi 2.00 OB
4c NO NAME Tenaga Lokal Topografi 2.00 OB