Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Wazir Qowi Hasibuan, A.Md.

T
NIP : 199810162022031005
Angkatan : 45
Kelompok :4
Tutor Agenda 1 : Dr. Pungkas Hendratmoko, S.Si.T.,M.M.Tr

Resume Learning Jurnal Agenda 1


Wawasan Kebangsaan
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di
dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan
eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan
demikian, bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya
sekadar merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi
simbol atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia. Bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup
menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang menjadi bahasa
perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa lain yang cenderung meningkat dari waktu ke
waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat
untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan mengangkat
senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga
eksistensi RI. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan
dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuh kembangkan melalui 33 usaha Bela
Negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha BelaNegara bertujuan
untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan
kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela
Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai
dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945,
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dari sudut hukum,
UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara
(ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem
penyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang
mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945 hasil
Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum dasar
tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia.
Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk disesuaikan dengan arah
dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan Pancasila dan konstitusi negara, yaitu
UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD
1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi,
kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh
karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-
tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang
akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik
Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada
Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea. Dari sudut hukum, batang
tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar
negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem
administrasi negara Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan
58 pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek
sumber daya manusianya.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan
sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan
kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa,
kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia diatur di dalam bentuk UU Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan.
Peraturan adalah petunjuk tentang tingkah laku yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Sedangkan Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk
oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang dan mempunyai kekuatan mengikat.
Demikian pula dengan undang-undang atau peraturan negara. Tujuan undang-undang dan
peraturan negara adalah untuk mengatur dan menertibkan perikehidupan berbangsa dan
bernegara. Tujuan dikeluarkannya undang-undang ini adalah untuk mengatur dan menertibkan
pelaksanaan pemerintahan daerah. Peraturan perundang-undangan dan peraturan memiliki
kekuatan yang mengikat, artinya harus dilaksanakan. Saat ini, mengenai peraturan perundang-
undangan diatur berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Sedangkan untuk jenis produk hukum yang berbentuk Tindakan
Administrasi Pemerintahan diatur berdasarkan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
Kerukunan dalam kehidupan dapat mencakup 4 hal, yaitu: Kerukunan dalam rumah
tangga, kerukunan dalam beragama, kerukunan dalam mayarakat, dan kerukunan dalam
berbudaya. Indonesia yang sangat luas ini terdiri dari berbagai macam suku, ras, dan agama serta
sangat rawan akan terjadinya konflik pertikaian jika seandainya saja setiap pribadi tidak mau
saling bertoleransi. Oleh karena itu, mari memulai dari kita bersedia berkomitmen untuk mau
mengusahakan kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai.
Dalam wawasan kebangsaan ada beberapa pokok pikiran yang terkandung di dalamnya
yaitu: Landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, berdasarkan UUD 1945: Bahwa Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik dengan kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (Ps. 1 ayat 1 dan 2). Meliputi:
a. Konsepsi wawasan nusantara dan wawasan kebangsaan,
konsepsi wawasan nusantara merupakan pandangan yang menyatakan bahwa Indonesia
merupakan satu kesatuan di pandang dari segala aspek-aspeknya yang mencakup : kesatuan
politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi dan kesatuan Hankam, dan konsep
wawasan kebangsaan itu sendiri di cetuskan pada waktu ikrar sumpah pemuda 28 oktober
1928 ( satu nusa, satu bangsa, satu bahasa “Indonesia”).
b. Integrasi Nasional
Adapun konsep dari integrasi nasional itu
 Bersumber dari Pemikiran Paham Integralistik oleh Mr. Soepomo Yang Disampaikan
Didepan BPUPKI th 1945
 Menurut Aliran Pikiran Integralistrik Negara Dibentuk Tidak Untuk Menjamin
Kepentingan Seseorang Atau Golongan, Akan Tetapi Menjamin Kepentingan
Masyarakat Seluruhnya Sebagai Persatuan. Integrasi Nasional dapat menjamin
terwujudanya:
a. Keselarasan: suasana tertib, teratur, aman dan damai
b. Keserasian: unsur yang terlibat dlm kehidupan bersama
c. Keseimbangan: unsur secara berhubungan bersama diperlakukan dengan sewajarnya .
c. Ketahanan Nasional
Kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasionalnya.
Analisis Isu Kontemporer
Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas dunia,
merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil
dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi Indonesia dalam
percaturan global belum memuaskan. Permasalahan lainnya adalah kepedulian PNS dalam
meningkatkan kualitas birokrasi yang masih rendah menjadikan daya saing Indonesia
dibandingkan negara lain baik di tingkat regional maupun internasional masih tertinggal.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
secara signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN
dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen, integritas
moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan. Implementasi terhadap prinsip-prinsip tersebut
diwujudkan dengan meningkatan kepedulian dan partisipasi untuk meningkatkan kapasitas
organisasi dengan memberikan penguatan untuk menemu-kenali perubahan lingkungan strategis
secara komprehensif pada diri setiap PNS.
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang
selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah
hal yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan
tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level
lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Dengan
memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai
membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki dengan memperhatikan modal insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal
(modal intelektual, emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan)
fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan, dan
produktivitas kerja.
Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan complicated saat ini
menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk meningatkan daya saing
sekaligus mensejahterakan kehidupan bangsa. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa
globalisasi baik dari sisi positif apalagi sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar bangsa. Terdapat
beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus dipahami dan
diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis
kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak
pencucian uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass Communication dalam bentuk
Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax.
Setelah mengenal dan memahami isu-isu strategis konteporer pada Bab III, menyadarkan
kepada kita bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis (internal dan eksternal)
akan memberikan pengaruh besar terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan,
sehingga dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan,
sehingga dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa
yang matang. Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan mengenal
pengertian isu. Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan
sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang
dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin
kebenarannya; kabar angin; desas desus.
Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan
berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat merumuskan
alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang matang.
Kesiapan Bela Negara
Bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang
dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi
oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara. Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945, yakni: Pasal
27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara,
baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga
kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh
kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat. Dengan
demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut,
kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta
memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan salah satunya melalui pembinaan
kesadaran bela negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam rangka penguatan jati diri
bangsa yang berdasarkan kepribadian dan berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara RI 1945. Komitmen dan kepatuhan seluruh warga negara dalam membangun kekuatan
bangsa dengan segenap pranata, prinsip dan kondisi yang diyakini kebenarannya serta digunakan
sebagai instrumen pengatur kehidupan moral, identitas, karakter serta jatidiri bangsa yang
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945 merupakan modali dasar yang mampu
mendinamisasikan pembangunan nasional di segala bidang.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. Proses nation
and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman
bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.
Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik memiliki
kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang
memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan
raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji, merupakan sikap mental dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi, dan
budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia, merupakan kesiapsiagaan
yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman sebagai dampak dari
dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga mempengaruhi kondisi dalam negeri
yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
Dewasa ini lingkungan strategis berkembang sangat dinamis, penuh ketidakpastian dan
kompleks, sehingga sangat sulit bagi suatu negara untuk mengetahui potensi dan hakikat
ancaman serta tantangan terhadap kepentingan nasionalnya. Sejalan dengan perkembangan
zaman, proses globalisasi telah mengakibatkan munculnya fenomena baru yang dapat berdampak
positif yang harus dihadapi bangsa Indonesia, seperti demokratisasi, penghormatan terhadap hak
asasi manusia, tuntutan supremasi hukum, transparansi, dan akuntabilitas. Fenomena tersebut
juga membawa dampak negatif yang merugikan bangsa dan negara yang pada gilirannya dapat
menimbulkan ancaman terhadap kepentingan nasional.
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai calon aparatur pemerintahan sudah
seharusnya mengambil bagian di lini terdepan dalam setiap upaya bela negara, sesuai bidang
tugas dan tanggungjawab masing-masing. Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS adalah kesiapan
untuk mengabdikan diri secara total kepada negara dan bangsa dan kesiagaan untuk menghadapi
berbagi ancaman multidimensional yang bisa saja terjadi di masa yang akan dating,
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS menjadi titik awal langkah penjang pengabdian yang
didasari oleh nilai-nilai dasar negara. Ketangguhan mental yang didasarkan pada nilai-nilai cinta
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan
berkorban demi bangsa dan negara akan menjadi sumber energi yang luar biasa dalam pengabian
sebagai abdi negara dan abdi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai