Anda di halaman 1dari 205

CV.

RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN


TEKNIS

B. PENDEKATAN TEKNIS DAN


METODOLOGI
B.1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
B.1.1 Latar Belakang
Kebutuhan air baku yang memenuhi syarat baik dari segi kualitas maupun kuantitas
merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat Kota Muntok dan sekitarnya, oleh
karena itu optimalisasi pelayanan air baku harus selalu diupayakan untuk dicapai
seiring dengan laju perkembangan jumlah penduduk dan tingkat sosial ekonomi
masyarakat yang dilayani. Pembangunan infrastruktur di bidang air baku perlu
dilakukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Terdapat beberapa sumber air yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku,
seperti air hujan, air permukaan, danau/embung/kolong, sungai, mata air, dan air
tanah bawah permukaan. Masyarakat di Kabupaten Bangka Barat pada umumnya
memanfaatkan kolong sebagai sumber air baku. Kolong merupakan cekungan tanah
bekas galian tambang timah dan menjadi tampungan air hujan maupun limpasan air
permukaan. Oleh masyarakat setempat, kolong-kolong tersebut (terutama yang sudah
puluhan tahun tidak terdapat aktifitas penambangan) lazimnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air baku guna mencukupi keperluan air setiap harinya.

B.1.2 Maksud dan Tujuan


Dari uraian maksud serta tujuan pekerjaan yang dijelaskan di dalam KAK sudah
memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi Kolong Babi
agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Tujuan dari kegiatan ini adalah menyiapkan
detail desain Kolong Babi dalam rangka peningkatan/pengembangan kebutuhan air
baku kota Muntok dan sekitarnya.

B.1.3 Sasaran
Dari uraian sasaran pekerjaan yang dijelaskan di dalam KAK sudah memberi gambaran
jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu

1. Menyediakan sumber air baku untuk kebutuhan masyarakat Kecamatan


Muntok dan sekitarnya

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-1


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

2. Menjaga keberadaan kualitas dan kuantitas sumber air baku


3. Meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat..

B.1.4 D.4 Lokasi Kegiatan


Lokasi pekerjaan yang dijelaskan di dalam KAK sudah jelas bagi kami dalam
melaksanakan pekerjaan ini yaitu Kolong Babi, Desa Menjelang, Kecamatan Muntok.

Gambar. Lokasi Kegiatan

B.1.5 Sumber Pendanaan


Dari uraian terkait sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan ini seperti dijelaskan
dalam KAK, sudah memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya ± Rp
390.000.000,- (Tiga Ratus Sembilan Puluh Juta Rupiah) termasuk PPN, dibiayai DIPA
APBNP SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Sumatera VIII Provinsi Bangka
Belitung, tahun anggaran 2015.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-2


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.1.6 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Nama dan organisasi untuk pelaksanaan kegiatan ini seperti dijelaskan dalam KAK sudah
memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan yaitu Pejabat Pembuat Komitmen Penyediaan Air Baku Bangka Belitung, SNVT
Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Sumatera VIII Provinsi Bangka Belitung, Balai
Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII.

B.1.7 Standar Teknis


Dari uraian Standar Teknis untuk pelaksanaan kegiatan ini seperti dijelaskan dalam KAK,
sudah memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Dalam pelaksanaanya, nantinya penyedia jasa akan mengacu
dan menggunakan standar yang telah ditentukan agar didapat hasil yang maksimal
sesuai maksud tujuan pekerjaan.

B.1.8 Referensi Hukum


Dari uraian Referensi Hukum dalam pelaksanaan kegiatan ini seperti dijelaskan dalam
KAK, sudah memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Dalam pelaksanaanya, nantinya penyedia jasa akan mengacu
dan menggunakan referensi hukum yang telah ditentukan agar didapat hasil yang
maksimal sesuai maksud tujuan pekerjaan.

B.1.9 Lingkup Pekerjaan


Dari uraian lingkup pekerjaan seperti dijelaskan dalam KAK, sudah memberi gambaran
jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan. Lingkup
pekerjaan tersebut meliputi :

1. Persiapan
2. Kegiatan Survey
3. Kegiatan Analisa
4. Laporan dan Persentasi

B.1.10 Keluaran
Uraian keluaran yang dijelaskan dalam KAK sudah jelas bagi kami untuk melaksanakan
pekerjaan ini sesuai dengan standar dan lingkup pekerjaan yang ada yaitu tersedianya
laporan SID PENYEDIAAN AIR BAKU KOLONG BABI DI KABUPATEN BANGKA BARAT.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-3


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.1.11 Peralatan Material, Personil dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat


Komitmen
Dari uraian fasilitas yang disediakan oleh PPK seperti dijelaskan dalam KAK sudah
memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Untuk selanjutnya kami akan memanfaatkan dan memelihara fasilitas
yang telah disediakan tersebut sebagaimana mestinya.

B.1.12 Material dan Peralatan dari Penyedia Jasa Konsultansi


Dari uraian fasilitas yang disediakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi seperti dijelaskan
dalam KAK sudah memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Untuk selanjutnya kami akan menyiapkan dan
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
maksimal.

B.1.13 Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Jangka waktu pelaksanaan yang dibutuhkan melaksanakan kegiatan ini adalah 180
(seratus delapan puluh) hari kalender. Hal ini sudah memberi gambaran jelas bagi kami
untuk menyelesaikan pekerjaan ini tepat waktu dan sesuai standar yang ditentukan.

B.1.14 Personil
Dari uraian personil yang di jelaskan dalam KAK sudah memberi gambaran jelas
sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan personil dalam pekerjaan ini.
Personil yang disebutkan dalam KAK meliputi :

1. Tenaga Ahli (Profesional Staff) :


i. Ketua Tim (Team Leader)
ii. Ahli Hidrologi
iii. Ahli Geodesi
iv. Ahli Geoteknik
v. Ahli Struktur Bangunan Air
vi. Ahli Teknik Air Minum/Perpipaan

2. Tenaga Sub Profesional :


i. Asisten Ahli Hidrologi i
ii. Asisten Ahli Geodesi
iii. Asisten Ahli Geoteknik
iv. Asisten Ahli Struktur Bangunan Air

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-4


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

v. Asisten Ahli Teknik Air Minum/Perpipaan

3. Tenaga Teknis
i. Surveyor
ii. Juru Gambar
iii. Tenaga Administrasi
iv. Operator Komputer

4. Tenaga Lokal
Dari daftar personil yang diuraikan di atas, kami akan menyediakannya sesuai
dengan syarat- syarat yang ada di dalamnya, sehingga di dapat hasil yang
maksimal dalam pelaksanaan pekerjaan.

B.1.15 Pelaporan
Dari daftar laporan yang harus dibuat seperti yang di jelaskan dalam KAKsudah memberi
gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
laporan terkait pekerjaan. Laporan tersebut meliputi :

1. RENCANA MUTU KONTRAK


2. LAPORAN PENDAHULUAN
3. LAPORAN BULANAN
4. LAPORAN ANTARA/INTERIM
5. LAPORAN AKHIR
6. LAPORAN EXECUTIVE SUMMARY
7. LAPORAN NOTA PERHITUNGAN DESAIN
8. ALBUM GAMBAR dan DESAIN
9. LAPORAN VOLUME PEKERJAAN & RAB
10. LAPORAN SPESIFIKASI TEKNIK
11. SOFT COPY LAPORAN DAN DATA PENDUKUNG
Penyedia jasa akan menyusun laporan dan gambar desain seperti yang diuraikan dalam
KAK sebagai hasil dan tanggung jawab dari pelaksanaan pekerjaan.

B.1.16 Diskusi
Dari uraian diskusi yang harus dilakukan seperti dijelaskan dalam KAK sudah
memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
diskusi yang akan dilakukan nantinya.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-5


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.1.17 Produksi Dalam Negeri


Uraian hal mengenai produksi dalam negeri seperti dijelaskan dalam KAK sudah
memberi gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan, yaitu semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan
di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam
KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

B.1.18 Pedoman Pengumpulan Data Lapangan


Dari uraian pedoman pengumpulan seperti dijelaskan dalam KAK sudah memberi
gambaran jelas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
pengumpulan data lapangan (data primer maupun data sekunder).

B.1.19 Persyaratan Kerja Sama


Dalam hal ini penyedia jasa tidak melakukan kerjasama dengan penyedia jasa lain.

B.1.20 Alih Pengetahuan

Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan


dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil satuan kerja
Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program.

B.2. URAIAN PENDEKATAN TEKNIS, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA


B.2.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan air baku yang memenuhi syarat baik dari segi kualitas maupun kuantitas
merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat Kota Muntok dan sekitarnya, oleh karena
itu optimalisasi pelayanan air baku harus selalu diupayakan untuk dicapai seiring
dengan laju perkembangan jumlah penduduk dan tingkat sosial ekonomi masyarakat
yang dilayani. Pembangunan infrastruktur di bidang air baku perlu dilakukan dalam
upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Terdapat beberapa sumber air yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku,
seperti air hujan, air permukaan, danau/embung/kolong, sungai, mata air, dan air tanah
bawah permukaan. Masyarakat di Kabupaten Bangka Barat pada umumnya
memanfaatkan kolong sebagai sumber air baku. Kolong merupakan cekungan tanah
bekas galian tambang timah dan menjadi tampungan air hujan maupun limpasan air
permukaan. Oleh masyarakat setempat, kolong-kolong tersebut (terutama yang sudah
puluhan tahun tidak terdapat aktifitas penambangan) lazimnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air baku guna mencukupi keperluan air setiap harinya.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-6


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Salah satu kolong di Kecamatan Muntok yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai
sumber air baku adalah Kolong Babi . Kolong ini terletak di Desa Menjelang, Kecamatan
Muntok. Untuk mengetahui potensi Kolong Babi tersebut sebagai sumber air baku agar
dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan studi lebih lanjut terkait
pengembangan penyediaan air baku di Kolong Babi tersebut.

LOKASI KEGIATAN
KECAMATAN MUNTOK-
BANGKA BARAT

B.2.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan ini adalah :
 Untuk mengetahui potensi Kolong Babi agar dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
 Menyiapkan detail desain Kolong Babi dalam rangka
peningkatan/pengembangan kebutuhan air baku kota Muntok dan sekitarnya.

B.2.3. SASARAN
Sasaran kegiatan ini :
1. Menyediakan sumber air baku untuk kebutuhan masyarakat Kecamatan
Muntok dan sekitarnya
2. Menjaga keberadaan kualitas dan kuantitas sumber air baku
3. Meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-7


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.4. LINGKUP KEGIATAN


Lingkup kegiatan ini adalah :
1. Kegiatan Persiapan
Mobilisasi Personil dan Alat
Pengumpulan Data Sekunder, seperti data Hidroklimatologi
2. Kegiatan Survey
Pengukuran Topografi kolong dan trase pipa transmisi dari kolong ke WTP
PDAM Sejiran Setason
Pengukuran Batimetri
Survey Soil Investigasi, melakukan pengeboran untuk mengambil sampel
tanah di 4 titik.
Pengambilan sampel air untuk selanjutnya diuji di laboratorium guna
mengetahui kualitas air yang ada di kolong atau sumber air tersebut.
Kegiatan Analisa
Analisa hidrologi guna mengetahui potensi dan kuantitas air yang ada di
kolong tersebut, termasuk perhitungan neraca air, debit andalan,
keberlangsungan terjaganya catchment area, pengaruh banjir terhadap
kualitas air, serta kelayakan air baku sebagai air minum berdasarkan uji
kualitas air dan analisa upaya treatment yang diperlukan.
Perhitungan kebutuhan air baku dengan memperhitungkan pertambahan
penduduk sampai tahun 2030 dan membuat skenario pemenuhannya.
Analisa geologi, membuat analisa dan simpulan umum tentang kondisi
geologi sekitar kolong, bangunan intake, dan fasilitas pengolahan.
Analisa ekonomi, diantaranya nilai investasi, analisa kelayakan
pembangunan secara ekonomi, ketersediaan lahan dan akses ke lokasi,
dampak terhadap lingkungan, rencana harga jual air, biaya operasional
dan mekanisme operasional.
Desain, diantaranya lokasi bangunan pengambilan, type bangunan
pengambilan, desain pipa transmisi termasuk analisa penentuan jenis pipa,
diameter pipa, serta pemodelan jaringan pipa transmisi, desain perlintasan
dan jembatan pipa serta interkoneksi pada WTP.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-8


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

3. Laporan dan Presentasi


Laporan Pendahuluan
Laporan Antara/Interim
Laporan Akhir
Presentasi dilakukan saat Draft Laporan Pendahuluan, Laporan
Antara/Interim dan Laporan Akhir.

B.2.5. GAMBARAN LOKASI PEKERJAAN


B.2.5.1. GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN
Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu kabupaten pemekaran di
ProvinsiKepulauan Bangka Belitung dengan ibukota yaitu Muntok. Kabupaten ini
terbentuk berdasarkan Undang-undang No.5 Tahun 2003 Tanggal 24Mei 2003.
Secara astronomis, Bangka Baratterletak pada posisi antara 105o02‟15” – 106o28‟45”
Bujur Timur dan 01o9‟34” – 02o17‟50” Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten
Bangka Barat yaitu :
 Sebelah Utara: berbatasan dengan Laut Natuna Sebelah Timur: berbatasan
denganKabupaten Bangka Sebelah Selatan: berbatasan dengan Selat Bangka
Sebelah Barat: berbatasan dengan Selat Bangka
 Kabupaten Bangka Barat memiliki luas2.825,61 km2. Dari luas tersebut,
KabupatenBangka Barat dibagi menjadi lima kecamatan,yaitu :
1. Kecamatan Muntok,
2. Kecamatan Simpang Teritip,
3. Kecamatan Jebus,
4. Kecamatan Kelapa,dan
5. Kecamatan Tempilang
6. Kecamatan Parit Tiga
Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan Jebus dengan persentase
mencapai 25,84%. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi dan letak geografi dari
Kabupaten Bangka Barat dapat melihat gambar di bawah ini.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B-9


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Peta Kabupaten Bangka Barat


(Sumber : Kabupaten Bangka Barat dalam angka Tahun 2014)

Sejak menjadi kabupaten baru di provinsi Kep. Bangka Belitung, belum terjadi
pemekaran kecamatan di Kabupaten Bangka Barat. Kabupaten ini memiliki 6 kecamatan
sampai periode 2009. Namun, pada periode 2007 - 2009 terjadi pemekaran pada
tingkat desa, yaitu pada Tahun 2009 terjadi penambahan 7 desa. Untuk lebih jelasnya
mengenai jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Bangka Barat dapat melihat tabel
di bawah ini

Banyaknya kecamatan dan desa/kelurahan


di Kabupaten Bangka Barat

Sumber : Kabupaten Bangka Barat dalam angka Tahun 2014

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 10


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.5.2. IKLIM
Bangka Barat beriklim tropis tipe A.Tekanan udara rata-rata di Bangka Barat adalah
1009,6 mb. Suhu udara di kabupaten ini berkisarantara 24,700 C sampai 31,230 C
dengan tingkatrata-rata 27,300C. Kelembaban udara rata-rata77% dengan curah hujan
tertinggi 155,43 mm.

Tabel Kondisi Iklim di Kabupaten Bangka Barat

WEATHER DATA
NTH
T TM Tm TM Tm R D-1 D-
JANUARY 27.5 31.0 24.1 45.7 22.4 156.8 14 0.1
19
FEBRUARY 27.2 30.3 24.1 32.4 22.6 306.3 14 15
MARCH 27.0 31.3 22.8 32.5 0.0 260.0 16 18
APRIL 27.9 31.4 24.4 32.7 22.3 189.8 17 20
MAY 27.9 31.3 24.5 32.2 23.2 260.3 19 20
JUNE 28.3 32.0 24.6 33.4 22.4 105.6 9 13
JULY 27.0 30.5 23.5 32.0 22.2 250.5 14 19
AUGUST 27.5 30.9 24.1 32.4 21.8 84.7 11 13
SEPTEMBER 27.6 31.2 24.0 32.6 21.4 236.3 13 15
OCTOBER 28.7 33.5 23.9 90.8 22.2 199.5 14 15
NOVEMBER 27.3 31.0 23.6 32.4 21.9 335.5 18 21
DECEMBER 26.5 30.0 23.1 32.8 3.0 354.1 21 24
YEAR 27.5 31.2 23.9 90.8 0.0 2739.4 180 212
Sumber : Synop, 2014 Pangkal Pinang

B.2.5.3. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2013, jumlah penduduk sebesar
188.271 jiwa. Pertumbuhan penduduk relatif meningkat 2,19% dari tahun 2012.
Dengan luas wilayah Kabupaten Bangka Barat sebesar 2.825,61 km2, pada tahun 2013,
setiap km perseginya ditempati 65 orang penduduk. Kecamatan yang paling terpadat
adalah kecamatan Muntok. Secara umum, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan pendudukperempuan. Hal ini terlihat pada sex ratio yang nilainya di atas
108 yang artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 108 penduduk laki-
laki pada tahun 2012. Untuk jelasnya mengenai kependudukan di Kabupaten Bangka
Barat dapat melihat tabel di bawah ini

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 11


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Piramida Kependudukan di Kabupaten Bangka Barat


(Sumber : Kabupaten Bangka Barat dalam angka Tahun 2014)

B.2.6. PENDEKATAN TEKNIS & METODOLOGI


B.2.6.1.PEDOMAN TEKNIS
Standar Perencanaan Irigasi Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986 :
- Type bangunan irigasi (BI-01)
Standar bangunan irigasi (BI-02)
- KP – 02 Kriteria Perencanaan – Bagian Bangunan Utama.
- KP – 03 Kriteria Perencanaan – Bagian Saluran
- KP – 04 Kriteria Perencanaan – Bagian Bangunan.
- KP – 06 Kriteria Perencanaan - Bagian Parameter Bangunan.
- KP – 07 Kriteria Perencanaan – Bagian Standar Penggambaran
- PT – 02 Persyaratan Teknis – Bagian Pengukuran
Pedoman Pengembangan Air Baku, Direktorat Bina Teknik, Ditjen Sumber Daya Air,
tahun 2003.
Pedoman Penelitian Potensi Air Baku, Direktorat Bina Teknik, Ditjen Sumber Daya
Air, tahun 2003.
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 12


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Sebagai tindak lanjut pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, telah berlaku


PeraturanPemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM)

B.2.6.2. IDENTIFIKASI POTENSI AIR BAKU


Untuk mengidentifikasi ketersediaan air baku di suatu wilayah bagi kebutuhan air bersih
diperlukan studi hidrologi dan studi hidrogeologi. Studi tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai :
a. Jarak dan beda tinggi sumber-sumber air
b. Debit optimum sumber
c. Kualitas air dan pemakaian air saat ini
Pada umumnya terdapat sejumlah alternatif sumber yang berbeda. Alternatif sumber
terpilih harus dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan kehandalan sumber.
Analisis pemilihan alternatif sumber dilakukan terhadap sumber-sumber yang telah
diidentifikasikan menurut jenis sumber air :
a. mata air
b. sungai
c. danau
d. air tanah

Dalam melakukan analisis pemilihan sumber sejumlah faktor perlu


dipertimbangkan seperti :
a. Air sungai umumnya memerlukan pengolahan untuk menghasilkan air bersih
sehingga sumber air sungai baru dapat diperbandingkan dengan mata air
hanya apabila lokasi penyadapan (intake) terletak dekat dengan daerah pelayanan.
b. Danau atau rawa, pengisiannya umumnya berasal dari satu atau beberapa sungai.
Alternatif sumber danau dapat diperbandingkan dengan air permukaan
(sungai) apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran sungai-sungai yang
bermuara kedalamannya sehingga waktu tempuh yang lama dari aliran sungai
ke danau menghasilkan suatu proses penjernihan alami atau self purification.
c. Mata air sering dijumpai mengandung CO2 agresif yang tinggi, walaupun tidak
banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup berpengaruh pada bahan
pipa (korosi). Proses untuk menghilangkan harus dilakukan sedekat mungkin ke
lokasi sumber air.
d. Dalam hal air permukaan (sungai) telah terkontaminasi berat, pemilihan alternatif
sumber air tanah dapat diajukan mengingat kualitas tanah secara bakteriologis
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 13
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

lebih aman daripada air permukaan.


e. Pertimbangan lain yang berkaitan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah
mengenai peruntukkan sumber.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengkaji potensi air baku :


1. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dimaksudkan untuk mengenal lebih dekat kondisi medan
sebelum memulai kegiatan-kegiatan penelitian dan pengukuran. Dari hasil orientasi
lapangan akan diketahui keberadaan sumber-sumber air permukaan, mataair,
maupun air tanah yang ada. Kemudian ditentukan titik-titik dan tempat untuk
dilakukan pengukuran. Orientasi lapangan dan pengukuran menggunakan alat GPS
(Global Positioning System) dan theodolit.

2. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dimaksudkan untuk mengetahui jauh dekatnya potensi sumber
air baku terhadap pemukiman. Pengukuran jarak dilakukan dengan
menggunakan pita ukur dari sumber air baku dengan fasilitas umum.

3. Pengukuran Ketinggian
Pengukuran ketinggian dimaksudkan untuk mengetahui ketinggian letak sumber air
baku dari permukaan laut. Pengukuran ketinggian dilakukan dengan menggunakan
alat total station atau theodolit.

B.2.6.2.1. HIDROLOGI

Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan
penyebaran air di atmosfir dan di permukaan bumi serta di bawah permukaan bumi.

Untuk menentukan potensi/daya air baku tidak semua variabel hidrologis akan
dianalisis. Pengukuran data-data hidrologis untuk air permukaan meliputi kegiatan
pengukuran dan pengolahan data aliran air permukaan seperti unsur tinggi muka air,
debit, kecepatan, karekteristik air permukaan dan lain-lain. Selain air permukaan, air
baku juga dapat berasal dari air tanah dan mata air.

Maksud studi hidrologi adalah untuk menilai kehandalan sumber-sumber air di suatu
wilayah ditinjau dari siklus hidrologi : curah hujan, evaporasi, run off, infiltrasi dan
perkolasi.

Tahapan studi ini mengikuti langkah-langkah :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 14


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

1. Pengumpulan data hidrologi di daerah studi dan juga di daerah yang diperkirakan
merupakan daerah peresapan atau catchment area. Data tersebut merupakan data
sekunder, meliputi : curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, temperatur,
penguapan dan penyinaran matahari.
2. Review catatan data yang terkumpul meliputi pengecekan data yang tercatat
padainstansi yang berbeda dengan cara korelasi silang.
3. Menghitung rata-rata curah hujan dan hujan terendah bulanan dan harian.
4. Menghitung evaporasi potensial dengan metode Penman.
5. Analisa dan perhitungan debit optimal sumber.
Metoda yang digunakan untuk pengukuran data-data hidrologi sebagai berikut:

1. Pengukuran Debit Aliran

Untuk mendapatkan gambaran aliran air permukaan yang terjadi dilakukan


pengukuran debit fluktuasi muka air yang terjadi pada daerah aliran air yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap tata air di lokasi penelitian.

Pengukuran debit aliran dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:


a) Dengan sekat trapesiodal atau sekat Cipoletti
Debit dihitung dengan menggunakan persamaan : Q = 0,0186 b h3/2
Dimana :
Q = debit (l/det)
b = lebar dasar sekat Cipoletti (cm)
h = tinggi muka air (cm)

b) Dengan sekat V-notch atau sekat Thompson


Debit dihitung dengan menggunakan persamaan :
Q = 0,0134 h5/2
Dimana :
Q = debit (l/det)
h = tinggi muka air (cm)

c) Dengan menggunakan ember/wadah yang volumenya diketahui.


Debit dihitung dengan menggunakan persamaan :

Dimana :
Q = debit (l/det)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 15


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

V = volume ember/wadah yang telah diketahui (liter)


t = waktu saat stopwacth dihidupkan dan dimatikan (detik)

d) Dengan menggunakan metode benda apung


Alat yang dibutuhkan untuk menggunakan metode ini adalah :
- Pita ukur
- Stop wacth
- Benda apung (daun, bola pimpong, dll)
Jika benda apung tersebut menempuh jarak L dalam waktu t detik maka
kecepatan rata-rata dapat dihitung sebagai berikut:

Dimana :
V : kecepatan rata-tata (m/det)
L : jarak 2 titik yang dilalui (m)
t : waktu yang dibutuhkan untuk melewati L (detik)
k : faktor koraksi jenis pelampung.
k = 0,85 untuk pelampung permukaan
k = 0,85 – 1,00 untuk pelampung ranting.
Selain dengan benda apung, pengukuran kecepatan dapat dilakukan
dengan menggunakan current meter. Setelah diperoleh hasil pengukuran
kecepatan aliran dan penampang melintang sungai maka perhitungan
debit dilakukan dengan metode penampang di tengah (Mean section
method) yaitu lebar 1 (satu) sub section ditentukan oleh 2 pengukuran
vertikal yang bersebelahan (Wi dan Wi+1).

Gambar Penampang Melintang Sungai


2. Pengukuran Kecepatan Aliran

Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan menggunakan Current Meter

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 16


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

dengan metode perhitungan kecepatan arus serta penampang sungai.


Kecepatan arus ditentukan dengan metode jaring-jaring yaitu mengamati
kecepatan dari segmen- segmen dengan variasi ke dalam air yang diukur.
Jumlah segmen ditentukan berdasarkan luas atau bentang sungai.

Kecepatan rata-rata pada suatu titik vertikal ditentukan dengan menggunakan


metode berikut.
a) Metode Satu Titik
Metode ini digunakan pada kedalaman air yang dangkal ± 60 cm dengan
arus sungai yang cepat. Metode ini memberikan hasil yang baik
pada distribusi kecepatan yang normal, pengukuran kecepatan dilakukan
pada kedalaman 60 cm dari muka air. Kecepatan rata-rata dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus:

b) Metode Dua Titik


Metode ini dilakukan pada kedalaman air > 60 cm dan metoda ini
memberikan hasil yang baik pada distribusi kecepatan yang normal,
pengukuran kecepatan dilakukan pada kedalaman 0,2 m dan 0,8 m dari
muka air.

c) Pengapung (Float)
Apabila current meter tidak dapat digunakan, maka untuk menaksir
kecepatan aliran air secara kasar digunakan pelampung karena hanya
mengukur kecepatan air pada permukaan. Untuk itu dibutuhkan alat
pencatat waktu (stop watch), pelampung dan pengukuran jarak 2 titik
yang akan ditempuh oleh pelampung. Pelampung yang digunakan dapat
berupa pelampung permukaan atau pelampung ranting. Maka kecepatan
rata-rata dapat dihitung seperti telah diuraikan di atas.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 17


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.2.2. Hidrogeologi

Untuk merumuskan potensi dan kondisi air tanah di daerah perencanaan, terlebih dulu
perlu memahami keadaan geologi setempat. Ini mencakup pemahaman stratigrafi
daerah penelitian, untuk memperoleh informasi susunan batuan yang diperkirakan
dapat menjadi akuifer (lapisan pembawa air) serta penyebarannya.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari informasi stratigrafi/publikasi terdahulu.
Sedangkan informasi stratigrafi lokal diperoleh langsung dari lapangan dengan
melakukan pemetaan geologi permukaan. Informasi geologi bawah
permukaan/hidrogeologi daerah penyelidikan diperoleh dengan melakukan pengamatan
sumur penduduk.
1. Pengamatan Sumur Penduduk
Pengamatan sumur penduduk dilakukan untuk mengetahui kedudukan muka air
tanah statik (ground water level), jenis litologi, permeabilitas tanah, menghitung
debit dan arah penyebaran lapisan akuifer serta tes kualitas air di lapangan dan
analisa di laboratorium. Lokasi dari setiap sumur penduduk yang diamati kemudian
diplot pada peta dasar yang dibuat.
Penentuan pemilihan pada sumur penduduk yang akan diuji disesuaikan
dengan kondisi lapangan yang dapat mewakili daerah penyelidikan secara
keseluruhan. Metoda uji sumur yang diterapkan adalah uji kambuh (recovery test).
Tahapan kerja untuk melaksanakan metoda ini adalah sebagai berikut:
a. Pompa air dalam sumur;
b. Setelah pemompaan dihentikan, catat kenaikan muka air pada waktu
tertentu (misalnya kenaikan muka air setelah 1, 5, 10, 15, 30, 60, 90, 120,
180 menit, dst).
c. Menghitung besarnya a dengan menggunakan rumus:

Dimana:
a : kapasitas spesifik, yakni banyaknya air yang keluar per satuan
dalam air sumur
t : besarnya waktu yang diperlukan untuk pemulihan permukaan
air sampai setengahnya setelah pemompaan dihentikan.
A : luas penampang sumur
Dengan demikian debit, = banyaknya air yang keluar.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 18


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

d. Besarnya (muka air awal) dihitung dari pemulihan dalamnya air dan
pada waktu dan sesudah pemompaan berhenti.
e. Hitung sisa penurunan permukaan air, S = – , dengan pemulihan dengan
pemulihan permukaan air setiap waktu.

Catatan : S pada sumbu logaritmis, t pada sumbu normal. Jika hubungan S


dan t tidak berupa garis lurus maka rumus tersebut tidak dapat diterapkan.

Untuk menghitung nilai permeabilitas digunakan rumus:

Dimana:
S0 : kedalaman air mula-mula pulih kembali
St : kedalaman air setelah waktu t
r : diameter sumur

Cara lain untuk menghitung besarnya air yang dapat diambil melalui sumur
adalah untuk akuifer yang tebal dan air keluar dari dasar sumur.

Dasar sumur datar


Dimana:
Q : banyaknya air yang keluar
K : koefisien permeabilitas
S : besarnya penurunan permukaan air
rw : jari-jari sumur

Dasar sumur berbentuk bola

Jika sumur digali dalam dataran banjir di tepi sungai, maka aliran dalam
tanah dari sungai itu langsung masuk ke dalam sumur.
Banyaknya air yang keluar adalah:

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 19


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Dimana :
H : tebal akuifer
H : kedalaman dari permukaan air yang dipompa ke permukaan kedap air
d : jarak sumur ke tepi sungai
Pada lokasi yang belum ada penduduknya dilakukan pemboran sampai
kedalaman maksimum 10 meter untuk mengetahui kedalaman m.a.t di lokasi
tersebut sehingga dapat dibuat suatu peta kontur muka air tanahnya.

2. Pengamatan Kondisi Geologi


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam survei pengamatan kondisi geologi
adalah mencari singkapan batuan di sekitar lokasi dan penyebarannya baik
secara lateral maupun vertikal yang diperkirakan dapat menjadi akuifer tanah.
Singkapan batuan biasanya dapat terlihat pada alur/tepi sungai atau tebing
terjal.

Apabila tidak dapat dilakukan pengamatan di permukaan maka dilakukan


pemboran dangkal yang ditentukan sedemikian rupa sehingga
menggambarkan profil tanah lapisan pembawa air tanah, terutama bila
kondisi lokasi berbukit-bukit.

B.2.6.2.3. KUALITAS AIR

Kualitas air sangat tergantung pada karekteristik fisik, kimia dan mikrobiologi. Pada
umumnya untuk mencapai standar kualitas air dalam hal ini standar air minum
Departemen Kesehatan tahun 1990 maka diperlukan pengolahan minimal desinfeksi.
Air minum yang memenuhi standar pada umumnya :
a. Tidak berasa
b. Tidak berbau
c. Tidak berwarna
d. Tidak mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya bagi kesehatan
e. Tidak mengandung kuman-kuman bagi kesehatan.

Mempertimbangkan bahwa tidak semua parameter pencemar air yang terkandung


pada air baku dapat dihilangkan/dikurangi, maka pemilihan dan penentuan
sumber air baku bukan saja berdasarkan pada keamanan kuantitasnya tetapi juga
keamanan kualitasnya.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 20


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Untuk mencegah hal-hal yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan


masyarakat yang memanfaatkan air tersebut, diambil contoh air baku tersebut untuk
dilakukan pengujian.
Pemeriksaan kualitas sumber-sumber air baku dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Pemeriksaan setempat untuk parameter-parameter fisik yang cepat berubah
karena perbedaan tempat dan waktu seperti pH, suhu, DHL, DO dsb.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk paramater-parameter kimiawi dan biologi.
Untuk pemeriksaan kualitas air secara kimiawi dan bakteriologis, sampel air diambil
dari sumber air baku, dimasukkan dalan jerigen plastik dan botol steril kemudian
secepatnya dikirim ke laboratorium. Dalam hal ini standar kualitas yang dipakai adalah
standar kualitas air minum Indonesia yang dikeluarkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan No.416/MEN-KES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990.

B.2.6.3. PENGERTIAN PERENCANAAN EMBUNG


Embung adalah bangunan penyimpan air yang dibangun di daerah depresi, biasanya di
luar sungai. Embung merupakan bangunan yang berfungsi menampung air hujan untuk
persediaan suatu desa di musim kering. Selama musim kering air akan dimanfaatkan
oleh desa-desa untuk memenuhi kebutuhan penduduk, ternak dan sedikit kebun. Di
musim hujan embung tidak beroperasi karena air di luar embung tersedia cukup banyak
untuk memenuhi ketiga kebutuhan di atas. Oleh karena itu pada setiap akhir musim
hujan sangat di harapkan kolam embung dapat terisi penuh air sesuai desain. Untuk
menjamin fungsi dan keamanannya embung mempunyai beberapa bagian yaitu :
1. Tubuh embung, berfungsi menutup lembah atau cekungan (depresi) sehingga air
dapat tertahan di udiknya.
2. Kolam embung, berfungsi menampung air hujan.
3. Alat sadap, berfungsi mengeluarkan air kolam bila diperlukan.
4. Jaringan distribusi, berupa rangkaian pipa, befungsi membawa air dari kolam ke
bak tandon air yang kemudian di distribusikan ke pemakai air.
5. Pelimpah berfungsi mengalirkan banjir dari kolam ke lembah untuk mengamankan
tubuh embung atau dinding kolam terhadap peluapan.
Dalam perencanaan suatu embung ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan agar mendapat hasil yang optimal dari perencanaan tersebut. Tahapan
tersebut yaitu sebagai berikut.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 21


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.3.1. Pemilihan Lokasi Embung


Untuk menentukan lokasi dan denah embung harus memperhatikan beberapa faktor
(Soedibyo,1993) yaitu :
1. Tempat embung merupakan cekungan yang cukup untuk menampung air,
terutama pada lokasi yang keadaan geotekniknya tidak lulus air, sehingga
kehilangan airnya hanya sedikit.
2. Lokasinya terletak di daerah manfaat yang memerlukan air sehingga jaringan
distribusinya tidak begitu panjang dan tidak banyak kehilangan energi.
3. Lokasi embung terletak di dekat jalan, sehingga jalan masuk (access road) tidak
begitu panjang dan lebih mudah ditempuh.

B.2.6.3.2. Konstruksi Embung


Dalam perencanaan sebuah embung, perlu juga diperhatikan aspek konstruksi
penyusun embung tersebut. Untuk itu perlu diketahui bahwa aspek tersebut yaitu :
1. Volume tampungan
2. Rencana teknik pondasi
3. Pemilihan tipe embung
4. Lebar puncak embung
5. Panjang embung
6. Tinggi embung

Gambar. Gambaran Umum Embung

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 22


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.4. Analisis Ketersediaan Air


B.2.6.4.1. Potensi Air Tanah
Potensi air tanah diperoleh dari daerah yang mempunyai prospek untuk dikembangkan
sebagai sumber air tanah, baik berupa air tanah bebas (tak tertekan), air tanah
tertekan, maupun mata air. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dilakukan penyelidikan
dan analisis hidrogeologi.

a. Sumber Air Tanah Bebas


Prospek pengembangan sumber air tanah bebas, terbatas terutama hanya untuk
kebutuhan air rumah tangga (domestik). Daerah paling prospektif, terutama
dilihat dari segi kemudahan dalam penyadapannya adalah di mandala air tanah
dataran, di samping di mandala air tanah gunung api strato (bagian kaki) dan di
sebagian mandala air tanah perbukitan bergelombang lemah.

Berdasarkan data air tanahnya, pengembangan sumber air tanah paling layak
dilakukan dengan pemboran pasak. Dilihat dari segi mutunya, air tanah di beberapa
daerah mungkin masih memerlukan pemrosesan sederhana sebelum layak
digunakan untuk air minum.

b. Sumber Air Tanah Tertekan


Daerah yang mempunyai prospek air tanah cukup baik untuk dikembangkan
adalah daerah dengan produktivitas akuifer sedang hingga produktif. Akumulasi air
tanah paling menjanjikan terdapat pada litologi dengan sistem akuifer dengan aliran
air tanah melalui ruang antar butir, disamping antar butir dan rekahan.

Litologi akuifernya adalah tufa pasiran, batu pasir, clan konglomerat dari kelompok
akuifer formasi Lampung dan Kasai. Dan juga terdapat pada tufa clan batuan lelerarv
bercelah dari produk gunung api muda.

c. Sumber Mata Air


Keberadaan mata air yang mempunyai prospek cukup baik bagi
pengembangannya terdapat di daerah bermorfologi plato. Di daerah tersebut
seringkali dijumpai pemunculan mata air berdebit besar.

Meskipun umumnya mata air tersebut sudah dimanfaatkan, namun masih terbuka
pengembangan selanjutnya, mengingat pemanfaatannya belum maksimal.
Pengembangan mata air, terutama di mandala plato bagi keperluan perfanian
menjanjikan prospek yang cukup baik.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 23


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Dengan banyaknya sebaran sumber mata air ini, maka keberadaannya sangat
mendukung dalam hal pengembangan dan pemanfaatannya bagi berbagai
keperluan. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya konservasi yaitu dengan jalan
menjaaga kelestarian lingkungan daerah imbuhnya. Terlebih pada daerah imbuh dari
mata air yang dimanfaatkan bagi air perkotaan.

B.2.6.4.2. Potensi Air Permukaan


Permasalahan yang timbul dalam analisa potensi air permukaan ini adalah
keterbatasan data debit. Jumlah ketersediaannya seringkali hanya sekitar 5 tahun atau
kurang, sehingga periu dilakukan analisis pembangkitan data debit atas dasar data
hujan dan iklim (rainfalf runoff anlysis). Mengingat keterbatasan dari kebanyakan model
limpasan yang ada, _maka analisis ketersediaan air ini akan dilakukan pada sub-DPS
yang terletak di bagian hulu, yaitu pada wilayah di mana pengaruh pasang surut dapat
diabaikan.

Secara garis besar langkah yang diperlukan dalam melakukan analisis potensi air
permukaan adalah sebagai berikut:

a. Menghitung evapotranspirasi untuk seluruh areal studi


b. Pengumpulan data hujan & iklim dan melengkapi data hujan yang kosong, dan
membuat hujan wilayah (areal rainfall) pada simpul inflow, sebagai masukan utama
model hujan-limpasan (rainfall-runoff)
c. Melengkapi clan memperpanjang data debit aliran dengan model hujan limpasan.
Dalam studi ini akan digunakan model hujan-limpasan NRECA yang
menggunakan data hujan setengah bulanan
d. Analisis frekuensi mengenai debit aliran rendah (low flow analysis), yaitu debit
aliran pada musim kemarau di tahun kering rata-rata, tahun kering dengan
periode ulang 5 tahunan dan 10 tahunan.

B.2.6.4.3. Curah Hujan


Pengolahan data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan data hujan bulan runtut
waktu (time-series) yang cukup panjang (diatas 10 tahun) untuk setiap DPS. Tujuannya
adalah untuk menyusun data debit limpasan (runoff) sintetis time series untuk setiap
DPS dalam satuan milimeter perhari atau milimeter perbulan, sehingga pada setiap
lokasi sungai dapat diperkirakan data debit runtut waktunya; hal ini sangat bermanfaat
dalam perencanaan maupun pengelolaan sumber daya air.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 24


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.4.3.1. Pengisian Data yang Kosong


Sering terjadi bahwa curah hujan yang tercatat pada suatu pos hujan tidak lengkap, hal
ini terjadi karena beberapa factor antara lain alat pencatat hujan rusak ataupun
kelelahan petugas pencatat. Untuk mengisi kekosongan data ini akandilakukan
dengan metode “inversed Square Distance”.

Dimana :
= tinggi hujan yang dinyatakan (mm)
PA = tinggi hujan pada stasiun A (mm)
PB = tinggi hujan pada stasiun B (mm)
PC = tinggi hujan pada stasiun C (mm)

B.2.6.4.3.2. Pemeriksaan Konsistensi Data


Data hasil perbaikan tersebut tidak dapat langsung dipakai untuk kebutuhan
perencanaan. Data tersebut perlu dilakukan pengujian dalam kelangsungan
pencatatannya. Parameter yang biasa digunakan untuk menganalisa adalah reabilitas
data dan konsistensi data. Di dalam suatu deret data pengamatan hujan bisa terdapat
non homogenitas dan ketidaksesuaian (inconsistensy) yang dapat menyebabkan
penyimpangan pada hasil perhitungan. Non homogenitas bisa disebabkan oleh berbagai
faktor seperti :
a. Perubahan mendadak pada sistem hidrologis, misalnya karena adanya
pembangunan gedung-gedung atau tumbuhnya pohon-pohonan, gempa bumi dan
lain-lain.
b. Pemindahan alat ukur.
c. Perubahan cara pengukuran (misalnya berhubung dengan adanya alat baru atau
metode baru).
d. Dan lain-lain.
Sebelum digunakan untuk analisa, data perlu diuji terlebih dahulu untuk mengetahui
konsistensi data dan kemungkinan adanya kesalahan pencatatan. Metode uji konsistensi
yang digunakan adalah metode kurva massa dan metode RAPS (Rescaled Adjusted
Partial Sums) (Buishand,1982). Rangkaian data hujan yang digunakan untuk analisa

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 25


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

adalah hujan bulanan.

B.2.6.4.3.3. Uji Kurva Massa


Uji konsistensi dengan kurva massa ada dua cara, yang umum adalah „double mass
curve‟, yaitu memplotkan seri curah hujan kumulatif yang diuji dengan seri kumulatif
yang dipercaya dari stasiun-stasiun di sekitarnya. Cara yang lain adalahmemplotkan seri
curah hujan kumulatif yang diuji terhadap waktu. Pengujian dilakukan secara visual
dengan melihat trend arah kurvanya; bila lurus berarti data cukup konsisten, bila ada
kecenderungan membelok berarti ada perubahan trend atau tidak konsisten yang
berarti perlu dikoreksi.
Berikut ini ditampilkan kurva massa ganda untuk masing-masing stasiun pengukur
curah hujan yang ada. Dari gambar-gambar tersebut tampak bahwa data hujan untuk
masing-masing stasiun cukup panggah atau cukup konsisten, hal ini diperoleh garis
kurva massa yang mendekati garis lurus (koefisein korelasi R2=0,999) dan tidak
ada perubahan trend. Sehingga data curah ini dapat dipakai untuk analisa selanjutnya

Gambar Kurva Massa Ganda Untuk Stasiun Balimau

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 26


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Kurva Massa Ganda Untuk Stasiun Kandangan

Gambar Kurva Massa Ganda Untuk Stasiun Negara

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 27


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Kurva Massa Ganda Untuk Stasiun Telaga Langsat

B.2.6.4.3.4. Uji RAPS


Pengujian konsistensi dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata
penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat pada rumus
dibawah :

Nilai Stasistik Q dan R

maka data masih dalam batasan konsisten

Tabel Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5

Q/n0.5 R/n0.5
N
90% 95% 99% 90% 95% 99%

10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38

20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60

30 1,12 1,24 1,48 1,40 1,50 1,70

40 1,31 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78

100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,85

Sumber: Sri Harto, 18; 1983

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 28


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.4.3.5. Debit Andalan Metode FJ. Mock


Perhitungan debit andalan (dependable flow) dengan metode neraca air dikembangkan
oleh Dr. F.J. Mock. Metode Mock memperhitungkan data curah hujan,
evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Hasil dari
permodelan ini dapat dipercaya jika ada debit pengamatan sebagai pembanding. Oleh
karena keterbatasan data di daerah studi maka proses pembandingan tidak dapat
dilakukan. Untuk itu diperlukan pendekatan parameter hidrologi yang lebih cermat
sehingga hasil simulasi dapat diterima dengan tingkat akurasi sedang tetapi masih
dapat digunakan untuk analisa selanjutnya. Data dan asumsi yang diperlukan untuk
perhitungan metode Mock adalah sebagai berikut :
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian. Stasiun curah
hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di
daerah tersebut.
2. Evapotranspirasi Terbatas (Et)
Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi ktual dengan mempertimbangkan
kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data:
 Curah hujan setengah bulanan (P)
 Jumlah hari hujan setengah bulanan (n)
 Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d) dihitung dengan asumsi
bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu
menguap sebesar 4 mm.
 Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan
asumsi:
o m = 0% untuk tahan dengan hutan lebat
o m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10%
setiap bulan kering untuk lahan sekunder.
o m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi.
o m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai berikut:

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 29


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi


terbatas (mm)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm)
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm)
m = Singkapan lahan (Exposed surface)
n = Jumlah hari hujan dalam sebulan

3. Faktor Karakteristik Hidrologi


Faktor Bukaan Lahan
m = 0% Untuk lahan dengan hutan lebat
m = 10-40%untuk lahan tererosi
m = 30 - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.

4. Luas Daerah Pengaliran


Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin
besar pula ketersediaan debitnya.

5. Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)


Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah
permukaan (surface soil) per m2. Besarnya SMC untuk perhitungan
ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah
permukaan dari DPS. Semakin besar porositas tanah akan semakin besar pula SMC
yang ada.
Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 200 mm.
Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas kelembaban tanah
adalah:
SMCn   SMCn1  IS n

Ws  As  IS

dimana
SMC = Kelembaban tanah (diambil 50 mm - 200 mm) SMC (n)
= Kelembaban tanah bulan ke n
SMC(n-1) = Kelembaban tanah bulan ke n-1
IS = Tampungan awal (initial storage) (mm)
As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 30


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

6. Keseimbangan air di permukaan tanah


Keseimbangan air di permukaan tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:

Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut:

As  P  Et
dimana :
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi

7. Kandungan air tanah


Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. bila harga As negatif, maka
kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka kelembaban
tanah akan bertambah.

8. Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya.

9. Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan DAS. Lahan DAS yang porous memiliki koefisien infiltrasi yang
besar. Sedangkan lahan yang terjadi memiliki koefisien infiltrasi yang kecil karena
air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 - 1.

10. Faktor Resesi Aliran Tanah (k)


Faktor Resesi adalah perbandmgan antara aliran air tanah pada bulan ke n dengan
aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah dipengaruhi
oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air metode FJ Mock.
besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba sehingga dapat dihasilkan aliran
seperti yang diharapkan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 31


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

11. Initial Storage (IS)


Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air pada
awal perhitungan. IS di tokasi studi diasumsikan sebesar 100 mm.

12. Penyimpanan air tanah (Ground Water Storage)


Penyimpanan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpanan awal (initial
storage) terlebih dahulu.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah adalah
sebagai berikut:

Vn  kxn1  0,51  k 

Vn  Vn  Vn1

Dimana:
Vn = volume air tanah bulan ke n
K = qt/qo = faktor resesi aliran tanah
Qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke t
Qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke 0)
Vn-1 = volume air tanah bulan ke (n-1)
Vn = perubahan volume aliran air tanah

13. Aliran Sungai


Aliran dasar = infiltrasi - perubahan aliran air dalam tanah
Aliran permukaan = volume air lebih - infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar

Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dan aliran langsung (direct run off),
aliran dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:
Interflow = infiltrasi - volume air tanah
Direct run off = water surplus - infiltrasi
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 32
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Baseflow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun


Run off = interflow + direct run off + base flow

B.2.6.5. Analisis Kebutuhan Air


Berdasarkan kebijaksanaan pembangunan penyediaan air bersih, maka
kebutuhan air pada suatu kota didasarkan pada :
a. Penduduk yang dilayani
b. Pemakaian air per kapita / orang sesuai dengan klasifikasi kategori kota
c. Kebutuhan non domestik (komersil, sekolah, dll)

Selain itu beberapa faktor lainnya yang perlu diperhitungkan :


a. Kebocoran / kehilangan air baik pada sistem produksi maupun distribusi.
b. Kebutuhan yang belum terpenuhi secara penuh (unsatisfied demand).
c. Peningkatan mutu pelayanan.
d. Fluktuasi pemakaian air. Fluktuasi pemakaian air dapat menentukan
kebutuhan air terbesar pada waktu tertentu. Fluktuasi pemakaian air terbagi atas :

1) Pemakaian hari maksimum yaitu pemakaian maksimum pada suatu hari dalam
periode waktu tertentu misalnya satu hari dalam seminggu, sebulan,
setahun. Perhitungan kebutuhan air pada hari maksimum adalah kebutuhan
rata-rata dikalikan dengan faktor hari maksimum (fhm) dan faktor hari
maksimum ini dipengaruhi oleh:
 Kondisi sosial ekonomi antara lain adat dan kebiasaan pemakaian air;
 Iklim, mempengaruhi pemakaian air pada suatu daerah.

2) Pemakaian jam maksimum yaitu pemakaian maksimum pada jam tertentu


dalam satu hari. Hal ini disebabkan karena pemakaian yang bersamaan.
Perhitungan kebutuhan air pada jam maksimum adalah kebutuhan rata- rata
dikalikan dengan faktor jam maksimum (fjm) dan faktor jam maksimum ini
dipengaruhi oleh :

 Aktivitas pemakai air, hal ini dapat menyebabkan pemakaian air yang
bersamaan dalam waktu tertentu;
 Jumlah pemakai air, hal ini tidak mempengaruhi secara langsung
tetapi dengan semakin banyaknya pemakai yang beraneka ragam
kegiatannya maka fluktuasi pemakaian air akan semakin kecil.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 33


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Penggunaan kedua fluktuasi pemakaian air di atas penting dalam mendesain


suatu sistem penyediaan air suatu daerah yaitu :

 Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan untuk menentukan


dimensi instalasi pengolahan dan dimensi transmisi air baku.
 Kebutuhan air pada jam maksimum digunakan untuk menentukan
dimensi pipa distribusi air dari instalasi pengolahan.

Perhitungan kebutuhan air di suatu kota dapat dilakukan dengan menggunakan


formula sebagai berikut:

QT = Pn x C x F x QL

Dimana :
QT = Kebutuhan air total pada tahun ke n
C = Pemakaian air per kapita pada akhir tahun ke n
F = Faktor tingkat pelayanan pada akhir tahun ke n
QL = Kebutuhan lainnya pada akhir tahun n
Pn = Jumlah penduduk kota

Memperkirakan kebutuhan air untuk waktu yang akan datang tergantung


seberapa besar sistim penyediaan air bersih yang direncanakan. Dalam
perencanaanini disesuaikan terhadap perkembangan di masa depan dan
sekaligus dapat memenuhi saat ini. Angka pemakai air per kapita
menunjukkan angka yang cukup besar, hal ini disebabkan antara lain untuk
minum, cuci, mandi, sertqa kebutuhan- kebutuhan lainnya yang tidak
berhubungan dengan tubuh manusia. Proyeksi kebutuhan air bersih ini
diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat
menunjang atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih.
Faktor faktor tersebut antara lain:
- Tingkat kehidupan penduduk
Bebagai bentuk cara penggunaan air sangat tergantung pada tingkat
kemakmuran penduduk. Dalam keadaan normal, angka kebutuhan air
akan meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat.

- Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap kebutuhan air seperti :
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 34
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

temperature, curah hujan, dan kelembaban udara. Pada daerah yang


beriklim panas dan kering, penggunaan air cenderung lebih besar
disbanding dengan daerah lainnya yang beriklim sedang dan lembab.

- Tingkat perkembangan kota


Angka kebutuhan air pada kota-kota besar cenderung lebih tinggi daripada
kota-kota kecil. Hal ini disebabkan karena besarnya pemakaian air bagi
industri-industri, lebih banyaknya taman-taman, lebih banyaknya
kehilangan dan pemborosan pada kota-kota besar.

- Harga air
Pada umumnya masyarakat ingin memanfaatkan air sesuai dengan
kebutuhannya, akan tetapi kemampuan unutk berlangganan air berbeda
satu dengan yang lainnya. Dengan demikian tinggi rendahnya harga
air akanmempengaruhi tingkat pemakaian air, khususnya bagi masyarakat
yang berpenghasilan rendah.

- Cara penyambungan ( dengan atau tanpa menggunakan meteran )


Dengan adanya pemasangan meteran, berarti setiap pelanggan
akan membayar harga air sesuai dengan jumlah pemakaian. Sebaliknya jika
penyambungan tanpa meteran, maka para konsumen akan menggunakan air
tanpa memperhitungkan beban pemakaian.

- Kualitas air
Semakin baik kualitas air, pemakaian cenderung meningkat. Hal ini terjadi
karena kualitas air yang jelek penduduk merasa enggan menggunakannya
sehingga pemakaiannya pun terbatas.

- Tekanan air dalam pipa


Tinggi rendahnya tekanan air dalam pipa sangat menentukan besar kecilnya
kecepatan dan kapasitas aliran air. Tekanan yang terlalu besar dapat
menyebabkan pecahnya pipa dan terjadi kebocoran-kebocoran pada kran dan
sambungan pipa. Hal ini berarti angka kehilangan akan meningkat

B.2.6.5.1. Kebutuhan Domestik


Kebutuhan air untuk keperluan domestik adalah pemakaian air untuk
digunakan di lingkungan rumah tangga.Pelayanan air bersih untuk keperluan rumah
tangga direncanakan dengan dua jenis pelayanan sambungan dan hidran umum.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 35


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Pelayanan kebutuhan air untuk rumah tangga, standar air khususnya untuk Ibu Kota
Kabupaten telah ditetapkan oleh Direktoral Jenderal Cipta Karya yaitu terdiri dari :
- Satu buah sambungan rumah (SR) untuk melayani 6 jiwa penduduk dengan
konsumen air sebesar 130 lt/org/hari.
- Satu buah kran umum melayani 120 jiwa penduduk dengan konsumsi air rata-
rata sebesar 30 lt/org/hari
Ketersediaan air yang dapat dipenuhi untuk setiap orang per hari berdasarkan
standart dapat dikelompokkan berdasarkan besaran ketersediaan air yang dapat
dipenuhi untuk kebutuhan sesuai dengan kondisi kerawanannya. Pengertian kondisi
kerawanan dapat juga disebut kondisi kekeringan. Kategori kondisi kekeringan versi
Cipta Karya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sangat Rawan, dimana air yang ada yaitu 5 lt/orang/hari dan kebutuhan
terpenuhi hanya untuk minum dan masak.
2. Rawan, dimana air yang ada yaitu 25 lt/orang/hari dan kebutuhan yang
terpenuhi hanya untuk minum, masak dan cuci alat masak.

3. Normal, dimana air yang ada yaitu 50-103 lt/orang/hari dan kebutuhan yang
terpenuhi hanya untuk minum, masak, cuci alat masak, mandi dan WC.

4. Cukup, dimana air yang ada yaitu 123-138 lt/orang/hari dan kebutuhan yang
terpenuhi hanya untuk minum, masak, cuci alat masak, mandi, WC, cuci
tangan, bersih rumah, dan cuci pakaian.

Tabel dibawah ini menunjukkan kebutuhan air bersih sesuai kategori desa,
kecamatan dan kota berdasarkan hasil analisis dan kompilasi data dari
standard BNA, Direktorat Jenderal Cipta Karya Dept. Pekerjaan Umum (1981), serta
optimasi pemakaian air melalui penataan pengadaan air di lingkungan
permukiman, Puslitbang Permukiman tahun 1999 – 2000, ditunjang dengan
asumsi tetap kebutuhan air dan pengkajian pemakaian Air Bersih perkotaan
oleh Puslitbang Dep.PU kerjasama dengan LAPI – ITB (1988).

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 36


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel Angka Kebutuhan Air Bersih Untuk Pedesaan Sampai Perkotaan

KETERANGAN HASIL
STANDAR HASIL
JUMLAH PENGKAJIAN
PEMENUHAN PENGKAJIAN
PENDUDUK TAHUN
+) TAHUN
KATEGORI (JIWA) DASAR 1998 ++) +++)
1999/2000
KOTA
> 1 JUTA 120 200 - 225 250 - 299
METROPOLITAN
500.000 s/d
KOTA BESAR 100 150 - 199 180 - 224
< 1.000.000
100.000 s/d
KOTA SEDANG 90 125 - 149 130 - 174
< 500.000
20.000 s/d ( 100 - 124 )
KOTA KECIL 60 100 - 124 ++++)
< 100.000
3.000 s/d ++++)
KOTA KECAMATAN 45 60 - 99 ( 60 - 99 )
< 20.000
++++) ++++)
PERDESAAN < 3.000 30 ( 30 ) 30

Sumber : Ditjen Cipta Karya, Tahun 2006


Keterangan:
+) Sesuai standard BNA, Dit. Jen CK, Dept. PU 1981.
++) Pengkajian pemakaian Air Bersih perkotaan, Puslitbang Permukiman LAPI-ITB, 1988.
+++) Optimasi pemakaian air melalui penataan pengadaan air di lingkungan permukiman, Puslitbang Permukiman
, 1999 –
2000
++++) Asumsi tetap.

Tabel Standar kebutuhan air bersih/orang/hari dan Indeks Kekeringan

Standard Normal liter/hari

Minum Cuci
& Alat Cuci Bersih Cuci Taman &
Mandi WC Tangan Rumah Pakaian Mobil Total
Kategori Masak Masak

03 – 05 10 – 20 50–100 40–50 10–15 15–30 15–30 09–15 147-


Metropolitan         250
147-
Kota Besar Kota         250
Sedang Kota         147-
Kecil       - - 250
Kota       - - 147-
Kecamatan 250
    - - - -
123-
Pedesaan 3 10 50 40 10 10 15 9 205
Minimum 3 13 63 103 113 123 138 147 123-
Maksimum
Kumulatif 5 20 100 50 15 15 30 15 205
Kumulatif 5 25 125 175 190 205 235 250
103-
Kebutuhan Ekstrim Dasar Desa Kecam Kota 175
Sedang Besar Metropolitan
Sangat
Kondisi Rawan Normal cukup lebih
rawan
Indeks
Kekeringan 1 2 3 4

Sumber : Ditjen Cipta Karya, Tahun 2006

Penggabungan indeks kekeringan dari sisi-sisi pertanian, sungai, waduk/ embung


dan kebutuhan domestik dapat dipakai sebagai acuan di suatu

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 37


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

wilayah(kabupaten/kota atau propinsi). Penentuan indeks ini bertujuan untuk dapat


dengan segera melakukan tindakan-tindakan pengelolaan bencana kekeringan.

B.2.6.5.2. Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan-kebutuhan di luar keperluan sehari
hari atau keperluan rumah tangga, kebutuhan air, untuk keperluan non
domestik dilihat dari tata guna lahan dan ruang dikota tersebut, keperluan non
domestik tersebut terdiri dari kebutuhan untuk Industri dan Komersil, fasulutas
Sosial, dan kebutuhan umum.

a. Kebutuhan Air untuk Industri dan Komersil


Jumlah kebutuhan air untuk industri tergantung dari jenis industrinya,
sedangkan kebutuhan komersil tergantung dari bentuk kegiatannya. Bila
kumpulan data-data tentang jumlah industri dan komersil belum dapat
dirampungkan, maka perhitungan jumlah kebutuhan air sebesar 5 % − 10 %
dari jumlah kebutuhan air rumah tangga.

b. Kebutuhan Air untuk fasilitas sosial


Kebutuhan untuk fasilitas social umumnya dihitung berdasarkan jumlah orang
serta tempat dari jenis fasilitas yang ada. Jenis-jenis pelayanan meliputi
kebutuhan untuk pendidikan, perkantoran, rumah ibadah serta fasilitas
kesehatan.
Standar pelayanan air untuk jenis fasilitas sosial ini telah ditetapkan oleh
Direktoral Jenderal Cipta Karya, masing-masing terdiri dari :
- Kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan dengan standar 10 − 20
lt/org/hari.
- Kebutuhan air untuk perkantoran sebesar 30 − 40 lt/org/hari.
- Standar kebutuhan untuk fasilitas kesehatan sebesar 200 − 400
lt/org/hari.
- Standar kebutuhan untuk tempat ibadah sebesar 1 m3/unit/hari
untuk pelayanan mesjid dan 0,5 m3/unit/hari pada gereja dan langgar.
c. Kebutuhan Umum
Kebutuhan air yang dikategorikan sebagai kebutuhan umum antara lain untuk
pembersihan jalan, sanitasi, tanaman dan pemadan kebakaran. Selain umtuk
kebutuhan pemadam kebakaran, maka angka kebutuhan ini dapat dilihat pada

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 38


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

tabel berikut :

Tabel 3-4 Perincian Pemakaian Air untuk Keperluan Umum

Tujuan Kebutuhan Air

Taman 1,4 lt/m2/hari


Penyiraman Tanaman
1 − 1,.5 lt/m2/hari
Penggelontoran WC
4,5 lt/org/hari
Sumber : Ditjen Cipta Karya, Tahun 2006

B.2.6.5.3. Kebutuhan air lainnya


Untuk suatu perkotaan kebutuhan air bukan saja kebutuhan penduduk tetapi
kebutuhan lainnya baik secara langsung atau tidak langsung yang berhubungan
dengan aktifitas masyarakat seperti :

Sosial
Komersil
Perkantoran
Rekreasi / pariwisata
Industri
Pelabuhan
Untuk kota-kota kategori metro, besar dan sedang, kebutuhan non domestik
ditetapkan menurut hasil survei kota yang bersangkutan berdasarkan master plan
kota yang bersangkutan.Untuk kota-kota kategori kecil, kebutuhan non domestik
ditetapkan 20-30 % dari kebutuhan domestik. Sedangkan untuk kota-kota kategori
desa ditentukan sebesar 10-20 % dari kebutuhan domestik.Perkiraan kebutuhan air
untuk kebutuhan non domestik di luar industri dapat dilakukan berdasarkan baik
jumlah orang atau jumlah unit yang dikalikan dengan standar air tertentu.

B.2.6.5.4. Kebutuhan air maksimum


Kebutuhan air bervariasi akibat perubahan atas aktifitas sehari-hari seperti pada hari-
hari besar/raya. Penentuan besarnya kebutuhan hari maksimum didasarkan pada
pencatatan pemakaian air terdahulu, karekteristik kota dan kebiasaan penduduk.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 39


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel Kriteria Perencanaan Sektor Air Bersih

KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

URAIAN
500.000 – 100.000 – 20.000 –
> 1.000.000 1.000.000 500.000 100.000 < 20.000

Konsumsi unit
1. sambungan 190 170 150 130 100

2. Konsumsi unit hidran 30 30 30 30 30


3. Konsumsi unit non RT 20-30* 20-30* 20-30* 20-30 10-20
4. Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20
5. Faktor maksimum day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
6. Peak hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
7. Jumlah jiwa per SR 5 5 6 6 10
8. Jumlah jiwa per HU 10 100 100 100-200 200
9. Sisa tekan di jaringan 10 10 10 10 10
10. Jan operasi 24 24 24 24 24
11. Volume reservoir 20 20 20 20 20
50:50 s/d 50:50 s/d
12. SR : HU 80:20 80:20 80:20 70:30 70:30

13. Cakupan pelayanan (%) 90** 90 90 90 70***


Sumber: Ditjen Cipta Karya, Tahun 2006
*) tergantung survei proyek
**) 60% perpipaan, 30% non perpipaan
***) 25% perpipaan, 45% non perpipaan

B.2.6.6. Kriteria Perencanaan


Secara umum kriteria perencanaan yang dipakai dalam perencanaan sistem
penyediaan air baku meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Penentuan daerah pelayanan
Disesuaikan dengan kondisi setempat berdasarkan kepadatan penduduk atau
fungsi kawasan.
b. Banyaknya penduduk di daerah pelayanan
Target pelayanan 80% dari jumlah penduduk. Besarnya palayanan untuk tahap
awal dan tahap selanjutnya disesuaikan dengan keadaan masyarakat setempat
dan juga dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat.
c. Cara penyampaian air ke konsumen
Cara penyampaian air ke masyarkat dapat dilakukan dengan melalui hidran umum
(HU). d. Besarnya pemakaian air per hari

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 40


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Besarnya pemakaian air per hari tergantung jenis sambungan seperti sambungan
halaman atau hidran umum menurut skala perkotaan seperti kota kecil, sedang
atau besar.

B.2.6.6.1. Tingkat Pelayanan


Target pelayanan penyediaan air minum pada daerah perkotaan adalah 100% yang
dicapai secara bertahap. Penetapan pelayanan tergantung pada :
a. Kondisi eksisting

b. Kondisi sumber alternatif


c. Kepadatan penduduk
d. Kebijaksanaan pemerintah
Dengan terbatasnya dana, pemerintah berusaha memberikan pelayanan seluas-
luasnya dan cara pemanfaatan dan pelayanan harus merupakan cara yang dapat
diterapkan dan diterima oleh masyarakat setempat. Usaha pelayanan air bersih pada
umumnya melalui 2 macam cara yaitu melalui sambungan langsung dan melalui kran
umum/hidran umum.

Perbandingan prosentase antara sambungan langsung dengan kran umum/hidran


umum berkisar antara 50:50 sampai 80:20 dimana faktor cost recovery (pemulihan
biaya) merupakan faktor yang perlu menjadi bahan pertimbangan. Keseimbangan
secara nasional dapat dilakukan dengan memasang kran umum/hidran umum di
daerahpedesaan dan daerah tertentu di perkotaan. Angka perbandingan sebenarnya
tergantung dari hasil survei masing-masing kota/desa yang bersangkutan.

B.2.6.6.2. Proyeksi Penduduk


Untuk memperoleh prosentase pertumbuhan penduduk di daerah perencanaan
dibutuhkan data statistik kependudukan 10 tahun terakhir. Dengan demikian dapat
dihitung proyeksi jumlah penduduk selama periode perencanaan 10 tahun.

Perkiraan jumlah penduduk dapat dihitung dengan menggunakan metode :

1. Metode Arithmatik
Metode ini biasa juga disebut metode rata-rata hitung. Metode Aritmatik apabila
data berkala menunjukkan jumlah penambahan (absolute number) yang relative
sama setiap tahunnya.
Rumus:
Pn= P0 + Ka (Pn -P0)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 41


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = tahun ke n
To = tahun dasar
Ka = konstanta arithmatik
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke-1
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = tahun ke-1 yang diketahui
T2 = tahun ke-2 yang diketahui

2. Metode Geometrik
Pada dasarnya metode geometrik adalah suatu rumus eksponensial. Trend
eksponensial sering digunakan untuk meramalkan data/ kejadian lain yang
perkembangan atau pertumbuhannya sangat cepat. Untuk keperluan proyeksi
penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan
penigkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Metode ini tepat untuk diterapkan
pada kasus pertumbuhan ekonominya tinggi dan perkembangan kotanya pesat.
Rumus :
Pn = P0 (1 + r)n (Dep. PU, 1998)

Dimana:
Pn = jumlah penduduk setelah n tahun
P0 = jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
r = laju pertambahan penduduk rata-rata
n = lama tahun proyeksi

3. Metode Least Square


Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah dengan
menggunakan metode least square./
Rumus :
Y = a + bX (Dep. PU, 1998)
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 42
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Dimana :
Y = nilai berdasarkan variabel berdasarkan garis regresi
X = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linear.
Adapun persamaan a dan b, yaitu ; (Dep. PU, 1998)

Untuk menentukan metoda yang digunakan dari ketiga metoda tersebut di atas,
maka digunakan koefisien seperti rumus di bawah ini.
Rumus :

Dimana :
r = korelasi antara variabel X dengan Y X = variabel independen
Y = variabel independen
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan
tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera
pada tabel berikut :

Tabel Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

No Interval Koefisien Tingkat Hubungan

1 0.09 – 0.199 Sangat rendah


2 0.20 – 0.399 Rendah
3 0.40 – 0.599 Sedang
4 0.60 – 0.799 Kuat
5 0.80 – 1.000 Sangat Kuat

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 43


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.6.3. Debit Rencana


Perhitungan debit rencana adalah sebagai berikut:
a) Debit rata-rata (l/det) = Kebutuhan domestik + non domestik +
kehilangan air
b) Debit hari puncak = kebutuhan rata-rata x 1,15
c) Debit jam puncak = kebutuhan rata-rata x 1,75
Secara singkat kriteria perencanaan kebutuhan air baku dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel Kriteria Kebutuhan Air Baku

No Parameter Satuan Kebutuhan


A Tingkat Pelayanan (Target) 80%
B Tingkat Pemakaian Air Liter/orang/hari
1. Domestik :
- Sambungan Halaman (SH) Liter/orang/hari 75
- Kran Umum (HU) Liter/orang/hari 30
2. Non Domestik (Industri, Liter/orang/hari 15% - 30% dari
Kantor, Komersial, Sekolah, RS, kebutuhan
gereja, dll) domestic
C Kebutuhan Hari rata-rata Liter/hari B1 + B2
D Kehilangan Air Liter/hari 20% x C
E Kebutuhan Hari Maksimum Liter/hari (1,15-1,2) x C
F Kebutuhan Jam Puncak Liter/hari 1,75 x C
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan Sistem Penyediaan
Air Minum Perkotaan Tahun 2006

B.2.6.6.4. Pemakaian Air (l/o/h)


Secara tepat angka pemakaian air per orang per hari harus didasarkan pada suatu
“Survey
Kebutuhan Nyata” (SKN) tetapi pada umumnya angka tersebut akan berkisar antara:
- Kota Metro : 190 l/o/h
- Kota Besar : 170 l/o/h
- Kota Sedang : 150 l/o/h
- Kota Kecil : 130 l/o/h
- Kota Desa : 100 l/o/h
Laju pemakaian air harus diproyeksikan meningkat setiap interval 5 tahun
selama periode perencanaan. Peningkatan ini berkaitan dengan peningkatan
ekonomi dan taraf hidup masyarakat (diasumsikan meningkat)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 44


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.6.5. Kehilangan Air


Kehilangan air disini maksudnya adalah sejumlah air yang dipakai (hilang) di luar
perhitungan kebutuhan - kebutuhan yang diperhitungkan di atas. Kehilangan air
dapat disebabkan antara lain pencucian bangunan pengolahan, melimpahnya
reservoir, adanya pemakaian air tanpa meteran dan lain-lain. Sedangkan pada
jaringan distribusi dapat diakibatkan oleh rusaknya sambungan serta kebocoran
pada pipa-pipa distribusi.
Pada umumnya kehilangan air diperhitungkan antara 10 − 20% dari total
kebutuhan air. Kehilangan air dalam perhitungan diasumsikan sebesar 30%
dari total kebutuhan (kebutuhan domestik dan non domestik) pada tahap akhir
perencanaan.

B.2.6.7. Neraca Air


Sebelum menganalisa neraca air, perlu dilakukan deliniasi satuan wilayah studi atas
beberapa water district yang dikaitkan dengan demand clusternya. Neraca air sesuai
proyeksinya dalam kurun waktu tertentu dihitung pada setiap pasangan demand
cluster-water district berikut neraca totalnya, untuk berbagai kondisi ketersediaan air
yaitu pada tahun normal (debit rata-rata), tahun kering lima tahunan (Q80%), dan
tahun kering sepuluh tahunan (Q90%) dan dapat diprediksi kondisi neraca air pada
masa yang akan datang. Hasil pemetaan ruang, data sosio-ekonomi, data debit sungai,
sampel sedimen, lokasi bangunan, kebutuhan air, ketersediaan air, neraca air dan
masalah-masalah di Daerah Aliran Sungai di atas selanjutnya akan dipetakan dengan
menggunakan piranti GIS secara tematik dengan satuan ruang adalah DPS dan
sebagainya. Kebutuhan air untuk air baku pada ibukota kecamatan, serta penggunaan
air untuk keperluan lomestik perkotaan, dan industri.

Studi neraca air merupakan analisis kesetimbangan antara kebutuhan air (demand
system) dan ketersediaan air (supply system) sesuai dengan prediksi atas waktu,
jumlah dan mutu. Untuk menganalisis suatu sistem tata air di tingkat wilayah sungai
maka pertama kali diperlukan adanya analisis ketersediaan air. Analisis ini pada
prinsipnya adalah untuk mendapatkan data runtut waktu (time series) yang andal dan
cukup panjang misalnya sekitar 20 tahun. Analisa sumber air (ketersediaan dan
kebutuhan air) pada setiap pasangan demand cluster dan water districtnya serta pada
total daerah studi dengan mengacu pada RUTR Nasional dan Regional.

Pada tahap ini analisa neraca air masih terbatas pada analisa ketersediaan air

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 45


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

permukaan. Usulan pemanfaatan air tanah akan dilakukan pada lokasi yang mengalami
krisis air. Permasalahan yang sering timbul dalam analisis ini adalah keterbatasan data
debit pada setiap water district. Jumlah ketersediaan datanya seringkali hanya beberapa
tahun atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga perlu dilakukan analisis
pembangkitan data debit atas dasar data hujan dan iklim (rainfall runoff analysis).

Ada dua cara menghitung neraca air, yaitu: pertama secara umum untuk setiap
pasangan water district dan demand cluster, kedua dengan memperhitungkan cara
pendistribusian air tsb. Neraca air umum ini menyajikan ketersediaan air, kebutuhan air,
serta rasio antara kebutuhan dan ketersediaan air dalam angka Indeks Pemakaian Air
yang dapat dikonversi dalam bentuk peta tematik.

Dengan membandingkan besarnya rasio kebutuhan air terhadap ketersediaan air


dinyatakan dalam angka Indeks Pemakaian Air (IPA) untuk kondisi air rata-rata serta
pada musim kemarau di tahun kering, pada saat ini serta pada saat proyeksi, maka
terlihat pada tahun mana terjadi krisis kekurangan dan di DPS mana krisis tersebut
terjadi.

B.2.6.8. Pemilihan Alternatif Sistem


Setelah memadukan kebutuhan air dan ketersediaan sumber air baku di daerah
perencanan maka dapat direncanakan alternatif pemenuhan kebutuhan mulai dari :
1. Sumber air baku
Prosedur dalam pemilihan sumber air baku adalah sebagai berikut:
a. identifikasi aspek perijinan
b. evaluasi sumber dengan tinjauan terhadap sektor-sektor lain yang menggunakan
sumber
c. evaluasi finansial
d. analisa dampak lingkungan
2. Lokasi dan jenis intake
3. Penampungan yang diperlukan (jika ada)
4. Jalur transmisi
5. Lokasi reservoir
6. Jaringan distribusi
Setiap alternatif hendaknya dikaji berdasarkan kelayakan teknis, ekonomi dan
lingkungan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 46


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.9. Kapasitas Sistem


Merupakan komponen utama sistem air minum harus mampu untuk mengalirkan air
Kebutuhan hari maksimum dan jaringan distribusi untuk kebutuhan jam puncak.
Pada umumnya semua sarana produksi termasuk reservoir direncanakan berdasarkan
kebutuhan hari maksimum yaitu :
a. Intake / sumber air baku b. Transmisi
b. Instalasi pengolahan air (IPA)
c. Reservoir
Sedangkan sarana jaringan distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak
yang besarnya berkisar antara 165% - 200% dari kebutuhan rata-rata.

B.2.6.10. Unit Produksi Sistem Penyediaan Air Minum


Unit produksi sistem penyediaan air minum terdiri dari lima komponen utama yaitu :
1. Bangunan pengambil air baku
2. Bangunan instalasi pengolahan air
3. Pembubuhan bahan kimia
4. Peralatan mekanikal elektrikal
5. Bangunan penunjang

Unit produksi sistem pengolahan air minum berfungsi untuk mengolah air baku menjadi
air minum. Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan standar kualitas air minum
tersebut, air baku diolah dengan proses pemisahan partikel kasar, proses pemisahan zat
tersuspensi, proses pemisahan zat terlarut, proses netralisasi dan proses desinfeksi.

B.2.6.10.1. Bangunan Pengambil Air Baku (Intake)

Berfungsi menjaga pasokan air baku agar tidak terganggu oleh pengotoran yang
disebabkan lumpur/bahan mengapung serta untuk penenang aliran agar memudahkan
pemompaan.Sistem intake harus diletakkan di lokasi yang mudah dijangkau dan
didesain serta dibangun untuk memberikan suplai air baku dalam jumlah yang spesifik,
sumber air baku yang digunakan harus dapat diandalkan, dan tidak ada interupsi aliran
dalam kondisi apapun.Faktor-faktor yang penting bagi sistem intake adalah keandalan,
keamanan, pengoperasian minimal dan biaya operasi.

B.2.6.10.2. Bangunan Instalasi Pengolahan Air


Instalasi pengolahan air pada tahap awal adalah bak prasedimentasi. Berfungsi
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 47
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

mengendapkan partikel kasar seperti pasir dan butiran halus lainnya.


Pertimbangan-pertimbangan dalam mendesain bak prasedimentasi
1. Faktor-faktor yang harus diperhatikan :
a. debit (Q)
b. karekteristik endapan materi tersuspensi
c. rasio penyisihan yang dikehendaki
2. Pertimbangan ukuran lebar dan dalam bak

B.2.6.10.3. Pembubuhan Bahan Kimia


Dapat berupa proses :
1. Prekhlorinasi
Merupakan desinfeksi awal bagi air baku yang terpolusi berat, proses
khlorinasi harus dilakukan dengan waktu kontak yang cukup dan menggunakan
desinfektan yang efektif.
Fungsi prekhlorinasi adalah :
a. Mengoksidasi besi dan mangan terlarut menjadi bentuk besi dan mangan tak
terlarut sehingga dapat dihilangkan dengan cara pengendapan
b. Menghilangkan materi berwarna
c. Menetralkan amonia bebas di dalam air
d. Mencegah pertumbuhan alga di bak sedimentasi dan saringan
e. Membunuh organisme pada saringan pasir sehingga umur saringan pasir lebih
lama

2. Pelunakan air
Berfungsi untuk menurunkan tingkat kesadahan yang disebabkan oleh kation Mg2+
dan Ca2+

3. Koagulan
Berfungsi untuk menghilangkan gaya tolak menolak antar partikel-partikel koloid
yang bermuatan sama sehingga akan terbentuk flok-flok yang berukuran lebih
besar agar mudah diendapkan. Dengan demikian diperoleh aliran yang cukup tinggi
namun tetap ekonomis.

4. Pengaduk cepat / Koagulasi


Berfungsi mempercepat pencampuran bahan kimia serta menjamin tercapainya
nilai gradien kecepatan yang diinginkan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 48


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gradien kecepatan ( G )

Dimana :
G = gradien kecepatan (det-1)
P = daya yang diperlukan (watt)
= viskositas absolut (kg/m detik) V = volume air (m3)

5. Pengaduk lambat / Flokulasi


Berfungsi mengatur pengaliran agar terbentuk kondisi yang memungkinkan
terbentuknya flok yang berat, besar dan padat.
Pengaduk lambat dapat dilakukan denagn pengaduk mekanis atau baffle.

6. Bak Pengendap / Sedimentasi


Berfungsi mengendapkan flok yang sudah terbentuk atau memisahkan padatan
yang dapat mengendap melalui proses gravitasi sehingga mampu memaksimalkan
unit proses di bagian hilir seperti filtrasi.
Sedimentasi suatu partikel yang berasa dalam air dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Ukuran partikel
b. Bentuk partikel
c. Berat jenis atau kerapatan partikel
d. Viskositas cairan
e. Konsentrasi partikel dalam suspensi
f. Sifat-sifat partikel dalam suspensi

7. Desinfektan
Berfungsi sebagai bahan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit.

B.2.6.10.4. Peralatan Mekanikal Elektrikal


Generator listrik mandiri atau sering disebut genset adalah pembangkit daya listrik
yang biasa digunakan kantor, pusat belanja, pabrik atau termasuk pada rumah
pompa. Biasanya genset berbahan bakar minyak seperti premium atau bensin, solar,
bensin campuran, bahkan ada juga yang berbahan bakar gas. Fungsi genset adalah
untuk memberikan suplay daya listrik alternatif untuk alat- alat yang membutuhkan
listrik sebagai sumber powernya. Genset diesel pompa air bersih dapat digunakan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 49


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

untuk mengangkut air bersih atau cairan yang memiliki properti fisik dan kimia yang
sama dengan air bersih. Jenis-jenis genset :
1. Genset Open Type pada umumnya digunakan bagi pemakai yang mempunyai
power house sendiri dan dirancang khusus untuk penempatan genset di dalam
ruang/gedung yang kedap suara. Genset ini yang paling sering dipakai dirumah-
rumah. Open Type mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan perawatan karena
kondisinya yang terbuka. Bongkar pasang mesin lebih mudah dilakukan.

2. Genset Silent Type mempunyai canopy (rumah genset) berbentuk segi empat.
Canopy ini terbuat dari bahan plat besi dan dilapisi dengan busa peredam
(accoustic foam). Lapisan ini memberikan peredaman yang cukup baik sehingga
suara mesin dikeluarkan tidak membuat kebisingan (dalam batas normal). Canopy
genset dirancang dan diproduksi dengan konstruksi knock down serta dilengkapi
pintu-pintu untuk memudahkan akses ke dalam genset agar
memudahkan pengoperasian dan perawatan.

3. Genset mobile type merupakan gabungan antara genset Open type dan Silent
type. Tipe ini diperlukan bagi pemakai yang memerlukan mobilitas tinggi dalam
penggunaannya. Perusahaan pembuat film dan stasiun televisi banyak memakai
genset tipe ini untuk keperluan syuting di luar kota. Disamping itu genset tipe ini
sangat berguna untuk menyuplai daerah yang mengalami pemadaman listrik
(PLN) secara terlokalisir karena dapat dengan mudah dipindahkan.

B.2.6.10.5. Bangunan Penunjang


Bangunan penunjang yang berguna untuk kelancaran produksi meliputi rumah pompa,
laboratorium dan gudang.
1. Rumah Pompa
Dalam perencanaan teknik konstruksi rumah pompa dan sumber daya energi yang
harus diperhatikan adalah:
- penyangga/pondasi pompa dan generator;
- ventilasi;
- struktur bangunan;
- perlengkapan
 Penyangga Pompa dan Generator
Penyangga pompa dan generator harus kuat dan aman dari getaran dengan
kriteria dan ukuran sebagai berikut:
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 50
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

(a) Kriteria Perencanaan pondasi pompa harus memenuhi kriteria


sebagai berikut :
- pondasi harus cukup kuat menahan beban diatasnya;
- pondasi harus cukup kuat dan dapat meredam getaran yang besar
yang ditimbulkan oleh pompa;
- unit pompa dan generator harus dipasang di atas pondasi pada
tanah atau tempat yang baik;
- bahan pondasi adalah beton sekurang-kurangnya fc-22,5

(b) Ukuran Ukuran pondasi pompa harus memenuhi ketentuan sebagai


berikut :

- ketebalan pondasi disesuaikan dengan kekuatan dari pompa atau


motor penggerak pompa, sebagai berikut :

 kurang dari 55,0 KW : 600 mm

 55,0 – 75,0 KW : 750 mm

 75,0 – 100,0 KW : 1000 mm

- Untuk pompa dengan generator dengan kekuatan di atas 100,0 KW,


penyangga harus didesain khusus
- bidang atas atau pondasi lebih tinggi 10-15 cm dari lantai rumah
pompa;
- posisi pompa atau generator diletakkan minimal 50 cm darilantai
dinding;

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 51


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Ventilasi
Fungsi, kriteria pemasangan dan ukuran ventilasi adalah untuk menjaga
temperatur ruangan dan sirkulasi udara sehingga panas di ruangan dapat
dikeluarkan, terutama untuk pendinginan pada motor penggerak pompa.

 Struktur Bangunan
Fungsi, kriteria, bahan dan perlengkapan struktur bangunan adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi struktur bangunan rumah pompa dan sumber energi adalah
melindungi peralatan pompa dan sumber daya energi dari gangguan baik
cuaca dan hewan.
2. Kriteria Bangunan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
o leluasa bagi orang atau operator
o memudahkan bagi operator dalam OP peralatan
o dilengkapi dengan pintu dan ventilasi
o Bahan bangunan rumah pompa dan sumber daya energi adalah:
- dinding: pasangan batu bata, beton bertulang
- atap: atap seng, genteng, beton bertulang
- pintu: besi atau kayu
- ventilasi: besi atau kayu (berupa kisi-kisi terbuat dari plat baja)
- pondasi: beton bertulang atau batu kali

3. Perlengkapan yang harus ada di rumah pompa dan sumber daya energi
adalah papan pengawas (control panel). Papan pengawas (control panel)
dipasang dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

i. Papan pengawas (control panel ) dipasang pada dinding dengan


ketinggian minimum 100 mm dari lantai;
ii. Papan pengawas (control panel) terpisah dari tempat tangki bahan bakar;
iii. dilengkapi dengan jaringan kabel dari generator ke motor pompa

2. Laboratorium dan gudang


Komponen Komponen Rumah Kimia, Laboratorium, dan Gudang adalah:
o Rumah Kimia
- ruang unit koagulasi
- ruang unit desinfeksi

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 52


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- ruang unit netralisasi


- ruang unit floridasi
- ruang unit pelunak kesadahan
- ruang unit penghilang Fe dan Mn

o Laboratorium
- ruang tes fisiokimia
- ruang tes bakteria- ruang pembiakan bakteri- ruang persiapan untuk tes
bakteri
- ruang tes biologi
- ruang pertemuan
- ruang gelap
- kamar gas
- tempat penyimpanan bahan kimia
- tempat perkakas

o Gudang
 gudang kimia
- tempat penyimpanan koagulan
- tempat penyimpanan desinfektan tempat penyimpanan netralisan
- tempat penyimpanan fluoridan
- tempat penyimpanan bahan pelunak kesadahan
- tempat penyimpanan bahan penghilang Fe dan Mn
 gudang umum
- tempat penyimpanan suku cadang
- tempat penyimpanan perlengkapan

B.2.6.10.6. Reservoir
Air yang telah diolah sebelum didistribusikan ke daerah pelayanan disimpan terlebih
dulu dalam bak penampung air atau resevoir yang sekaligus juga dapat berfungsi
sebagai tempat dilakukan pembubuhan desinfektan berupa kaporit untuk mencegah air
hasil olahan mengandung kontaminan berupa mikroorganisme terutama bakteri
patogen.
Dimensi reservoir pelayanan pada umumnya berkisar antara 17,5% - 20% dari
kebutuhan air hari rata-rata. Semakin besar daya tampung reservoir palayanan, maka

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 53


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

semakin aman sistem tersebut terhadap kerusakan / perbaikan sistem dan pemadam.

B.2.6.10.7. Tekanan Air Maksimum


Sisa tekanan air maksimum pada umumnya ditentukan pada saat tidak ada aliran
(statik) dan dapat dihitung berdasarkan selisih antara tinggi air paling atas reservoir
dengan titik terendah di jaringan distribusi.

Tekanan maksimum pada umumnya dibatasi sekitar 60 meter kolom air untuk alasan
ekonomis. Tekanan air yang tinggi dapat mempercepat kerusakan-kerusakan di sistem
plumbing dan dapat menyebabkan angka kebocoran tinggi.

Untuk menghindari terjadinya pengisapan air kotor ke dalam pipa air minum, maka
harus dijaga adanya tekanan minimum minimal 10 meter kolom air di titik tertinggi
suatu jaringan distribusi.

B.2.6.10.8. Kriteria Teknis


B.2.6.10.8.1. Intake

Umumnya mata air yang keluar terpencar pada beberapa lokasi. Sehingga sulit
unutk mendapatkan debit yang cukup. Untuk itu diperlukan suatu bangunan
pengumpul sumber-sumber air pada lokasi mata air. Bangunan ini berfungsi untuk
melindungi sumber air dari berbagai kontaminasi bahan pencemar.
Fungsi bronkaptering diantaranya, yaitu :
a. Untuk mengumpulkan air baku dari sumber mata air.
b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan saringan batu kerikil atau tipe
saringan yang lain dalam hal ini digunakan saringan batu.
c. Mengambil air baku sesuai dengan debit yang diperlukan oleh kota yang akan
menjadi daerah distribusi.
Kriteria pemilihan lokasi sistem intake didasarkan pada :
 Mendapatkan air dengan kualitas terbaik setelah melewati prosedur-prosedur
tertentu guna menghindari pencemaran sumber air
 Perkiraan kemungkinan perubahan yang terjadi
 Minimasi efek-efek yang diakibatkan oleh pembekuan, banjir, sampah, navigasi
sungai dan perubahan pada aliran
 Menyediakan akses yang mudah guna perawatan dan perbaikan
 Menyediakan tempat bagi kendaraan
 Memungkinkan terjadinya pertambahan fasilitas di masa yang akan datang

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 54


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Mempertahankan kuantitas air yang aman selama musim kering


 Minimasi efek keberadaan sistem intake terhadap kehidupan akuatik yang ada
 Mendapatkan kondisi geologis yang baik
 Peletakkan intake tidak boleh mengganggu atau menimbulkan konflik dengan
program- program peningkatan sungai di kemudian hari.
Jika intake diletakkan di belokan sungai, bagian terbaik untuk meletakannya adalah di
lengkungan sungai bagian luar. Kurang baik bila intake diletakkan lengkungan sungai
bagian dalam karena di sana ketinggian air akan berkurang, banyak terdapat pasir dan
terjadi akumulasi sampah.

B.2.6.10.8.2. Jaringan Transmisi

Pipa transmisi direncanakan dapat mengalirkan debit puncak (kebutuhan air


maksimum) pada tahun rencana. Jaringan transmisi berfungsi menyalurkan air dari
sumber air ke bak penampungan sementara, yang lokasinya berdekatan dengan
daerah layanan. Kehilangan energi harus diperhitungkan dalam jaringan transmisi ini.

B.2.6.10.8.2.1. Dasar Perencanaan


Ada beberapa cara pengaliran (transmisi) ke reservoir yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Sistem Saluran Terbuka (open chanel)
Pada sistem ini, tekanan air sama dengan tekanan udara yaitu 21 atm. Keuntungan
sistem ini adalah :
1) Biaya relatif murah karena hanya memperhitungkan segi konstruksi saluran
2) Dimensi saluran bebas, tidak mengikuti dimensi pasaran
3) Dapat mengalirkan kapasitas yang cukup besar dibandingkan dengan saluran
pipa
Sedangkan kerugiannya adalah :
1) Harus mengikuti HGL karena pengaliran secara gravitasi kecepatannya
tergantung pada slope muka tanah
2) Kapasitas yang dibawa sebaiknya jauh lebih besar darikebutuhan karena
kehilangan air lebuh besar akibat penguapan, rembesan kedalam tanah, dan
adanya pengotoran dan gangguan dari masyarakat sepanjang aliran.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 55


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

b) Sistem Saluran Tertutup (Aquaduct)


Sistem ini mampu membawa air dengan kapasitas yang cukup besar dan
memungkinkan kehilangan air yang kecil bila dibandingkan dengan debitnya. Air
dialirkan melalui saluran tertutup untuk menghindari kontaminasi dimana tekanan
air sama dengan tekanan udara luar (1 atm). Saluran tertutup terdiri dari jenis cut
and cover dan tunnel.
Keuntungan :
1) Pemanfaatan material local, baik batu bata maupun batu kali
2) Saluran relatif lebih panjang
3) Biaya investasi dan pemeliharaan relatif lebih kecil
Kerugian :
1) Perletakannya tergantung pada HGL atau ketinggian tanah yang dilalui
2) Harus dibuat kapasitas maksimum cadangan
3) Harus masalah dengan sarana transportasi, saluran drainase, dan lain-
lain, akibat letaknya di atas permukaan tanah.

c) Sistem Pipa (Fabricated)


Dengan sistem pipa, air dialirkan melalui sistem perpipaan dengan tekanan lebih
besar dari pada tekanan udara luar.
Keuntungan :
1) Pengaliran tidak tergantung pada profil muka tanah
2) Memperkecil kemungkinan akan adanya gangguan
3) Dimensi saluran relatif lebih besar
4) Biaya pemeliharaan dan perawatan relatif lebih rendah

Sedang kerugian harga pipa dan perlengkapan relatif lebih mahal.

Kelebihan transmisi dengan perpipaan misalnya adalah kemampuan untuk


membawa air bersih maupun air baku, pengolahan air dilakukan di akhir perpipaan
transmisi, gangguan yang terjadi sangat kecil dibandingkan dengan sistem
pengaliran lain, pemasangan lebih mudah demikin juga konstruksinya.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 56


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.10.8.2.2. Perencanaan Sistem Transmisi

Sistem saluran yang direncakan yaitu sistem perpipaan, yang memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sistem saluran terbuka dan aquadet, yaitu sebagi
berikut

1. Kecepatan tinggi karena aliran berada di bawah tekanan.


2. Dapat dioperasikan tanpa gangguan.
3. Dilihat dari segi konstruksi, pemasangan pipa relatif lebih mudah dibanding
dengan membuat saluran terbuka atau aquaduct.

Dalam menentukan jalur pipa transmisi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Jalur dengan panjang pipa paling pendek dengan diameter yang paling ekonomis
b. Menghindari berbagai hambatan seperti : lembah, gunung, bukit, jembatan pipa,
pompa, tunnel, cut & cover, dll, karena dapat menambah biaya c. Lokasi mudah
dikontrol
c. Memenuhi kebutuhan hidrolis
d. Konstruksi dan pemeliharaan pipa dan perlengkapannya mudah f. Tidak
memerlukan terlalu banyak perlengkapan pipa

B.2.6.10.8.2.3. Jenis Pipa

Bahan pipa yang ada di pasaran diantaranya adalah : beton, fiberglass (RGP), PVC,
Asbestos

Cemment Pipe (ACP), Cast Iron Pipe (CIP), Galvanis Iron Pipe (GIP), Polly Ethylene
(PE).

Untuk memilih pipa yang digunakan, terlebih dahulu dipertimbangkan karakter pipa
yang paling sesuai dengan desain yang hendak dibuat.

Jenis pipa yang biasa digunakan adalah :

a. Cast Iron Pipe


 Tahan lama (dapat digunakan lebih dari 100 tahun)
 Tidak mudah berkarat
 Semakin tua umur pipa, kekasaran semakin besar.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 57


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

b. Asbestos Cement Pipe


 Bagian dalam pipa sangan halus sehingga gesekan kecil (head loss kecil)
 Diperkirakan bersifat karsinigonik sehingga air tidak lagi aman untuk
dikonsumsi sebagai air minum.
c. Steel Pipe
 Baik untuk debit dan tekanan besar
 Dindingnya tipis sehingga mudah mengalami kerusakan struktural d. Plastik Pipe
 Murah dan ringan
 Tidak tahan lama (kurang dari 25 tahun)
Langkah langka perhitungan untuk diameter pipa transmisi adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jalur transmisi dari peta kontur, dan pengukuran lapangan secara
teresterial.
2. Membuat profil memanjang dari jalur transmisi tersebut
3. Menentukan perletakan pipa pada profil memanjang
4. Menentukan panjang pipa untuk tiap segmen pipa dengan menggunakan dalil
Pityagoras, yaitu :

L2   +  
2 2

Dengan
L = panjang pipa sebenarnya
X= proyeksi pipa ke arah sumbu x
Y= proyeksi pipa ke arah sumbu y
5. Menghitung panjang pipa keseluruhan dan panjang ekivalen dengan rumus :

Lekiv   L 1.2

6. Menghitung nilai slope saluran, dengan asumsi pertama nilai head loss (ΔH)
sebesar tinggi elevasi dikurangi 10, menggunakan rumus:

7. Mencari diameter pipa menggunakan rumus Hazem – Williams,

8. Menyesuaikan slope yang digunakan dengan diameter di pasaran, menggunakan


rumus Hazen - Williams

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 58


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

9. Mencari kecepatan aliran dalam pipa, yaitu :

  Qmd / A

Dengan :
v = kecepatan aliran (m3/s)
Qmd = debit maksimum harian (m
A = luas penampang pipa (m2)

Spesifikasi Pipa PE
1. Spesifikasi teknik dari pipa PE dan sambungan – sambungannya terbuatdari
material PE untuk saluran air minim harus mempunyai anti oksidan, stabilisasi
UV dan pigmen
2. Jenis dan klasifikasi bahan pipa yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel Jenis dan klasifikasi bahan

3. Bahan yang dikerjakan ulang yang berasal dari pembuatan pipa di pabrik itu
sendiri sesuai dengan spesifikasi ini dapat digunakan jika bahan tersebut
berasal sari bahan yang sama sebagaimana yang digunakan untuk produksi
terkait
4. Komponen harus ditetapkan berdasarkan jenis bahan agar sesuai dengan
syarat kekuatan minimum (MRS) yang berlaku sebagaimana dijelaskan dalam
tabel di bawah.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 59


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel Hubungan Antara MRS dan δ s Untuk


Berbagai Koefisien Desain Yang Diberikan

5. Jika pipa disambungkan dengan cara butt fusion atau mengunakan


sambungan elektrofusion dari jenis bahan berbeda, sambungan harus
memenuhi persyaratan uji hidrostatik pada tabel berikut

Tabel Ketahanan Hidrostatis pipa

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 60


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.2.6.10.8.3. Reservoir
 Volume reservoir dapat diketahui dengan menggunakan kurva fluktuasi pemakaian
air.
 Debit yang masuk ke reservoir adalah konstan yaitu sebesar 4,17% per jam
sedangkan debit yang keluar dari reservoir bervariasi tergantung pemakaian air.
 Dimensi reservoir diperoleh deri debit air yang masuk dikalikan dengan waktu
tunggu (td) maka diperoleh volume reservoir yang kemudian dapat diperoleh
dimensi reservoir.
 Kedalaman reservoir adalah kedalam air ditambah dengan freeboard untuk
menjaga limpahan air berkisar 0,5 m.

B.2.6.10.8.4. Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi adalah sistem perpipaan yang digunakan untuk mengalirkan air
dari bak penampungan sementara ke konsumen. Perencanaan suatu jaringan air
bersih bertujuan untuk menyalurkan air secara merata dan seimbang ke seluruh
daerah pelayanan, sehingga masing-masing
konsumen dapat menggunakan air bersih sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan
setiap saat.
Beberapa faktor yang sangat menentukan dalam merencanakan suatu sistim
distribusi, antara lain :
- Rencana induk pengembangan kota dengan perkiraan jumlah penduduk di masa
yang akan datang.
- Besarnya jumlah kebutuhan air.
- Fluktuasi pemakaian air.
- Keadaan topografi daerah.
- Kondisi jaringan jalan
- Lokasi pengambilan serta reservoir distribusi.

B.2.6.10.8.4.1. Dasar Perencanaan


Dasar perencanaan sistim penyediaan air bersih meliputi :
- Periode perencanaan dan penahapan
- Cara pengaliran distribusi
- Sistim jaringan distribusi
- Pembagian daerah pelayanan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 61


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

a. Periode perencanaan dan penahapan


Periode perencanaan suatu sistim distribusi air bersih sangat tergantung pada
rencana pengembangan suatu daerah serta penahapan kapasitas distribusi. Selain
itu hal yang perlu diperhatikan dalam periode perencanaan yaitu agar pemakaian
pipa distribusi pada tahap-tahap rencana dapat diimbangi dengan biaya
pemasangannya, dan diusahakan agar lebih menguntungkan dari segi teknis
maupun ekonomis dalam pelaksanaannya.

b. Cara pengaliran distribusi


Pada dasarnya ada tiga jenis sistim pengaliran untuk distribusi air bersih yaitu
sebagai berikut :
1. Pengaliran secara gravitasi
Pengaliran secara gravitasi adalah pengaliran air yang diakibatkan oleh gaya
berat sendiri. Sistim ini digunakan apabila sumber air berada pada elevasi yang
lebih tinggi dari daerah distribusi dan cukup untuk memberikan tekanan
pengaliran.

2. Pengaliran dengan pemompaan


Sistim ini digunakan apabila daerah pelayanan distribusi berada pada kondisi
yang relatif datar, sehingga untuk mendistribusikan air harus dilakukan dengan
pemompaan terus menerus.

3. Pengaliran dengan reservoir dan pompa


Sistim ini digunakan pada daerah pelayanan yang cukup luas dan datar. Air dari
sumber air terlebih dahulu dialirkan ke reservoir digunakan pompa untuk
mensuplai kebutuhan pada saat jam puncak.

c. Sistim Jaringan Distribusi


Pada prinsipnya sistim jaringan distribusi terdiri atas empat jenis yaitu :
1. Sistim percabangan
Sistim ini sering juga disebut sistim jalan buntu atau sistim pohon dimana air
bersih dialirkan dari pipa induk, kemudian pipa percabangan untuk elayani
suatu daerah tertentu dan beberapa cabang lagi melayani perumahan -
perumahan dalam daerah tersebut .

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 62


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Jaringan Pipa Sistem Percabangan

Kemungkinan terjadinya pengumpulan sediman pada ujung-ujung pipa


mengakibatkan ujung- ujung dalam pipa akan buntu. Sistim ini cocok digunakan
pada kota yang baru berkembang dimana jaringan jalan masih belum teratur.
Keuntungan dari sistim ini adalah :
- Perhitungan pembebanan air mudah sederhana.
- Kapasitas aliran dan tekanan air dalam pipa dapat ditentukan secara seksama.
- Pemasangan pipa sederhana.
- Diameter direncanakan sesuai kebutuhan setempat.
- Jumlah katup yang digunakan dapat dibatasi. Kerugian dari sistim ini adalah :
- Adanya ujung pipa yang buntu, maka akan terjadi pengumpulan sediment
di ujung pipa. Untuk itu diperlikan kran pengurasan dan harus dikontrol
secara periodic.
- Bila diperlukan perbaikan pada salah satu bagian, maka seluruh
cabang yang bersangkutan akan terganggu.
- Kadang-kadang sulit untuk mendapatkan tekanan yang cukup pada ujung
pipa karena kehilangan tekanan besar.
- Kapasitas air yang digunakan saat terjadi kebakaran
sangat terbatas.

2. Sistim tertutup
Sistim tertutup merupakan sistim dimana setiap percabangan pipa dihubungkan
satu dengan yang lain Penggunaan ini cocok untuk daerah yang kondisi
topografinya relatif datar dan mempunyai jaringan jalan yang saling berhubungan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 63


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Jaringan Pipa Sistem Tertutup

Keuntungannya :
- Sirkulasi akan terjadi terus menerus sehingga terjadinya pengumpulan sediment
dapat dihindari.
- Akibat pipa yang saling berhubungan maka air akan tersedia pada setiap ujung
pipa dengan kehilangan energi minimum.
- Mudah mendapatkan air sesuai kebutuhan, bila terjadi kebakaran.
- Bila diadakan perbaikan jaringan, hanya sebagian kecil saja daerah yang
tidak mendapatkan air.
Kerugiannya :
- Katup yang diperlukan lebih banyak.
- Diameter pipa lebih besar dan jumlah pipa umumnya lebih panjang.
- Perhitungan kapasitas, tekanan dan kecepatan aliran sangat rumit.

3. Sistim melingkar
Sistim ini merupakan perpaduan antara sistim percabangan dengan sistim
tertutup dimana pipa induk dipasang mengelilingi suatu daerah pelayanan,
kemudian pipa-pipa cabang terletak pada bagian dalam dan dihubungkan ke
pipa induk. Untuk setiap titik mensuplai air dari dua arah. Sistim ini cocok
pada kota dengan perencanaan yang sudah baik.
Keuntungan sistim ini :
- Bila salah satu cabang ada yang rusak maka pemberian air tidak akan
terganggu dan pada bagian yang rusak saja yang tidak mendapatkan air.
- Tidak ada pengendapan sedimen pada ujung pipa.
- Apabila terjadi kebakaran, lebih banyak air yang dapat dialirkan ke tempat

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 64


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

kebakaran dengan cara menutup katup-katup dari lokasi yang terdekat.


Kerugiannya:
- Penggunaan pipa yang lebih panjang.
- Menggunakan katup yang lebih banyak.

Gambar Jaringan Pipa Sistem Melingkar

4. Sistim radial
Pada sistim ini digunakan beberapa reservoir pembagi air guna melayani
suatu daerah tertentu. Dengan penetapan daerah pelayanan yang tepat, maka
kehilangan energi di dalam jaringan dapat dikurangi. Sistim ini memberikan
pelayanan yang cepat, juga perhitungan dimensi pipa yang mudah. Sistim ini
cocok untuk daerah yang hanya menggunakan satu sistim saja, seperti pada
berikut ini :

Gambar Jaringan Pipa Sistem Radial

d. Pembagian Daerah Pelayanan


Pembagian daerah pelayanan dimaksudkan untuk mempermudah penentuan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 65


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

besarnya pembebanan dalam sistim jaringan distribusi serta mendimensi pipa


induk. Penetapan daerah dalam tiap blok pelayanan diperoleh dari perkiraan
jumlah kebutuhan air bersih yang akan dipergunakan serta jumlah kepadatan
penduduk pada masing-masing blok pelayanan.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembagian blok-blok pelayanan ini
yaitu antara batas- batas daerah pelayanan, keadaan jaringan jalan, tata guna
tanah serta arah pengembangan daerah perencanaan.

B.2.6.10.8.4.2. Kriteria Perencanaan


Kriteria perencanaan meliputi antara lain :
- Kapasitas sistim distribusi
- Kecepatan aliran dalan pipa
- Tekanan air dalam pipa
- Pengaliran dalam pipa
- Perpipaan

a. Kapasitas Sistim Distribusi


Kapasitas sistim distribusi sangat dipengaruhi oleh pemakaian air pada jam puncak,
untuk kebutuhan rumah tangga mencapai puncaknya, terjadi sekitar pukul 07.00
− 09.00 pagi dan antara pukul 16.00 − 18.00 sore dimana merupakan saat
kesibukan penduduk dalam menggunakan air setiap hari, misalnya untuk mandi,
mencuci, memasak dan lain sebagainya. Sedangkan untuk keperluan industri dan
komersial, puncak pemakaian air tegantung dari jam kerja masing-masing. Pada
malam hari terjadi penggunaan air yang terendah sesuai aktifitas pemakaian itu
sendiri yang dapat dikatakan tidak ada kegiatan.

b. Kecepatan Aliran dalam Pipa


Kecepatan aliran dalam pipa sangat berpengaruh pada kehilangan tekanan dalam
pipa. Kecepatan berkisar antara 0,6 m/detik sampai 3,0 m/detik, dan pengambilan
angka kecepatan bervariasi tergantung pada besar pipa yang digunakan. Kecepatan
yang terlalu rendah akan menyebabkan terjadinya pengendapan di dalam pipa,
sedangkan kecepatan yang besar akan mempercepat penggerusan pada dinding-
dinding pipa.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 66


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

c. Tekanan Air dalam Pipa


Tekanan air dalam pipa berpengaruh terhadap pengaliran air pada suatu jaringan
distribusi. Untuk menganalisa tekanan didalam pipa distribusi, dikenal beberap cara
yang umum digunakan yakni cara ekivalen dan cara cross-
Pada cara ekivalen, prinsip perhitungan digunakan pipa pengganti yang dianggap
ekivalen dengan pipa tersebut. Sedangkan pada cara cross, perhitungan dilakukan
dengan sistim coba-coba.

d. Pengaliran dalam Pipa


Sistim pengaliran di dalam pipa yaitu suatu keadaan dimana air memenuhi seluruh
penampang pipa. Pada saat air tidak penuh, maka pengaliran tersebut harus
disamakan dengan pengaliran di dalam saluran terbuka.
Akibat pengaliran dalam pipa, maka akan terjadi kehilangan energi, hal mana
disebabkan oleh gesekan di dalam pipa dan akibat tikungan atau terjadi perubahan
penampang pipa.

Kehilangan energi akibat gesekan dalam pipa dapat dihitung dengan metode-metode
antara lain:

1. Rumus Darcy- Weisbach.

Dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m) F = Factor Gesekan
L = Panjang Pipa
V = Kecepatan Aliran (m/det) D = Diameter Pipa
g = Percepatan Gravitasi (9.8 m/det)

2. Rumus Hazen William

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 67


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m)
L = Panjang Pipa (m)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
D = Diameter Pipa (m)
C = Koefisien Hazen William
Besarnya nilai koefisien gesekan (c) tergantung dari jenis pipa, diameter pipa dan
umur pipa. Nilai c dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel Angka koefisien C Hazen - William

Jenis Pipa C

P V C Pipa 100 - 150

Asbes 120 - 150

Pipa berlapis semen 100 - 140

Pipa besi dilgavanis 100 - 120

Cast Iron 90 - 125

Berdasarkan rumus hasen William, untuk memperoleh kehilangan tekanan akibat


gesekan air dengan dinding pipa dapat menggunakan grafik nomogram dalam
penyelesaiannya.

Dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m)
L = Panjang Pipa (m)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
D = Diameter Pipa (m)
n = Koefisien Manning
kehilangan energi akibat tikungan atau perubahan penampang. Besarnya
kehilangan energi yang dinyatakan dalam bentuk umum :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 68


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

e. Perpipaan
1. Pemilihan Jenis Pipa

Sebelum kita memilih pipa dengan tepat, maka kita harus mengenal sifat-sifat
kekuatan pipa yang akan dipakai.
Pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan air bersih diproduksi dalam
bermacam-macam jenis, yaitu :
- Pipa PVC (Polyvynil Chlorida)
- Pipa besi cor
- Pipa besi cor daktali
- Pipa besi digalvani
- Pipa besi baja
- Pipa PE
Pemilihan dari jenis pipa ini dipengruhi oleh faktor-faktor, yaitu :
- Keadaan tanah daerah pelayanan
- Diameter pipa yang ada di pasaran
- Daya tahan pipa
- Faktor ekonomi
- Keadaan lapangan.

2. Cara Penyambungan Pipa

Penyambungan pipa yang kedap air harus dilakukan dengan baik untuk mencegah
terjadinya kebocoran/kehilangan air dan mempekecil gangguan di masa yang
akan datang.
Dalam penyambungan pipa sering terjadi penyimpangan sudut. Untuk
menghindari kebocoran akibat penyimpangan sudut, maka penyimpangan sudut
tersebut harus diatasi dengan menyesuaikan terhadap jari-jari lengkung
minimum dari masing-masing jenis pipa yang dipakai.

3. Lokasi dan Penamaan Pipa

Untuk melindungi pipa dari gangguan beban yang diakibatkan oleh beban
lalu lintas, perusakan oleh penduduk, dan untuk menjaga temperature air tetah
sejuk, maka jaringan pipa distribusi air bersih harus tertanam di dalam tanah.
Kedalaman penanaman pipa disesuaikan dengan syarat teknis pemasangan, yang
mana tergantung pada :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 69


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- Jenis pipa
- Ukuran pipa
- Keadaan tanah lokasi penanaman pipa

B.2.6.10.8.4.3. Perlengkapan Sistem Transmisi

Yang dimaksud disini adalah bangunan dan perlengkapan pipa yang diperlukan dalam
sistem transmisi, antara lain :

1) Kran air manual (gate valve)


Berfungsi untuk mengatur debit aliran dan memungkinkan untuk pemeriksaan,
pemeliharaan serta perbaikan.

2) Kran air berpelampung


Kran ini ditempatkan pada ujung pipa transmisi sebelum masuk ke bak
penampungan (reservoir). Besarnya bukaan kran bekerja secara otomatis
karena ketinggian air yang ada di bak penampung. Bila air dalam bak penuh,
maka kran ini akan tertutup secara otomatis, sehingga air dalam pipa transmisi
tidak mengalir.

3) Kran penguras (blow off)


Berfungsi untuk menguras kotoran dan endapan dalam pipa transmisi, juga sangat
diperlukan dalam keadaan darurat, misalnya saat perbaikan pipa atau pipa akan
terputus. Pemasangannya pada bagian terendah / tekanan terendah dari jalur
pipa.

4) Katup udara (air valve)


Fungsinya untuk mengeluarkan udara yang terakumulasi dalam pipa. Udara yang
terakumulasi dalam pipa dapat disebabkan perhitungan disain yang kurang baik,
dekatnya jarak inlet dan permukaan debit minimum sumber air, turbulensi aliran
dan kemiringan terlalu tingi. Pemasangannya umumnya pada pipa dengan elevasi
tertingi atau pada lokasi dimana kemiringan lintasannya berubah menjadi lebih
suram.

5) Sambungan pipa (bend)


Sambungan pipa untuk belokan maupun percabangan.
Komponen-komponen sistem direncanakan dengan kriteria teknis yang
disesuaikan dengan kebutuhan air dan kondisi daerah pelayanan dimana

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 70


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

diperoleh sisitem pelayanan air baku terdiri dari intake – jaringan pipa transmisi –
reservoir – desinfeksi – jaringan pipa distribusi.

Gambar E-9 Rencana Sistem Penyediaan Air Baku

Keterangan:
1 : Intake
2 : Jaringan pipa transmisi
3 : Reservoir
4 : Jaringan pipa distribusi
5 : Sambungan Halaman / Hidran Umum

B.3. Metodologi
B.3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan
peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan pengumpulan data sekunder. Persiapan
pekerjaan lapangan ini meliputi penyiapan kantor di lokasi proyek dan pekerjaan
persiapan untuk Survey-Survey. Sedangkan pekerjaan persiapan untuk Survey meliputi
pembuatan program kerja (Jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil,
pembuatan peta kerja, penyiapan peralatan Survey dan personil, penyiapan surat-
surat ijin/surat keterangan, dan pemeriksaan alat-alat Survey. Dengan demikian,
laporan usulan teknis yang dibuat oleh konsultan akan menjadi acuan konsultan dan
pemilik pekerjaan (pengguna jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

B.3.2 Pengumpulan Data dan Review Studi Terdahulu


Ada 2 (dua) kegiatan yang dilakukan dalam ketahap ini, yaitu pengumpulan data dan
review studi terdahulu.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 71


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

A. Pengumpulan Data
1) Data Fisik dan Lingkungan
Mengumpulkan data-data Topografi, peta foto udara, maupun citra satelit, peta
geologi regionai, kondisi tata guna lahan, lokasi dan luasan sumber air yang
potensial, serta data Rona Lingkungan.

2) Data Sosial Ekonomi


Data-data penduduk, sosial ekonomi, agro ekonomi dikumpulkan sebagai bahan
analisa untuk berbagai kebutuhan analisis dan perencanaan.
3) Inventarisasi Kondisi Eksisting
Pengumpulan data-data dan inventarisasi bangunan-bangunan Pengembangan
sumber air yang ada, bangunan-bangunan disungai, serta berbagai program
dan instansi terkait sehubungan dengan Proyek ini.
4) Pengumpulan Data Hidroklimatologi
Pengumpulan data-data curah hujan, iklim, debit sungai, pencatatan
sedimen, data morfologi sungai, catchmant area, serta potensi sumber air.
5) Wawancara dengan Instansi Terkait
Pengumpulan data melalui wawancara lapangan maupun dengan berbagai
instansi terkait.

B. Review Studi Terdahulu


Data-data study terdahulu yang berkaitan dengan proyek dikumpulkan dan dianalisa
untuk selanjutnya diintegrasikan.

B.3.3 Survey dan Investigasi


Pekerjaan Survey dan Investigasi Lapangan Meliputi :

B.3.3.1 Survey Identifikasi Daerah yang Potensi untuk Dikembangkan


Sumber Airnya
Dalam kegiatan ini, Konsultan akan melakukan survey dan identifikasi terhadap daerah
yang akan dan layak untuk dikembangkan potensi sumber airnya. Survey identifikasi
daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sumber airnya dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode antara lain:

a. Investigasi langsung di lapangan terhadap lokasi sumber air da data-data


sumber air yang dilaporkan.
b. Wawancara langsung di lapangan terhadap masyarakat sekitar mengenai tingkat

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 72


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

kebutuhan akan air baku.


c. Inventarisasi bangunan-bangunan prasarana sumber air yang ada di badan
sungai, seperti bendung, embung dan lain-lain.
d. Inventarisasi lokasi-lokasi di Sungai yang terkena erosi, yang mengalami
sedimentasi, serta lokasi-lokasi yang tingak penyediaan air baku kurang memadai.

Dalam kegiatan ini, Konsultan akan melakukan survey dan identifikasi terhadap lokasi
yang potensial untuk rencana pembangunan/peningkatan prasarana sumber air.

B.3.3.2 Survey Topografi


A. Tujuan
Pekerjaan survey topografi yaitu pekerjaan pengukuran situasi secara detail
dengan maksud untuk mendapatkan data planimetris di lapangan beserta
seluruh detail topografinya secara
lengkap. Selanjutnya peta ini akan digunakan sebagai dasar pembuatan rencana
detail rinci pembangunan prasarana sumber air di Kec. Muntok dalam rangka
menunjang pengelolaan kawasan budidaya sekitar. Selain itu, Survey Topografi ini
juga bertujuan untuk memperoleh data lapangan sebagai gambaran bentuk
permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada.
Dengan pengukuran ini maka akan didapat gambaran situasi daerah yang nantinya
akan digunakan sebagai dasar perencanaan detail design. Membuat peta ikhtisar
skala 1: 20.000 atau 1 : 10.000 (disesuaikan dengan luas areal).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengukuran topografi ini, antara lain :

 Pengukuran jalur transmisi pipa meliputi : situasi trase pipa eksisting


(1 : 2000), penampang memanjang dan melintang (skala 1 : 200), dengan
panjang total 4 km.
 Pengukuran situasi rencana bangunan (skala 1 : 500), sebanyak 2 lokasi.
 Pengukuran situasi trase, potongan memanjang dan melintang pada rencana
jalan masuk (skala 1 : 1000).
 Pemasangan BM dan Pembuatan Deskripsi BM.
 Perhitungan data ukur, Penggambaran dan Asistensi.

B. Ruang Lingkup Pengukuran Topografi


1. Pemasangan Bench Mark (BM) dan Patok-patok Kayu
2. Pengukuran Poligon/Kontrol Horizontal (Koordinat Kerangka Pemetaan).
3. Pengukuran Waterpass/Kontrol Vertikal (Long Section).

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 73


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

4. Pengukuran Cross Section


5. Pengukuran Situasi (Pemetaan Daerah Rencana Bangunan).
6. Pendataan dan Perhitungan/Evaluasi Data Ukur
7. Penggambaran

C. Metodologi Pengukuran Topografi


Secara garis besar, Survey topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan
sebagai berikut :
1) Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek
terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran
untuk pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan. Data koordinat dan
ketinggian titik triangulasi diperoleh dari jawatan Topografi angkatan darat
(JANTOP-AD) atau dari BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik triangulasi
adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi berupa
koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal
Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem
koordinat Cartesian (x,y). Secara garis besar,
pengukuran dan pemetaan situasi meliputi pemasangan patok beton BM &
CP, kontrol horizontal dan vertikal, pengukuran detail situasi dan lain
sebagainya.

 Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat


Bench Mark diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan
 Semua alat ukur (Theodolit, Waterpass,dll) yang digunakan dalam
keadaan baik dan memenuhi syarat ketelitian yang diminta (dikalibrasi)
 Sebelum pekerjaan dimulai, Konsultan menyerahkan program kerja yang
berisi Jadual waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar
peralatan dan rencana keberangkatan untuk dibahas bersama denga
Direksi (berlaku juga untuk survey lapangan lainnya seperti : penelitian
geologi/mekanika tanah, survey echosounding, pengamatan sediment dan
pasang surut)
 Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan jangka waktu yang tersedia.

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik
pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 74


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak
ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi
lokal.
Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,
selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal
maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah
pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan
digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan
pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi
di antara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya
akan dipergunakan untuk pengukuran detail.

2) Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di lapangan adalah melakukan orientasi
medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

 Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang


sebelumnya) dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-
titik kontrol pengukuran.
 Meninjau dan mengamati kondisi sumber air beserta keadaan daerah
sekitarnya.
 Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.
 Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar
lokasi.
 Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,
perlengkapan, material, serta logistik.
Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama
dengan Pengawas Lapangan.

3) Pemasangan Bench Mark (BM) dan Patok Kayu


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan Bench Mark
(BM) da Patok Kayu, antara lain :
 Pemasangan Bench Mark sebagai benkut:
- Titik referensi berupa titik triangulasi, titik NWP atau BM yang ada.
- Kontrol titik referensi/BM yang sudah ada untuk mendapatkan
persetujuan direksi.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 75


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- Dipasang dengan interval ± 2 km mengikuti jalur polygon dan


minimal berjarak 50 m.
- ldentitas Bench Mark (baut, tegel, nama dan foto)
Bench Mark harus dibuat dari bahan campuran beton dengan ukuran 15 x 15 x
80 cm. Bahan patok-patok kayu harus dipilih yang berkualitas baik, ukuran 5 x
7 x 60 cm. Pemasangannya sedemikian dalam sehingga cukup kokoh atau
tidak goyah selama periode pelaksanaan berlangsung. Jarak antara dua patok
untuk polygon dan waterpass adalah 200 m. Bench Mark dipasang ditempat
yang aman dari gangguan manusia atau binatang. Setiap BM dibuat
deskripsinya dan diberi nomor unit yang teratur. Ukuran BM & CP, ukuran
marmer tertentu dan dicat warna biru, diatasnya dipasang baut dengan
diameter 1,50 cm (untuk BM) dan 1,00 cm (untuk CP). Seluruh Bench Mark
(BM) dan Control Point (CP) dibuat diskripsinya dengan dilengkapi : koordinat
(X,Y), elevasi (Z), foto BM dan CP, lokasi BM dan CP dan keterangan
penempatannya. Semua Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta patok
poligon ditunjukkan pada peta situasi yang berskala 1: 2.000, 1: 1.000, 1: 500.
Nama Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta elevasinya
dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan sebagai pusat
ketinggian. Untuk hal patok poligon, hanya nama nomor dan elevasi tanah asli
yang dicantumkan.
Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark dan patok kayu seperti yang
dijelaskan di atas. Bench Mark besar dipasang seperti berikut:
o BM harus dipasang pada jarak setiap 2 km sepanjang jalur poligon utama
atau cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah
sepanjang kurang lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih
20 cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah dicari.
Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base Camp.
Pengecoran Bench Mark dilakukan dilokasi pemasangan. Pembuatan
skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi "Close Up",
untuk lembar deskripsi BM.
o Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda
benchmark (BM) dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih
aman dan mudah pencariannya.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 76


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

o Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon


disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
o Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3
x 5 x 50) cm3
o ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya
serta diberi kode dan nomor yang teratur.

Gambar E-10 Konstruksi BM dan CP

4) Pengukuran Poligon/Koordinat Kerangka Pemetaan (Kontrol Horizontal)


Pada pengukuran polygon utama maupun cabang semua BM yang dekat
dengan jalur pengukuran tersebut harus diukur.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran poligon ini,
antara lain :
- Poligon sungai dibuat membentuk kring-kring tertutup di sepanjang
sungai yang diukur.
- Poligon untuk situasi rencana bangunan dibuat membentuk kring tertutup
- Sudut ukur 1 seri (biasa dan luar biasa), ketelitian 10”.
- Jarak di ukur dengan cara biasa dan luar biasa
- Pada percabangan sungai, harus dilaksanakan pengukuran situasi titik
detail.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 77


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Koordinat awal untuk kontrol horizontal diambil/diinterpolasi dari peta topografi


1:50.000 dengan system grid, sedangkan azimuth awal diperoleh dengan
pengukuran azimuth matahari. Pengukuran control horizontal dilakukan
dengan cara polygon, polygon tertutup atau polygon terbuka tetapi diketahui
koordinat titik awal dan akhir pengukuran, polygon melingkupi daerah yang
dipetakan, jika daerahnya cukup luas polygon utama dibagi dalam beberapa
kring tertutup (untuk pengukuran situasi). Usahakan sisi poligon sama
panjangnya, polygon cabang terikat kepada polygon utama dan titik referensi
yang digunakan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Usahakan jalur
polygon baik cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan,
sungai, batas kampung dan lain-lain. Titik poligon lainnya selain Bench Mark
adalah patok kayu berukuran 5 cm x 7 cm x 60 cm. Patok ini dicat warna
merah untuk memudahkan identifikasi.

Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari dengan
pengamatan azimuth matahari. Pengamatan dilakukan setiap 2,5 km dan
untuk target pengamatan dipasang Control point (CP). Sudut diukur double
seri dan digunakan Theodolit T-1, perbedaan B dan LB lebih kecil dari 2” dan
ketelitian sudut lebih kecil dari 10 √n dimana “n” adalah jumlah titik poligon.
Jarak titik-titik poligon utama dan poligon cabang didapat dari jarak datar
Theodolit dan atau dengan memakai pita ukur baja / linon dengan ketelitian
linier poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1 : 7.500 sedangkan poligon
cabang lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.

Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik
kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu melakukan pengukuran teristris
dengan pengukuran poligon. Pengukuran titik kontrol horizontal yang
dilakukan dalam bentuk poligon, harus terikat pada ujung-ujungnya. Dalam
pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak
dan sudut jurusan.

Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara


mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran
poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran.
Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar
sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 78


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan


terhadap azimut magnetis.
5) Pengukuran Waterpass / Kerangka Dasar Vertikal (Long Section)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran waterpass ini,
antara lain :
- Pengukuran diikatkan pada titik tetap ketinggian Geodetis yang telah
disetujui oleh Direksi.
- Pengukuran dengan pergi pulang perseksi (1 - 2 km) dengan toleransi
10 x D (mm), D = jarak dalam km.
- Pembacaan rambu ukur dengan 3 benang dimana pengukuran pergi
menyusur kiri sungai dan pulang dengan menyusur sebelah kanan sungai
melalui titik- titik polygon.
Semua titik poligon diukur ketinggiannya (elevasinya), titik referensi awal
untuk kontrol vertikal diambil dari patok BM – TTG (Titik Tinggi Geodesi dan
Bakosurtanal) terdekat dan atau titik lain yang telah mendapat persetujuan
dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pergi pulang atau
double stand denga selisih beda tinggi antara stand – I dengan stand – II tidak
boleh lebih dari 2 mm, alat yang digunakan adalah alat ukur waterpass
otomatis (N12, NAK, atau sejenisnya) sebelum dan sesudah pengukuran alat
ukur diperiksa ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan
sama dengan jumlah jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih
besar dari 60 m sedangkan jarak terdekat dari alat ke rambu tidak boleh
kurang dari 5 m. Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak boleh lebih dari
10 √D dan waterpass cabang tidak lebih 5√D, dimana D adalah jumlah jarak
dalam satuan kilometer.
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar
pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net
(titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi
vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran
beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti yang
digambarkan di bawah ini.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 79


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar 3.1. Pengukuran Waterpass.

Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:


a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. b. Tiap seksi dibagi
menjadi slag yang genap.
b. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.
c. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu
lengkap.
d. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar.
Sambungan rambu ukur harus betul.
e. Rambu harus menggunakan nivo.
f. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu
garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
g. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.
h. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.
i. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,
benang atas dan benang bawah.
j. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang
bawah (BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.
k. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
l. Jarak rambu ke alat maksimum 50 m
m. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 80


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

n. Toleransi salah penutup beda tinggi (T).


o. T = 10” D mm, dimana: D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal
dalam satu kilo meter.

6) Pengukuran Cross Section


- Pengukuran Cross Section per jarak lOOm untuk bagian urus dan per
jarak 50 m untuk bagian belokan sungai atau jalan.
- Pengukuran dengan system RAAI
sebagai berikut :

 Jalur tegak lurus arah aliran sungai (tepi kiri atau kanan sungai).

 Jalur dibuat pada jarak 50 m kiri dan 50 m kanan dari tepi


sungai masing-masing ditambah dengan lebar sungai.
- Penampang diambil pada setiap titik polygon dan pada pertemuan
sungai mengikuti dasar sungai terdalam.
- Pengukuran Cross Section pada bangunan-bangunan
silang yang ada.

7) Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter.
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring
dilakukan dengan cara seperti di bawah ini. Untuk menjamin ketelitian
pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat
pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
Jarak AB = d1 + d2 + d3

Gambar E-11 Pengukuan Jarak Pada Permukaan Miring

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 81


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

8) Pengukuran Sudut Jurusan


Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal
alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut
jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-
masing titik poligon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut:
A = sudut mendatar
AB = bacaan skala horisontal ke target kiri
AC = bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B)
dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
a. Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 m.
b. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
c. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
d. Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
e. Selisih sudut antara dua pembacaan 5” (lima detik).
f. Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.

g. Bentuk geometris poligon adalah loop.

Gambar E-12 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok

9) Pengamatan Azimuth Astronomis


Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:
a. Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 82


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.


b. Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak
terlihat satu dengan yang lainnya.
c. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan
pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.
Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:
a. Alat ukur yang digunakan Theodolite T2
b. Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)
c. Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar


dibawah ini maka Azimuth Target ( T) adalah:

di mana :
T = azimuth ke target
M = azimuth pusat matahari
T) = bacaan jurusan mendatar ke target
( M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target

Gambar E-13 Pengamatan Azimuth Astronomis

10) Pengukuran Situasi (Pemetaan Daerah Rencana Bangunan)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran situasi ini,
antara lain :
 Dipakai Metode Spot Height (Medan/daerah secara menyeluruh).
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 83
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Titik polygon sebagai dasar pengambilan titik koordinat dan ketinggian.


 Pemberlakuan jalur anak polygon bila obyek terlalu jauh pada jalur
polygon.
 Pengambilan detail lapangan yang maksimal.
 Pemetaan lokasi bangunan pelengkap skala 1 : 500
 Situasi areal genangan di ukur pada ketinggian/mencapai elevasi + 2,00 m
diatas crest spill way pada skala 1 : 500.
 Pemasangan Bench Mark :
 BM Besar ukuran ( 20 x 20 x 100 ) cm pada masing-masing lokasi
sebanyak 2 (dua) buah pada as rencana bangunan

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang


telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran
didalam daerah survey. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dan
kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail planimetris berikut spot
height yang cukup (untuk pengukuran situasi pantai dan muara), sehingga
diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan informasi
ketinggian yang memadai. Titik-titik spot height terlihat tidak Iebih dan
interval 2,50 cm pada peta skala 1 : 2.000. Interval ini ekivalen dengan jarak
25 m tiap penambahan satu titik spot height atau 10 - 15 titik spot height
untuk tiap 1 hektar diatas tanah.Beberapa titik spot height bervariasi
tergantung kepada kecuraman dan ketidak teraturan terrain. Kerapatan titik-
titk spot height yang dibutuhkan dalam daerah pengukuran tidak hanya
daerah sungai, muara dan pantai tetapi juga tambak, kampung, kebun, jalan
setapak dan lain- lain.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan
Theodolit (Wild - 1.0) atau yang sejenis. Jarak dan alat ke rambu tidak boleh
lebih dari 60 meter. Untuk penggambaran kontur dibuat apa adanya tetapi
teliti, dan bagian luar daerah sungai kontur diplot hanya berdasarkan titik-
titik spot height, efek artistik tidak diperlukan. Semua legenda lapangan
ditampilkan, terutama:
a. Seluruh alur, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar jelas terlihat).
b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
c. Petak-petak tambak, petak-petak sawah, jaringan irigasi dan drainase,

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 84


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

batas kampung, rumah-rumah, jembatan dan saluran. Diameter atau


dimensi berikut ketinggian lantai semua gorong-gorong, jembatan,
sekolah, mesjid dan kantor pemerintah dan lain-lain.
d. Tiang telepon, tiang listrik dan lain-lain.
e. Daerah rawa.
f. Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa
rerumputan dan alang alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun,
dan lain-lain).
g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit
kecil dan lain- lain).
h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung,
kecamatan nama jalan dan lain-lain yang dianggap diperlukan.
i. Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur
0.50 m dan setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih
tebal.Interval garis kontur sebagai berikut :
Tabel Interval Garis Kontur

Kemiringan Tanah Interval Kontur

Kurang dari 20 % 0.25 m

2 % sampai 5 % Lebih 0.50 m

dari 5 % 1.00 m

Pengukuran situasi di atas dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan


detail lokasi pengukuran. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pengukuran situasi, yaitu:
a. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.
b. Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.
c. Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode RAAI dan
Vorstraal.
d. Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik
sudut.
e. Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.
f. Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk
topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 85


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

keadaan lapangan.
g. Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
h. Sudut poligon RAAI dibaca satu seri.
i. Ketelitian tinggi poligon RAAI 10 cm D (D dalam km).

11) Pendataan, Perhitungan dan Penggambaran


Hasil pengukuran yang didapatkan dari lapangan harus segera dihitung
dengan demikian bila terjadi kesalahan dapat dengan segera diadakan
pengukuran ulang. Sebelum memulai pengukuran koordinat, harus diadakan
terlebih dahulu pengecekan-pengecekan hasil ukuran misalnya syarat-syarat
pengukuran polygon kring, ketelitian sudut yang diijinkan dan lain-lain,
sehingga sebelum memulai hitungan koordinat dan elevasi syarat-syarat
tersebut harus sudah terpenuhi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalm proses pendataan dan
perhitungan hasil pengukuran, antara lain :

o Sistem pendataan, blangko data maupun tata cara perhitungan


sebelumnya memperoleh persetujuan dari Direksi.
o Perhitungan dan koreksi dilapangan diperlukan untuk
menghindan kekeliruan
o (perhitungan sementara).
o Perhitungan Definitif meliputi :
- Perhitungan koordinat sesuai dengani system koordinat titik ikat.
- Perhitungan ketinggian sesuai dengan titik referensi dan dihitung per
section.
- Perhitungan situasi terdiri dari perhitungan beda tinggi dan jarak datar.

12) Penggambaran
 Setelah perhitungan-perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil
perhitungan elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan
system grafis tidak diperbolehkan.
 Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan
penggambaran ini harus dipimpin oleh seorang koordinator yang
berpengalaman, hal ini dimaksudkan agar dapat terkoordinir dengan baik

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 86


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

serta hasil survey yang maksimum dengan waktu yang tepat.


 Ketentuan gambar sebagai berikut :
- Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.
- Gambar konsep draft harus diperiksa terlebih dahulu kepada direksi
sebelum digambar final pada drafting ukuran 80/90 gram/m2.
- Semua BM baik yang lama maupun yang baru atau yang
digunakan sebagai BM referensi harus digambar pada peta lengkap
dengan ketinggiannya.
- Pada tiap kelipatan 2,5 m, garis kontur dibuat tebal dan dilengkapi
dengan elevasinya.
- Setiap lembar gambar dilengkapi dengan arah orientasi, daftar
legenda, nomor urut dan jumlah lembar gambar serta titik referensi
yang digunakan lengkap dengan data x, y dan z nya.
 Penggambaran peta situasi sebagai berikut :
- Kerangka pemetaan dengan system koordinat siku-siku, grid
standar = 10 cm, overlapping peta = 5 cm.
- Detail situasi dengan system POLAR, lengkapi legenda dan peta
situasi berskala 1 :2000
- Contour dengan interpolasi interval 1 m, setiap kenaikan 5 m dibuat
dengan ketebalan garis yang berbeda.
 Peta petunjuk skala 1 : 50.000 dilengkapi dengan posisi cross section
sungai, Bench Mark dll.
 Penggambaran Long Cross Section sebagai berikut :
- Cross Section digambar dengan skala tinggi 1 : 200, skala panjang 1 :
200, tinggi patok dan BM.
- Long Section digambar dengan skala tinggi 1 : 100, skala panjang 1 :
2000.
 Penyerahan gambar diatas kalkir dimasukkan ke dalam tabung plastik
setelah mendapat persetujuan asistensi direksi secara berkala.

D. Personil dan Peralatan


 Personil terdiri dari koordinator, juru ukur dan juru gambar.
 Peralatan kantor terdiri dari meja gambar, planimeter dan alat gambar.
 Peralatan lapangan perlu mendapat persetujuan direksi antara lain :
- Theodolite (Wild, T0, T2)
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 87
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- Waterpass (Ni2, NAK-2)


- Pita ukur baja, rambu ukur, roll meter. E. Hasil / Produk Kegiatan
Produk yang disajikan dari kegiatan pengukuran topografi antara lain adalah
sebagai berikut :
 Peta lkhtisar Situasi dan Peta Petunjuk (Index Map), skala 1 : 10.000)
 Peta Situasi TraseJaringan Pipa (skala 1 : 2000)
 Potongan MemanjangJaringan Pipa (skala H = 1 : 2000; V = 1 : 200)
 Potongan Melintang Jaringan Pipa (skala H & V = 1 : 200) Laporan
Pengukuran, Deskripsi BM, dan Data Pengukuran

B.3.3.3 Survey dan Investigasi Mekanika Tanah


Maksud dari survey ini adalah untuk mendapatkan data sifat-sifat fisik/mekanika tanah
yang akan digunakan dalam DED Penyediaan Air Baku Wosusokas.
Survey dan Investigasi Mekanika Tanah terdiri dari penyelidikan lapangan dan
laboratorium.
1. Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan yang dilakukan meliputi hand bor, sumur uji (test pit)
dan sondir.
a) Pengeboran Tangan
b) Sumur Uji (Test Pit)
Pekerjaan sumur uji dilaksanakan untuk mengetahui jenis dan kedalaman
lapisan dibawah top soil dengan lebih jelas. Lokasi pengambilan mendapat
persetujuan dan pihak Direksi dan setiap titik disertai dengan photo. Pada saat
pelaksanaan juga perlu dicatat uraian- uraian jenis, dan warna tanah disertai
photo dan samping juga dan atas. Ukuran sumur uji dibuat 1,0 - 1,5 m persegi
dengan maksimum kedalaman galian 3 m atau disesuaikan dengan keadaan
lapisan tanahnya.
Pembuatan sumur uji dihentikan bila :
1. Telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan benar-benar keras pada
sekeliling lokasi tersebut
2. Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk
diatasi
3. Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami
kesulitan, tapi usahakan terlebih dahulu dengan membuat papan-papan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 88


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

penahan di dinding galian.


c) Pengambilan Contoh Tanah
Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium, pengambilan contoh tanah
ini sangat penting untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya, sehingga
pengambilan contoh tanah ini dilakukan.
1. Pengambilan Contoh Tanah Asli (Undisturbed Sample)
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka
perlu sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan
penyimpanan contoh-contoh tanah ini, maka dilakukan hal-hal sebagai
berikut : Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah,
sehingga mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan. Kadar
air asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan.
Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah
dalam diberi pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat
diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini. Pada
saat pengambilan contoh tanah ni diusahakan dengan memberikan
tekanan sentris. Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sample
supaya dihindarkan penyimpanan tabung sample pada suhu yang cukup
panas.
Pengambilan contoh tanah asli (Undisturbed Sample), sebagai berikut :
- Sample mendekati kondisi lapangan, baik kadar air maupun suhunya.
Pengambilan sample pada setiap lapisan / kedalaman ± 1 m (panjang
contoh minimal 20 cm), gunakan tube sample, dinding tabung
berpelumas, penutup parafin untuk menjaga kadar air.
- Tube sampler diberi tanda yang jelas / tidak tertukar.

2. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)


Pengambilan contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dan pembuatan sumur
uji/test pit sebanyak ± 30 kg. Pengambilan contoh tanah ini diambil sebagai
berikut : Bila lapisan
tanah masing-masing cukup tebal maka diambil masing-masing lapisan
dengan pengambilan vertikal. Bila lapisan 0,5 meter, maka contoh tanah
tersebut diambil secara keseluruhan dengan pengambilan vertikal. Contoh-
contoh tanah mi akan dikenakan percobaan tanah di laboratorium dengan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 89


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

cara proctor. Untuk pengukuran kadar air aslinya dengan menggunakan PVC
yang selanjutnya ditutup dengan parafin. Dan hasil masing-masing karung
dan tabung PVC dicatat dengan simbol dengan kedalaman dimana sample
terambil.

Pengambilan contoh tanah asli (Undisturbed Sample), sebagai berikut :


- Sample diambil sebanyak ± 30 kg, dengan skop dan cangkul
- Pengambilan contoh secara vertikal untuk tanah dengan lapisan tebal,
diberi kode, nomor sample dan kedalaman.

2. Penyelidikan Laboratorium
Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun contoh tanah
terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan di laboratorium, sehingga
data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui, jenis dan macam
percobaan yang dilakukan adalah sebagal berikut :

 Soil Properties
- Unit Weight (Berat isi)
- Specific Gravity (Berat jenis)
- Moisture Content
 Grain Size Analysis/Hydrometer
 Atterberg Limit
 Triaxial Test
 Consolidation Test
 Permeability Test
 Compaction Test
Penjelasan mengenai macam-macam percobaan di atas adalah sebagai berikut :
1) Soil Propertis
a) Unit Weight (n)
Untuk memperoleh jenis nilai berat isi tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.
b) Specific gravity (Gs)
Merupakan perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air.
Untuk percobaan ini dilakukan menurut prosedur ASTM.D-854, adalah suatu
percobaan untuk mengetahui berat jenis dengan menggunakan alat

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 90


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

picnometer, yaitu sebuah botol yang isinya diketahui. Nilai berat jenis suatu
tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu botol picnometer dan
perlengkapannya. Prosedur penentuan berat jenis tanah ini mengikuti cara :
ASTM - D.854 atau AASHTO.T.100.

Cara melakukan percobaan adalah sebagai berikut :


 Picnometer dikeringkan dan ditimbang (W1)
 Sejumlah tanah yang sudah dikeringkan dalam oven
dimasukkan dalam piknometer dan ditimbang lagi (W2)
 Air suling ditambahkan pada picnometer sampai setengah penuh, udara
yang masih ada dalam tanah tersebut dikeluarkan dengan memakai
pompa vacum. Setelah tidak ada lagi udara dalam tanah, maka
picnometer diisi air sampai penuh dan dimasukkan temperatur yang
seragam. Permukaan luas picnometer dikeringkan dengan teliti dan
picnometer ditimbang (W3)
 Air dan tanah dikeluarkan dari picnometer, lalu dibersihkan dan diisi air
suling sampai penuh, kemudian dimasukkan lagi dalam constant
temperature bath. Kemudian bagian luar dikeringkan dan ditimbang
(W4) Dengan demikian maka berat isi (Gs) dapat dihitung dan diketahui.

c) Moisture Content (Wn)


Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli,
prosedurnya mengikuti ASTM.D.2216

2) Natural Density (τn)


Dimaksudkan untuk memperoleh nilai berat isi tanah. Pengujian dilakukan
pada tanah asli (undisturb). Cara menentukan berat isi tanah ialah dengan
mengukur berat sejumlah tanah yang isinya diketahui. Untuk tanah asli dipakai
sebuah cincin yang dimasukkan kedalam tanah sampai berisi penuh, kemudian
atas dan bawahnya diratakan dan cincin serta tanahnya ditimbang. Apabila
ukuran cincin dan beratnya dapat diketahui, maka berat isi dapat dihitung.

3) Natural Moisture Content (Wn)


Merupakan perbandingan antara berat isi dengan butir tanah yang dinyatakan
dalam Wn (Water Content atau Moisture Content). Untuk menentukan kadar air,

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 91


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

sejumlah tanah ditempatkan pada krus (kaleng kecil) yang beratnya W1


diketahui sebelumnya. Krus dengan tanah ditimbang W2 dan kemudian
dimasukkan dalam oven yang temperaturnya
105°C untuk masa waktu 24 jam, kemudian krus tanah ditimbang kembali (W3).
Dengan demikian Natural Moisture Content (Wn) dapat diketahui. Prosedur
pelaksanaan pengujian dilakukan menurut aturan dari ASTM.D-2216.

4) Grain Size Analysis


Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar dan pada 75
mm, lolos melalui ayakan no. 200 akan ditentukan dengan cara Hydrometer
Analysis. Hasil dan pengujian ini akan digambar dengan sumbu mendatar adalah
skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm dan butir dan sumbu tegak
adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan. Pembagian butir
tanahnya digunakan USBR dengan prosedur yang sesuai dengan ASTM.D.42.
Untuk pengujian ayakan digunakan 1 (satu) unit saringan yang bervariasi
ukurannya mulai dan N4 sampai dengan N230 dari receiver. Untuk jenis sedimen
yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar dari 75 mm akan tertahan
pada saringan No.200 (0,075 mm). Diameter butirannya akan ditentukan dengan
menggunakan metode Sieve Analysis, sedangkan untuk jenis sedirnen berbutir
halus dengan diameter lebih kecil dari
0,075 mm yang lolos melewati saringan No.200 dilakukan dengan metode
Hydrometer analysis.

5) Atterberg Limit
Penentuan batas atterberg Limit hanya dilakukan pada bagian tanah yang
melalui saringan No.40. Karena batas-batas ini tidak merupakan sifat fisik yang
jelas, maka dipakai cara empiris untuk menentukannya.
a) Liquid Limit (Wi)
Batas cair/Liquid limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan dalam perseri
dan contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara
keadaan cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair ini dapat ditentukan
dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang
mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm
pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran
percobaan ini adalah 12,7 mm. Prosedurnya dapat mengikuti ASTM.D.423.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 92


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

b) Pias Limit (Wp)


Batas plastic limit ini adalah kadar air pada batas bawah daerah plastic.
Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati
ayakan No.40 (0,425 mm) pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3,2
mm dan memperlihatkan retak-retak. Prosedur ini dapat mengikuti ASTM.D.424.

c) Plasticity Indek (Pi)


Plasticity indek tanah adalah selisih nilai kadar air dan batas cair dengan
batas plastic.

d) Shrinkage Limit
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaari dimana
volume dan tanah ni tidak berubah, prosedur penentuari nhiai batas susut mi
dapat mengikuti ASTM.D.427.

6) Triaxial Test
Contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan
atau disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada. Kecepatan perubahan
tinggi, contoh tanah agar disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dan
jenis tanahnya. Prosedur dan percobaan tniaxial ni agar disesuaikan dengan
literature.(The Measurament of Soil Properties in The Triaxial Test by Beshop &
Henkel USBR Earth Manual & Engineering Properties of Soil and Their
Measurement by Bowles). Dan hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan
mengikuti prosedur ASTM.D.565.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan parameter kekuatan
geser sehubungan dengan pembebanan 3 (tiga) arah. Dalam percobaan ini
dibakukan sesuai dengan kondisi contoh pada waktu pengujian antara lain:

 Kondisi CU : dimana contoh tanah dibolehkan untuk berkonsolidasi


kemudian digeser dengan kondisi tertutup air (air tidak
boleh keluar dari contoh) sehingga tekanan air pori ≠0
 Kondisi UU : dimana contoh tanah tidak dibolehkan untuk
berkonsolidasi, namun langsung digeser dengan keadaan
drainage tertutup.
Prosedur percobaan adalah sebagai berikut:
 Contoh tanah ditaruh diatas dasar sel dengan penutup ditaruh
diatasnya.
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 93
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Kemudian semua ini ditutup dengan membran yang diameternya sama


dengan diameter contoh.
 Bagian atas sel dipasang pada tempatnya dan dibaut. Sel diisi air dan
tegangan air dinaikkan sampai mencapai nilai yang diperlukan. Tegangan sel
yang tetap ini (σ3) dibiarkan bekerja selama jangka waktu tertentu.
 Pengukuran kekuatan geser dilakukan dengan memberikan tekanan vertikal
pada contoh. Tekanan vertikal diberikan dengan menggunakan
dongkrak yang dijalankan oleh mesin dengan kecepatan tertentu. Selama
pemberian tekanan vertikal ini pembacaan “Proving Ring” dapat dilakukan
pada nilai-nilai tegangan tertentu, misalnya setiap 1% secara seragam.
 Dari hasil pembacaan tersebut, maka dapat diketahui tekanan vertikal
yang maksimum, yaitu pada saat terjadi keruntuhan. Pada percobaan
Undrained (percobaan tertutup) kran B tetap tertutup selama percobaan
dilakukan, baik pada waktu contoh tanah diberi tegangan sel maupun pada
waktu diberikan tegangan geser.

7) Consolidation Test
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan
dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan
besar penurunan yang terjadi pada lapisan ini dapat diketahui. Besarnya
increment ratio 1 dengan nilai pembebanan adalah 1/4,1/2,1,2,4,8, dan 16
kg/cm pada setiap 24 jam dan pengurangan pembebanan seperti nilai
compression index (cc) dan coeficient of consolidation (Cv) perlu diperoleh.
Prosedur percobaan penetapan dapat mengikuti cara Measurement Bowles.
Percobaan mi dimaksudkan untuk mengetahui sifat pemadatan suatu jenis
tanah. Hasil pengujian diperoleh nilai-nilai “Coefficien of Consolidation”,
Compressibility Index” dan “Nilai Rembesan”.
Mengingat nilai parameter tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya beban.
maka tegangan normal maksimum yang digunakan perlu disesualkan dengan
beban maksimum bangunan tersebut, lamanya pembebanan agar sesuai
dengan jenis tanah setempat, yaitu untuk jenis tanah berbutir halus, waktu
yang digunakan setiap pembebanan adalah 24 jam.
Sedangkan untuk jenis tanah pasiran setal pembebanan adalah 6 - 10 jam.
Prosedur pelaksanaan dilakukan menurut ASTM. D-2435-70. Alat pengukuran
konsolidasi dilaboratorium dipergunakan jenis Consolidated Apparatus or

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 94


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Oedometer” yang prinsipnya adalah sebagal berikut:

 Contoh tanah dimasukkan dalam suatu cincin dengan batu berpori yang
dipasang dibawah dan diatasnya.
 Cincin dengan batu berpori ditaruh dalam sel konsolidasi yang berisi air
supaya tanah tidak mengalami kering.
 Setalah dipasang contoh tanah diberi beban vertikal yang tertentu dan
penurunan diukur dengan arloji penunjuk (dial gauge).
 Tekanan tersebut dibiarkan berlaku sampai penurunan selesai.
 Penambahan beban dilakukan setiap 24 jam dengan pemakaian tegangan 0,
25-0, 5-1 0-2, 0-4, 0-8, 0 kg/cm
 Setelah mencapai tekanan 8 kg/cm2 beban dikurangi lagi sampai 0,25
kg/cm2 untuk mendapatkan “Rebound Curve”.
 Pada setiap pembebanan pembacaan penurunan dilakukan pada jangka
waktu tertentu dengan demikian besarnya penurunan dan kecepatannya
dapat diketahui.

8) Permeability Test
Percobaan perembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien
rembesan dan suatu jenis tanah berbutir kasar dapat dilakukan dengan cara
constant head sedangkan pada tanah cohesive soil yang mempunyai nilai
koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan dengan cara falling Head
agar waktu yang ada pada falling head ini tidak terlalu lama, maka
penambahan tekanan dapat pula dilakukan.
Jika diperlukan maka uji permeabilitas lapangan bisa dilaksanakan. Kegiatan ini
dilakukan untuk kelengkapan data dalam studi ini. Cara melaksanakan uji
permeabilitas lapangan adalah sebagai berikut :.
a) Uji permeabilitas lapangan dimaksudkan untuk mengetahui nilai
permeabilitas tanah secara langsung di lapangan.
b) Uji permeabilitas dilakukan pada hasil pengambilan sample dilokasi sumur
uji dan lubang bordengan cara falling head test. Setiap pengujian dilakukan
3 kali masing- masing selama 10-15 menit.
c) Uji permeabilitas lapangan dilakukan pada lubang bor dengan lubang
pengujian sebanyak 19 titik uji.
d) Penentuan penyebaran dan interval titik uji ditentukan berdasarkan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 95


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

kebutuhan desain dan kondisi geologi setempat. Permasalahan ini konsultan


akan melakukan diskusi dan persetujuan dari pihak staf pengawas supervise.
e) Uji permeabilitas ini dilakukan dengan menggunakan pecker dengan jenis
pompa ataupun jenis tekan / mekanis.
f) Pengujian dilakukan secara bertingkat mulai dari tekanan 0.50 kg/cm2, 1.0
kg/cm2 dan 2.50kg/cm2 dan seterusnya. Selanjutnya turun kembali atau
ditentukan dilapangan sesuai dengan kedalamannya.
g) Hasil pengujian ini dapat menghitung nilai permeabilitas dan nilai lugeonnya
serta dapat dibuat grafik untuk setiap pengujian.

9) Compaction Test
Salah satu cara untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal telah banyak
digunakan Metode Proctor (1933) di laboratorium. Dengan cara ini maka
pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan dapat dilakukan seperti
penentuan kadar air optimum (WOPT), perkiraan kepadatan tanah dan
penentuan peralatan pemadatan di lapangan. Jumlah tanah bahan Proctor
berkisar 30 kg, tanah ini akan dikenakan percobaan standar/Modified AASHO,
sehingga nilai kadar air optimumnya dapat diketahui juga maksimum kepadatan
kering dan basah. Sehubungan dengan kapasitas peralatan kepadatan tanah
yang ada di lapangan, maka perlu dikerjakan sistem Modified AASHO, sehingga
akan diperoleh dengan kadar air berkisar ± 3 % didaerah opUmum. Prosedur
dapat dilakukan dengan menggunakan cara MSTHO T.180 dan ASTM.D.698.

Percobaan dilakukan pada contoh tanah yang berbeda kadar airnya pada saat
“Mold” dengan menggunakan beban dan ketinggian 30,50 cm. Dan hasil
pengujian tersebut akan didapat nilai-nilai kepadatan maksimum. Setiap contoh
tanah dilakukan percobaan selapis demi selapis sebanyak 3 (tiga) lapis hingga
pemadatan cukup merata. Prosedur pengujian dilakukan berdasarkan ASTM.
D.698-78 dan ASTM. D. 1557-
dilakukan beberapa percobaan dengan memakai nilai-nilai tegangan normal yang
berbeda. Hasilnya digambar dalam grafik yang memberikan gambaran nilai-nilai
tegangan geser maksimum terhadap tegangan normal dan masing-masing
-
titik yang dimasukkan dalam grafik.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 96


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

10) Permeability Test


Dimaksudkan untuk mengetahui jumlah aliran air yang melalui contoh tanah
dengan menggunakan gelas ukuran, yaitu :
Q L
K= (cm / dt)
T HA

Dimana :
K = Koefisien permeability (cm/detik)
Q = Debit air (cm3/detik)
T = Waktu Percobaan (detik)
H = Perbedaan tinggi muka air dalam gelas dari lubang pengeluaran
A = Luas penampang contoh tanah (cm2)
L = Tinggi pada gelas ukur

11) Quary / test batuan


Survey quary akan dilakukan disekitar lokasi proyek mencakup jenis
batuan, besar deposit dan keterjangkauan untuk eksploitasinya. Selain itu juga
akan dilakukan test batuan untuk kekuatan batuan dan eresivitas batuan.

3. Hasil / Produk Kegiatan

Hasil produk dari kegiatan ini, antara lain :


- Pemetaan Geologi permukaan dan hasil analisis Geoteknik Umum
(Geomorfologi, Urut- urutan batuan, Struktur Geologi, Jenis batuan).
- Peta Geologi Regional, Geologi kabupaten, Geologi Teknik, bahaya Geologi,
Bahan Galian.
- Gambaran Geoteknik sepanjang pondasi bangunan spill way dan
bangunan utama lainnya/hasil analisis bawah permukaan.
- Hasil pendataan lapangan & laboratorium (penyerahan sample).
- Pelaporan.

B.3.3.4 Survey Hidrologi dan Hidrogeologi


A. Survey Hidrologi
Survey Hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data hidrologi dan
klimatologi sebagai masukkan di dalam menentukan besaran perencanaan seperti
curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu, hidrograf banjir dan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 97


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

drainase modul serta penentuan parameter- parameter lainnya yang dapat


menunjang desain hidrolik.
Pekerjaan pengumpulan data hidrologi
meliputi :
1. Pengumpulan data curah hujan diambil dari stasiun yang terdekat
2. Pengumpulan data temperatur
3. Pengumpulan data kelembaban relatif
4. Pengumpulan data lama penyinaran matahari
5. Pengumpulan data kecepatan angin
Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta saat
terjadinya) baik dengan pengamatan langsung ataupun memperhatikan bekas-
bekas dan tanda-tanda banjir di pohon maupun melalui wawancara dengan
penduduk setempat.
B. Survey Hidrometri
Survey hidrometri bertujuan untuk mendapatkan data tentang
karakteristik Sungai, anak/cabang Sungai dan saluran yang ada yang berpengaruh
terhadap kondisi proyek pada umumnya serta sistem tata saluran pada khususnya.
Survey Hidrometri, meliputi :
1. Pengukuran Debit
Pengukuran debit dilakukan pada pos duga muka air atau lokasi yang
direncanakan akan dibangun bangunan pengendali banjir dengan memasang
papan duga muka air yang diikatkan terhadap BM yang ada, sehingga
membentuk satu sistem ketinggian dengan topografi. Tujuan dan pengukuran
ini adalah untuk mendapatkan hubungan antara tinggi muka air dan besarnya
debit. Hubungan ini lazim disebut “Rating Curve”.
Secara umum pengukuran debit secara langsung dapat dilakukan dengan 2
macam cara yaitu:
a) Pengukuran kecepatan aliran menggunakan alat “Current Meter”

b) Pengukuran kecepatan aliran menggunakan alat pelampung.


Pada pekerjaan ini akan digunakan cara pertama, cara kedua hanya akan
digunakan bila pengukuran dengan cara pertama secara teknis tidak mungkin
dilakukan.

2. Perhitungan Debit Terukur

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 98


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Setelah didapatkan hasil pengukuran kecepatan aliran dan luas penampang dan
Sungai, maka perhitungan debit dapat dilakukan dengan metode „Mid Section”
dimana lebar satu sub bagian ditentukan oleh 1/2 jarak pengukuran vertikal di
sebelah kiri dan 1/2 jarak pengukuran vertikal di sebelah kanan.

Gambar Lokasi Titik Pengukuran pada Penampang Melintang Sungai

An = { ( Hin x Hin) + (

Hn x Han ) } Vn = V0,6n

Vn = (V0,2H + V0,8H ) / 2

Vn = (V0,2n + 2 . V0,6n + V0,8n)

Vn = merupakan kecepatan rata-rata dan jumlah pengukuran.

B.3.4 Studi dan Analisis


Kegiatan studi dan analisis terdiri dari :
 Analisis Topografi
 Analisis Geologi dan Mekanika Tanah
 Analisis Hidrologi
 Pemilihan alternatif jangka pendek untuk ditindaklanjuti dengan detail desain

B.3.4.1 Analisis Topografi

Pengolahan dan perhitungan terhadap data lapangan hasil pengukuran topografi dan
bathimetri akan menghasilkan peta lengkap yang dapat memberikan gambaran
mengenai bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun
area perairan laut.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 99


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.3.4.1.1 Pekerjaan Lapangan


A. Penentuan batas pemetaan dan jalur kerangka pemetaan
Batas pemetaan ditentukan berdasarkan pada rencana batas pemetaan yang
dibuat pada peta kerja. Sepanjang jalur batas pemetaan, dilakukan perintisan
dan pemasangan patok-patok kayu
tiap jarak + 25 meter.
Patok-patok kayu ini merupakan titik-titik kerangka pemetaan poligon dan
leveling dan juga sebagai titik ikat (awal dan akhir) pengukuran situasi detail
dengan cara raymeten dan radial. Alat ukur yang dipakai adalah Theodolite T-0
dan pita ukur.
Setting out jalur pengukuran potongan memanjang/melintang
Setting out dilakukan berdasarkan arah/azimuth jalur potongan memanjang yang
dihitung dari lay out pada peta kerja. Berdasarkan arah/azimuth tersebut
dilakukan setting out sambil melakukan perintisan dan pemasangan patok kayu
dengan jarak antara + 25 meter.
Setting out dilakukan dengan alat ukur theodolite compass Wild T-0 untuk
arah/azimuth dan pita ukur fiberglass untuk jarak dan parang untuk merintis
semak belukar/pohon-pohon.

B. Pengukuran polygon
Pengukuran poligon dilakukan disepanjang jalur batas pemetaan dan jalur
kerangka pemetaan mengikuti patok kayu dan BM yang telah dipasang. Sehingga
semua patok kayu dan BM dapat dihitung koordinatnya (x, y). Pengukuran sudut
dilakukan dengan theodolite Wild T-2 atau yang sederajat dan jarak dengan roll
meter.
Pada prinsipnya jenis pekerjaan pengukuran poligon teridiri dari 2 (dua) bentuk
pengukuran, yaitu:
1. Poligon Tertutup (Kerangka Tertutup/Loop)
2. Poligon Terbuka (Kerangka Terbuka)
Berdasarkan tinjauan terhadap sistem referensi, terdapat 3 (tiga) sistem
pengukuran yang dikenal, yaitu :

1. Terikat Sempurna (terikat koordinat dan azimuth)


2. Terikat Sebagian (terikat koordinat atau azimuth)
3. Sistem Lepas (tidak terikat koordinat maupun azimuth)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 100


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Secara teori, untuk mendapatkan data sudut definitif titik-titik Poligon (Kerangka
Terbuka), ditetapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Aakhir - Aawal) = [ ] - (n-1) 180o

dimana :

A : harga azimuth matahari


[ ] : jumlah sudut sementara (hasil pengukuran) titik titikPoligon
n : jumlah titik Poligon
= [ ] - (Aakhir - Aawal) - (n-1) 180o

dimana :

: salah penutup sudut

i = -( i/[ ]. )

dimana :

i : koreksi sudut

: harga sudut sementara (hasil pengurangan) tiap titik

Poligon i : 1,2,4,4, .......... n

Jadi harga Sudut Definitif () :  = (i + i)

Gambar Pengukuran Poligon Terbuka

Untuk mendapatkan harga Azimuth Matahari, dilakukan melalui pelaksanaan


Pengamatan Matahari dengan rumus sebagai berikut :

A = (Am+  )

dimana :

Am : harga azimuth ke target matahari

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 101


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 : selisih bacaan sudut ke target di tanah dengan bacaan sudut ke target


matahari

Gambar Pengamatan Matahari

Sedangkan untuk Poligon Kerangka Tertutup, rumus yang digunakan adalah


sebagai berikut :

= [ ] - (n-2) 180o

dimana:
: salah penutup sudut
i = -( i/[ ]. )

dimana :
: koreksi sudut
: harga sudut sementara (hasil pengurangan) tiap titik
Poligon i : 1,2,3,4, .......... n

Jadi harga Sudut Definitif ( ) : =( i+ i)

Gambar Pengukuran Poligon Tertutup

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 102


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Jika tidak terdapat titik kontrol, maka sisi-sisi poligon tidak dapat dikoreksi,
sedangkan apabila terdapat ikatan koordinat, maka rumus yang dipergunakan
sebagai berikut :
(X akhir- X awal) = [dx] = [D sin A]
(Y akhir- Y awal) = [dy] = [D cos A]

dimana :
X : absis Titik Kontrol
Y : ordinat Titik Kontrol
[dx] : jumlah absis titik-titik poligon
[dy] : jumlah ordinat titik-titik poligon
D : panjang sisi-sisi poligon (jarak datar)

Harga Koordinat Sementara (x,y) :

xi = Xawal + [d (i-1)

yi = Yawal + [dy (i-1)

i = 1,2,4,4, ........... n

dx = [dx] - (Xakhir - Xawal) dan

dx = [dx] - (Yakhir - Yawal)

dimana :

dx : salah penutup absis

dy : salah pentutup ordinat

dx i = - ( dx i / [dx] ) . dx

dy i = - ( dy i / [dy] ) . dy

dimana :

dx i : koreksi absis tiap titik Poligon

dy I : koreksi ordinat tiap titik Poligon dx i : absis tiap titik Poligon

dy i : ordinat tiap titik Poligon

[dx] : jumlah absis seluruh titik Poligon [dy] : jumlah ordinat seluruh titik

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 103


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Poligon

i : 1,2,3,4, ....................... n

Harga Koordinat Definitif (x,y) :

Xi = xi + dx i dan
Yi = yi + dy i
dimana :
i = 1,2,3,4, .................. n

Gambar Koreksi Poligon

C. Pengukuran waterpass
Pada umumnya jalur kerangka pengukuran waterpas mengikuti jalur kerangka
poligon, dan untuk kerangka tertutup pengukuran waterpas dapat dilakukan
dengan pola pengukuran pergi-pulang.

Rumus yang digunakan pada pengukuran waterpas terdiri dari : Z i = Z i-1 +


dz i
dimana :
Z : harga ketinggian sementara dz : beda tinggi
i : 1, 2, 3, 4, ......................... n

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 104


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

x = [dz]
dimana :
x : salah penutup ketinggian
[dz] : jumlah beda tinggi titik-titik waterpas
 z i = - ( dz i/ [dz] . z )

dimana :
 zi : koreksi tinggi
i : 1, 2, 3, 4, ............. n

Harga Ketinggian Definitif (Z):

Gambar Pengukuran Waterpass

Sedangkan untuk pengukuran Waterpass yang terikat ketinggian, rumus yang


digunakan adalah sebagai berikut :
zi = Zawal + [dz]1(i-1)

dimana :
zi : harga ketinggian sementara dz : beda tinggi
i : 1, 2, 3, 4, .............. n

(Z akhir - Z awal) = [dz]


z = ( Z akhir - Z awal ) - [dz]
z = - ( dz / [dz].z )

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 105


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Harga Ketinggian Definitif (Z) :


Zi = z + z i

Gambar E-20 Pengukuran Waterpass Terikat Ketinggian

D. Sistem referensi
Referensi Koordinat Planimetris (X, Y)

Referensi koordinat planimetris adalah sistem koordinat yang digunakan sebagai


dasar dalam penetapan posisi sumbu koordinat (x,y), untuk keperluan pengukuran
dan penggambaran.

Referensi Koordinat Tinggi (Z)

Referensi koordinat tinggi yang digunakan sebagai datum dalam penetapan harga
ketinggian di wilayah pengukuran.

E. Pengukuran cross section


Pengukuran cross section adalah ketinggian titik-titik disepanjang garis yang tegak
lurus memotong melintang sungai/saluran dengan maksud untuk mendapatkan
data ketinggian titik- titik pada garis cross, sehingga dapat digambarkan tampang
melintang sungai. Pengukuran cross section dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut :
 Pengukuran cross section dapat dilakukan metoda tachimetri menggunakan alat
theodolit T-0 atau yang lebih tinggi ketelitiannya.
 Pengukuran cross section dilakukan dengan coverage 30 m sebelah kiri sampai
dengan 30 m sebelah kanan sungai atau lebih disesuaikan dengan bentuk alur
sungai.
 Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang dengan
rambu yang dipasang tegak.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 106


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Pengukuran cross section dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat


menggambarkan tampang profil sesungguhnya di lapangan dengan basis pada titik
patok profil.
 Pengukuran cross section dilakukan pada setiap titik profil dengan interval
maksimal 50 meter, atau pada titik-titik poligon sekunder dengan arah tegak lurus
sungai.
Pengukuran cross section harus dilakukan juga terhadap posisi ketinggian muka
air, ketinggian dasar sungai/saluran (center, sungai), tanggul kiri dan areal sekitar
sungai mengikuti keadaan topografi tanah.

F. Pengukuran situasi
Pengukuran situasi meliputi situasi topografi areal secara keseluruhan, dan situasi
khusus bangunan utama dan bangunan lain yang membutuhkan perencanaan
secara detail. Dalam pelaksanaan pengukuran situasi detail dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut :
 Pengukuran situasi detail dilakukan menggunakan sistim raai atau lajur-lajur
arah Utara- Selatan atau arah Barat-Timur, dimana jarak antara lajur adalah
maksimal 200 m.
 Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan theodolit T-0 atau
lebih tinggi ketelitiannya dengan sistim tachimetri, dan harus selalu diikatkan
kepada titik-titik poligon utama atau sekunder yang terdekat.
 Pengukuran situasi detail meliputi semua tinggi rendah tanah pada areal
coverage lengkap semua detail bangunan existing yang ada, maupun titik-titik
poligon utama atau sekunder yang terdekat.
 Khusus pada tempat sungai dimana terdapat intake, bendung atau dam atau
terjunan, harus dilakukan pengukuran situasi khusus dan digambarkan dengan
skala besar 1 : 500 atau lebih besar disesuaikan dengan kebutuhan.
Bench Mark dibuat dari beton bertulang dengan ukuran 100 x 20 x 20 cm, dengan
permukaan bermarmer. Sebagai patok bantu, Konsultan akan memasang pula
patok beton Control Point (CP) dengan ukuran 80 x 10 x 10 maupun patok kayu
sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Setiap BM dan CP dibuat deskripsi dan
dilengkapi koordinat (X,Y), elevasi (Z), foto, dan keterangan penempatannya
sehingga memudahkan pencarian bila diperlukan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 107


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar E-21 Patok Benchmark (BM) dan Control Point (CP)

B.3.4.1.2 Pekerjaan Perhitungan


Pekerjaan perhitungan dilakukan dalam dua tahap, yaitu perhitungan sementara
dan final.
A. Perhitungan sementara
Perhitungan sementara dilakukan tiap hari terhadap hasil ukuran, misalnya sudut
rata-rata hasil ukur 2 seri ganda, jarak rata-rata hasil ukur pulang pergi dan
memasukan data sudut dan jarak ke dalam formulir hitungan koordinat.
Perhitungan sementara untuk leveling dilakukan dengan mengitung beda tinggi
stand I dan stand II dan beda tinggi rata-rata stand I dan stand II, jarak
muka dan jarak belakang dan memasukkan data-data tersebut kedalam formulir
hitungan leveling.
Perhitungan sementara untuk situasi detail dilakukan dengan menghitung jarak
datar dan beda tinggi titik-titik detail pada formulir ukur situasi detail.

B. Perhitungan final

Perhitungan final dilakukan setelah semua pekerjaan pengukuran selesai


dilakukan. Hitungan poligon dan sipat datara dilakukan dengan cara Least Square.
Ketelitian pengukuran yang harus dipenuhi adalah :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 108


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Poligon :
 ketelitian koordinat = 1 : 10.000
 Salah penutup sudut horizontal = 10  N

Ketelitian pengukuran sipat datar harus memenuhi :

 Salah penutup elevasi =10 K mm

Dimana :

K = jumlah titik poligon

K = jarak dalam kilometer

Hasil akhir perhitungan final adalah berupa tabel koordinat (x, y) dan elevasi (z)
dan semua titik poligon dan titik situasi detail.
1. Hitungan Kerangka Horizontal
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka
Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam
perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak
dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:

a. Perhitungan Koordinat Titik Poligon

Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik poligon
A yang telah diketahui sebagai berikut:

XP  X A  dAPSinAP
YP  YA  dAPCos AP

Dalam hal ini:

XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan

dAP SinAP = selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP CosAP = selisih ordinat ( AP) definitif (telah diberi koreksi)

dAP = jarak datar AP definitif

AP = azimuth AP definitif

Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus
sebagai berikut:


I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 109
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS














Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith.


Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai
berikut:

Syarat geometriks sudut



di mana:
 = sudut jurusan
 = sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
f = salah penutup sudut

Syarat geometriks absis

di mana:
Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
X = absis
X = elemen vektor pada sumbu absis m = banyak titik ukur
Koreksi ordinat

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 110


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

di mana :
di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan
di = jumlah jarak
Y = ordinat
Y = elemen vektor pada sumbu ordinat
m = banyak titik ukur

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya


kesalahan linier jarak (KL)

2. Pengamatan Azimuth Astronomis


Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai
berikut:

di mana :
Cos αM = azimuth matahari
Sin δ = deklinasi matahari dari almanak matahari
m = sudut miring ke matahari
Sin 9 = lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut
Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 111


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

di mana :

zd = sudut zenith definitif

md = sudut miring definitif

zu = sudut zenith hasil ukuran

mu = sudut zenith hasil ukuran


r = koreksi refraksi

1/2d = koreksi semidiameter


p = koreksi paralax
i = salah indeks alat ukur

3. Hitungan Kerangka Vertikal


Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).

a. Syarat geometris

b. Hitungan beda tinggi

H 1 2  Btb  Btm

c. Hitungan tinggi titik

H 2  H 1  H 12  KH

di mana:
H = tinggi titik
ΔH = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang

Btm = benang tengah muka

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 112


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

FH = salah penutup beda tinggi

KH = koreksi beda tinggi

T = toleransi kesalahan penutup sudut


D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

4. Perhitungan Situasi Detail


Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:
a. Azimuth magnetis
b. Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
c. Sudut zenith atau sudut miring
d. Tinggi alat ukur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X,
Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:


Dd = D0Cos2m

Dd = 100 . (Ba - Bb)Cos2m

di mana :

TA = titik tinggi A yang telah diketahui


TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
ΔH = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = Jarak Optis (100.(Ba-Bb). )
m = sudut miring

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 113


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya


kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan
titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai
konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi
utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan
hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth
geografis.

Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:


C = Δg - Δ m
di mana :
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis

B.3.4.1.3 Pekerjaan Penggambaran


Penggambaran dilakukan dengan format digitasi AutoCAD pada lembar koordinat
ukutan A1 dan A3 dengan memasukkan tanda-tanda sebagai berikut :
 Garis kontur.
 Seluruh titik spot height yang diukur baik sungaaai, pantai maupun dasar laut.
 Skala, arah utara dan legenda.
 Grid berkoordinat pada interval 10 cm ( 200m pada skala 1 : 2.000).
 Blok judul dan kotak revisi.
 Catatan kaki pada peta.
 Jika terdiri dari beberapa lembar, harus disertakan untuk menunjukkan antara
lembar satu dan lainnya (overlay).
Ukuran huruf dan garis maupun legenda dan penomoran gambar mengacu kepada
standarisasi pada Kriteria Perencanaan Irigasi (Standar Penggambaran KP 07)
diterbitkan oleh Subdit Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi I, Ditjen Pengairan.

B.3.4.2 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi untuk menunjang pekerjaan SID Air Baku Di Kabupaten Bangka
Barat, meliputi:
Curah hujan
Ketersediaan Air
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 114
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Kebutuhan Air

Kebutuhan akan data hidrologi menjadi pokok dalam kegiatan ini, karena dari data
tersebut akan dihasilkan suatu analisis yang dapat di pertanggungjawabkan. Data yang
dibutuhkan yaitu :

A. Data Debit
Data debit yang diperlukan meliputi debit banjir dan debit aliran rendah. Debit banjir
diperlukan untuk mengitung dimensi bangunan hidraulik (hidraulic structure) dan
keterkaitannya dengan masalah keamanan bangunan terhadap debit banjir.
Sedangkan debit aliran rendah atau debit rata-rata diperlukan untuk menghitung
potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan yang
diperlukan. Agar dapat mencerminkan perilaku aliran sungai yang mendekati kondisi
yang sebenarnya maka diperlukan rangkaian data seri waktu yang cukup
panjang, makin panjang makin baik. Data debit yang dibutuhkan meliputi data debit
harian. Apabila tidak terdapat pos pencatat muka air sungai, baik manual maupun
otomatis (AWLR), maka analisis hidrologi harus dilakukan berdasarkan pada data hujan

B. Data Hujan
Data hujan diperlukan apabila pada DAS yang bersangkutan tidak terdapat catatan
debit banjir yang cukup panjang, atau tidak ada sama sekali catatan debit sungai,
sehingga analisis hidrologi dilakukan dengan rumus-rumus empiris untuk menurunkan
data debit berdasarkan data hujan yang ada. Data hujan yang diperlukan untuk analisis
meliputi data hujan harian.

C. Data Klimatologi
Data klimatologi diperlukan untuk menghitung kehilangan air berupa penguapan baik di
DPS maupun di areal genangan. Fluktuasi besaran data klimatologi dari tahun ke tahun
biasanya tidak berbeda banyak sehingga tidak diperlukan rangkaian data seri waktu
yang panjang. Biasanya hanya diambil rata-rata dari pencatatan beberapa tahun saja.
1. Curah Hujan
 Pengisian Data yang Kosong
Sebelum dianalisis lebih lanjut, data kosong dan yang mencurigakan perlu
diisi atau dikoreksi dengan bantuan data yang tersedia pada stasiun hujan di
sekitarnya pada periode yang sama.

Ada beberapa cara untuk memperkirakan data hujan yang hilang, antara

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 115


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

lain dengan cara 'Normal Rasio Methode' (Linsley, et all,1958) dan


'Reciprocal Methode' / 'Inversed squared distance' (Simanton & Osborne,
1980). Untuk 'Normal Rasio Methode' bisa digunakan bila variasi ruang
hujan tidak terlalu besar, sedangkan pada 'Reciprocal Methode'
memanfaatkan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi. Rumus yang
dipakai dalam ' Normal Rasio Methode' adalah sebagai berikut :

Px = 1/n [ Nx.PA/NA + Nx.PB/NB + ..... + Nx.Pn/Nn ]

Dengan :

Px = curah hujan pada stasiun x yang dicari (mm) Nx = curah hujan normal

tahunan di stasiun x

PA = curah hujan pada stasiun A (mm)

NA = curah hujan normal tahunan di stasiun A

n = jumlah stasiun referensi

Pengembangan dari cara ini kecuali dengan korelasi linear berdasar harga
rata-rata dari beberapa stasiun di sekitarnya seperti di atas, juga dapat
dengan tipe korelasi yang tidak linear.
Sedangkan cara lainadalah cara `Reciprocal Methode` yang
memperhitungkan jarak antar stasiun sebagai faktor koreksi (weighting
factor). Hal ini bisa dimengerti, karena korelasi antara dua stasiun hujan
menjadi makin kecil dengan makin besarnya jarak antar stasiun tersebut.
Persaman berikut bisa digunakan, bila dalam DAS tersebut terdapat lebih
dari dua stasiun hujan dan dianjurkan untuk menggunakan paling tidak tiga
stasiun acuan.

 Pemeriksaan Konsistensi Data


Data hasil perbaikan tersebut tidak dapat langsung dipakai untuk
kebutuhan perencanaan. Data tersebut perlu dilakukan pengujian dalam
kelangsungan pencatatannya. Parameter yang biasa digunakan untuk
menganalisa adalah reabilitas data dan konsistensi data.
Di dalam suatu deret data pengamatan hujan bisa terdapat non homogenitas
dan ketidaksesuaian (inconsistensy) yang dapat menyebabkan penyimpangan
pada hasil perhitungan. Non homogenitas bisa disebabkan oleh berbagai faktor

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 116


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

seperti :
a. Perubahan mendadak pada sistem hidrologis, misalnya karena adanya
pembangunan gedung-gedung atau tumbuhnya pohon-pohonan, gempa bumi
dan lain-lain.
b. Pemindahan alat ukur.
c. Perubahan cara pengukuran (misalnya berhubung dengan adanya alat
baru atau metode baru).
d. Dan lain-lain.
Sebelum digunakan untuk analisa, data perlu diuji terlebih dahulu untuk
mengetahui konsistensi data dan kemungkinan adanya kesalahan pencatatan.
Metode uji konsistensi yang digunakan adalah metode kurva massa dan metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Rangkaian data hujan
yang digunakan untuk analisa adalah hujan bulanan.

 Uji Kurva Massa


Uji konsistensi dengan kurva massa ada dua cara, yang umum adalah "double
mass curve‟, yaitu memplotkan seri curah hujan kumulatif yang diuji dengan seri
kumulatif yang dipercaya dari stasiun-stasiun di sekitarnya.
Cara yang lain adalah memplotkan seri curah hujan kumulatif yang diuji terhadap
waktu. Pengujian dilakukan secara visual dengan melihat trend arah kurvanya; bila
lurus berarti data cukup konsisten, bila ada kecenderungan membelok berarti ada
perubahan trend atau tidak konsisten yang berarti perlu dikoreksi.

 Uji RAPS
Pengujian konsistensi dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata
penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat pada
rumus dibawah :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 117


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel E-14 Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5

Sumber: Sri Harto, 18; 1983

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 118


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Distribusi Curah Hujan Wilayah


Untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi hujan di seluruh daerah aliran
sungai, maka dipilih beberapa stasiun yang tersebar di seluruh DAS. Stasiun terpilih
adalah setasiun yang berada dalam cakupan areal DAS dan memiliki data pengukuran
iklim secara lengkap. Beberapa metode yang dapat dipakai untuk menentukan curah
hujan rata-rata adalah metode Thiessen, Arithmetik dan Peta Isohyet.

2. Ketersediaan Air
Dalam analisis ketersediaan air akan menggunakan Metode Mock, di mana dalam
metode ini akan memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan
karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Hasil dari permodelan ini dapat
dipercaya jika ada debit
pengamatan sebagai pembanding.

Gambar E-22 Skema Simulasi Debit Metode Mock

Data dan asumsi yang diperlukan untuk perhitungan metode Mock adalah sebagai

berikut:

1. Data Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan bulanan. Stasiun curah hujan

yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 119


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

2. Evapotranspirasi Terbatas (Et)


Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi actual dengan mempertimbangkan
kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan. Untuk menghitung
evapotranspirasi terbatas diperlukan data:
1) Curah hujan bulanan (P)
2) Jumlah hari hujan (n)
3) Jumlah permukaan kering bulanan (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah
dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar
4 mm.
4) Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau
dengan asumsi:
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan kering
untuk lahan sekunder.
m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi.
m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Secara matematis evapotranspirasi terbatas dirumuskan sebagai berikut:

Dengan:
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi
terbatas (mm)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm)
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm)
m = singkapan lahan (Exposed surface)
n = jumlah hari hujan

3. Faktor Karakteristik Hidrologi

Faktor Bukaan Lahan

m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat

m = 10 – 40% untuk lahan tererosi

m = 30 – 50% untuk lahan pertanian yang diolah.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 120


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi yang


merupakan semak belukar, daerah lahan pertanian yang diolah dan hutan maka
dapat diasumsikan untuk factor m diambil 30%.

4. Luas Daerah Pengaliran

Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran kemungkinan akan semakin
besar pula ketersediaan debitnya.

5. Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)

Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada lapisan tanah
permukaan (surface soil) per m2. Besarnya SMC untuk perhitungan ketersediaan
air ini diperkirakan berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan
dari DPS. Semakin besar porositas tanah akan semakin besar pula SMC yang
ada.

Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 200 mm.

Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas kelembaban tanah adalah:

SMC( n )  SMC( n 1)  IS ( n )


Ws  As  IS

keterangan:

SMC = Kelembaban tanah

SMC (n) = Kelembaban tanah periode ke n

SMC(n-1) = Kelembaban tanah periode ke n-1

IS = Tampungan awal (initial storage) (mm)

As = Air hujan yang mencapai permukaan tanah

6. Keseimbangan air di permukaan tanah


Keseimbangan air di permukaan tanah dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai
berikut:
 Air hujan
 Kandungan air tanah (soil storage)
 Kapasitas kelembaban tanah (SMC)
 Air Hujan (As)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 121


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut:

As  P  Et

keterangan:

As = air hujan yang mencapai permukaan tanah

P = curah hujan bulanan

Et = Evapotranspirasi

7. Kandungan air tanah

Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. bila harga As negatif. maka
kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka kelembaban
tanah akan bertambah.

8. Aliran dan Penyimpanan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya.
9. Koefisien Infiltrasi
Koefisien nilai infiltrasi diperkirakan berdasarkan kondisi porositas tanah dan
kemiringan DPS. Lahan DPS yang porous memiliki koefisien infiltrasi yang besar.
Sedangkan lahan yang terjadi memiliki koefisien infitrasi yang kecil. karena air
akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi adalah 0 – 1.

10. Faktor Resesi Aliran Tanah (k)

Faktor Resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke n
dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah
dipengaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air metode
FJ Mock, besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba sehingga dapat
dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.

11. Initial Storage (IS)


Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air pada
awal perhitungan. IS di lokasi studi diasumsikan sebesar 50 mm.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 122


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

12. Penyimpanan air tanah (Ground Water Storage)


Penyimpanan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpanan awal
(initial storage) terlebih dahulu.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah adalah
sebagai berikut:

Vn = k x Vn-1 + 0.5 (1 + k) I Vn = vn - vn-1

Dimana:

Vn = Volume air tanah periode ke n


k = qt/qo = factor resesi aliran tanah
qt = aliran air tanah pada waktu periode ke t
qo = aliran air tanah pada awal periode (periode ke 0)

vn-1 = volume air tanah periode ke (n-1)


vn = perubahan volume aliran air tanah

13. Aliran Sungai

Aliran Dasar = Infiltrasi – Perubahan aliran air dalam tanah


Aliran permukaan = volume air lebih – infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar

Aliran sungai x LuasDAS


Debit andalan 
1 bulan dalam detik

Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran langsung (direct run
off). aliran dalam tanah (interflow) dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:
1) Interflow = infiltrasi – volume air tanah
2) Direct run off = water surplus – infiltrasi
3) Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
4) Run off = interflow + direct run off + base flow.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 123


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Perhitungan Debit Sumber

Untuk mengetahui debit aliran pada suatu tampang saluran/sungai dapat

digunakan persamaan: Q = v x A

Dimana :

Q = Debit aliran (m3/dt)

v = Kecepatan aliran (m/dt) A = Luas Penampang (m2)

Apabila aliran yang diukur merupakan luapan atau pancuran yang relatif kecil
maka untuk memperoleh debit air dapat dilakukan dengan menampung limpahan
air tersebut dalam interval waktu tertentu (t) kemudian mengukur volume air (V)
dengan menggunakan gelas ukur, sehingga debit aliran dirumuskan sebagai
berikut :

Dimana :

Q = Debit aliran (m3/dt) V = Volume air (m3)

t = Waktu (detik)

Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran debit ini adalah :
1. Current Meter dan assesorisnya (dapat dilihat pada lampiran)
2. Gelas Ukur
3. Stopwatch
4. Penggaris Besi
5. Roll Meter
3. Kebutuhan Air

 Proyeksi Penduduk

Proyeksi kependudukan dilakukan untuk mengetahui pridiksi jumlah penduduk


untuk beberapa tahun mendatang. Dalam kegiatan analisa ini lebih ditekankan
pada kondisi demografi dan prediksi jumlah penduduk untuk beberapa tahun yang
akan datang. Prediksi jumlah penduduk ini disesuaikan dengan rencanan
kebutuhan air yang akan datang.
Kebutuhan air berkaitan erat dengan jumlah penduduk dan aktivitas yang terjadi di

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 124


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

daerah tempat kajian. Hal ini menyebabkan perencanaan kebutuhan air harus
dimulai dengan mengetahui kuantitas penyebaran penduduk dan
mengidentifikasikan jenis-jenis kegiatan yang biasa dilakukan di daerah kajian.
Kebutuhan akan air pada prinsipnya bergantung pada banyaknya penduduk
dan tingkat kesejahteraan, yang akan menentukan tingkat kebutuhan air
perorang. Untuk perencanaan air baku diperlukan proyeksi jumlah penduduk baik
secara jumlah total maupun distribusinya menurut wilayah.

Proyeksi jumlah penduduk dapat dilakukan untuk jangka pendek (2-5 tahun) dan
jangka menengah (5-10 tahun). Untuk jangka panjang yaitu diatas 10 tahun pada
umumnya hanya dapat digunakan sebagai suatu perkiraan yang kasar. Dalam
menentukan proyeksi jumlah penduduk dapat digunakan asumsi-asumsi
berdasarkan beberapa faktor, antara lain :
1. Pertumbuhan penduduk akhir-akhir ini
2. Skenario pertumbuhan penduduk, misalnya adalah:
- Laju pertumbuhan penduduk pada masa mendatang adalah sama dengan
saat ini
- Keluarga berencana (KB) berhasil, sehingga laju pertumbuhan penduduk
mengacu pada target KB.
- KB mengalami kegagalan, sehingga laju pertumbuhan penduduk relatif
tinggi.
Di samping itu terdapat beberapa metode proyeksi penduduk, yaitu: metode
matematis; metode ekonomi; metode analogi; dan metode komponen. Metode
analogi digunakan jika tersedia data demografi; Metode ekonomi, jumlah
penduduk dinyatakan sebagai variabel yang tergantung pada aktivitas ekonomi;
metode komponen, atau disebut juga sebagai metode cohort survival, jika
terdapat data yang sangat lengkap mengenai distribusi usia dan jenis kelamin
penduduk, tingkat kelahiran dan kematian bayi.

Metoda matematis paling lazim digunakan untuk proyeksi jumlah penduduk dalam
menentukan kebutuhan air baku. Metode ini menformulasikan model
pertumbuhan penduduk yang berubah secara proporsional dalam beberapa waktu,
dengan persamaan sebagai berikut:

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 125


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Dimana:

Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)


P0 : jumlah penduduk tahun dasar (jiwa)
r : laju pertumbuhan penduduk (%)
n : periode waktu

 Analisis Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air penduduk akan dihitung berdasarkan beberapa jenis kebutuhan,


antara lain adalah :

1. Kebutuhan air bersih domestik untuk sambungan rumah dan kran umum
2. Kebutuhan air non domestik, misalnya untuk fasilitas peribadatan dan kran
umum, diperhitungkan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik.
3. Kehilangan air
4. Kebutuhan hari maksimum, diperhitungkan sebesar 1.1 butuhan air bersih
5. Kebutuhan jam puncak, diperhitungkan sebesar 1.5 butuhan air bersih.

Selanjutnya kebutuhan air bersih penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keb. Total = Kebutuhan Domestik + Kebutuhan air sosial + kehilangan air

Perhitungan proyeksi kebutuhan air suatu kota akan dilakukan untuk setiap wilayah
kelurahan dengan tujuan untuk mendapatkan angka kebutuhan berdasarkan
ruang administrasi yang lebih kecil. Dengan demikian pola pemanfaatan sumberdaya
air yang ada juga akan dapat dipaparkan sampai dengan ruang administrasi
kelurahan. Khusus untuk kawasan permukiman, terlebih dahulu harus ditetapkan
standar kepadatan penduduk agar proyeksi jumlah penduduk yang ada dapat disebar
secara merata di seluruh kawasan permukiman yang direncanakan, sehingga
dapat dicapai distribusi penduduk yang ideal.
 Proyeksi kebutuhan air bersih

Kebutuhan air bersih suatu daerah dihitung berdasarkan kebutuhan satuan unit
yang direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tingkat perekonomian.

 Proyeksi kebutuhan air baku

Kebutuhan air baku dihitung berdasarkan kebutuhan air bersih yang direncanakan
dan dikembangkan sesuai dengan pentahapan produksi air bersih yang diinginkan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 126


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar
untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan
berdasarkan pengalaman- pengalaman dari pemakaian air. Kebutuhan air baku
meliputi:
a) Kebutuhan air domestik (rumah tangga)
Kebutuhan air rumah tangga adalah kebutuhan air untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari manusia. Kebutuhan air rumah tangga tersebut
antara lain minum, memasak, mandi, cuci, kakus (MCK) dan lain-lain seperti :
cuci mobil, menyiram tanaman

- Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga

Besar penggunaan air rumah tangga (domestik) dapat diketahui melalui dua
cara yaitu :

i. Survei penggunaan air sehari-hari

Survei meliputi penggunaan air sehari-hari dirumah. Survei dapat


dilaksanakan dibeberapa keluarga dalam satu wilayah. Keuntungan
survei ini dapat mengetahui langsung kebutuhan air rumah tangga.
Hasil survei ini dapat dipergunakan sebagai standar kebutuhan air
rumah tangga pada daerah tersebut.

ii. Standar

Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah


kecil. Kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya
seperti untuk mandi, cuci, memasak, membersihkan rumah, peralatan
lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan demikian berbeda pula dari
satu rumah dengan rumah lainnya tergantung dari fasilitas air minum
dan perpipaan yang dimiliki. Dalam hubungan ini “The National Plumbing
Code” (PAMSI Komda Jabar, hal.17) menyatakan bahwa 50 GPD (190
liter/hari) per kapita adalah angka yang aman untuk suatu rumah susun
(apartment) dan 40 GPD (150 liter/hari) perkapita untuk suatu rumah
tinggal biasa.

Angka-angka di atas tidak banyak berbeda dengan catatan-catatan


pemakaian air di Indonesia untuk rumah dengan fasilitas perpipaan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 127


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

yang memadai (125– 150 liter/orang/hari).

Tabel Gambaran Pemakaian Air di Beberapa Negara

Negara Pemakaian
Amerika (liter/orang/hari)
150 – 1050
Serikat
Australia 180 – 290
Eropa 50 – 320
Tropis 80 – 185
Sumber: Chatib dkk, hal.16

Standar kebutuhan air rumah tangga berdasarkan kriteria jumlah


penduduk dan jenis kota seperti disajikan pada tabel. Jumlah penduduk
yang digunakan dalam standar ini adalah jumlah penduduk yang menetap
pada satu wilayah.
Tabel Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Berdasarkan Jenis
Kota dan Jumlah Penduduk

Jumlah Kebutuhan
Jumlah Penduduk Jenis Kota
Air (l/org/hari)
> 2.000.000 Metropolitan > 210
1.000.000-2.000.000 Metropolitan 150-210
500.000-1.000.000 Besar 120-150
100.000-500.000 Besar 100-120
20.000-100.000 Sedang 90-100
3.000-20.000 kecil 60-100

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil

Sedangkan besar Kebutuhan untuk tiap jiwa perhari berdasarkan


standar dari Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah :
- Kebutuhan untuk penduduk perkotaan sebesar 100 l/jiwa/hari.
- Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 l/jiwa/hari.
- Standar Kualitas Air Rumah Tangga

Standar baku mutu kualitas air dapat dilihat pada PP No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Klasifikasi mutu air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
rumah tangga adalah kelas satu. Kriteria kualitas air yang digunakan
untuk kebutuhan air rumah tangga terdiri dari kriteria fisika, radiokatif
dan kimia organik.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 128


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

b) Kebutuhan Air Perkotaan

Kebutuhan Air perkotaan adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti:
fasilitas komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan,
fasilitas pendidikan dan fasilitas pendukung kota seperti taman kota,
penggelontoran kota.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas
kota. Banyaknya dan jenis fasilitas kota dapat dilihat pada Rencana Umum Tata
Ruang Kota (RUTR kota) dan tujuan pembangunan kota, seperti: kota
pariwisata, industri, pelabuhan dan sebagainya.
Besarnya kebutuhan air suatu perkotaan dapat ditentukan dengan melakukan
survei kebutuhan air pada fasilitas perkotaan di wilayah tersebut. Cara
lain untuk menentukan besarnya kebutuhan air perkotaan adalah dengan
menggunakan standar kebutuhan air perkotaan.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari
jumlah air rumah tangga (domestik), berkisar antara 25-40% dari kebutuhan
air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang
memiliki kepadatan penduduk seperti Jakarta.
Untuk lebih jelas, besarnya kebutuhan air perkotaan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Kedua tabel ini digunakan bila tidak ada data rinci tentang fasilitas
kota.

Tabel Besar Kebutuhan Air Perkotaan Menurut Jumlah Penduduk

Kriteria Jumlah Kebutuhan Air Perkotaan


(Jumlah Penduduk) (% Kebutuhan Air Rumah Tangga)
> 500.000 40
100.000 - 500.000 30
< 100.000 25

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil

Tabel Besar Kebutuhan Air Perkotaan Menurut Kepadatan Penduduk

Kriteria Jumlah Kebutuhan Air Perkotaan


Kepadatan (Jiwa/Ha) (% Kebutuhan Air Rumah Tangga)
> 100 25 – 35
50 – 100 20 – 30
< 50 15 – 30

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 129


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel Besar Kebutuhan Air Perkotaan Berdasarkan Fasilitas Perkotaan

Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil

Kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan air perkotaan adalah kualitas
yang disyaratkan pada PP No.2 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria kualitas air yang digunakan untuk
kebutuhan air perkotaan terdiri dar kriteria fisika, radioaktif dan kimia organik.
Klasifikasi mutu air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air perkotaan
adalah kelas satu, kelas dua atau kelas tiga.

c) Kebutuhan Air Industri

Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk
bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri.
Namun besar kebutuhan air industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk
diproses, bahan baku
industri dan kebutuhan air untuk pekerjaan industri. Sedangkan kebutuhan air
untuk pendukung kegiatan industri seperti hidran, dapat disesuaikan
jumlahnya dengan jenis industrinya. Industri perlu diklasifikasikan untuk
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 130
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

menentukan jumlah airnya seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel Klasifikasi Industri

- Standar Kebutuhan Air Industri

Besarnya kebutuhan air industri dapat diketahui dengan survei ke beberapa


lokasi industri yang menggunakan air untuk proses industrinya. Cara lain
yaitu dengan menggunakan standar kebutuhan air industri. Standar
kebutuhan air industri ini berdasarkan proses atau jenis industri yang ada
pada wilayah yang akan dikembangkan dan rencana jumlah pekerja
pada industri tersebut. Besarnya standar kebutuhan air industri adalah
sebagai berikut:

i. Untuk pekerja industri

Kebutuhan air untuk pekerja industri merupakan kebutuhan air


domestik yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pekerja pabrik.
Adapun jumlah kebutuhan air tersebut adalah 60 liter/pekerja/hari.

ii. Untuk proses industri

Diklasifikasikan pada tabel dibawah ini.

Tabel Kebutuhan Air Industri Berdasarkan Beberapa Proses


Industri

Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. Kimpraswil.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 131


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- Perkiraan Kasar Kebutuhan Air Industri


Perkiraan kasar kebutuhan air baku untuk industri yang terletak pada
suatu kawasan industri, dapat dipergunakan kebutuhan air perhektranya
antara 0,5 – 2 liter/detik.
Standar kepadatan penduduk untuk kawasan permukiman diambil dari
perhitungan kepadatan penduduk pada laporan RTRW kota yang
bersangkutan. Standar tersebut ditetapkan berdasarkan tema masing-
masing jenis permukiman yang direncanakan di wilayah tersebut, untuk
tiap-tiap Wilayah Pengembangan Kota (WPK), seperti yang disajikan pada
tabel di bawah.

Tabel Standar Kepadatan Penduduk Berdasarkan Jenis


Permukiman

Sumber : Ditjen Tata Ruang, Tahun 2006

 Analisis Cakupan Pelayanan


Cakupan pelayanan ditargetkan dapat melayani 80% dari jumlah penduduk, untuk
masa 10 tahun yang akan datang. Dasar dari hal ini mengacu pada arah
perkembangan kota dan pertambahan jumlah penduduk dilihat dari kondisi saat ini
dan prediksi yang akan datang. Target layanan tersebut dapat dipenuhi dari

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 132


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

komposisi sambungan rumah dan jumlah penduduk yang dapat dilayani.

 Analisis Kemampuan Sumber


Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar potensi sumber air
yang ada saat ini untuk mencukupi kebutuhan air bersih penduduk pada daerah
studi di masa sekarang dan masa yang akan datang. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi kemampuan produksi sumber air antara lain pengelolaan daerah
tangkapan air dan konservasi vegetasi di sekitar sumber.

B.3.4.3 Analisis Kualitas Air

Pengambilan sampel air ini dilakukan pada lokasi yang akan dijadikan sumber air baku.
Sampel air kemudian diuji kualitas air, apakah memenuhi syarat sebagai sumber air
baku untuk air bersih atau harus diberi perlakuan dahulu agar air yang ada memenuhi
syarat sebagai sumber air baku untuk air bersih.
Adapun metode pengambilan contoh air, sebagai berikut :
1. Sampel Sesaat (Grab Sample), yaitu sampel yang diambil pada suatu waktu dan
tempat tertentu.

2. C o m p o s i t e Sample, yaitu sampel yang dikumpulkan pada tiap interval waktu


tertentu (misalnya tiap 1 jam) pada titik pengambilan yang sama selama jangka
waktu tertentu. Untuk pengambilan sampel air pada pekerjaan ini dilakukan dengan
cara Grab Sample.
Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada sungai yang merupakan sumber air
alamiah yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit
pencemaran, sampel diambil pada 1 titik di tengah sungai pada kedalaman 0,5 h
dari permukaan air, dimana ”h” adalah kedalaman air.
a. Pengambilan sampel kimia dan fisika
Untuk pengujian sampel parameter kimia dan fisika, sampel air diambil
dalam dua tempat terpisah dengan kapasitas masing-masing 600 ml. Untuk
menjaga agar kandungan zat-zat yang ada tidak berubah maka
sampel/bahan uji tidak boleh lebih dari 24 jam sejak pengambilan sampai
ke laboratorium, pada sampel harus ditulis lokasi pengambilan
waktu/hari/tanggal pengambilan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 133


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

b. Pengambilan sampel biologi

Pengambilan sampel air untuk pengujian parameter bakteriologis berbeda


dengan pengambilan sampel kimia dan fisika. Untuk pengambilan
sampel/bahan uji bakteriologis digunakan botol khusus yang tidak tembus
sinar matahari. Botol yang digunakan harus steril dan sebelum pengambilan
sampel, bibir botol dibakar lebih dahulu dan setelah pengambilan selesai bibir
botol dibakar kembali baru ditutup rapat. Bila lokasi pengambilannya jauh dari
laboratorium dan perlu lebih dari 2 jam waktu tempuhnya, maka bahan uji
harus diawetkan dengan es agar bakteri yang ada dalam bahan uji tidak terurai
sehingga tidak dapat dikenali lagi bakteri apa yang terkandung dalam bahan
uji.

B.3.4.4 Analisis Hidrolika dalam Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih


A. Hukum Bernouli
Air di dalam pipa selalu mengalir dari tempat yang memiliki tinggi energi lebih besar
menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih kecil. Aliran tersebut memiliki tiga
macam energi yang bekerja di dalamnya, yaitu :
1. Energi ketinggian = h (meter), dengan :
h = ketinggian titik tersebut dari garis referensi yang ditinjau

2. Energi kecepatan = ,dengan

v = kecepatan (m/det)
g = percepatan gravitasi (m2/det)

3. Energi tekanan = , dengan

P = tekanan (kg/m2)
= berat jenis air (kg/m3)

Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total pada
sebuah penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi tekanan dan
energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut :

Menurut teori kekekalan energi dari hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada energi
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 134
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup, maka energi
totalnya tetap konstan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini :

Gambar Diagram Energi Pada Dua Tempat

Hukum kekekalan Bernaulli pada gambar di atas dapat ditulis sebagi berikut (Haestad,
2002 : 267) :

dengan

Pada gambar di atas, terlihat garis yang menunjukkan besarnya tinggi tekan air
pada titik tinjauan yang dinamakan garis gradien hidrolis atau garis kemiringan
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 135
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

hidrolis. Jarak vertikal antara pipa dengan gradien hidrolis menunjukkan tekanan
yang terjadi dalam pipa. Perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2 merupakan
kehilangan energi yang terjadi sepanjang penampang
1 dan 2.

B. Hukum Kontinuitas

Air yang mengalir sepanjang pipa yang mempunyai luas penampang A m 2 dan
kecepatan V m/det selalu memiliki debit yang sama pada setiap penampangnya. Hal
tersebut dikenal sebagai hukum kontinuitas yang dituliskan :

Q1 = Q2

A1.V1= A2.V2

Dengan :

Q1 = debit pada potongan 1 (m3/det)

Q2 = debit pada potongan 2 (m3/det)

A1 = luas penampang pada potongan 1 (m2)

A2 = luas penampang pada potongan 2 (m2)

V1 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)

V2 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)

Gambar Aliran Dalam Pipa

Pada gambar (a), potongan 1-1 dan potongan 2-2 mempunyai luasan penampang
yang sama sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 sama dengan kecepatan aliran
di potongan 2-2. Pada gambar (b), potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang
lebih besar dari potongan 2-2 sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Sedangkan pada gambar (c),
potongan 1-1 memiliki luasan penampang yang lebih kecil dari potongan 2-2 sehingga

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 136


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih besar dibandingkan dengan kecepatan aliran di
potongan 2-2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecepatan aliran selalu
berbanding terbalik dengan luasan penampang.

Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana debit yang
masuk pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar pipa. Hal tersebut
diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar E-25 Aliran Bercabang

Dimana :

Q1 = Q2 + Q3

A1.V1 = (A2.V2) + (A3.V3)

Dengan :

Q1, Q2, Q3 = Debit yang mengalir pada penampang 1, 2 dan 3 (m3/det)

V1, V2, V3 = Kecepatan pada penampang 1, 2 dan 3 (m/det)

C. Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)

Kehilangan tinggi tekan dalam pipa dapat dibedakan menjadi kehilangan tinggi tekan
mayor (major losses) dan kehilangan tinggi tekan minor (minor losses). Dalam
merencanakan sistem jaringan distribusi air bersih, aliran dalam pipa harus berada
pada kondisi aliran turbulen. Untuk mengetahui kondisi aliran dalam pipa turbulen
atau tidak, dapat dihitung dengan identifikasi bilangan Reynold menggunakan
persamaan berikut :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 137


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

dengan :

Re = bilangan Reynold

v = kecepatan aliran dalam pipa (m/det)

D = diameter pipa (m)

 = kekentalan kinematik air pada suhu tertentu (m2/det)

Tabel E-23 Kekentalan Kinematik Air

Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa dapat
diketahui dengan kriteria sebagai berikut :
Re < 2000 aliran bersifat laminer
Re = 2000 – 4000 aliran bersifat transisi
Re > 4000 aliran bersifat turbulen

D. Kehilangan Tinggi Tekan Mayor (Major Losses)


Fluida yang mengalir di dalam pipa akan mengalami tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan karena adanya kekentalan kinematik.
Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi selama
pengaliran. Tegangan geser yang terjadi pada dinding pipa merupakan penyebab

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 138


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

utama menurunnya garis energi pada suatu aliran (major losses) selain bergantung
juga pada jenis pipa.
Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan
mayor ini yaitu dari Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, Manning, Chezy, Colebrook-White
dan Swamme-Jain.

Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams (Haestad, 2001 : 278) yaitu :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 139


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel E-24 Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams

Sumber : Buku Utama Sistem Jaringan Pipa, 1987

E. Kehilangan Tinggi Tekan Minor (Minor Losses)

Faktor lain yang juga ikut menambah besarnya kehilangan tinggi tekan pada suatu
aliran adalah kehilangan tinggi tekan minor. Kehilangan tinggi tekan minor ini
disebabkan oleh adanya perubahan mendadak dari ukuran penampang pipa yang
menyebabkan turbulensi, belokan- belokan, adanya katub dan berbagai jenis
sambungan. Kehilangan tinggi tekan minor semakin besar bila terjadi perlambatan
kecepatan aliran di dalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat terjadi
pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas
pipa. Untuk jaringan pipa sederhana, kehilangan tinggi tekan minor ini tidak boleh
diabaikan

karena nilainya cukup berpengaruh. Namun untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D
>> 1000, kehilangan tinggi tekan minor ini dapat diabaikan. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :

dengan :
hLm = kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)

g = percepatan gravitasi (m/det2)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 140


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik penyempitan,
pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa. Namun, nilai k ini masih berupa
pendekatan karena sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan
maupun umur sambungan tersebut.

Gambar E-26 Pengaruh Bentuk Belokan Pipa Pada Aliran

F. Elemen-Elemen pada Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih

Elemen-elemen pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih adalah komponen-
komponen yang ada dalam suatu rangkaian sistem jaringan distribusi air bersih.
Elemen-elemen ini terdiri dari pipa dan sambungannya, katub, pompa, tandon dan
tandon dimana kesemuanya haruslah bekerja dengan baik. Jika salah satu dari
elemen tersebut tidak berfungsi, maka dampaknya adalah berkurangnya bahkan
terhentinya kinerja dan efisiensi dari sistem tersebut.

B.3.4.4.1 Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen yang
utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air dari sumber air ke
tandon, maupun dari tandon ke konsumen. Pipa tersebut memiliki bentuk
penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-
macam. Dalam pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa
bertekanan karena lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah
dibanding menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan adalah
pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem
jaringan distribusi air dibuat dari bahan-bahan seperti di bawah ini :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 141


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

1. Besi tuang (cast iron)


Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu. Pipa ini biasanya
dicelupkan dalam larutan kimia untuk perlindungan terhadap karat.
Panjang biasa dari suatu bagian pipa adalah 4 m dan 6 m. Tekanan maksimum

pipa sebesar 25 kg/cm2 dan umur pipa dapat mencapai 100 tahun. Keuntungan
dari pipa ini adalah :
- pipa cukup murah
- pipa mudah disambung
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal

2. Besi galvanis (galvanized iron)

Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja yang dilapisi seng. Umur pipa pendek
yaitu antara 7 – 10 tahun. Pipa berlapis seng digunakan secara luas untuk jaringan
pelayanan yang kecil di dalam sistem distribusi.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- pipa mudah disambung
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa mudah berkarat

3. Plastik (PVC)

Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan di
pasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Panjang pipa 4 m atau 6 m
dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm. Umur pipa dapat
mencapai 75 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa jenis ini punya koefisien muai besar sehingga tidak tahan panas
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 142
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- mudah bocor dan pecah

4. Baja

Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di pasaran. Pipa
baja telah digunakan dengan berbagai ukuran hingga lebih dari 6 m garis
tengahnya. Umur pipa baja yang cukup terlindungi paling sedikit 40 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- tersedia dalam berbagai ukuran panjang
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa tidak tahan karat
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
Macam dan jenis pipa yang ada di pasaran yang dapat digunakan dalam instalasi
distribusi air baku antara lain :
 Pipa HDPE Tyco
Tyco merupakan salah satu produsen pipa HDPE terkemuka. Produk-
produknya antara lain Pipa PE-100 mulai dari ukuran 20mm sampai dengan 1600
mm
 Pipa HDPE Wavin Black
Wavin merupakan merk terpercaya untuk produk pipa HDPE. Pipa Wavin tersedia
dalam bentuk batangan dan gulungan (koil) sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya. Material : PE-100 ( Polyethylene )
Standart Produksi SNI dan ISO Keunggulan dan Manfaat :
 Ringan Dan Memiliki Daya Lentur Yang Tinggi, Sehingga Sifat Crack
Resistance Tinggi.
 Memiliki Daya Tahan terhadap bahan kimia,
Gempa, serta cuaca yang ekstrem.
 Tidak dapat berkarat dan bebas pemeliharaan.
 Memiliki Permukaan Pipa Yang Licin Sehingga Dapat Meminimalisir Terjadinya
Abrasi
 Pipa PE Di Desain Dengan Lifetime Lebih Dari 50 Tahun.
 Memiliki Variasi Ukuran Mulai dari Diameter 1/2" - 24".

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 143


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Pipa PVC Wavin Standart


Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi JIS dan ISO
Keunggulan dan Manfaat Pipa PVC:

 Kuat dan tidak mudah pecah.


 Tahan terhadap bahan kimia ekstrem.
 Tidak dapat berkarat dan bebas pemeliharaan.
 Isolator yang baik & tidak dapat menimbulkan Api.
 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
 Aplikasi Sistem seperti Saluran Air bersih, Pembuangan, Limbah, Irigasi.

 Pipa PVC Wavin Lite

Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
 Kuat dan tidak mudah pecah.
 memilik daya Tahan yang istimewa terhadap bahan kimia ekstrem.
 Sistem sambungan Rubber Ring Joint / Push Fit Joint.
 Diproses dari bahan baku dengan kandungan resin PVC murni minimal
92.5%.
 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
 Aplikasi Sistem seperti sistem drainase dalam bangunan, Air Buangan
dari RumahTinggal, Komersial, Industri.

 Pipa PVC SNI Wavinlock dan Wavinsafe

Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
 Ringan, Kuat dan Tidak Mudah Pecah.
 Memiliki Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Ekstrem.
 Mimiliki 2 jenis Sistem Sambungan: Rubber Ring Joint / Push Fit Joint Dan
Lem (MOF)
 Aman Untuk Digunakan untuk Mengaliri Air Minum.
 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
 Aplikasi Untuk Jaringan Pipa Air Minum Dan Air Bersih

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 144


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Pipa PPR Wavin Tigris Green

Material: PPR ( Polypropylene Random ) Dengan Standart Produksi DIN


Keunggulan dan Manfaat Pipa PPR:
 Memiliki Daya Tahan Terhadap Gempa, Bahan Kimia, Dan Meredam
Suara Yang Disebabkan Water Hammer.
 Memiliki Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Ekstrem.
 Mimiliki Sifat rambat panas yang rendah sehingga dapat menahan panas
lebih Lama.
 Sistem sambungan menggunakan sistem Pemanasan / Heat fusion,
Sehingga Sambungan bersifat homogen.
 Memiliki Variasi Diameter untuk Pipa dan fitting mulai dari diameter 1/2" -
6".
 Aplikasi Untuk jaringan sistem sanitari dan saluran bertekanan

 Pipa PP Wavin Astolan


Material: Astolan Dengan Standart Produksi DIN Keunggulan dan Manfaat:
 Kedap Suara ( low Noise )
 Memiliki ketahanan Terhadap Panas dan Lemak.
 Memiliki ketahanan terhadap bahan kimia, dan digunakan untuk saluran
buangan dan limbah dengan pH2 s/d pH12.
 Sambungan menggunakan sistem Rubber Ring Joint sehingga
memberikan kemudahan dalam aplikasi.
 Memiliki Variasi Diameter untuk Pipa dan fitting mulai dari diameter 2" - 8"


 Pipa PVC Rucika dan Fittings

Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi JIS


Keunggulan dan Manfaat:
 Kuat dan tidak mudah pecah, karena memiliki standart kualitas dan
pengujian yang tinggi.
 Dapat mereduksi pengaruh UV ( Ultra Violet ) Terhadap Pipa Dalam
Jangka Waktu Yang Lama.
 Dapat Digunakan untuk berbagai Jenis Sistem Air bersih Dan air Buangan.
 Isolator yang baik & tidak dapat menimbulkan Api.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 145


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12"


 Aplikasi Sistem seperti Saluran Air bersih, Pembuangan, Limbah, Irigasi, Pipa
ventilasi.

 Pipa Galvanis

Pipa galvanis adalah pipa yang telah dilapisi dengan lapisan seng. Zat kimia
Seng dapat memberikan penghalang terhadap korosi, sehingga pipa galvanis
tidak dapat langsung terkena unsur-unsur lingkungan luar. Hambatan pelindung
atau seng telah terbukti dapat memberikan ketahanan material pipa
galvanis dari kelembaban seperti didalam ruangan.
Pipa galvanis ini terbuat dari baja karbon rendah dengan lapisan
galvanis, yang didalamnya mengandung unsur sbb :
 unsur seng (Zn) 99,7% dan biasanya di aplikasikan untuk pipa pada
penggunaan air minum.
 unsur karbon sebesar 0,091% sehingga tergolong dalam baja karbon rendah.
Sehingga bisa di jelaskan bahwa pipa galvanis ini unsur utamanya adalah
seng. Jadi bisa disimpulkan bahwa sifat dari pipa galvanis ini sbb:
 Ulet dan Keras

 Sangat bagus untuk penggunaan instalasi air minum

Pipa Galvanis Welded, Medium SNI, SCH 40, ISTW, Bakrie, Spindo, TM,
ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5", 6", 8", 10", 12", 14",
16", 18", 20", 24".
Pipa Galvanis Seamless (melalui proses galvanis), Sch 40/80/160 Merk China,
Japan, dan Eropa, ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5",
6", 8", 10", 12",14", 16", 18", 20", 24".

Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi dengan alat
bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1) Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan suatu
sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau berbeda, belokan
pada pipa dan penggabungan dua pipa yang berbeda jenis. Sambungan
pada pipa antara lain :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 146


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- mangkok (bell) dan lurus (spingot)


- sambungan mekanik
- sambungan dorong (push on joint)
- sambungan flens
Sambungan tersebut dipakai sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan saat
pemasangan pipa ditambah dengan perlengkapan sambungan yaitu:

 Belokan (bend)
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut
perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Besar

belokan standar adalah 11¼ o, 22½o, 45o, dan 90o. Bahan belokan itu
biasanya sama dengan pipa

 Perlengkapan “T”

Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer
berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri dari
kombinasi spigot, socket dan flens

 Perlengkapan “Y”

Untuk pipa sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan sudut 45o

2) Pintu dan katup


Aliran air yang baik di dalam pipa sangat ditunjang oleh katup yang bekerja
pada sambungan antar pipa. Berbagai jenis katup memiliki fungsi berbeda
yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan
agar suatu rangkaian pipa berfungsi dengan baik. Beberapa macam
katub dalam rangkaian jaringan pipa adalah (Haestads, 2001 : 277) :

 Flow Control Valve (FCV)

Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui


katup dari hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu
komponen tertentu yang letaknya di hilir agar tidak rusak akibat aliran
yang terlalu besar

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 147


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Pressure Reducer Valve (PRV)


Digunakan untuk menanggulangi tekanan yang terlalu besar di hilir
katup. Jika tekanan naik hingga melebihi nilai batas, maka PRV akan
menutup dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu lebih rendah dari
nilai yang telah ditetapkan pada katup tersebut

 Pressure Sustaining Valve (PSV)


Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada
tekanan di hulu dari nilai yang telah ditetapkan. Jika tekanan di
hulu lebih rendah dari batas minimumnya, maka katu akan menutup

 Pressure Breaker Valve (PBV)


Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang
menurun di katup. Di samping itu, katup jenis ini juga dapat
memberikan tambahan tekanan pada aliran yang berbalik arah (karena
tekanan di hilir lebih tinggi dari tekanan di hulu) sehingga tekanan di
hilir lebih rendah dari tekanan di hulu

 Throttle Control Valve (TCV)


Katup jenis ini digunakan untuk mengontrol minor losses yang berubah
setiap waktu

B.3.4.4.2 Pompa

Pompa adalah komponen sistem yang mampu memberikan tambahan tekanan dalam
suatu sistem jaringan distribusi air bersih. Dengan pompa, maka tinggi tekanan yang
berkurang dapat dinaikkan kembali sehingga sistem dapat mengalirkan air ke tempat
pelayanan yang lebih tinggi dan jauh. Apabila sebelum pompa dipasang telah ada
aliran, maka pompa juga dapat digunakan untuk menambah kapasitas debit pada
sistem tersebut.

Karakteristik pompa ditunjukkan oleh debit yang dapat dihasilkan pada berbagai
jenis variasi tinggi tekan (head). Semakin tinggi head yang harus ditambahkan, maka
semakin kecil debit yang diproduksi dan demikian pula sebaliknya. Operasional
pompa dalam suatu sistem jaringan distribusi air bersih juga menggunakan pronsip
tersebut dimana harus memperhatikan tinggi tekan dan debit yang dibutuhkan
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 148
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

sehingga operasional pompa mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.

Pompa dapat dipasang secara paralel dan secara seri. Pada pemasangan secara
paralel, pompa dipasang sejajar pada dua pipa yang ujung-ujungnya disatukan. Debit
yang dihasilkan pada pompa paralel menjadi dua kali lipat, namun tinggi tekannya
sama dengan satu unit pompa saja. Sedangkan pada pemasangan seri, pompa yang
satu diletakkan di hilir pompa yang lain. Pada pemasangan seperti ini, debit yang
dihasilkan sama dengan satu unit pompa saja, namun tinggi tekannya menjadi dua
kali lipat.

Gambar Kurva Sistem Operasi Pompa

Macam dan jenis pompa yang ada di pasaran :

1. Pompa Air Manual

Sebagai salah satu jenis pompa air manual, pompa air dragon ini merupakan merk
pompa air yang sangat terkenal di sekitar tahun 70-an. Terutama untuk daerah-
daerah yang belum terjangkau listrik. Sehingga merk pompa air dragon ini menjadi
ikon / image di tengah masyarakat kita waktu itu untuk mewakili istilah pompa air
manual. Bagi warga yang memiliki sumur air sendiri, pompa air ini menjadi
pilihan untuk menggantikan cara tradisional, menimba air dari sumur.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 149


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Pompa Air Manual

2. Pompa Air Listrik

Seiring berkembangnya zaman dan aliran listrik sudah banyak masuk ke daerah-
daerah, pompa air tenaga listrik (AC 220V) menjadi pilihan untuk menggantikan
pompa air manual. Pompa air merk Sanyo menjadi istilah umum untuk mewakili
pompa air tenaga listrik. (Mungkin saat itu, era 70-an - 80-an yang banyak beredar
pompa air merk Sanyo ya). Sekarang cukup banyak merk pompa air yang beredar
dengan teknologi yang berbeda-beda. Namun teknologi yang umum dikenal
dengan Centrifugal Pumps. Yaitu pompa air yang bekerja berdasarkan daya
centrifugal yang dihasilkan oleh impeller (kipas) yang diputar oleh motor listrik.
Karena daya centrifugal ini air tersedot (dari sumur) dan terdorong keluar secara
kontinyu melalui sirip-sirip impeller
Merk untuk pompa jenis ini antara lain : Pansonic (GN-125H/125 watt, GP 129
JXV/125 watt, GA 130 JAK/125 watt), Sanyo, Shimizu (PC-150BIT/150 watt)
Pompa di atas digunakan untuk pengambilan pada sumber air kategori dangkal (5-20
m)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 150


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Pompa Air Listrik

3. Pompa Submersible - DEEP WELL PUMP

Secara tekhnis bentuk dan fisik hampir sama dan memiliki cara kerja yang sama untuk
semua merk pompa harus diperhatikan kondisi sumur apakah berpasir , atau
permukaan air yang dalam , dan debit air yang normal serta Tegagan listrik dan panel
listrik yang berfungsi baik. Berbagai merk Pompa air jenis ini tersedia dari yang kecil
kapasitas 1 m3/ Jam hingga 150 m3/jam . Merk Pompa Submersible antara lain :
Grundfos | Calpeda | CNP | EVAK |ROTOR

Gambar E-30 Pompa Air Submersible

B.3.4.4.3 Tandon
Tandon merupakan komponen dari sistem jaringan distribusi air bersih yang memiliki
fungsi untuk menampung dan menyimpan air untuk digunakan pada kondisi tertentu.
Pengisian tampungan tandon dilakukan apabila kebutuhan air bersih tidak mencapai
puncak atau dibagi antara keduanya apabila kapasitas debitnya mencukupi. Sumber
air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih adalah:

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 151


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- mata air
- air tanah dalam
- air permukaan danau atau waduk
- air permukaan sungai.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tandon adalah :
1. Aspek kuantitas dan kontinuitas
Kapasitas tampungan dari sebuah tandon nantinya harus mampu untuk
melayani areal pelayanan yang direncanakan dan mampu beroperasi sesuai rencana
pengembangan seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih setiap tahunnya

2. Aspek kualitas air


Mata air yang digunakan untuk mengisi tandon sebagai air baku harus memenuhi
standar kualitas air baku golongan A atau minimal golongan B

B.3.4.5 Mekanisme Pengaliran Dalam Sistem Jaringan Distribusi Air


B.3.4.5.1 Pipa dengan Bantuan Pompa
Pemakaian pompa dimaksudkan untuk lebih memperbesar tekanan pada suatu titik
agar dapat melayani area tertentu yang cukup luas. Jika pompa digunakan untuk
menaikkan air dari suatu tandon A ke tandon B, maka akan dibutuhkan suatu daya
pompa untuk mengalirkannya seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar Skema Jaringan Distribusi Air Bersih dengan Pompa

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 152


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Dengan melihat gambar di atas, maka tinggi garis gradien hidraulik di titik B (tekanan
di B) adalah :
HB = ZA + HP – ZB + HL

dengan :
HB = tekanan di titik B
ZA = tinggi elevasi titik A garis yang ditinjau (m)

ZB = tinggi elevasi titik B garis yang ditinjau (m)

HP = tinggi tekan pompa (m)


HL = kehilangan tinggi tekan (m)

B.3.4.5.2 Sistem Perpipaan


Sistem pemipaan dalam jaringan distribusi air bersih dapat dibagi menjadi dua yaitu
hubungan seri dan hubungan paralel. Penggunaan dua sistem pemipaan ini
bergantung pada kondisi lapangan dan melihat tingkat kebutuhan airnya.

B.3.4.5.3 Pipa Hubungan Seri


Apabila suatu saluran pipa terdiri dari beberapa pipa berdiameter sama atau
berbeda dalam kondisi tersambung, maka pipa-pipa tersebut terpasang dalam
hubungan seri. Pada pipa hubungan seri, debit aliran di semua titik adalah sama
sedangkan kehilangan tekanan di semua titik berbeda. Hal tersebut ditunjukkan pada
gambar di bawah ini :

Gambar Pipa dalam Hubungan Seri

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 153


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Q1 = Q2 = Q3

dengan :

Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det) Sedangkan,

hf t ot  hf1  hf 2  hf 3

dengan :

hftot = total kehilangan tekanan pada pipa terpasang seri (m)

hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m)

Sehingga persamaan Bernoulli menjadi :

B.3.4.5.4 Pipa Hubungan Paralel

Apabila dua pipa atau lebih yang letaknya sejajar dan pada ujung-ujungnya
dihubungkan oleh satu titik simpul (junction), maka pipa-pipa tersebut terpasang
dalam hubungan paralel. Pada pipa hubungan paralel, debit total merupakan
penjumlahan debit aliran di tiap pipa, sedangkan kehilangan tekanan pada tiap pipa
sama. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar dibawah ini di bawah ini :

Gambar Pipa dalam Hubungan Pararel

dengan :

hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m3/det)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 154


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Sedangkan,

dengan :

Qtot = total debit pada pipa terpasang paralel (m3/det)

Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det)

B.3.4.6 Metode Perhitungan Aliran Dalam Pipa


Pada jaringan pipa, ada dua persamaan yang harus dipenuhi yaitu persamaan
kontinuitas massa dan persamaan energi. Kedua persamaan tersebut berlaku untuk
setiap pipa dalam suatu sistem jaringan yang harus diselesaikan secara bersama-
sama. Untuk menyelesaikan perhitungan analisis sistem jaringan pipa, didasarkan
pada dua kondisi dasar yang harus dipenuhi seperti dijelaskan berikut ini (Webber,
1971) :
1. Hukum kontinuitas, yaitu dalam tiap-tiap titik simpul aliran yang masuk harus
sama dengan aliran yang keluar (Triatmojo, 1996:92)

Dengan :

Qi = debit yang masuk atau keluar dari titik simpul

2. Untuk kontinuitas tekanan, jumlah kehilangan tekanan di dalam sistem jaringan


tertutup harus sama dengan nol

Untuk menggunakan kedua persamaan di atas, Hardy Cross (1936) menawarkan


dua metode yaitu metode jaringan tertutup (loop method) dan metode titik simpul
(Junction method)

 Metode Jaringan Tertutup (Loop Method)

Dalam metode jaringan tertutup ini digunakan prinsip keseimbangan tinggi tekan
(head balance) dengan menganggap bahwa aliran masuk dan keluar dari jaringan
harus diketahui menentukan aliran dalam setiap komponen pipa. Jika tekanan pada

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 155


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

sistem juga diperlukan, maka tinggi tekan pada satu titik dalam jaringan harus
diketahui awalnya. Gambar di bawah menunjukkan suatu sistem jaringan kecil
dimana bila semua persyaratan standar telah terpenuhi, maka kehilangan tinggi
tekan di pipa 1 dan 2 sama dengan kehilangan tinggi tekan di pipa 3 dan 4
sehingga dikatakan jaringan tersebut telah seimbang (hf = 0). Dengan
perumpamaan arah jarum jam, kehilangan tinggi tekan dikatakan positif bila searah
jarum jam dan sebaliknya.

 Metode Titik Simpul (Junction Method)

Dalam metode titik simpul digunakan prinsip keseimbangan debit (quantity


balance) yaitu dengan lebih mempertimbangkan besarnya debit aliran pada suatu titik
simpil sebagai variabel yang tidak diketahui daripada mempertimbangkan besarnya
debit aliran pada pipa yang dipakai dalam metode jaringan tertutup. Langkah
modifikasi dari R.J Cornish ini dapat digunakan bila tinggi tekan pada tiap titik masuk
(junction) diketahui dan digunakan untuk menentukan tinggi tekan dan aliran di
sepanjang jaringan.

Gambar Skema Jaringan Menggunakan Metode Titik Simpul

B.3.4.7 Simulasi Aliran pada Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih

Dalam pendistribusian air, terjadi aliran di dalam sistem jaringan distribusi air
bersih. Terdapat dua kondisi pada saat pengaliran, yakni kondisi permanen dan
kondisi tidak permanen. Penentuan jenis kondisi aliran tersebut amat bergantung
pada pola konsumsi air pada masyarakat untuk setiap jam perharinya.

A. Analisis Kondisi Permanen

Analisis kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan, dan kapasitas dari
komponen sistem jaringan tersebut pada corak permintaan tunggal. Simulasi ini
dilakukan pada saat kondisi kritis seperti pada kebutuhan harian maksimum,
kebutuhan puncak dan pengisisan tampungan tandon. Dengan demikian dapat

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 156


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

memberikan suatu informasi dari kondisi jaringan pada suatu waktu yang diiinginkan.

B. Analisis Kondisi Tidak Permanen


Analisis pada kondisi permanen ini mencakup kondisi aliran, tekanan dan kapasitas
dari komponen sistem jaringan tersebut sepanjang waktu pada suatu corak
permintaan yang berubah-ubah. Dalam simulasi kondisi tidak permanen ini,
beberapa parameter yang digunakan adalah karakteristik tandon, kontrol operasi
pompa, durasi dan nilai tahapan waktu, rasio waktu serta faktor beban (loading
factor).

B.3.4.8 Analisis Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih

Analisis sistem jaringan distribusi air bersih merupakan suatu perencanaan yang
rumit. Penyebab utama rumitnya analisis dikarenakan banyaknya jumlah proses trial
and error yang harus dilakukan pada seluruh komponen yang ada pada sistem
jaringan distribusi air bersih jaringan tersebut. Pada saat ini program-program
komputer sudah di bidang perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih sudah
demikian berkembang dan maju sehingga kerumitan dalam perencanaan sistem
jaringan distribusi air bersih dapat diatasi dengan menggunakan program tersebut.
Proses trial and error dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan tingkat kesalahan
yang relatif kecil karena programlah yang akan menganalisisnya. Beberapa program
komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih
diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Epanet 1.1, Epanet 2.0, WRMM dan
WaterCAD.

B.3.4.9 Analisis Mekanika Tanah

Maksud dari pekerjaan penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah ini adalah
untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a) Ada/tidaknya kondisi geologi yang dapat mempengaruhi stabilitas bangunan


(rekahan, patahan dan sebagainya).
b) Kuat tekan dan porositas bangunan. c) Kedalaman batuan dasar.
d) Kedudukan/elevasi muka air tanah.
Adapun tujuan dari penyelidikan tersebut adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai sifat – sifat fisik teknis dari perlapisan tanah/batuan dasar yang terdapat
dilokasii penyelidikan, melalui tinjauan geologi permukaan maupun mekanika tanah.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 157


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Pelaksanaan penyelidikan geologi teknik dan mekanika teknik dilakukan dengan


menggunakan acuan dari British Standard Institute (1990) dengan uraian teori dari
Wesley (1977), Craig (1987), dan Hardiyatmo (1994). Hasil penyelidikan yang telah
dilaksanakan dapat menunjang dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan
selanjutnya. Berikut adalah bagan alir pelaksanaan penyelidikan
geologi teknik dan mekanika tanah.

Gambar Bagan Alir Pelaksanaan Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika


Teknik

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 158


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B.3.4.9.1 Penyelidikan Lapangan

Dalam melakukan seluruh test untuk pekerjaan penyelidikan ini, digunakan


prosedur ASTM AASHTO atau SNI dengan beberapa modifikasi sesuai dengan
keadaan tanah di Indonesia, dengan rincian sebagai berikut.

1. Bor Tangan

Pekerjaan bor tangan dimaksudkan untuk mengetahui secara visual macam dan sifat
tanah serta untuk mengambil contoh tanah tak terganggu yang akan dipakai
sebagai benda uji untuk penelitian sifat fisik dan sifat mekanis tanah untuk
kepentingan perencanaan pondasi ataupun tanggul. Pelaksanaan pekerjaan ini
mengacu kepada standard baku ASTM D.1452-80.

Alat yang digunakan adalah bor tangan yang diputar dengan tangan dilengkapi
dengan stang pemutar, stang bor dan mata bor tipe Auger, diameter 12-15 cm
dengan kapasitas kedalaman
pemboran sampai kira-kira 5 meter. Contoh tanah tak terganggu diambil dengan
tabung baja tipis
diameter 7 cm dan panjang 50 cm. Hasil pengamatan visual dilapangan terhadap
contoh tanah yang terambil dibuat deskripsinya dalam log bor.

2. Sumur Uji (test pit)

Pekerjaan sumur uji dilaksanakan untuk mengetahui jenis dan kedalaman lapisan
dibawah top soil dengan lebih jelas. Pekerjaan test pit dilakukan pada saat survei
material konstruksi. Lokasi pengambilan mendapat persetujuan dari pihak direksi dan
setiap titik disertai dengan foto.

Pada saat pelaksanaan juga perlu dicatat uraian-uraian jenis, dan wama tanah
disertai photo dari samping juga dari atas. Ukuran sumur uji dibuat 1 - 1,5 m persegi
dengan maksimum kedalaman galian 3 m atau disesuaikan dengan keadaan lapisan
tanahnya.

Pembuatan sumur uji dihentikan bila :

o Telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan besar-benar keras pada sekeliling
lokasi tersebut.

o Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk diatasi.

o Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami


kesulitan, tapi akan diusahakan terlebih dahulu dengan membuat papan-papan
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 159
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

penahan di dinding galian.

3. Pengambilan Contoh Tanah

Untuk mengadakan penelitian tanah laboratorium, pengambilan contoh tanah ini


sangat penting untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya, sehingga pengambilan
contoh tanah ini dilakukan.

a. Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)

Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka perlu
sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan penyimpanan contoh-
contoh tanah ini, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut:

 Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah, sehingga mendekati


keadaan yang sama dengan keadaan lapangan.

 Kadar air asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan.

Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah dalam diberi
pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil, terutama pada
waktu mengeluarkan contoh tanah ini.

Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan memberikan tekanan
sentris sehingga struktur tanahnya yang berbeda, atau pada kedalamankedalaman
tertentu. Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sample supaya
dihindarkan penyimpanan tabung sample pada suhu yang cukup panas.

b. Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)

Pengambilan contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari pembuatan sumur
uji/test pit sebanyak ± 30 kg. Pengambilan contoh tanah ini diambil sebagai berikut:

 Bila lapisan-lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka diambil


masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal.

 Bila lapisan 0,5 meter, maka contoh tanah tersebut diambil secara keseluruhan
dengan pengambilan vertikal.

Contoh-contoh tanah ini akan dikenakan percobaan tanah di laboratorium dengan cara
proctor. Untuk pengukuran kadar air aslinya dengan menggunakan PVC yang
selanjutya ditutup dengan parafin. Dari hasil masing-masing karung dan tabung PVC
dicatat dengan simbol dengan kedalaman dimana sample terambil.
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 160
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

E.3.4.9.2 Penyelidikan Laboratorium

Pengujian contoh dilaksanakan di laboratorium Mekanika Tanah, yang sudah


dilaksanakan, terdiri dari : pengujian sifat indek dan engineering properties dengan
metoda pengujian didasarkan atas Standard American Society of Testing and
Materials (ASTM) atau American Association of Sate Highway and Transportation
Officials (AASHTO).

a. Indek Properties :

 Kadar Air (Natural Water Content) (ASTM D – 2216 - 92)

 Berat Isi (Unit Weight Density ) (ASTM C – 29 -71)

 Berat Jenis (Spesific Gravity) (ASTM D – 854 - 58)

 Analisa Saringan (Particle Size Analysis) (ASTM D – 422 - 72)

 Atterberg Limits Test (ASTM D – 423 & 424)

b. Engineering Properties :

 Triaxial Test (ASTM D – 2850)

 Konsolidasi (ASTM D – 2435)

 Standar Proctor

Berikut ini akan dijelaskan untuk masing-masing parameter yang akan diuji.

1) Kadar Air Asli (Wn)

Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar air tanah pada keadaan aslinya,
yaitu perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat
kering tanah tersebut dinyatakan dalam (%).

Prosedure percobaan : ASTM D - 2216 - 92.

2) Berat Volume ( n)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan perbandingan antara berat tanah
dengan isi tanah

Prosedure percobaan : ASTM C - 29 - 71.

3) Spesific Gravity (Gs)

Untuk memperoleh jenis nilai berat ini tanah, maka tanah yang akan dilakukan
pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 161
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu botol
pichnometer dan perlengkapan. Prosedur penentuan berat jenis tanah ini dapat
mengikuti cara : ASTM-D-
854 atau AASHO-T-100.

4) Grain Size Distribution

Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar daripada 75 m
(tertahan pada ayakan No. 200) penentuan diameter butirnya dilakukan dengan
ayakan (Sieve Analysis), sedangkan pada tanah yang berbutir halus atau tanah
dengan diameter lebih kecil dari 75 m lolos melalui ayakan No. 200 akan ditentukan
dengan cara Hydrometer Analysis.

Hasil dari pengujian ini akan digamba-r dengan sumbu mendatar adalah skala
logaritma merupakan nilai diameter dalam mm daripada butiran dan sumbu tegak
adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan.

Pembagian butir tanahnya digunakan USSR dengan prosedur yang sesuai dengan
ASTM.D.422-
72.

5) Atterberg Limit

a. Liquit Limit (LL)

Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan proses dari contoh
tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara keadaan cair ini dapat
ditentukan dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang
mempunyai jumlah ketukan 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan
2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran percobaan ini adalah 12,7 mm.
Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.423.

b. Plastic Limit (PL)

Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic. Kadar air ini
ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No. 40 (4255 m)
pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3,2 m dan memperhatikan retak-
retak. Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424.

c.Shinkage Limit
Shinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana volume dari

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 162


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut ini dapat mengikuti
ASTM.D.427.

6) Triaxial Compression Test

Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geseran serta sifat-sifat
tanah akibat pembebanan. Untuk mendapatkan hasil yang cukup baik, maka setiap
sample perlu dipersiapkan 3 contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil
yang berlainan dengan disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada.

Kecepatan perubahan tinggi contoh tanah disesuaikan dengan macam percobaan dan
sifat dari jenis tanahnya. Prosedur dari percobaan triaxial ini agar disesuaikan dengan
literatur (The Measurement of Soil Properties in the Triaxial Test by Bishop & o Soil
and Their Measurement by Bowles).

7) Consolidation Test

Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah sehubungan


dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian maka perkiraan besar
penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan tanah dapat diketahui. Besarnya
increment ratio 1, dengan nilai pembebanan ¼, ½, 1, 2, 4, 8 dan 18 kg/cm2
pada setiap 24 jam dan pengurangan pembenanan 4, 1, ¼, 0 kg/cm2 pada setiap
24 jam data parameter seperti nilai compression indeks (C0) dan coefission of
consolidation dapat diperoleh. Prosedur percobaan pemampatan ini dapat mengikuti
cara ASTM.D.2435. engineering Properties of Soil and Their Measurement by Bowles.

8) Permeability Test

Percobaan kerembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien rembesan


dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan dengan cara constant head,
sedangkan pada tanah cobesive soil yang mempunyai nilai koefisien rembesan cukup
rendah dapat dilakukan dengan cara falling head. Agar waktu yang ada pada falling
head ini tidak terlalu lama, maka penambahan tekanan dapat dilakukan.

9) Pengujian Standard Proctor

Pengujian ini untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah,
dengan cara memadatkan tanah dalam cetakan silinder berukuran tertentu
menggunakan alat tumbuk seberat 2,50 kg dan tinggi jatuh 30 cm.

Hasil penyelidikan dibuat grafik lengkung kompaksi antara berat isi kering tanah

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 163


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

terhadap kadar air serta harga Zero Air Void (ZAV). Kadar air yang sesuai dengan
berat isi kering maksimun menunjukkan kadar air optimun dikenal sebagai OMC. Hasil
pengujian berupa besaran serta volume kering maksimum dan kadar air
optimum, yang akan dipakai sebagai minimun
persyaratan pemadatan tanah yang akan dilaksanakan oleh kontraktor.

E.3.4.10 Analisis Lingkungan

Metode evaluasi dampak adalah dengan penelitian yang terfokus perhitungan untuk
memperkirakan besarnya dan pentingnya dampak. Besarnya dampak diperkirakan
dengan menggunakan metode yang sesuai dengan metode analisa data. Besarnya
dampak dapat dihitung dengan melihat selisih keadaan parameter lingkungan yang
akan datang tanpa proyek dan dengan proyek

Evaluasi dampak yang diperkirakan akan terjadi dapat dilaksanakan secara holistik.
Pedoman mengenai ukuran dampak penting yang ditentukan oleh beberapa kriteria :

1). Jumlah manusia yang terkena dampak

2). Luas wilayah persebaran dampak

3). Lamanya dampak berlangsung

4). Intensitas dampak

5). Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak

6). Sifat kumulatif dampak

7). Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Untuk melaksanakan indentifikasi dampak seluruh komponen lingkungan, pertama kali


dipergunakan metode bagan alir (flow chart), baru kemudian di cek dengan metode
matrik

1). Menyusun daftar dampak yang mungkin akan timbul terhadap komponen
lingkungan dari suatu rencana kegiatan

2). Sesudah daftar dampak dibuat kemudian diurut dampak yang disebabkan atau
oleh sumber aktifitasnya, baru kemudian ditentukan komponen yang terkena
dampak
Analisa lingkungan dalam pekerjaan ini adalah kegiatan yang tidak menimbulkan
dampak besar dan penting dari rencana kegiatan DED Penyediaan Air Baku

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 164


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Wosusokas. Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan hidup


mencakup empat kelompok aktivitas yaitu :

1). Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah


dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan atas alternatif, tata letak
(tata ruang mikro) lokasi dan rancang bangun proyek

2). Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi,


meminimalsasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul disaat
kegiatan DED Penyediaan Air Baku Wosusokas beroperasi maupun hingga
saat kegiatan tersebut berakhir

3). Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak


positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar
baik kepada pemrakarsa maupun pilak lain terutama masyarakat yang turut
menikmati dampak positif tersebut
4). Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan
pertimbangan ekonomi lingkungan (baik dalam arti sosial ekonomi dan
atau ekologis) dari kegiatan DED Penyediaan Air Baku Wosusokas.

Analisa lingkungan pada kegiatan DED Penyediaan Air Baku Wosusokas


yang merupakan kegiatan berorientasi pada data sistematis, berulang dan
terencana. Analisa lingkungan merupakan upaya untuk memahami fenomena-
fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat DED
Penyediaan Air Baku Wosusokas sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional
disekitarnya tergantung pada skala keacuhan terhadap masalah yang dihadapi.

Dalam penyusunan DED Penyediaan Air Baku Wosusokas perlu memperhatikan


hal-hal sebagai berikut :

1). Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau hanyalah yang


mengalami perubahan mendasar, atau terkena dampak besar dan penting.
Dengan demikian tidak seluruh komponen lingkungan hidup yang akan
dipantau.

2). Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan atau
terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak.
Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai/diuji
efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dijalankan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 165


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Pemantauan lingkungan hidup akan layak secara ekonomi, walau aspek-


aspek yang akan dipantau telah dibatasi pada hal-hal yang akan dipantau telah
dibatasi pada hal-hal yang penting saja, namun biaya yang dikeluarkan untuk
pemantauan perlu diperhatikan mengingat kegiatan pemantauan senantiasa
berlangsung sepanjang usia kegiatan DED Penyediaan Air Baku Wosusokas.

B.3.5 Perencanaan Detail Bangunan


Secara umum, kegiatan ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
1. Analisa dan perhitungan klimatologi dan hidrologi antara lain terhadap :
a. Analisa data observasi
b. Analisa dan perhitungan debit banjir yang pernah terjadi c.Analisa dan
perhitungan data curah hujan
d. Analisa dan perhitungan debit banjir rancangan
2. Analisa penyelidikan geologi.
3. Perencanaan detail desain bangunan pengambilan air baku.
4. Perencanaan detail desain jaringan air baku.
5. Perencanaan material timbunan dengan melakukan tes Laboratorium Mekanika
Tanah.
6. Membuat gambar detail bangunan pengambilan dan jaringan air baku.
 Persyaratan Perencanaan
Tata Cara Desain Bangunan Pengambilan Bebas dengan memperhatikan
persyaratan sebagai beikut :
1. Kebutuhan pengambilan kecil dibandingkan dengan debit sungai andalan.
2. Kedalaman dan selisih tinggi energi yang cukup untuk pengelakan pada
aliran normal.
3. Tanggul sungai yang stabil pada lokasi bangunan pengambilan.

4. Bahan dasar yang kecil pada pengambilan dan sedikit bahan layang.


 Persyaratan Keamanan Bangunan

Bangunan pengambilan dan bangunan pelengkap lainnya perlu


didesain dengan memperhatikan keamanan bangunan ditinjau dari segi
hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan sesuai dengan SNI 03-1724-
1989, yang meliputi :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 166


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

1. Keamanan hidraulik
Bangunan pengambilan dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan
aman terhadap :
 Bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan
hilir;
 Bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan
tebing;
 Bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
 Bahaya kavitasi;
 Bahaya akibat perubahan perilaku sungai.

2. Keamanan Struktural
Bangunan pengambilan dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi
persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan
maupun bagian per bagian dengan rincian meliputi :
 Kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
 Kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.

3. Keamanan Operasi dan Pemeliharaan


 keamanan operasi : bangunan pengambilan dan bangunan pelengkap
agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan
efisien;
 pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah
beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal
yang perlu dipelihara yaitu :
a. saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang
yang rusak;
b. pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan
sedimen secara hidraulik;
c. pembilasan penangkap pasir secara periodik;
d. pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap.

 Desain Jaringan Pipa Air Baku


Analisa Hidrolika Dalam Sistem Jaringan Distribusi Air Baku
A. Hukum Bernouli
Air di dalam pipa selalu mengalir dari tempat yang memiliki tinggi energi

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 167


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

lebih besar menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih kecil. Aliran
tersebut memiliki tiga macam energi yang bekerja di dalamnya, yaitu :
1. Energi ketinggian = h (meter), dengan :
h = ketinggian titik tersebut dari garis referensi yang ditinjau

2. Energi kecepatan = ,dengan

v = kecepatan (m/det)
g = percepatan gravitasi (m2/det)

3. Energi tekanan = , dengan

P = tekanan (kg/m2)
= berat jenis air (kg/m3)
Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total pada
sebuah penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi tekanan
dan energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut :
Menurut teori kekekalan energi dari hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada
energi yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup,
maka energi totalnya tetap konstan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada
gambar di bawah ini :

Gambar Diagram Energi Pada Dua Tempat

Hukum kekekalan Bernaulli pada gambar di atas dapat ditulis sebagi berikut
(Haestad, 2002 : 267) :
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 168
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

dengan

Pada gambar di atas, terlihat garis yang menunjukkan besarnya tinggi


tekan air pada titik tinjauan yang dinamakan garis gradien hidrolis atau
garis kemiringan hidrolis. Jarak vertikal antara pipa dengan gradien
hidrolis menunjukkan tekanan yang terjadi dalam pipa. Perbedaan
ketinggian antara titik 1 dan 2 merupakan kehilangan energi yang terjadi
sepanjang penampang 1 dan 2.

B. Hukum Kontinuitas

Air yang mengalir sepanjang pipa yang mempunyai luas penampang A

m 2 dan kecepatan V m/det selalu memiliki debit yang sama pada setiap
penampangnya. Hal tersebut dikenal sebagai hukum kontinuitas yang
dituliskan :

Q1 = Q2

A1.V1= A2.V2

Dengan :

Q1 = debit pada potongan 1 (m3/det)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 169


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Q2 = debit pada potongan 2 (m3/det)

A1 = luas penampang pada potongan 1 (m2)

A2 = luas penampang pada potongan 2 (m2)

V1 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)

V2 = kecepatan pada potongan 2 (m/det)

Gambar Aliran Dalam Pipa

Pada gambar (a), potongan 1-1 dan potongan 2-2 mempunyai luasan
penampang yang sama sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 sama
dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Pada gambar (b), potongan 1-1
memiliki luasan penampang yang lebih besar dari potongan 2-2 sehingga
kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih kecil dibandingkan dengan
kecepatan aliran di potongan 2-2. Sedangkan pada gambar (c), potongan
1-1 memiliki luasan penampang yang lebih kecil dari potongan 2-2
sehingga kecepatan aliran di potongan 1-1 lebih besar dibandingkan
dengan kecepatan aliran di potongan 2-2. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kecepatan aliran selalu berbanding terbalik dengan
luasan penampang.

Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana


debit yang masuk pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar pipa.
Hal tersebut diilustrasikan sebagai berikut :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 170


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar E-25 Aliran Bercabang

Dimana :

Q1 = Q2 + Q3

A1.V1 = (A2.V2) + (A3.V3)

Dengan :

Q1, Q2, Q3 = Debit yang mengalir pada penampang 1, 2 dan 3 (m3/det)

V1, V2, V3 = Kecepatan pada penampang 1, 2 dan 3 (m/det)

C. Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)

Kehilangan tinggi tekan dalam pipa dapat dibedakan menjadi kehilangan


tinggi tekan mayor (major losses) dan kehilangan tinggi tekan minor
(minor losses). Dalam merencanakan sistem jaringan distribusi air bersih,
aliran dalam pipa harus berada pada kondisi aliran turbulen. Untuk
mengetahui kondisi aliran dalam pipa turbulen atau tidak, dapat dihitung
dengan identifikasi bilangan Reynold menggunakan persamaan berikut :

dengan :

Re = bilangan Reynold

v = kecepatan aliran dalam pipa (m/det)

D = diameter pipa (m)


I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 171
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 = kekentalan kinematik air pada suhu tertentu (m2/det)

Tabel E-23 Kekentalan Kinematik Air

Dari perhitungan bilangan Reynold, maka sifat aliran di dalam pipa


dapat diketahui dengan kriteria sebagai berikut :
Re < 2000 aliran bersifat laminer
Re = 2000 – 4000 aliran bersifat transisi
Re > 4000 aliran bersifat turbulen

D. Kehilangan Tinggi Tekan Mayor (Major Losses)


Fluida yang mengalir di dalam pipa akan mengalami tegangan geser dan
gradien kecepatan pada seluruh medan karena adanya kekentalan
kinematik. Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya
kehilangan energi selama pengaliran. Tegangan geser yang terjadi pada
dinding pipa merupakan penyebab utama menurunnya garis energi pada
suatu aliran (major losses) selain bergantung juga pada jenis pipa.
Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya kehilangan
tinggi tekan mayor ini yaitu dari Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, Manning,
Chezy, Colebrook-White dan Swamme-Jain.

Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams (Haestad, 2001 :

278) yaitu :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 172


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 173


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel E-24 Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams

Sumber : Buku Utama Sistem Jaringan Pipa, 1987

E. Kehilangan Tinggi Tekan Minor (Minor Losses)

Faktor lain yang juga ikut menambah besarnya kehilangan tinggi tekan pada suatu
aliran adalah kehilangan tinggi tekan minor. Kehilangan tinggi tekan minor ini
disebabkan oleh adanya perubahan mendadak dari ukuran penampang pipa yang
menyebabkan turbulensi, belokan- belokan, adanya katub dan berbagai jenis
sambungan. Kehilangan tinggi tekan minor semakin besar bila terjadi perlambatan
kecepatan aliran di dalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat terjadi
pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas
pipa. Untuk jaringan pipa sederhana, kehilangan tinggi tekan minor ini tidak boleh
diabaikan

karena nilainya cukup berpengaruh. Namun untuk pipa-pipa yang panjang atau L/D
>> 1000, kehilangan tinggi tekan minor ini dapat diabaikan. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :

dengan :
hLm = kehilangan tinggi tekan minor (m)
k = koefisien kehilangan tinggi tekan minor
v = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)

g = percepatan gravitasi (m/det2)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 174


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Besarnya nilai koefisien k sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik penyempitan,
pelebaran, belokan, katup dan sambungan dari pipa. Namun, nilai k ini masih berupa
pendekatan karena sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan
maupun umur sambungan tersebut.

Gambar E-26 Pengaruh Bentuk Belokan Pipa Pada Aliran

F. Elemen-Elemen pada Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih

Elemen-elemen pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih adalah komponen-
komponen yang ada dalam suatu rangkaian sistem jaringan distribusi air bersih.
Elemen-elemen ini terdiri dari pipa dan sambungannya, katub, pompa, tandon dan
tandon dimana kesemuanya haruslah bekerja dengan baik. Jika salah satu dari
elemen tersebut tidak berfungsi, maka dampaknya adalah berkurangnya bahkan
terhentinya kinerja dan efisiensi dari sistem tersebut.

B.2.3.4.4.1 Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen yang
utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air dari sumber air ke
tandon, maupun dari tandon ke konsumen. Pipa tersebut memiliki bentuk
penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-
macam. Dalam pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa
bertekanan karena lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah
dibanding menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan adalah
pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem
jaringan distribusi air dibuat dari bahan-bahan seperti di bawah ini :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 175


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

1. Besi tuang (cast iron)


Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu. Pipa ini biasanya
dicelupkan dalam larutan kimia untuk perlindungan terhadap karat.
Panjang biasa dari suatu bagian pipa adalah 4 m dan 6 m. Tekanan maksimum

pipa sebesar 25 kg/cm2 dan umur pipa dapat mencapai 100 tahun. Keuntungan
dari pipa ini adalah :
- pipa cukup murah
- pipa mudah disambung
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal

2. Besi galvanis (galvanized iron)

Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja yang dilapisi seng. Umur pipa pendek
yaitu antara 7 – 10 tahun. Pipa berlapis seng digunakan secara luas untuk jaringan
pelayanan yang kecil di dalam sistem distribusi.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- pipa mudah disambung
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa mudah berkarat

3. Plastik (PVC)

Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan di
pasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Panjang pipa 4 m atau 6 m
dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm. Umur pipa dapat
mencapai 75 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- ringan sehingga mudah diangkut
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
- pipa tahan karat
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa jenis ini punya koefisien muai besar sehingga tidak tahan panas
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 176
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- mudah bocor dan pecah

4. Baja

Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di pasaran. Pipa
baja telah digunakan dengan berbagai ukuran hingga lebih dari 6 m garis
tengahnya. Umur pipa baja yang cukup terlindungi paling sedikit 40 tahun.
Keuntungan dari pipa ini adalah :
- tersedia dalam berbagai ukuran panjang
- mudah dalam pemasangan dan penyambungan
Kerugian dari pipa ini adalah :
- pipa tidak tahan karat
- pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
Macam dan jenis pipa yang ada di pasaran yang dapat digunakan dalam instalasi
distribusi air baku antara lain :
 Pipa HDPE Tyco
Tyco merupakan salah satu produsen pipa HDPE terkemuka. Produk-
produknya antara lain Pipa PE-100 mulai dari ukuran 20mm sampai dengan 1600
mm
 Pipa HDPE Wavin Black
Wavin merupakan merk terpercaya untuk produk pipa HDPE. Pipa Wavin tersedia
dalam bentuk batangan dan gulungan (koil) sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya. Material : PE-100 ( Polyethylene )
Standart Produksi SNI dan ISO Keunggulan dan Manfaat :
 Ringan Dan Memiliki Daya Lentur Yang Tinggi, Sehingga Sifat Crack
Resistance Tinggi.
 Memiliki Daya Tahan terhadap bahan kimia,
Gempa, serta cuaca yang ekstrem.
 Tidak dapat berkarat dan bebas pemeliharaan.
 Memiliki Permukaan Pipa Yang Licin Sehingga Dapat Meminimalisir Terjadinya
Abrasi
 Pipa PE Di Desain Dengan Lifetime Lebih Dari 50 Tahun.
 Memiliki Variasi Ukuran Mulai dari Diameter 1/2" - 24".

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 177


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Pipa PVC Wavin Standart


Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi JIS dan ISO
Keunggulan dan Manfaat Pipa PVC:

 Kuat dan tidak mudah pecah.


 Tahan terhadap bahan kimia ekstrem.
 Tidak dapat berkarat dan bebas pemeliharaan.
 Isolator yang baik & tidak dapat menimbulkan Api.
 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
 Aplikasi Sistem seperti Saluran Air bersih, Pembuangan, Limbah, Irigasi.

 Pipa PVC Wavin Lite

Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
 Kuat dan tidak mudah pecah.
 memilik daya Tahan yang istimewa terhadap bahan kimia ekstrem.
 Sistem sambungan Rubber Ring Joint / Push Fit Joint.
 Diproses dari bahan baku dengan kandungan resin PVC murni minimal
92.5%.
 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
 Aplikasi Sistem seperti sistem drainase dalam bangunan, Air Buangan
dari RumahTinggal, Komersial, Industri.

 Pipa PVC SNI Wavinlock dan Wavinsafe

Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi SNI dan ISO
Keunggulan dan Manfaat:
 Ringan, Kuat dan Tidak Mudah Pecah.
 Memiliki Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Ekstrem.
 Mimiliki 2 jenis Sistem Sambungan: Rubber Ring Joint / Push Fit Joint Dan
Lem (MOF)
 Aman Untuk Digunakan untuk Mengaliri Air Minum.
 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12".
 Aplikasi Untuk Jaringan Pipa Air Minum Dan Air Bersih

 Pipa PPR Wavin Tigris Green

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 178


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Material: PPR ( Polypropylene Random ) Dengan Standart Produksi DIN


Keunggulan dan Manfaat Pipa PPR:
 Memiliki Daya Tahan Terhadap Gempa, Bahan Kimia, Dan Meredam
Suara Yang Disebabkan Water Hammer.
 Memiliki Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Ekstrem.
 Mimiliki Sifat rambat panas yang rendah sehingga dapat menahan panas
lebih Lama.
 Sistem sambungan menggunakan sistem Pemanasan / Heat fusion,
Sehingga Sambungan bersifat homogen.
 Memiliki Variasi Diameter untuk Pipa dan fitting mulai dari diameter 1/2" -
6".
 Aplikasi Untuk jaringan sistem sanitari dan saluran bertekanan

 Pipa PP Wavin Astolan


Material: Astolan Dengan Standart Produksi DIN Keunggulan dan Manfaat:
 Kedap Suara ( low Noise )
 Memiliki ketahanan Terhadap Panas dan Lemak.
 Memiliki ketahanan terhadap bahan kimia, dan digunakan untuk saluran
buangan dan limbah dengan pH2 s/d pH12.
 Sambungan menggunakan sistem Rubber Ring Joint sehingga
memberikan kemudahan dalam aplikasi.
 Memiliki Variasi Diameter untuk Pipa dan fitting mulai dari diameter 2" - 8"


 Pipa PVC Rucika dan Fittings

Material: PVC ( Unplastized Polyvinyl Chloride ) Standart Produksi JIS


Keunggulan dan Manfaat:
 Kuat dan tidak mudah pecah, karena memiliki standart kualitas dan
pengujian yang tinggi.
 Dapat mereduksi pengaruh UV ( Ultra Violet ) Terhadap Pipa Dalam
Jangka Waktu Yang Lama.
 Dapat Digunakan untuk berbagai Jenis Sistem Air bersih Dan air Buangan.
 Isolator yang baik & tidak dapat menimbulkan Api.

 Memiliki Variasi Ukuran mulai dari diameter 1/2" - 12"


I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 179
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 Aplikasi Sistem seperti Saluran Air bersih, Pembuangan, Limbah, Irigasi, Pipa
ventilasi.

 Pipa Galvanis

Pipa galvanis adalah pipa yang telah dilapisi dengan lapisan seng. Zat kimia
Seng dapat memberikan penghalang terhadap korosi, sehingga pipa galvanis
tidak dapat langsung terkena unsur-unsur lingkungan luar. Hambatan pelindung
atau seng telah terbukti dapat memberikan ketahanan material pipa
galvanis dari kelembaban seperti didalam ruangan.
Pipa galvanis ini terbuat dari baja karbon rendah dengan lapisan
galvanis, yang didalamnya mengandung unsur sbb :
 unsur seng (Zn) 99,7% dan biasanya di aplikasikan untuk pipa pada
penggunaan air minum.
 unsur karbon sebesar 0,091% sehingga tergolong dalam baja karbon rendah.
Sehingga bisa di jelaskan bahwa pipa galvanis ini unsur utamanya adalah
seng. Jadi bisa disimpulkan bahwa sifat dari pipa galvanis ini sbb:
 Ulet dan Keras

 Sangat bagus untuk penggunaan instalasi air minum

Pipa Galvanis Welded, Medium SNI, SCH 40, ISTW, Bakrie, Spindo, TM,
ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5", 6", 8", 10", 12", 14",
16", 18", 20", 24".
Pipa Galvanis Seamless (melalui proses galvanis), Sch 40/80/160 Merk China,
Japan, dan Eropa, ukuran: 1/2", 3/4", 1", 1-1/4", 1-1/2", 2", 2-1/2", 3", 4", 5",
6", 8", 10", 12",14", 16", 18", 20", 24".

Pipa yang digunakan dalam distribusi air minum harus dilengkapi dengan alat
bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti :
1) Sambungan antar pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan suatu
sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau berbeda, belokan
pada pipa dan penggabungan dua pipa yang berbeda jenis. Sambungan
pada pipa antara lain :

- mangkok (bell) dan lurus (spingot)


- sambungan mekanik
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 180
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- sambungan dorong (push on joint)


- sambungan flens
Sambungan tersebut dipakai sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan saat
pemasangan pipa ditambah dengan perlengkapan sambungan yaitu:

 Belokan (bend)
Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut
perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Besar

belokan standar adalah 11¼ o, 22½o, 45o, dan 90o. Bahan belokan itu
biasanya sama dengan pipa

 Perlengkapan “T”

Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer
berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri dari
kombinasi spigot, socket dan flens

 Perlengkapan “Y”

Untuk pipa sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan sudut 45o

2) Pintu dan katup


Aliran air yang baik di dalam pipa sangat ditunjang oleh katup yang bekerja
pada sambungan antar pipa. Berbagai jenis katup memiliki fungsi berbeda
yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan
agar suatu rangkaian pipa berfungsi dengan baik. Beberapa macam
katub dalam rangkaian jaringan pipa adalah (Haestads, 2001 : 277) :

 Flow Control Valve (FCV)

Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui


katup dari hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu
komponen tertentu yang letaknya di hilir agar tidak rusak akibat aliran
yang terlalu besar

 Pressure Reducer Valve (PRV)


Digunakan untuk menanggulangi tekanan yang terlalu besar di hilir
katup. Jika tekanan naik hingga melebihi nilai batas, maka PRV akan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 181


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

menutup dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu lebih rendah dari
nilai yang telah ditetapkan pada katup tersebut

 Pressure Sustaining Valve (PSV)


Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada
tekanan di hulu dari nilai yang telah ditetapkan. Jika tekanan di
hulu lebih rendah dari batas minimumnya, maka katu akan menutup

 Pressure Breaker Valve (PBV)


Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang
menurun di katup. Di samping itu, katup jenis ini juga dapat
memberikan tambahan tekanan pada aliran yang berbalik arah (karena
tekanan di hilir lebih tinggi dari tekanan di hulu) sehingga tekanan di
hilir lebih rendah dari tekanan di hulu

 Throttle Control Valve (TCV)


Katup jenis ini digunakan untuk mengontrol minor losses yang berubah
setiap waktu


 Desain Bangunan Pengambilan Bebas
Definisi Bangunan Pengambilan Bebas adalah bangunan yang dibuat di
tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan, tanpa mengatur
tinggi muka air di sungai. Bangunan pengambilan bebas dibuat di tempat yang
tepat sehingga dapat mengambil air dengan baik dan sedapat mungkin
menghindari masuknya sedimen.
Masuknya sedimen dipengaruhi oleh sudut antara pengambilan dan sungai,
penggunaan dan ketinggian ambang penahan sedimen skimming wall,
kecepatan aliran masuk dan sebagainya. Agar sedimen yang masuk tetap
minimal, bangunan pengambilan sebaiknya dibuat diujung tikungan luar
sungai untuk memanfaatkan aliran helikoidal. Kadang-kadang pula dibuat
kantong lumpur atau pengelak sedimen dihilir pengambilan. Karena
persyaratan-persyaratan yang disebutkan diatas, biasanya bangunan
pengambilan bebas dijumpai dibagian hulu sungai dimana kemiringan sungai
curam, dasar dan tanggul sungai stabil.

Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kekurangan masing-masing

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 182


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

bangunan pengatur muka air, maka pada bangunan pengambilan disarankan


menggunakan pintu sorong. Yang mana pintu sorong mempunyai akurasi
yang paling baik dalam hal mengatur muka air dibanding dengan pintu
pengatur muka air yang lainnya. Pintu pengatur (regulating gate) direncanakan
sebagai aliran tenggelam, dimana dalam perhitungan hidrolisnya
digunakan persamaan seperti berikut :

Q = K x  x a x B 2g x h1
dimana,
Q = Debit aliran (m3/det)

K = Faktor aliran tengelam

 = Koefisien debit

B = Lebar pintu (m)

a = Tinggi bukaan pintu (m)

g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

h1 = Kedalaman air didepan pintu diatas ambang (m)

h2 = Kedalaman air dibelakang pintu diatas ambang (m)

Gambar Grafik Koefisien K untuk Debit Tenggelam (Schmidt)

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 183


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Grafik Koefisien debit  Masuk Permukaan Pintu

Berdasarkan hasil analisa hidrologi, analisa ketersediaan air, analisa kebutuhan


air, dan sedimentasi serta kualitas air didapatkan data desain bangunan pengambilan
sebagai berikut :
1. Jumlah Penduduk = 36.937 Jiwa (Tahun 2013) dan diprediksi tahun
2038 sebesar 74.594 Jiwa
2. Kebutuhan Air = 51,889 l/detik pada tahun 2038
3. Elevasi dasar saluran = + 31,00 m
4. Elevasi dasar bangunan = + 30,50 m
5. Elevasi muka air normal = + 32,49 m
6. Elevasi muka air banjir = + 33,27 m
7. Elevasi tanggul bangunan = + 33,50 m

Gambar E-40 Skema Bangunan Pengambilan dan Jaringan Air Baku

 Desain Bangunan Beton


a. Beban/Muatan

Uraian ini mencakup tentang kebutuhan dan pertimbangan dasar untuk


merencanakan bangunan dari beton, antara lain : bangunan pengambilan,

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 184


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

bangunan pelimpah, jembatan dan lain-lain. Prinsip analisa dan desain juga
diuraikan secara singkat. Beberapa peraturan yang dipakai antara lain :

1) Muatan/beban

Peraturan Muatan Indonesia 1969, DPMB (NI-18) - Peraturan muatan untuk


Jalan Raya - Ditjen Bina Marga (No. 12 / 1970).

2) Beton

Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T - 15 -
1991- 03), DPU, LPMB dan standar lain yang berlaku di Indonesia.

b. Beban Mati
Beban mati adalah berat sendiri bangunan antara lain plat, kolom, balok,
pondasi, dinding, urugan di atas bangunan (backfill), endapan/sedimen dsb,
untuk kebutuhan desain diambil parameter sebagai berikut :
 berat beton tanpa tulangan : 2.30 ton/m3
 berat beton bertulang : 2.40 ton/m3
 berat baja tulangan : 7.60 ton/m3
 berat isi material sedimen : 1.65 ton/m3
 berat isi urugan (backfill) : 1.75 ton/m3
c. Beban Hidup
Beban hidup adalah berat mesin, peralatan, barang-barang yang
tersimpan/tertumpuk, orang dan benda bergerak lain, alat pengangkat (crane)
beserta bebannya, impak pukulan dan pengereman, getaran, angin, gempa
dan beban karena pengoperasian sesuatu alat atau mesin dsb. Beban hidup ini
berlainan jenis dan besamya untuk setiap jenis bangunan dan juga sangat
tergantung pada kondisi pembebanannya.

d. Beban Angin
Beban angin yang bekerja pada setiap bangunan mempunyai berbagai arah
dan dianggap sebagai muatan terbagi rata pada bidang vertikal. Beban ini
diabaikan pada perhitungan stabilitas beberapa bangunan, antara lain tembok
penahan, bendung dsb.

e. Tegangan Akibat Temperatur


Tegangan atau regangan yang disebabkan karena perubahan temperatur
dikontrol dengan menambah tulangan atau memasang joints. Perubahan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 185


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

temperatur ini dianggap hanya


berpengaruh pada beton bagian terluar setebal 0.40 m; sedangkan
penambahan besi yang diperlukan diambil sebesar 0.25 % nya penampang
beton.

f. Tegangan Tanah Aktif dan Pasif

1) Definisi :

Tekanan tanah aktif dihitung dengan cara yang konservatif, namun


bangunan cukup aman dan ekonomis.

Tekanan tanah vertikal (pv) pada suatu bidang horizontal dianggap


sebesar berat tanah di atas bidang tersebut.
maka :
pv = τh

dimana,
τ = berat isi (t/m3)
h = tinggi tanah di atas sesuatu bidang horizontal (m)
Bilamana tanah tidak mengalami deformasi ke arah lateral, maka tekanan
pada bidang vertikal merupakan komponen dari tekanan vertikal dan
Bering disebut sebagai the at rest earth pressure (po),

po = ko τ h

dimana,

ko = koefisien pada kondisi netral

Bilamana tanah mengalami deformasi lateral, maka ratio antara


tekanan tanah lateral terhadap yang vertikal akan menjadi minimum.
Ratio ini sexing disebut koefisien tekanan tanah aktif (Ka),

Pa = ka τ h

dimana,

ka = koefisien tekanan tanah aktif

pa = tekanan tanah aktif (t/m2)

Bilamana tanah backfill terkompresi lateral, maka tekanan tanah lateral

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 186


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

akan meningkat hingga mencapai maksimumnya. Tekanan lateral ini


disebut takanan tanah pasif (pp).

pp = kp τ h

dimana,

kp = koefisien tekanan tanah aktif

Pp = tekanan tanah pasif (t/m2)

2) Koefisien tekanan tanah

Material untuk backfill lebih disukai tanah yang berkohesi rendah atau
non kohesif sama sekali, sehingga koefisien tekanan tanah aktif kecil
sedangkan yang pasif besar.

ka = tan2 (45 - ф/2) kp = tan2 (45 + ф/2) dimana,

ф = sudut geser dalam bahan urugan

Tekanan tanah lateral untuk tanah non kohesif adalah sebagai berikut: Pa

= 1/2 ka*τ h2

Pp = 1/2 kp*τ h2

Pada tanah yang kohesif, maka tekanan tanah lateral akan direduksi
oleh kohesinya (c)
menjadi:

3) Efek dari surcharge load


Pada beberapa kasus, surcharge load juga ikut diperhitungkan, bilamana
terletak di atas tanah yang aktif (sliding wedge). Beban ini akan
menambah tekanan lateral pada tembok. Bilamana beban merata, maka
dalam perhitungan biasa dianggap sebagai tambahan tinggi teoritis dari
urugan (backfill).
Bilamana beban terpusat, maka dalam perhitungan dipakai cara grafis dari
Cullmann atau cara Boussinesg yang dimodifikasikan pada keadaan
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 187
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

setempat.

4) Lokasi resultante tekanan tanah

Resultante tekanan tanah dianggap bekerja pada suatu titik di bidang


belakang tembok. Titik ini berlokasi pada sepertiga tinggi tembok
terhadap dasar tembok. Arah resultante menyudut δ (= sudut geseran
antara tembok dan tanah) terhadap garis normal pada bidang belakang
tembok.

g. Tekanan Air
1) Tekanan hidrostatik

Distribusi tekanan hidrostatik berbentuk segitiga dan bekerja normal


terhadap permukaan atau bidang sesuatu bangunan. Berat isi air
diambil sebesar 1 t/m3. Besamya tekanan
tersebut tergantung dari tinggi muka air. Tinggi muka air inli biasanya
dipilih pada keadaan yang paling buruk. Apabila tekanan air pada suatu
bangunan dipengaruhi oleh muka air waduk, maka perhitungannya
dilakukan pada berbagai kondisi muka air waduk. Efek dari drainase
tersebut sangat efektif pada setiap waktu. Dan drainase semacam itu
dianggap hanya dapat terjadi pada urugan (backfill) dari batu.

2) Gaya angkat (uplift)


Tekanan angkat karena air bekerja pada bidang kontak antara bangunan
dan pondasinya. Besarnya tekanan ini sama dengan tinggi air di hilir
ditambah dengan kenaikan gradien hidrolis antara permukaan air di hili
clan di hulu bangunan. Bilamana pondasi bangunan adalah tanah, maka
tekanan ke atas diambil 100 % ; sedangkan pada pondasi batuan
tekanannya direduksi sebesar 25 % - 40 %. Sistem drainase yang
diadakan di pondasinya dianggap tidak mereduksi tekanan.

 Pada bangunan yang mempunyai bentuk galian pondasi


sederhana, maka gradien hidrolis dianggap sebagai garis lurus yang
menghubungkan muka air di hulu dan di hilir bangunan. Bangunan
semacam ini umpamanya tembok penahan di pelimpah dan bangunan
pengambilan.
 Pada bangunan dengan bentuk galian pondasi menunjukkan perbedaan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 188


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

elevasi, tekanan ke atas dihitung dengan cara Lane, sebagai berikut :

dimana,

lv = panjang rayapan vertikal (m)

lh = panjang rayapan horizontal (m)

H = beda tinggi tekanan antara muka air hulu dan hilir (m)

l = panjang rayapan total dari hulu ke hilir (m)

u = beda tinggi tekanan antara dua titik (m)

 Sedangkan bangunan yang panjang dengan perbedaan galian


pondasi besar, tekanan angkat air dapat dihitung dengan berbagai
metoda. Untuk mereduksi dan memberi tahanan terhadap tekanan
angkat air beberapa macam perbaikan pondasi diadakan. Perbaikan
tersebut antara lain : memasang sistem drainase di bawah bangunan
dan memasang sistem angker di beberapa bangunan reduksi dari
berbagai macam perbaikan tersebut tidak diperhitungkan dalam desain,
sehingga stabilitas bangunan meningkat.

3) Tekanan air pori di bangunan beton

Pada bangunan beton yang tergenang air, tekanan air pori mungkin dapat
berkembang. Tekanan yang paling berbahaya adalah yang terjadi
pada retakan dan sambungan konstruksi.

Bilamana retakan terjadi maka suatu injeksi dengan bahan epoksi akan
diadakan untuk menutupnya, sehingga tekanan air pori dapat diabaikan
dalam desain. Pada sambungan konstruksi, tekanan air pori
diperhitungkan sebesar tekanan hidrostatik untuk mengontrol penampang
beton bagian tarik.

h. Beban Gempa
I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 189
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

1) Gaya inertia

Gaya inertia karena goncangan gempa diperhitungkan sebesar berat


mati bangunan dikalikan koefisien gempa. Gaya ini dianggap berarah
horizontal melalui titik pusat bagian bangunan yang ditinjau, sedangkan
yang berarah vertikal diabaikan.

Fh = Kh*W

dimana :

Fh = gaya inertia karena gempa (t) Kh = koefisien gempa

W = berat mati bangunan (t)

Untuk desain diambil koefisien gempa dengan periode ulang 100 tahun
yang besarnya 0,10.

2) Tekanan lateral tanah karena gempa

Tekanan aktif total dari tanah di belakang tembok sewaktu terjadi gempa
dihitung dengan rumus Mononobe - Coulomb sebagai berikut :

Pe = 1/2 Ke * τ h2

dimana,

Pe = tekanan total (dinamika dan statik)

τ = berat volume tanah h = tinggi tanah

Ke = koefisien tekanan tanah sewaktu terjadi gempa

Ke

dimana,
α = kemiringan bidang belakang tembok terhadap vertikal
ф = sudut geser dalam tanah di belakang tembok
β = kemiringan muka tanah di belakang tembok terhadap horizontal

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 190


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

δ = sudut geser tanah dan tembok


Distribusi tekanan total ini tetap diambil seperti tekanan statik, yaitu
berbentuk segitiga.

3) Tekanan air sewaktu terjadi gempa

Rumus yang dipergunakan untuk menghitung tekanan hidrodinamik


karena gempa adalah sebagai berikut :

Pd = kh * τw *A ( I - h /H ) a/h dimana :

Pd = tekanan air dinamis (t/m)

kh = koefisien gempa horizontal τw = berat jenis air ( 1 t/m3 )

A = luas penampang bangunan (m2)

a = diameter atau lebar bangunan (m)

h dan H, dapat dilihat pada sketsa dibawah

GambarSketsa Tekanan Hidrodinamik

Distribusi tekanan ini berbentuk parabolik, namun untuk keamanan dalam


desain distribusinya dianggap merata. Tekanan totalnya adalah tekanan
hidrostatik ditambah tekanan hidrodinamik. Rumus di atas dipakai untuk
mendesain bangunan yang sebagian
terendam air.

Untuk bangunan yang seluruhnya terendam di bawah air (seperti ambang


pelimpah, tembok penahan, dsb.), tekanan air dinamik dihitung dengan
rumus Westergaard sebagai berikut :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 191


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Gambar Sketsa Tekanan Hidrodinamik Metode Westergaard

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 192


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

i. Kondisi Pembebanan
Kondisi pembebanan yang diperhitungkan dalam desain adalah normal dan
gempa. Kondisi normal adalah kondisi beban pada waktu pembangunan, muka
air normal dan muka air tinggi. Beban gempa diterapkan juga pada kondisi
tersebut diatas, kecuali pada kondisi muka air tinggi.

j. Kekuatan Beton
Kualitas beton bertulang atau tidak bertulang yang diperlukan untuk berbagai
bangunan beton sekurang-kurangnya harus termasuk kelas K 125, K 175, K
225. Sedangkan baja tulangannya pada umumnya dipakai kelas U 22 dan
untuk bangunan tertentu (bangunan pengambilan, kolam peredam energi)
harus dipakai kelas U 24 dan U 32. Jenis beton non struktural (Bo),
dipergunakan sebagai bahan pengisi yang dianggap tidak memikul beban
yang berarti. Arti simbul di atas adalah :

σbk = kuat tekan beton karakteristik

σb‟ = tegangan lentur diijinkan, tanpa atau dengan gaya normal tekan

σb = tegangan lentur diijinkan, tanpa atau dengan gaya normal tarik

σbs‟ = tegangan diijinkan, oleh gaya aksial tekan

σbs = tegangan diijinkan, oleh gaya aksial tarik

σb = tegangan geser diijinkan, oleh lentur atau puntir tanpa tulangan geser

σbm = tegangan geser diijinkan, oleh lentur atau puntir dengan tulangan

geser k. Selimut Beton

Tebal selimut beton harus cukup untuk dapat melindungi baja terhadap
bahaya karatan yang permanen. Beton di bagian selimut ini harus cukup padat
dan rapat. Tebal minimum selimut beton diambil sebagai berikut :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 193


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

 bagian bangunan pada umumnya (kolom, balok, dsb.)


 pelat jalan, jembatan dsb 4 cm
 beton terendam air dan atau di dalam tanah 7 cm
 beton terendam air dan dapat mengalami abrasi 10 cm

Ketentuan di atas dipakai untuk beton yang menggunakan agregat


dengan ukuran butir terbesar kurang dari 40 mm. Apabila dipakai agregat
dengan ukuran butir terbesar sama atau lebih besar dari 40 mm, maka tebal
selimut beton harus dipertebal.

 Stabilitas Bangunan

Kelayakan teknis dari suatu struktur bangunan air dinilai dari tingkat keamanan
dan stabilitasnya yang lebih besar dari yang diijinkan. Stabilitas bangunan air
berhubungan dengan dimensi bangunan dan gaya-gaya yang bekerja padanya. Selain
itu tergantung juga dengan kondisi dan kekuatan pondasi yang menahan beban
sendiri tubuh bangunan. Suatu struktur bangunan air dapat dikatakan layak secara
teknis jika bangunan tersebut mampu menahan pengaruh gaya-gaya yang bekerja
padanya, baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa mengalami kerusakan
dan menggangu fungsi utamanya pada kondisi normal ataupun ekstrem (banjir,
gempa).

 Analisa Daya Dukung

Analisa daya dukung dilakukan untuk mempelajari kemampuan tanah dalam


mendukung beban struktur yang terletak di atasnya. Daya dukung menyatakan
tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan, yaitu
tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang
gesernya. Analisa daya dukung tanah dilakukan dengan
menggunakan persamaan Terzaghi yang diberikan sebagai berikut :

di mana:

c = kohesi tanah

 = berat volume tanah

Q = tekanan pada dasar pondasi


I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 194
CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

B = lebar pondasi

NC, Nq, N = faktor daya dukung Terzaghi yang dipengaruhi 



Umumnya analisa daya dukung didasari pada analisa keruntuhan geser lokal
(local shear failure) dan keruntuhan geser umum (general shear failure) sehingga
nilai faktor daya dukung Terzaghi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel E-27 Nilai-nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi

Penentuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk desain didasari atas
besarnya angka keamanan (DD) yang nilainya sekitar 3 (DD ijin = 3). Besarnya daya
dukung tanah untuk suatu
struktur yang ada di atasnya dapat diperoleh menurut persamaan berikut :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 195


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

di mana:

qu = daya dukung batas tanah

Pi = total tekanan yang bekerja pada tanah

Analisa Stabilitas Geser

Analisa kemampuan tanah untuk menahan gaya geser yang terjadi sebagai berikut :

di mana :

 Fri = total tegangan yang menahan geser tanah

 Fi = total tegangan yang bekerja pada tanah

Analisa Stabilitas Guling

Analisa stabilitas guling dilakukan untuk melihat kemampuan struktur dalam menahan
beban- beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengecekan stabilitas guling
dilakukan dengan mengecek angka keamanan struktur yang diberikan oleh persamaan
berikut ini :

di mana :

 Mri = total momen yang menahan pengaruh guling

 Mi = total momen yang bekerja pada tanah

Kontrol Stabilitas Bangunan

Dari hasil perhitungan dan analisa stabilitas diperoleh rangkuman gaya dan momen yang
bekerja adalah sebagai berikut :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 196


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

Tabel Kontrol Stabilitas Bangunan Pengambilan

B.2.3.6 Volume Pekerjaan, RAB, Dokumen Tender & Spesifikasi

Volume Pekerjaan

Daftar volume pekejaan dirinci untuk seluruh usulan pekerjan. Kemudin dilihat daftar
rekapitulasi pada masing-masing perincian tersebut, antara lain : volume galian dan
timbunan, volume pasangan batu dan beton dan sebagainya.

Rencana Anggaran Biaya

Perhitungan Harga Satuan Dasar terdiri dari :

• Bahan (Harga satuan bahan dasar & Harga satuan bahan olahan)

• Peralatan (Masukan, proses dan keluaran)

• Tenaga Kerja (Hari orang standar, jam orang standar)

• Biaya umum dan keuntungan (Overhead, profit) Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan :

• Bahan menyangkut :

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 197


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

- Faktor kembang susut dan kehilangan.

- Kuantitas

- Harga Satuan Dasar Bahan

• Peralatan menyangkut :

- Jenis & kapasitas

- Faktor efisiensi produksi

- Waktu siklus kerja (cycle time)

- Hasil produksi / satuan waktu

- Kuantitas jam kerja

- Harga satuan dasar alat.

• Tenaga kerja meliputi:

- Jumlah dan kualifikasi

- Kuantitas jam kerja

- Harga satuan tenaga keja

• Biaya umum dan keuntungan

• Estimasi Biaya metiputi :

- Harga satuan setiap mata pembayaran

- Volume pekerjaan

- Harga pekerjaan pada setiap mata pembayaran

- Harga total seluruh mata pembayaran & PPN

- Perkiraan (Estimasi) Biaya Proyek (EE dan CE). Dokumen Tender dan Spesifikasi

Dokumen Tender dibuat sebagai persyaratan untuk pengadaan pekerjaan Fisik dan
Spesifikasi Teknis pekerjaan dibuat sebagai pegangan dalam pelaksanaan harian
konstruksi, untuk menjamin mutu konstruksi yang dikerjakan.

B.2.3.7 Diskusi dan Presentasi

Kegiatan sangat penting dan akan dilaksanakan oleh Konsultan dengan maksud untuk
memperoleh persamaan persepsi terhadap maksud dan tujuan pekerjaan

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 198


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

sebagaimana tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Disamping itu melalui diskusi
ini diharapkan ada masukan dan saran untuk langkah-langkah yang akan dilakukan
sehingga tercipta sinergi yang saling mendukung antara Konsultan dengan Pemberi
Kerja, dengan demikian akan diperoleh hasil pekerjaan yang optimal. Diskusi yang
nantinya akan dilakukan di dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
1. Diskusi RMK
2. Diskusi Konsep Laporan Pendahuluan
3. Diskusi Konsep Laporan Antara / Interim
4. Diskusi Konsep Laporan Akhir

E.3.8 Penyusunan Laporan

Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen :

a) Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan, yang berisikan :

- Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh,

- Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya,

- Jadwal kegiatan penyedia jasa.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan


sebanyak
5 (lima) buku laporan. b) Laporan Bulanan

Laporan bulanan berisikan :

- Kegiatan pekerjaan yang sedang dilaksanakan

- Kegiatan pekerjaan yang akan dilaksanakan bulan berikutnya.

- Permasalahan/kendala di lapangan.

Laporan harus diserahan selambat-lambatnya tanggal 5 setiap bulan, sebanyak 5 (lima)


buku laporan.

c) Laporan Antara/Interim

Laporan antara/interim berisikan : hasil sementara pelaksanaan harus


diserahkan/dilaporkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) buku laporan.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 199


CV. RIMBA MANDIRI CONSULTANT USULAN
TEKNIS

d) Laporan Akhir

Laporan akhir berisikan seluruh pelaksanaan kegiatan pekerjaan ini dan menampilkan
solusi pemecahannya.

e) Laporan Executif Summary

a. Laporan ini berisikan ringkasan dari laporan akhir.

I PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI B - 200


B.3 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan : SID PENYEDIAAN AIR BAKU KOLONG BABI DI KABUPATEN BANGKA BARAT
Perusahaan : CV. RIMBA MANDIRI CONSULTAN 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8

Bobot BULAN KE :
No URAIAN Keterangan
(%) PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA

A PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGUMPULAN DATA 100%

1 Mobilisasi personil dan peralatan serta penyusunan rencana kerja

2 Pengumpulan Data Sekunder, Peta dan Studi Terdahulu

B SURVEI DAN PENGUMPULAN DATA PRIMER


90%
3 Survei lokasi kolong

4 Survei hidrologi

5 Survei pengukuran topografi


80%
6 Survei geologi dan geoteknik

C ANALISIS DATA 70%


8 Analisis data topografi

9 Analisis geologi dan geoteknik

10 Analisis hidrologi 60%

11 Analisis hidraulik

12 Analisis sosial ekonomi

13 Analisis lingkungan / kualitas air 50%

D PENYUSUNAN DESAIN

14 Desain jaringan air baku

15 Gambar Desain 40%

16 Perhitungan volume pekerjaan, rencana anggaran biaya, manual OP,


serta spesifikasi teknik
E DISKUSI DAN PELAPORAN

17 Diskusi Rencana Mutu Kontrak 30%

18 Diskusi Konsep Laporan Pendahuluan

19 Diskusi Konsep Laporan Antara

20 Diskusi Konsep Laporan Akhir 20%

24 Pembuatan Laporan

0%
Rencana ( % ) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rencana Komulatif ( % ) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
B.4 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
Pekerjaan : SID PENYEDIAAN AIR BAKU KOLONG BABI DI KABUPATEN BANGKA BARAT
Perusahaan : CV. RIMBA MANDIRI CONSULTAN

TENAGA AHLI (PERSONIL INTI)

TENAGA AHLI
NO NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LINGKUP KEALIAN POSISI YANG DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN JUMLAH ORANG BULAN
ASING/LOKAL
- Mengatur semua personil yang terlibat dalam
pekerjaan pengambilan data lapangan
- Menyusun rencana kerja dan pembagian tugas
kerja.
- Menganalisa kondisi eksisting,data-data pendukung
baik data primer maupun sekunder terhadap aspek
kependudukan, ekonomi, karakteristik kawasan, dan
sebagainya

Mengidentifikasi potensi dan permasalahan kawasan.


- Bersama dengan anggota tim merancang rencana
CV. RIMBA MANDIRI
1 CAHYONO NUGROHO, ST LOKAL AHLI SUMBER DAYA AIR MADYA TEAM LEADER 5 OB
CONSULTANT desain air baku yang akan direncanakan.
Turut menyusun laporan-laporan dan mampu
mempresentasikan hasil pekerjaan
- Merencanakan, mengkoordinasikan danyang terlibat
dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik serta mencapai hasil yang
diharapkan.
- Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik
dalam tahap pengumpulan data, pengolahan, dan
penyajian akhir dari hasil keseluruhan pekerjaan

- Mengatur semua personil yang terlibat dalam

pekerjaan pengambilan data lapangan.


- Melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data/survai
- Menganalisis dan perhitungan perencanaan untuk
CV. RIMBA MANDIRI keperluan bangunan air.
2 Ir. MOHAMMAD SUGENG, MT LOKAL AHLI SUMBER DAYA AIR MADYA AHLI DESAIN ENGINEERING 3 OB
CONSULTANT - Menyusun rencana kerja dan pembagian tugas kerja
perencanaan
- Merencanakan kekuatan struktur

- Memeriksa penggambaran

- Turut menyusun laporan dan mampu


mempresentasikannya
TENAGA AHLI
NO NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LINGKUP KEALIAN POSISI YANG DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN JUMLAH ORANG BULAN
ASING/LOKAL
- Mengatur semua personil yang terlibat dalam

pekerjaan pengambilan data lapangan.


- Melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data/survai
CV. RIMBA MANDIRI - Menganalisis dan perhitungan perencanaan untuk
3 DELANI TOMHASA, ST LOKAL AHLI SUMBER DAYA AIR MUDA AHLI HIDROLOGI 2 OB
CONSULTANT keperluan bangunan air.
- Menyusun rencana kerja dan pembagian tugas kerja
perencanaan
- Memeriksa penggambaran
- Turut menyusun laporan dan mampu
mempresentasikannya
- Mengatur semua personil yang terlibat dalam

pekerjaan pengambilan data lapangan.


- Melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data/survai
CV. RIMBA MANDIRI - Menganalisis dan perhitungan perencanaan untuk
4 ERWIN BURHANUDIN, ST LOKAL AHLI GEODESI MADYA AHLI GEODESI 2 OB
CONSULTANT keperluan bangunan air.
- Menyusun rencana kerja dan pembagian tugas kerja
perencanaan
- Memeriksa penggambaran
- Turut menyusun laporan dan mampu
mempresentasikannya
- Mengatur semua personil yang terlibat dalam

pekerjaan pengambilan data lapangan.


- Melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data/survai
CV. RIMBA MANDIRI - Menganalisis dan perhitungan perencanaan untuk
5 CHANDRA APRIADI SIREGAR, MT LOKAL AHLI GEOTEKNI MADYA AHLI GEOTEKNIK 2 OB
CONSULTANT keperluan bangunan air.
- Menyusun rencana kerja dan pembagian tugas kerja
perencanaan
- Memeriksa penggambaran
- Turut menyusun laporan dan mampu
mempresentasikannya
- Mengatur semua personil yang terlibat dalam

pekerjaan pengambilan data lapangan.


- Melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data/survai
CV. RIMBA MANDIRI AHLI TEKNIK AIR MINUM - Menganalisis dan perhitungan perencanaan untuk
6 HUDI PRAYITNO, ST LOKAL AHLI SUMBER DAYA AIR MUDA 3 OB
CONSULTANT DAN PERPIPAAN keperluan bangunan air.
- Menyusun rencana kerja dan pembagian tugas kerja
perencanaan
- Memeriksa penggambaran
- Turut menyusun laporan dan mampu
mempresentasikannya

TENAGA PENDUKUNG (PERSONIL LAINNYA)

- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas


CV. RIMBA MANDIRI ASSISTEN AHLI DESAIN
1 ZAINAL WAHYU, ST LOKAL - 3 OB
CONSULTANT ENGINEERING
sesuai Bidang Tenaga Ahli
TENAGA AHLI
NO NAMA PERSONIL PERUSAHAAN LINGKUP KEALIAN POSISI YANG DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN JUMLAH ORANG BULAN
ASING/LOKAL
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI ASSISTEN AHLI
2 HUSNA HUJAIPAH, ST LOKAL - 2 OB
CONSULTANT HIDROLOGI
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
3 AEP ALI SUDARMAN, ST LOKAL - ASSISTEN AHLLI GEODESI 2 OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
4 ZAFRI MALIK LOKAL - ASSITEN AH;I GEOTEKNIK 2 OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
ASSISTEN AHLI TEKNIK AIR - Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
5 MUHAMMAD ARDIANSYAH, ST LOKAL - MIUNUM DAN 3 OB
CONSULTANT
PERPIPAAN sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
6 ADE YUNIARTO PUTRA LOKAL - OPERATOR KOMPUTER 5 OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
7 NENENG TRIYANTI LOKAL - OPERATOR KOMPUTER 5 OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
8 ILHAM NURAHCMAN LOKAL - SURVEYOR 2 OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
9 RUDIYANTO PRATAMA LOKAL - SURVEYOR 5 OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
-
CV. RIMBA MANDIRI
10 HERU MUNAWAR LOKAL - CAD OPERATOR 3 OB
CONSULTANT

- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas


CV. RIMBA MANDIRI
11 NO NAME LOKAL - Tenaga Lokal Topografi 2 OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
12 NO NAME LOKAL - Tenaga Lokal Topografi 2OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
13 NO NAME LOKAL - Tenaga Lokal Topografi 2OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
- Membantu Tenaga Ahli dalam melasanakan Tugas
CV. RIMBA MANDIRI
14 NO NAME LOKAL - Tenaga Lokal Topografi 2OB
CONSULTANT
sesuai Bidang Tenaga Ahli
B.5 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 7 8
Pekerjaan : SID PENYEDIAAN AIR BAKU KOLONG BABI DI KABUPATEN BANGKA BARAT
Perusahaan : CV. RIMBA MANDIRI CONSULTAN

LAMANYA BULAN
NO. NAMA KEAHLIAN / TUGAS KETERANGAN
KERJA PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA

A TENAGA AHLI
1 CAHYONO NUGROHO, ST TEAM LEADER 5.00 OB
: Rencana
2 Ir. MOHAMMAD SUGENG, MT AHLI DESAIN ENGINEERING 3.00 OB
3 DELANI TOMHASA, ST AHLI HIDROLOGI 2.00 OB
4 ERWIN BURHANUDIN, ST AHLI GEODESI 2.00 OB
5 CHANDRA APRIADI SIREGAR, MT AHLI GEOTEKNIK 2.00 OB
6 HUDI PRAYITNO, ST AHLI TEKNIK AIR MINUM DAN PERPIPAAN 3.00 OB
B ASSITEN TENAGA AHLI
1 ZAINAL WAHYU, ST ASSISTEN AHLI DESAIN ENGINEERING 3.00 OB
2 HUSNA HUJAIPAH, ST ASSISTEN AHLI HIDROLOGI 2.00
3 AEP ALI SUDARMAN, ST ASSISTEN AHLLI GEODESI 2.00
4 ZAFRI MALIK ASSITEN AH;I GEOTEKNIK 2.00
5 MUHAMMAD ARDIANSYAH, ST ASSISTEN AHLI TEKNIK AIR MIUNUM DAN PERPIPAAN 3.00 OB
C TENAGA PENDUKUNG
1a ADE YUNIARTO PUTRA OPERATOR KOMPUTER 2.00 OB
1b NENENG TRIYANTI OPERATOR KOMPUTER 2.00 OB
2a ILHAM NURAHCMAN SURVEYOR 6.00 OB
2b RUDIYANTO PRATAMA SURVEYOR 6.00 OB
3a HERU MUNAWAR CAD OPERATOR 6.00 OB
3b NO NAME Tenaga Lokal Topografi 6.00 OB
4a NO NAME Tenaga Lokal Topografi 2.00 OB
4b NO NAME Tenaga Lokal Topografi 2.00 OB
4c NO NAME Tenaga Lokal Topografi 2.00 OB

Anda mungkin juga menyukai